DAMPAK BUDAYA ORGANISASI LINGKUNGAN DAN KEPEMIMPINAN LINGKUNGAN TERHADAP KEUNTUNGAN KOMPETITIF HIJAU DENGAN IDENTITAS ORGANISASI HIJAU SEBAGAI VARIABEL INTERVENING 1
1 2
I Gusti Putu Diva Awatara 2 Isra Harley Wahjudin
Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan UNS Surakarta Mahasiswa S3 Ilmu Ekonomi UNDIP Semarang
Abstract This study aims to know impact of environmental organizational culture and environmental leadership toward green competitive advantage with green organization identity as intervening variable. Tehnique analysis used in this research is structural equation modeling (SEM). The results showed that environmental organization culture positively associated with green organizational identity, environmental organization culture positively associated with green competitive advantage, environmental leadership positively associated with green organizational identity, environmental leadership positively associated with green competitive advantage, green organizational identitiy positively associated with green competitive advantage and green organizational identity had a partial intervening effect on the positive relationship environmental organizational culture and environmental leadership toward green competitive advantage. Keywords: environmental organization culture, environmental leadership, green organizational identity, green competitive advantage
A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kekuatan kepedulian lingkungan dari berbagai sumber dalam beberapa dekade terakhir ditunjang dengan peraturan lingkungan dan environmentalisme konsumen dilaksanakan untuk mengatasi masalah polusi lingkungan yang serius dari kegiatan industri yang meningkat di dunia. Dampak konvensi lingkungan yang ketat seperti konvensi Montreal, Protokol Kyoto dll serta meningkatnya environmentalisme konsumen akan mengubah konteks kompetisi di industri di seluruh dunia.
Di bawah perubahan besar, tidak hanya diperlukan untuk mengadopsi pencegahan pencemaran lingkungan untuk melindungi lingkungan, tetapi juga penting untuk memperbaiki model bisnis dan manajemen agar lebih berpikir untuk merangsang peluang dan inovasi hijau. Stakeholders yang ada seperti konsumen dan karyawan waspada terhadap kinerja lingkungan dan tidak akan ragu untuk mengambil tindakan terhadap perusahaan yang dianggap lingkungannya tidak bertanggung jawab. Gerakan ini telah ditandai sebagai semakin pentingnya pen-
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
1
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
gelolaan lingkungan bagi perusahaan saat ini. Lingkungan yang efektif pengelolaan terdiri dari unsur-unsur yang ada dari semua aspek organisasi (Lee, 2009). Dengan demikian, konsep pengelolaan lingkungan seperti desain hijau, pemasaran hijau, produk hijau dan produksi hijau menjadi sangat penting dewasa ini. Banyak perusahaan masih berpendapat pengelolaan lingkungan merupakan investasi tidak efektif atau bahkan beranggapan bahwa itu adalah berbahaya bagi pengembangan perusahaan, namun beberapa ahli menegaskan bahwa hasil produksi dari penggunaan sumber daya digunakan perusahaan sebagai pelopor dalam melakukan inovasi hijau dan disebut sebagai pelopor pertama dalam mendapatkan keuntungan, yang memungkinkan perusahaan untuk menikmati manfaat lebih tinggi untuk produk hijau, meningkatkan citra hijau perusahaan dan mendapatkan keunggulan kompetitif (Chen, 2008). Konsep identitas organisasi berkaitan dengan identitas kolektif, selanjutnya identitas organisasi adalah motivator yang mempengaruhi tindakan orang dalam suatu organisasi. Suatu realitas sosial atau esensi dan metafora untuk menggambarkan organisasi atau fenomena aktual (Corley et al., 2006). Individu atau kelompok membangun melalui simbol dan bahasa (Corley et al., 2006). Ketika kepedulian terhadap lingkungan menjadi komponen integral dari identitas organisasi, isu lingkungan menjadi sulit untuk diabaikan (Weick, 1988). Isu lingkungan sebagai bagian integral dari identitas organisasi berdasarkan fokus ekonomi internal atau fokus tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih luas (Sharma et al, 1999). Berdasarkan kecenderungan hukum lingkungan yang ketat dan kesadaran konsumen atas lingkungan yang semakin meningkat, maka perusahaan tidak perlu khawatir atas semakin pentingnya isu lingkungan karena tantangan lingkungan ini 2
