HUBUNGAN TINGKAT KESEPAIAN DENGAN PERSEPSI MAKNA HIDUP PADA LANSIA DI PANTI TRESNA WREDHA CIBUBUR JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 Sri Wahyuni1, Ryan Bobi Aditya2 1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Assyafi’iyah Jakarta, Indonesia 2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia *email :
[email protected] Abstrak Perasaan kesepian (terasing) lanjut usia adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari orang lain, banyak hal yang biasa menumbuhkan perasaan seperti ini antara lain, tersisih dari kelompoknya, tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman atau seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan. Persepsi makna hidup adalah makhluk psikologis yang menganut suatu makna. Dalam psikologis yang menganut suatu makna. Dalam psikologis komunikasi ada ungkapan”world don’t mean,people mean’’. Kata-kata itu tak memiliki makna manusia yang memberikan makna manusia adalah makhluk yang mampu memberikan makna.Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hubungan tingkat kesepian pada lansia dengan persepsi makna hidup pada Panti TresnaWerdha Cibubur. Metode Penelitian menggunakan deskriptif koleratif dengan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Tresna Werdha Cibubur 60 orang dari sejumlah 67 orang dengan usia 60 keatas, menggunakan uji statistik Chi-square untuk mencari Hubungan Tingkat Kesepian dengan Persepsi Makna Hidup Pada lansia, Nilai P value=0,735 nilai ini lebih besar dari P value=0,05, Maka H0 ditolak, kesimpulannya tidak ada hubungan Tingkat Kesepian dengan Persepsi Makna Hidup Pada Lansia dipanti Tresna Werdha Cibubur. Kata Kunci :Hubungan, Tingkat Kesepian, Persepsi Makna Hidup Abstract ordinary things that cultivate a feeling like this, among others, excluded from the group, no one's place to share the taste and experience or a person to be alone with no choice. The perception of the meaning of life is psychological beings who embrace a meaning. In that embrace a psychological meaning. In no communication psychological expression "world do not mean, mean people ''. The words do not have meaning people who give meaning humans are capable of giving meaning. The general objective of this study is to describe the correlation between the perception of loneliness in the elderly with the meaning of life in the orphanage Tresna Werdha Cibubur. Use koleratif descriptive with cross sectional approach. The population in this study were all elderly Tresna Werdha Cibubur 60 people from a number of 67 people aged 60 and above, using a statistical test Chi-square to find Relationship Level Loneliness with Perception Meaning of Life In the elderly, Value P value = 0.735 this value is greater of P value = 0.05, then H0 is rejected. And H1 accepted, be concluded no relationship with Perception Level Loneliness Meaning of Life In Elderly dipanti Tresna Werdha Cibubur. Keywords: Relationship, Level Loneliness, Perception Meaning of Life
LATAR BELAKANG Undang - undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 138 adalah upayah pemeliharan kesehatan bagi usia
lanjut harus ditunjukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan. Pemerintah wajib memelihara
HUBUNGAN TINGKAT KESEPAIAN DENGAN PERSEPSI ……………………….. Sri Wahyuni, Ryan Bobi Aditya
125
pelayanan kesehatan dan memfalitasi kelompok usia lanjut untuk dapat tetap hidup mendiri dan produktif secara sosial dan ekonomi (WHO, 2010 ). Salah satu alasan penting yang menimbulkan perbedaan itu adalah alasan ekonomi. Menemukan bahwa pada waktu menginjak usia pensiun (65 tahun) hanya 20% diantara orang–orang tua tersebut yang masih betul–betul ingin pensiun, sedangkan sisanya sebenarnya masih ingin bekerja terus. Dinyatakan bahwa diantara pekerja– pekerja usia 55 tahun keatas yang mempunyai penghasilan berkecupan, keinginan untuk segera pensiun berbanding terbalik dengan variasi, otonomi, dan tanggung jawab yang terkait dengan pekerjaannya.Terdapat pernyataan mengatakan bahwa kelompok orang lanjut usia adalah sewaktu seseorang mulai menerima manfaat pensiunnya. Pada saat ini, Pertumbuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) tidak ada mengeluarkan apa-apa standar kriteria untuk menentukan umur yang jelas untuk lanjut usia, tetapi PBB juga mengatakan umur 60 tahun ke atas adalah merujuk kepada orang lanjut usia (WHO, 2010). Perasaan kesepian (terasing) lanjut usia adalah perasaan tersisihkan, terpencil dari oang lain, banyak hal yang biasa menumbuhkan perasaan seperti ini antara lain, tersisih dari kelompoknya, tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman atau seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan (Ide, 2008). Hal-hal tersebut menimbulkan rasa tidak berdaya, kurang percaya diri, kertengantungan, ketelantaran terutama bagi lansia miskin, post power syndrome, 126
