PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Ijazah S1Gizi
Disusun Oleh : CHUSNUL YAQIN J 310 070 013
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 1
vi
vii
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO Chusnul Yaqin
CHUSNUL YAQIN J 310 070 013 RELATIONSHIP BETWEEN THE KNOWLEDGE OF NUTRITIONAL ANEMIA IN ADOLESCENT GIRL IN CLASS X SENIOR HIGH SCHOOL OF STATE 1 MOJOLABAN AT SUKOHARJO REGENCY Anemia is a state of the erythrocytes and the hemoglobin in circulation does not fulfill its function to provide oxygen to the tissues of the body. This situation occurs because iron is absorbed is balanced by the iron in use. The prevalence of anemia in adolescent girls aged (10-18 years) 57.1% and 39.5% aged 19-45 years. Young women more prone to suffer from anemia because of the need for relatively high in iron, a major cause of nutritional anemia in adolescent girls is due to inadequate intake of nutrients from food substances while the iron is relatively high needs for growth and menstruation. To know correlation between nutrition knowledge with the incidence of anemia in adolescent girls in the class X SMA 1 Mojolaban Sukoharjo Regency. The research implemented a survey-observational with crosssectional approach. Subject of the research is 33 individuals selected by using Systematic random sampling method. Nutritional knowledge of data collected by the method of interview and blood sampling using Hemoque. Data were analyzed by Pearson Product Moment test. Based on univariate analysis of the average knowledge of nutrition for 75.63% of respondents, respondents classified as good knowledge of nutrition that is equal to 78.8%. While the average hemoglobin level of 11.42 respondents, respondents were anemia 33.3%, while respondents who were not anemic at 66.7%. Correlation of test results stating there is no relationship between nutritional knowledge with hemoglobin levels in adolescent girls in the class X SMA 1 Mojolaban Sukoharjo Regency. The results can be concluded that there is no relationship between nutritional knowledge with hemoglobin levels in adolescent girls in the class X SMA 1 Mojolaban Sukoharjo Regency. Key words : knowledge of hemoglobin. References : 20 (1993-2010)
nutrition,
adolescent
girls, levels of
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 2
PENDAHULUAN
Anemia
masih
merupakan
masalah
kesehatan
masa eritrosit dan masa hemoglobin
didunia.
Kelompok
yang
mempunyai
prevalensi
Anemia
anemia.
merupakan
beredar
fungsinya
tidak
untuk
oksigen
keadaan
bagi
memenuhi menyediakan
jaringan
(Handayani, 2008).
tubuh
Anemia besi
berakibat buruk bagi penderitanya, terutama bagi golongan rawan gizi, yaitu anak
balita,
anak
sekolah,
yang anemia
tinggi adalah ibu hamil dan usia lanjut (50 %) ,bayi dan anak < 2 tahun (48 %), anak sekolah (40 %), wanita tidak hamil (35%) dan anak-anak
pra
sekolah(25
%)
wanita hamil dan menyusui, serta
(Ramakrishnan,
2001).
pekerja. Anak yang terkena anemia
Sedangkan
menurut
Survei
gizi akan terganggu pertumbuhan
Kesehatan
Rumah
fisiknya
danperkembangan
(SKRT) di Indonesia tahun 2004,
kecerdasannya
juga
terhambat.
prevalensi anemia gizi pada balita
Selain itu, aktivitas fisiknya juga akan
40,5 %, ibu hamil 50,5 %, ibu nifas
menurun. Pada ibu hamil anemia gizi mengakibatkan
kerawanan
saat
melahirkan, pendarahan, berat bayi rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian
bagi
ibu
dan
anak.
