HUKUM SEORANG WANITA YANG MAKMUM KEPADA SEORANG LELAKI YANG BUKAN MUHRIM
Niki Alma Febriana Fauzi Alumni Pondok Pesantren Madrasah Wathoniyah Islamiyah (MWI) Kebarongan dan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta serta Tafsir-Hadits Universitas Ahmad Dahlan
[email protected]
Abstract : This study discusses the congregation law a woman to a man is not mahram. In society, consciously or unconsciously habit congregation woman to a man become commonplace. This raises questions regarding how the law? A tradition relates that the Prophet Muhammad, had been a priest of a beautiful woman who is not mahram. The hadith is weak status, but by looking at a few other reasons and arguments, concluded that the law of the congregation woman to a man who is not mahram is allowed.
Keywords: Male, Muhrim, Law, Women Abstrak: Penelitian ini membahas hukum jemaat seorang wanita untuk seorang pria bukan mahram. Dalam masyarakat, sadar atau tidak sadar kebiasaan jemaat wanita untuk seorang pria menjadi hal yang biasa. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana hukum? Tradisi menceritakan bahwa Nabi Muhammad, telah menjadi imam wanita cantik yang bukan mahram. Hadits ini statusnya lemah, tetapi dengan melihat beberapa alasan lain dan argumen, menyimpulkan bahwa hukum wanita jemaat dengan seorang pria yang bukan mahram diperbolehkan.
Kata Kunci: Laki-laki, Muhrim, Hukum, Perempuan pembahasan seputar wanita, baik dalam
Pendahuluan Isu yang menarik untuk dibahas dan
ranah
fikih,
hadis,
tafsir,
maupun
sering dibicarakan dalam kajian keislaman
pemikiran. Salah satu permasalahan yang
klasik
sampai hari ini masih layak untuk
maupun
modern
adalah
Hukum Seorang Wanita yang Makmum … (Niki Alma Febriana Fauzi)
| 203
diperbincangkan adalah tentang bolehkah
Pembahasan
seorang wanita makmum kepada seorang
A. Pembahasan Sanad Hadis Tentang
lelaki yang bukan muhrimnya. Dalam
Seorang
realita sehari-hari, di kantor, kampus,
Makmum Kepada Nabi saw.
Wanita
Cantik
Yang
sekolah atau tempat aktivitas yang lain
ﺼﻠﱢﻲ َ ﺴﻨَﺎ ُء ُﺕ ْﺡ َ ﺖ ا ْﻡ َﺮَأ ٌة ْ ل آَﺎ َﻧ َ س ﻗَﺎ ٍ ﻋﺒﱠﺎ َ ﻦ ِ ﻦ ا ْﺑ ِﻋ َ
misalnya, praktek seperti itu menjadi hal
ن َ ل َﻓﻜَﺎ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ل اﻟﱠﻠ ِﻪ ِ ﻒ َرﺳُﻮ َ ﺧ ْﻠ َ
yang lumrah dilakukan oleh masyarakat ketika mereka tidak menjumpai tempattempat
salat
yang
mendukung
dan
ل ِﻟ َﺌﻠﱠﺎ َیﺮَاهَﺎ ِ ﻒ ا ْﻟَﺄ ﱠو ﺼ ﱢ ﺴ َﺘ ْﻘ ِﺪ ُم ﻓِﻲ اﻟ ﱠ ْ ﺾ ا ْﻟ َﻘ ْﻮ ِم َی ُ َﺑ ْﻌ ﺧ ِﺮ ﻒ ا ْﻟ ُﻤ َﺆ ﱠ ﺼ ﱢ ن ﻓِﻲ اﻟ ﱠ َ ﺡﺘﱠﻰ َیﻜُﻮ َ ﻀ ُﻬ ْﻢ ُ ﺧ ُﺮ َﺑ ْﻌ ِ ﺴ َﺘ ْﺄ ْ َو َی
memadai. Mereka melakukannya karena
َ ﺖ ِإ ْﺑ ِ ﺤ ْ ﻦ َﺕ ْ ﻈ َﺮ ِﻡ َ َﻓِﺈذَا َر َآ َﻊ َﻧ ... ﻄ ْﻴ ِﻪ
di satu sisi tidak mendapati tempat yang
Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas berkata:
mendukung dan memadai untuk salat
pernah suatu ketika seorang wanita yang
berjamaah, dan di sisi lain mereka tetap
sangat
ingin
(makmum) Rasulullah saw. Lalu sebagian
mendapatkan
berjamaah.
pahala
Pertanyaannya,
salat
bolehkah
cantik
sahabat
shalat
mendahului
di
belakang
(mempercepat
praktek salat seperti itu (seorang wanita
langkahnya agar berada) di saf pertama
makmum kepada seorang lelaki yang
supaya
bukan muhrim) dilakukan?
