Hukum-Hukum Perhiasan Wanita [ Indonesia – Indonesian – ]
Shaleh Al-Fauzan
Terjemah: Team Indonesia
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2009 - 1430
: ! " # :
2009 - 1430
2
Hukum Perhiasan Wanita Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam atas dia yang diutus sebagai rahmat
bagi seluruh alam, Nabi kita Muhammad, juga keluarga dan para sahabat beliau seluruhnya, amma ba'du:
Dituntut dari wanita untuk mempraktekkan amalan-amalan fitrah yang khusus dan
sesuai untuknya dengan memotong kuku dan menjaganya, karena pemotongan kuku
merupakan amalan sunnah sebagaimana kesepakatan para ulama, juga karena ia termasuk
dari
bagian
fitrah
yang
terdapat
dalam
Hadits,
yang mana dalam
pemotongannya terdapat kebersihan dan keindahan, sedangkan dalam pembiarannya untuk
tetap
panjang
terdapat
keraguan,
penyerupaan
dengan
binatang
buas,
menumpuknya kotoran serta menahan sampainya air wudhu kedalamnya. Sebagian wanita Muslimah telah terfitnah dengan memanjangkan kuku dikarenakan oleh peniruannya terhadap wanita kafir dan karena kebodohannya terhadap sunnah.
Dituntut pula dari wanita Muslimah untuk memanjangkan rambut kepala, dan
diharamkan bagi dia untuk memotongnya kecuali dalam keadaan darurat. Berkata Syeikh
Muhammad bin Ibrahim Al-Syeikh rahimahullah dalam kitab Majmu Fatawa: [Adapun rambut kepala wanita, maka ia tidak boleh dipotong, sebagaimana yang telah diriwayatkan
oleh Nasa'i dalam kitab sunannya dengan sanad dari Ali , dan riwayat Al-Bazzar dengan
sanadnya dalam Musnadnya dari Utsman , serta riwayat ibnu Jarir dengan sanadnya
dari Ikrimah , mereka berkata: (Rasulullah telah melarang wanita dari memotong rambutnya). Sedangkan larangan apabila datang dari Nabi maka ia mengandung pengharaman selama tidak terdapat penyelisihnya. Berkata Mulla Ali Qori dalam kitab Al-
Mirqot syarh Al-Misykat: perkataan (Wanita dari memotong rambutnya) itu karena ia
merupakan pangkal bagi wanita, seperti jenggot pada pria dalam penampilan dan keindahan]
Sedangkan pencukuran wanita terhadap rambutnya, apabila diperlukan selain dari
perhiasan –seperti dia yang tidak dapat merawatnya atau terlalu panjang dan menyulitkan dirinya- maka ia diperbolehkan untuk dicukur sesuai dengan kebutuhan, sebagaimana
yang dilakukan oleh istri-istri Nabi setelah beliau wafat, agar mereka dapat
meninggalkan berhias setelah beliau wafat dan merasa tidak memerlukan pemanjangan rambut.
3
Adapun jika tujuan seorang wanita dalam mencukur rambutnya adalah untuk
mengikuti wanita-wanita kafir dan fasik atau menyerupai laki-laki, maka yang seperti ini
tidak diragukan lagi merupakan suatu keharaman, dikarenakan adanya larangan untuk menyerupai orang-orang kafir secara umum dan juga larangan wanita untuk menyerupai laki-laki.
Adapun jika tujuannya adalah untuk berhias, maka yang saya ketahui bahwa ia
tidak diperbolehkan.
Berkata Syeikh Muhammad Al-Amin As-Syinqithi rahimahullah dalam kitab Adhwaul
Bayan: [Sesungguhnya dari kebiasaan yang telah berjalan pada kebanyakan Negara
tentang mencukurnya wanita terhadap rambut kepalanya hingga mendekati pangkalnya adalah merupakan kebiasaan wanita barat yang menyelisihi apa yang ada pada wanita-
wanita Muslimah dan wanita-wanita Arab sebelum datangnya Islam, ia merupakan salah satu dari penyelewengan yang musibahnya mencakup agama, akhlak, ciri khas dan lain sebagainya]
Kemudian beliau menjawab tentang Hadits: (Bahwa para istri Nabi memotong
rambut mereka sampai mendekati batas telinga). Bahwa mereka mencukur rambutrambutnya setelah beliau wafat, karena mereka dahulu berhias pada saat beliau masih
hidup, dan hiasan yang paling indah adalah rambut-rambut mereka, adapun setelah beliau wafat maka bagi mereka ada suatu hukum khusus yang tidak disamai oleh siapapun dari seluruh wanita yang ada dimuka bumi ini, yaitu terputusnya keinginan mereka secara keseluruhan dari pernikahan, dan keputus asaan mereka darinya tidak mungkin tercampur
oleh perasaan tamak, mereka bagaikan wanita yang sedang beriddah dan terkurung sampai meningal dikarenakan oleh wafatnya Nabi, Allah berfirman:
" '*+,) $ ) ( '$& # $ % & " ! "
"Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-
isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat
besar (dosanya) di sisi Allah" [QS. AlAl-Ahzab: Ahzab: 53] perasaan tidak membutuhkan lagi terhadap
laki-laki secara keseluruhan bisa menjadi penyebab diperbolehkannya berlepas diri dari
hiasan yang tidak diperbolehkan pada selainnya. Sebagaimana tidak diperbolehkannya bagi wanita untuk menta'ati suaminya ketika dia memerintahkan dirinya untuk melakukan
hal tersebut, karena tidak ada keta'atan terhadap makhluk dalam berbuat maksiat kepada Sang Pencipta).
