HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Rifka Charisa Devi 3201411179
JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skipsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNNES pada :
Hari
: Selasa
Tanggal
: 15 Desember 2015
Semarang, 15 Desember 2015 Mengetahui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ananto Aji, M.S NIP. 19630527 1988111 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada: Hari
: Senin
Tanggal
: 28 Desember 2015
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Desember 2015
Rifka Charisa Devi NIM. 3201411179
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO 1. “Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan bagaikan matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi”. (Kagome “Inuyasha”) 2.
“Anything is possible, dreams to come true, and follow your heart. So never give up, chase your dreams and hopefully you will have a golden sky on your own”. (Jessica Jung)
3. “Cintai kebersihan lingkungan anda seperti anda mencintai diri anda sendiri”. (Anonim)
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan untuk : 1.
Kedua orang tua ku, Bapak Ja’far Shodiq dan Ibu Hayat Restiningsih serta ketiga adikku tercinta, Fahmi, Alwi, Shofia atas segala doa dan dukungannya. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
2.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi UNNES, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan, semoga Allah SWT menjadikan berkah dan manfaat atas ilmunya.
3.
Sahabat Geografi angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan motivasinya, serta Symphony FIS Choir, PPL SNEIKA 2014 dan Jaico atas pengalamannya.
4.
Semua pihak yang membantu hingga selesainya skripsi ini.
5.
Almamater ku. v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Hubungan
Tingkat
Pendidikan
Masyarakat
Dengan
Perilaku
Pengelolaan Sampah Di Pemukiman Nelayan Desa Bandengan Kecamatan Kota Kendal” Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES. 3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi. 4. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., Dosen Pembimbing atas waktu, segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dr. Erni Suharini, M.Si. dan Drs. Satyanta Parman, MT., Penguji I dan penguji II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi di Jurusan Geografi. 7. Staf Tata Usaha, Perpustakaan Jurusan Geografi, Laboratorium, Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial, serta seluruh karyawan di lingkungan Jurusan Geografi.
vi
8. Kepala Kelurahan dan keluarga besar Desa Bandengan yang telah membantu ijin dalam penelitian diwilayah penelitian skripsi ini. 9. Yuvita Della, Nurul Safarida, Nur Azizah dan teman-teman Jurusan Geografi 2011 yang membantu penyelesaian skripsi, serta atas pengalaman studi yang menyenangkan, 10. Bapak, Ibu, dan ketiga adikku tercinta atas dukungan dan doa serta kasih sayangnya. 11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang Geografi.
Semarang, Januari 2016
Penyusun
vii
SARI Devi, Rifka Charisa. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Ir. Ananto Aji, M.S. 114 halaman. Kata
Kunci:
Tingkat Pendidikan, Pemukiman Nelayan.
Perilaku
Pengelolaan
Sampah,
Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya Perilau masyarakat dalam pengelolaan sampah didasari oleh pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal, (2) Mengetahui perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal, (3) Menganalisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat berdasarkan tingkatan pendidikan. Pengambilan sampel dengan cara stratified random sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan tingkat pendidikan melalui tahun sukses pendidikan. Variabel penelitian ini adalah tingkat pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal dan perilaku pengelolaan sampah. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi, metode kuesioner, dan metode dokumentasi dengan analisis data menggunakan metode deskriptif persentase dan korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan termasuk dalam kriteria rendah, baik dalam pendidikan formal, tahun sukses pendidikan maupun tingkat pendidikan nonformal, sedangkan tingkat pengetahuan pengelolaan sampah sudah termasuk dalam kriteria sedang yaitu sebesar 56,66%. Perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan tergolong rendah yaitu sebesar 51,38%. Hasil analisis dengan menggunakan rumus product moment diperoleh hasil rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar 0,195. Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Dari hasil penelitian disarankan agar masyarakat Bandengan perlu membiasakan tidak membuang sampah di jalan, selokan, sungai karena dapat menimbulkan bau busuk. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah sampah yang dihasilkan oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya dalam pengelolaan sampah, serta perlu dilakukan peningkatan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah.
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii PERNYATAAN ............................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi SARI ................................................................................................................ viii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7 E. Penegasan Istilah .......................................................................... 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 10 A. Hubungan ..................................................................................... 11 B. Tingkat Pendidikan ...................................................................... 12 C. Perilaku ......................................................................................... 16 D. Sampah ......................................................................................... 22 E. Pengelolaan Sampah .................................................................... 27 F. Masyarakat Nelayan ...................................................................... 29 G. Penelitian Terdahulu .................................................................... 32 H. Kerangka Berpikir ........................................................................ 36 I.
Hipotesis ....................................................................................... 38
ix
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 39 A. Lokasi, Waktu, dan Jenis Penelitian ............................................. 39 B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 39 C. Variabel Penelitian ....................................................................... 41 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 42 E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ............................................. 43 F. Metode Analisis Data .................................................................... 44 G. Alur Kegiatan Penelitian ............................................................... 53 BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 54 A. Hasil Penelitian ............................................................................ 54 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 54 a. Lokasi Penelitian ..................................................................... 54 b. Kondisi Tata Guna Lahan ........................................................ 56 c. Kondisi Kependudukan ........................................................... 56 d. Kondisi Tingkat Pendidikan .................................................... 57 e. Mata Pencaharian .................................................................... 58 2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah ................................................................. 59 a. Tingkat Pendidikan .................................................................. 59 b. Perilaku Pengelolaan Sampah ................................................. 64 c. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah ................................................ 72 B. Pembahasan .................................................................................. 73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 80 A. Kesimpulan ................................................................................... 80 B. Saran ............................................................................................. 81 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82 LAMPIRAN .................................................................................................... 84
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34 Tabel 3.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan .................. 39 Tabel 3.2 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan ................. 48 Tabel 3.3 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan dan Perilaku ..................................................................................... 51 Tabel 4.1 Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan ......................................... 56 Tabel 4.2 Komposisi Usia Penduduk ............................................................... 57 Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat ...................................................... 58 Tabel 4.4 Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan ...................................... 58 Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal .............................................................. 60 Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan ............................................. 61 Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Nonformal ........................................................ 62 Tabel 4.8 Rata-Rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan ................... 62 Tabel 4.9 Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah .................... 63 Tabel 4.10 Menjaga Kebersihan Halaman dan Rumah .................................... 64 Tabel 4.11 Mengurangi Sampah Rumah Tangga ............................................. 65 Tabel 4.12 Melaksanakan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar ........................ 66 Tabel 4.13 Memisahkan Sampah Organik dan An-organik ............................. 67 Tabel 4.14 Kebiasaan Membuang Sampah ...................................................... 69 Tabel 4.15 Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis .......................................................................... 70 Tabel 4.16 Menerapkan Daur Ulang Sampah An-organik............................... 71 Tabel 4.17 Rata-Rata Perilaku Pengelolaan Sampah ....................................... 72
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................... 37 Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian .............................................................. 53 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kelurahan Bandengan ..................................... 55 Gambar 4.2 Kondisi Halaman Rumah Masyarakat Bandengan....................... 65 Gambar 4.3 Tempat Pembuangan Sampah di Kelurahan Bandengan yang Belum Memisahkan Antara Sampah Organik dan An-Organik . 68 Gambar 4.4 Banyaknya Sampah di Pinggir Sungai ......................................... 69
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner ..................................................... 85 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 87 Lampiran 3 Lembar Observasi ......................................................................... 92 Lampiran 4 Validitas Instrumen....................................................................... 93 Lampiran 5 Reliabilitas Instrumen ................................................................... 94 Lampiran 6 Daftar Nama Responden Penelitian .............................................. 95 Lampiran 7 Analisis Deskriptif Persentase ...................................................... 97 Lampiran 8 Persentase Tingkat Pendidikan ..................................................... 101 Lampiran 9 Persentase Pengetahuan Pengelolaan Sampah ............................. 103 Lampiran 10 Persentase Perilaku Pengelolaan Sampah................................... 105 Lampiran 11 Perhitungan Statistik dengan Product Moment .......................... 109 Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 114
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Adanya timbunan sampah akan menyebabkan berbagai dampak negatif seperti bau busuk yang mengganggu, timbulnya berbagai penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai dapat mengakibatkan banjir, pencemaran air dan tanah dan sebagainya, dapat menyebabkan
menurunnya
kualitas
lingkungan
karena
pengelolaan
persampahan yang kurang memadai. Sehingga perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi tidak menjadi masalah serius bagi masyarakat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir (Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah). Kelurahan Bandengan merupakan kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal, sebagian besar penduduk yang tinggal di daerah pesisir Kelurahan Bandengan bekerja sebagai nelayan sehingga daerah tersebut disebut sebagai
1
kampung nelayan. Kondisi lingkungan masyarakat nelayan pada umumnya kurang memperhatikan lingkungan identik dengan pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat yang kurang memperdulikan lingkungan dapat dilihat dari sampah-sampah yang dibuang dan berserakan di daerah pemukiman. Jika dilihat Kelurahan Bandengan yang karakteristik masyarakatnya bersifat
majemuk/heterogen,
pengelolaan
persampahan
sangat
perlu
diperhatikan seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang mungkin saja ada sebagian penduduk yang belum menyadari arti kebersihan lingkungan. Disamping itu keberadaan kampung nelayan sangat rentan terhadap pencemaran air, pendangkalan, dan penyempitan sungai, juga terhambatnya proses air tanah jika sebagian dari masyarakat yang ada membuang sampahnya langsung kedalam sungai. Banyak terdapat sampahsampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan menumpuknya sampah dan limbah tersebut. Peran
masyarakat
dalam
perbaikan
dan
peningkatan
kualitas
lingkungan memang sudah ada, namun peran tersebut sangat minim sekali dan tidak dapat berkembang secara optimal, karena pengetahuan masyarakat dan kepedulian kebersihan lingkungan masih rendah, sehingga masyarakat lebih memilih sungai atau laut dalam aktifitas pembuangan akhir dengan alasan kepraktisan. Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kendal pasal 45 disebutkan bahwa setiap orang dilarang ”Membuang sampah di jalan umum, tempat umum,
2
perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit, taman dan halaman orang lain”. Berdasarkan pasal 58 dijelaskan bahwa ”Setiap orang yang dengan sengaja membuang sampah di jalan umum, tempat umum, perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit, taman dan halaman orang lain dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)”. Pengelolaan sampah berkaitan erat dengan perilaku masyarakat yang menghasilkan sampah itu sendiri. Sebagai contoh yaitu kurang baiknya perilaku mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, sehingga tindakannya berakibat negatif terhadap lingkungan. Misalnya sampah ditumpuk begitu saja, dapat mengakibatkan terjadinya tempat sarang nyamuk dan ini sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan terhadap bahaya sampah. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Dalam Undang-undang ini jalur pendidikan dibedakan menjadi tiga yaitu:
3
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. 2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Contoh : sosialisasi, pelatihan. 3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Contoh : Orang tua mengajarkan anaknya tentang bagaimana bersikap di luar rumah seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan. Ketiga jalur pendidikan diatas akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang terhadap pengelolaan sampah. Dalam hal ini tidak seluruhnya tingkat pendidikan formal yang dominan, namun pendidikan nonformal (sosialisasi dan pelatihan) juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah (seseorang mengikuti sosialisasi dan pelatihan akan berbeda dengan seseorang yang tidak mengikuti sama sekali), dan pendidikan informal yang telah diajarkan orang tua kepada anaknya sejak kecil.
4
Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan. Jenjang pendidikan seseorang yang tinggi cenderung lebih memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan bahaya sampah. Tingkat pendidikan di masyarakat nelayan tergolong rendah salah satunya disebabkan oleh kemiskinan yang ada pada masyarakat nelayan, dengan kondisi ekonomi lemah tidak memungkinkan bagi nelayan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya selain itu pandangan nelayan terhadap pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan di masyarakat nelayan. Walaupun bagi nelayan pendidikan adalah hal terpenting dan bermanfaat namun ada kecenderungan bahwa mereka kurang berambisi untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan mereka bersekolah hanya sekedar untuk dapat membaca dan menulis dan agar segera dapat bekerja membantu orang tuanya. Pendidikan formal lebih dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan ketrampilan dasar saja, bukan untuk memperluas wawasan dan sebagai “bekal” dalam kehidupan. Dengan demikian pendidikan formal bagi anaknya hanya diberikan sekedar saja, sedangkan pendidikan sebenarnya mereka lakukan langsung ke “lapangan” yaitu dengan melibatkan anakanaknya dalam kegiatan nelayan (Yuniarti 2000:92). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan
5
Perilaku Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal? 2. Bagaimana perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal? 3. Adakah hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. 2. Mengetahui perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
6
3. Menganalisis
hubungan
tingkat
pendidikan
masyarakat
terhadap
pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. D. Manfaat Penelitian Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama geografi, khususnya dalam pengelolaan sampah di daerah pemukiman nelayan sehingga timbulan sampah dapat diminimalisir atau dikurangi. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Pemerintah Kelurahan Bandengan: diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu acuan dalam membuat kebijakan di bidang persampahan yang lebih mendekatkan kepada peran masyarakat dalam mengelola sampah. b) Bagi Masyarakat Kelurahan Bandengan: memberikan informasi atau gambaran tentang pengelolaan sampah oleh masyarakat Bandengan, sehingga dapat memperbaiki lingkungan hidup masyarakat di Kelurahan Bandengan. c) Bagi Penulis: agar memiliki wacana yang lebih luas mengenai pengelolaan
sampah
sehingga
kontribusi kepada masyarakat.
7
kedepannya
dapat
memberikan
E. Penegasan Istilah 1. Hubungan Hubungan berasal dari kata dasar “hubung” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “bersambung atau berangkai (yang satu dengan yang lain), bertalian, berkaitan, bersangkutan” dan saling mempengaruhi. Hubungan dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara tingkat pendidikan masyarakat (tahun sukses) dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. 2. Tingkat Pendidikan Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tingkat (jenjang) pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Dalam penelitian ini yang dimaksud tingkat (jenjang) pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal yang dibuktikan dengan ijazah pendidikan formal, tahun sukses dan pendidikan nonformal
8
(sosialisasi
dan
pelatihan)
yang
berkaitan
dengan
kebersihan
lingkungan/pengelolaan sampah.