Sedangkan
Ada
laporan
hadis
yang
tidak melihat wanita tersebut. sebagian
yang
lain
langkah
mereka
agar
melambatkan
menceritakan bahwa Rasulullah pernah
berada di saf terakhir dengan tujuan
mengimami seorang wanita yang sangat
apabila
cantik.
bawah ketiak ...
Hadis
perdebatan
ini
menjadi
sumber
tentang
bolehkah
seorang
wanita makmum kepada seorang lelaki yang bukan muhrimnya. Di satu pihak ada
rukuk bisa melihatnya dari
1. Masalah Kualitas Perawi Hadist Hadis ini diriwayatkan oleh A mad
yang menyatakan sahih, tapi di pihak lain
dalam
ada yang mengatakan hadis tersebut daif.
periwayatan Aḥmad, Suraij, Nuḥ ibn
Tulisan ini coba memaparkan kualitas
Qais, ‘Amr ibn Malik an-Nukri, Abu al-
hadis tersebut dari sisi sanad dan matan,
Jauza’ dan Ibnu ‘Abbas (Aḥmad, 1995:5).
serta
yang
Untuk melihat lebih jauh kualitas para
makmum kepada seorang lelaki yang
perawi hadis ini, pertama kali perlu
bukan muhrim.
ditelusuri komentar atau penilaian para
hukum
seorang
wanita
Musnad-nya,
dengan
jalur
ulama kritikus hadis kepada mereka.
204 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
a. Suraij. Nama lengkapnya adalah
c. ‘Amr ibn Malik an-Nukri al-
Suraij ibn Yunus ibn Ibrahim al-
Baṣari. Ia adalah seorang perawi
Bagdadi. Kunyahnya adalah Abu
hadis yang lemah. Ibnu ‘Addi
al-Haris al-Marwazi. Ia adalah
menilainya sebagai orang yang
seorang imam dan hafiz yang
hadis-hadisnya diingkari (munkar
menjadi
teladan
(Az-Zahabi,
al-ḥadis) dan pencuri hadis (yasriq
s.a:146).
Aḥmad
Ḥanbal
al-ḥadis) (Al-Jurjani, 1985:150).
pernah ditanya perihal Suraij, ia
Abu Ya‘la al-Mauṣuli menilainya
mengatakan
sebagai orang yang lemah (al-
ibn
bahwa
“Sepanjang
yang aku ketahui Suraij adalah
Jauzi,
orang yang salih (al-‘Asqalani,
ulama yang menilainya sebagai
s.a:397) dan teman yang baik
orang yang jujur, akan tetapi
(Ṣaḥib khair).” Yaḥya ibn Ma‘in
sering
memberikan penilaian tidak ada
(ṣaḍuq lahu auham) (al-‘Asqalani,
masalah dengannya (laisa bihi
1991:426). Ibnu Ḥibban, bahkan,
ba’s)
(Ḥatim,
1952:305).
Ia
1986:231).
melakukan
Namun
ada
kekeliruan
memasukkannya ke dalam kitab
meninggal pada tahun 235 H
kumpulan
(Ḥibban, s.a:307).
miliknya (Ḥibban, s.a:226). Ia
b. Nuḥ ibn Qais. Nama lengkapnya Nuḥ ibn Qais Rabbaḥ al-Azdi alḤadani.
Ibnu
orang-orang
siqqah
meninggal pada tahun 129 H (al‘Asqalani, s.a:301).
Ma‘in
(Ḥatim,
d. Abu al-Jauza’. Namanya adalah
Abu
Dawud
Aus ibn ‘Abdullah ar-Rabi’i. Ia
mengomentarinya sebagai orang
termasuk salah seorang ulama
yang
besar pada zamannya (Az-Zahabi,
1952:483)
dan
siqqah
(al-‘Asqalani,
s.a:247). An-Nasa’i meyebutnya la
s.a:371–372).
ba’sa bih (tidak ada masalah
sebagai hamba Allah yang selalu
dengannya). Selain itu ia juga
konsisten
dinilai oleh ulama kritikus hadis
haji. Dalam catatan Abu Ḥatim ar-
dengan gelar Syaikh wa Ṣalih al-
Razi, Abu al-Jauza’ meriwayatkan
Ḥadis. Ia meninggal pada tahun
hadis dari ‘A’isyah, Ibnu ‘Abbas
183 H atau 184 H (al-‘Asqalani,
dan ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-
s.a:247).
