HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN DI MADRASAH ALIYAH KEAGAMAAN (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh : UMNIYYATI HUSNA NIM.B.2010.0108
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ii
iii
Husna,Umniyyati. 2013; Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan Al-Mukmin Sukoharjo. KTI. D III Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Pembimbing I : Hj. Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. Pembimbing II : Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes. Kata Kunci : pengetahuan anemia, pola makan
ABSTRAK Latar Belakang : Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, konsentrasi belajar. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan anatara pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo. Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan waktu Cross sectional, dengan sampel sebanyak 59 responden. Analisa data dilakukan dengan Chi Square. Hasil Penelitian : Sebanyak 30 responden (51%) mempunyai pengetahuan yang cukup tentang anemia dan 26 responden (46%) pola makan remaja putri termasuk kategori cukup. Nilai X2 hitung sebesar 10.649, nilai X2 tabel sebesar 9.488, dengan nilai probabilitas sebesar 0,031. Kedua variabel dinyatakan berhubungan jika nilai probabilitasnya < 0,05. Karena p = 0,031< 0,05. Kesimpulan : Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. 90 halaman + 8 tabel + 5 gambar + 17 lampiran Pustaka : 28 pustaka (2004 s/d 2013)
iv
RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ABOUT ANEMIA ON YOUNG WOMEN WITH DIETARY PATTERN IN SENIOR HIGH SCHOOL (MAK) AL MUKMIN SUKOHARJO
Umniyyati Husna. Hj. Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta Jln. Tulang Bawang Selatan, No.26 Tegalsari RT 01 Rw. 32 Kadipiro ABSTRACT
Background: Iron deficiency anemia is the most prevalent nutritional problem in the world and affects more than 600 million people. Globally the prevalence of anemia is about 51%. In Indonesia, anemia is still one of the major nutritional problems in Indonesia, in addition to three other nutritional problems, namely lack of calories as protein, vitamin A deficiency and endemic goiter. Eating habits acquired as a teenager will have an impact on health. Iron deficiency can cause anemia and fatigue, concentration studied. Teens need more iron and women need more iron to replace that lost with menstrual blood. Purpose: To identify the relationship of knowledge about anemia young women with dietary pattern in class XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. Method: The type of research used in this study was an observational analytic cross sectional time approaches, with a sample of 59 respondents. Data analysis was done by Chi Square. Results: A total of 30 respondents (51%) have sufficient knowledge about anemia and 26 respondents (46%) diet pretty girls category. Chi value count at 10,649 chi tabel count at 9,488 with a probability value of 0.031. The second variable is declared relates if the probability value <0.05. Because p = 0.031 <0.05. Conclusion: The study showed that there is a relationship between the level of knowledge about anemia young women with dietary pattern in class XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. Keywords : Knowledge of Anemia, Dietary pattern
v
MOTTO
“Tidak ada perjuangan ini kecuali harus disertai dengan pengorbanan, sungguh itu memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah” (Hasan Al-Banna) “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyirah: 6) “Bersabar dan Ikhlaslah dalam menghadapi cobaan, sesungguhnya dibalik itu semua pasti ada hikmahnya” (Peneliti)
Awal dari ilmu pengetahuan adalah diam, lalu mendengarkan kemudian menyerap dan seterusnya mengamalkan dan menyebarluaskan (Al-Ghazali) “Ketika kita ingin meraih sesuatu, maka yang kita butuhkan hanya mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, tangan yang lebih banyak bergerak, kaki yang lebih banyak melangkah, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja dan mulut yang lebih banyak mengucap do’a” (5 cm)
Keberhasilan itu tidak dibawa dari garis keturunan dan tidak pula jatuh dari langit melainkan dari setiap usaha dan doa kita. (penulis)
Di tengah kesibukkan, WAKTU adalah MUSUH terbesar kita. (Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur dan penuh cinta atas kehadirat Illahirobbi, penulis persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini pada : 1. Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan, Kerahmatan, Keselamatan sehingga aku bisa menyelesaikan semua ini dengan baik dan selalu menemaniku disaat aku suka dan duka. 2. Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tua ku tercinta Ayahku Hamim Sufyan dan ibuku Nunung Sri Haryani yang telah melahirkan dan membesarkanku serta membimbingku untuk mendapatkan masa depanku, terima kasih untuk doa dan semangat yang tak pernah lelah kalian berikan untukku. 3. Dek Ani Rosyidah dan M.Syarifudien tersayang yang telah memberi support dan semangat kepadaku “kalian adalah yang terbaik”. 4. Seseorang yang selalu mendoakanku dan memberi semangat membara, semoga Allah mempertemukan kita di dunia akhirat.Aamiin 5. Dosenku terbaik Ibu Munawaroh, SST. SKM. M.Kes. dan juga ibu Rizka Fatmawati SSiT. M. Kes, serta dosen-dosenku yang lain, terima kasih sudah membimbingku
menjadi
seseorang yang lebih baik
dari
sebelumnya. 6. Sahabat-sahabatku Lusti, ika, iska, titin, ita, iin, dyah, astika. Terima kasih telah mensupport, memotivasi dan membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
vii
7. Teman-teman keluarga besar STIKES PKU Muhammadiyyah 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semuanya. Kita tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa lebih baik dari hari kemarin. 8. Almameterku tercinta “STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta”.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan segala puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta ketabahan, kekuatan, kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia dengan Pola Makan di Kelas XII Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin Sukoharjo“ Peneliti menyadari dalam penyusunan penelitian ini mengalamai banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan dapat teratai. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Weni Hastuti, S. Kep. M. Kes,
selaku Ketua STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta. 2. Sri Mintarsih, S.Kep.Ns , M. Kes, selaku pembantu Ketua 1 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. 3. Tria Puspita Sari, SST. M. Kes, selaku Ka Prodi dan penguji I DIII Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
ix
4. Hj. Munawaroh, SST, SKM. M. Kes, selaku pembimbing I dan penguji II yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Rizka Fatmawati, SSiT. M. Kes, selaku pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan serta saran kepada peneliti dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Drs. Ibnu Hanifah, selaku Kepala Madrasah Ponpes Al Mukmin Sukoharjo, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukaan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 7. Para staff pengajar STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta prodi D III Kebidanan yang telah menyalurkan ilmunya pada peneliti dan mendukung pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Orang Tua dan saudaraku yang tulus memberikan pengorbanan serta dukungan fisik, mental, spiritual kepada peneliti. 9. Teman-teman Mahasiswi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta prodi D III Kebidanan angkatan 2010 . Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Karya Tulia Ilmiah ini, untuk itu peneliti mengharapkan kritik yang membangun dan saran dari pembaca. Peneliti berharap semoga ada manfaat yang diperoleh setelah membaca Karya Tulis Ilmiah ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Sukoharjo, Juni 2013 Peneliti
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iii ABSTRAK .......................................................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix DAFTAR ISI................................................................................................. ...... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... ......
4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. ......
5
E. Keaslian Penelitian ................................................................. ......
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ............................................................................... 1.
Pengetahuan ...........................................................................
xi
8 8
2.
3.
4.
5.
a.
Pengertian ................................................................... ....
8
b.
Tingkatan Pengetahuan ...................................................
8
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ............
9
Remaja ................................................................................... 11 a.
Pengertian............................................................... ......... 11
b.
Permasalahan Anemia pada Remaja ............................... 12
Anemia ................................................................................... 13 a.
