HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RUMAH SAKIT DKT YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh MUKTI PRIHATININGTYAS 090201121
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RUMAH SAKIT DKT YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh : Mukti Prihatiningtyas 090201121
Diajukan Guna Melengkap Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners – Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
Oleh: Pembimbing : Warsiti, S.Kp. M.Kep., Sp.Mat. Tanggal
: Maret 2011
Tanda tangan :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RUMAH SAKIT DKT YOGYAKARTA 1 Mukti Prihatiningtyas 2 , Warsiti 3 INTISARI Latar Belakang: Tidak terpenuhinya kebutuhan manusia pada salah satu saja diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan atau keadaan tidak sehat. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien. Selama ini perawat di RS DKT Yogyakarta tidak mengetahui tentang spiritual care atau keperawatan spiritual. Perawat hanya memahami bahwa spiritual care merupakan bimbingan rohani yang hanya dilakukan oleh petugas rohaniwan Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care dan sikap perawat terhadap spiritual care di RS DKT Yogyakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini bersifat korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di RS DKT Yogyakarta. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara random sampling didapatkan 77 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data dilakukan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Hasil penelitian dan kesimpulan: Responden yang paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang spiritual care yaitu 39 orang (50,6%). Responden yang paling banyak mempunyai sikap yang baik terhadap spiritual care yaitu 36 orang (46,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai r hitung sebesar 0,258 dengan taraf signifikansi 0,024 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang spiritual care dengan sikap terhadap spiritual care diRS DKT Yogyakarta. Saran bagi perawat agar menerapkan pengetahuan yang dimilikinya tentang spiritual care dalam praktik asuhan keperawatan bukan hanya ditunjukkan dengan sikap yang baik.
Kata kunci : tingkat pengetahuan, sikap, spiritual care Kepustakaan : 11 buku (2002 – 2010), 6 internet Jumlah halaman : xiii, 59 halaman, 13 tabel, 9 lampiran, 3 gambar
1
Judul Skripsi Mahasiswa STIKES ‘aisyiyah Yogyakarta 3 STIKES ‘aisyiyah Yogyakarta 2
THE RELATION OF LEVEL OF KNOWLEDGE WITH NURSE ATTITUDES TO SPIRITUAL CARE DI RUMAH SAKIT DKT YOGYAKARTA1 Mukti Prihatiningtyas2 , Warsiti3 ABSTRACT Background: Not fufilled it requirement of man at just one is between above dimension will cause un-prosperity or morbidity. Remembers the importance of role of spiritual in healing and convalescence hence necessary for nurse to increase understanding about concept spiritual to can give upbringing spiritual carefully to all clients. Till now nurse in RS DKT Yogyakarta doesn't know about spiritual care or treatment spiritual. Nurse only comprehend that spiritual care was tuition of spirit which only be done by spiritual leader officer. Purpose Of Research: This research aim to know the relation of level of knowledge of nurse about spiritual care and attitudes of nurse to spiritual care in RS DKT Yogyakarta. Research Method: This research type haves the character of korelasional with approach of cross sectional. Population in this research is nurse in RS DKT Yogyakarta. Sampling in this research in random sampling is got 77 people. Retrieval of data is done by using questionaire. Data analysis is done to applies correlation formula Product Moment. Result of research and conclusion: Responder which at most having level of high knowledge about spiritual care that is 39 ( 50,6%). Responder which at most having good attitudes to spiritual care that is 36 ( 46,8%). Statistical test result is got calculate r value 0,258 with level signifikansi 0,024 so that inferential that there is relation between level of knowledge about spiritual care with attitudes to spiritual care di RS DKT Yogyakarta. Suggestion for or nurse to apply knowledge owned by it about spiritual care in practice of treatment upbringing is not merely shown with good position.
Key words Bibliography Number of pages
1
: knowledge, attitudes, spiritual care : 11 books (2002-2010), 6 website : i-xiii, 59 pages, 13 tables, 9 attachments, 3 pictur,
Title of Thesis Student of STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 3 Lecturer of STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta 2
keperawatan yang sistematis dan ilmiah
Latar Belakang Masalah Proses
keperawatan
adalah
dalam rangka memenuhi kebutuhan
suatu metode yang terorganisasi dan
klien
sistematis dalam pemberian asuhan
mempertahankan keadaan bio-psiko-
keperawatan
sosio-spiritual yang optimal melalui
kepada
klien,
yang
berfokus pada respon manusia baik
untuk
mencapai
dan
tahapan yang ada (Nursalam, 2003)
sebagai individu, keluarga, maupun
Klien
masyarakat karena adanya gangguan
keperawatan
kesehatan aktual maupun potensial.