‘Aṣ.
Dia
Ia
juga
melaksanakan
adalah
Hukum Seorang Wanita yang Makmum … (Niki Alma Febriana Fauzi)
orang
dikenal ibadah
yang
| 205
siqqah. Suatu ketika Abu Zur‘ah
menunjukkan
pernah ditanya perihal kualitas
menerima dari Nuḥ ibn Qais dengan kata
Aus ibn ‘Abdullah ar-Rabi’i. Ia
ḥaddasana,
menjawab: “(Aus ibn ‘Abdullah
bersambung; Nuḥ ibn Qais menerima dari
ar-Rabi’i
‘Amr ibn Malik an-Nukri dengan kata ‘an,
adalah)
seorang
bersambung;
yang
Suraij
menunjukkan
penduduk Basrah yang siqqah
yang
(Ḥatim, 1952:304). Ia meninggal
ketersambungannya bermasalah; ‘Amr ibn
pada tahun 83 H (al-‘Asqalani,
Malik an-Nukri menerima dari Abu al-
1991:116).
Jauza’
ini
menunjukkan
dengan
kata
‘an,
bahwa
yang
ini
Dengan melihat uraian penilaian
menunjukkan bahwa ketersambungannya
para kritkus hadis terhadap sanad hadis
bermasalah; dan Abu al-Jauza’ menerima
ini, ada perawi yang kualitasnya memang
hadis ini dari Ibnu ‘Abbas dengan kata
bermasalah, yaitu ‘Amr ibn Malik an-
‘an, yang ini juga menunjukkan bahwa
Nukri al-Baṣari. Memang ada riwayat-
ketersambungannya bermasalah.
riwayat
lain
yang
predikatnya
bisa
Dimaksud
ketersambungannya
dianggap sebagai mutabi‘ bagi hadis ini,
bermasalah adalah bahwa ketersambungan
yaitu riwayat al-Baihaqi (Al-Baihaqi,
mereka perlu diteliti lebih jauh, karena
2000:369–370), Ibnu Ḥibban (Ḥibban,
disinyalir tidak benar-benar bersambung.
1993:126), Ibnu Majah (Majah, s.a:332),
Periwayatan dengan menggunakan kata
an-Nasa’I (An-Nasa’i, s.a:435), al-Bazzar
‘an dianggap bersambung apabila hadis
(Al-Bazzar,
(At-
itu tidak diriwayatkan oleh seorang perawi
Tirnizi, s.a:296), aṭ-Ṭayalisi (aṭ-Ṭayalisi,
yang sering menyembunyikan cacat dalam
1999:433)
Khuzaimah
hadis (mudallis) dan para perawinya
(Khuzaimah, 1980:97–98). Akan tetapi
dimungkinkan pernah bertemu satu sama
semua riwayat tersebut melalui ‘Amr ibn
lain. Dua syarat itu menjadi syarat yang
Malik an-Nukri al-Ba ari yang notabene
disepakati
oleh
bermasalah. Sehingga bila dilihat dari
menyikapi
periwayatan
kualitas
menggunakan kata ‘an atau dalam istilah
s.a:436), dan
perawi,
at-Tirmizi
Ibnu
hadis
ini
sanadnya
para
ulama hadis
ketika yang
ilmu hadis dikenal istilah mu‘an‘an
terdapat orang yang daif (lemah).
(Ṭaḥan, s.a:72). Namun ada tiga syarat 2. Masalah Ketersambungan Sanad Aḥmad menerima hadis ini dari Suraij dengan kata 206 |
addasana, yang
lain, yang ini masih diperselisihkan di kalangan ulama, yaitu: kepastian bahwa perawi yang meriwayatkan hadis dengan
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
kata ‘an itu benar-benar bertemu, lamanya
ibn Malik an-Nukri bercerita: Aku
bersahabat dan mengetahui terhadap apa
pernah
yang diriwayatkan (Ṭaḥan, s.a:72).
