I. 1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya
hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang devisa negara yang cukup tinggi melalui ekspor. Menurut Deptan (2015), sektor pertanian bersama dengan sektor peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki nilai PDB yang terus naik pada tahun 2008 hingga 2013 baik PDB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa produk sektor pertanian khususnya tanaman perkebunan sangat diminati baik di pasar domestik maupun internasional. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2012), cengkeh merupakan salah satu tanaman perkebunan Indonesia yang termasuk ke dalam komoditi rempah penyegar dan merupakan komoditi strategis yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan petani, sumber devisa negara, mendorong agribisnis dan agroindustri dalam negeri serta pengembangan wilayah. Menurut Puslitbangbun (2012), cengkeh sebagai salah satu produk rempah-rempah dapat menjadi bahan industri rokok kretek, farmasi, dan komestik. Penggunaan cengkeh terbesar pada industri rokok kretek (80-90%), sehingga semakin besar produksi rokok maka semakin tinggi kebutuhan akan komoditas cengkeh. Perkiraan kebutuhan cengkeh selama ini jauh lebih tinggi 10-30 ribu ton daripada produksi cengkeh nasional. Usaha budidaya tanaman cengkeh mayoritas dikelola oleh perkebunan rakyat. Data pada tahun 2011 menunjukkan bahwa dari total areal cengkeh 471.526 ha, seluas 463.008 ha (98,2%) dikelola oleh perkebunan rakyat. Sisanya seluas 8.518 ha (1,8%) dikelola oleh perkebunan besar negara dan swasta. Produksi cengkeh tahun 2011 sebesar 75.757 ton yang terdiri dari 73.833 ton (97,5%) perkebunan rakyat dan sisanya 1.924 ton (2,5%) dari perkebunan besar negara dan swasta (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013). Menurut data BPS (Badan Pusat Statistika) luas areal tanaman cengkeh dari tahun 2002 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan, dari luas areal tanaman cengkeh sebesar 421,60 ha menjadi 485,90 ha. Produksi cengkeh Indonesia tersebut dari tahun 2002 hingga 2013 mengalami fluktuasi dengan jumlah produksi cengkeh
1
terendah sebesar 60,3 ribu ton dan tertinggi sebesar 98,7 ribu ton. Jumlah produksi dan luasan cengkeh di Indonesia tersaji pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Cengkeh Indonesia tahun 20032013 Luas Area Panen Produksi Produktivitas Tahun (Ha) (Ton) (Hg/Ha) 2002 417051,00 2003 420000,00 2004 390000,00 2005 400000,00 2006 299224,00 2007 303470,00 2008 311760,00 2009 319000,00 2010 321000,00 2011 331000,00 2012 331450,00 2013 329000,00 Pertumbuhan (%) 1,27 Sumber : Analisis Data Sekunder (FAO, 2015)
79010,00 116415,00 73837,00 78350,00 61408,00 80404,00 70535,00 82033,00 98400,00 72300,00 99890,00 98700,00 -5,78
1894,49 2771,79 1893,26 1958,75 2052,24 2649,49 2262,48 2571,57 3065,42 2184,29 3013,73 3000,00 -6,94
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan luas area panen atau luas lahan yang ditanami cengkeh bertambah sebesar 1,27% setiap tahunnya, namun produksi dan produktivitas cengkeh berkurang sebesar 5,78% dan 6,94% setiap tahunnya. Pada tahun 2013 luas area panen cengkeh menurun sebesar 329.000 ha dengan total produksi cengkeh naik sebeser 98.700 ton dan produktivitas cengkeh per hektarnya naik sebesar 3000 hg/ha. Fluktuasi besar luas area, produksi dan produktivitas cengkeh tersebut tidak menurunkan peringkat Indonesia sebagai negara pengekspor cengkeh. Pada tahun 2012, Indonesia menjadi negara yang memiliki nilai ekspor cengkeh kelima setelah Madagascar, Singapore, United Rep. of Tanzania, dan Comoros, namun menjadi negara dengan nilai impor cengkeh tertinggi. Berdasarkan gambar 1.1, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara pengekspor cengkeh, namun menempati peringkat pertama sebagai negara pengimpor cengkeh dengan nilai cengkeh ekspor sebesar 24.767USD dan impor sebesar 110.793USD. Indonesia memiliki nilai impor cengkeh tertinggi disebabkan oleh permintaan bahan
2
baku cengkeh dari industri rokok kretek dalam negeri yang belum dapat dipenuhi, oleh sebab itu industri rokok kretek tersebut secara bersama-sama bersama sama melakukan impor cengkeh untuk memenuhi memenuhi bahan baku cengkeh tersebut. Madagaskar menjadi negara pengekspor utama cengkeh dunia dengan nilai cengkeh yang diekspor sebesar 170.434USD. Singapore menempati peringkat kedua sebagai negara pengekspor cengkeh sekaligus sebagai negara pengimpor cengkeh utama dengan nilai ekspor dan impor cengkeh secara berturut-turut berturut turut sebesar 114.834USD dan 106.629USD.