3. Perilaku Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku dalam penelitian ini adalah suatu tanggapan/reaksi masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal mengenai kondisi sampah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal. 4. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pegelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Dalam penelitian ini yang dimaksud pengelolaan sampah adalah pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal yang terdiri dari sampah organik berupa sisa makanan, daun, dan sampah anorganik yaitu sampah yang berupa plastik, kaleng, pecahan gelas, dan logam-logam. 5. Masyarakat Nelayan
9
Dalam kamus besar Indonesia pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa” Mansyur (1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang menjadi bagian dalam lingkungan itu. Mayarakat nelayan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bukan hanya bekerja mencari ikan, melainkan mereka yang juga tinggal di sekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam dan berdagang di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hubungan Hubungan berasal dari kata dasar “hubung” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “bersambung atau berangkai (yang satu dengan yang lain), bertalian, barkaitan, bersangkutan”. Jadi dari pengertian tersebut hubungan adalah dua hal yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi
dalam
setiap
proses
kehidupan
manusia.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan , diakses 24 November 2015). Secara garis besar, hubungan terbagi menjadi hubungan positif dan negatif. Hubungan positif terjadi apabila kedua pihak yang berinteraksi merasa saling diuntungkan satu sama lain dan ditandai dengan adanya timbal balik yang serasi. Sedangkan, hubungan yang negatif terjadi apabila suatu pihak merasa sangat diuntungkan dan pihak yang lain merasa dirugikan. Dalam hal ini, tidak ada keselarasan timbal balik antara pihak yang berinteraksi. Lebih lanjut, hubungan dapat menentukan tingkat kedekatan dan kenyamanan antara pihak yang berinteraksi. Semakin dekat pihak-pihak tersebut, hubungan tersebut akan dibawa kepada tingkatan yang lebih tinggi.
11
B. Tingkat Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. 2. Tujuan Pendidikan Nasional Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
12
3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia “Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan”. Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang. Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah pasal 14 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi”. Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu: a) Pendidikan Formal Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan adanya pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara urut dan sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain:
13
1) Pendidikan Umum Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA. 2) Pendidikan Kejuruan Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau spesialisasi, misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informasi dan Komputer, akutansi, listrik. 3) Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental, misalnya pendidikan SLB. 4) Pendidikan Kedinasan Pendidikan
Kedinasan
yang
berusaha
menghasilkan
kemampuan atau lembaga pendidikan non-departemen misalnya prajabatan, sepala, sepadya. 5) Pendidikan Keagamaan Pendidikan
Keagamaan
adalah
pendidikan
yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan
14
yang menurut penguasaan khusus tentang ajaran agama, misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA). Pendidikan tersebut dilaksanakan di bawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia. b) Pendidikan Nonformal Yang dimaksud Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. c) Pendidikan Jalur Informal Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. 4. Tahun Sukses Pendidikan Tahun sukses pendidikan merupakan ukuran lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan formal, terakhirnya dalam ilmu demografi dinyatakan dengan istilah tahun sukses.Tahun sukses dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk
15
mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang berlaku saat ini adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar (SD/sederajat) selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat) selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) selama 3 tahun. Maka jika seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMA/sederajat maka tahun suksesnya adalah 12 tahun, jika hanya sampai tingkat SMP/sederajat maka tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat SD/sederajat maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.
C. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku akan terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (Notoatmodjo 1997, dalam Eko Wibowo 2010:26). Perilaku atau aktivitas individu dalam pengertian yang lebih luas mencakup perilaku yang nampak (over behavior) dan perilaku yang tidak nampak (insert behavior). Perilaku manusia tidak muncul dengan sendirinya tanpa pengaruh stimulus yang di terima, baik stimulus yang bersifat eksternal maupun internal. Namun demikian, sebagian besar perilaku manusia adalah akibat respon terhadap stimulus eksternal yang diterima (Bimo 1999, dalam Eko Wibowo 2010:27).
16
Perilaku manusia sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Perilaku manusia dibagi menjadi 3 tingkah ranah perilaku. Salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yakni: a) Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk
dalam
pengetahuan
masyarakat
dalam
mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari dari rangsangan diterima. b) Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari. c) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
17
d) Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan, memisahkan, pengelompokan, dan sebagainya. e) Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. 2. Jenis Perilaku Menurut Skinner 1976 (dalam Eko Wibowo 2010:27), perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : a) Perilaku yang alami (innate behaviour) atau perilaku yang berupa reflek dan insting yaitu perilaku yang dibawa manusia sejak manusia dilahirkan. b) Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Pada manusia perilaku operan atau perilaku psikologis lebih dominan berpengaruh akibat dari bentuk kemampuan untuk mempelajari dan dapat dikendalikan atau di ubah melalui proses pembelajaran. Sebaliknya reflek merupakan perilaku yang pada dasarnya tidak dapat untuk di kendalikan.
18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, juga berpengaruh
terhadap
lingkungan.
Adapun
secara
spesifik
faktor
lingkungan dan individu adalah sebagai berikut : a) Faktor Individu Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah tingkat kecerdasan, tingkat emosional, pengalaman pribadi, sifat kepribadian, dan jenis kelamin. b) Faktor Luar Individu (Lingkungan) Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu (Azwar 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28). Dalam hubungan antara perilaku dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alam/fisik (kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial (organisme sosial, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat, peraturan, hukum) (Sumaatmadja 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28). 4. Pembentukan Perilaku Menurut Bimo 1999 (dalam Eko Wibowo 2010:28) Pembentukan perilaku sangat diperlukan untuk mengendalikan perilaku manusia agar seperti yang diharapkan, antara lain dengan:
19
a) Pembentukan perilaku kebiasaan, adalah pembentukan perilaku yang ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan. b) Pembentukan
perilaku
dengan
pengertian
(insight),
adalah
pembentukan perilaku yang dilakukan dengan cara pembelajaran disertai dengan memberikan pengertian. c) Pembentukan perilaku dengan model atau contoh, adalah pembentukan perilaku dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya didasarkan atas bentuk-bentuk perilaku yang telah ada. Contohnya adalah orang tua/guru yang memberikan arahan kepada anak/muridnya. Dalam rangkaian pembentukan perilaku manusia terdapat dua jenis pembelajaran yaitu pembelajaran secara fisik adalah adalah belajar dengan menerima respon fisik untuk di contoh seperti belajar menari naik sepeda dan sebagainya, dan pembelajaran secara psikis dimana seorang mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial (social learning), dan selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Sarwono 2002, dalam Eko Wibowo 2010:28). 5. Teori Perilaku Perilaku manusia tidak lepas dari keadaan individu sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dari hal tersebut terdapat beberapa teori yang dapat dikemukakan antara lain:
20
a) Teori Insting Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi sosial menyatakan, insting sebagai perilaku bawaan atau innate dapat mengalami perubahan akibat terbentuknya sebuah pengalaman. b) Teori Dorongan (drive theory) Teori yang menyatakan bahwa organisme dalam hal ini manusia mempunyai dorongan atau drive yang berkaitan dengan pemenuhan atas kebutuhannnya, sehingga dorongan tersebut menimbulkan pengaruh pada perilaku manusia atau individu tersebut. c) Teori Insentif (incentive theory) Teori ini bertitik tolak kepada pendapat bahwa perilaku organisme dalam hal ini manusia, disebabkan oleh adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong manusia berperilaku. Insentif atau disebut juga reinforcement ada 2 macam yaitu dan negatif. Reinforcement positif akan mendorong manusia untuk berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif akan menghambat manusia dalam berperilaku. d) Teori Artribusi Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider, menjelaskan tentang sebabsebab perilaku manusia, perilaku bisa disebabkan oleh disposisi internal (misalnya motif dan sikap) dan oleh keadaan eksternal (misanya situasi).
21
e) Teori Kognitif Teori yang menitikberatkan kepada kemampuan individu dalam berfikir untuk mempertimbangkan pilihan perilakunya. Dengan kemampuan berfikir individu akan dapat melihat dan memilih perilaku mana yang harus dilakukan. Disamping itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam individu berperilaku (Fishben & Ajzen 1975, dalam Eko Wibowo 2010:29).
D. Sampah 1. Pengertian Sampah Peningkatan aktivitas masyarakat akan meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan tidak hanya sampah organik melainkan juga sampah anorganik. Banyaknya sampah yag dihasilkan harus diolah dengan sebaik mungkin agar tidak menimbulkan efek negatif seperti mencemari lingkungan yang mana dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, banjir, penyumbatan sistem drainase dan sebagainya. Kesadaran untuk mengolah sampah dengan baik didalam masyarakat masih minim, hal ini dapat dilihat dari anggapan masyarakat mengenai sampah itu sendiri.
Masyarakat
pada
umumnya
menganggap
bahwa
sampah
merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Terdapat beberapa definisi mengenai sampah yang meliputi:
22
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah merupakan barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia ataupun sisa dari proses alam yang berbentuk padat. c) Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. d) Menurut Tchobanoglous, Theiseen & Eliassen 1993 (dalam Subarna 2014:24), sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan. e) Menurut Istilah Lingkungan Untuk Manajemen (Ecolink 1996, dalam Subarna 2014:17), sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. f) Menurut Basriyanta (dalam Subarna 2014:18), sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dimanfaatkan kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
23
2. Jenis Sampah Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya 1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik 2) Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya b) Berdasarkan dapat tidaknya dibakar 1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu 2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas c) Berdasarkan dapat tidaknya membusuk 1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging 2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur 1995, dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:6) 3. Sumber – Sumber Sampah Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut : a) Pemukiman penduduk Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan
24
biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun (Dainur 1995, dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:8). b) Tempat umum dan tempat perdagangan Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya. c) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering. d) Industri berat dan ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan
25
dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya. e) Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahanbahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra 2007, dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:9). 4. Dampak Sampah Sampah, bila tidak dikelola dengan baik, tentu akan menyebabkan masalah
besar.
Banyak
kejadian
buruk
terjadi
akibat
manusia
menyepelekan sampah. Berikut beberapa dampak dari sampah: a) Mengganggu Estetika (Keindahan) Sampah yang berceceran di jalan atau di sembarang tempat sungguh tidak menyedapkan mata. Tumpukan sampah yang berserakan menimbulkan kesan jorok, tidak bersih dan sangat merusak keindahan. b) Mencemari Tanah dan Air Tanah Sampah yang menumpuk di tanah akan mencemari tanah dan air didalamnya. Cairan kotor dan bau busuk hasil pembusukan sampah yang merembes ke dalam tanah dapat mencemari air tanah. Bukan tidak mungkin, air yang digunakan dari pompa tanah akan terkontaminasi akibat gaya hidup yang tidak sehat ini.
26
c) Mencemari Perairan Sampah yang dibuang ke saluran air akan mencemari perairan sungai, irigasi, waduk, bahkan pantai. Padahal, banyak yang masih memanfaatkan pengairan dari sungai dan sumber air lainnya untuk kebutuhan sehari-hari. d) Menyebabkan Banjir Tumpukan sampah yang berada di saluran air (irigasi) dapat menyumbat pintu-pintu air sehingga air sulit mengalir. Maka, tak heran jika di kota-kota besar, banjir sering terjadi akibat masyarakatnya menyepelekan sampah. e) Menimbulkan Bau Busuk Sampah-sampah yang menumpuk di darat atau terendam di air akan mengalami pembusukan. Bau busuk yang menyebar di udara akan tercium dan mengganggu pernapasan. f) Sebagai Sumber Bibit Penyakit Sampah yang menimbulkan bau busuk akan mengundang lalat. Pada sampah yang busuk, bersarang bermacam-macam bakteri penyebab penyakit lalat tersebut dapat memindahkan bibit penyakit dari sampah ke dalam makanan atau minuman (dalam Suryati 2014:9-11).
E. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
27
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan: 1. Pembatasan timbunan sampah. 2. Pendaur ulangan sampah. 3. Pemanfaatan sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi : 1. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/ atau sifat sampah. 2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST). Pengelolaan
sampah
meliputi
pengumpulan,
pengangkutan,
pemrosesan, pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Ada 3 cara mudah dan aman untuk mengatasi masalah sampah, yang dikenal dengan 3R, yaitu: 1. Reduce (R1) Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah
28
dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut. 2. Reuse (R2) Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain. 3. Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.
F. Masyarakat Nelayan Masyarakat nelayan merupakan paduan dari dua kata masyarakat dan nelayan, agar lebih jelas penulis akan memberikan pengertian dari masingmasing kata tersebut kemudian arti secara keseluruhan
29
1. Pengertian Masyarakat Pengertian masyarakat yang dalam istilah bahasa Inggris disebut Society (berasal dari kata latin, socius yang berarti ”kawan”) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab musyarak yang artinya ikut serta atau berperan serta. Jadi masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Menurut Hasan Sadly (dalam Mansyur 1984:21), masyarakat adalah suatu golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Kemudian
menurut
Djojodigoena
(dalam
Mansyur
1984:21),
masyarakat mempunyai arti sempit dan arti luas. Arti sempit masyarakat adalah terdiri dari satu golongan saja, sedang dalam arti luas masyarakat adalah kebulatan dari semua perhubungan yang mungkin dalam masyarakat dan meliputi semua golongan. Sedangkan menurut Bouman (dalam Mansyur 1984:22), masyarakat ialah pergaulan hidup yang akrab antara manusia, diperatukan dengan cara tertentu dengan hasrat-hasrat kemasyarakatan mereka.
30
2. Pengertian Nelayan Nelayan di dalam Ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya. Dalam kamus besar Indonesia Pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan dilaut. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa” Mansyur (1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang menjadi bagian dalam lingkungan itu. Dari beberapa definisi masyarakat dan definisi nelayan yang telah disebutkan diatas dapat di tarik suatu pengertian bahwa: a) Masyarakat nelayan adalah kelompok manusia yang mempunyai mata pencaharian menangkap ikan dilaut. b) Masyarakat nelayan bukan hanya mereka yang mengatur kehidupannya hanya bekerja dan mencari di laut, melainkan mereka yang juga tinggal disekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam dan berdagang. Jadi pengertian masyarakat nelayan secara luas adalah sekelompok manusia yang mempunyai mata pencaharian pokok mencari ikan dilaut dan hidup di daerah pantai, bukan mereka yang bertempat tinggal di pedalaman, walaupun tidak menutup kemungkinan mereka juga mencari ikan di laut
31
karena mereka bukan termasuk komunitas orang yang memiliki ikatan budaya masyarakat pantai.
G. PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ria Dihatri (2013) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Penelitian ini menggunakan analisis dekriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suprapto (2010) dengan judul Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan Tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anatara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah, hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah serta jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
32
korelasional. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hermawan Eko Wibowo (2010) dengan judul Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah Permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku dan faktor pembentuk perilaku individu dan masyarakat dalam mengelola sampah permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik sungai membentuk perilaku masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas pengelolaan sampah. Pasang surut air sungai akan menghanyutkan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk anggapan masyarakat bahwa sungai sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan masalah.
33
Tabel 2.1.Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Judul Penelitian
Analisis
(tahun) Ria Dihatri (2013)
Hasil Penelitian
Persamaan dengan
Penelitian
Penelitian ini
Gambaran Pengetahuan Ibu Deskriptif
Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, Persamaan penelitian Ria
Rumah
Tentang
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber dengan penelitian ini yaitu
Sampah
informasi
Tangga
Pengelolaan Rumah
Tangga
Yang
mempengaruhi
pengetahuan
ibu membahas
tentang
rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di pengetahuan
Berusia 20-60 Tahun di
Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III sampah
Lingkungan V Kelurahan
Kecamatan Medan Denai Tahun 2013
Tegal Sari Mandala III
pengelolaan
yang
dalam
penelitian ini mengaitkan dengan tingkat pendidikan.
Kecamatan Medan Denai Tahun 2013 Suprapto (2010)
Hubungan antara Jenjang Deskriptif
Dari hasil penelitian bahwa terdapat hubungan Persamaan
Pendidikan dan Pendapatan Korelasional
antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan Suprapto dengan penelitian
dengan
sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan ini
Sikap
Keluarga Pengelolaan
Kepala Terhadap Sampah
yaitu
penelitian
terletak
pada
sampah rumah tangga di Desa Candisari variabel tingkat pendidikan Kabupaten Grobogan.
yang
kemudian
Rumah Tangga di Desa
dikorelasikan
Candisari
pengelolaan sampah
Kabupaten
Grobongan Tahun 2010
34
dengan
Nama Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Analisis
Hasil Penelitian
Penelitian
Persamaan dengan Penelitian ini
Hermawan Eko
Perilaku Masyarakat dalam Deskriptif
Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik Persamaan
penelitian
Wibowo (2010)
Mengelola
sungai membentuk perilaku masyarakat untuk Hermawan
dengan
Sampah
Permukiman di Kampung
menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas penelitian
Kamboja Kota Pontianak
pengelolaan sampah. Pasang surut air sungai membahas tentang perilaku akan
ini
menghanyutkan sampah-sampah yang pengelolaan sampah
dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk anggapan masyarakat bahwa sungai sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan masalah.
35
yaitu
H. KERANGKA BERPIKIR Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam memberikan pengalaman serta pengetahuan dalam hal apapun termasuk dalam pengelolaan sampah. Perbedaan tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah. Tingkat pendidikan ini tidak hanya dari pendidikan formal saja, namun pendidikan nonformal (sosialisasi dan pelatihan) juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang dalam pengelolaan sampah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi dan baik pula tingkat pengetahuan dan perilaku dalam pengelolaan sampah. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin rendah pula tingkat pengetahuan dan perilaku dalam pengelolaan sampah (Gambar 2.1).
36
Tingkat pendidikan
Pengetahuan
1. Pendidikan formal
sampah:
pengelolaan
Memperkirakan Akibat dari
berdasarkan tahun sukses Tidak tamat SD (< 6
Pencemaran Sampah Pengertian Sampah Organik
tahun) SD (6 tahun)
dan An-Organik Klasifikasi
SMP (7-9 tahun)
Sampah
sesuai
SMA (10-11 tahun)
jenisnya (Organik dan An-
Perguruan Tinggi (> 13
Organik)
tahun) 2. Pendidikan non formal Sosialisasi dan Pelatihan
Perilaku Pengelolaan Sampah, Indikatornya: Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman Mengurangi Sampah Rumah Tangga Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik Kebiasaan Membuang Sampah Meggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Penelitian
37
I. HIPOTESIS Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis yang telah disampaikan adalah hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Ha =
Adanya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
Ho =
Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi, waktu, dan jenis penelitian Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal dimulai bulan Juli sampai bulan Agustus 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi yang akan mencari apakah ada hubungan atau tidak diantara variabel penelitian ini.
B. Populasi, sampel, teknik pengambilan sampel 1. Populasi Menurut
Suharsimi
Arikunto
(2006:130),
populasi
adalah
keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat nelayan di Kelurahan Bandengan berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan data Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan. Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan Jumlah (jiwa) 1 Tidak tamat sekolah dasar 1.294 2 Sekolah Dasar 1.427 3 Sekolah Menengah Pertama 682 4 Sekolah Menengah Atas 459 5 Perguruan Tinggi 49 Jumlah 3.911 Sumber : Kecamatan Kota Kendal dalam angka, 2014. No
Tingkat Pendidikan
39
Persentase (%) 33,08 36,49 17,44 11,74 1,25 100,00
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131).
Menurut
Frankel
dan
Wallen
(https://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metodepenelitian/, diakses 25 mei 2015) menyarankan besar sampel minimum untuk penelitian korelasional sebanyak 50. Penghitungan sampel yang diambil menggunakan rumus Taro Yamane, 1967 sebagai berikut :
dimana : n
= Jumlah sampel
N = Jumlah populasi d
= Level signifikasi yang diinginkan
(http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/, diakses 10 April 2015) Dalam penelitian ini diketahui N = 3.688 orang dengan tingkat signifikasi 10% jadi hasilnya adalah 97,36 responden. Sampel dibulatkan menjadi 100 responden. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan tingkat pendidikan melalui tahun sukses belajar.
40
C. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan (X) yang digolongkan sebagai berikut: a) Pendidikan Formal 1) Responden tidak tamat SD 2) Responden tamat SD 3) Responden tamat SMP 4) Responden tamat SMA 5) Responden tamat Perguruan Tinggi b) Pendidikan Nonformal : Sosialisasi/penyuluhan 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku pengelolaan sampah (Y) yaitu: a) Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman b) Mengurangi Sampah Rumah Tangga c) Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar d) Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik e) Kebiasaan Membuang Sampah f) Meggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis g) Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik
41
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2011:174). Adapun metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi, kuesioner, dan juga metode dokumentasi. 1. Observasi Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan dengan menggunakan seluruh alat indra. (Arikunto, 2006:156). Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. 2. Kuesioner Menurut Arikunto (2006:151), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan seluruh data dalam tiap variabel penelitian yaitu pengelolaan sampah. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawabannya sudah disediakan untuk responden, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan kondisinya.
42
3. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan peneliti dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Selain itu dalam teknik dokumentasi ini peneliti menyertakan beberapa data berupa gambar atau foto baik saat observasi dan pengisian kuesioner.
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat validitas instrumen, maka dapat menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson:
rxy
2
2
2
2
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N
= jumlah anggota populasi
X
= skor indikator yang diuji
Y
= total skor indikator
43
= jumlah kuadrat nilai X = jumlah kuadrat niali Y (Arikunto, 2006:274) Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga r product moment. Apabila rxy
hitung
> rxy
tabel
maka instrumen dikatakan
valid, sebaliknya jika rxy hitung < rxy tabel maka dikatakan butir soal tersebut tidak valid. Kriteria validitas soal menurut Arikunto (2006:276) yang dimodifikasi sebagai berikut: a. 0,000 sampai dengan 0,200 = validitas sangat rendah b. 0,200 sampai dengan 0,400 = validitas rendah c. 0,400 sampai dengan 0,600 = validitas cukup d. 0,600 sampai dengan 0,800 = validitas tinggi e. 0,800 sampai dengan 1,00 = validitas sangat tinggi 2. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.. Artinya kapanpun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama dan dapat dipercaya (Arikunto, 2006:178). Untuk menentukan reabilitas suatu soal, dengan rumus alpha yang digunakan sebagai berikut: 2 k b r11 1 2 t k 1
44
Keterangan : r11
= reliabilitas instrumen
K
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2 b
= jumlah varian butir
t2
= varians total
(Arikunto, 2006:196)
F. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Persentase Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif persentase.
Metode
ini
digunakan
untuk
mendeskripsikan
atau
memberikan gambaran terhadap obyek yang akan diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa memberikan kesimpulan untuk umum (Sugiyono, 2010:29). Metode deskriptif persentase ini digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan dari tujuan penelitian. Dalam penelitian ini metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mendiskripsikan
tentang
perilaku
pengelolaan
sampah
dan
mendeskripsikan ada atau tidaknya hubungan perilaku pengelolaan sampah terhadap tingkat pendidikan. Adapun rumus deskriptif persentase yang digunakan sebagai berikut:
45
DP = Deskriptif Persentase n
= Skor yang diperoleh
N
= Skor maksimal
Langkah-langkah dalam analisis data: 1. Mencari persentase maksimal. 2. Mencari persentase minimal. 3. Menghitung rentang persentase. 4. Menetapkan interval, yaitu range dibuat menjadi beberapa kriteria 5. Menghitung rentang kriteria.
Dalam menganalisis data menggunakan deskriptif persentase, untuk mengukur tingkat pengetahuan, jawaban diberi skor sebagai berikut: 1. Jawaban benar diberi skor (1) 2. Jawaban salah diberi skor (0)
a) Menghitung persentase tingkat pengetahuan pengelolaan sampah Diketahui: Jumlah responden
= 100 responden
Skor maksimal
=1
Jumlah pertanyaan
=6
46
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal. Jumlah skor maksimal = 100 x 6 x 1 = 600 Jumlah skor minimal
= jumlah responden x jumlah item x skor minimal.
Jumlah skor minimal
= 100 x 6 x 0 = 0
Persentase maksimal
= skor maksimal X 100 % skor maksimal = 600 X 100 % 600 = 100 %
Persentase minimal
= skor minimal
X 100%
skor maksimal = 0 X 100 % 600 =0% Kelas Interval
=5
Rentang persentase
= persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 0 % = 100 %
Rentang kriteria
= rentang persentase : kelas interval = 100 % : 5 = 20 %
47
Tabel 3.2. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan No
Kriteria
Interval
1
Sangat Rendah
0 – 19,9 %
2
Rendah
20 – 39,9 %
3
Sedang
40 – 59,9 %
4
Tinggi
60 – 79,9 %
5
Sangat Tinggi
80 – 100 %
Sedangkan untuk mengukur tingkat pendidikan dan perilaku, diberi skor sebagai berikut: 1. Jawaban “a” skor 4 2. Jawaban “b” skor 3 3. Jawaban “c” skor 2 4. Jawaban “d” skor 1
b) Menghitung persentase tingkat pendidikan Diketahui: Jumlah responden
= 100 responden
Skor maksimal
=4
Jumlah pertanyaan
=3
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal. Jumlah skor maksimal = 100 x 3 x 4 = 1200 Jumlah skor minimal
= jumlah responden x jumlah item x skor minimal.
Jumlah skor minimal
= 100 x 3 x 1 = 300
48
Persentase maksimal
= skor maksimal X 100 % skor maksimal = 1200 X 100 % 1200 = 100 %
Persentase minimal
= skor minimal
X 100%
skor maksimal = 300 X 100 % 1200 = 25 % Kelas Interval
=5
Rentang persentase
= persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 25 % = 75 %
Rentang kriteria
= rentang persentase : kelas interval = 75 % : 5 = 15 %
c) Menghitung persentase perilaku pengelolaan sampah Diketahui: Jumlah responden
= 100 responden
Skor maksimal
=4
Jumlah pertanyaan
= 14
49
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal. Jumlah skor maksimal = 100 x 14 x 4 = 5600 Jumlah skor minimal
= jumlah responden x jumlah item x skor minimal.
Jumlah skor minimal
= 100 x 14 x 1 = 1400
Persentase maksimal
= skor maksimal X 100 % skor maksimal = 5600 X 100 % 5600 = 100 %
Persentase minimal
= skor minimal
X 100%
skor maksimal = 1400 X 100 % 5600 = 25 % Kelas Interval
=5
Rentang persentase
= persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 25 % = 75 %
Rentang kriteria
= rentang persentase : kelas interval = 75 % : 5 = 15 %
50
Tabel 3.3. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan dan Perilaku No
Kriteria
Interval
1
Sangat Rendah
25 – 39,9 %
2
Rendah
40 – 54,9 %
3
Sedang
55 – 69,9 %
4
Tinggi
70 – 84,9 %
5
Sangat Tinggi
85 – 100 %
2. Analisis Korelasi Product Moment Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Masing-masing skor dalam variabel dihitung dengan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:
Keterangan: rxy ═ koefisien korelasi antar variabel x
═ skor tingkat pendidikan
y
═ skor perilaku pengelolaan sampah
N
═ jumlah subjek
∑x ═ jumlah tingkat pendidikan ∑y ═ jumlah perilaku pengelolaan sampah (Arikunto, 2006:274).