Pengertian ................................................................. ...... 13
b.
Tanda dan Gejala ............................................................. 15
c.
Akibat Anemia ................................................................. 16
d.
Pencegahan Anemia......................................................... 17
Gizi Remaja ............................................................................ 17 a.
Pengertian ........................................................................ 17
b.
Karakteristik pentingnya Gizi Remaja............................. 19
c.
Prinsip Gizi bagi Remaja ................................................. 22
Pola Makan ............................................................................. 23 a.
Pengertian ........................................................................ 23
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Makan .............. 23
c.
Pola Makan Seimbang ..................................................... 24
d.
Pola Makan Khas Remaja ............................................... 25
B. Kerangka Teori ..............................................................................
30
C. Kerangka Konsep Penelitian ..........................................................
31
D. Hipotesis ........................................................................................
31
xii
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .....................................................
32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
32
C. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling .......................................
32
D. Variabel Penelitian ........................................................................
34
E. Definisi Operasional .....................................................................
34
F. Instrumen Penelitian .....................................................................
36
G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data ..............................
39
H. Alur Penelitian ..............................................................................
44
I.
Jadwal Penelitian ...........................................................................
45
J.
Etika Penelitian ..............................................................................
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................................
47
B. Pembahasan .............................................................................................
53
C. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................
57
BAB V PENUTUP A. Simpulan .................................................................................................
58
B. Saran .......................................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori.......................................................................... 30 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 31 Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur............................... 48 Gambar 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia............................. 49 Gambar 4.3 Distribusi Pola Makan Remaja Putri......................................... 50
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar hemoglobin (Hb) ditinjau dari usia dan jenis kelamin (sahli)....................................................................... 15 Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 35 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner........................................................................ 38 Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur........................................ 48 Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia................................. 49 Tabel 4.3 Distribusi Pola Makan Remaja Putri ............................................ 50 Tabel 4.4 Cross Tabulation hubungan tingkat pengetahuan remaja putri Tentang anemia dengan pola makan di MAK Al Mukmin Sukoharjo.......... 51 Tabel 4.5 Uji Square...................................................................................... 53
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Curiculum Vitae .................................................................... 62
Lampiran 2.
Jadwal Penelitian................................................................... 63
Lampiran 3.
Permohonan Responden........................................................ 64
Lampiran 4.
Persetujuan Menjadi Responden........................................... 65
Lampiran 5.
Kuesioner.............................................................................. 66
Lampiran 6.
Dokumentasi......................................................................... 70
Lampiran 7.
Surat Ijin Penelitian............................................................... 71
Lampiran 8.
Surat Balasan Penelitian........................................................ 72
Lampiran 9.
Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Pengetahuan Anemia............................................................ 73
Lampiran 10. Validitas dan Reliabilitas Item Pertanyaan Pola Makan........................................................................... 74 Lampiran 11. Hasil Uji Validitas............................................................... 75 Lampiran 12. Tabel Product Moment........................................................ 82 Lampiran 13. Data Penelitian..................................................................... 83 Lampiran 14. Cross Tabulation.................................................................. 86 Lampiran 15. Tabel Chi Square................................................................. 87 Lampiran 16. Tabel nilai chi square.......................................................... 88 Lampiran 17. Lembar Konsultasi............................................................... 89
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Prevalensi anemia secara global adalah sekitar 51%. Prevalensi untuk balita sekitar 43%, anak usia sekolah 37%, pria dewasa hanya 18%, dan wanita tidak hamil 35% (Arisman, 2009; h.172). Menurut de Benoist (2008) dalam World Health Organization (WHO), Prevalensi anemia global diperkirakan 30,2% pada wanita yang tidak hamil meningkat menjadi 47,4% selama kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara sedang berkembang, ketimbang negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau kira-kira 1400 juta orang ) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% ( atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200 juta. Di Indonesia, anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik ( Arisman, 2009; h. 172-173 ).
1
2
Studi masalah gizi mikro di 10 propinsi tahun 2006 masih dijumpai 26,3% balita yang menderita anemia gizi besi dengan kadar haemoglobin (Hb) kurang dari 11,0 gr/dl dan prevalensi tertinggi didapat di Propinsi Maluku sebesar 36%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia sebesar 24,5%. Hasil survei anemia pada ibu hamil di 15 Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah (2007) menunjukan bahwa prevalensi anemia ibu hamil 57,7% (Depkes RI, 2011). Angka kejadian anemia di Jawa Tengah mencapai 57,1%. Angka kejadian anemia Di Kabupaten Sukoharjo didapatkan anemia pada balita umur 0 – 5 tahun (40,5%), usia sekolah (26,5%), Wanita usia subur (WUS) (39,5%), pada ibu hamil (43,5%) (Depkes RI, 2010). Anemia kekurangan zat besi dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putri yang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2009; h. 173). Pada masa remaja makanan kecil berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung jawab atas pemilihan kudapan yang sehat. Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa dimana terjadi pertumbuhan fisik, mental, emosional, yang
3
sangat cepat. Menurut WHO batasan usia remaja antara umur 10-19 tahun. Dengan mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung unsur gizi yang cukup dan teratur remaja akan tumbuh sehat, sehingga akan mencapai prestasi yang gemilang dan sumber daya berkualitas ( Proverawati & Erna, 2011; h. 86). Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan atau makanan cepat saji semacam “junk food” yang makin digemari para remaja bukan hanya sebagai makanan kecil bahkan sebagai makan besar, seperti yang ditayangkan dalam iklan televisi secara berlebihan. Makanan ini, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat aditif (Arisman, 2009; h. 76). Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. (Arisman, 2009; h. 77 ). Hasil studi pendahuluan dengan tehnik wawancara pada tanggal 12 februari 2013 didapatkan 10 siswi di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo, 7 orang tidak mengetahui tentang anemia dan makanan yang mengandung zat
4
besi, 3 orang memiliki pola makan kurang baik yaitu lebih memilih makanan kecil dibanding nasi, lauk dan sayuran yang telah disediakan. Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin Sukoharjo ”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat di rumuskan permasalahan penelitian yaitu “ Adakah Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Al Mukmin Sukoharjo ? “
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan anatara pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang anemia pada remaja putri di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo b. Untuk mengetahui pola makan pada remaja putri di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo
5
c. Untuk menganalisa hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penulis melakukan penelitian sebagai bahan panutan dalam memberikan informasi mengenai hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan sehingga yang akan datang dapat mencegah terjadinya anemia pada remaja putri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi MAK Al Mukmin Sukoharjo Diharapkan setelah diketahui tingkat pengetahuan tentang anemia dan pola makan siswi, dapat dijadikan masukan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan khususnya anemia pada remaja ( bekerjasama dengan dinas kesehatan ). b. Bagi Tenaga Kesehatan Balai Pengobatan Al Mukmin Sukoharjo Memberikan masukan untuk peningkatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada remaja. c. Bagi siswa Dapat menmbah pengetahuan dan wawasan
siswi tentang
anemia dan pola makan seimbang sehingga siswi dapat mencegah terjadinya anemia dengan mengatur pola makan yang baik.
