Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
I HOPE YOU’RE DOING FINE Nama Mahasiswa: Dessy Safira
Nama Pembimbing: Drs. Asmudjo Jono Irianto, M.Sn
Program Studi Sarjana Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
Kata Kunci : Bahasa tanda, duka, instalasi keramik, katarsis
Abstrak Duka merupakan hal universal yang dapat dialami oleh siapapun dalam kehidupannya, hal ini dapat timbul melalui peristiwa kehilangan atas sesuatu maupun seseorang baik secara psikis maupun fisik. Terdapat lima tahapan yang akan dilalui oleh seseorang ketika mengalami peristiwa kehilangan, dan tahapan terakhir adalah penerimaan. Menerima bukan berarti melupakan keberadaan orang yang sudah tiada, melainkan mengikhlaskan, dan mengirimkan doa kepada orang tersebut agar ia dapat beristirahat dengan tenang. Melalui karya ini, penulis menyampaikan gagasannya atas tahap penerimaan yang tengah dilaluinya melalui media instalasi keramik dengan pendekatan seni sebagai bahasa tanda. Pemilihan keramik sebagai medium utama karena dapat mewakili sifat manusia yang kuat namun rapuh di saat yang bersamaan. Karya ini merupakan manifestasi dari fungsi katarsis yang digunakan oleh penulis dalam penerimaannya atas rasa kehilangan.
Abstract Grief is an universal thing that can be experienced by anyone in their life, it can be triggered through loss on something or someone both psychologically and physically. There are five stages of grief that will be passed by a person who suffered loss, and the last stage is acceptance. Accepting does not mean to forget the person who’s already gone, but wholefully letting go and send prayers to the person, so that he’d rest in peace. Through this work the author tries to convey her ideas on the stage of acceptance she currently embraces, through ceramic installation and using art as a sign language as the approach. Ceramic is being chosen as the main medium, because it could represent humans’ nature which is strong yet fragile at the same time. This work is a manifestation of cathartic function used by the author in her journey to accept and let go of these circumstances.
1. Pendahuluan Dalam kehidupan manusia, selalu ada rasa suka dan duka yang terjadi tanpa menghilangkan salah satu dari dua hal tersebut. Duka merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari fase kehidupan setiap manusia, ia merupakan hal universal yang dapat dialami oleh hampir setiap orang, akan tetapi dalam porsi dan kasus yang berbeda-beda. Rasa ini dapat timbul melalui peristiwa kehilangan atas sesuatu maupun seseorang baik secara psikis dan fisik. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Potter & Perry, 2005). Pengalaman kehilangan bisa saja terjadi secara bertahap ataupun mendadak tanpa pemberitahuan sebelumnya, dan dapat menjadi sebuah pengalaman yang traumatik ataupun tidak. Pengalaman kehilangan akan suatu hal dapat terjadi secara sebagian atau keseluruhan, hal yang hilang tersebut
Dessy Safira
bisa saja kembali ataupun tidak. Dampak yang ditimbulkan dari peristiwa kehilangan berbeda bagi setiap individu, karena manusia memiliki kondisi psikologis yang bersifat unik dan tidak dapat dianggap sama rata antara satu individu dengan yang lainnya.
Kehilangan seseorang yang dicintai dan berarti adalah satu jenis pengalaman kehilangan yang paling mengganggu dan dapat membuat seseorang menjadi tidak stabil secara emosional. Kematian seseorang yang dicintai adalah suatu beban yang ditanggung orang yang ditinggalkan sepanjang hidupnya.