51
Melalui hasil uji analisis dengan teknik korelasi product moment dengan rumus di atas, setelah diketahui nilai r korelasinya, maka untuk menguji
signifikan
tidaknya
korelasi
tersebut
dengan
jalan
mengkonsultasikannya dengan r product moment. Apabila nilai r pada hasil korelasi lebih besar dari nilai r pada tabel maka hasil perhitungannya dinyatakan signifikan. Setelah data yang diperoleh tersusun, maka peneliti kemudian melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan uraian yang telah didapatkan dari penelitian dan hasil pengolahan data. Simpulan yang didapat itulah yang merupakan pernyataan menyeluruh dan sebagai jawaban dari permasalahan yang dikaji atau menjawab hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu mengenai ada atau tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
52
G. Alur Kegiatan Penelitian PROPOSAL
Ijin observasi
Pembuatan Instrumen
Uji coba angket
Analisis hasil uji coba Validitas Reliabilitas Ijin Penelitian
Penelitian
Analisis hasil dan pembahasan
Kesimpulan dan saran
Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Lokasi Penelitian Kelurahan Bandengan merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Kota Kendal dengan luas 197 Ha dan jarak 3,5 km dari pusat Kabupaten. Secara astronomis Kelurahan Bandengan terletak pada 6º52’12,6”LS - 6º54’43,14”LS dan 110º12’21,17”BT - 110º13’40,22”BT. sementara itu, berdasarkan letak administrasinya Kelurahan Bandengan berbatasan dengan wilayah lain sebagai berikut: 1) Utara
: Laut Jawa
2) Selatan
: Kelurahan Ngilir
3) Timur
: Kelurahan Karangsari
4) Barat
: Kelurahan Balok
Untuk lebih jelasnya lokasi Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
54
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kelurahan Bandengan
55
b. Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah Secara fisik Kelurahan Bandengan merupakan wilayah pesisir. Penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan Tata Guna Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
Sawah
63,00
32,00 %
Pemukiman
90,00
45,71 %
Pekarangan
10,00
5,08 %
Tanah Kas Desa
16,00
8,13 %
Fasilitas Umum
17,88
9,08 %
196,88
100,00 %
Jumlah Luas Wilayah
Sumber: Monografi Kelurahan Bandengan, 2014. Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan didominasi oleh pemukiman yaitu sebesar 45,71 %, kemudian sawah sebesar 32 %, pekarangan 5,08 %, tanah kas desa 8,13 %, dan fasilitas umum 9,08 %. c. Kondisi Kependudukan Penduduk Kelurahan Bandengan tercatat sejumlah 4.920 jiwa yang terdiri dari 2.584 jiwa berjenis kelamin perempuan dan 2.336 jiwa berjenis kelamin laki-laki. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang terdapat di Kelurahan Bandengan.
56
Tabel 4.2. Komposisi Usia Penduduk Kelompok Usia
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(Tahun)
(Jiwa)
(Jiwa)
(Jiwa)
0–4
268
257
525
5–9
271
234
505
10 – 14
303
243
546
15 – 19
267
243
510
20 – 24
219
175
394
25 – 29
225
188
413
30 – 34
217
170
387
35 – 39
186
180
366
40 – 44
164
144
308
45 – 49
126
143
269
50 – 54
134
139
273
55 – 59
83
73
156
60 -64
40
46
86
65 – 69
36
33
69
70 – 74
23
31
54
75 +
22
37
59
2.584
2.336
4.920
Jumlah
Sumber: BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014. d. Kondisi Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan terbanyak adalah tamatan SD sebanyak 1.427 orang. Kemudian yang pernah SD tetapi tidak tamat sebanyak 1.249 orang. Beberapa penduduk yang saat ini sudah menempuh pendidikan SMP berjumlah 682 orang, sedang SMA berjumlah 459 orang, dan perguruan tinggi sebanyak 49 orang.
57
Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
Tidak tamat sekolah dasar
1.249
32,3
2
Sekolah Dasar
1.427
36,9
3
Sekolah Menengah Pertama
682
17,6
4
Sekolah Menengah Atas
459
11,9
5
Perguruan Tinggi
49
1,3
3.866
100,0
Jumlah
Sumber : BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014. e. Mata Pencaharian Karakteristik masyarakat Kelurahan Bandengan yang bersifat heterogen dapat dilihat dari mata pencahariannya. Mata pencaharian terbesar adalah nelayan yaitu sebesar 777 orang, karyawan swasta sebesar 475 orang dan beberapa mata pencaharian lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan Jenis Pekerjaan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Petani
51
22
73
Buruh Tani
73
50
123
PNS
10
6
16
Pedagang kelontong
20
35
55
777
0
777
Bidan Swasta
0
3
3
TNI
3
0
3
Karyawan Swasta
375
100
475
Wiraswasta
101
88
189
3
12
15
1.413
316
1.729
Nelayan
Pensiunan Jumlah Total
Sumber: Monografi Kelurahan Bandengan, 2014.
58
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Tujuan dari analisis deskriptif persentase adalah untuk mengetahui dan memperjelas hasil penelitian tentang hubungan pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. a. Tingkat Pendidikan 1) Pendidikan Formal Masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal rata-rata masih memiliki tingkat pendidikan formal yang masih rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Kota Kendal Tahun 2014 diketahui bahwa penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 1.294 orang, penduduk yang tamat SD sebanyak 1.427 orang, yang tamat SMP berjumlah 682 orang, tamat SMA berjumlah 459 orang dan perguruan tinggi sebanyak 49 orang (BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014). Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap pola pikir dan pengetahuan mereka. Umumnya orang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih memiliki pengetahuan yang banyak dibanding dengan orang yang hanya berpendidikan rendah. Pola pikir, pengetahuan dan perilaku orang yang berpendidikan tinggi cenderung dinamis, sedang orang yang hanya menempuh pendidikan rendah biasanya kurang berkembang. Pendidikan ini mencakup juga pendidikan nonformal dalam masyarakat seperti sosialisasi/penyuluhan dan pelatihan. Orang yang mendapatkan sosialisasi/penyuluhan tentang
59
pengelolaan sampah akan lebih sadar dan berperilaku baik dalam menjaga lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan orang yang tidak mendapat sosialisasi/penyuluhan sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat pendidikan formal masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal rata-rata masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
Tidak tamat SD
13
13
2
SD
38
38
3
SMP
21
21
4
SMA
24
24
5
Perguruan Tinggi
4
4
100
100
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel tingkat pendidikan formal diatas menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak 38 orang (38 %), tamat SMA 24 orang (24 %), tamat SMP 21 orang (21 %), dan yang telah menamatkan perguruan tinggi adalah 4 orang (4 %), serta ada 13 responden (13 %) yang tidak tamat SD. Disamping informasi tentang pendidikan formal berdasarkan kelulusan, perlu pula diketahui tahun sukses seseorang atau responden. Tahun sukses dihitung berdasarkan lamanya waktu yang ditempuh oleh seseorang untuk mencapai pendidikan terakhir. Tahun sukses yang
60
ditempuh oleh masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan Tahun Sukses
No
Jumlah (Jiwa)
(Tahun)
Persentase (%)
1
2
4
4
2
3
7
7
3
4
1
1
4
5
1
1
6
6
37
37
7
7
1
1
8
9
21
21
9
12
22
22
10
15
1
1
11
16
5
5
100
100
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 37 orang menempuh pendidikan 6 tahun, 5 orang menempuh 16 tahun, 21 orang menempuh 9 tahun, 22 orang menempuh 12 tahun, 7 orang menempuh 3 tahun, kemudian 4 orang hanya menempuh 2 tahun, dan masing-masing 1 orang yang menempuh 4 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 15 tahun sukses. 2) Pendidikan Nonformal Pendidikan
nonformal
yang
diperoleh
masyarakat
dari
sosialisasi/penyuluhan tentang pengelolaan sampah menunjukkan bahwa 2 orang pernah mengikuti sosialisasi lebih dari 2 kali. Satu orang pernah mengikuti sosialisasi 2 kali, 7 orang pernah mengikuti 1 kali, dan sebanyak 90 orang tidak pernah mengikuti sama sekali.
61
Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan Nonformal tentang Pengelolaan Sampah No
Tingkat Pendidikan
1
Tidak pernah
2
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
90
90
1 kali
7
7
3
2 kali
1
1
4
Lebih dari 2 kali
2
2
100
100
Jumlah
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang pernah diikuti masyarakat
bermacam-macam
seperti
manfaat
bank
sampah,
pemberdayaan sampah rumah tangga dari plastik dan kain perca (dibuat kerajinan tangan), dan pembuatan pupuk organik cair. Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Rata-rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan Kriteria
Interval (%)
Sangat Rendah
25 – 39,9
25
25
Rendah
40 – 54,9
44
44
Sedang
55 – 69,9
27
27
Tinggi
70 – 84,9
2
2
Sangat Tinggi
85 – 100
2
2
100
100
Jumlah
Total
Persentase (%)
Rata-Rata Skor
Kriteria
48,58 %
Rendah
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan termasuk dalam kriteria rendah dengan persentase terbanyak 44% diikuti dengan kriteria sedang sebesar 27%, kriteria sangat rendah sebesar 25%, kriteria tinggi dan sangat tinggi masing-
62
masing 2%. Berdasarkan hasil tersebut tingkat pendidikan secara keseluruhan dalam kriteria rendah yaitu 48,58%. 3) Pengetahuan Pengelolaan Sampah Pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan lingkungan yang baik dan bersih. Tinggi rendahnya pengetahuan pengelolaan sampah seperti mengetahui
pengertian
sampah
organik
dan
an-organik,
mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya (organik dan an-organik), dan akibat dari pencemaran sampah akan mempengaruhi dalam mengatasi permasalahan tersebut (Lampiran 2). Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah Kriteria
Interval (%)
Sangat Rendah
0 – 19,9
0
0
Rendah
20 – 39,9
6
6
Sedang
40 – 59,9
24
24
Tinggi
60 – 79,9
38
38
Sangat Tinggi
80 – 100
32
32
100
100
Jumlah
Total
Persentase (%)
Rata-Rata Skor
Kriteria
56,66 %
Sedang
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa pengetahuan pengelolaan sampah sebagian besar dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 38%, diikuti dengan kriteria sangat tinggi yaitu sebesar 32%, kriteria sedang sebesar 24%, kriteria rendah 6%, dan kriteria sangat rendah 63
sebesar 0%. Hasil keseluruhan memiliki kriteria sedang dengan persentase sebesar 56,66%. b. Perilaku Pengelolaan Sampah 1) Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Membersihkan halaman rumah memang seperti tugas yang sederhana dan sudah menjadi kebiasaan untuk pekerjaan rumah. Tabel 4.10. Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman No
Tingkatan
Jumlah
1.
Selalu
21
2.
Sering
58
3.
Kadang-kadang
21
4.
Tidak Pernah
100
Total
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Menjaga kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan rumah dari sampah. Tabel 4.10 menunjukkan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan rumah dan halaman. Sebanyak 21 responden selalu membersihkan, 58 responden sering membersihkan dan 21 reponden kadang-kadang membersihkan.
64
Gambar 4.2. Kondisi Halaman Rumah Masyarakat Bandengan
2) Mengurangi Sampah Rumah Tangga Kebiasaan pada masyarakat yang senang dengan hal yang serba praktis dan instan, sebagai gambaran dalam pemilihan tempat atau bungkus makanan berupa sterofoam, plastik, kertas minyak, padahal barang-barang tersebut yang kita tahu salah satu jenis barang yang setelah jadi sampah tidak bisa cepat hancur. Tabel 4.11. Mengurangi Sampah Rumah Tangga No
Tingkatan
Jumlah
1.
Selalu
5
2.
Sering
7
3.
Kadang-kadang
21
4.
Tidak Pernah
67 100
Total
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
65
Ada baiknya kita sadar akan hal tersebut dan alangkah baiknya kita bisa mengurangi pemakaian barang-barang tersebut dengan barang yang lebih ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan daun atau wadah makanan yang aman. Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar tidak pernah menggunakan wadah makanan yaitu sebesar 67 responden, 5 responden selalu menggunakan, 7 responden sering menggunakan dan 21 reponden kadang-kadang menggunakan. 3) Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar Kerja bakti adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Kegiatan kerja bakti untuk menjaga kebersihan sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih. Perilaku pelaksanaan kerja bakti yang dilakukan masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.12. Tabel 4.12. Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar Jumlah (Orang) No
Tingkatan
Pelaksanaan kerja
Keikutsertaan kerja
bakti
bakti
1.
Selalu
10
6
2.
Sering
22
30
3.
Kadang-kadang
65
55
4.
Tidak Pernah
3
9
100
100
Total
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
66
Tabel 4.12 menunjukkan keikutsertaan kerja bakti yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Bandengan dalam kategori kadang-kadang yaitu sebulan sekali atau ketika mendekati lebaran, sedangkan masyarakat yang mengikuti kerja bakti sebagian besar menjawab kadang-kadang yaitu sebanyak 55 responden. 4) Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik Pemilahan sampah adalah salah satu proses dalam pengolahan sampah; yaitu dengan memisahkan menjadi kelompok sampah tertentu (organik dan an-organik). Pemisahan sampah perlu dilakukan karena sampah organik dan an-organik memiliki sifat yang berbeda. Perilaku memisahkan sampah organik dan an-organik yang dilakukan masyarakat Bandengan dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13. Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik No
Tingkatan
Jumlah
1.
Selalu
2
2.
Sering
2
3.
Kadang-kadang
51
4.
Tidak Pernah
45 100
Total
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebagian besar reponden menjawab kadang-kadang yaitu sebesar 51 responden memisahkan sampah organik dan an-organik, kemudian 45 reponden tidak pernah memisahkan.
67
Gambar 4.3. Tempat Pembuangan Sampah di Kelurahan Bandengan yang belum memisahkan antara sampah organik dan an-organik 5) Kebiasaan Membuang Sampah Kebiasaan membuang sampah sembarangan masih terjadi di mana-mana, dan dilakukan oleh kalangan manapun. Di kalangan masyarakat yang kurang peduli kebersihan, buang sampah dimanapun sudah menjadi hal yang biasa dan tidak menjadi masalah. Tabel 4.14 menunjukkan kebiasaan membuang sampah yang dilakukan masyarakat Bandengan.
68
Tabel 4.14. Kebiasaan Membuang Sampah Jumlah
No
Tingkatan
Memungut
Mengantungi sampah
1.
Membuang sampah
sampah di
di selokan/sungai
jalan
Selalu
6
2
-
2.
Sering
14
5
-
3.
Kadang-kadang
50
27
45
4.
Tidak Pernah
30
66
55
100
100
100
S
Total
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Sebagian besar yaitu 50 responden menjawab kadang-kadang dalam perilaku mengantungi sampah. Kemudian perilaku memungut sampah di jalan 66 responden sebagian besar menjawab tidak pernah, dan perilaku membuang sampah di selokan/sungai banyak yang menjawab tidak pernah yaitu sebesar 55 responden.