perasaan tersiksa, perasaan kehilangan, mati rasa dan sebagainya. Seseorang yang menyatakan dirinya kesepian cenderung menilai dirinya sebagai orang yang tidak berharga, tidak diperhatikan, dan tidak dicintai. Rasa kesepian ini akan terasa begitu dalam, terutama oleh lansia yang sebelunya sangat aktif dalam berbagai kegiatan, atau kerap berhubungan dengan orang banyak (Ide, 2008). Menurut Brehm dan Kassin, kesepian adalah perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan ketidakpuasan dengan hubungan sosial yang ada berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepian merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan emosi-emosi negatif dan perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki seseorang serta adanya ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang diharapkan dan ketersediaan hubungan yang dimiliki(Dayakisni & Hudaniah, 2003). Persepsi adalah sesuatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberikan makna terhadap lingkunganya (Kartika, 2009). Persepsi makna hidup adalah makhluk psikologis yang menganut suatu makna. Dalam psikologis yang menganut suatu makna. Dalam psikologis komunikasi ada ungkapan ”World don’t mean,people mean’’. Kata-kata itu tak memiliki makna manusia yang memberikan makna manusia adalah makhluk yang mampu memberikan makna. Manusia adalah makhluk yang mampu,memberikan makna terhadap obyek,obyek yang sama mungkin diberi
JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016
makna berbeda-beda oleh orang yang berbeda. Senyum biasanya dimaknai sebagai kemarahan tetapi bagi orang sedang sakit hati kepada seseorang,maka senyum orang itubisa dimaknai sebagai penghinaan atau ledekan. Senyuman ibu tiri sering dimaknai buruk oleh anak tirinya,berbeda dengan prespsi dengan anak kadungnya. Senyuman yang sama berdampak menyejukkan bagi seseorang dan mungkin berdampak menyakitkan bagi orang lain(Mubarok, 2005). Keberadaan lansia seringkali dipersepsikan secara negatif dan keliru, kesepian dan persepsi makna hidup pada lansia yang saya lihat di Panti Tresna Werdha sangatlah berbeda, para lansia yang saya lihat setelah melakukan kegiatan dari Panti berikan banyak para lansia mengurung diri di kamar jarang bersosialisasi sesama teman sejawat lansia dan saat saya bertanya menurut mereka perubahan padangan dalam kehidupan mereka tidak berguna lagi kerana aktivitas mereka sering di bantu orang atau pembantu yang disewa oleh mereka berbagai negara berkembang, para lansia dianggap beban keluarga sehingga dititipkan di panti-panti jompo, bahkan terlantar. Berdasarkan paparan di atas tentang realita yang terjadi tentang Panti Jompo maka membuat saya tertarik membuat penelitian tentang ’’Studi Tentang Hubungan TingkatKesepiandengan Persepsi Makna Hidup Pada Lansia Penghuni Panti Tresna Werdha Cibubur Jakarta Timur”.
METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Tingkat Kesepian dengan Persepsi Makna Hidup Pada Lansia dipanti Tresna Werdha Cibubur”, Jakarta Timur. Menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu. HASIL PENELITIAN 1. Tingkat kesepian Analisis univariat dalam penelitian ini tingkat kesepian yang terdiri dari : Data tingkat kesepian kuesioner terhadap 60 responden didapat persentase jumlah pilihan jawaban dalam kategori “tidak kesepian”, “kesepian”, Banyaknya Lansia responden yang menjawab dari setiap pernyataan untuk kehilangan perhatian, dapat dilihat dalam distribusi frekuensi sebagai berikut : a. Kehilangan Perhatian Untuk menentukan kategori tidak kesepian dan kesepian data kehilangan perhatian di tentukan kenormalnya mengunakan bantuan SPSS 17 di peroleh kolmorgorovsimirnov Z ( 2,962), asymp. Sig ( 2tailed) 0,000 ≤ 5% maka data maka data kehilangan perhatian berditribusi tidak normal maka cut of poin tidak kesepian = skor≤ median, kesepian skor ≥ median=9,00.