(maksudnya
mendengar ‘Amr
ibn
ayahku Malik)
Dengan demikian yang perlu dilacak
berkata: Abu al-Jauza tidak pernah
adalah kemungkinan pertemuan antara
sama sekali mengutuk sesuatu dan
Nuḥ ibn Qais dengan ‘Amr ibn Malik,
ia tidak pernah sedikitpun makan
‘Amr ibn Malik dengan Abu al-Jauza’ dan
dari makanan yang dikutuk (Sa’ad,
Abu al-Jauza’ dengan Ibnu ‘Abbas.
s.a). Dari sini dapat diketahui bahwa ‘Amr ibn malik dan Abu al-
a. Nuḥ ibn Qais dengan ‘Amr ibn Malik
Jauza’
dimungkinkan
Belum ditemukan kapan mereka
bertemu.
pernah
berdua dilahirkan, yang jelas Nuh
c. Abu al-Jauza’ dengan Ibnu ‘Abbas
ibn Qais meninggal pada tahun
Dalam catatan Abu Ḥatim ar-Razi,
183 H atau 184 H dan ‘Amr ibn
Abu al-Jauza’ meriwayatkan hadis
Malik pada tahun 129 H. Al-Mizzi
dari ‘A’isyah, Ibnu ‘Abbas dan
mencatat bahwa Nuh ibn Qais
‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Aṣ.
adalah salah seorang perawi yang
Dia adalah orang yang siqqah.
meriyatkan
hadis
dari
banyak
perawi, termasuk ‘Amr ibn Malik
B. Pembahasan Matan Hadis Tentang
an-Nukri (Al-Mizzi, 1992:53). Hal
Seorang
senada
Makmum Kepada Nabi saw
juga
diutarakan
oleh
banyak kritikus hadis, antara lain
Wanita
Cantik
Yang
Seluruh riwayat yang menceritakan
adz-Dzahabi (Az-Zahabi, s.a:279).
tentang
Dari sini dapat diketahui bahwa
makmum kepada Nabi tidak terdapat
mereka berdua pernah sama-sama
perbedaan format matan yang cukup
bertemu.
berarti. Artinya perbedaan matan yang ada
b. ‘Amr ibn Malik dengan Abu al-
seorang
wanita
cantik
yang
tidak sampai mempengaruhi makna dari
Jauza’
hadis tersebut. Untuk lebih jelasnya
Dalam catatan Ibnu Hibban ‘Amr
berikut ini akan ditampilkan tabel yang
ibn Malik menerima hadis salah
berisi matan-matan dari seluruh riwayat
satunya
tersebut.
dari
Abu
al-Jauza’
(Ḥibban, s.a:228). Yahya ibn ‘Amr
Hukum Seorang Wanita yang Makmum … (Niki Alma Febriana Fauzi)
| 207
Perawi sahabat Perbedaan redaksi Ibnu ‘Abbas
Perawi akhir
Perawi kunci
ﻒ َ ﺧ ْﻠ َ ﺼﻠﱢﻲ َ ﺖ ُﺕ ْ آَﺎ َﻧAl-Baihaqi
‘Amr
ibn
ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ﷲ ِ ل ا ِ { َرﺳُﻮdalam Syu’ab Malik
an-
ا ْﻡ َﺮَأ ٌة
ﺳﱠﻠ َﻢ َ َو
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ
ﻦ ِﺴ َﺡ ْ َأ
ﻦ ْ ِﻡ
ﺴﻨَﺎ ُء ْﺡ َ
س ِ اﻟﻨﱠﺎ
Keterangan
al-Iman (5442) Nukri dan Sunan-nya (5375)},
Ibnu
Khuzaimah (1696) dan Ibnu Ḥibban (401)
Ibnu ‘Abbas
ﺴﻨَﺎ ُء ْﺡ َ ﺖ ا ْﻡ َﺮَأ ٌة ْ آَﺎ َﻧAḥmad (2783)
‘Amr
ibn
ل ِ ﻒ َرﺳُﻮ َ ﺧ ْﻠ َ ﺼﻠﱢﻲ َ ُﺕ
Malik
an-
Nukri
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ اﻟﱠﻠ ِﻪ ﺳﱠﻠ َﻢ َ َو Ibnu ‘Abbas
آﺎﻧﺖ اﻡﺮأة ﺕﺼﻠﻲAt-Tirmizi ( ﺧﻠﻒ اﻟﻨﺒﻲ ﺹﻠﻰ اﷲ3122), ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﺡﺴﻨﺎء ﻡﻦ أﺡﺴﻦ اﻟﻨﺎس
‘Amr
ibn
an- Malik
an-
Nasa’i
(869), Nukri
Ibnu
Majah
(1046),
al-
Bazzar
(5296)
dan
al-Baihaqi
{dalam Sunannya (5374)} Ibnu ‘Abbas
ﺼﻠﱢﻲ َ ﺖ ا ْﻡ َﺮَأ ٌة ُﺕ ِ آَﺎ َﻧAṭ-Ṭayalisi
‘Amr
ibn