Gambar 4.4. Banyaknya Sampah di Pinggir Sungai 69
6) Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis Banyak sekali barang-barang yang setelah digunakan bisa digunakan ulang dengan fungsi yang sama dengan fungsi awalnya tanpa melalui proses pengolahan. Menggunakan kembali benda-benda yang tidak terpakai merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.15. Tabel 4.15. Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis No
Tingkatan
Jumlah
1.
Selalu
1
2.
Sering
3
3.
Kadang-kadang
64
4.
Tidak Pernah
32 100
Total
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.15 menunjukkan bahwa 64 responden menjawab kadangkadang, 32 reponden tidak pernah, 3 reponden sering, dan hanya 1 responden yang menjawab selalu dalam perilaku menggunakan kembali sampah menjadi barang bernilai ekonomis. Bentuk pemanfaatannya yaitu kaleng bekas cat dipakai kembali sebagai pot, kardus dipakai kembali sebagai tempat buku atau alat perkakas. 7) Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik Sampah an-organik berupa botol, plastik, kertas, kardus, kaleng merupakan sampah yang sulit diurai sehingga akan bertahan lama menjadi sampah. Pengolahan sampah anorganik dengan cara daur ulang merupakan salah satu cara yang efektif, karena selain menguntungkan 70
secara ekonomis juga secara ekologis. Perilaku penerapan daur ulang sampah an-organik dapat dilihat pada tabel 4.16. Tabel 4.16. Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik Jumlah No
Tingkatan
Wadah
Plastik
Botol
Cat
Belanja
Plastik
Kardus
Produk Hasil Daur Ulang
1.
Selalu
2
4
2
4
2
2.
Sering
30
17
6
13
4
3.
Kadang-kadang
62
41
31
82
30
4.
Tidak Pernah
6
38
61
1
64
100
100
100
100
100
Total
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. Tabel 4.16 menunjukkan bahwa perilaku menerapkan daur ulang sampah an-organik baik dalam daur ulang wadah cat, plastik belanja, botol plastik, kardus, dan produk hasil ulang sebagian besar responden menjawab kadang-kadang. Berdasarkan Tabel 4.17, hasil perhitungan deskriptif persentase perilaku
masyarakat
dalam
pengelolaan
sampah
di
Kelurahan
Bandengan sebagian besar dalam kriteria rendah yaitu sebesar 67%, diikuti dengan kriteria sedang sebesar 26%, kriteria tinggi 4%, sangat rendah sebesar 3%, dan 0% untuk kriteria sangat tinggi. Hasil secara keseluruhan bahwa perilaku pengelolaan sampah tergolong rendah yaitu sebesar 51,38%.
71
Tabel 4.17 Rata-rata Perilaku Pengelolaan Sampah Kriteria
Interval (%)
Sangat Rendah
25 – 39,9
3
3
Rendah
40 – 54,9
67
67
Sedang
55 – 69,9
26
26
Tinggi
70 – 84,9
4
4
Sangat Tinggi
85 – 100
0
0
100
100
Jumlah
Total
Persentase (%)
Rata-Rata Skor
Kriteria
51,38 %
Rendah
Sumber : Analisis Data Primer, 2015. c. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal Hubungan antara variabel terikat (tingkat pendidikan) dengan variabel bebas perilaku pengelolaan sampah) dianalisis dengan korelasi product moment. Variabel tingkat pendidikan dan perilaku berwujud skor kuesioner dengan skala Likert dan dihitung dengan rumus korelasi Pearson. Hasil perhitungan product moment dibandingkan dengan harga r tabel.
Kriteria valid jika rxy > rtabel (Arikunto, 2006:274). Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar 0,195. Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
72
B. Pembahasan 1. Tingkat Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal masyarakat Kelurahan Bandengan masih tergolong rendah yaitu sebagian besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak 38 orang (38 %), sedang tamat SMA 24 orang (24 %), tamat SMP 21 orang (21 %), dan yang telah menamatkan sekolahnya di perguruan tinggi adalah 4 orang (4 %), serta ada 13 responden (13 %) yang tidak tamat SD. Dilihat dari tahun sukses, persentase terbanyak yaitu ≤6 tahun sebesar 50%, kemudian diikuti 7 – 9 tahun sebanyak 22%, 10 – 12 tahun sebesar 22%, dan ≥ 12 hanya 6%. Hal ini menunjukkan bahwa tahun sukses pendidikan masyarakat Bandengan tergolong dalam kategori rendah yaitu ≤6 tahun. Selain itu, dari pendidikan nonformal
yang didapat
dari
sosialisasi/penyuluhan juga menunjukkan persentase yang rendah, dari 100 responden sebanyak 90% tidak pernah mengikuti sosialisasi, hanya 10% yang ikut sosialisasi, dalam hal ini adalah ibu-ibu yang aktif mengikuti PKK dan masyarakat yang terlibat dalam kepengurusan kelurahan (RT, RW). Sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang pernah diikuti masyarakat bermacam-macam seperti manfaat bank sampah, pemberdayaan sampah rumah tangga dari plastik dan kain perca (dibuat kerajinan tangan), dan pembuatan pupuk organik cair.
73
Meskipun tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan rendah, namun pengetahuan pengelolaan sampah termasuk kriteria sedang yaitu sebesar 56,66%. Dari pertanyaan angket, masyarakat sudah bisa membedakan sampah berdasarkan jenisnya (organik dan an-organik). 2. Perilaku Pengelolaan Sampah Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan pada kriteria rendah yaitu sebesar 51,38%. Dari indikator perilaku pengelolaan sampah dideskripsikan dalam uraian sebagai berikut: a. Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman Perilaku menjaga kebersihan rumah masing-masing sudah cukup namun kebersihan halaman masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari halaman sekitar rumah, selokan yang ada masih dipenuhi sampah-sampah. Dari hasil penelitian, 19 responden selalu membersihan, 58 responden sering membersihan dan 21 reponden kadang-kadang membersihkan. Dalam menjaga kebersihan halaman sekitar ini responden beralasan bahwa kebersihan rumah dan halaman sekitar merupakan kesadaran masingmasing individu. Ada yang selalu membersihkan karena risih jika halamannya kotor, karena rumah dan halaman merupakan hal privasi sehingga rajin dibersihkan. b. Mengurangi Sampah Rumah Tangga Perilaku mengurangi sampah rumah tangga dengan mengurangi penggunaan plastik atau kertas sebagai pembungkus makanan masih
74
rendah. Dari hasil penelitian 100 responden, 67 reponden selalu menggunakan
plastik
atau
kertas
dibandingkan
menggunakan
wadah/tempat makanan. Responden menggunakan plastik atau kertas sebagai pembungkus makanan karena praktis. Responden tidak perlu repot-repot lagi membawa wadah/tempat makanan karena jika makanan sudah habis maka plastik atau kertas bisa langsung dibuang. c. Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar Pelaksanaan kerja bakti di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal masih rendah. Sebesar 65 responden menjawab kadang-kadang melaksanakan kerja bakti di lingkungan sekitar. Pelaksanaan kerja bakti dilakukan sebulan sekali dan itu pun jarang, atau hanya dilakukan ketika ada hari-hari tertentu seperti ketika menjelang lebaran. Responden beralasan mereka jarang melakukan kerja bakti karena kebersihan limgkungan sekitar adalah kesadaran masing-masing individu. Sedangkan
55
reponden
menjawab
kadang-kadang
dalam
keikutsertaan kerja bakti. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat bekerja sebagai nelayan yang setiap hari waktunya dihabiskan untuk mencari ikan. d. Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik Perilaku masyarakat dalam memisahkan sampah organik dan anorganik masih rendah. Sebanyak 51 responden menjawab kadang-kadang dan 45 tidak pernah memisahkan sampah organik dan an-organik.
75
Pemisahan sampah seperti sampah organik dan an-organik adalah sesuatu yang jarang dilakukan oleh masyarakat. Responden beralasan
bahwa sampah yang dibersihkan akan langsung dibakar, sehingga mereka tidak mau repot lagi memisahkan antara sampah organik dan an-organik. Padahal membakar sampah merupakan kebiasaan buruk karena dapat merusak lingkungan.
Sampah
yang dibakar akan menghasilkan
karbondioksida (CO2) yang menyababkan pemanasan global. Selain itu, tanah bekas pembakaran sampah menjadi tidak subur. e. Kebiasaan Membuang Sampah Kebiasaan masyarakat membuang sampah juga masih rendah. Sebagian besar yaitu 50 responden menjawab kadang-kadang dalam perilaku mengantungi sampah. Kemudian perilaku memungut sampah di jalan 66 responden menjawab tidak pernah. Selanjutnya sebanyak 45 responden membuang plastik/kertas bekas makan/minum di sembarang tempat. Meskipun ada beberapa tempat pembuangan sampah sementara, namun karena tempat tersebut masih penuh sampah akibat truk sampah yang tidak segera mengambilnya, sehingga masyarakat membuang sampah di depan/belakang halaman kemudian membakarnya atau membuangnya di sungai.
76
f. Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis Perilaku menguunakan kembali sampah menjadi barang bernilai ekonomis masih rendah. Dari 100 responden, 32 reponden tidak pernah menggunakan kembali dan 63 responden menjawab kadang-kadang. Beberapa orang ada yang menggunakan kaleng bekas cat sebagai pot tanaman, kemudian botol plastik, kardus, dan jaring-jaring dijual daripada menggunakan kembali. Sedangkan kantong plastik biasanya dibuang dan dibakar. g. Menerapkan Daur Ulang Sampah An-Organik Perilaku mendaur ulang sampah an-organik seperti plastik, botol plastik, kardus, kaleng, jaring-jaring masih rendah. Sebagian besar responden menjawab kadang-kadang dalam penerapan daur ulang wadah cat, plastik belanja, dan kardus. Sedangkan responden menjawab tidak pernah dalam penerapan daur ulang botol plastik. PKK di Kelurahan Bandengan pernah melaksanakan kegiatan pelatihan membuat taplak meja dari kain perca sebagai usaha untuk menghasilkan uang tambahan. Satu kg hasil kerajinan dijual dengan harga Rp 1.000,- ke pengepul dan kegiatan ini sudah tidak ada lagi, hanya berlangsung selama 3 tahun.
77
3. Hubungan
Tingkat
Pendidikan
Masyarakat
dengan
Perilaku
Pengelolaan Sampah di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal Hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan rumus product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar 0,195. Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu ada hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Berikut dijelaskan kriteria signifikasi koefisien (Arikunto, 2006:276). 1) 0,000 sampai dengan 0,200 = validitas sangat rendah 2) 0,200 sampai dengan 0,400 = validitas rendah 3) 0,400 sampai dengan 0,600 = validitas cukup 4) 0,600 sampai dengan 0,800 = validitas tinggi 5) 0,800 sampai dengan 1,00 = validitas sangat tinggi Hasil perhitungan rxy sebesar 0,480 termasuk dalam signifikasi ketiga, yaitu tingkat koefisien antara 0,400 – 0,600 dengan kriteria cukup. Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan masyarakat memiliki hubungan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Desa Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Secara umum tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Namun pendidikan tidak hanya diperoleh dari jenjang formal saja, tapi dari pendidikan nonformal juga
78
berpengaruh. Seseorang yang pendidikan formalnya rendah belum tentu perilakunya juga rendah, pendidikan nonformal akan memberikan pengaruh mengenai cara pandang dan perilaku seseorang. Pada umumnya masyarakat sudah mengetahui jika membuang sampah sembarangan dilarang, namun masyarakat tidak peduli dan tidak sadar karena membuang sampah sembarangan sudah menjadi kebiasaan dalam hal kepraktisan.
79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan termasuk dalam kriteria rendah, baik dalam pendidikan formal, tahun sukses pendidikan maupun tingkat pendidikan nonformal, sedangkan tingkat pengetahuan pengelolaan sampah sudah termasuk dalam kriteria sedang yaitu sebesar 56,66%. 2. Perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan tergolong rendah yaitu sebesar 51,38%. Perilaku pengelolaan sampah meliputi : menjaga kebersihan rumah dan halaman, mengurangi sampah rumah tangga, melaksanakan kegiatan kerja bakti di lingkungan sekitar, memisahkan sampah
organik
dan
an-organik,
kebiasaan
membuang
sampah,
menggunakan kembali sampah menjadi barang bernilai ekonomis, dan menerapkan daur ulang sampah an-organik. 3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
80
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Perlu dibiasakan tidak membuang sampah di jalan, selokan, sungai karena dapat menimbulkan bau busuk yang mengganggu pernafasan dan sebagai sarang penyakit. 2. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah sampah yang dihasilkan oleh tiap-tiap rumah tangga, khususnya dalam pengelolaan sampah. 3. Perlu dilakukan peningkatan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah, dengan demikian diharapkan tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah akan meningkat.