Henderson (2006) merupakan individu,
Proses keperawatan tersebut dapat
keluarga
atau
digunakan dalam pemberian asuhan
memiliki
masalah
keperawatan sebagai kerangka berpikir
membutuhkan bantuan untuk dapat
ilmiah untuk melaksanakan fungsi dan
memelihara,
tanggung jawab keperawatan secara
meningkatkan
mandiri. Fungsi proses keperawatan
Sebagai manusia, klien selain sebagai
adalah alat untuk membuat kerangka
makhluk individu, juga merupakan
konsep berdasarkan kebutuhan individu
mahkuk sosial dan makhluk Tuhan.
yang
Berdasarkan hakikat manusia itu, maka
dilakukan
diagnosa,
dari
pengkajian,
pelaksanaan,
evaluasi
keperawatan
dalam seperti
perspektif dikemukakan
masyarakat
yang
kesehatan
mempertahankan status
dan
dan
kesehatannya.
memandang
manusia
sehingga proses asuhan keperawatan
sebagai makhluk yang holistik yang
yang bertujuan untuk mempertahankan
terdiri atas aspek biologis (fisiologis),
keadaan pasien yang optimal dapat
psikologis, sosiologis, kultural dan
tercapai.
spiritual. Hal ini seperti di nyatakan
Dengan
demikian
proses
keperawatan merupakan alat untuk
Xiaohan
menjamin
merupakan satu kesatuan yang utuh
terlaksananya
praktik
(2005)
bahwa
manusia
yang
terdiri
atas
fisiologis
Tidak terpenuhinya kebutuhan
psikologis
manusia pada salah satu saja diantara
(social),
dimensi di atas akan menyebabkan
kultural
ketidaksejahteraan atau keadaan tidak
(cultural). Hal serupa dikemukakan
sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami
Dossey & Dossey (1998), Govier
mengingat dimensi fisik, psikologis,
(2000), dan Stoter (1995) dalam Govier
sosial, spiritual, dan kultural atau
(2000)
dimensi
(physiological), (psychological), spiritual
sosial
(spiritual),
yang
dan
menyatakan
bahwa
body,
main
dan
spirit
manusia merupakan makhluk unik dan
merupakan satu kesatuan yang utuh.
kompleks yang terdiri atas berbagai
Tiap bagian dari individu tersebut
dimensi. Dimensi yang komprehensif
tidaklah akan mencapai kesejahteraan
pada manusia itu meliputi dimensi
tanpa
biologis
sosial,
sejahtera. Terkait konsep ini, Plato
kultural dan spiritual. Dalam kata lain,
dalam Makhija (2002) mengungkapkan
Makhija
bahwa
(fisik),
psikologis,
(2002)
mendeskripsikan
keseluruhan
tidak
bagian
sepatutnya
tersebut
berusaha
bahwa tiap individu manusia adalah
mengobati dan menyembuhkan mata
makhluk yang holistik yang tersusun
tanpa kepala, atau mengobati kepala
atas body, main dan spirit. Beberapa
tanpa badan, demikian juga badan
pandangan pakar di atas, sesungguhnya
tanpa
memiliki esensi yang sama bahwa
tersebut tidak akan pernah sejahtera
manusia adalah makhluk unik yang
kecuali
utuh menyeluruh, yang tidak saja
Kesadaran akan konsep ini melahirkan
terdiri atas aspek fisik, melainkan juga
keyakinan dalam keperawatan bahwa
psikologis,
pemberian
spiritual.
sosial,
kultural
dan
jiwa,
karena
bagian-bagian
keseluruhannya
asuhan
sejahtera.
keperawatan
hendaknya bersifat komprehensif atau
holistik, yang tidak saja memenuhi
Indonesia, kenyataannya menunjukan
kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
bahwa asuhan spiritual (spiritual care)
kultural tetapi juga kebutuhan spiritual
belum diberikan oleh perawat secara
klien.
kompeten. Setidaknya fakta tersebut, Dimensi spiritual merupakan
didasarkan oleh beberapa data yang
salah satu dimensi penting yang perlu
didapat penulis dari hasil penelusuran
diperhatikan
terhadap berbagai sumber di beberapa
memberikan
oleh
perawat
asuhan
dalam
keperawatan
negara
maupun
pengalaman
dan
kepada semua klien. Bahkan, Makhija
observasi klinis penulis di beberapa
(2002) menyatakan bahwa keimanan
institusi
atau keyakinan religius adalah sangat
kesehatan
penting dalam kehidupan personal
melaksanakan praktik klinik. Fakta
individu. Lebih lanjut dikatakannya,
tersebut antara lain seperti yang di
keimanan
kemukakan
diketahui
sebagai
suatu
atau
lembaga
dimana
oleh:
pelayanan
penulis
1)
pernah
Rankin
faktor yang sangat kuat (powerful)
DeLashmutt
dalam penyembuhan dan pemulihan
penelitiannya yang menemukan bahwa
fisik. Mengingat pentingnya peranan
banyak
spiritual
dan
memahami secara jelas dan mengalami
pemulihan kesehatan maka penting
kebingungan antara konsep spiritualitas
bagi
meningkatkan
dan religius, 2) kesimpulan Rieg,
pemahaman tentang konsep spiritual
Mason dan Preston, (2006) dalam
agar dapat memberikan asuhan spiritual
studinya juga memperlihatkan terdapat
dengan baik kepada semua klien.