4
Oleh karena itu para wanita berkewajiban untuk memelihara rambut kepalanya,
merawat dan mengikatnya, dia tidak diperbolehkan untuk menumpukkannya diatas kepala
atau pada bagian depannya. Berkata syeikh Muhammad bin Ibrahim: [Adapun apa yang dikerjakan oleh sebagian wanita Muslimah pada zaman sekarang dari pembagian rambut
kesamping dan mengumpulkannya pada bagian depan atau diatas kepala, sebagaimana
yang dilakukan oleh wanita Barat – maka hal ini tidak diperbolehkan, karena adanya unsur peniruan terhadap wanita-wanita kafir]
$ %&" " : !" : :=>$ *: : 5 ;<2 *+) , %-. /0) 12345 6 78$ 9 *' ( ) $ M ) 7G %L *7G 2 H I DJ K I *@A8) BC0) DE45 7F *:= ?
( <$ P )" N5 N5 O<$
Dari Abu Hurairah dalam Hadits yang panjang berkata: bersabda Rasulullah : "Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: suatu kaum yang memiliki pecut seperti ekor sapi dan dipergunakan untuk memukul orang lain, dan wanita-wanita
yang berpakaian namun telanjang, berjalan sambil berlenggak-lenggok, kepala mereka bagaikan punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tidak pula dapat mencium wanginya, padahal wangi surga dapat tercium dari jarak sekian dan sekian" [HR.
Muslim]
sebagian dari ulama ada yang menafsirkan sabda beliau: "berjalan sambil berlenggak-
lenggok" bahwa para wanita menyisir miring, lalu diikuti oleh yang lainnya, dan ini adalah
bentuk sisiran wanita Barat serta mereka yang menirunya dari para wanita Muslimah.
Sebagaimana wanita Muslimah dilarang untuk memotong rambut kepala atau
mencukurnya tanpa adanya kebutuhan, maka sesungguhnya iapun dilarang untuk
menyambung dan menambahnya dengan rambut lain, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim: [Rasulullah melaknat al-washilah dan al-mustaushilah], al-
washilah: wanita yang menyambung rambutnya dengan rambut lain, al-mustaushilah:
wanita yang bekerja menyambungkan untuk orang lain, karena padanya terdapat pemalsuan.
Diantara penyambungan rambut yang diharamkan adalah pemakaian al-barukah
(konde rambut) yang telah dikenal pada zaman sekarang ini. Bukhori, Muslim dan lainnya
meriwayatkan: bahwa Mu'awiyah berkhutbah pada saat mendatangi Madinah, lalu mengeluarkan segumpalan rambut sambil berkata: kenapa wanita-wanita kalian
menggunakan yang seperti ini pada kepalanya?! Saya telah mendengar Rasulullah 5
bersabda: "Tidak ada seorang wanitapun yang memakai pada kepalanya rambut wanita
lain kecuali ia telah melakukan kedustaan". Al-barukah adalah rambut buatan yang menyerupai rambut kepala, dan dalam pemakaiannya terdapat kedustaan.
Dan diharamkan pula atas wanita Muslimah untuk menghilangkan rambut alisnya
atau menghilangkan sebagiannya, dengan cara apapun dari cukur, gunting atau menggunakan bahan perontok untuknya, karena ini adalah nams yang telah dilaknat
pelakunya oleh Nabi , beliau telah melaknat an-namishoh wal mutanammishoh. An-
namishoh: adalah wanita yang menghilangkan bulu kedua alisnya, atau sebagiannya
dengan tujuan berhias –menurut persangkaannya-, dan mutanammishoh: adalah wanita
yang mengerjakannya untuk orang lain. Ini termasuk dari perubahan atas ciptaan Allah yang telah diikrarkan oleh setan bahwa dia akan memerintahkan anak cucu Adam untuk melakukannya, sebagaimana yang telah Allah kisahkan dalam firman-Nya: "dan akan aku
suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya" [QS. AnAn-
Nisaa: Nisaa: 119].
:T$) :UV<W :U) 8) " : Q8<$ - R ST) " M X YK :OZW <S) :A&VW :TEVW Dalam shahih Bukhori, bahwasanya Ibnu Mas'ud berkata: (Allah melaknat wanita yang
mentato dan minta ditato, mencabut bulu alis dan minta dicabutkan bulu alisnya, serta wanita yang merenggangkan giginya untuk kecantikan, mereka telah merubah ciptaan Allah), kemudian beliau melanjutkan: (tidakkah aku melaknat dia yang telah dilaknat oleh Rasulullah ? Dimaksud oleh beliau adalah firman Allah Ta'ala: "Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah" [QS. tafsirnya.