81
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. BPS Kabupaten Kendal. 2014. Kecamatan Kota Kendal dalam Angka Tahun 2014. (kendalkab.bps.go.id). Dihatri, Ria. 2013. Karya Tulis Ilmiah. Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013. Medan: Akademi Kebidanan Nusantara 2000. Eko Wibowo, Hermawan. 2010. Tesis. Perilaku Masyarakat dalam Mengelola Sampah Pemukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak. Semarang: Program Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Mansyur, M. Cholil. 1984. Sosiologi Masyarakat Desa & Kota. Surabaya: Usaha Nasional. Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Peraturan Daerah kabupaten Kendal Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Kendal. Subarna, Endang. 2014. Manfaat Pengelolaan Sampah Terpadu. Surakarta: Aryhaeko Sinergi Persada. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suprapto. 2010. Tesis. Hubungan Antar Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobongan Tahun 2010. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas Sebelas Maret. Suryati, Teti. 2009. Bijak & Cerdas Mengolah Sampah. Jakarta: Agro Media Pustaka. -------------- . 2014. Bebas Sampah dari Rumah. Jakarta: Agro Media Pustaka. Undang-undang Nomor Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
82
Undang-undang Nomor Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wahyono, E. H. dan Nano Sudarno. 2012. Pengelolaan Sampah Plastik: Aneka Kerajinan dari Sampah Plastik. Bogor: Yapeka. Yuniarti, Nia Tetin. 2000. Skripsi. Persepsi Masyarakat Nelayan Terhadap Pendidikan Formal di Pantai Pamayang, Kabupaten Tasikmalaya. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/ (diakses tanggal 10 April 2015 jam 18.36 WIB) https://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/ (diakses tanggal 25 mei 2015 jam 08.20 WIB) https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan/ (diakses tanggal 24 November 2015)
83
LAMPIRAN
84
Lampiran 1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL
Variabel
Sub-Variabel
1. Tingkat Pendidikan Pendidikan formal Masyarakat.
Indikator
Nomor Soal
Tingkatan Pendidikan Masyarakat Bandengan : 1. Tidak Tamat Sekolah Dasar
Tercantum pada bagian identitas
2. Lulusan SD/Sederajat
responden
3. Lulusan SMP/Sederajat 4. Lulusan SMA/Sederajat 5. Lulusan Pendidikan Tinggi
Pendidikan non formal Pengetahuan sampah
Lama pendidikan formal yang ditempuh
1
Pentingnya pendidikan formal
2
Masyarakat mengikuti pendidikan non formal
3
pengelolaan Masyarakat
memperkirakan
pencemaran sampah
85
akibat
dari
4 dan 5
Variabel
Sub-Variabel
Indikator Masyarakat
menjelaskan
Nomor Soal pengertian
sampah
6 dan 7
Masyarakat mengklasifikasikan sampah sesuai
8 dan 9
organik dan an-organik
jenisnya (organik dan an-organik) antara
2. Hubungan
tingkat pendidikan dengan
perilaku
pengelolaan sampah
Perilaku pengelolaan sampah Masyarakat menyadari menjaga kebersihan rumah
10
dan halaman Masyarakat memahami pengurangan sampah
11
rumah tangga Masyarakat melaksanakan kegiatan kerja bakti di
12 dan 13
lingkungan sekitar Masyarakat menentukan sampah organik dan an-
14
organik Masyarakat membiasakan membuang sampah Masyarakat
menggunakan
kembali
sampah
15, 16, dan 17 18
menjadi barang bernilai ekonomis Masyarakat menerapkan daur ulang sampah anorganik
86
19, 20, 21, 22, dan 23
Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL
IDENTITAS RESPONDEN 1.
No Urut Responden
:
2.
Nama
:
3.
Umur
:
4.
Alamat
:
5.
Pekerjaan
:
6.
Pendidikan Terakhir
:
a. Tidak Tamat Sekolah Dasar b. Lulusan SD/Sederajat c. Lulusan SMP/Sederajat d. Lulusan SMA/Sederajat e. Lulusan Pendidikan Tinggi f.
Tahun Sukses Pendidikan
:
A. Tingkat Pendidikan 1. Berapa lama Saudara mengikuti pendidikan formal? a. > 13 tahun
c. 7 – 9 tahun
b. 10 – 12 tahun
d. ≤ 6 tahun
2. Apakah menurut Saudara pendidikan formal itu penting? a. Sangat penting
c. Biasa
b. Penting
d. Tidak penting
87
3. Apakah
Saudara
pernah
mengikuti
pendidikan
non
formal
(penyuluhan/sosialisasi) tentang pengelolaan sampah? a. Pernah, lebih dari 2 kali, sebutkan…. b. Pernah, 2 kali, sebutkan…. c. Pernah, 1 kali, sebutkan… d. Tidak pernah
B. Pengetahuan Pengelolaan Sampah 4. Sampah yang menumpuk dan berceceran akan mengakibatkan kecuali…. a. Pencemaran lingkungan
c. Memperindah Pemandangan
b. Lingkungan menjadi kotor
d. Menimbulkan bau tidak sedap
5. Akibat dari pembakaran sampah adalah…. a. Polusi udara
c. Lingkungan menjadi bersih
b. Menyuburkan tanah
d. Menghasilkan pupuk
6. Sampah organik adalah…. a. Sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup b. Sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup c. Sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup d. Sampah yang tidak dapat terurai tanpa dibakar 7. Sampah an-organik adalah…. a. Sampah yang tidak dapat terurai tanpa dibakar b. Sampah yang tidak dapat terurai oleh makhluk hidup c. Sampah yang dapat terurai oleh makhluk hidup d. Sampah yang dapat terurai tanpa bantuan makhluk hidup 8. Yang termasuk sampah organik adalah…. a. Kertas, plastik, dedaunan
c. Dedaunan, sisa makanan, buah
b. Sisa makanan, sayuran, paku
d. Kulit buah, tanaman, kaca
88
9. Berikut merupakan macam-macam sampah. 1) Daun kering
3) Kaca
2) Sampah logam
4) Kaleng
5) Kulit buah
Dari uraian di atas, yang termasuk sampah yang sulit terurai dan sulit terbakar (an-organik) adalah…. a. 1, 2, 3
c. 3, 4, 5
b. 2, 3, 4
d. 1, 3, 5
C. Perilaku Pengelolaan sampah 10. Apakah Saudara membersihkan halaman rumah setiap hari? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
11. Apakah Saudara mengurangi sampah yang dihasilkan rumah tangga? Misalnya lebih menggunakan wadah makan (Tupperware) daripada menggunakan plastik atau kertas? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
12. Dalam sebulan apakah lingkungan tempat tinggal Saudara mengadakan kerja bakti? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
13. Apakah Saudara selalu ikut kerja bakti membersihkan sampah di lingkungan tempat tinggal Saudara? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
14. Apakah Saudara mengumpulkan sampah dan memisahkan sampah organik dan anorganik? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
89
15. Ketika Saudara makan/minum, Apakah Saudara mengantungi sampah hingga menemukan tempat sampah? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
16. Saudara akan mengambil dan membuang sampah ke tempat sampah ketika di jalan? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
17. Apakah Saudara pernah membuang sampah di sungai atau di selokan air? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
18. Apakah saudara sudah menggunakan kembali sampah rumah tangga menjadi barang yang bernilai ekonomi? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
19. Apakah Saudara menggunakan kembali wadah bekas cat, contohnya untuk pot tanaman, ember, dll? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
20. Apakah Saudara memakai ulang plastik bekas belanja, misalnya digunakan untuk wadah belanja lagi? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
21. Apakah Saudara menggunakan ulang botol plastik bekas? Misalnya memanfaatkan botol bekas untuk tempat cairan pel, cairan pembersih kaca, atau cairan pembersih piring, mangkok dan gelas? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
90
22. Apakah Saudara sering menyimpan kardus untuk digunakan ulang? Misalnya untuk wadah buku, menyimpan sepatu, dll? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
23. Apakah Saudara pernah menggunakan produk hasil daur ulang sampah, contoh tas dari anyaman sampah kantong plastik, bross dari kain perca, dll? a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
91
Lampiran 3 LEMBAR OBSERVASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL
No
1
Kategori
Indikator Pengelolaan Sampah
Ya
Terdapat tempat sampah organik dan an-organik
2
Sampah tidak berserakan
3
Setiap sampah ditampung pada tempat sampah
4
Sampah dipisahkan antara organik dan an-organik
5
Sampah-sampah yang cepat busuk dan berbau dimasukkan ke dalam kantong kedap air dan diikat
6
Terdapat
tempat
pembuangan
sampah sementara (TPS) 7
Terdapat
tempat
pembuangan
sampah akhir (TPA) 8
Terdapat peralatan pengumpulan (tong
sampah,
bak
sampah,
gerobak) 9
Pengumpulan
dan
penumpukan
sampah organik dijadikan bahan pupuk
92
Tidak
Lampiran 4 VALIDITAS INSTRUMEN Nomor item r-hitung r-tabel 1 0,866 0,482 2 0,613 0,482 3 0,671 0,482 4 0,860 0,482 5 0,552 0,482 6 0,487 0,482 7 0,550 0,482 8 0,875 0,482 9 0,655 0,482 10 0,730 0,482 11 0,610 0,482 12 0,484 0,482 13 0,539 0,482 14 0,631 0,482 15 0,638 0,482 16 0,750 0,482 17 0,549 0,482 18 0,641 0,482 19 0,693 0,482 20 0,565 0,482 21 0,558 0,482 22 0,508 0,482 23 0,641 0,482 Sumber: Data Penelitian, 2015.
93
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 5 RELIABILITAS INSTRUMEN
rhitung 0,884 rtabel 0,482
rhitung > rtabel = Instrumen Reliabel
94
Lampiran 6 DAFTAR NAMA RESPONDEN PENELITIAN Kode Res. R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53
Nama Darminto Budi Yulianto Triyogi Sukati Khoirul Umam Gembong Mahardhika Suyamah Prayogo Joko Riyanto Alief Wibowo Ngaiben Kamdi Raharjo Keswanto Napiah Dyah Ayu Wulandari Sudirman Kusnanto Akhmad Yasin Maulida Lutfi Ahmad Nita Prana Saputri Destiana Wahyuningrum Setyowati Supratno Nurhadi Siti Mukharomah Sulimah Harianto Rida Yunani Ambiyo Jumonto Aida Suwarni Jumaiyah Nur Azah Pujiyanti Shyanti Riska Indri Liani Hadi Susilo Sariati Deka Widyaningtyas Sudarmo Sueni Supriyati Komariyah Sumari Sutrisno Sumi Fandilah Sudarsih Fitriyah Ahmad Basuki
Umur (Th) 32 37 49 55 29 33 45 43 32 26 59 47 51 34 48 31 31 29 31 36 30 21 30 50 40 49 30 70 36 18 34 54 35 38 43 28 42 42 26 21 35 51 23 53 46 47 52 47 38 32 44 46 48
95
Tingkat Pendidikan SMP SMA SMA Tidak Tamat SD SMP D3 SD SD SD S1 Tidak Tamat SD SMA SMA SMA SMP SMA SD SMP SMP SMA SMP SMA SMA S1 SMP S1 SMA SD Tidak Tamat SD SMP SMP Tidak Tamat SD SD SMA Tidak Tamat SD SMP SMA SMA SMP SMA SMA Tidak Tamat SD SMA Tidak Tamat SD SD SD Tidak Tamat SD SMA SMP SMP Tidak Tamat SD SD SD
Pekerjaan Nelayan Nelayan Karyawan Ibu Rumah Tangga Nelayan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Tukang Becak Nelayan T.U Nelayan Wiraswasta Nelayan Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Wiraswasta Karyawan Pabrik Ibu Rumah Tangga Guru Nelayan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Swasta Karyawan Pabrik Ibu Rumah Tangga Swasta Nelayan Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Petani Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Petani Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Petani Ibu Rumah Tangga Petani Ibu Rumah Tangga Nelayan
Kode Res. R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R91 R92 R93 R94 R95 R96 R97 R98 R99 R100
Nama Sutaman Suroto Nur Wakhid Santoso Sapa’i Runtut Siti Rukimah Siti Kalimah Warkonah Sonhaji Wahono Solikhin Prasetyo Rofiah Rojanah Sutrimo Tasrip Rukaini Sutriman Ngasimah Maryati Rubaiyah Jatno Abdul Hadi Asri Senam Mulyadi Resojono Kamyadi Abdul Wakhid Subiyanto Sukinah Peni Widyastuti Setyawan Kunawi Ismanto Ngatiyo Wahyudi Murip Supiyati Hartono Muslimah Sutejo Zaenal Arifin Abdul Somad Slamet Nurudin
Umur (Th) 55 45 47 44 25 45 48 41 47 45 60 44 35 42 48 35 48 39 49 33 42 50 37 42 60 35 35 35 47 41 50 44 46 38 50 46 54 43 50 44 50 38 45 43 47 49 47
Sumber: Data Penelitian, 2015.
96
Tingkat pendidikan SD SD SMP SD SD SD SD SMA SD SD Tidak Tamat SD SD SMA SD Tidak Tamat SD SD SD SMP SD SMP SD Tidak Tamat SD SMA SMA Tidak Tamat SD SD SD SMP SD SD SMA SD SD SMP SD SMP SD SMP SD SD SMA SD SMA SD SD SMP SD
Pekerjaan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Petani Swasta Petani Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta Wiraswasta Swasta Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Petani Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Karyawan Pabrik Petani Nelayan Nelayan Nelayan
Lampiran 7 ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE Nomor Pertanyaan keKode
Pendidikan
Res.
Pengetahuan
Perilaku
Skor
Kode
Total
Res.