dapat diubah menjadi peluang bisnis yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan identitas organisasi yang selanjutnya dapat meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan. Studi ini memfokuskan pada konsep manajemen lingkungan, identitas organisasi hijau di sesuaikan dengan kecenderungan lingkungan untuk membantu perusahaan meningkatkan keunggulan kompetitif. Identitas organisasi adalah skema interpretasi kolektif bersama dimana para anggota di dalam organisasi berbuat untuk memberikan arti bagi tindakannya, pilihan dan perilaku (Gioia, 1998). Tujuannya adalah terciptanya konsep identitas organisasi hijau dan memainkan peran penting dalam isu lingkungan. Simbol identitas organisasi hijau sangat penting dan berhubungan positif dengan keunggulan kompetitif (Fiol, 2001). Lingkungan budaya organisasi tertanam dalam sebuah organisasi menyediakan bahan simbolik dari yang berarti sehubungan dengan isu lingkungan dalam organisasi dapat diinterpretasikan, selain itu kepemimpinan lingkungan dapat dianggap sebagai simbol identitas organisasi sehubungan dengan isu lingkungan karena merupakan proses dinamis dimana seorang pemimpin dari organisasi mempengaruhi interpretasi isu lingkungan. Dengan demikian, anteseden dari identitas organisasi hijau berasal dari dua sumber konteks simbol yaitu budaya organisasi lingkungan dan kepemimpinan lingkungan. B. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis 1. Tinjauan Pustaka a. Manajemen lingkungan perusahaan (Corporate environmental management) Dalam beberapa tahun terakhir karena semakin meningkat pencemaran lingkungan yang secara langsung menghubungkan dengan industri manufaktur di dunia sehingga masyarakat telah melihat masalah lingkungan semakin meningkat
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
(Chen, 2008). Ada kekuatan lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan terutama kebijakan pemerintah terkait lingkungan, regulasi lingkungan secara nasional dan internasional, aktivitas pemegang saham (stakeholders), pemerhati lingkungan (LSM) dan tekanan pesaing (Rugman & Verbeke, 1998). Perusahaan tidak punya pilihan selain melakukan kegiatan perlindungan lingkungan untuk mematuhi peraturan secara nasional dan internasional serta memperhatikan kepedulian konsumen terhadap lingkungan yang semakin meningkat (Berry & Rondinelli, 1998). Saat ini kepedulian terhadap lingkungan dengan cepat muncul sebagai isu utama bagi konsumen karena pemanasan global dan banyak bisnis yang mencari keuntungan untuk menangkap setiap peluang yang ada. Manajemen lingkungan perusahaan dideinisikan sebagai kegiatan manajerial, proses, pendekatan atau konsep yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuan lingkungan, mematuhi peraturan lingkungan, mengantisipasi dampak lingkungan dari operasi perusahaan, mengambil langkah-langkah untuk mengurangi limbah dan polusi sebelum peraturan atau mencari cara positif mengambil keuntungan dari peluang bisnis melalui perbaikan lingkungan dalam rangka meningkatkan efektivitas dan eisiensi kegiatan lingkungan perusahaan (Chen, 2008). Bisnis yang mengadopsi proaktif lingkungan strategi pengelolaan dapat mengintegrasikan tujuan perlindungan lingkungan dengan departemen yang berbeda dalam perusahaan untuk memecahkan masalah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi lingkungan inovatif (Greeno & Robinson, 1992), oleh karena itu ada kebutuhan di bidang manajemen untuk mengantisipasi dan untuk merencanakan keprihatinan lingkungan dan untuk memasukkan pemikiran ini ke dalam strategi perusahaan (Haden et al, 2009). b. Tanggung Jawab Sosial Perusa-
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