6
E. Keaslian Penelitian Penelitian hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan mempunyai kemiripan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh : 1. Indah Indriawati Herman (2001), yaitu “ Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid, Pengetahuan tentang anemia dan Status Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor”. Metode penelitian yang di gunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian secara cross sectional. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian anemia gizi remaja putri sebesar 42,2%. Ada hubungan bermakna secara statistik (p<0.05) dengan kejadian anemia pada remaja puti adalah kebiasaan makan, yang meliputi : diet, kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh. Perbedaan dengan penelitian ini adalah judul penelitian, sampel penelitian sebanyak 59 remaja putri yang diambil secara sampling jenuh, metode penelitian secara observasional analitik dan tempat penelitian yang digunakan juga berbeda yaitu di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo. 2. Novi Tri Murtiningsih (2012), yaitu “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas VIII tentang Anamia di SMP Nurul Islam Ngemplak Boyolali”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriftif, sedangkan rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Sampel sebanyak 73 responden. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah responden dengan
7
tingkat pengetahuan anemia kategori cukup ada 45 siswi (61,60%), baik ada 24 siswi (32,9%), dan kurang ada 4 siswi (5,5%). Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada judul penelitian, metode penelitian yang digunakan observasional analitik, sampel penelitian sebanyak 59 siswi yang diambil secara sampling jenuh dan tempat penelitian yang digunakan juga berbeda yaitu di kelas XII MAK AlMukmin Sukoharjo.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang-orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atas kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Wawan & Dewi, 2010; h. 16). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010;h.17) pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
8
9
2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secar benar. 3) Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (syntesis) Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletkakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2010;h.18) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:
10
1. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut. 2. Informasi Seseorang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. Pengetahuan akan memotivasi seseorang untuk berperilaku sehat (Emilia, 2008;h.13) 3. Budaya Budaya
sangat
berpengaruh
terhadap
tingkat
pengetahuan
seseorang. Karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut. 4. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak (bertambah tua). 5. Sosial ekonomi Tingkatan
seseorang
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup
disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan kesarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.
11
2. Remaja a. Pengertian Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental dan sosial. Menurut Piaget (1980) masa remaja ialah masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana individu tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama (Zan Pieter & Lumongga, 2010; h. 163). Menurut World Health Organitation (WHO) batasan remaja adalah usia 10-19 tahun, sementara United Nations (UN) menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15- 24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (youg pople) yang mencakup usia 10-24 tahun ( Proverawati & Kusuma, 2011; h. 82). Remaja sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa yang ditandai peningkatan massa tubuh dan aktifitas yang cenderung meningkat. Pada masa ini asupan gizi seimbang sangat menentukan kematangannya hingga menjadi dewasa. Secara khusus, perhatian ekstra perlu diberikan untuk remaja putri yang akan menjadi calon ibu untuk mencapai status gizi kesehatan yang optimal (Ditbinagizi, 2012).
12
b. Permasalah Anemia pada Remaja Putri Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Di Indonesia prevalensi anemia cukup tinggi. Oleh karena itu, sasaran program perbaikan gizi pada kelompok remaja putri dianggap strategis dalam upaya memutus simpul siklus masalah gizi. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Yang sangat disayangkan adalah kebanyakan penderita tidak mengetahui dan menyadarinya. Bahkan ketika tahu pun masing menganggap anemia sebagai masalah sepele. (Ratna Aryani,2012; h. 25). Menurut Ratna Aryani (2012;h. 26) Remaja putri mudah terserang anemia karena: 1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi terpenuhi. 2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing sehingga membatasi asupan makanan. 3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang di ekskresikan khususnya melalui tinja dan Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ± 1,3 mg per hari. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja
13
tidak makan, tidak jarang berujung pada anorexia nervosa. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan diluar atau hanya menyantap kudapan. Lebih jauh kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan media iklan tentang makanan ditelevisi (Arisman, 2009; h. 78). Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti zat besi, kalium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut Kebiasaan makan remaja sangat berpengaruh terhadap status gizinya. (Arisman, 2009; h. 77). 3. Anemia a. Pengertian Anemia adalah suatu keadaaan di mana kadar hemoglobin dan eritrosit lebih rendah dari normal. Pada pria, hemoglobin normal adalah 14-18 gr % dan eritrosit 4,5-5,5 jt/mm3. sedangkan pada wanita, hemoglobin normal adalah 12-16 gr % dengan eritrosit 3,5 jt/mm3. Fungsi hemoglobin dalam darah adalah mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskannya di seluruh jaringan tubuh yang membutuhkan, kemudian mengikat CO2 dari jaringan tubuh dan melepaskannya di paru-paru. Disamping kekurangan zat besi, nilai hemoglobin yang rendeh dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6 (Ratna Aryani, 2010; h. 26).
14
Kadar hemoglobin antara 9-11 g/100 ml anemia ringan, kadar hemoglobin antara 6-8 gr/100 ml anemia sedang, kadar hemoglobin kurang dari 6 gr/100 ml anemia berat ( Prita, 2010; h. 112). Anemia
dalam
masyarakat
popoler
dengan
julukan
penyakit
kekurangan darah. Yaitu berkurangnya kadar hemoglobin sebagai penyebabnya. Yang mana hemoglobin mempunyai fungsi mengedarkan oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh untuk digunakan dalam proses pembakaran, yang pada gilirannya akan menghasilkan energi. WHO menetapkan
bahwa
anak
balita
menderita
anemia
bila
kadar
hemoglobinnya lebih rendah dari 11 g/dl dan pada anak berumur 6-14 tahun lebih rendah dari 12 g/dl (Elizabeth, 2004; h. 27). Anemia gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan
karena
kekurangan
zat
gizi
yang
diperlukan
untuk
pembentukan hemoglobin tersebut. Di Indonesia anemia gizi masih merupakan salah satu masalah gizi yang utama di Indonesia, di samping tiga masalah gizi lainnya, yaitu kurang kalori protein, defisiensi vitamin A, dan gondok endemik (Arisman, 2009; h. 172). Menurut WHO, penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin (Tarwoto, 2007; h. 31), seperti yang terlihat dalam tabel.
15
Tabel 2.1 Kadar hemoglobin (Hb) ditinjau dari usia dan jenis kelamin (menurut perhitungan sahli) Usia/ jenis kelamin
Kadar Hb (gr/ dl)
Laki-laki dewasa
< 13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil
< 12 g/dl
Wanita hamil
< 11 gr/dl
Anak umur 6-14 tahun
< 12 gr/dl
Anak umur 6 bulan-6 tahun
< 11 gr/dl
(Sumber : Assessing the iron status of populations WHO, 2004 ).