Tingkat Pendidikan Res.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
R1
2
3
1
0
1
0
1
1
1
3
1
3
4
2
4
3
4
2
3
2
2
2
1
46
R1
3
R2
3
3
1
1
1
0
0
1
1
2
1
2
2
1
2
2
4
1
2
4
2
2
1
39
R2
4
R3
3
3
2
1
1
1
0
1
1
4
2
2
2
2
4
3
3
1
4
4
3
3
2
52
R3
4
R4
1
2
1
1
0
0
1
1
1
3
1
2
2
1
1
1
4
2
2
1
1
2
1
32
R4
1
R5
2
3
1
1
1
0
0
1
1
4
1
4
3
2
2
1
4
2
3
1
1
2
1
41
R5
3
R6
4
4
1
1
1
0
1
1
1
3
1
2
2
2
1
2
4
2
2
1
1
2
1
40
R6
5
R7
1
3
1
1
0
0
1
1
1
3
1
3
2
2
1
2
4
2
1
1
1
2
2
36
R7
2
R8
1
3
1
1
1
0
1
1
1
3
1
2
2
1
1
1
4
2
2
1
1
2
1
34
R8
2
R9
1
3
1
1
1
0
1
1
1
4
1
1
2
2
1
1
4
2
2
2
1
2
2
37
R9
2
R10
4
3
1
1
1
1
0
1
1
3
3
4
2
2
4
4
3
1
3
3
3
2
1
51
R10
5
R11
1
2
1
0
0
1
0
1
0
2
1
2
4
1
2
1
3
1
2
3
2
1
1
32
R11
1
R12
3
3
1
1
1
0
1
1
1
4
4
2
2
2
4
1
4
4
4
2
3
4
2
54
R12
4
R13
3
3
1
0
1
0
1
1
1
2
1
2
2
1
1
2
4
1
2
3
1
2
1
36
R13
4
R14
3
4
1
1
1
0
1
1
1
4
3
4
4
2
3
3
4
1
2
4
4
4
4
59
R14
4
R15
2
3
1
1
1
0
1
1
1
3
1
2
2
2
1
1
4
2
2
1
1
2
2
37
R15
3
R16
3
3
1
1
1
0
1
1
1
4
1
2
2
1
1
1
4
2
3
1
1
2
1
38
R16
4
R17
1
4
1
0
1
0
1
1
1
3
1
2
3
1
1
2
4
2
2
1
1
2
2
37
R17
2
R18
2
3
1
0
1
0
1
1
1
4
2
3
4
2
3
2
4
3
2
1
1
2
1
44
R18
3
R19
2
3
1
0
1
0
1
1
1
4
2
4
3
2
1
2
4
2
3
2
1
2
1
43
R19
3
R20
3
3
1
0
1
0
1
1
1
3
2
2
3
2
1
1
4
1
2
1
1
2
1
37
R20
4
R21
2
3
1
1
1
0
1
1
1
3
1
4
3
2
2
2
4
1
3
1
1
3
2
43
R21
3
R22
3
3
1
1
1
0
1
1
1
3
1
3
2
2
1
1
4
2
3
1
1
2
1
39
R22
4
R23
3
4
1
1
1
0
1
1
1
4
3
4
4
2
3
3
4
1
2
4
4
4
4
59
R23
4
R24
4
4
4
1
1
0
1
1
1
3
1
2
2
3
2
1
4
2
3
1
1
3
1
46
R24
5
R25
2
3
1
1
1
0
0
1
1
3
1
4
3
2
2
1
4
2
3
2
1
2
2
42
R25
3
97
Nomor Pertanyaan keKode
Pendidikan
Res.
Tingkat
Pengetahuan
Perilaku
Skor
Kode
Total
Res.
Pendidikan Res.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
R26
4
3
1
1
1
0
1
1
1
3
3
2
2
2
3
1
4
3
3
2
3
4
2
50
R26
5
R27
3
4
1
1
1
0
1
1
1
4
1
3
2
3
2
2
4
2
3
2
1
3
2
47
R27
4
R28
2
3
1
1
1
1
0
1
1
3
1
2
1
2
3
2
3
2
1
3
2
2
1
39
R28
2
R29
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
4
2
2
1
1
2
1
33
R29
1
R30
2
3
1
0
1
0
1
1
1
4
1
2
1
1
2
1
4
1
2
2
1
2
1
35
R30
3
R31
2
3
1
0
1
0
1
1
1
2
1
1
1
2
1
1
4
1
2
1
1
2
1
31
R31
3
R32
1
2
1
1
0
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
4
1
2
1
1
2
1
31
R32
1
R33
1
3
1
1
0
0
0
1
1
4
1
4
3
2
2
1
4
2
2
1
1
2
2
39
R33
2
R34
3
4
3
1
1
1
1
1
1
4
4
2
3
2
3
2
4
2
2
3
3
2
3
55
R34
4
R35
1
2
1
1
1
0
1
1
1
4
1
3
2
2
1
1
4
2
2
2
1
2
1
37
R35
1
R36
2
3
1
1
1
0
1
1
1
3
2
2
2
2
1
1
3
1
3
2
3
3
1
40
R36
3
R37
3
3
2
1
1
0
0
1
1
4
4
2
2
2
2
4
4
1
2
2
2
2
1
46
R37
4
R38
3
3
2
1
1
0
0
1
1
4
4
2
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
1
43
R38
4
R39
2
4
1
1
1
0
0
1
1
4
2
4
2
1
4
2
3
1
1
1
2
2
1
41
R39
3
R40
4
3
1
0
1
0
0
1
1
3
4
1
1
2
2
2
3
1
2
2
2
3
2
41
R40
4
R41
3
4
4
0
1
0
0
1
1
4
3
3
4
4
2
2
4
3
3
2
2
2
3
55
R41
4
R42
1
2
2
0
0
0
0
1
1
4
3
2
3
4
4
3
4
2
3
1
1
2
3
46
R42
1
R43
4
3
1
1
1
1
0
1
1
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
2
3
3
46
R43
4
R44
1
2
1
0
0
1
0
1
0
2
1
2
2
1
2
1
3
2
2
2
2
2
1
31
R44
1
R45
1
3
1
1
0
0
1
1
1
3
1
2
2
2
1
2
3
2
1
1
1
2
2
34
R45
2
R46
1
3
1
1
0
0
0
1
0
3
1
2
1
1
2
1
3
1
2
3
2
2
2
33
R46
2
R47
1
2
1
1
1
0
0
0
1
3
1
3
2
2
1
1
3
2
2
2
1
2
1
33
R47
1
R48
3
3
1
1
1
1
0
1
1
3
2
3
2
2
3
2
3
2
3
2
2
3
1
45
R48
4
R49
2
3
1
1
1
0
0
1
0
3
1
4
3
2
2
1
3
2
3
2
1
2
2
40
R49
3
R50
2
3
2
1
1
0
1
1
1
3
2
2
2
2
1
1
3
1
2
2
2
2
2
39
R50
3
R51
1
2
1
1
0
0
0
1
1
4
1
3
2
2
2
1
3
2
2
2
1
2
1
35
R51
1
R52
1
3
1
1
1
0
1
1
0
3
1
2
1
1
2
1
3
2
2
3
1
2
2
35
R52
2
R53
1
2
1
0
1
0
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
3
1
2
3
1
2
1
31
R53
2
98
Nomor Pertanyaan keKode
Pendidikan
Res.
Tingkat
Pengetahuan
Perilaku
Skor
Kode
Total
Res.
Pendidikan Res.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
R54
1
2
1
1
1
0
0
0
1
3
1
2
2
1
2
1
3
2
3
2
1
2
2
34
R54
2
R55
1
3
1
0
1
1
0
0
1
2
1
2
2
1
2
1
4
2
2
1
1
2
1
32
R55
2
R56
2
3
1
0
1
0
1
1
1
2
1
3
2
1
2
2
3
1
3
2
2
2
1
37
R56
3
R57
1
3
1
0
1
1
0
1
1
3
1
2
2
1
1
1
4
2
2
1
1
2
1
33
R57
2
R58
1
3
1
1
1
1
0
1
1
3
2
3
3
1
2
1
4
2
3
2
2
2
1
41
R58
2
R59
1
3
1
0
1
1
0
1
1
3
1
2
3
1
1
1
3
2
2
1
1
2
1
33
R59
2
R60
1
2
1
0
1
1
0
1
1
3
1
2
2
2
2
1
3
1
1
2
2
2
2
34
R60
2
R61
3
2
2
1
1
0
0
1
1
3
2
2
2
2
2
2
4
2
2
2
2
2
1
41
R61
4
R62
1
2
1
0
0
1
0
1
1
3
1
2
2
1
2
1
3
2
1
3
2
2
2
34
R62
2
R63
1
3
1
1
0
0
1
1
0
3
1
2
2
1
1
1
3
2
2
1
1
2
1
31
R63
2
R64
1
2
1
0
1
1
0
0
1
2
1
2
2
1
1
1
3
1
2
1
1
2
1
28
R64
1
R65
1
3
1
1
1
0
1
1
1
3
1
2
2
1
1
1
3
2
2
1
1
2
1
33
R65
2
R66
3
3
1
1
1
0
1
1
1
3
2
2
3
2
1
1
4
1
2
1
1
2
1
38
R66
4
R67
1
3
1
0
0
1
0
1
1
3
2
2
2
1
2
1
4
1
2
3
2
2
1
36
R67
2
R68
1
2
1
1
0
1
0
1
1
3
1
2
1
1
3
1
3
1
2
3
2
2
1
34
R68
1
R69
1
3
1
1
0
0
0
1
1
3
1
3
3
2
2
1
3
2
2
1
1
2
1
35
R69
2
R70
1
2
1
0
1
0
1
0
1
2
1
2
2
1
1
1
3
1
2
3
1
2
1
30
R70
2
R71
2
3
1
1
1
0
0
1
0
3
1
3
3
2
2
1
3
2
3
2
1
2
2
39
R71
3
R72
1
2
1
0
0
0
1
1
1
3
2
2
3
2
2
2
3
2
3
2
1
2
1
37
R72
2
R73
2
3
2
1
1
1
0
1
1
3
3
2
2
2
2
1
4
2
2
3
2
2
2
44
R73
3
R74
1
3
1
1
1
1
0
0
1
3
1
2
2
2
2
1
4
2
2
3
2
2
2
39
R74
2
R75
1
2
1
1
0
0
0
1
0
3
1
2
2
1
1
1
3
2
2
1
1
2
1
29
R75
1
R76
3
3
1
1
1
0
1
1
1
2
1
2
2
1
2
2
4
1
2
2
2
2
1
38
R76
4
R77
3
4
1
1
1
0
1
1
1
3
2
3
3
2
3
1
4
2
2
2
2
2
1
45
R77
4
R78
1
2
1
0
0
0
0
1
1
2
1
2
2
1
2
1
3
1
2
2
1
2
1
29
R78
1
R79
2
3
1
0
1
0
1
1
1
2
1
2
2
1
2
1
4
2
3
2
1
2
1
36
R79
2
R80
1
3
1
1
0
0
0
1
1
3
2
3
3
2
2
2
4
2
2
1
1
2
2
39
R80
2
R81
2
3
1
1
0
0
0
1
1
2
1
2
3
2
2
1
3
2
3
1
1
2
1
35
R81
3
99
Nomor Pertanyaan keKode
Pendidikan
Res.
Tingkat
Pengetahuan
Perilaku
Skor
Kode
Total
Res.
Pendidikan Res.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
R82
1
3
1
0
1
1
0
1
1
3
1
2
3
1
2
1
3
2
2
1
1
2
1
34
R82
2
R83
1
2
1
1
0
1
0
1
0
2
1
2
3
1
2
2
4
2
3
2
1
2
1
35
R83
2
R84
3
3
1
1
1
0
1
1
1
3
1
3
3
2
3
1
4
2
3
2
2
3
1
45
R84
4
R85
1
2
1
1
0
1
0
1
0
3
2
2
1
2
2
1
3
2
2
3
2
2
2
36
R85
2
R86
1
2
1
1
0
1
0
1
1
3
1
2
1
1
2
1
3
1
2
2
2
2
2
33
R86
2
R87
2
3
1
0
1
0
1
1
1
3
2
3
3
1
2
1
4
2
2
1
1
2
1
38
R87
3
R88
1
2
1
0
1
1
0
0
1
3
2
3
3
1
3
2
4
2
2
1
1
2
2
38
R88
2
R89
2
3
1
0
1
1
0
1
1
3
1
3
3
2
2
2
3
2
3
1
1
3
1
40
R89
3
R90
1
2
1
0
1
1
0
0
1
3
1
3
3
2
3
2
4
2
3
2
2
2
1
40
R90
2
R91
2
3
1
0
1
0
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
3
2
3
2
1
2
1
37
R91
3
R92
1
2
1
1
1
0
0
1
1
3
1
2
3
2
2
1
3
2
3
1
1
2
1
35
R92
2
R93
1
2
1
0
1
1
0
0
1
3
1
2
2
1
2
1
3
2
2
3
2
2
2
35
R93
2
R94
3
3
1
0
1
0
1
1
1
2
1
2
3
1
2
1
4
1
2
2
1
3
1
37
R94
4
R95
1
3
1
1
1
0
0
1
1
4
2
2
2
1
3
1
4
2
2
3
2
3
2
42
R95
2
R96
3
3
1
1
1
0
1
1
1
2
1
2
2
1
2
1
4
1
2
2
1
3
1
37
R96
4
R97
1
3
1
1
1
0
1
1
0
3
1
2
2
1
1
1
4
2
2
1
1
2
1
33
R97
2
R98
1
3
1
1
0
1
0
0
1
3
1
3
3
1
2
1
3
2
2
1
1
2
2
35
R98
2 3
R99
2
3
1
1
1
0
0
1
1
2
1
2
3
1
2
1
3
2
3
2
1
2
1
36
R99
R100
1
3
1
0
1
0
1
1
1
3
1
2
2
1
2
1
3
2
2
2
1
2
1
34
R100
2
Total
185
283
115
65
76
30
48
90
89
300
150
239
233
161
196
143
355
173
228
187
149
220
144
3859
Total
268
Rata
1,85
2,83
1,15
0,65
0,76
0,30
0,48
0,90
0,89
3
1,5
2,39
2,33
1,61
1,96
1,43
3,55
1,73
2,28
1,87
1,49
2,2
1,44
38,59
Rata
2,68
Sumber: Data Penelitian, 2015.
100
Lampiran 8 PERSENTASE TINGKAT PENDIDIKAN Kode Res. R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58
P1 2 3 3 1 2 4 1 1 1 4 1 3 3 3 2 3 1 2 2 3 2 3 3 4 2 4 3 2 1 2 2 1 1 3 1 2 3 3 2 4 3 1 4 1 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1
Jawaban Pertanyaan keP2 P3 3 1 3 1 3 2 2 1 3 1 4 1 3 1 3 1 3 1 3 1 2 1 3 1 3 1 4 1 3 1 3 1 4 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 4 1 4 4 3 1 3 1 4 1 3 1 2 1 3 1 3 1 2 1 3 1 4 3 2 1 3 1 3 2 3 2 4 1 3 1 4 4 2 2 3 1 2 1 3 1 3 1 2 1 3 1 3 1 3 2 2 1 3 1 2 1 2 1 3 1 3 1 3 1 3 1
101
Skor Total 6 7 8 4 6 9 5 5 5 8 4 7 7 8 6 7 6 6 6 7 6 7 8 12 6 8 8 6 4 6 6 4 5 10 4 6 8 8 7 8 11 5 8 4 5 5 4 7 6 7 4 5 4 4 5 6 5 5
% 50 58,33 66,67 33,33 50 75 41,67 41,67 41,67 66,67 33,33 58,33 58,33 66,67 50 58,33 50 50 50 58,33 50 58,33 66,67 100 50 66,67 66,67 50 33,33 50 50 33,33 41,67 83,33 33,33 50 66,67 66,67 58,33 66,67 91,67 41,67 66,67 33,33 41,67 41,67 33,33 58,33 50 58,33 33,33 41,67 33,33 33,33 41,67 50 41,67 41,67
Ket. Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Sedang Sangat Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Sedang Sangat Tinggi Rendah Sedang Sedang Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sangat Tinggi Rendah Sedang Sangat Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Sedang Rendah Sedang Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Kode Res. R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R91 R92 R93 R94 R95 R96 R97 R98 R99 R100
P1 1 1 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 3 3 1 2 1 2 1 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1 3 1 1 2 1
Nomor Pertanyaan keP2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 Jumlah Rata-rata
P3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber: Data Penelitian, 2015.