haan (Corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan dideinisikan sebagai situasi dimana perusahaan berjalan melebihi kepatuhan dan terlibat dalam kegiatan sosial di sekitar perusahaan. Ada beberapa perspektif teoritis membahas tanggung jawab sosial perusahaan yaitu: 1) Perspektif teori keagenan (agency theory perspective). Teori ini memperlihatkan mengapa perusahaan harus mengambil tanggung jawab sosial perusahaan dan menyiratkan bahwa manajer dapat menggunakan tanggung jawab sosial perusahaan untuk memajukan karir atau agenda pribadi lainnya (Friedman, 1970). 2) Perspektif teori pemegang saham (stakeholders theory perspective). Teori ini menyatakan bahwa kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan memberikan manfaat untuk perusahaan terutama keuntungan non inancial karena banyak kelompok-kelompok dalam masyarakat yang lebih suka perusahaan terlibat aktif melalui tanggung jawab sosialnya dibandingkan perusahaan tidak terlibat aktif (Freeman, 1984). 3) Perspektif teori stewardship (stewardship theory perspective). Teori ini menyatakan bahwa ada kewajiban moral bagi manajer untuk melakukan sesuatu yang benar tanpa memperhatikan bagaimana keputusan tersebut dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan sehingga perspektif ini mendukung perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial perusahaan (Donaldson & Preston, 1995). 4) Perspektif teori kelembagaan (institutional theory perspective). Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan yang terlibat dalam hubungan dengan stakeholder’s atas dasar kepercayaan dan kerjasama yang termotivasi untuk jujur, dapat dipercaya dan menjalankan bisnis secara beretika (Jones, 1995). 5) Perspektif berbasis sumber daya (resource based perspective). Teori ini menegaskan bahwa tanggung jawab sosial lingkungan dapat merupakan sumber daya
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
3
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
atau kemampuan yang mengarah pada keunggulan kompetitif yang berkelanjutan (Hart, 1995). 6) Perspektif strategi teori kepemimpinan (leadership strategic teory perspective). Teori ini berpendapat bahwa aspek-aspek tertentu dari kepemimpinan transformasional akan berkorelasi positif dengan kecenderungan perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial dan pemimpin akan mempekerjakan kegiatan strategi tanggung jawab sosial perusahaan (Waldman et al, 2004). c. Identitas Organisasi (Organizational identity) Identitas organisasi adalah seperangkat keyakinan tentang apa yang paling inti, abadi dan berbeda mengenai suatu organisasi (Albert & Whetten, 1985). Setiap organisasi memerlukan identitas untuk stakeholder internal dan eksternal untuk membangun interaksi dengan organisasi, kelompok dan orang-orang lain (Albert et al, 2000). Identitas organisasi berada dalam skema penafsiran bersama bahwa anggota kolektif membangun untuk memberikan arti untuk pengalaman organisasi (Gioia, 1998), meskipun identitas organisasi dapat mempengaruhi pemikiran anggota organisasi dan perilaku anggota organisasi terutama pemimpin dapat memodiikasi interpretasi atau mempromosikan konseptualisasi baru yang akan membentuk kembali identitas organisasi ketika menghadapi perubahan lingkungan. Identitas organisasi sebagai skema interpretatif tentang pengelolaan lingkungan dan perlindungan, bahwa anggota kolektif membangun untuk memberikan arti untuk perilaku organisasi (Gioia & Thomas, 1996). 2. Pengembangan Hipotesis a. Budaya organisasi dapat dideinisikan satu set asumsi mental bersama yang panduan interpretasi dan tindakan dalam organisasi dengan mendeinisikan perilaku yang sesuai untuk berbagai situasi 4
(Fiol, 1991), sementara budaya organisasi cenderung diam-diam dan kebanyakan otonom dan berakar dalam praktek bersama. Hatch dan Schultz (1997) berpendapat bahwa budaya organisasi perlu dipertimbangkan dalam penjelasan pengembangan dan pemeliharaan identitas organisasi. Identitas melibatkan bagaimana individu mendeinisikan dan pengalaman ini dipengaruhi oleh kegiatan dan keyakinan yang didasarkan dan dibenarkan oleh budaya (Hatch, 1993). Studi ini mengacu pada Hatch dan Schultz (1997) dan mendeinisikan budaya organisasi lingkungan sebagai konteks simbolik tentang manajemen lingkungan dan perlindungan di mana interpretasi panduan perilaku dan proses sensemaking anggota. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis 1 adalah: H1: Budaya organisasi lingkungan dari suatu perusahaan secara positif berhubungan dengan identitas organisasi hijau b. Barney (1991) mendeinisikan keunggulan kompetitif perusahaan sebagai kondisi dimana pesaing tidak dapat meniru strategi kompetitif pesaing dilaksanakan oleh perusahaan atau dapat memperoleh manfaat yang diperoleh perusahaan melalui strategi kompetitif. Hasil literatur sebelumnya tentang tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan bahwa penciptaan keunggulan kompetitif didasarkan pada kepemimpinan sosial dan lingkungan (McWilliams et al, 2006). Studi ini mendeinisikan keunggulan kompetitif hijau sebagai kondisi dimana perusahaan menempati beberapa posisi tentang pengelolaan lingkungan atau inovasi hijau dimana kompetitor tidak bisa meniru strategi lingkungan dan perusahaan dapat memperoleh manfaat yang berkelanjutan dari strategistrategi lingkungan yang berhasil. Dengan demikian, dari pandangan organisasi budaya sebagai alat strategis, perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan yang berharga, unik, dan
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
sempurna (Fiol, 1991). Sebelumnya studi perusahaan berpikir bahwa pionir dalam bidang manajemen hijau dapat menikmati keuntungan pertama yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif (Porter & van der Linde, 1995), oleh karena itu hipotesis dua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H2: Budaya organisasi lingkungan dari suatu perusahaan secara positif berhubungan dengan keunggulan kompetitif hijau c. Top manajer harus dapat menginterpretasikan berbagai isu karena manajer diharapkan dapat mengidentiikasi ancaman, merumuskan strategi, berkomunikasi dengan kelompok dan dapat menyelesaikan konlik, oleh karena itu identitas organisasi dibentuk oleh interpretasi pemimpin atas keyakinan yang memandu dan mendorong perilaku organisasi (Foreman & Whetten, 2002). Tujuan utama dari kepemimpinan adalah membentuk identitas terpadu dari anggota organisasi yang dapat mengerti dan mengikuti (Scoot & Lane, 2000). Kepemimpinan dapat dideinisikan sebagai proses dimana seorang anggota dari sebuah organisasi mempengaruhi interpretasi peristiwa, pilihan tujuan dan strategi serta dapat memotivasi orang untuk mencapai tujuan (Dechant & Altman, 1994). Kepemimpinan dapat dianggap sebagai simbol identitas organisasi, karena dapat digunakan untuk mempengaruhi karyawan melihat, merasa, dan berpikir tentang organisasi (Hatch dan Schultz, 1997). Kesadaran ekologis manajer puncak 'sangat berhubungan dengan kinerja lingkungan (Fernandez et al, 2003). Penelitian ini mengacu pada Dechant dan Altman (1994) dan mendeinisikan "kepemimpinan lingkungan" sebagai suatu proses dinamis di mana satu orang mempengaruhi orang lain untuk berkontribusi pada pencapaian manajemen lingkungan dan perlindungan. Pemimpin perusahaan 'menciptakan tampilan yang mempengaruhi nilai anggota organisasi,
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
komitmen, dan aspirasi yang ingin dicapai dalam isu lingkungan yang ditafsirkan oleh perusahaan (Fernandez et al, 2003). Pemimpin biasanya menggunakan keterampilan interpersonal atau komunikasi yang menghasilkan hubungan positif dengan para pemangku kepentingan (Egri & Herman, 2000). Pemimpin sangat penting dalam mencapai hasil pembangunan lingkungan, karena pemimpin dapat merangsang visi lingkungan untuk menjadi bagian dari identitas organisasi dan memimpin anggota organisasi untuk melaksanakan tindakan dalam mencapai tujuan organisasi (Fernandez et al, 2003.). Berdasar uraian ini maka hipotesis ketiga adalah: H3: Kepemimpinan lingkungan dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan identitas organisasi hijau d. Kepemimpinan adalah sebuah proses dinamis dimana seorang individu mempengaruhi orang lain untuk berkontribusi pada pencapaian tugas kelompok (Cole, 1996). Pengaruh ini akan dianggap sepenuhnya sah oleh orang-orang yang menanggapi kepemimpinan sebagai proses (Morden, 1997). Kepemimpinan lingkungan dapat memuaskan pemangku kepentingan (Robinson & Clegg, 1998). Manajer puncak dapat merangsang motif untuk mencari perubahan organisasi yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan untuk mendapatkan komersial serta keuntungan kompetitif melalui kepemimpinan lingkungan. Kepemimpinan lingkungan berasal dari empat arah yaitu menginspirasi visi lingkungan hidup bersama, pendekatan pengelolaan lingkungan hidup, menciptakan kemitraan dengan para pemangku kepentingan untuk memecahkan masalah lingkungan dan untuk mencapai tujuan lingkungan serta mengambil tanggung pendidikan lingkungan dengan maksud menarik karyawan dalam inisiatif pengelolaan lingkungan (Dechant & Altman, 1994). Ramus (2001) menunjukkan bahwa pentingnya peran kepemimpinan