b. Tanda dan gejala Menurut Proverawati & Asfuah (2009; h. 78), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah : 1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L) 2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. 3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi dapat menyebabkan resiko pendarahan pada waktu melahirkan. Umumnya remaja putri dan wanita lebih mudah menderita anemia dibanding pria dan remaja putra. Wanita dan remaja putri membutuhkan zat besi 2 x lebih banyak daripada pria atau remaja putra karena mengalami haid dan banyak mengeluarkan darah waktu melahirkan dan zat besi diperlukan untuk memproduksi darah
16
(Hb). Tanda-tanda anemia sering dikenal 5 (lima) L, yaitu lemah, letih, lesu, lelah dan lunglai. Anemia sering disertai dengan pusing, mata berkunang-kunang, muka dan tangan pucat (Proverawati & Asufah, 2009; h. 78-79). c. Akibat Anemia Anemia gizi besi menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau produktivitas kerja, penurunan kemampuan berfikir dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran (Almatsier, 2009; h. 309). Dampak jangka panjang kedepannya akibat kekurangan zat besi ketika remaja putri sudah menikah dan hamil maka ia tak mampu memenuhi kebutuhan dirinya dan janin dalam kandungannya sehingga akan terjadi perdarahan saat melahirkan dan setelah melahirkan, pada bayi yaitu berat bayi lahir rendah (BBLR), bahkan premature (Arisman, 2009; h. 172-175). Anemia yang berlanjut semakin parah akan mempengaruhi struktur dan fungsi jaringan epitel, terutama lidah, kuku, dan mulut. Kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung mirip sendok (spoon nail) kuku sendok. Atropi papil lidah, permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang. Stomatitis angular, peradangan pada sudut mulut sehingga nampak seperti bercak berwarna pucat keputihan. Disfagia yaitu nyeri saat menelan karena kerusakan epitel hipofaring. Adanya peradangan pada mukosa mulut (stomatitis),
17
peradangan pada lidah (glostitis), dan (chelitis) peradangan pada bibir (Tarwoto dan Wasnidar, 2007; h. 46). Pada remaja yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan yang optimal dan menjadi kurang cerdas. Remaja putri yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan daya konsentrasi belajar, kurang bersemangat dalam beraktivitas karena cepat merasa lelah. Defisiensi besi dapat mempengaruhi pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di sekolah (Almatsier, 2009; h. 308-309). d. Pencegahan Anemia 1) Meningkatkan konsumsi makan bergizi berupa: a) Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. 2) Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet tambah darah 3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti : cacingan, malaria, TBC (Ayu bulan dkk, 2013; h. 82).
18
4. Gizi Remaja a. Pengertian
Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh asupan makanan yang diukur dari berat badan dan tinggi badan dengan perhitungan IMT, sehingga konsumsi makanan berpengaruh pada status gizi seseorang. Status gizi baik atau gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam jumlah
berlebihan,
sehingga
menimbulkan
efek
toksis
atau
membahayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau faktor sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas resiko dalam terjadinya berbagai penyakit ( Almatsier, 2009; h. 4-6 ). Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan bahwa 40 persen menderita anemia. Prevalensi anemia pada santri remaja di Leuwiliang Kabupaten Bogor (Permaesih,1998) dan remaja SLTA di Jakarta Timur (Wirawan, 1995) sebesar 44.44%. Bahkan hasil penelitian Hayatinur (2001) menunjukkan bahwa prevaluasi anemia remaja SMU di Kuningan Jawa Barat lebih tinggi yaitu 61.0%. Selama ini masalah kesehatan remaja kurang mendapat perhatian serius, karena remaja secara umum tidak
19
mudah terserang penyakit daripada anak-anak dan orang tua. Keadaan status gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan makan yang berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi zat gizi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan makanan atau membatasi sendiri makanannya, karena faktor ingin langsing. (Husni Tamrin, dkk, 2008; h. 124-131). Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas; di samping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan
dengan
perkembangan
otak,
kemampuan
belajar,
dan
produktifitas kerja. Oleh karena itu, Faktor gizi dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia berkualitas (Almatsier, 2009; h. 4-6). b. Karakteristik Pertumbuhan dan Pentingnya Gizi Remaja Menurut Atikah Proverawati dan Erna (2011; h. 82-86), Kebutuhan Gizi remaja relatif besar, karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. 1) Energi Pada masa remaja terdapat perbedaan kebutuhan energi untuk lakilaki dan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh dan kecepatan pertumbuhan.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI (WKNPG VI)
20
tahun 1998 menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah : beras, terigu, dan hasil olahannya (roti, nasi), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan lain-lain. 2) Protein Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, memasuki masa pertumbuhan cepat lebih dulu. Pada akir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk laki-laki. Makanan sumber protein hewani lebih tinggi bernilai biologis dibandingkan protein nabati, karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik, dari segi kualitas maupun kuantitas. Berbagai sumber protein hewani seperti: daging merah (sapi, kerbau, kambing), daging putih (ayam, ikan, kelinci), susu dan hasil olahannya (keju, mentega, yakult), kedelai dan hasil olahannya (tempe, tahu), kacang-kacangan dan lain-lain. 3) Kalsium Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi muskular, sketsal/ kerangka dan perkembangan endokrin
21
lebih besar dibandingkan masa anak dan dewasa. Lebih dari 20% pertumbuhan tinggi badan dan sekitar 50% masa tulang dewasa dicapai pada masa remaja. AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain. 4) Besi Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena
ekspansi
volume
darah
dan
peningkatan
konsentrasi
hemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibanding laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi . hal lain yang perlu diingat, adalah biovailabilitas dari makanan umumnya sangat rendah yaitu <10%. Sumber besi dari hewani mempunyai biovailabilitas yang lebih tinggi dibandingkan sumber nabati.
22
Status besi dalam tubuh juga mempengaruhi efisiensi penyerapan besi. Pada remaja dengan defisiensi besi maka penyerapan besi akan lebih efisien dibandingkan yang tidak defisiensi besi. Yang dapat meningkatkan penyerapan bessi dari sumber nabati adalah vitamin C serta sumber protein hewani tertentu (daging dan ikan). Sedangkan zat yang dapat menghambat penyerapan besi adalah kafein, tanin, fitat, zinc. AKG besi untuk remaja dan dewasa muda perempuan 19-26 mg setiap hari, sedangkan untuk laki-laki 13-23 mg per hari. Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah hati, daging merah (sapi, kambing, domba), daging putih (ayam, ikan), kacang-kacangan, sayuran hijau. 5) Seng Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematnagn seksual remaja, terutama untuk remaja lak-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki. 6) Vitamin Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena pertumbuhan dan perkembangan cepat yang terjadi. Karena kebutuhan energi meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan
23
untuk pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E diperlukan untuk pembentukan dan penggantian sel-sel. c. Prinsip Gizi bagi Remaja Pada masa remaja makanan kecil berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung jawab atas pemilihan kudapan yang sehat. Makanan merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi setiap orang. Makanan mengandung zat unsur gizi yang sangat diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan mengkonsumsi makanan sehat yang cukup dan teratur remaja akan tumbuh sehat sehingga akan mencapai prestasi gemilang, kebugaran, dan sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja putri yang terpelihara kadar gizinya akan terpelihara kesehatan reproduksinya. Jika kondisi sehat itu terus dipertahankan sampai memasuki waktu hamil maka akan mendapatkan anak yang sehat dan cerdas (Proverawati & Erna, 2011; h. 86-87). 5. Pola Makan a. Pengertian Menurut Lie Goan Hong (1985) dalam Soegeng Santoso & Anne Lies Ranti
(2009;h.89)
pola makan
adalah berbagai
informasi
yang
memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan
24