banyak perawat yang mengakui bahwa
dalam
perawat
penyembuhan
untuk
Sementara itu, jika dilakukan analisis situasi saat ini, termasuk di
perawat
(2006)
dan
mengakui
dalam
belum
mereka tidak dapat memberikan asuhan spiritual
secara
kompeten
karena
selama masa pendidikannya mereka
Untuk
kurang mendapatkan panduan tentang
perawat
bagaimana
keilmuan
memberikan
asuhan
mewujudkan harus yang
hal
tersebut,
memiliki
landasan
kuat,
spiritual secara kompeten, 3) Makhija
psikomotor
(2002) melihat bahwa praktik asuhan
professionalisme di dalam memberikan
spiritual menjadi sulit ditemukan akibat
asuhan
terjadinya pergeseran budaya dalam
Sikap profesional yang utama adalah
pelayanan kesehatan dan kedokteran
bagaimana menunjukan sikap empati
yang
kepada klien. Sikap ini sesungguhnya
lebih
berespon
terhadap
yang
baik
kemampuan
keperawatan
kepada
kepentingan bisnis yang berorientasi
sangat
material, dan 4) kesimpulan sementara
kesembuhan seorang klien.
dari
hasil
observasi
melaksanakan
praktik
di
pelayanan
kesehatan
dan
berpengaruh
sikap
klien.
terhadap
selama
Keperawatan sebagai profesi
tatanan
merupakan salah satu pekerjaan dimana
yang
dalam
menentukan
tindakannya
menyimpulkan bahwa asuhan spiritual
didasarkan pada ilmu pengetahuan
belum dilakukan oleh perawat dalam
serta memiliki ketrampilan yang jelas
praktik
profesionalnya
sehari-hari
dalam keahliannya. Bentuk asuhan
dengan
dibuktikan
sulitnya
keperawatan itu sendiri merupakan
oleh
menemukan dokumen dalam catatan
suatu
keperawatan
memperlihatkan
keperawatan yang langsung diberikan
bukti bahwa asuhan spiritual telah
kepada klien pada berbagai tatanan
dilakukan dengan baik.
pelayanan
yang
yang
proses
dalam
kesehatan,
dengan
Keperawatan sebagai profesi
mengunakan
profesional
keperawatan, berpedoman pada standar
perlu
dibuktikan
dengan perilaku yang profesional juga.
keperawatan,
metodologi
praktek
dilandasi
proses
etik
keperawatan dalam lingkup wewenang
perawat diharapkan mampu memenuhi
serta tanggung jawab keperawatan
kebutuhan spiritual kliennya, tetapi
(Hidayat, 2006).
dengan
berbagai
alasan
seperti
dari
keterbatasan waktu dan jumlah perawat
individu dapat mempengaruhi tingkat
yang lebih sedikit dibanding jumlah
kesehatan dan perilaku perawatan diri
pasien yang dirawat. Kondisi yang
yaitu sebagai sumber dukungan untuk
demikian tidak boleh membuat perawat
dapat menerima perubahan keadaan
menghindar untuk tidak memberikan
yang dialami. Berdasarkan kenyataan
asuhan keperawatan spiritual. Jika
tersebut seorang perawat seharusnya
dikaji lebih dalam pada kenyataannya
dapat mengerti dan memahami spiritual
banyak
serta
mengetahui pentingnya spiritual care
Kesejahteraan
bagaimana
spiritual
spiritual
dapat
perawat
terhadap
2007).
keperawatan yang sudah dilakukan.
proses
Berdasarkan wawancara dengan
lakukan di RS DKT diperoleh data 4
beberapa perawat yang sedang bertugas
dari 7 perawat yang bertugas dinas pagi
di RS DKT Yogyakarta didapatkan
tidak mengetahui tentang spiritual care
informasi bahwa selama ini belum
atau keperawatan spiritual. Perawat
pernah dilakukan spiritual care pada
hanya memahami bahwa spiritual care
pasien, baik pasien rawat inap maupun
merupakan bimbingan rohani yang
pasien
hanya
disebabkan
dilakukan
rohaniwan.