Berangkat dari pengalaman pribadi penulis atas duka karena kematian sosok yang penting pada hidupnya yaitu ayah kandung penulis. Peristiwa tersebut memiliki dampak yang besar dan menjadi titik balik dalam kehidupan penulis di mana segala hal terlihat tidak sama tanpa keberadaannya. Kehilangan sosok ayah yang sangat dicintai membawa dampak yang sangat besar bagi kondisi penulis, di mana ia merasa rapuh secara emosional karena hal yang terjadi secara tiba-tiba sehingga tidak ada persiapan dalam diri penulis untuk memahami peristiwa ini. Merupakan hal yang berat untuk dapat penulis hadapi saat hilangnya seseorang yang memiliki pengaruh besar dalam hidup penulis dan anggota keluarga lainnya. Akan tetapi penulis menyadari bahwa ia tidak dapat larut dalam duka dan harus tetap melanjutkan hidup dan menerima keadaan karena dunia tetap harus berputar pada porosnya. Bukan jalan yang mudah bagi penulis untuk menerima keadaan yang telah terjadi karena ada kalanya duka tetap muncul ketika memori yang dimiliki bersama orang tersebut ditarik kembali sehingga menimbulkan emosi-emosi yang tidak stabil. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan berbagai fase di mana terjadi pergolakan secara emosional, penulis kini tengah berada pada tahap penerimaan dan pengikhlasan atas kepergian almarhum.
Bagi penulis, menerima bukan berarti melupakan keberadaan orang tersebut yang sudah tidak ada secara fisik, melainkan tidak lagi marah dengan keadaan, berdamai serta membangun kembali diri yang rapuh dengan cara mengikhlaskan dan mengirimkan doa kepada orang tersebut agar ia dapat beristirahat dengan tenang. Keadaan yang seperti ini mendorong penulis untuk mencari tempat di mana ia dapat menyampaikan pemikirannya atas penerimaan dalam situasi di atas, yaitu melalui karya seni. Melalui karya ini, penulis ingin memperkuat rasa penerimaan yang tengah dialaminya, karena terdapat sebuah idiom, “seeing is believing”, yang berarti bahwa dengan melihat kita dapat mempercayai sesuatu. Kehadiran artefak karya seni secara fisik yang memiliki fungsi katarsis ini dapat membuat penulis untuk lebih meyakini bahwa ia berada dalam tahap penerimaan adalah suatu hal yang nyata.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 2
Dessy Safira
2. Proses Studi Kreatif
Gambar 2.1 Alur kerja (Sumber: Penulis)
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 3
Dessy Safira
3. Hasil Studi dan Pembahasan Dalam karya Tugas Akhir ini, penulis ingin memvisualisasikan tahap terakhir dari five stage of grief oleh Kubler Ross, yaitu acceptance atau penerimaan sebagai situasi yang tengah dialami oleh penulis sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang sebelumnya. Penerimaan bagi penulis bukan berarti melupakan keberadaan orang tersebut yang sudah tidak ada secara fisik, melainkan tidak lagi marah dengan keadaan, berdamai dengan cara mengikhlaskan dan mengirimkan doa kepada orang tersebut agar ia dapat beristirahat dengan tenang. Hal ini akan disampaikan melalui medium instalasi keramik. Keramik dipilih sebagai medium utama karena dapat mewakili sifat manusia yang kuat namun rapuh di saat yang bersamaan, selain itu keramik juga memiliki proses perjalanan yang panjang dari awal pengolahan tanah liat hingga pembakaran menjadi keramik, ia memiliki sifat yang serupa dengan proses penerimaan di mana penulis menjadi pribadi yang lebih kuat secara emosional setelah mengalami tahapan-tahapan dalam duka.
Dengan karya instalasi penulis mengajak apresiator untuk masuk ke waktu dan ruang yang dikonstruksi oleh penulis. Ruang diciptakan seperti momen yang di pause (berhenti sementara) melalui pembacaan bahasa tanda dengan memunculkan objek-objek visual yang berkaitan dengan penerimaan. Objek visual dengan skala life size mengajak apresiator untuk ikut masuk ke dalam momen yang diciptakan. Dengan memasuki ruang tersebut, apresiator dapat berhadapan dengan karya dapat melihatnya melalui sudut pandang yang beragam. Pemilihan objek yang berada pada ruang instalasi berdasarkan dari bahasa tanda yang bersifat universal serta berasal dari pengalaman penulis. Pemunculan figur anak perempuan sebagai tokoh utama dari karya instalasi ini sebagai perwujudan diri penulis yang disederhanakan tengah menerbangkan keramik yang dibentuk menyerupai pesawat kertas berwarna putih. Kontras elemen warna bumi dan langit ditampilkan pada satu ruang instalasi bertujuan untuk membagi pembacaan karya menjadi dua bagian, yaitu bagian bawah yang diberikan nuansa warna coklat yang ditandakan sebagai tempat di mana yang hidup berada dan warna putih sebagai kedudukan dunia atas sebagai tempat yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, yaitu nirwana atau surga yang diyakini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang telah pergi.