102
Skor Total 5 4 7 4 5 4 5 7 5 4 5 4 6 4 7 5 4 7 8 4 6 5 6 5 4 7 4 4 6 4 6 4 6 4 4 7 5 7 5 5 6 5
%
Ket.
41,67 33,33 58,33 33,33 41,67 33,33 41,67 58,33 41,67 33,33 41,67 33,33 50 33,33 58,33 41,67 33,33 58,33 66,67 33,33 50 41,67 50 41,67 33,33 58,33 33,33 33,33 50 33,33 50 33,33 50 33,33 33,33 58,33 41,67 58,33 41,67 41,67 50 41,67 4858,31 48,5831
Rendah Sangat Rendah Sedang Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Rendah Sedang Rendah Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Sedang Rendah Sangat Rendah Sedang Sedang Sangat Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Sedang Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Lampiran 9 PERSENTASE PENGETAHUAN PENGELOLAAN SAMPAH Kode Res. R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58
P4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1
Nomor Pertanyaan keP5 P6 P7 P8 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
P9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
103
Skor Total 4 4 5 4 4 5 4 5 5 5 2 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 6 4 4 5 3 6 5 5 4 4 4 3 3 2 5 2 4 2 3 5 3 5 3 4 4 3 3 4 4 5
% 66,67 66,67 83,33 66,67 66,67 83,33 66,67 83,33 83,33 83,33 33,33 83,33 66,67 83,33 83,33 83,33 66,67 66,67 66,67 66,67 83,33 83,33 83,33 83,33 66,67 83,33 83,33 83,33 100 66,67 66,67 83,33 50 100 83,33 83,33 66,67 66,67 66,67 50 50 33,33 83,33 33,33 66,67 33,33 50 83,33 50 83,33 50 66, 67 66,67 50 50 66,67 66,67 83,33
Ket. Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Rendah Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Rendah Sangat Tinggi Rendah Tinggi Rendah Sedang Sangat Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
Kode Res. R59 R60 R61 R62 R63 R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R91 R92 R93 R94 R95 R96 R97 R98 R99 R100
P4 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0
Nomor Pertanyaan keP5 P6 P7 P8 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 Total Rata-rata
P9 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
Sumber: Data Penelitian, 2015
104
Skor Total 4 4 4 3 3 3 5 5 3 4 3 3 3 3 5 4 2 5 5 2 4 3 3 4 3 5 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 5 4 3 4 4
%
Ket.
66,67 66,67 66,67 50 50 50 83,33 83,33 50 66,67 50 50 50 50 83,33 66,67 33,33 83,33 83,33 33,33 66,67 50 50 66,67 50 83,33 50 66,67 66,67 50 66,67 50 66,67 66,67 50 66,67 66,67 83,33 66,67 50 66,67 66,67 5666,67 56,6667
Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi Rendah Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sangat Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang
Lampiran 10 PERSENTASE PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH Kode Res. R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29
P10 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 2 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2
P11 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 1 4 1 3 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1 1 3 1 1 1
P12 3 2 2 2 4 2 3 2 1 4 2 2 2 4 2 2 2 3 4 2 4 3 4 2 4 2 3 2 2
P13 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 4 2 2 3 4 3 3 3 2 4 2 3 2 2 1 2
P14 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1
Nomor Pertanyaan keP15 P16 P17 P18 4 3 4 2 2 2 4 1 4 3 3 1 1 1 4 2 2 1 4 2 1 2 4 2 1 2 4 2 1 1 4 2 1 1 4 2 4 4 3 1 2 1 3 1 4 1 4 4 1 2 4 1 3 3 4 1 1 1 4 2 1 1 4 2 1 2 4 2 3 2 4 3 1 2 4 2 1 1 4 1 2 2 4 1 1 1 4 2 3 3 4 1 2 1 4 2 2 1 4 2 3 1 4 3 2 2 4 2 3 2 3 2 1 1 4 2
105
P19 3 2 4 2 3 2 1 2 2 3 2 4 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 2
P20 2 4 4 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 4 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 2 2 2 3 1
P21 2 2 3 1 1 1 1 1 1 3 2 3 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 3 1 2 1
P22 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 4 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 2 4 3 2 2
P23 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 4 2 1 2 1 1 1 2 1 4 1 2 2 2 1 1
Skor Total 36 28 39 24 31 26 27 24 27 38 26 42 25 46 26 26 27 34 33 26 32 27 46 29 32 37 34 28 23
% 64,28 50 69,64 42,85 55,35 46,42 48,21 42,85 48,21 67,85 46,42 75 44,64 82,14 46,42 46,42 48,21 60,71 58,92 46,42 57,14 48,21 82,14 51,78 57,14 66,07 60,71 50 41,07
Ket. Sedang Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Rendah Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah
Kode Res. R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40 R41 R42 R43 R44 R45 R46 R47 R48 R49 R50 R51 R52 R53 R54 R55 R56 R57 R58 R59 R60 R61 R62 R63
P10 4 2 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
P11 1 1 1 1 4 1 2 4 4 2 4 3 3 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
P12 2 1 2 4 2 3 2 2 2 4 1 3 2 2 2 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2
P13 1 1 2 3 3 2 2 2 2 2 1 4 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2
P14 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 4 4 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1
Nomor Pertanyaan keP15 P16 P17 P18 2 1 4 1 1 1 4 1 1 1 4 1 2 1 4 2 3 2 4 2 1 1 4 2 1 1 3 1 2 4 4 1 2 2 3 1 4 2 3 1 2 2 3 1 2 2 4 3 4 3 4 2 3 2 3 2 2 1 3 2 1 2 3 2 2 1 3 1 1 1 3 2 3 2 3 2 2 1 3 2 1 1 3 1 2 1 3 2 2 1 3 2 1 1 3 1 2 1 3 2 2 1 4 2 2 2 3 1 1 1 4 2 2 1 4 2 1 1 3 2 2 1 3 1 2 2 4 2 2 1 3 2 1 1 3 2
106
P19 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 2 1 2
P20 2 1 1 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 2 1 2 2 3 1
P21 1 1 1 1 3 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1
P22 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
P23 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 2 3 3 3 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1
Skor Total 25 21 22 31 39 28 29 34 31 30 30 41 39 33 25 25 26 26 33 31 27 28 26 23 27 24 27 24 31 24 26 30 27 23
% 44,64 37,5 39,28 55,35 69,64 50 51,78 60,71 55,35 53,57 53,57 73,21 69,64 58,92 44,64 44,64 46,42 46,42 58,92 55,35 48,21 50 46,42 41,07 48,21 42,85 48,21 42,85 55,35 42,85 46,42 53,57 48,21 41,07
Ket. Rendah Sangat Rendah Sangat Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Kode Res. R64 R65 R66 R67 R68 R69 R70 R71 R72 R73 R74 R75 R76 R77 R78 R79 R80 R81 R82 R83 R84 R85 R86 R87 R88 R89 R90 R91 R92 R93 R94 R95 R96 R97
P10 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3
P11 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1
P12 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
P13 2 2 3 2 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2
P14 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1
Nomor Pertanyaan keP15 P16 P17 P18 1 1 3 1 1 1 3 2 1 1 4 1 2 1 4 1 3 1 3 1 2 1 3 2 1 1 3 1 2 1 3 2 2 2 3 2 2 1 4 2 2 1 4 2 1 1 3 2 2 2 4 1 3 1 4 2 2 1 3 1 2 1 4 2 2 2 4 2 2 1 3 2 2 1 3 2 2 2 4 2 3 1 4 2 2 1 3 2 2 1 3 1 2 1 4 2 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 4 2 2 1 3 2 2 1 3 2 2 1 3 2 2 1 4 1 3 1 4 2 2 1 4 1 1 1 4 2
107
P19 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2
P20 1 1 1 3 3 1 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 2 2 1 3 2 3 2 1
P21 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1
P22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2
223 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1
Skor Total 21 23 26 28 26 27 23 30 30 32 30 23 26 32 23 26 31 26 25 28 33 29 25 28 31 30 33 27 27 28 26 33 25 24
% 37,5 41,07 46,42 50 46,42 48,21 41,07 53,57 53,57 57,14 53,57 41,07 46,42 57,14 41,07 46,42 55,35 46,42 44,64 50 58,92 51,78 44,64 50 55,35 53,57 58,92 48,21 48,21 50 46,42 58,92 44,64 42,85
Ket. Sangat Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah
Kode Res. R98 R99 R100
P10 3 2 3
P11 1 1 1
P12 3 2 2
P13 3 3 2
P14 1 1 1
Nomor Pertanyaan keP15 P16 P17 P18 2 1 3 2 2 1 3 2 2 1 3 2 Total Rata-rata
Sumber: Data Penelitian, 2015.
108
P19 2 3 2
P20 1 2 2
P21 1 1 1
P22 2 2 2
P23 2 1 1
Skor Total 27 26 25
%
Ket.
48,21 46,42 44,64 5138,83 51,3883
Rendah Rendah Rendah Rendah
Lampiran 11 Perhitungan Statistik dengan menggunakan rumus Product Moment
Kode Res.
X
Y
X2
Y2
XY
R1
10
36
100
1296
360
R2
11
28
121
784
308
R3
13
39
169
1521
507
R4
8
24
64
576
192
R5
10
31
100
961
310
R6
14
26
196
676
364
R7
9
27
81
729
243
R8
10
24
100
576
240
R9
10
27
100
729
270
R10
13
38
169
1444
494
R11
6
26
36
676
156
R12
12
42
144
1764
504
R13
11
25
121
625
275
R14
13
46
169
2116
598
R15
11
26
121
676
286
R16
12
26
144
676
312
R17
10
27
100
729
270
R18
10
34
100
1156
340
R19
10
33
100
1089
330
R20
11
26
121
676
286
R21
11
32
121
1024
352
R22
12
27
144
729
324
R23
13
46
169
2116
598
R24
17
29
289
841
493
R25
10
32
100
1024
320
R26
13
37
169
1369
481
R27
13
34
169
1156
442
R28
11
28
121
784
308
R29
10
23
100
529
230
R30
10
25
100
625
250
R31
10
21
100
441
210
R32
9
22
81
484
198
R33
8
31
64
961
248
109
Kode Res.
X
Y
X2
Y2
XY
R34
16
39
256
1521
624
R35
9
28
81
784
252
R36
11
29
121
841
319
R37
12
34
144
1156
408
R38
12
31
144
961
372
R39
11
30
121
900
330
R40
11
30
121
900
330
R41
14
41
196
1681
574
R42
7
39
49
1521
273
R43
13
33
169
1089
429
R44
6
25
36
625
150
R45
9
25
81
625
225
R46
7
26
49
676
182
R47
7
26
49
676
182
R48
12
33
144
1089
396
R49
9
31
81
961
279
R50
12
27
144
729
324
R51
7
28
49
784
196
R52
9
26
81
676
234
R53
8
23
64
529
184
R54
7
27
49
729
189
R55
8
24
64
576
192
R56
10
27
100
729
270
R57
9
24
81
576
216
R58
10
31
100
961
310
R59
9
24
81
576
216
R60
8
26
64
676
208
R61
11
30
121
900
330
R62
7
27
49
729
189
R63
8
23
64
529
184
R64
7
21
49
441
147
R65
10
23
100
529
230
R66
12
26
144
676
312
R67
8
28
64
784
224
R68
8
26
64
676
208
110
Kode Res.
X
Y
X2
Y2
XY
R69
8
27
64
729
216
R70
7
23
49
529
161
R71
9
30
81
900
270
R72
7
30
49
900
210
R73
12
32
144
1024
384
R74
9
30
81
900
270
R75
6
23
36
529
138
R76
12
26
144
676
312
R77
13
32
169
1024
416
R78
6
23
36
529
138
R79
10
26
100
676
260
R80
8
31
64
961
248
R81
9
26
81
676
234
R82
9
25
81
625
225
R83
7
28
49
784
196
R84
12
33
144
1089
396
R85
7
29
49
841
203
R86
8
25
64
625
200
R87
10
28
100
784
280
R88
7
31
49
961
217
R89
10
30
100
900
300
R90
7
33
49
1089
231
R91
10
27
100
729
270
R92
8
27
64
729
216
R93
7
28
49
784
196
R94
11
26
121
676
286
R95
9
33
81
1089
297
R96
12
25
144
625
300
R97
9
24
81
576
216
R98
8
27
64
729
216
R99
10
26
100
676
260
R100
9
25
81
625
225
Jumlah
981
2878
10125
85358
28774
Sumber: Data Penelitian, 2015.
111
Rumus Product Moment: rxy
2
2
2
2
Keterangan: N
: Banyaknya sampel yang diteliti
X
: Variabel X
Y
: Variabel Y
∑X
: Jumlah variabel X
∑Y
: Jumlah variabel Y
(Sumber: Arikunto, 2006: 170)
Perhitungan dari hasil penelitian lapangan: Diketahui: Responden (N)
= 100 orang
∑X
= 981
∑Y
= 2878
∑ X2
= 10125
∑ Y2
= 85358
(∑ X)2
= 962361
(∑ Y)2
= 8282884
∑ XY
= 28774
rxy
rxy
2
2 2
2
100 (28774 ) 981 2878
100 (10125 ) 981 100 (85358 ) 2878 2
2
112
rxy
rxy
rxy
1012500
2877400 2823318
962361 8535800 8282884
54082
50139 252916 54082 112609 ,747
rxy 0,480
113
Lampiran 12
114