oleh
Sebagai peran
yang
dari
penulis
memiliki
survey
akhir
kurang
mempengaruhi klien (Potter & Perry,
Dari
hasil
yang
petugas
perawat
untuk
yang
memenuhi
kebutuhan klien secara menyeluruh,
rawat
programatau
jalan.
karena
Hal
tersebut
belum
adanya
ketetapan
diberlakukan di RS DKT.
yang
Keterkaitan tingkat pengetahuan
sectional yaitu suatu penelitian untuk
perawat tentang spiritual care akan
mempelajari dinamika korelasi faktor
dapat
resiko
membantu
dalam penerapan
denganefek,
dengan
cara
proses keperawatan. Tujuan penerapan
pendekatan
proses keperawatan bagi klien antara
pengumpulan data (Notoatmojo, 2005).
lain dapat berfungsi : mempertahankan
Rancangan cross sectional dengan
kesehatan klien, mencegah sakit yang
pendekatan
lebih
bermaksud untuk mengetahui sejauh
parah/penyerapan
penyakit/
observasi
kuantitatif
komplikasi akibat penyakit, membantu
mana
hubungan
pemulihan kondisi klien setelah sakit,
pengetahuan
mengembalikan fungsi maksimal tubuh
terhadap spiritual care.
dan membantu klien terminal untuk
Populasi
dan
atau
di
sini
antara
tingkat
sikap
perawat
adalah
subyek
meninggal dengan tenang. Dari data
penelitian yang memenuhi kriteria yang
tersebut maka penulis tertarik untuk
telah ditetapkan (Nursalam, 2008).
melakukan
lanjut
Populasi dalam penelitian ini adalah
tentang hubungan tingkat pengetahuan
perawat di RS DKT berjumlah 115
dan sikap perawat terhadap spiritual
orang. Teknik pengambilan sampelnya
care di DKT. Penelitian ini bertujuan
menggunakan
untuk mengetahui hubungan tingkat
didapatkan sampel sebanyak 77 orang.
penelitian
lebih
pengetahuan perawat tentang spiritual care dan sikap
perawat terhadap
spiritual care di RS DKT Yogyakarta
random
sampling
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa data yang digunakan untuk mencari hubungan dan
menguji
hipotesa
antara
dua
Metode variabel bila datanya berbentuk interval Penelitian
ini
bersifat yaitu
korelasional dengan pendekatan cross
korelasi
Product
Moment.
HASIL PENELITIAN Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur F % 20-30 tahun 36 46,8% 31-40 tahun 39 50,6% > 40 tahun 2 2,6% Total 77 100% Tabel
4.1.
memperlihatkan
bahwa responden yang paling banyak berumur antara 31-40 tahun yaitu 39 orang (50,6%). Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin F % L 6 7,8% P 71 92,2% Total 77 100% Tabel
4.2.
memperlihatkan
bahwa responden yang paling banyak adalah perempuan yaitu 71 orang (92,2%). Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan tingkat pendidikan F % D III Keperawatan 56 72,7% S1 Keperawatan 5 6,5% SPK 16 20,8% Total 77 100%
Tabel
4.3.
memperlihatkan
bahwa responden yang paling banyak mempunyai latar belakang pendidikan D III Keperawatan yaitu 56 orang (72,7%). Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Lama bekerja F % 0-5 tahun 25 32,5% 6-10 tahun 33 42,9% 11-15 tahun 16 20,8% 16-20 tahun 3 3,9% Total Tabel
77 4.4.
100%
memperlihatkan
bahwa responden yang paling banyak telah bekerja selama 6-10 tahun yaitu 33 orang (42,9%). Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan responden tentang spiritual care Tingkat pengetahuan responden tentang spiritual care F % tinggi 43 55,8% sedang 32 41,6% rendah 2 2,6% Total 77 100% Tabel 4.5. memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan tinggi
tentang spiritual care yaitu 39 orang (50,6%). Tabel 4.6. Distribusi Skor Jawaban Kuesioner Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Spiritual care (n=77) No
Pernyataan f
1. 2.
3. 4. 5.
6. 7.
8. 9. 10.
11. 12. 13. 14. 15. 16.
17. 18. 19. 20.
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan). Keperawatan spiritual merupakan suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien/klien. Usia perkembangan tidak dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual. Keluarga tidak memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Seseorang dari RSas/suku yang berbeda, maka proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki. Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual. Kegiatan keagamaan merupakan salah satu faktor yang dapat mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya. Kebutuhan spiritual bukan merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin dekat. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat tidak dituntut untuk mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal. Aspek spiritual tidak dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan. Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual, antara lain tidak adanya keluhan pasien/klien. Salah satu faktor yang tidak menyebabkan masalah spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh. Distress spiritual berhubungan dengan kemampuan untuk melaksanakan ritual spiritual. Evaluasi terhadap masalah spiritual secara umum dapat dinilai dari perubahan untuk melakukan kegiatan spiritual. Pemberian spiritual care dilakukan setiap hari 1 kali yaitu pada pagi hari. Spiritual care diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pemberian spiritual care dilakukan dengan cara penyuluhan. Dalam memberikan spiritual care, perawat cukup menyediakan buku keagamaan sesuai dengan kebutuhan pasien/klien.