3.1 Proses Pembuatan Karya Pembuatan karya ini melalui serangkaian proses yang panjang. Penggagasan ide serta konsep visual pun tidak lepas dari kecenderungan berkarya penulis selama beberapa tahun ke belakang. Dari keseluruhan proses tersebut, pada akhirnya disimpulkan menjadi sebuah kesatuan yang merupakan karya tugas akhir penulis. Proses pembuatan karya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sketsa instalasi, figur anak perempuan dan pesawat kertas.
Proses pengerjaan figur anak perempuan pada karya ini dimulai dari sketsa yang bersumber dari foto-foto masa kecil penulis. Sketsa ini dipergunakan untuk mengolah kembali imej dari diri penulis dengan menyederhanakan bentuk dan menjadi acuan dalam pengerjaan figur tiga dimensi. Visual yang disederhanakan ini bermaksud untuk menyampaikan gagasan bahwa anak-anak adalah sosok manusia yang sederhana dan jujur.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 4
Dessy Safira
Gambar 3.1.1 Sketsa rancangan instalasi (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Figur anak perempuan dieksekusi menggunakan tanah jenis earthenware yang telah diolah sebelumnya dengan penambahan mangan iron oxide, dan bubur kertas sehingga menghasilkan tanah yang kuat dan memiliki karakter warna coklat tua. Teknik cetak tekan dipilih dalam membangun figur anak perempuan karena secara teknis membangun tanah liat dengan cara menekan dari dalam mendukung gagasan penulis untuk menyampaikan kondisi penulis yang dapat bertahan dengan situasi duka melalui tekanan batin dari dalam diri penulis.
Gambar 3.2.2 Proses membuka hasil cetak tekan (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 5
Dessy Safira
Pesawat kertas dieksekusi menggunakan tanah jenis stoneware komersial dengan kode STW-5 yang telah dicampur dengan bubur kertas, zyrconium silicate, whiting, bentonite, dan kaolin sehingga ia memiliki warna putih, lebih kokoh, dan dapat dipipihkan melalui teknik slabbing yang tipis, mendekati karakter kertas. Terdapat dua jenis pesawat kertas, yaitu pesawat kertas yang digantung, dan pesawat kertas yang belum dilipat. Pada pesawat kertas yang belum dilipat, ditulis secara manual kata ‘I hope you’re doing fine’ dengan menggunakan enamel keramik berwarna hitam.
Gambar 3.2.3 Pesawat kertas yang dilipat (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Gambar 3.2.4 Pesawat kertas yang belum dilipat (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Selain pesawat kertas, terdapat pula alat tulis dari keramik stoneware yaitu pena dan botol tinta yang dikerjakan dengan teknik handbuilding sebagai elemen pelengkap yang diletakkan di atas meja kayu bersama dengan pesawat kertas yang telah ditulisi. Menimbulkan kesan bahwa pesawat tersebut telah ditulis dengan menggunakan alat tulis yang diletakkan di atas meja.
3.2 Tinjauan Karya Karya seni instalasi terdiri dari beberapa elemen objek, yaitu figur anak perempuan, pesawat kertas, pesawat kertas yang belum dilipat, meja, kursi, dan alat tulis. Karya ini menggambarkan sebuah situasi di mana figur anak perempuan yang sedang berdiri di atas meja kayu menerbangkan sejumlah pesawat kertas.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 6
Dessy Safira
Gambar 3.2.1 Visualisasi karya akhir. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Kontras elemen warna bumi dan langit ditampilkan pada satu ruang instalasi bertujuan untuk membagi pembacaan karya menjadi dua bagian, yaitu bagian bawah dan bagian atas. Lantai ruang display, meja dan kursi kayu, serta figur anak perempuan yang diberikan nuansa warna coklat menandakan sebagai tempat di mana yang hidup berada. Warna putih pada pesawat yang diterbangkan menandakan kedudukan dunia atas sebagai tempat yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, yaitu nirwana atau surga yang diyakini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang telah pergi.