Menurut Soegeng Santoso & Anne Lies (2009; h. 88-90) faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan adalah : 1) Kesenangan Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan makan seseorang. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. 2) Budaya Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi sebagai contoh budaya pantang makanan 3) Agama Agama juga mempengaruhi jenis makann yang dikonsumsi. Sebagai contoh agama islam mengharamkan daging babi. 4) Taraf sosial ekonomi Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh taraf ekonomi. Pendapatan yang rendah akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. 5) Lingkungan alam Lingkungan alam juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi seperti kondisi tanah dan iklim setempat. c. Pola Makan Seimbang Menurut ahli antropologi Margaret Mead, pola pangan, atau food pattern, adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio-
25
budaya yang dialaminya. Pola pangan ada kaitannya dengan kebiasaan makan (food habit) (Almatsier, 2009; h.283). Menurut Direktorat Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun untuk mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumber daya manusia. Dalam PUGS, susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 Sehat 5 Sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih (Almatsier,2009; h.294). Pengelompokan makanan didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sumber zat energi/tenaga yang dapat berupa padi-padian, tepungtepungan, umbi-umbian, sagu, dan pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga dimakan sebagai makanan pokok. Sebagai sumber zat pembangun berupa sayuran dan buah, serta sumber zat pengatur berupa ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom. Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih salah satu atau lebih jenis bahan makanan sesuai dengan ketersediaan bahan makanan tersebut di
26
pasar, keadaan sosial ekonomi, nilai gizi, dan kebiasaan makanan (Almatsier, 2009; h. 295). d. Pola Makan Khas pada Remaja Remaja sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa yang ditandai peningkatan massa tubuh dan aktifitas yang cenderung meningkat. Pada masa ini asupan gizi seimbang sangat menentukan kematangannya hingga menjadi dewasa. Secara khusus, perhatian ekstra perlu diberikan untuk remaja putri yang akan menjadi calon ibu untuk mencapai status gizi kesehatan yang optimal. Pesan untuk Remaja: Makan makanan beraneka ragam; Hindari rokok, narkoba, dan minuman beralkohol; Lakukan aktivitas fisik secara teratur; Khusus remaja putri, minum tablet tambah darah 1 kali sehari menjelang dan selama menstruasi (Depkes, 2012). Pada umumnya remaja lebih suka makanan kecil seperti jajanan yang kurang bergizi seperti gorengan, coklat, permen, es. Sehingga makanan pokok yang beranekaregam tidak dikonsumsi. Remaja sering makan diluar rumah bersama teman-teman, sehingga waktu makan tidak teratur, akibatnya mengganggu sistem pencernaan (gangguan maag atau nyeri lambung). Selain itu, remaja sering tidak sarapan pagi karena tergesa-gesa beraktifitas sehingga mengalami lapar dan lemas, kemampuan menangkap pelajaran menurun, semangat belajar menurun, keluar keringat dingin, kesadaran menurun, sampai pingsan. Remaja putri sering menghindari beberapa jenis bahan makanan seperti telur dan susu. Susu dianggap
27
minuman anak-anak atau dihubungkan dengan kegemukan. Akibatnya akan kekurangan protein hewani, sehingga tidak dapat tumbuh atau mencapai tinggi secara optimal. Kadang standart langsing tidak jelas untuk remaja. Banyak remaja putri menganggap bahwa dirinya kelebihan berat badan atau mudah menjadi gemuk sehingga sering diet dengan cara yang kurang benar seperti membatasi atau mengurangi frekuensi makan dan jumlah makan, memuntahkan makanan yang sering dimakan, sehingga lama-lama tidak nafsu makan yang sngat membahayakan bagi remaja (Proverawati & Erna, 2011; h.88).
Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, elemen lain seperti besi, kalsium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalnya, membuktikan bahwa 16% mahasiswi
kehabisan
cadangan
besi,
sementara
75%
menderita
kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian remaja putri tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di negara yang sedang berkembang, sekitar 27% remaja putra dan 26% remaja putri menderita anemia; sementara di negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebnyak 44% wanita di negara berkembang ( 10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia ) mengalami anemia kekurangan besi,
28
sementara ibu hamil sebagian besar lagi, yaitu 55%. ( Arisman, 2009; h. 77). Kandungan gizi yang tidak seimbang ini bila sudah terlanjur menjadi pola makan, maka akan berdampak negatif pada status gizi remaja. Aspek pemilihan makanan penting diperhatikan oleh remaja. Kebiasaan mengkonsumsi fast food secara berlebihan dapat menimbulkan masalah kegemukan. Kegemukan menjadi sesuatu yang harus diwaspadai karena kegemukan yang berkelanjutan akan menimbulkan berbagai macam penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi (Khomsan, 2005; h. 41). Menurut Daniel, hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini kalau sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan yang bukan saja hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi dan dapat mengganggu nafsu makan (Arisman, 2009; h. 77-78). Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperoleh untuk pertumbuhan dan perkembanganya jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup untuk remaja, guna menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukanya, apabila asupan tersebut kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembanganya serta prestasinya. Anak sekolah memiliki banyak
29
kegiatan yang harus dilakukan dalam sehari. Mulai dari aktifitas di sekolah, yang dilanjutkan dengan berbagai kursus, mengerjakan PR dan mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya. Dengan aktivitas tinggi seperti itu, stamina anak akan cepat loyo kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan gizi yang cukup serta berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, maka sarana utama dari segi gizi adalah sarapan pagi. Anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dampak negatifnya adalah ketidakseimbangan sistem syaraf pusat yang diikuti dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah. Dalam keadaaan demikian anak akan sulit untuk dapat menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun (Khomsan, 2005; h. 15).
Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan, kondisi yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut kesempatan bekerja. Remaja memerlukan lebih banyak besi dan wanita membutuhkan lebih banyak lagi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. (Arisman, 2009; h. 78 ).
30
B. Kerangka Teori
Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia
Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan Informasi Budaya Pengalaman Sosial Ekonomi
Pola Makan Sehat
Faktor yang mempengaruhi pola makan:
1. 2. 3. 4. 5.
Kesenangan Budaya Agama Taraf sosial ekonomi Lingkungan Alam
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Wawan & Dewi (2010) dan Soegeng S & Anne Lies ( 2004 ) Keterangan: Diteliti
:
Tidak diteliti :
31
C. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia
Variabel Terikat Pola Makan Sehat
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesis
Ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia dengan Pola Makan di kelas XII MAK Al-Mukmin Sukoharjo.
32
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Pada penelitian observasional analitik peneliti mencoba mencari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan
antar
variabel,
sehingga
perlu
disusun
hipotesisnya
(Taufiqurrahman, 2004;h. 68). Penelitian cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor resiko (variabel bebas) dengan faktor efek (variabel tergantung) (Hidayat, 2010; h. 56).
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini telah dilaksanakan di MAK Al Mukmin Sukoharjo 2. Waktu : Penelitian ini telah dilaksanakan pada 25 – 26 April 2013
C. Populasi, Sampel, dan teknik Sampling 1. Populasi Menurut Sugiyono (2004) dalam Hidayat (2010; h.68) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
32
33
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri berjumlah 59 siswi kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo. 2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010; h. 68-69). Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo berjumlah 59 responden, yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berikut: a). Kriteria Inklusi : 1) Responden tidak sedang sakit 2) Siswi kelas XII MAK yang bersedia menjadi responden 3) Responden yang bersekolah di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo b). Kriteria Ekslusi : Responden yang tidak hadir saat penelitian berlangsung 3. Teknik Sampling Teknik sampling dari penelitian ini adalah Nonprobability Sampling dengan jenis penelitian sampling jenuh/ total sampling, dimana semua anggota populasi diambil sebagai sampel, karena jumlah populasinya relatif sedikit yaitu 59 responden (Hidayat, 2010; h. 81-83).