Benar %
f
Salah %
69
89,61
8
10,39
55
71,43
22
28,57
60
77,92
17
22,08
62
80,52
15
19,48
53
68,83
24
31,17
68
88,31
9
11,69
67
87,01
10
12,99
59
76,62
18
23,38
67
87,01
10
12,99
70
90,91
7
9,091
60
77,92
17
22,08
60
77,92
17
22,08
68
88,31
9
11,69
61
79,22
16
20,78
57
74,03
20
25,97
65
84,42
12
15,58
61 26 68
79,22 33,77 88,31
16 51 9
20,78 66,23 11,69
56
72,73
21
27,27
Tabel
4.6.
memperlihatkan
Tabel
4.7.
memperlihatkan
bahwa 5 soal yang mendapatkan
bahwa responden yang paling banyak
jawaban benar terbanyak adalah soal
mempunyai sikap yang baik terhadap
nomor 10, 1, 6, 13 dan 19 sedangkan 5
spiritual care yaitu 36 orang (46,8%)
soal yang mendapatkan jawaban benar
sedangkan
paling sedikit adalah soal nomor 15,
sedikit mempunyai sikap yang kurang
20, 2, 5, 18.
terhadap spiritual care yaitu 12 orang
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Sikap responden terhadap spiritual care Sikap responden terhadap spiritual care F % baik 36 46,8% cukup 29 37,7% kurang 12 15,6% Total 77 100%
(15,6%).
responden
yang
paling
Tabel 4.8. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Spiritual care Dengan Sikap Terhadap Spiritual Care No.
Pengetahuan
Tinggi f % 1. Baik 26 33,8 2. Cukup 14 18,2 3. Kurang 3 3,9 Jumlah 43 55,8 Sumber : data primer yang diolah Tabel 4.8. memperlihatkan Sikap
Sedang f % 10 13 14 18,2 8 10,4 32 41,6 mempunyai
Rendah f % 0 0 1 1,3 1 1,3 2 2,6 tingkat
Total f % 36 46,8 29 37,7 12 15,6 77 100 pengetahuan
bahwa responden yang paling banyak
rendah tentang spiritual care dan
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi
mempunyai sikap dengan kategori
tentang spiritual care dan mempunyai
cukup dan kurang terhadap spiritual
sikap yang baik terhadap spiritual care
care yaitu masing-masing 1 orang
yaitu 26 orang (33,8%) sedangkan
(1,3%).
responden
yang
paling
sedikit
Sebelum dilakukan uji korelasi menggunakan
korelasi
product
atau
belum.
dilakukan
Uji
normalitas
data
menggunakan
uji
moment, terlebih dahulu dilakukan uji
Kolmogorov-Smirnov.
normalitas
normalitas data ditunjukkan pada tabel
data
untuk
mengetahui
apakah data telah terdistribusi normal
Hasil
uji
berikut:
Tabel 4.9. Hasil uji normalitas data Kolmogorov-Smirnov Variabel
Mean
SD
Z
pengetahuan tentang spiritual care sikap terhadap spiritual care
78,70
9,814
1,247
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,089
74,22
13,766
1,288
0,072
Tabel
4.9.
memperlihatkan
Sig.
dibandingkan
dengan
taraf
bahwa hasil uji statistik kolmogorov-
kesalahan 0,05. Jika Asyimp Sig. lebih
Smirnov untuk variabel pengetahuan
besar dari 0,05 maka data dikatakan
tentang spiritual care didapatkan nilai
telah terdistribusi normal dan jika
Z sebesar 1,247 dengan Asyimp Sig.
Asyimp Sig. lebih kecil dari 0,05 maka
sebesar 0,089. Untuk variabel sikap
data dikatakan tidak terdistribusi secara
terhadap spiritual care didapatkan nilai
normal. Hasil uji normalitas data
didapatkan nilai Z sebesar 1,288
didapatkan semua variabel mempunyai
dengan Asyimp Sig. Sebesar 0,072.
nilai Asyimp Sig. lebih besar dari 0,05
Untuk menentukan suatu data normal
sehingga
atau tidak maka besarnya nilai Asyimp
terdistribusi
data
dikatakan
telah normal.