Tangga
45,1 %, remaja putri usia (10-18 tahun) 57,1 % dan usia 19-45 tahun 39,5 %. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo,
Sedangkan pada ibu yang menyusui,
prevalensi anemia pada wanita
kualitas
air
jumlahnya
susu
berkurang.
rendah
dan
usia subur tahun 2008 sebesar
Bagi
para
48,5 %( Dinkes Sukoharjo, 2009).
pekerja terutama wanita, anemia gizi
Berdasarkan
survey
menyebabkan lesu, cepat lelah, dan
pendahuluan
tenaga
sehingga
Mojolaban didapatkan siswi yang
produktivitas kerja menuru (Emma,
anemia sebesar 35 siswi (35%)
berkurang
1999). Pada wanita usia subur di
seluruh dunia, prevalensi anemia sebesar
30.2%,
secara
keseluruhan sejumlah 468.4 juta wanita
usia
subur
menderita
di
SMA
N
1
dari 100 populasi. Berdasarkan uraian tersebut akan dilakukan penelitian
mengenai
hubungan
pengetahuan gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 3
Negeri 1 Mojolaban Kabupaten
mengolah bahan makanan yang
Sukoharjo.
akan
TINJAUAN PUSTAKA
tentang
diberikan.
Pengetahuan
ilmu-ilmu
gizi
secara
Anemia adalah kurangnya
umum sangat bermanfaat dalam
hemoglobin di dalam darah, yang
sikap dan perilaku dalam memilih
terlalu
bahan makanan.
sedikit
atau
jumlah
hemoglobin dalam sel yang terlalu
Remaja
putri
didefinisikan
sedikit.(Guyton dan Hall, 2008).
dengan batasan usia yaitu 10-24
Anemia gizi adalah kekurangan
tahun dan belum menikah, dengan
kadar
pertimbangan
hemoglobin
darah
(Hb)
yang
kekurangan diperlukan
zat dalam
dalam
karena
usia
10
disebabkan
tahun merupakan usia dimana
gizi
remaja
yang
pembentukan
Hb (Depkes RI, 1998).
putri
perubahan dalam tubuhnya, tetapi perubahan
Pengetahuan
adalah
mengalami
yang
terjadi
bias
berbeda-beda pada setiap remaja
merupakan hasil tahu dan ini
putri.
terjadi setelah orang melakukan
adalah suatu tahap antara masa
pengindraan terhadap suatu objek
kanak-kanak
tertentu
2003).
dewasa. Masa ini biasanya diawali
Tingkat pengetahuan seseorang
pada usia 14 tahun pada laki-laki,
berhubungan
latar
dan 10 tahun pada perempuan.
belakang pendidikannya, tingkat
Pada masa ini remaja mengalami
pengetahuan
banyak
(Notoatmojo,
dengan
turut
menentukan
mudah
seseorang
menyerap
pula tidaknya atau
Pengertian
perubahan pertumbuhan organ
diperoleh
intelektual,
1996).
bersosialisasi,
kepandaian
kepribadian
makanan
remaja
masa
diantaranya
fisik,
menyangkut
dan
kematangan
reproduksi,
Pengetahuan tentang gizi adalah memilih
dengan
perubahan
memahami pengetahuan gizi yang (Apriadji,
dari
perubahan perubahan
dan
perubahan
termasuk
emosi.
yang merupakan sumber zat-zat
Masalah gizi pada remaja putri
gizi
akan
dan
kepandaian
dalam
berdampak
negatif
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada
Page 4
tingkat
kesehatan
masyarakat,
jumlah remaja putri yang anemia
misalnya penurunan konsentrasi
sebesar 35 siswi (35%) dari 100
belajar, resiko melahirkan bayi
populasi,
dengan
penurunan
dilakukan
penelitian
(Waryono,
hubungan
pengetahuan
kesegaran
BBLR, jasmani
2010). Remaja adalah golongan
serta
belum
pernah tentang gizi
dengan kejadian anemia.
kelompok usia yang relatif sangat
Pengambilan
sampel
bebas, termasuk dalam memilih
dilakukan dengan cara systematic
jenis makanan yang dikonsumsi.
random sampling, yaitu dengan
Kecukupan
serat
membagi populasi (100) kedalam
akan
sampel
taraf
dijadikan
asupan
makanan
pada
remaja
sangat
menentukan
(33)
yang
hasilnya
kelipatan(k)
untuk
kesehatan pada masa selanjutnya
menentukan sampel. Memilih satu
(Soerjodibroto, 2004). Usia remaja
angka
merupakan usia peralihan dari
sebagai awal menentukan nomor
anak-anak menuju dewasa yang
sampel
berawal dari usia 9-10 tahun dan
acak
(dari
nomor
1-k)
pertama.
