HUKUM SEPUTAR MAKMUM MASBUQ DAN KEKELIRUAN YANG BERKAITAN DENGANNYA Oleh: Ainur Rofiq
Makmum masbuq adalah makmum yang tidak mendapati takbirotul ihrom bersama imam. Maka wajib baginya mengikuti imam dalam posisi apapun. MAKMUM MASBUQ WAJIB MENGIKUTI IMAM DALAM POSISI APAPUN Dari Mu’ad bin Jabal berkata, Rosululloh j bersabda:
! "' & !"#$ % “Jika salah seorang dari kalian akan sholat, sementara imam sedang melakukan salah satu gerakan sholat, maka hendaklah ia melakukan apa yang sedang dilakukan imam” (HR. Ibnu Syaibah, dihasankan Imam Albani) Dari Abdulloh bin Mughoffal al Muzanni, ia berkata Nabi j bersabda:
3 // 2% )&0-1 /, .% ),- . + *% )( * $ ( 9 , $ : / . 4- /+6 5 7 58, “Apabila kalian menjumpai imam duduk, maka sujudlah kalian; atau imam sedang rukuk, maka rukuklah kalian; atau imam sedang berdiri, maka berdirilah kalian; dan janganlah kalian menghitung sujud (kalian) jika kalian tidak mendapati ruku’ (bersama imam).” (HR. Ishaq bin Manshur dalam masa’il Ahmad, dishohihkan oleh Imam Albani) Kesimpulan Makmum yang menjumpai imam dalam keadaan sujud misalnya, hendaklah ia segera bertakbirotul ihrom dan bertakbir untuk bersujud meskipun sujudnya tidak dianggap rokaat. Di samping termasuk sunnah Nabi, sujud merupakan ibadah yang besar nilai dan manfaatnya di hadapan Alloh. Dan adalah kekeliruan, jika ia menunggu hingga imam berdiri pada rokaat berikutnya. MAKMUM MASBUQ YANG TIDAK MENJUMPAI FATIHAH IMAM Hendaknya orang yang ketinggalan fatihah imam, dia membaca al Fatihah sendiri dengan suara sirr, karena hal tersebut hukumnya wajib sebagaimana kesepakatan ulama’.
Dari Ubadah bin Shomit Nabi j bersabda:
@ 8A- $ 9- > -?7 $: 2$ ' =&- < 3; “Tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca al Fatihah (HR. Bukhori) Tidaklah bertentangan hadits di atas dengan dalil yang menyuruh makmum agar diam mendengarkan bacaan imam. karena masing-masing dalam kondisi berbeda. Adapun perintah agar makmum mendengar bacaan imam adalah bagi makmum yang menjumpai takbirotul ihrom dan al Fatihah imam. Maka adalah suatu kekeliruan, jika makmum masbuq masih menyibukkan dirinya membaca do’a IFTITAH. Karena para ulama tidak berselisih bahwa IFTITAH adalah sunnah hukumnya, sedang AL FATIHAH adalah wajib. Tidak semestinya yang wajib dikalahkan oleh yang sunnah. Dan ini termasuk TALBIS IBLIS. Demikian perkataan imam Ibnu Jauzi (lihat Akhtho’ul Mushollin/ 258) SIAPA YANG RUKUK DENGAN IMAM, MAKA TELAH MENDAPATKAN SHOLAT Dari Abu Huroiroh, ia berkata bahwa Rosululloh j bersabda:
H . 4 = FB#G E5, 3 + *% 4D /+* = >C - 8B$( H . 4 2% 9 , $ : “Jika kalian mendatangi sholat dan mendapati kami sedang sujud, maka sujudlah dan janganlah kalian menghitungnya. Barang siapa yang mendapatkan rukuk maka ia telah mendapati sholat (rokaat). (HR. Abu Dawud, di shohihkan oleh Imam Albani) Hadits dari Abu Bakroh, berkata:
R - : Q % P K N - ' O$ N M1 ! : % !D - . / E j LK M" J8C I C , )<:- I T H 4 S 2% j LK M"- “Bahwa dia pernah mendapati Nabi j sedang rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum sampai ke dalam barisan shaf. Kemudian dia menceritakan kejadian tersebut kepada Nabi j, Nabi j lalu bersabda: "Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun jangan diulang kembali”. (HR. Bukhori) Atsar dari Abdulloh bin Umar, ia berkata:
“Jika kamu datang dan imam sedang rukuk’ lalu kamu sempat meletakkan tangan di lututmu sebelum imam mengangkat kepalanya, maka kamu telah mendapatinya (mendapat satu roka’at)” (HR. Ibnu Abi Syaibah) Faidah o Makmum masbuq dikatakan telah mendapat rokaat bersama imam, jika sekurang-kurangnya menjumpai rukuk bersama Imam. o Nabi tidak menyuruh Abu Bakroh menambah rokaat. Teguran Nabi dikarenakan ia rukuk di luar SHOF lalu ia berjalan ke dalam shof dalam keadaan rukuk. (Seperti bunyi lengkap hadits tersebut). SEORANG DATANG UNTUK SHOLAT, SEDANG IMAM DALAM KEADAAN RUKUK. APAKAH IA BERTAKBIROTUL IHROM ATAU TAKBIR UNTUK RUKUK ? Dalam hal ini, yang lebih baik dan berhati-hati adalah ia bertakbir dengan dua kali takbir. Yaitu pertama, takbirotul ihrom (takbir rukun yang harus dilakukan pada saat tegak berdiri) dan kedua, takbir rukuk. Yaitu pada saat ia turun rukuk. Dari Abu Huroiroh berkata, Nabi j bersabda:
:KMA % - U & 1 Jika kamu akan sholat, maka bertakbirlah (takbir ihrom). (HR. Bukhori) Namun, jika ia takut kehilangan rukuk bersama imam, maka cukup baginya bertakbirotul ihrom saja. Dan ini adalah pendapat yang paling shohih di antara para ulama’. Alasannya: keduanya merupakan dua ibadah yang berkumpul pada waktu yang sama. Maka yang besar (takbirotul ihrom didahulukan dari yang kecil (takbir rukuk). Ini adalah ijma’ ulama terdahulu seperti Az Zuhri, Sa’id bin Musayyab, Auza’i dan Malik. Bahwa satu takbir (Takbirotul Ihrom) dalam keadaan ini diperbolehkan. (Fathul bari: 2/217-218) Ibnu Qudamah dalam (al Mughni 1/544) mengatakan bahwa wajib atas makmum masbuq bertakbirotul ihrom sambil berdiri tegak. Jika ia melakukannya sambil merunduk maka itu tidak sah, karena dilakukan tidak pada tempatnya. Kemudian ia bertakbir lagi yang kedua, yakni pada saat merunduk turun untuk rukuk. Yang pertama (takbirotul ihrom) adalah rukun sehingga tidak bisa digugurkan oleh kondisi apapun. Sedang kedua adalah takbir untuk rukuk. APAKAH SETELAH TAKBIROTUL IHROM, MAKMUM MASBUQ BERSEDEKAP DULU SEBELUM TURUN RUKUK ATAU SUJUD?? Syaikh Masyhur Hasan Salman, rahimahulloh- berkata:
Tidak perlu bagi sebagian makmum masbuq meletakkan tangannya yang kanan di atas yang kiri (bersedekap) setelah takbirotul ihrom dan sebelum turun rukuk. Karena, bersedekap hanya (pen: diperlukan) pada saat ada bacaan yang dibaca. Sedangkan pada keadaan ini tidak ada bacaan yang perlu dibaca. (Akhtho’ul Mushollin, 257) BOLEHKAH MAKMUM MASBUQ BERIMAM PADA MAKMUM MASBUQ? Sebagai gambaran, dua orang makmum masbuq menyempurnakan sholatnya setelah imam salam. Maka salah seorang dari mereka mundur menjadi makmum dan menjadikan yang lain menjadi imam. Dengan kata lain, apakah jama’ah estafet seperti ini dibenarkan? Kondisi di atas, menurut banyak ulama’ ahlus sunnah tidak pernah terjadi apalagi dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Maka hendaklah dikembalikan pada keumuman dalil, yakni hadits dari Abu Qotadah, Nabi j bersabda:
/5& -W% A % /V % 8$ . 4 &% 9- "#-A6 7 A#, % 8# “Jika kalian mendatangi sholat, maka wajib atas kalian (datang) dengan tenang, apa yang kalian jumpai (bersama imam) maka sholatlah, dan apa yang luput darimu maka sempurnakanlah”. (HR. Bukhori) MAKMUM YANG KETINGGALAN SAMA SEKALI DARI IMAM ROWATIB. APA YANG HARUS DILAKUKAN? a. Hendaklah ia pulang dan berjama’ah dengan istrinya. Dari Abu Bakroh:
/V< 1 Z " ( / % ': ' 9- "'- Y - / C =- N M1$ j X /* . OT ]- T % I E ! & + % I- -\ " [ & % “Sesungguhnya Rosululloh kembali dari ujung kota, beliau ingin sholat (jama’ah) dan menemukan orang-orang telah selesai sholat, maka beliau berpaling (pulang) ke rumahnya, kemudian mengumpulkan keluarganya dan beliau sholat bersama mereka” (HR. Thobroni) b. Hendaklah ia sholat sendiri-sendiri, tidak membuat jama’ah gelombang kedua. Sebagaimana atsar dari Hasan al Bashri:
a4:% /T< I- #-% L `< 1 + 6&$ / _ 4 j ^ & > @ >< O
“Para sahabat Nabi jika mereka masuk masjid, dan sholat telah ditunaikan, maka mereka sholat sendiri-sendiri.” (HR. Ibnu Abi Syaibah) Hal yang sama juga dicontohkan oleh Abdulloh bin Mas’ud, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Syafi’i yang dikeluarkan oleh Abdur Rozaq. Berbeda kasusnya jika ada orang yang memberi ia shodaqoh sholat (sebagaimana hadits riwayat Bukhori). Yakni, ORANG YANG TELAH MENUNAIKAN SHOLAT mengajak ORANG YANG BELUM SHOLAT untuk berjama’ah. Maka hal ini dibenarkan, karena telah diajarkan Nabi. MAKMUM MASBUQ HENDAKNYA MENGISI CELAH SHOF YANG KOSONG Jika makmum masbuq yang baru datang, hendaknya melihat apakah masih ada celah shof kosong. Lalu hendaklah ia masuk dan mengisinya. Namun, jika ia tidak mendapati celah kosong, maka janganlah ia menarik orang untuk diajak berbaris denganya. Karena sungguh hal tersebut tidak ada dalil shohih sedikitpun yang menerangkan dan tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Pendapat yang sama diperkuat oleh Imam Ibnu Taimiyah (lih. Silsilah ahadits dlo’ifah, 2/322) dan Syaikh aAbdul Aziz bin Baaz (lih. Ta’liq Syaikh bin Baaz atas Fathul Baari, 2/213), Wallohu waliyyut taufiq
Alhamdulillah (Kajian Ahad Pagi, 2 Juni 2012, Masjid At Taqwa Perum, Kedung Turi-Sidoarjo)