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
5
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
dalam memecah hambatan organisasi untuk kemajuan lingkungan hidup sehingga perusahaan dapat meningkatkan kinerja lingkungannya. Kontribusi pemimpin dianggap penting karena bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi melalui penciptaan strategi visi dan promosi bentukbentuk tertentu secara berkelanjutan agar keunggulan kompetitif dapat tercapai (Fernandez et al, 2003). Berdasarkan uraian ini maka hipotesis keempat adalah: H4: Kepemimpinan lingkungan dari suatu perusahaan berhubungan secara positif keuntungan kompetitif hijau e. Persepsi anggota di dalam perusahaan tentang identitas perusahaan mempengaruhi anggota dalam menginterpretasikan
meningkatkan kepedulian akan lingkungan (Sharma, 2000). Sebuah identitas yang tidak terpisahkan dapat memacu anggota untuk mencari solusi dan menciptakan rasa persatuan yang dapat menjadi kekuatan pendorong untuk perusahaan. Organisasi identitas sebagai inti kompetensi dapat menyebabkan keunggulan kompetitif dengan mengontekstualisasikan dan menyediakan perilaku adaptif baru. Berdasarkan uraian ini maka hipotesis kelima adalah: H5: Identitas organisasi hijau dari suatu perusahaan berhubungan secara positif keuntungan kompetitif hijau 3. Kerangka Pemikiran
H2 Budaya organisasi lingkungan
H1 Identitas organisasi hijau H3
Kepemimpinan lingkungan
H5
Keuntungan kompetitif hijau
H4 Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Goodness of Fit Chi square Probability GFI AGFI CFI TLI RMSEA CMIN / DF
Tabel 1 Goodness of Fit Cut Off Value Hasil Estimasi Keterangan Diharapkan kecil 419,030 = 0,05 0,000 Buruk = 0,90 0,802 Marginal = 0,90 0,760 Marginal = 0,95 0,887 Marginal = 0,95 0,873 Marginal = 0,08 0,071 Baik =2 1,696 Baik
isu strategi karena interpretasi isu strategi akan mempengaruhi perilaku anggota perusahaan (Gioia & Thomas, 1996). Jika hasil isu-isu lingkungan dipersepsikan positif maka akan memotivasi anggota di perusahaan untuk berbuat lebih baik dalam upaya 6
C. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan survey melalui surat terhadap manajer perusahaan industri di Jawa Tengah. Budaya organisasi diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh Denison & Mishara (1995).
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
Kepemimpinan diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh Dechant & Altman (1994). Identitas organisasi hijau diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh Gioia & Thomas (1996). Keuntungan kompetitif hijau diukur dengan kuesioner dikembangkan oleh McWilliams et al (2006). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan software Analysis Moment of Structural (AMOS) versi 16. D. Hasil dan Pembahasan 1. Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit) Uji kesesuaian model dilakukan dengan menggunakan kriteria goodness of it dengan hasil seperti ditunjukkan pada tabel 1. Adapun hasil uji kelayakan model selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
Hasil uji kelayakan model yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa chi square dan probability dalam keadaan buruk karena hasil estimasi tidak sesuai dengan nilai cut off yang dipersyaratkan; GFI, AGFI, CFI dan TLI dalam kondisi marginal, sedangkan RMSEA dan CMIN / DF dalam kondisi baik karena hasil estimasi tidak sesuai dengan nilai cut off yang dipersyaratkan. 2. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software AMOS 16 menunjukkan nilai koeisien regresi beserta nilai t hitungnya. Pada AMOS kolom critical ratio (CR) yang identik dengan t hitung dibandingkan dengan nilai kritisnya yaitu di atas 1,96 dengan menggunakan tingkat signiikansi 5%. Hasil uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2. Adapun hasil uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
7
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
Sumber: data yang diolah dengan AMOS 16
Tabel 2 Standarized Regression Weight Structural Equation Model
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
8
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
Tabel 3 Rangkuman hasil pengujian hipotesis