34
D. Variabel Penelitian Variabel menurut FN Kerlinger yang dikutip Suharsini Arikunto adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif sebagai contoh, variabel kuantitatif adalah variabel berat badan, umur, tinggi badan. Sedangkan variabel kualitatif diantaranya persepsi, respon, sikap, dan lain- lain. Sedangkan menurut Sudigdo Sastroasmoro dkk, variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainnya. (Hidayat. 2010; hal. 86). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variabel terikat). 1. Independent variable (variabel bebes) Variabel independen ini merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Hidayat, 2010; h. 86). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pengetahuan remaja putri tentang anemia. 2. Dependent variable (variabel terikat) Variabel dependen ini merupakan yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2010; h. 87). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pola makan sehat. E. Definisi Operasional (DO) Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
35
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2010; h. 87).
Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel 1.
2.
Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan siswi pengetahuan tentang anemia tentang meliputi pengertian, anemia tanda dan gejala, Akibat/ dampak anemia Makanan yang mengandung zat besi Cara pencegahan anemia Pola Makan Kebiasaan Pola Seimbang makan siswi dalam mengkonsumsi makanan seimbang
Parameter dan kategori Pengetahuan tentang Anemia Baik : 76-100% Cukup : 56-75% Kurang : ≤ 55% (Nursalam,2011)
Alat Ukur Skala Pengukuran Kuesioner Ordinal
Pola Makan Seimbang Baik : 76-100% Cukup : 56-75% Kurang : ≤55% (Nursalam, 2011)
Kuesioner
Ordinal
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasiltas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Jenis instrument penelitian berupa angket, checklist, pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan laboratorium, dan lain – lain. (Saryono, 2011; hal. 85)
36
Penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehinga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada. (Hidayat, 2010; hal. 98) Sedangkan alat yang digunakan adalah kuesioner dan pengukuran pengetahuan Remaja putri tentang anemia dengan pola makan menggunakan Skala Guttman, yang mana skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten yang memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman ini umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, penilaian yang diberikan untuk pertanyaan yang favorable adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Untuk pertanyaan yang unfavorable adalah 0 untuk jawaban benar dan 1 untuk jawaban salah. Kemudian dikategorikan ke dalam bentuk Pengetahuan baik
:
jika prosentase skor jawaban 76-100%
Pengetahuan cukup
:
jika prosentaase skor jawaban 56-75%
Pengetahuan kurang :
jika prosentase skor jawaban < 56%
Kuesioner untuk pengukuran pola makan siswi juga menggunakan skala Likert yang terdiri dari 3 pilihan jawaban yaitu hampir selalu, kadang-kadang, hampir tidak pernah. Untuk pertanyaan favorable jawaban hampir sering diberi nilai 2, kadang-kadang bernilai 1, hampir tidak pernah bernilai 0. Untuk pertanyaan unfavorable jawaban hampir selalu diberi nilai 0, kadang-kadang bernilai 1, hampir tidak pernah bernilai 2 (Hidayat, 2007;hal 37,39). Kemudian dikategorikan ke dalam bentuk
37
Pengetahuan baik
:
jika prosentase skor jawaban 76-100%
Pengetahuan cukup
:
jika prosentaase skor jawaban 56-75%
Pengetahuan kurang :
jika prosentase skor jawaban < 56%
(Nursalam, 2011; hal. 120) Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner No 1.
2.
Variabel Indikator Penelitian Pengetahuan Tingkat pengetahuan remaja putri remaja putri tentang tentang anemia anemia a. Pengertian anemia b. Tanda dan gejala anemia c. Akibat/ dampak anemia d. Penyabab anemia e. Makanan yang mengandung zat besi f. Pencegahan Anemia
Favorable
unfavorable
Jumlah
1, 2,3,4 5,7,8,9, 13,14,15, 16,17,18 19
6 10 11 12 20
3
Pola makan seimbang
21,22,23, 27,28,30
Tindakan nyata remaja putri dalam mengatur pola makan seimbang Total
3 5
4
5
24 25 26 29
10
30
38
G. Metode Pengumpulan Data dan Analisa Data 1. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder: a. Data primer, dikatakan data primer bila pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran. (Hidayat, 2010;h. 103). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden . Sebelum mengisi kuesioner, responden diberi penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan informed consent yang diikuti penyerahan kuesioner (Hidayat, 2010;h.103). b. Data sekunder, apabila pengumpulan data yang diingini diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. (Hidayat, 2010; hal. 103). Data sekunder dalam penelitian ini luas yaitu wilayah Pondok Pesantren Islam Al Mukmin Sukoharjo. 2.
Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2010), data diolah dan dikumpulkan melalui tahap tahap sebagai berikut : a.
Editing (penyuting data) Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disuting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak
39
mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup out). b.
Membuat lembaran kode (Coding sheet) atau kartu kode (coding sheet). Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolomkolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan. Pada pengetahuan anemia Benar diberi nilai 1, salah bernilai 0. Pada pola makan terdiri hampir selalu 2, kadang-kadang 1, hampir tidak pernah 0 dan sebaliknya jika pertanyaan unfavorable.
c.
Memasukkan data (data entry)atau processing Data yakni jawaban-jawaban dan masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software”
komputer. Software komputer ini
bermacam-macam, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk “entry data” penelitian adalah paket program SPSS for window. d.
Tabulasi Yakni membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
3. Analisis Data Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengolah data selama penelitian, sehingga dari analisis hasil
40
itu dapat ditunjukkan keputusan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan langkahlangkah sebagai berikut : 1. Analisa Univariat Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara deskriptif dapat menghitung distribusi frekuensi, variabel yang dianalisis
secara
univarat
dalam
penelitian
ini
adalah
karakteristik responden, variabel pengetahuan untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang anemia dan variabel pola makan seimbang. 2. Analisa Bivariat Analisis ini dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan. Variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal dan ordinal, maka analisis data yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat dengan bantuan SPSS for windows versi 17. Kriteria pengujian Ho ditolak artinya signifikan, bila X2 hitung > X2 tabel. Batas
kemaknaan
yang
dipakai
dengan taraf signifikasi (α) ) 0,05. Keterangan : X2 = Chi Kuadrat
41
F0 = Frekuensi yang diobservasi Fh = Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2010).
4. Uji Statistik Sebelum
kuesioner
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
kuesinoer perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas (Notoatmodjo, 2005;h.129). Perhitungan hasil uji coba dengan menggunakan bantuan komputer program Software Statistical Program Social Science (SPSS). a. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur
apa
yang
diukur
(Notoatmodjo,
2005:h.129). Teknik yang dipakai untuk mengetahui validitas angket menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut :
R
NX
N XY XY 2
X NY 2 Y 2
2
Dengan keterangan : N
: jumlah responden
X
: pertanyaan nomor ke-x
Y
: skor total
XY
: skor pertanyaan nomor ke-x dikali skor total
42
Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS For Windows menghasilkan nilai korelasi dan signifikansi. Hasil perhitungan untuk menentukkan valid tidaknya suatu item pertanyaan akan di bandingkan dengan r tabel pada N jumlah sampel untuk taraf signifikan 5%. Apabila r hitung > r tabel maka item pertanyaan dinyatakan valid. Apabila r hitung < r tabel maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid. (Riwidikdo, 2009; h. 155). Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden yaitu remaja putri kelas XII yang mempunyai karakteristik yang sama yang tinggal di lingkungan Madrasah Aliyah Al Mukmin Sukoharjo. Dari 30 kuesioner didapat hasil 28 item pertanyaan valid dan 2 item pertanyaan tidak valid. 2 item pertanyaan yang tidak valid yaitu item 9, 13. Untuk melaksanakan penelitian selanjutnya, butir kuesioner yang tidak valid tidak digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil statistika pada uji validitas tingkat pengetahuan anemia dan pola makan didapat r hitung antara 0,364 sampai 0,901. Hal ini menunjukkan r hitung > r tabel (0,364- 0,901 > 0, 361) dengan N=30 dan taraf signifikansi 5 %. b. Reliabilitas Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. ( Notoatmojdo,2005;h.133)
43
Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus koefisien Cronbach’s Alpha sebagai berikut: =(
){
∑
}
Keterangan :
r11
= reliabilitas instrument
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya.