Sampel
selanjutnya
dipilih
dengan
berakhir pada usia 18 tahun.
menambah
nomor
sampel
METODE PENELITIAN
pertama
Jenis penelitian ini bersifat
Variabel
yang
kelipatan
k
sampel terpilih sejumlah sampel.
observasional dengan pendekatan crosssectional.
dengan
Data primer pada penelitian ini
didapatkan
dari
responden
diambil oleh peneliti yaitu kejadian
secara langsung dengan metode
anemia sebagai variable terikat
wawancara
sedangkan
gizi
pengetahuan gizi. Data kadar Hb
sebagai variabel bebas. Penelitian
diperoleh dari hasil pengambilan
ini dilaksanakan pada bulan april
sampel darah pada siswi yang
2011 sampai mei 2012. Penelitian
dilakukan oleh analis kesehatan
ini
dengan
pengatahuan
dilaksanakan
di
SMA
1
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dengan
dasar
mengenai
menggunakan
alat
hemoque.
pertimbangan
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 5
Data
sekunder
yang
Konsumsi
protein
hewani
subjek
diperoleh dari buku induk siswi
penelitian sebanyak 78,8%, namun
yang meliputi identitas responden
84,9%
yaitu nama, umur, dan kelas.
protein hewani dengan intensitas <3
Responden
dalam
penelitian
ini
sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi diambil sebanyak 33 siswi dari kelas
X.
penelitian
Karakteristik berdasarkan
subjek
usia
yaitu
rata-rata usianya 15,39 untuk usia minimal subjek penelitian adalah 14 tahun dan usia maksimal 16 tahun. Subjek penelitian yang usianya 14 tahun sebanyak
1 (3%) siswi, 15
tahun sebanyak 18 (54,5%) siswi, dan 16 tahun sebanyak 14 (42,4%) siswi. B. Karakteristik
makanan, kekurangan zat gizi pada bahan makanan yang satu dapat
Menurut Umur Subjek
Responden
Menurut Pola Makan Dari 20 siswi (60,6%) memiliki
dilengkapi oleh jenis bahan makanan lainnya.
Bahan
sehari,
sedangkan
subjek
makan
3X
sebnyak
(39,4%).
Konsumsi sayuran hijau
nabati), susu dan olahannya, roti dan biji-bijian, serta buah dan sayur. Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang bervariasi dapat mempengaruhi asupan zat gizi dalam tubuh (Almatsier, 2003). C. Pengetahuan Gizi
Tabel ditribusi pengetahuan gizi Pengetahuan Frekuensi Gizi Baik Tidak baik
Karakteristik
78.8
7
21.2
subjek
penelitian
berdasarkan pengetahuan gizi, ratarata
pengetahuan
gizi
75.63%.
Berdasarkan
namun
diketahui
bahwa
diantaranya
Persentase (%)
26
subjek penelitian sebanyak 81,8%, 96,29%
yang
sumber energi, protein (hewani dan
yang 13
pangan
dikonsumsi hendaknya terdiri atas
kebiasaan makan utama <3 kali
sehari
mengkonsumsi
kali/hari. Melalui aneka ragam bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik
diantaranya
sebesar Tabel
sebagian
7
besar
mengkonsumsi sayuran dalam jumlah
responden
sedikit ± 50 gr per hari. Selain itu
pengetahuan gizi baik sebanyak 26
konsumsi makanan sumber protein
orang (78.8%), dan responden yang
hewani responden sangat kurang.
tingkat pengetahuan gizinya tidak
mempunyai
tingkat
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 6
baik sebanyak 7 orang (21.2%).
yaitu sebanyak 22 orang (66.7%),
Pengetahuan
sedangkan
menyebabkan bergizi
yang
dikonsumsi
yang
kurang
bahan
makanan
tersedia secara
tidak optimal.
Kesalahan pemilihan bahan makanan dan pola makan yang salah, cukup berperan dalam terjadinya anemia (Depkes
RI,
2003),
sebaliknya
yang tidak anemia
sebanyak
11
Menurut
orang
(33.3%).