Figur anak perempuan yang tengah berdiri di atas meja dalam karya ini diasosiasikan sebagai sosok penulis yang secara bentuk merupakan penyederhanaan dari diri penulis ketika masih kecil. Visual yang disederhanakan ini bermaksud untuk menyampaikan gagasan bahwa anak-anak adalah sosok manusia yang sederhana dan jujur. Berdasarkan pengalaman penulis, sedewasa apapun seorang anak, orang tua akan selalu menganggap dirinya anak-anak, dan begitu pula ketika sedewasa apapun seorang anak ketika dihadapkan dengan orang tuanya, sifat anak-anak pada diri mereka akan muncul kembali.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 7
Dessy Safira
Gambar IV.2 I Hope You’re Doing Fine, detail I (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Penyederhanaan diaplikasikan dalam karya ini dikarenakan dari awal mulai berkarya penulis sudah berkecenderungan untuk menyederhanakan bentuk dari alam sekitarnya.
Sosok anak-anak digunakan karena dimaknai sebagai sosok yang jujur dalam mengutarakan perasaannya, juga digambarkan dengan tidak memiliki mulut karena bagi penulis mulut adalah salah satu instrumen tubuh yang paling mudah untuk berbohong. Sosok anak perempuan ini berkomunikasi dengan sekitarnya melalui bahasa tubuhnya, karena bahasa tubuh dinilai lebih jujur dibandingkan dengan bahasa verbal.
Gestur yang ditampilkan di karya ini, menunjukkan tangan anak perempuan yang sedang mengarahkan ke atas, sedang menerbangkan pesawat kertas. Gerakan menerbangkan pesawat kertas ini diperkuat dengan visual rambut dan rok yang tersibak. Figur anak perempuan yang secara teknik terbuat dari tanah earthenware yang berwarna coklat tua yang dipakai sebagai tanda untuk menyatakan posisinya yang berada di bumi.
Terdapat dua jenis pesawat kertas yang ditampilkan, yaitu pesawat kertas yang belum dilipat, berbentuk lembaranlembaran keramik stoneware yang berwarna putih dan sejumlah pesawat kertas yang sudah terlipat sempurna yang digantung. Pesawat kertas pada karya merupakan bahasa tanda yang dimaknai sebagai sebuah media penyampai pesan yang berisikan doa serta harapan dari penulis, yang diwakilkan oleh sosok anak perempuan, kepada sosok yang sudah tiada, yaitu ayah penulis. Material keramik dipilih karena ia dapat mewakilkan perasaan serta doa yang kuat, seperti halnya sifat dasar keramik itu sendiri.
Warna putih pada pesawat yang diterbangkan menandakan kedudukan dunia atas sebagai tempat yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi, yaitu nirwana atau surga yang diyakini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang telah pergi.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 8
Dessy Safira
Pemilihan bentuk pesawat kertas dipilih penulis karena berdasarkan ingatan masa kecil penulis, di mana dahulu ia menggunakan pesawat kertas sebagai media penyampai pesan, dengan menuliskan secarik pesan di dalam pesawat kertas dan diterbangkan kepada temannya di dalam ruang kelas. Secara pembacaan simbol universal, pesawat kertas memiliki muatan tanda sebagai sebuah bentuk harapan.
Gambar IV.3 I Hope You’re Doing Fine, detail II (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Sejumlah pesawat kertas yang sudah terlipat sempurna digantung dan disusun dari tengah ruangan menuju pada satu titik tujuan ke atas menandakan bahwa pesawat kertas yang berisi doa-doa tersebut diterbangkan menuju nirwana atau surga yang diyakini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang telah pergi. Jumlah angka pesawat kertas yang digantung tidak berkaitan langsung dengan gagasan yang disampaikan, tetapi melalui pertimbangan estetis agar mendapatkan komposisi ruang yang seimbang.