HUBUNGAN TINGKAT KESEPAIAN DENGAN PERSEPSI ……………………….. Sri Wahyuni, Ryan Bobi Aditya
127
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pernyataan kehilangan perhatian Pilihan JawabanFrekuensiPersentase Kesepian 25 41,7% Tidak kesepian 35 58,3% Total 100%
60
Sebanyak 25 responden menjawab “kesepian” dengan persentase 41,7%, sebanyak 35 responden menjawab “tidak kesepian” dengan persentase 58,3%. b. Kehilangan lingkungan hidup Untuk menentukan kategori tidak kesepian dan kesepian data kehilangan perhatian di tentukan kenormalnya mengunakan bantuan SPSS 17,0 di peroleh kolmorgorovsimirnov Z ( 3,161), asymp. Sig ( 2tailed) 0,000 ≤ 5% maka data maka data kehilangan lingkungan hidup berditribusi tidak normal maka cut of poin tidak kesepian = sekor≤ median, kesepian skor ≥ median= 7,00. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pernyataan kehilangan lingkungan hidup Pilihan Jawaban FrekuensiPersentase Kesepian 22 36,7% Tidak kesepian 38 63,7%
128
Total 60 100% Untuk pernyataan pada tabel 4.3, sebanyak 22 responden menjawab “kesepian” dengan persentase 36,7%, sebanyak 38 responden menjawab “tidak kesepian” dengan persentase 63,7 %. c. kehilangan keperawatan Untuk menentukan kategori tidak kesepian dan kesepian data kehilangan keperawatan di tentukan kenormalnya mengunakan bantuan SPSS 17,0 di peroleh kolmorgorovsimirnov Z ( 3,551), asymp. sig ( 2tailed) 0,000 ≤ 5% maka data maka kehilangan keperawatan berditribusi tidak normal maka cat of point tidak kesepian = sekor≤ median, kesepian skor ≥ median= 5,00. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pernyataan kehilangan keperawatan Pilihan JawabanFrekuensiPersentase Kesepian 16 26,7% Tidak kesepian 44 73,3% Total 60 100% Untuk pernyataan pada tabel 4.4, sebanyak 16 responden menjawab “kesepian” dengan persentase 26,7%, sebanyak 44 responden menjawab “tidak kesepian” dengan persentase 73,3% . 2. Persepsi makna hidup
JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016
Analisis univariat dalam penelitian ini persepsi makna hidup yang terdiri dari : Data persepsi makna hidup kuesioner terhadap 60 responden didapat persentase jumlah pilihan jawaban dalam kategori “tidak berguna”, “berguna ”, Banyaknya Lansia responden yang menjawab dari setiap pernyataan untuk kehilangan perhatian, dapat dilihat dalam distribusi frekuensi sebagai berikut : a. Melakukan suatu perbuatan Untuk menentukan kategori tidak bergunan dan bergunna data lakukan suatu perbuatan di tentukan kenormalnya mengunkan bantuan SPSS 17,0 di peroleh kol morgorovsimirnov Z ( 2,962), asymp.sig ( 2tailed) 0,000 ≤ 5% maka data maka data lakukan suatu berbuatan berditribusi tidak normal maka cat of point tidak berguna = sekor≤ median, berguna skor ≥ median = 5,00. Tabel 4Distribusi Frekuensi Pernyataan lakukan suatu perbuatan Pilihan JawabanFrekuensiPersentase Berguna 35 58,3% Tidak berguna 25 41,7% Total 60 100% Untuk pernyataan pada tabel 4.5, sebanyak 35 responden menjawab “berguna ” dengan persentase 58,3%, sebanyak 25 responden menjawab “ tidak berguna” dengan persentase 41,7% .
a) mendalami sebuah nilai Untuk menentukan kategori tidak bergunan dan bergunna data mendalami sebuah nilai di tentukan kenormalannya mengunkan bantuan SPSS 17,0 di peroleh kolmorgorovsimirnov Z ( 4.142), asymp.sig ( 2-tailed) 0,000 ≤ 5% maka data maka data mendalami sebuah nilai berditribusi tidak normal maka cat of point tidak berguna = sekor≤ median, berguna skor ≥ median=13,00. Tabel 5 Distribusi FrekuensiPernyataan mendalami sebuah nilai Pilihan Frekuen Persentase Jawaban si Berguna Tidak berguna Total
59 1 60
98,3% 17,1% 100%
Untuk pernyataan pada tabel 4.6, sebanyak 59 responden menjawab “berguna” dengan persentase 98,3%, sebanyak 1 responden menjawab “ tidak berguna” dengan persentase 17,1% . Untuk menentukan kategori tidak bergunan dan bergunna data mengalami sebuah penderitaan di tentukan kenormalnya mengunkan bantuan SPSS 17,0 di peroleh kolmorgorov- simirnov Z ( 2,628), asymp.sig ( 2-tailed) 0,000 ≤ 5% maka data maka data mengalami sebuah penderitaan berditribusi tidak normal maka cat of point tidak