Supariasa
(2002)
menyatakan hemoglobin
bahwa adalah
kadar parameter
yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia.
pengetahuan gizi yang cukup dapat
Hemoglobin dapat diukur secara
mengubah
kurang
kimia dan jumlah Hb/100 ml dalam
benar, sehingga dapat memilih bahan
darah dapat digunakan sebagai
makanan bergizi serta menyusun
indeks
kapasitas
menu
oksigen
pada
perilaku
seimbang
yang
sesuai
dengan
pembawa
darah.
Akibat
kebutuhan dan selera, serta akan
anemia pada remaja putri antara
mengetahui akibat adanya kurang
lain dapat menurunkan daya tahan
gizi. Pemberian pengetahuan gizi yang
baik
diharapkan
dapat
mengubah kebiasaan makan yang semula kurang baik menjadi lebih
aktivitas
remaja yang berkaitan dengan
kebugaran
Tabel Distribusi Kadar Hb Frekuensi
Persentase (%)
22
66.7
11
33.3
Karakteristik penelitian
menurunkan
kerja
fisik
dan
prestasi belajar serta menurunkan
D. Kadar Hb
Tidak Anemia
penyakit,
kemampuan
baik (Depkes RI, 2000).
Status Anemia Anemia
tubuh sehingga mudah terkena
berdasarkan
menghambat
remaja, prestasi
sehingga olahraga
dan produktivitas.
subjek kadar
hemoglobin yaitu rata-rata kadar hemoglobin sebesar 11,42 ± 1,25. Berdasarkan Tabel 8 sebagian besar responden yang anemia *Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 7
E. Hubungan
Antara
Pengetahuan
Gizi
dengan
Kadar Hemoglobin
kepandaian
memilih
makanan
yang merupakan sumber zat-zat gizi
dan
kepandaian
dalam
mengolah bahan makanan yang akan
diberikan.
tentang Kadar hemoglobin Pengetahuan Gizi Baik
Anemia
ilmu-ilmu
gizi
secara
umum sangat bermanfaat dalam
Tidak Anemia n %
n
%
n
%
7
19
73,1
26
100
26,9
Pengetahuan
Total
sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan. Hasil penelitian ini ternyata bertentangan dengan teori yang
Tidak baik
4
57.1
3
Hasil
sebagian
7
100
penelitian
menunjukkan responden,
42,9
bahwa
dari
diketahui besar
dikemukakan
oleh
Suhardjo
ini
(2003)
33
penyebab penting dari gangguan
bahwa
yang
gizi
menyatakan
adalah
kurangnya
responden
pengetahuan tentang gizi atau
memiliki pengetahuan gizi baik
kemampuan untuk menerapkan
dengan kadar hemoglobin tidak
informasi
tersebut
dalam
normal
kehidupan
sehari-hari.
Tingkat
73,1%
dan
kadar
hemoglobin normal 26.9%. Rata-
pengetahuan
rata pengetahuan gizi responden
tetapi
sebesar
16,64
perubahan
sedangkan
rata-rata kadar Hb
(75.63%),
tidak
gizi
yang
tinggi
disertai
dengan
perilaku
dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga
responden sebesar 11,42. Hasil uji
tidak
statistik dengan menggunakan uji
keadaan gizi responden tersebut
pearson
moment
merupakan faktor penyebab tidak
diperoleh nilai p = 0,409 (≥0,05)
ada hubungan antara hubungan
yang dapat disimpulkan bahwa
antara pengetahuan gizi dengan
tidak ada hubungan pengetahuan
kejadian anemia pada remaja putri
gizi dengan kadar hemoglobin.