Sumber: data primer diolah 3. Pembahasan Secara umum hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya. Hipotesis 1 yang menyatakan budaya organisasi lingkungan dari suatu perusahaan secara positif berhubungan dengan identitas organisasi hijau terbukti dalam penelitian ini, hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Hatch & Schultz (2002) serta Denison & Mishra (1995), ini membuktikan bahwa budaya organisasi perlu dipertimbangkan dalam penjelasan pengembangan dan pemeliharaan identitas organisasi. Identitas melibatkan bagaimana individu mendeinisikan dan pengalaman ini dipengaruhi oleh kegiatan dan keyakinan yang didasarkan dan dibenarkan oleh budaya (Hatch, 1993). Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa budaya organisasi lingkungan dari suatu perusahaan secara positif berhubungan dengan keunggulan kompetitif hijau diterima dalam penelitian ini, hasil ini konsisten dengan temuan bahwa penciptaan keunggulan kompetitif didasarkan pada kepemimpinan sosial dan lingkungan (McWilliams et al, 2006). Dengan demikian, dari pandangan organisasi budaya
sebagai alat strategis, perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan yang berharga, unik, dan sempurna (Fiol, 1991). Hipotesis 3 yang menyatakan kepemimpinan lingkungan dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan identitas organisasi hijau. Hasil ini konsisten dengan temuan Hatch & Schultz (1997) bahwa kepemimpinan dapat dianggap sebagai simbol identitas organisasi, karena dapat digunakan untuk mempengaruhi karyawan melihat, merasa, dan berpikir tentang organisasi, Fernandez et al (2003) bahwa kesadaran ekologis manajer puncak sangat berhubungan dengan kinerja lingkungan dan pemimpin sangat penting dalam mencapai hasil pembangunan lingkungan, karena pemimpin dapat merangsang visi lingkungan untuk menjadi bagian dari identitas organisasi dan memimpin anggota organisasi untuk melaksanakan tindakan dalam mencapai tujuan organisasi. Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa kepemimpinan lingkungan dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan keuntungan kompetitif hijau. Hasil ini konsisten dengan temuan Fernandez et
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
9
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
al (2003) yang menyatakan bahwa kontribusi pemimpin dianggap penting karena bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi melalui penciptaan strategi visi dan promosi bentuk-bentuk tertentu secara berkelanjutan agar keunggulan kompetitif dapat tercapai (Fernandez et al, 2003). Hipotesis 5 yang menyatakan bahwa identitas organisasi hijau dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan keuntungan kompetitif hijau. Hasil ini konsisten dengan temuan Gioia & Thomas (1996) yang menyatakan bahwa persepsi anggota di dalam perusahaan tentang identitas perusahaan mempengaruhi anggota dalam menginterpretasikan isu strategi karena interpretasi isu strategi akan mempengaruhi perilaku anggota perusahaan dan Sharma (2000) yang menyatakan bahwa jika hasil isu-isu lingkungan dipersepsikan positif maka akan memotivasi anggota di perusahaan untuk berbuat lebih baik dalam upaya meningkatkan kepedulian akan lingkungan (Sharma, 2000). 4. Implikasi hasil penelitian Bukti empiris dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya organisasi lingkungan dari suatu perusahaan secara positif berhubungan dengan identitas organisasi hijau. Hal ini membuktikan bahwa budaya organisasi perlu dipertimbangkan dalam penjelasan pengembangan dan pemeliharaan identitas organisasi. Keunggulan kompetitif hijau sebagai kondisi dimana perusahaan menempati beberapa posisi tentang pengelolaan lingkungan atau inovasi hijau dimana kompetitor tidak bisa meniru strategi lingkungan dan perusahaan dapat memperoleh manfaat yang berkelanjutan dari strategi-strategi lingkungan yang berhasil. Top manajer harus dapat menginterpretasikan berbagai isu karena manajer diharapkan dapat mengidentiikasi ancaman, merumuskan strategi, berkomunikasi dengan kelompok dan dapat menyelesaikan konlik, oleh karena itu identitas organisasi 10
