PENDAHULUAN Latar Belakang
Titik Pusat dan sasaran utama pembangunan sekaligus sebagai modal dasar, kekuatan, faktor dominan dan determinan adalah manusia d m masyarakat. Oleh karena itu arah pembangunan di era refomasi ini harus berpusat pada pembangunan manusia (human development) yang difokuskan pada peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang makin maju, mandiri, dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sehingga masyarakat mampu berperan serta secara aktif da!am pembangunan. Upaya membangun bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera, tujuan era reformasi dalam memberdayakan masyarakat hanya bisa dicapai dengan:
I) Memajukan peiekonomian nasional dengan diimbangi oleh kualitas SDM, 2). Membangun bangsa yang mandiri, dan 3) membentuk masyarakat yang sejahtera (S~ipriafrza, 1997: 22). Salah satu strategi pembangunan dalam meningkatkan Sumberdaya manusia hams berorientasi pada pemberdayaan (Empowerment). Mengingat masalah sumberdaya manusia erat kaitannya dengan masalah kemiskinan, maka strategi pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat hams berorientasi pada pemberdayaan masyarakat miskin. Dudle Seer dalam Supriatna (1997) berpendapat bahwa proses pembangunan akan bermakna bila proses pembangunan itu mampu mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan berbagai ketimpangan sosial. Kemiskinan dengan
pengangguran, keterbelakangan sehingga
munculnya berbagai ketimpangan sosial dalam masyarakat menjadi tantangan
Yang semakin berat dalam pembangunan. Hal yang demikian menuntut perlu dilaksanakan transformasi pembangunan sosial yang lebih strategis dengan mengarah pada penumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan motivasi kelompok masyarakat miskin guna memperkuat kualitas sumber daya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan peluang kerja, dan berusaha. Rerbagai program pembangunan yang dilaksanakan selama ini berupa Bimas, Bandes, PKT, dan program-program Iainnya dalam meningkatkan pemerataan pembangunan dan mengurangi tingkat kemiskinan, ternyata kurang mampu mengatasi kemiskinan secara menyeturuh. Begitu juga dengan bentukbentuk bimbingan dan pembinaan bantuan dana, dan fasilitas yang disalurkan untuk meningkatkan kelembagaan, partisipasi, swadaya, dan kemandirian dalam pembangunan justru mengakibatkan ketergantungan masyarakat miskin terhadap bantuan pemerintah tersebut. Program-program pembangunan yang dilaksanakan tersebut lebih berorientasi pada pemenuhan "target Group" pembangunan, artinya setelah target atau tujuan kelompok tercapai, maka program tersebut kurang diperhatikan lagi, sehingga tidak memperhatikan kelanjutan program dan kurang berorientasi pada pemberdayaan, pelembagaan pembangunan, dan peningkatan
kemampuan
sumberdaya
yang
kelembagaan
memiliki
dalam
kemandirian,
tapi
menciptakan malah
kualitas
menciptakan
ketergantungan. MeIihat kenyataan tersebut, maka strategi pembangunan yang dilaksanakan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat miskin oleh dirinya sendiri. Hal ini dilaksanakan melalui proses pendidikan berkelanjutan yang
meneraphian prinsip "agar mereka dapar menolong dirinya sendiri" (self-help) dan berlandaskan pada peningkatan kemampuan menghasilkan pendapatan (Income Get;crafingCapacity). Dengan demikian mereka mampu menggali dan
memanfaatkan potensinya untuk menjangkau aset pembangunan yang tersedia, baik dalam aspek sumberdaya, permodalan, teknologi maupun pasar yang ada. Upaya di atas telah dilaksanakan melalui Proyek P4K. Departemen Pertanian melalui Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil (P4K) sejak pelita 111 telah turut serta dalanl memhina masyarakat miskin melalui pemberdayan Petani Nelayan Kecil (PNK). Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani-Kecil (P4K) ini merupakan salah satu dari sekian banyak usaha pemerintah dan masyarakat untuk membantu Petani-Nelayan Kecil melepaskan diri dari kemiskinannya. Program ini membantu menurnbuhkan motivasi para petani-nelayan kecil untuk belajar dan bekerjasama dalam menggali dan memanfaatkan potensi yang inereka miliki dan lingkungannya untuk perbaikan hidup dan kehidupannya. Pelaksanaan proyek P4K ini cukup berhasil, terutama di Propinsi Jawa Barat dengan terbentuknya sejumlah KPK di beberapa kabupaten, diantaranya di Kabupaten Ciamis. Beberapa KPK yang terbentuk di Kabupaten Ciamis, terutama di Kecamatan Banjar, Desa Mekarsari, tempat penelitian ini dilakukan dapat dikatakan cukup berhasil. Walaupun keberhasilan KPK di Desa Mekarsari ini masih jauh bila dibandingkan dengan keberhasilan KPK di Propinsi Jawa tengah dan Jawa Timur, namun setidaknya keberhasilan KPK di desa ini dapat memandirikan
, memberdayakan, dan menulnbuhkan motivasi
petani kecil dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.