ﻲ ﺹﻠﻰ اﷲ ﻒ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ َ ﺧ ْﻠ َ (2835)
Malik
an-
ﻞ ُ ﺝ َﻤ ْ َأ، ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
Nukri
ن َ َﻓﻜَﺎ: ل َ ﻗَﺎ، س ِ اﻟﻨﱠﺎ ﺧ ِﺮ ِ ن ﻓِﻲ ﺁ َ ﺼﻠﱡﻮ َ س ُی ٌ ﻧَﺎ ف ِ ﺹﻔُﻮ ُ
208 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam
merubah ijtihadnya tersebut (A mad, 1995:5–6).
format matan riwayat-riwayat tersebut,
Perspektif berbeda ditunjukkan oleh
sehingga dapat kita simpulkan bahwa
Na iruddin al-Albani ketika menilai
hadis ini diriwayatkan secara bi al-ma‘na
hadis
(riwayah bi al-ma‘na).
melalui ‘Amr ibn Malik an-Nukri ini
ini.
statusnya
Menurutnya, sahih
hadis
(Al-Albani
yang s.a:46)
C. Penilaian Ulama Terhadap Hadis
Pendapat al-Albani ini sedikit janggal,
Tentang Seorang Wanita Cantik
karena dalam kitab-kitab biografi yang
Yang
memuat nama ‘Amr ibn Malik an-Nukri
Makmum
Kepada
Nabi
mayoritas ulama ahli kritik hadis menilai
SAW. Meskipun dari penelitian di atas
bahwa ia bukanlah orang yang siqqah
telah tampak bahwa dalam sanad hadis
(kredibel). Padahal salah satu syarat hadis
tentang seorang wanita cantik yang
sahih perawinya haruslah siqqah (Al-
makmum kepada Nabi saw terdapat
Suyuthi s.a:27). Oleh karena itu dalam
perawi yang bermasalah, akan tetapi di
hal ini pula penulis lebih sependapat
kalangan para ulama terjadi perbedaan
dengan penilaian Syu‘aib al-Arna’u
dalam menilai hadis tersebut. secara garis
yang menyatakan bahwa hadis ini daif.
besar, ada dua pendapat mengenai hadis tersebut.
Pertama,
pendapat
yang
D. Hukum
Seorang
Wanita
Yang
menyatakan bahwa sanad hadis ini daif;
Makmum Kepada Seorang Lelaki
dan kedua, pendapat yang menyatakan
Yang Bukan Muhrim
sanad hadis ini sahih. Seorang ahli hadis kontemporer, Syu‘aib al-Arna’u
Mengenai hukum seorang wanita yang makmum kepada seorang laki-laki
adalah salah seorang
yang bukan muhrim, di kalangan ulama
ulama yang menyatakan bahwa hadis ini
terjadi perbedaan pendapat. Sebagian
daif. Ketika mentahkik Musnad A mad
mereka yang mengaggap hadis tentang
ia berkomentar bahwa hadis ini sanadnya
Seorang Wanita yang Makmum Kepada
daif (lemah) dan matannya munkar
Seorang Lelaki yang Bukan Muhrim itu
(diingkari) -- meskipun sebelumnya ia
sahih, tentu (seharusnya) berpendapat
menilai hasan ketika mentahkik kitab
bolehnya
Sa i
Ibn
ibban, namun akhirnya ia
seorang
wanita
makmum
kepada seorang laki-laki yang bukan muhrimnya. Sementara sebagian ulama
Hukum Seorang Wanita yang Makmum … (Niki Alma Febriana Fauzi)
| 209
yang lain yang menyatakan hadis tersebut
tidak ada dalil-dalil yang melarang. Akan
daif berpendapat tidak membolehkannya.
tetapi kebolehan tersebut menurut Abu
Mereka yang tidak membolehkan antara
Malik, jika tidak dikhawatirkan terjadi
lain seperti al-Sarakhsi dari mazhab
fitnah. Apabila dikhawatirkan terjadi
Hanafi
dan al-Nawawi dari mazhab
fitnah maka itu juga dilarang (Malik
Syafi’i.