Tabel 4.10. Hasil uji korelasi product moment pengetahuan tentang spiritual care pengetahuan tentang spiritual care
1
sikap terhadap spiritual care .258* .024 1
.258* .024 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). pengetahuan tentang spiritual care Hasil uji statistik korelasi sikap terhadap spiritual care
product moment didapatkan nilai r
dengan sikap terhadap spiritual care di
hitung sebesar 0,258 dengan taraf
RS DKT Yogyakarta.
signifikansi 0,024. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan
Pembahasan
antara tingkat pengetahuan tentang
Tingkat
spiritual care dengan sikap terhadap
tentang spiritual care
spiritual
care.
Untuk
menentukan
pengetahuan
Tabel
4.5.
responden
memperlihatkan
hipotesis diterima atau ditolak maka
bahwa responden yang paling banyak
besarnya
(p)
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi
dibandingkan dengan taraf kesalahan
tentang spiritual care yaitu 39 orang
5% (0,05). Jika p lebih besar dari 0,05
(50,6%) sedangkan responden yang
maka hipotesis ditolak dan jika p lebih
paling
kecil atau sama dengan 0,05 maka
pengetahuan rendah tentang spiritual
hipotesis diterima. Hasil penelitian ini
care yaitu 2 orang (2,6%).
taraf
signifikansi
didapatkan nilai p lebih kecil dari 0,05
sedikit
Responden
mempunyai
yang
tingkat
mempunyai
(0,024 < 0,05) sehingga hipotesis
tingkat pengetahuan tinggi tentang
diterima.
spiritual care dapat disebabkan oleh
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
banyak
faktor
diantara
umur,
bermakna secara statistik antara tingkat
pendidikan dan pengalaman. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
care dapat diperoleh melalui berbagai
sebagian besar responden mempunyai
sumber seperti buku, majalah, internet
karakteristik berumur antara 31-40
dan
tahun, berpendidikan DIII Keperawatan
sumber
dan mempunyai pengalaman dalam
responden maka tingkat pengetahuan
merawat pasien antara 6-10 tahun.
yang
Karakteristik responden tersebut cukup
Notoatmodjo
mendukung
bahwa
pengetahuan
untuk yang
memiliki
tinggi
tentang
informasi
dimiliki
Semakin
banyak
yang
dimiliki
semakin (2003)
seseorang
tinggi.
menyatakan
yang
memiliki
sumber informasi lebih banyak akan memiliki tingkat pengetahuan lebih
spiritual care. Penelitian bahwa
sebagainya.
ini
sebagian
menunjukkan
besar
responden
berpendidikan D III Keperawatan. Responden yang berpendidikan D III
tinggi dibandingkan dengan seseorang yang memiliki sumber informasi lebih sedikit. Hasil
penelitian
ini
juga
Keperawatan yang memiliki tingkat
menunjukkan bahwa terdapat 2 orang
pengetahuan
tentang
(6,7%) responden yang mempunyai
spiritual care dapat disebabkan karena
tingkat pengetahuan rendah tentang
responden
spiritual
yang
banyak
tinggi
belajar
dari
care.
Responden
pengalaman, baik pengalaman dirinya
mempunyai
sendiri maupun pengalaman orang lain.
tentang spiritual care dapat disebabkan
Selain itu kemungkinan responden juga
karena responden berpendidikan SPK.
banyak mendapatkan informasi tentang
Tingkat pendidikan SPK yang dimiliki
pentingnya
untuk
responden dapat mempengaruhi tingkat
pasien.
pemahaman terhadap suatu informasi
Pengetahuan tinggi tentang spiritual
sehingga juga mempengaruhi tingkat
mempercepat
spiritual
care
kesembuhan
pengetahuan
yang rendah
yang
mempunyai sikap yang baik terhadap
memiliki pengetahuan rendah tentang
spiritual care yaitu 36 orang (46,8%)
spiritual
sedangkan
pengetahuan.
Responden
care
dan
memiliki
responden
yang
paling
berpendidikan SPK dapat disebabkan
sedikit mempunyai sikap yang kurang
karena selama menempuh pendidikan
terhadap spiritual care yaitu 12 orang
SPK belum mendapatkan pelajaran
(15,6%).
tentang spiritual care, sehingga ketika menghadapi
praktek
di
lapangan,
Responden
yang
mempunyai
sikap yang baik tentang spiritual care
responden merasa belum mengetahui
kemungkinan
tentang spiritual care meskipun pernah
responden
menyaksikan
menangani pasien yang membutuhkan
care.
pelaksanaan
Menurut
Preston,
Rieg,
(2006)
memperlihatkan
spiritual
Mason
dan
dalam
studinya
terdapat
banyak
disebabkan telah
bimbinga
spiritual.