Sebanyak 23 KPK yang terbentuk di Desa Mekarsari, hanya beberapa
KPK yang me~nilikipeluang pasar cukup luas. Hal inilah yang merupakan salah satu f&tor keberhasilannya, disamping faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi
keberhasilannya,
diantaranya
partisipasi
aktif
anggota,
kepemimpinan ketua KPK, kejasama dengan pihak tcrkait, kegiatan-kegiatan rutin, dan lain sebagainya. Beberapa KPK yang tidak berhasil, cukup dipengaruhi oleh kemarnpuan pasarnya yang masih rendah. Sebagian besar KPK di Desa Mekarsari terkategori berhasil, sebanyak 10 KPK berdasarkan pengamatan pembina proyek dan penyuluh setempat termasuk kategori sangat berhasil, oleh karena itu dipilih sebanyak 10 KPK sebagai sampel penelitian. Produktivitas dan pendapatan
para petani kecil melalui P4K dapat
ditingkatkan apabila kelompok dapat berjalan dengan efektif dan dinamis. Keefektifan suatu kelompok banyak dipengamhi oleh perilaku dan peran yang dilakukan ole11 ketua kelompok sebagai pemimpin kelompok. Pada umumnya masyarakat petani atau desa masih terbelakang, miskin, kurang pendidikan, dan cenderung konservatif, sikap mental cenderung menentang perubahan, maka sangat diperlukan sosok seorang pemimpin yang dapat memotivasi, mengajak mereka menuju ke arah perubahan perbaikan dan meningkatkan kesejahteraannya, sehingga sikap keterbelakangan tersebut dapat dihilangkan, terutama jika pemimpin kelompok tersebut berasal dari golongan mereka akan lebih berpengaruh terhadap perubahan mereka. Melalui uraian tersebut dapat dilihat bahwa ketua kelompok sebagai pemimpin kelompok sangat berpengaruh dalam mengefektifkan kelompok petani kecil, maka menarik apabila dikaji sejauh manakah perilaku
kepemimpinan
ketua
kelompok
petani
kecil
dalam
mengefektifkan
kelompoknya? Masalah Penelitian Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, permasalahan yang timbul dari penelitian yang dilakukan adalah: 1) Bagaimanakah perilaku kepemimpinan ketua Kelompok Petani-Nelayan Kecil (KPK) dalam mengefektifkan kelompok? 2) Bagaimanakah tingkat keefektifan kelompok Petani-Nelayan Kecil?
3) Bagaimanakah karakteristik kelompok dan karakteristik ketua KPK? 4) Bagaimanakah hubungan antara karakteristik kelompok dengan perilaku kepemimpinan kelompok dan tingkat keefektifan kelompok, karakteristik ketua dengan perilaku kepemimpinan dan keefektifan kelompok, dan hubungan perilaku kepemimpinan dengan keefektifan kelompok? Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menjelaskan perilaku kepemimpinan ketua KPK dalam mengefektifkan kelompok 2) Menjelaskan tingkat keefektifan kelompok petani-nelayan kecil 3) Menjelaskan karakteristik kelompok dan karakteristik ketudpemimpin
KPK 4) Menganalisis
hubungan
karakteristik
kelompok
dengan
perilaku
kepemimpinan ketua kelompok dan keefektifan kelompok, karakteristik ketudpemimpin W K dengan perilaku kepemimpinan dan keefektifan
kelompok, dan hubungan antara perilaku kepemimpinan dan keefektifan kelompok. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Secara teoritis:
1) Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan
2) Dapat digunakan sebagai kajian lebih Ianjut bagi para peneliti terhadap permasalahan yang sama di masa yang akan datang. Sccara praktis:
1 ) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi penentu kebijakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan dan bagi perencana serta pelaksana proyek dapat memberikan berbagai upaya pemberdayaan PNK (Petani- Nelayan Kecil).
2) Penyempumaan kegiatan program untuk kesinambungan efektivitas kelompok