SMA Negeri 1 Mojolaban.
product
akan
berpengaruh
pada
Pengetahuan tentang gizi adalah *Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 8
Tingkat pengetahuan gizi juga dipengaruhi oleh kemampuan intelektual. sangat
Pengetahuan
berpengaruh
gizi
memilih
khususnya makanan
anemia
pada
remaja putri di SMA Negeri 1 Mojolaban
sebesar
66,7%
terhadap
sikap dan perilaku dalam memilih makanan,
2. Prevalensi
yang
dalam tepat,
bergizi seimbang dan memberikan
responden dengan rata-rata kadar hemoglobin 11.42 gr/dl. 3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan
gizi
dengan
dasar bagi perilaku gizi yang baik dan
benar
kebiasaan
yang
menyangkut
hemoglobin
pada
makan
seseorang
remaja putri di SMA Negeri 1
2004).
Seseorang
Mojolaban
(Madanijah,
yang pengetahuan gizinya rendah, akan
kadar
berperilaku
memilih
B. Saran 1. Bagi
petugas
Puskesmas
makanan yang menarik panca indra
dan
tidak
mengadakan
Mojolaban perlu mengadakan
pemilihan makanan berdasarkan
penyuluhan
nilai gizi makanan. Sebaliknya
tentang anemia di SMA Negeri
semakin gizinya
tinggi akan
mempergunakan
pengetahuan lebih
gizi
khususnya
1 Mojolaban karena kadar hb
banyak
pertimbangan
rasional pengetahuan tentang nilai
siswi masih rendah. 2. Bagi
peneliti
gizi makanan tersebut (Khomsan,
mencari
2003).
dapat
variabel
selanjutnya, lain
menyebabkan
yang anemia
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
pada remaja putri, antara lain
Berdasarkan penelitian dapat
asupan zat besi, dan defisiensi
disimpulkan sebagai berikut :
mikronutrien lain.
1. Sebagian besar pengetahuan gizi responden adalah baik
3. Bagi
Siswi
menjaga
diharapkan
atau
lebih
bisa peduli
yaitu 78,8%.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 9
dengan pola makan yang baik untuk
diterapkan
di
7.
rumah
maupun di sekolah, sehingga
8.
zat-zat gizi yang dikonsumsi dapat terserap dengan baik dan memenuhi kebutuhan gizi tubuh dan
diharapkan
dapat
mencegah terjadinya anemia.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3. 4.
5.
6.
9.
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Arisman MB. 2004. Gizi dalam daur kehidupan. EGC. Jakarta : 144-147. Apriadji. 1996. Gizi Keluarga. Swadaya. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2001. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001. Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil. Depkes RI. Jakarta. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur dan IAKMI Pusat. 2000. Survei Data Dasar Pengetahuan, sikap dan perilaku WUS tentang Anemia dan TTD Di 10 Lokasi SMPFA di Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dinkes Propinsi Jawa Timur dan IAKMI. Surabaya. Ganong dan William, F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Brahm U. EGC. Jakarta.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Gibson R. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Oxford University. New York. Handayani, W dan Hariwibowo, AS. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika. Jakarta. Hoffbrand, AV., Pettit JE. 1993. Essential Haematology, 3rd Edition. Corlton Blackwell Sciencific Publications Supariasa, IDN. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta :145146. Lameshow, S. 1997. Besar Sampel untuk Penelitian Kesehatan. UGM Press. Yogyakarta. Madanijah, S. 2004. Pendidikan Gizi dalam Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyawati, Y. 2003. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah Dengan Dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hb Pada PekerjaWanita Di Perusahaan Plywod. Tesis . Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Jakarta. Notoatmojo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat PrinsipPrinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta. Patimah, St. 2007. Pola Konsumsi Ibu Hamil Dan Hubungannya Dengan Kejadian Anemia Defisiensi Besi. J. Sains & Teknologi. Ramakrishnan, U. 2001. Nutritional Anemias. CRC Press. Boca London, New York. Washington DC.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 10
17. Raharjo, B. 2003. Faktor-faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Pekerja Perempuan Di Desa Jetis Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. UNDIP. Tesis. 18. Silitonga, C dan Iriyanti, S. 2008. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Sekolah Menengah Umum(SMU) di Kota Jayapura Tahun 2006.Bina Sanitasi- Volume 1, Nomor 1, Desember. 19. Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama. Yogyakarta. 20. Wira Kusumah, E. 1999. Perencanaan Menu Anemia gizi besi. Trubus Agriwidya. Jakarta. 21. Yayuk F. 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 11