menunjukkan
karena
berpengalaman
Penelitian
bahwa
ini
responden
berumur antara 31-40 tahun dan telah
perawat yang mengakui bahwa mereka
bekerja
tidak
asuhan
Karakteristik
responden
tersebut
karena
memberikan
pengertian
bahwa
dapat
spiritual
memberikan
secara
kompeten
selama
6-10
selama masa pendidikannya mereka
responden
kurang mendapatkan panduan tentang
yang cukup banyak dalam menangani
bagaimana
pasien
memberikan
asuhan
mempunyai
tahun.
termasuk
pengalaman
pasien
yang
spiritual secara kompeten.
membutuhkan spiritual care. Menurut
Sikap responden terhadap spiritual
Azwar
care
mempengaruhi
sikap
Sesuatu yang
dialami akan ikut
Tabel
4.6.
memperlihatkan
bahwa responden yang paling banyak
(2005)
membentuk
pengalaman
dan
dapat
seseorang.
mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi
sosial. Tanggapan akan menjadi salah
tentang spiritual care dan mempunyai
satu dasar pembentukan sikap.
sikap yang baik terhadap spiritual care
Pada penelitian ini didapatkan responden
yang
mempunyai
sikap
yaitu 26 orang (33,8%) sedangkan responden
yang
paling
kurang baik terhadap spiritual care.
mempunyai
Sikap yang kurang baik terhadap
rendah tentang spiritual care dan
spiritual
ditunjukkan
mempunyai sikap dengan kategori
dengan keengganan responden untuk
cukup dan kurang terhadap spiritual
memberikan
spiritual
care yaitu masing-masing 1 orang
kepada klien. Sikap yang kurang baik
(1,3%). Hasil uji statistik korelasi
terhadap
product
care
dapat
bimbingan
spiritual
care
dapat
tingkat
sedikit
pengetahuan
moment
disebabkan karena responden belum
kesimpulan
mengetahui pentingnya spiritual care.
antara tingkat pengetahuan tentang
Rankin dan DeLashmutt (2006) dalam
spiritual care dengan sikap terhadap
penelitiannya yang menemukan bahwa
spiritual care di RS DKT Yogyakarta.
banyak
perawat
mengakui
belum
bahwa
memberikan
Penelitian
ini
ada
hubungan
menunjukkan
memahami secara jelas dan mengalami
bahwa responden yang paling banyak
kebingungan antara konsep spiritualitas
mempunyai tingkat pengetahuan tinggi
dan religius
tentang spiritual care dan mempunyai tingkat
sikap yang baik terhadap spiritual care.
pengetahuan tentang spiritual care
Responden yang mempunyai tingkat
dengan sikap terhadap spiritual care
pengetahuan
Hubungan
antara
yang
tinggi
tentang
memperlihatkan
spiritual care akan lebih memahami
bahwa responden yang paling banyak
pentingnya spiritual care dibandingkan
Tabel
4.7.
dengan
responden
yang
memiliki
peranan penting dalam penentuan sikap
pengetahuan rendah tentang spiritual
yang
care. Pemahaman yang baik tentang
membentuk kepercayaan yang sifatnya
spiritual care mendorong responden
akan
untuk menunjukkan sikap yang empati
pengambilan
terhadap
menentukan
Sikap
kebutuhan empati
responden
spiritual
yang
care.
ditunjukkan
mencerminkan
utuh,
pengetahuan
memberikan
dasar
keputusan sikap
akan
bagi dan
terhadap
suatu
obyek tertentu.
bahwa
Rankin dan DeLashmutt (2006)
responden mempunyai sikap yang baik
dalam penelitiannya yang menemukan
terhadap spiritual care. Responden
bahwa
yang mempunyai tingkat pengetahuan
belum memahami secara jelas dan
tinggi tentang spiritual care akan
mengalami kebingungan antara konsep
mampu menerapkan pengetahuan yang
spiritualitas dan religius, 2) kesimpulan
dimilikinya. Sebab pengetahuan yang
Rieg, Mason dan Preston, (2006) dalam
dimiliki
studinya juga memperlihatkan terdapat
responden
dapat
mempengaruhi perilaku responden. Demikian
juga
sebaliknya,
banyak
perawat
mengakui
banyak perawat yang mengakui bahwa mereka tidak dapat memberikan asuhan
responden yang memiliki pengetahuan
spiritual
kurang atau rendah tentang spiritual
selama masa pendidikannya mereka
care kemungkinan akan mempunyai
kurang mendapatkan panduan tentang
sikap yang kurang baik terhadap
bagaimana
spiritual
spiritual secara kompeten.
kurangnya
care
disebabkan
pengetahuan
karena tentang
secara
kompeten
karena
memberikan
Responden
pentingnya spiritual care. Menurut
pengetahuan
Azwar (2005), pengetahuan memegang
spiritual
yang
yang
care
asuhan
memiliki
baik
diharapkan
tentang dapat
memiliki sikap dan persepsi yang baik
adalah
tentang spiritual care sehingga spirutal
peneliti tidak menunggui responden
care dapat diterapkan sebagai salah
dalam
satu metode penyembuhan pasien.
digantikan oleh salah seorang perawat
Hasil
yang telah ditunjukkan oleh peneliti
penelitian
penelitian
ini
yang
mendukung
dilakukan
oleh
dalam
pengambilan
mengisi
kuesioner
data,
namun
untuk membagikan kuesioner.