Selain
s.a:510).
itu
mereka
juga
berargumen dengan keumuman hadis Nabi
tentang
larangan
berkhalwat
Pendapat kelompok yang melarang ini
menurut
hemat
penulis
lebih
(menyepi) antara laki-laki dan wanita.
didasarkan kepada fitnah yang akan
Hadis tersebut berbunyi:
terjadi
ن ﺛَﺎِﻟ َﺜ ُﻬ َﻤﺎ ﻞ َﻟ ُﻪ َﻓِﺈ ﱠ ﺤﱡ ِ ﻞ ﺑِﺎ ْﻡ َﺮَأ ٍة ﻟَﺎ َﺕ ٌﺝ ُ ن َر ﺨُﻠ َﻮ ﱠ ْ ﻟَﺎ َی...
berdua-duannya seorang laki-laki dengan
) رواﻩ أﺡﻤﺪ و إﺳﻨﺎدﻩ... ﺤﺮَم ْ ن ِإﻟﱠﺎ َﻡ ُ ﺸ ْﻴﻄَﺎ اﻟ ﱠ
seorang wanita yang bukan muhrim.
(ﻋﻠﻰ ﺷﺮﻃﻬﻤﺎ Artinya: “..... janganlah seorang laki berduaan bersama seorang wanita yang tidak
halal
baginya.
Karena
sesungguhnya yang ketiga adalah syetan, kecuali bila bersama mahramnya ....” (HR. Ahmad. Sanadnya memenuhi syarat Bukhari dan Muslim)
oleh Abu Malik ibn Kamal, seorang ulama fikih pengarang kitab Sahih Fiqh Namun
menurutnya
bila
wanita yang makmum itu istri atau muhrimnya, maka itu dibolehkan (dengan posisi wanita berada di belakang imam). Selain itu, menurutnya, bila wanita yang bukan
muhrim itu
lebih
dari
satu
hukumnya juga boleh karena itu tidak dinamakan ber-khalwat (menyepi) dan
210 |
“berkumpulnya”
atau
Meskipun penulis menilai hadis di atas daif, tapi dengan mempertimbangkan kondisi dan juga pendapat para ulama yang
memberi
catatan
bahwa
ketidakbolehannya
adalah
karena
berkhalwat, maka penulis berkesimpulan bahwa hukum seorang wanita yang bermakmum kepada seorang laki-laki (yang bukan muhrimnya) adalah boleh
Pendapat ini juga yang dipegangi
al-Sunnah.
dengan
dengan syarat memang benar-benar aman dari fitnah. Salah satu indikasi amannya dari fitnah berdua-duaan adalah dengan adanya orang lain yang ada di tempat itu, meskipun orang lain tersebut hanya satu dan tidak ikut salat. Misalnya seorang
wanita
bermakmum
ketika kepada
seorang laki-laki (yang bukan muhrim) di tempat yang ramai atau umum (tidak menyepi). Di samping itu adanya qarinahqarinah pendukung, baik dari al-Qur’an
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
dan hadis yang menjelaskan perintah dan
Artinya : Dari Abu hurairah, (ia)
keutamaan
dari Nabi Saw: “Sungguh, aku
salat
mempertegas
berjamaah
kebolehan
semakin
makmumnya
berkeinginan
untuk
seorang wanita kepada seorang lelaki
memerintahkan
yang bukan muhrim – meski bukan
ditegakkan, lalu aku perintahkan
muhrim. Dalil-dalil yang menjadi qarinah
seorang
itu antara lain:
manusia.
a. Q.S. Al-Baqarah: 43
agar
untuk
shalat
mengimami
Kemudian
pergi
beberapa
orang
bersamaku
ﺼﻠَﺎ َة وَﺁﺕُﻮا اﻟ ﱠﺰآَﺎ َة وَا ْر َآﻌُﻮا َوَأﻗِﻴﻤُﻮا اﻟ ﱠ
sambil membawa seikat kayu
ﻦ َ َﻡ َﻊ اﻟﺮﱠا ِآﻌِﻴ
bakar menuju rumah orang-orang
Artinya : “Dan dirikanlah shalat,
yang tidak menghadiri shalat
tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama
orang-orang
yang
berjamaah,
lalu
aku
bakar
rumahrumah mereka dengan api.” (HR. Bukhari)
rukuk.”