Terdapat sebuah meja dan sebuah kursi yang terbuat dari kayu. Di atas meja terdapat pula satu buah pena, botol tinta, dan lempengan pesawat yang belum dilipat yang terbuat dari keramik stoneware berwarna putih. Meja dan kursi bermaterial kayu dipilih karena warna kayu yang coklat alami mendukung dan menambah kesan posisi sosok anak perempuan yang berada di bumi.
Penempatan posisi kursi berada di belakang meja, menyiratkan tanda bahwa anak perempuan tersebut pertama-tama menulis surat dengan pena dan botol tinta yang terletak di atas meja dalam posisi duduk, kemudian berdiri di atas meja untuk berada pada posisi yang lebih tinggi karena akan menerbangkan pesawat kertas yang berisi harapannya ke atas.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 9
Dessy Safira
Gambar IV.4 I Hope You’re Doing Fine, detail III (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Pesawat kertas yang belum dilipat terletak di atas meja dan di dalamnya terdapat tulisan berwarna hitam, ‘I Hope you’re doing fine’, yang berarti aku harap kau baik-baik saja, merupakan doa yang disampaikan oleh penulis. Karakter tulisan tegak bersambung dengan tinta hitam yang tegas menandakan bahwa penulis memanjatkan doa-doa dengan perlahan dan penuh keseriusan seperti yang dibutuhkan saat menulis yang diharapkan dapat membawa beliau ke tempat yang lebih indah dan bersifat kekal, seperti sifat tinta yang tidak dapat dihapus. Keberadaan lempengan yang telah ditulisi ini bertujuan untuk mengarahkan persepsi apresiator untuk membaca pesawat kertas yang tengah diterbangkan membawa pesan yang sama, tanpa harus menulis di atasnya.
3. Penutup / Kesimpulan Karya tugas akhir ini berangkat dari pengalaman pribadi penulis atas duka karena kehilangan sosok yang penting pada hidupnya yaitu ayah kandung penulis. Peristiwa tersebut memiliki dampak yang besar dan menjadi titik balik dalam kehidupan penulis di mana segala hal terlihat tidak sama tanpa keberadaannya. Hal ini menjadi penting untuk diangkat dalam karya karena duka adalah hal universal yang dapat dialami oleh hampir setiap orang, akan tetapi dalam porsi dan kasus yang berbeda-beda. Penulis menyadari bahwa seseorang tidak boleh larut dalam duka terlalu lama, karena hal ini akan berdampak negatif terhadap emosi dan perilaku seseorang yang akan membawa kepada permasalahan psikis yang lebih besar.
Penulis menggunakan karya ini sebagai katarsis untuk memperkuat diri dalam meyakini bahwa ia tengah berada dalam tahap penerimaan atas duka yang dialaminya. Permainan tanda yang dirangkai dalam bentuk instalasi mengajak apresiator untuk tergugah secara estetis. Secara teknis, masih terdapat banyak kekurangan penulis dalam penanganan karya, terutama pada pengolahan material tanah liat. Karya figur keramik yang relatif besar juga mendapatkan beberapa gangguan teknis yang sulit diprediksi dalam mempresentasikan karya.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1| 10
Dessy Safira
Diharapkan untuk kedepannya, penulis akan lebih banyak melakukan percobaan dalam pengolahan material dan lebih kritis dalam pertimbangan teknik presentasi karya, serta tetap dapat menjadikan seni sebagai salah satu solusi dalam menangani sebuah masalah.
Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Bapak Drs. Asmudjo Jono
Irianto, M.Sn.
Daftar Pustaka Atkins, Robert. 1997. Artspeak. New York: Abbeville Press, Inc Mcniff, Shaun. 2004. Art Heals: How Creativity Cures the Soul. Boston: Shambala Publications, Inc Moran, Lisa & Sophie Byrne. 2010. What is Installation?. Dublin: Irish Museum of Modern Art Rhodes, Daniel. 1973. Clay and Glazes for the Potter. London: Pitman Publishing Limited Taylor, Louisa. 2011. Ceramics: Tools and Techniques for the Contemporary Maker. Singapore: Words and Visuals Press Pte
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 11