AlAl-Hasyr: Hasyr: 7],
permasalahan ini disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab
Telah terfitnah oleh permasalahan berbahaya ini, yang mana ia termasuk dari dosa-
dosa besar, wanita-wanita yang ada pada hari ini, bahkan pencabutan bulu alis seolah-
olah telah menjadi kebutuhan sehari-hari, seorang wanita tidak boleh menuruti suaminya jika dia memerintahkan untuk melakukan hal tersebut, karena termasuk dari maksiat.
Diharamkan pula bagi wanita Muslimah untuk merenggangkan giginya demi untuk
kecantikan,
yaitu
dengan
cara
mendinginkannya
dengan
sebuah
alat
hingga
menjadikannya sedikit merenggang dengan harapan agar terlihat lebih indah. Adapun jika
terdapat gangguan pada giginya dan membutuhkan sedikit perataan untuk menghilangkan
gangguan tersebut, atau padanya terdapat karang gigi yang membutuhkan perbaikan 6
demi untuk menghilangkannya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena ini termasuk dari pengobatan, dan dilakukan oleh seorang Dokter spesialis.
Diharamkan pula bagi seorang wanita untuk mentato tubuhnya, karena Nabi
telah melaknat al-wasyimah dan al-mustausyimah, al-wasyimah adalah: wanita yang
melobangi tangan atau wajahnya dengan jarum, kemudian mengisinya dengan alkohol
atau tinta, al-mustausyimah adalah: wanita yang bekerja untuk itu. Ini adalah perbuatan
yang diharamkan dan termasuk dari dosa-dosa besar, karena Nabi telah melaknat dia
yang melakukan dan yang dilakukan atasnya, sedangkan pelaknatan tidak terjadi kecuali pada salah satu dari dosa-dosa besar.
Adapun pemakaian pacar bagi wanita dan pewarnaan rambutnya, telah berkata
imam Nawawi dalam kitab al-majmu': [adapun pewarnaan kedua tangan dan kaki dengan pacar, maka ia dianjurkan bagi wanita yang telah menikah, karena adanya beberapa Hadits yang terkenal]
Beliau mengisyaratkan kepada apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: bahwa
seorang wanita bertanya kepada A'isyah ra tentang penggunaan pacar, maka beliau menjawab: [hal tersebut diperbolehkan, akan tetapi aku membencinya karena kekasihku Rasulullah tidak menyukai baunya] (HR. Nasa'i). berkata pula A'isyah ra: seorang wanita
mengulurkan tangannya yang memegang buku dari balik kain penghalang kepada Rasulullah , kemudian Nabi menahan tangannya sambil berkata: "Aku tidak tahu
apakah ini tangan laki-laki ataukah perempuan?" wanita tersebut menjawab: bahkan ini
adalah tangan perempuan, berkatalah beliau: "jika seorang perempuan niscaya anda akan merubah kuku tangan" maksudnya adalah dengan pacar [HR.
Abu Dawud dan Nasa'i]. akan
tetapi hendaklah seorang wanita tidak mewarnai kukunya dengan sesuatu yang membeku dan menghalangi ketika bersuci, serti pewarnaan dengan manicure.
Adapun pewarnaan wanita terhadap rambut kepalanya, apabila ia telah beruban
maka hendaklah dia mewarnainya dengan selain warna hitam, dikarenakan keumuman larangan Nabi dari pewarnaan dengan hitam. Berkata Imam Nawawi dalam kitab
Riyadhus sholihin: bab larangan bagi laki-laki dan wanita untuk mewarnai rambutnya dengan warna hitam, beliaupun berkata dalam kitab al-majmu': (tidak ada perbedaan dalam larangan dari pewarnaan dengan hitam antara laki-laki dan perempuan, inilah madzhab kami). Adapun pewarnaan wanita terhadap rambutnya yang berwarna hitam agar berubah kepada warna lain, yang saya ketahui bahwa perbuatan ini tidak
diperbolehkan, karena dia tidak memiliki kebutuhan akannya, sebab warna hitam bagi
7
rambut adalah keindahan, bukan kerancuan yang membutuhkan perubahan, juga karena hal tersebut merupakan peniruan terhadap wanita-wanita kafir.
Diperbolehkan bagi wanita untuk menggunakan perhiasan yang terbuat dari emas
dan perak, sebagaimana yang telah berjalan, dan ini merupakan ijma' para ulama, akan tetapi dia tidak boleh menampakkan perhiasannya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya, bahkan dia berkewajiban untuk menutupinya, pada khususnya ketika keluar
dari rumah dan memungkinkan laki-laki untuk melihatnya, karena yang demikian itu merupakan fitnah. Telah dilarang untuk terdengar oleh laki-laki suara perhiasan kaki yang
berada dibalik pakaiannya, maka bagaimana dengan perhiasan yang tampak? Allah
berfirman: "Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan" [QS. QS. AnAn-Nuur: Nuur: 31], Wallahu a'lam.
8