d. Hadis tentang keutamaan salat
b. Q.S. An-Nisa: 102
ﺼﻠَﺎ َة َﻓ ْﻠ َﺘ ُﻘ ْﻢ ﺖ َﻟ ُﻬ ُﻢ اﻟ ﱠ َ ﺖ ﻓِﻴ ِﻬ ْﻢ َﻓَﺄ َﻗ ْﻤ َ َوِإذَا آُﻨ ﻚ َ ﻃَﺎ ِﺉ َﻔ ٌﺔ ﱢﻡ ْﻨﻬُﻢ ﱠﻡ َﻌ Artinya : “Dan apabila kamu berada di tengahtengah mereka
berjamaah
daripada
salat
sendirian
ل اﻟﱠﻠ ِﻪ َ ن َرﺳُﻮ ﻋ َﻤ َﺮ َأ ﱠ ُ ﻦ ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﱠﻠ ِﻪ ْﺑ َ ﻦ ْﻋ َ ﺹﻠَﺎ ُة َ ل َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﺹﻠﱠﻰ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ
(sahabatmu) lalu kamu hendak
ﺴ ْﺒ ٍﻊ َ ﺹﻠَﺎ َة ا ْﻟ َﻔ ﱢﺬ ِﺑ َ ﻞ ُﻀ ُ ﻋ ِﺔ َﺕ ْﻔ َ ﺠﻤَﺎ َ ا ْﻟ
mendirikan shalat bersama-sama
ﺝ ًﺔ َ ﻦ َد َر َ ﺸﺮِی ْﻋ ِ َو
mereka, hendaklah segolongan dari
mereka
berdiri
(shalat)
bersamamu.” c. Hadis tentang Rasul berkeinginan
Artinya : Dari ‘Abdullah ibn ‘Umar bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “salat berjamaah
membakar rumah orang yang
lebih
tidak mau berjamaah
sendirian dengan dua puluh tujuh
ﺹﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠ ُﻪ َ ﻲ ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ ْﻋ َ ﻦ َأﺑِﻲ ُه َﺮ ْی َﺮ َة ْﻋ َ
derajat” (HR. Bukhari)
utama
daripada
salat
ن ﺁ ُﻡ َﺮ ْ ﺖ َأ ُ ل َﻟ َﻘ ْﺪ َه َﻤ ْﻤ َ ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ل َﻗ ْﻮ ٍم ِ ﻒ ِإﻟَﻰ َﻡﻨَﺎ ِز َ ﺼﻠَﺎ ِة َﻓ ُﺘﻘَﺎ َم ُﺛﻢﱠ ُأﺧَﺎِﻟ ﺑِﺎﻟ ﱠ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َ ق َ ﺡ ﱢﺮ َ ﺼﻠَﺎ َة َﻓُﺄ ن اﻟ ﱠ َ ﺸ َﻬﺪُو ْ ﻟَﺎ َی
Dalil-dalil di atas yang menjelaskan tentang perintah serta keutamaan salat berjamaah
memberikan
Hukum Seorang Wanita yang Makmum … (Niki Alma Febriana Fauzi)
penegasan
| 211
tentang bolehnya seorang wanita kepada
terkait seorang wanita yang makmum
seorang lelaki, meski bukan muhrim.
kepada seorang lelaki adalah boleh.
Teori usul fikih yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan hukum ini adalah teori istiqra’ ma’nawi. Istiqra’
Ma’nawi
adalah
suatu
metode penetapan hukum yang bukan hanya
dilakukan
dengan
satu
dalil
tertentu, tetapi dengan sejumlah dalil yang dihubungkan antara satu sama lain yang mangandung aspek dan tujuan berbeda, sehingga terbentuklah suatu
DAFTAR PUSTAKA Aḥmad, 1995, Musnad Aḥmad, Edisi Syu'aib
Al-Arna'uṭ
Mursyid,
Ibn Majah, Jilid III. Al-Baihaqi, 2000, Syu’ab Al-Iman, Jilid
dalil-dalil tersebut (Ibrahim, 2008:161–
‘Ilmiyyah.