Ekspor
Impor
170434,00 114834,00 106629,00 37361,00 676,00 Madagascar
2,00 Singapore
110793,00
25301,00 24767,00 0,00
United Rep. Tanzania
Comoros
Indonesia
18335,00 22,00 Sri Lanka
Gambar 1.1 Pekembangan Ekspor-Impor Ekspor Impor Cengkeh Dunia Tahun 2012 Sumber : Analisis Data Sekunder (FAO, 2015) Ekspor dan impor cengkeh selalu berfluktuasi setiap tahunnya. Pada saat panen besar didalam negeri, ekspor cengkeh meningkat seperti yang terjadi pada tahun 1998 dan 2003. Sebaliknya pada saat panen kecil impor cengkeh meningkat seperti yang terjadi pada tahun t 1999-2001. 2001. Menurut Puslitbangbun (2003), cengkeh impor tersebut diduga merupakan cengkeh Indonesia yang diekspor pada saat panen besar, karena selain Indonesia hanya sedikit produksi dan penggunaan bunga cengkeh oleh negara lain. Berdasarkan gambar grafik grafik 1.2 perkembangan ekspor dan impor cengkeh Indonesia berfluktuatif, disebabkan oleh stok cengkeh yang tidak terus menerus selalu ada karena cengkeh merupakan komoditas musiman. Sifat tersebut didapatkan dari pengaturan waktu tanam dan panen cengkeh di berbagai daerah di Indonesia yang berbeda dan tidak serentak. Pengaturan waktu tanam dan panen yang tidak seragam tersebut menyebabkan produksi dan harga cengkeh berfluktuasi sehingga
3
berdampak pula terhadap volume ekspor dan impor yang tidak menentu. Namun, secara keseluruhan perkembangan ekspor dan impor cengkeh mengalami kenaikan. yang ditunjukkan oleh garis linear dari kedua kurva ekspor dan impor.
25000,00 20000,00
Ekspor(Ton)
15000,00
Impor(Ton)
10000,00
Linear (Ekspor(Ton))
5000,00 0,00 1989
y = 379,45x - 753441 R² = 0,1831
1992
1995
1998
y = 139,74x - 275879 R² = 0,0146 2001
2004
2007
2010
Linear (Impor(Ton)) 2013
Gambar 1.2 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2012 Sumber : Analisis Data Sekunder (FAO, 2015) Menurut Puslitbangbun (2003) peran Indonesia adalah sebagai negara produsen sekaligus konsumen cengkeh terbesar di dunia. Dua negara lain yang cukup potensial sebagai penghasil cengkeh adalah Madagaskar dan Zanzibar (Tanzania) yang total produksinya sekitar 20.000-27.000 ton/tahun. Disamping itu ada 6 negara sebagai produsen kecil yaitu Comoros, Srilanka, Malaysia, China, Grenada, Kenya dan Togo dengan total produksi sekitar 5.000-7.000 ton/tahun. Cengkeh yang dihasilkan Indonesia hampir seluruhnya untuk industri rokok dalam negeri dengan trend kebutuhan (konsumsi) cengkeh untuk rokok kretek meningkat sebesar 1,90%. Lebih jauh data BPS menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1998-2004 harga cengkeh berfluktuasi sangat tajam, mencapai Rp.123.460,00 pada saat panen kecil (tahun 1999) dan anjlok menjadi Rp.12.500,00 pada saat panen besar (tahun 2003). Perdagangan internasional yang mendorong terjadinya globalisasi ditandai dengan semakin berkembangnya sistem inovasi teknologi dan informasi yang menyebabkan timbulnya persaingan yang semakin kompetitif antar negara-negara produsen yang mengekspor suatu komoditas baik di pasar nasional maupun internasional yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju pertumbuhan produksi dan ekspor serta kesejahteraan petani komoditas tersebut. Oleh sebab itu, Indonesia
4
harus memiliki keunggulan bersaing dalam pasar yang kompetitif karena keunggulan bersaing merupakan jantung dari kinerja ekspor suatu negara dan sangat diperlukan oleh suatu komoditas untuk memenangkan persaingan yang akan semakin ketat. Terutama komoditas cengkeh Indonesia yang sampai saat ini masih diminati oleh pasar internasional
2.