Wiwindaryati (2006) yang melakukan Kesimpulan dan saran penelitian tentang persepsi perawat Berdasarkan pelaksana
terhadap
aspek
hasil
penelitian
dan
spiritual pembahasan dapat disimpulkan sebagai
dalam asuhan keperawatan di Rumah berikut; 1) Responden yang paling Sakit.
Hasilnya
penelitiannya banyak
menunjukkan
bahwa
mempunyai
tingkat
perawat pengetahuan tinggi tentang spiritual
memahami dengan baik bahwa klien care yaitu 39 orang (50,6%) sedangkan membutuhkan
pemenuhan
spiritual, responden
perawat
berperan
sebagai
yang
keperawatan
sedikit
pemberi mempunyai
asuhan
paling
spiritual
tingkat
pengetahuan
dan rendah tentang spiritual care yaitu 2
perawat
cukup
memahami
asuhan orang (2,6%); 2) Responden yang
keperawatan spiritual. paling banyak mempunyai sikap yang baik terhadap spiritual care yaitu 36 Keterbatasan orang (46,8%) sedangkan responden Keterbatasan dalam penelitian yang paling sedikit mempunyai sikap ini adalah peneliti belum melakukan yang kurang terhadap spiritual care wawancara untuk mengetahui secara yaitu 12 orang (15,6%); 3) Hasil uji langsung sikap responden terhadap statistik
korelasi
product
moment
spiritual care. Keterbatasan yang lain didapatkan nilai r hitung sebesar 0,258
dengan
taraf
signifikansi
0,024
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang spiritual care dengan sikap terhadap spiritual care diRS DKT Yogyakarta.
Henderson. V. 2006. The concepts of nursing. Journal of advance nursing. 53. (1). 25-31. Diambil pada 24 Desember 2009 dari jam 20.00 WIB dari http://www.journalofadvancednur sing.com/docs/jan_1978.pdf. Hidayat. A. A. A.. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Buku 2: Jakarta
Saran bagi profesi keperawatan agar menerapkan dimilikinya
pengetahuan tentang
spiritual
yang care
dalam praktik asuhan keperawatan
Makhija. R. 2002. Spiritual nursing. Nursing journal of India. (June. 2002). Diambil pada tanggal 10 Februari 2008 dari http://findarticles.com/p/articles/ mi_qa4036/is_ 200206/ai_n9120374.
bukan hanya ditunjukkan dengan sikap yang baik. Penerapan pengetahuan dan
Notoatmodjo. S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
sikap tentang spiritual care dapat mempercepat kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA Azwar. S. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Liberty. Jakarta.55 Govier. K. 2000. Spiritual care in nursing: A systematic approach. Nursing standard. 1. (1). diambil pada tanggal 20 September 2007 dari http://www.nursingstandard.co.uk/archives/ns/vol14-17/pdfs/res.pdf.
Notoatmodjo. S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi. Tesis dan Instrume Penelitian Keperawatan. Jakarta: salemba Medika. Potter, P.A. & Perry, A.G., 2007. Fundamentals of Nursing Concepts. Process and Practice. Terjemahan. Yasmin Asih. dkk. Edisi Empat. EGC (Jakarta)
Rankin & DeLashmutt. 2006. Finding spirituality and nursing presence: The student’s challenge. Journal of holistic nursing. (Vol 24; number 4). December 2006. Diambil pada tanggal 21 September 2007 dari http://jhn.sagepub.com/cgi/conten t/abstract/24/4/282 Rieg. Mason & Preston. 2006. Spiritual care: Practical guidelines for rehabilitation nurses. Nov/Dec 2006. Vol. 31. Diambil pada tanggal 15 Februari 2008 dari http://proquest.umi.com/pqdweb? index=15&did=1166454341&Src hMode=1&sid=2&Fmt=3&VInst =PROD&VType=PQD&RQT=30 9&VName=PQD&TS=11903645 22&clientId=45625. Wiwindaryati. 2006. Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Aspek Spiritual Dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Skripsi. tidak dipublikasikan Xiaohan. L. 2005. Basic concepts in nursing science. China: School of Nursing China Medical University. Diambil pada 26 Desember 2009 jam 15.17 WIB dari www.cmu.edu.cn/course/upl_file s/17/200761104241915.doc.