hadis daif yang menceritakan bahwa Nabi pernah
mengimami seorang wanita
cantik seperti dikemukakan di atas, tapi menimbang dan menghubungkan dengan dalil yang lain, maka kesimpulan hukum
Beirut:
Al-Jurjani, 1985, Al-Kamil Fi Ḍu’afa’ ArRijal, Jilid V, Beirut: Dar al-Fikr. Al-Mizzi, 1992, Tahzib Al-Kamal, Jilid Risalah.
bukan
muhrim adalah boleh.
al-
Qur'an.
kepada
yang
al-Kutub
II, Beirut: Mu’assasah 'Ulum al-
XXX,
lelaki
Dar
Al-Bazzar, t.th., Musnad Al-Bazzar, Jilid
tentang seorang wanita yang makmum seorang
Beirut:
Al-Albani, t.th., Sahih Wa Dha’if Sunan
IV,
Dengan tidak hanya terpaku pada
V,
‘Adil
Mu’assasah ar-Risalah.
perkara hukum berdasarkan gabungan 162).
Jilid
Dan
Beirut:
Mu’assasah
ar-
Al-Suyuthi, t.th., Tadrib Al-Rawi. An-Nasa’i, t.th., Sunan an-Nasa’i, Jilid
Penutup Dari penjelasan di atas maka dapat
II, Beirut: Dar al-Ma‘rifah.
disimpulkan bahwa meskipun hadis yang
al-‘Asqalani, Ibnu Ḥajar, t.th., Tahzib at-
menceritakan bahwa Nabi mengimami
Tahzib, Jilid III, editor Ibrahim az-
seorang wanita cantik itu daif, tapi
Zaibaq dan ‘Adil Mursyid, Beirut:
dengan melihat dan mempertimbangkan
Mu’assasah ar-Risalah.
dalil-dalil
yang
menjadi
qarinah
pendukung maka kesimpulan hukum 212 |
MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 2, Desember 2014
aṭ-Ṭayalisi, 1999, Musnad Aṭ-Ṭayalisi,
Ibrahim, Duski, 2008, Metode Penetapan
Jilid IV, t.tp.: Hajr li aṭ-Ṭiba‘ah wa
Hukum
an-Nasyr.
Konsep
At-Tirnizi, t.th., Sunan at-Tirmizi, Jilid V. editor Aḥmad Muḥammad Syakir, Beirut: Dar Iḥya’ at-Turats al‘Arabi. Az-Zahabi, t.th., Siyar A'lam an-Nubala, Jilid XI, Beirut: Mu’assasah arRisalah. Az-Zahabi, t.th., Siyar A'lam an-Nubala, Jilid IV, Beirut: Mu’assasah arRisalah. Az-Zahabi, t.th., Mizan Al-I’tidal, Jilid IV, Beirut: Dar al-Ma‘rifah. Ḥatim, Abu, 1952, Al-Jarḥ Wa At-Ta‘dil, Jilid II, Beirut: Dar al-Kutub al‘Ilmiyyah. Ḥibban, Ibnu, t.th., As-Siqat, Jilid VIII, t.tp.
Islam;
Membongkar
Al-Istiqra’
Al-Ma’nawi
Asy-Syatibi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. al-Jauzi, Ibnu, 1986, Aḍ-Ḍu’afa’ Wa AlMatrukin, Jilid II, Beirut: Dar alKutub al-‘Ilmiyyah. Khuzaimah,
Ibnu,
1980,
Sahih
Ibn
Khuzaimah, Jilid III. editor Musṭafa al-A’ẓami, Beirut: Al-Maktab alIslami. Malik, Abu, t.th., Sahih Fiqh Al-Sunnah Wa
Adillatuhu
Wa
Taudhih
Madzahib Al-Aimmah, t.tp. Sa’ad, Ibnu, t.th., Aṭ-Ṭabaqat Al-Kubra, Jilid VII, Kairo: Maktabah alKhanji. Ṭaḥan, Maḥmud, t.th., Taisir Muṣṭalaḥ Al-Ḥadis. t.tp.: Dar al-Fikr.
Ḥibban, Ibnu, 1993, Sahih Ibn Ḥibban, Jilid II, Beirut: Mu’assasah arRisalah.
Hukum Seorang Wanita yang Makmum … (Niki Alma Febriana Fauzi)
| 213