∑∞2b
= jumlah varians butir
δt2
= varians total Hasil
perhitungan
dengan
rumus
alpha
Crobsnch’s
disimpulkan apabila nilai koefisiensi alpha Crobanch’s > 0,7 maka instrumen penelitian dinyatakan reliebel sehingga dapat digunakan untuk penelitian. Apabila koefesiensi alpha Crobanch’s < 0,7 maka instrumen dinyatakan tidak reliebel sehingga tidak dapat digunakan untuk penelitian. (Riwidikdo, 2010; h. 149). Dari hasil hitung validitas didapat 28 item kuesioner valid dan 2 item kuisioner tidak valid, kemudian akan diuji reliabilitasnya, dengan rumus diatas dan didapat bahwa hasil r 11 adalah 0,951. Jika nilai α > 0,7 maka dikatakan reliable. Karena 0, 951 > 0,7
maka item pertanyaan dikatakan reliable dan dapat
digunakan sebagai instrument penelitian. H. Alur Penelitian 1. Tahap Persiapan
44
Dimulai dari pengurusan ijin penelitian pada tanggal 20 Februari 2013 yang ditujukan pada kepala yayasan ponpes Al Mukmin Sukoharjo. Kemudian menyiapkan bahan penelitian berupa kuesioner. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data awal sebagai bahan untuk menyusun latar belakang permasalahan. Selanjutnya melaksanakan penelitian dengan tahapan sebagai berikut: a. Permintaan surat dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. b. Mengajukan surat penelitian ke Yayasan Ponpes Islam Al Mukmin Sukoharjo, dilanjutkan pengambilan data sekunder. c. Menghitung jumlah populasi kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo yaitu sebesar 59 remaja putri dan menggunakan sampel jenuh atau totaly sampling d. Melakukan studi pendahuluan di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo e. Mengadakan penelitian dengan menyebarkan kuesioner tertutup pada responden yang berisi tentang pernyataan mengenai pengetahuan remaja tentang anemia dan pertanyaan tentang pola makan kepada responden sesuai kriteria yang telah ditentukan. Setelah
responden
selesai
menjawab
kuesioner,
kemudian
kuesioner diperiksa mengenai kelengkapan serta kebenaran jawabannya. Selanjutnya kuesioner dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan dan analisa data.
45
3. Tahap Akhir Tahap akhir dimulai dengan pengolahan data, dilanjutkan dengan analisis data dan dilaporkan serta disimpulkan, penyajian data dalam bentuk laporan Karya Tulis Ilmiah.
I. Jadwal Penelitian Terlampir
J. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusaia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan beanar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Masalah etika juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam penelitian, diantaranya: 1. Informed consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. 2. Anonymity (tanpa nama) Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan
46
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informaasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010;h. 92-92).
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Islam Al Mukmin terletak di Desa Ngruki Cemani Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo, Luas bangunan ±3000m2 yang terdiri dari asrama putra dan asrama putri , unit Madrasah Aliyah Keagamaan yang mempunyai visi terbentuknya generasi muslim yang siap menerima dan mengamalkan islam secara kaffah. Berbatasan dengan Solo bagian selatan dan struktur kepengurusan meliputi Yayasan Al- Mukmin. Direktur yang dipimpin oleh KH Wahyuddin, Kepala Madrasah yang dipimpin oleh bapak Ibnu Chanifah, S.Ag. fasilitas yang ada di MAK Al Mukmin Sukoharjo meliputi ruang tidur siswi, ruang makan, dapur, laboratorium bahasa, laboratorium sains, aula pesantren, masjid, 2 perpustakaan, ruang multimedia komputer, 12 ruang kelas, meliputi 4 kelas X, 4 kelas XI, untuk kelas XII terdapat 4 ruang kelas yang terdiri dari 1 kelas ipa 1 kelas ips dan 2 kelas keagamaan. Selain itu di MAK Al Mukmin Sukoharjo juga terdapat kegiatan ekstrakulikuler untuk para siswi putri diantaranya qiro’ah, tata boga, menjahit, pidato, renang, basket.
47
48
2. Karakteristik responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur Umur 16 th 17 th 18 th 19 th 20 th 21 th Total
frekuensi prosentase 1 2% 23 39% 20 34% 14 24% 0 0% 1 2% 59 100%
Gambar 4.1 karakteritik responden berdasarkan umur
0%
umur 2%
1%
24%
16 th 17 th 39%
18 th 19 th 20 th 21 th
34%
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebanyak 23 orang (39%), sebagian kecil responden yang berumur 20 tahun yaitu 0 (0%).
49
b. Pengetahuan Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia pengetahuan Baik Cukup Kurang total
frekuensi prosentase 14 24% 30 51% 15 25% 59 100%
Gambar 4.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Anemia
pengetahuan 24%
25%
baik cukup kurang
51%
Sumber : Data Primer, 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 30 orang (51%), sedangkan sisanya cukup berimbang, dan sebagian kecil responden yang pengetahuannya baik sebanyak 14 orang (24%).
50
c. Pola makan Tabel 4.3 Distribusi Pola makan remaja Putri pola makan baik cukup kurang total
frekuensi Prosentase 18 31% 26 44% 14 24% 58 98%
Gambar 4.3 Distribusi Pola makan Remaja Putri
pola makan 24% 31% baik cukup kurang
45%
Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pola makan sebagian besar responden dikategorikan cukup yaitu sebanyak 26 orang (46%), dan sebagian kecil responden yang pola makannya kurang ada 14 orang (24%).
51
3. Analisis hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan pola makan Tabel 4.4 Cross Tabulation hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di MAK Al Mukmin Sukoharjo pengetahuan * pola_makan Crosstabulation pola_makan kurang Pengetahuan Kurang Count
Total
5
2
15
% within pengetahuan
53.3%
33.3%
13.3%
100.0%
% of Total
13.6%
8.5%
3.4%
25.4%
5
14
11
30
16.7%
46.7%
36.7%
100.0%
8.5%
23.7%
18.6%
50.8%
1
8
5
14
% within pengetahuan
7.1%
57.1%
35.7%
100.0%
% of Total Count % within pengetahuan % of Total
1.7% 14 23.7%
13.6% 27 45.8%
8.5% 18 30.5%
23.7% 59 100.0%
23.7%
45.8%
30.5%
100.0%
% within pengetahuan % of Total
Total
baik
8
Cukup Count
Baik
Cukup
Count
Dalam hubungannya antara pengetahuan tentang anemia dengan pola makan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Responden yang pengetahuannya kurang cenderung memiliki pola makan katergori kurang hal ini dapat dilihat dari 15 responden yang pengetahuannya kurang, separuhnya memiliki pola makan kurang. Responden yang pola makannya cukup ada 5 orang, dan hanya ada 2 responden yang pola makannya baik.