dibentuk oleh interpretasi pemimpin atas keyakinan yang memandu dan mendorong perilaku organisasi. Kepemimpinan lingkungan dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan keuntungan kompetitif hijau. Manajer puncak dapat merangsang motif untuk mencari perubahan organisasi dalam rangka meningkatkan kinerja lingkungan dan untuk mendapatkan komersial dan keuntungan kompetitif melalui kepemimpinan lingkungan. Kontribusi pemimpin dianggap penting karena bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi melalui penciptaan strategi visi dan promosi bentuk-bentuk tertentu secara berkelanjutan agar keunggulan kompetitif dapat tercapai. Identitas organisasi hijau dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan keuntungan kompetitif hijau. Sebuah identitas yang tidak terpisahkan dapat memacu anggota untuk mencari solusi dan menciptakan rasa persatuan yang dapat menjadi kekuatan pendorong untuk perusahaan. Organisasi identitas sebagai inti kompetensi dapat menyebabkan keunggulan kompetitif dengan mengontekstualisasikan dan menyediakan perilaku adaptif baru. E. Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran 1. Kesimpulan a. Budaya organisasi lingkungan dari suatu perusahaan secara positif berhubungan dengan identitas organisasi hijau sehingga semakin meningkat budaya organisasi lingkungan maka identitas organisasi hijau akan semakin meningkat. b. Budaya organisasi lingkungan dari suatu perusahaan secara positif berhubungan dengan keunggulan kompetitif hijau sehingga semakin meningkat budaya organisasi lingkungan maka keunggulan kompetitif hijau akan semakin meningkat. c. Kepemimpinan lingkungan dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan identitas organisasi hijau sehingga semakin meningkat kepemimpinan
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
lingkungan maka identitas organisasi hijau akan semakin meningkat. d. Kepemimpinan lingkungan dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan keuntungan kompetitif hijau sehingga semakin meningkat kepemimpinan lingkungan maka keunggulan kompetitif hijau akan semakin meningkat. e. Identitas organisasi hijau dari suatu perusahaan berhubungan secara positif dengan keuntungan kompetitif hijau sehingga semakin meningkat identitas organisasi hijau maka keunggulan kompetitif hijau akan semakin meningkat. 2. Keterbatasan a. Sampel yang digunakan terbatas hanya perusahaan industri manufaktur di Jawa Tengah. b. Variabel yang diteliti hanya menggunakan variabel budaya organisasi lingkungan, kepemimpinan lingkungan dan identitas organisasi hijau dalam memprediksi keunggulan kompetitif hijau. 3. Saran a. Penelitian yang akan datang sebaiknya perlu menambah sampel tidak hanya terbatas pada perusahaan sektor industri manufaktur, tetapi juga sektor agroindustri ataupun jasa serta tidak hanya di wilayah Jawa tengah tetapi di pulau Jawa. b. Perlu adanya komunikasi secara intensif dari seluruh stakeholders perusahaan dalam mengimplementasikan manajemen lingkungan secara berkesinambungan dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi dan lingkungan secara seimbang.
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
Albert, S., Ashforth BE & Dutton JE. 2000. Organizational identity and identiication: charting new waters and building new bridges. Academy of Management Re view. Vol. 25. No. 1. pp. 13 – 17. Barney. JB. 1991. Firm resource and sus tained competitive advantage. Journal of Management. Vol. 17. No. 1. pp. 99 – 120. Berry, MA & Rondinelli DA. 1998. Proac tive corporate environmental management: a new industrial. Academy of Management Execu tive. Vol. 12. No. 2. pp. 38 – 50. Chen. YS. 2008. The positive effect of green intellectual capital on com petitive advantages of irms. Jour nal of Business Ethics. Vol. 77. No. 3. pp. 271 – 286. Cole, GA. 1996. Management: Theory and Practice. DP Publica tions. London. Denison, DR & Mishra, AK. 1995. To ward a theory of organization al culture and effectiveness. Orga nization Science. Vol. 6. No. 2. pp. 204 – 223.
DAFTAR PUSTAKA
Dechant, K & Altman B. 1994. Environ mental leadership: from compli ance to competitive advantage. Academy of Management Execu tive. Vol. 8. No. 3. pp. 7 – 20.
Albert, S & Whetten, D. 1985. Organiza tional identity in Cummings LL and Staw BM (Eds). Research in Organizational Behavior. Vol. 7. JAI Press. Greenwich CT. pp. 263 – 295.
Donaldson, T & Preston, L. 1995. The stakeholder theory of the corpora tion: concepts, evidence and im plications. Academy of Manage ment Review. Vol. 20. pp. 65 – 91.