Perumusan Masalah Perdagangan internasional merupakan dampak dari globalisasi yang
mengharuskan semua negara di dunia menjalin kerjasama di berbagai pihak. Perdagangan internasional juga mengharuskan setiap negara memiliki karakteristik tersendiri untuk semua produk (barang dan jasa) yang diperdagangkan sehingga memiliki kemampuan untuk saling bersaing. Oleh sebab itu penguasaan pasar pada komoditas unggulan oleh suatu negara dapat menjadi suatu ukuran kemampuan bersaing suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara produsen cengkeh terbesar di dunia dan sekaligus sebagai negara pengekspor serta pengimpor cengkeh harus bersiap dalam persaingan dunia di bidang perdagangan internasional. Keunggulan alami yang dimiliki Indonesia berupa bahan baku yang melimpah ruah yang telah disediakan oleh alam dan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak karena tingkat pertumbuhan penduduknya cukup tinggi. Kondisi yang demikian membuat harga bahan baku menjadi lebih murah pun upah tenaga kerja. Indonesia memiliki lahan pertanaman cengkeh yang cukup luas sehingga produksi cengkeh Indonesia sangat tinggi, sehingga menjadikan Indonesia termasuk dalam 6 negara produsen cengkeh terbesar di dunia. Oleh sebab itu Indonesia memiliki peluang dan potensi yang besar untuk dikembangkan dalam merebut pangsa pasar cengkeh dunia. Terkait dengan jumlah produksi, kualitas dan harga cengkeh, Indonesia masih memiliki posisi yang lebih rendah dibanding pesaing utamanya yaitu Madagascar dan United Rep. of Tanzania (Zanzibar). Hal tersebut dapat mempengaruhi posisi daya saing Indonesia di pasar internasional. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor cengkeh Indonesia ke negaranegara tujuan dan bagaimana pengaruhnya perlu diketahui. Kemampuan mengekspor dan bersaing produksi, harga, serta kualitas dalam memperebutkan pangsa pasar dunia masih menjadi permasalahan utama yang
5
dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dirumuskan beberapa permasalahan yang ingin dianalisis terkait dengan posisi daya saing ekspor cengkeh Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan uraian tersebut dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut : a.
Bagaimana daya saing ekspor cengkeh Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing utama di Pasar Internasional?
b.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi daya saing ekspor cengkeh Indonesia?
c.
Bagaimana struktur pasar komoditas cengkeh dunia?
3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk: a.
Mengetahui daya saing ekspor cengkeh Indonesia dan negara pesaing utama di Pasar Internasional.
b.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor cengkeh Indonesia.
c.
4.
Mengetahui struktur pasar cengkeh dunia.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a.
Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan pola pikir dan sebagai prasyarat untuk mencapai derajad Sarjana Pertanian Universitas Gadjah Mada.
b.
Bagi perumus kebijakan, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan ekspor cengkeh Indonesia.
c.
Bagi produsen, eksportir, manager dan pengusaha agribisnis cengkeh, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pemasaran, manajemen usaha, peningkatan daya saing ekspor cengkeh Indonesia dan sebagai gambaran prospek ekspor cengkeh Indonesia.
d.
Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai referensi atau informasi yang bermanfaat untuk dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut.
6