52
b. Responden yang pengetahuannya cukup baik cenderung memiliki pola makan cukup baik pula. Hal ini dapat dilihat dari 30 responden yang pengetahuanya cukup separuhnya memiliki pola makan cukup. Responden yang pola makannya baik ada 11 orang, dan hanya ada 5 respoden atau seperenamnya (1/6) yang memiliki pola makan kurang. c. Responden yang pengetahuannya baik cenderung memiliki pola makan cukup, yaitu dari 14 orang lebih dari separuhnya yaitu 8 orang yang memiliki pola makan cukup. Meskipun memiliki kecenderungan yang sama dengan yang pengetahuannya cukup, tetapi sangat kecil kemungkinannya responden yang pengetahuannya baik memiliki pola makan kurang dalam tabel diatas diketahui dari 14 orang yang pengetahuannya baik hanya ada 1 responden yang pola makannya kurang. Tabel 4.5 Uji Chi Square Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-sided)
Df
Pearson Chi-Square
10.649a
4
.031
Likelihood Ratio
10.265
4
.036
Linear-by-Linear Association
6.393
1
.011
N of Valid Cases
59
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,32.
53
Hasil uji statistik dengan menggunakan pearson chi square didapatkan nilai X2 hitung sebesar 10.649, dengan nilai probabilitas sebesar 0,031. Kedua variabel dinyatakan berhubungan jika nilai X2 hitung > X2 tabel 10.649 > 9.488 dan p < dari p tabel 0,031 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan pola makan seseorang. B. Pembahasan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)”. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi yang di dapat, lingkungan, pengaruh orang terdekat, pendidikan, orang tua, dan pengalaman seseorang (Wawan & Dewi, 2010; h. 16). Berdasarkan karakteristik umur responden di kelas XII MAK Al Mukmin Sukoharjo pada Tabel 4.1 hal; 41 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok umur 17 tahun yaitu sebanyak 23 orang (39%), tidak ada responden yang berumur 20 tahun, tetapi ada 1 responden yang berumur 16 tahun dan 21 tahun. Menurut World Health Organitation (WHO) batasan remaja adalah usia 10-19 tahun, sementara United Nations (UN) menyebutnya sebagai anak muda (youth) untuk usia 15- 24 tahun. Ini
54
kemudian disatukan dalam batasan kaum muda (youg pople) yang mencakup usia 10-24 tahun ( Proverawati & Kusuma, 2011; h. 82). Hasil penelitian ini sesuai teori diatas yang ditunjukan dengan sebagian besar responden yaitu remaja putri pada kelompok umur 17 tahun, 16 tahun hingga 21 tahun. Dari hasil penelitian tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. Tabel 4.2 hal; 42 menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik sebanyak 14 orang (24%) sedangkan sisanya cukup berimbang. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 30 orang (51%), dan yang pengetahuannnya kurang 15 orang (25%). Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi yang di dapat, lingkungan, pengaruh orang terdekat, pendidikan, orang tua, dan pengalaman seseorang (Wawan & Dewi, 2010; h. 16). Hasil penelitian ini sesuai teori diatas yang ditunjukkan dengan sumber informasi yang di dapat, lingkungan, pengaruh orang
terdekat,
pendidikan,
orang
tua,
dan
pengalaman
seseorang
mempengaruhi pengetahuan siswi dimana dari segi umur mayoritas 17 tahun dengan lingkungan yang sama, pengetahuan siswi mayoritas dalam kategori cukup bahkan baik sehingga cenderung memilih asupan makanan bergizi daripada makanan siap saji dalam mengatur pola makan. Dari hasil penelitian tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. Tabel 4.3 hal; 43 menunjukkan bahwa responden yang pola makannya baik ada 18 orang (31%), sebagian besar responden dikategorikan cukup yaitu
55
sebanyak 26 orang (46%), dan responden yang pola makannya kurang ada 14 orang (24%). pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Soegeng Santoso & Anne Lies Ranti 2009;h.89). Hasil penelitian sesuai teori diatas yang ditunjukan sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup dan baik, dari informasi yang didapat sehingga berdampak positif terhadap pola makan, dengan hasil sebagian besar responden memiliki pola makan cukup pula. Dari hasil penelitian tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil penelitian. Tabel 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa pada 14
responden (23,7%)
berpengetahuan baik cenderung memiliki pola makan cukup bahkan baik, pada 30 responden (50,8%) berpengetahuan cukup cenderung memiliki pola makan cukup, pada 15 responden (25,4%) berpengetahuan kurang cenderung memiliki pola makan kurang. Pengetahuan akan memotivasi seseorang untuk berperilaku sehat (Emilia, 2008; h.13). Hasil penelitian sesuai teori diatas yang ditunjukkan bahwa pengetahuan yang baik maka akan memotivasi seseorang untuk memiliki kebiasaan baik, pengetahuan kurang akan memotivasi seseorang untuk memiliki kebiasan kurang dalam memilih asupan makanan. hasil penelitian tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil penelitian.
56
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4 Cross Tabulation hal; 44 menunjukkan bahwa Responden yang pengetahuannya kurang cenderung memiliki pola makan katergori kurang hal ini dapat dilihat dari 15 responden. Responden yang pola makannya cukup ada 5 orang, dan hanya ada 2 responden yang pola makannya baik. Responden yang pengetahuannya cukup baik cenderung memiliki pola makan cukup baik pula. Hal ini dapat dilihat dari 30 responden yang pengetahuanya cukup separuhnya memiliki pola makan cukup. Responden yang pola makannya baik ada 11 orang, dan hanya ada 5 respoden atau seperenamnya (1/6) yang memiliki pola makan kurang. Responden yang pengetahuannya baik cenderung memiliki pola makan cukup, yaitu dari 14 orang lebih dari separuhnya yaitu 8 orang yang memiliki pola makan cukup. Meskipun memiliki kecenderungan yang sama dengan yang pengetahuannya cukup, tetapi sangat kecil kemungkinannya responden yang pengetahuannya baik memiliki pola makan kurang dalam tabel diatas diketahui dari 14 orang yang pengetahuannya baik hanya ada 1 responden yang pola makannya kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan memiliki kebiasaan pola makan yang baik pula. Keterkaitan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan pola makan dibuktikan dengan uji statistik yang menunjukkan hubungan yang signifikan. Hasil uji statistik dengan menggunakan pearson chi square didapatkan nilai X2 hitung sebesar 10.649, dengan nilai probabilitas sebesar 0,031. Kedua variabel dinyatakan berhubungan jika nilai X2 hitung > X2 tabel
57
10.649 > 9.488 dan p < dari p tabel 0,031 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan pola makan seseorang. Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia dengan pola makan di MAK Al Mukmin Sukoharjo. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perilaku atau kebiasaan yang didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap positif maka kebiasaan tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya jika tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. ( Notoadmojo, 2007; h. 140). C. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih terdapat keterbatasan yaitu keterbatasan waktu, tenaga, dana dan frekuensi tatap muka dengan responden karena dalam proses ujian akhir sehingga hasilnya mungkin kurang maksimal, penelitian ini merupakan penelitian pertama bagi peneliti sehingga masih dalam tahap belajar.