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
11
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
Egri, CP & Herman S. 2000. Leadership in the North American environ mental sector, values, leadership style and contexts of environmen tal leaders and their organiza tions. Academy of Manage ment Journal. Vol. 43. No. 4. pp. 571 – 604. Fernandez E., Junquera, B & Ordiz M. 2003. Organizational culture and human resources in the environ mental issue: a review of the literature. International Journal of Human Resource Manage ment. Vol. 14. No. 4. pp. 634 – 656. Fiol. CM. 1991. Managing culture as a competitive resource: an identity based view of sustainable com petitive advantage. Journal of Management. Vol 17. No. 1. pp. 191 – 211. Foreman, P & Whetten, DA. 2002. Mem bers identiication with multiple identity organization. Organi zation Science. Vol. 13. No. 6. pp. 618 – 635. Freeman, RE. 1984. Strategic manage ment: a stakeholder perspective. Prentice Hall. Englewood Cliffs. NJ. Gioia. DA. 1998. From individual to or ganizational identity, in Whetten. D.A and Godfrey. P.C. (Eds). Identity in Organizations De veloping Theory through Conser vations, Sage. Thousand Oaks. CA. Gioia, DA & Thomas, JB. 1996. Identity, image and issue interpretation:
12
sensemaking during strategic change in academia. Administra tive Science Quarterly. Vol. 41. No. 3. pp. 370 – 403. Greeno LJ & Robinson SN. 1992. Rethink ing corporate environmental man agement. Columbia Journal of World Business. Vol. 27. Nos ¾. pp. 222 – 232. Haden, SSP., Oyler. JD & Humphreys, JH. 2009. Historical, practical and theoretical perspectives on green management: an exploratory analysis. Management Decision. Vol. 47. No. 7. pp. 1041 – 1055. Hart, SL. 1995. A natural resource based view of the irm. Academy of Management Review. Vol. 20. No. 4. pp. 986 – 1014. Hatch, MJ. 1993. The dynamics of organizational culture. Academy of Management Review. Vol. 18. pp. 657 – 693. Hatch, MJ & Schultz, M. 1997. Relations between organizational culture, identity and image. European Journal of Marketing. Vol. 31. Pp. 356 - 365. Jones, T. 1995. Instrumental stakeholder theory: a synthesis of ethics and economics. Academy of Manage ment Review. Vol. 20. pp. 404 – 437. Lee, KH. 2009. Why and how to adopt green management into business organizations: The case study of Korean SMEs in manufacturing industry. Management Decision. Vol. 47. No. 7. Pp. 1101-1121.
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
Dampak Budaya Organisasi Lingkungan dan Kepimimpinan Lingkungan
I Putu Diva Awatara Isra Harley Wahjudin
McWilliams, A., Siegel D & Wright PM. 2006. Corporate social respon sibility: strategic implications. Journal of Management Studies. Vol. 43. No. 1. pp. 1 – 18.
Scoot, SG & Lane, VR. 2000. A stake holder approach to organizational identity. Academy Management Review. Vol. 25. No. 1. pp. 43 – 62.
Morden. T. 1997. Leadership as compe tence. Management decision. Vol. 35. pp. 519 – 526.
Sharma, S., Pablo, A & Vredenburg. H. 1999. Corporate environmental responsiveness strategies: the im portance of issue interpretation and organizational context. Jour nal of Applied Behavioral Science. Vol. 35. pp. 87 – 108. Waldman, D., Siegel, D & Javidan M. 2004. CEO transformational leadership and corporate social responsibility. Working paper. Resselaer Polytechnic Institute. New York.
Porter, ME & van der Linde, C. 1995. Green and competitive. Harvard Business Review. Vol. 73. No. 5. pp. 120 – 134. Ramus. CA. 2001. Organizational support for employees: encouraging creative ideas for environmental sustainability. California Manage ment Review. Vol. 43. No. 3. pp. 85–105. Robinson, D & Clegg, A. 1998. Environ mental leadership and competi tive advantage through environ mental management system stan dards. Eco Management & Audit ing. Vol. 5. No. 1. pp. 6 – 14.
Weick. KE. 1988. Enacted sensemaking in crisis situations. Journal of Management Studies. Vol. 24. pp. 305 – 317.
Rugman, Am & Verbeke, A. 1998. Corpo rate strategies and environmen tal regulations: an organizing framework. Strategic Manage ment Journal. Vol. 19. No. 4. pp. 363 – 375.
Jurnal EKOSAINS | Vol. II | No. 3 | Oktober 2010
13