HUBUNGAN TINGKAT KESEPAIAN DENGAN PERSEPSI ……………………….. Sri Wahyuni, Ryan Bobi Aditya
129
berguna = sekor≤ median, berguna skor ≥ median= 9,50 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pernyataan mengalami sebuah penderitaan Pilihan JawabanFrekuensi Persentase Berguna 30 50,0% Tidak berguna 30 50,0% Total 60 100% Untuk pernyataan pada tabel 4.9, sebanyak 30 responden menjawab “berguna” dengan persentase 50,0%, sebanyak 30 responden menjawab “tidak berguna” dengan persentase 50,0% . 3. Analisis Bivariat Pada uji analisis bivariat dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat kesepian, apakah terdapat hubungan yang singnifikan atau tidak analisis menggunakan Uji-Chi-Square berdasarkan table kontingensi dengan bantuan program SPSS dari hasil analisis data tersebut ditampilkan table kontingensi yang disajikan dalam table sebagai berilkut: Tabel 7 Hubungan kehilangan perhatian dengan lakukan suatu perbuatan Kehilangan Lakukansuatu Total Perhatian perbuatan Tidak berma Bermakna kna
130
Kesepian Tidak kesepian Total Asymp.Sig. (2-sided) Pearson chisquare value Contingenc y coeffient
6 6 12
1 25 9 35 2 60 9 4 0,00 8 20,78 5ᵇ 5,07
Pada tabel tabulasi silang dapat dilihat bawah kehilangan perhatian dengan lakukan suatu perbuatan tidak lakukan suatu perbuatan 48,3% yang perhatian.Sedangkan yang lakukan suatu perbuatan 10 % yang memberi tidak perhatian. Dari hasil uji statistic nilai P (asymp, sig.(2-sided)=0,00˃0,05 berarti hubungan kehilangan perhatian, berdasarkan nilai contingency coefficient sebesar 0,507 maka hasil dari penelitian ini dinyatakan kehilangan perhatian berpengaruh sebesar 0,71 terhadap lakukan suatu perbuatan. Dengan demikan hasil dari penelitian dapat di klasifikasikan pada Kategori ( Kuat ). Dengan hipotesisi yang diuji adalah sebagai berikut : H0: tidak ada hubungan kehilangan perhatian dengan lakukansuatu perbuatan H1 : ada hubungan kehilangan perhatian dengan lakukan suatu perbuatan Brdasarkan nilai Chi-Square (ᵡ²)= 20,785nilai ini lebih besar dari ᵡ² table (ᵡ²α= 5 % dan derajat bebas = 1atau ᵡ² 0,05 (1)= 3,841, maka hipotesis H0
JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016
ditolak, yang artinya H1 terdapat hubungan kehilangan perhatian dengan lakukan suatu perbuatan. Tabel 9 Hubungan kehilangan perhatian dengan mengalami sebuah penderitaan Kehilangan Mengalami sebuah Total perhatian penderitaan Tidak berma bermakan kna Kesepian 12 18 30 Tidak 7 23 30 Kesepian 19 31 60 Total .004 Asymp.Sig.(2 .349 -sided) 8,272ᵇ Pearson chisquare value Contingency coeffien
Pada tabel tabulasi silang dapat dilihat bawah kehilangan perhatian dengan mengalami sebuah penderitaan, tidak kehilangan perhatian 20 % yang mengalami sebuah penderitaan. Sedangkan yang mendalami sebuah nilai 38,3% yang kehilangan perhatian. Dari hasil uji statistic nilai P (asymp, sig.(2sided)=0,004˃0,05 berarti hubungan kehilangan perhatian dengan mendalami sebuah nilai. Berdasarkannilai contingency coefficient sebesar 0,349 maka hasil dari penelitian ini dinyatakan kehilangan perhatian berpengaruh sebesar 0,49 Dengan mendalami sebuah nilai. Dengan demikan hasil dari penelitian dapat di klasifikasikan pada Kategori sedang
(cukup kuat ). Dengan hipotesisi yang diuji adalah sebagai berikut H0: tidak ada hubungan kehilangan perhatian dengan mengalami sebuah penderitaan H1 :ada hubungan kehilangan perhatian dengan mengalami sebuah penderitaan Berdasarkan nilai Chi-Square (ᵡ²)=8.272 nilai ini lebih besar dari ᵡ² table (ᵡ²α= 5 % dan derajat bebas = 1atau ᵡ² 0,05 (1)= 3,841, maka hipotesisyang artinya H0ditolak dan H1 ada hubunganya kehilangan perhatian dengan mengalami sebuah penderitaan Tabel 10 Hubungan kehilangan lingkugan hidup dengan mengalami sebuah penderitaan Kehilangan lingkungan hidup
Kesepian Tidak kesepian Total
Mengalami sebuah penderitaan
Total
Tidak berma kna 19
Berma kna 11
30
11
19
30
30
30
60
Asymp.Sig. (2-sided) Pearson chisquare value
HUBUNGAN TINGKAT KESEPAIAN DENGAN PERSEPSI ……………………….. Sri Wahyuni, Ryan Bobi Aditya
.000 1.000ᵇ
131
Contingenc y coeffient
.000
Pada tabel tabulasi silang dapat dilihat bawah kehilangan lingkungan hidup dengan mengalami sebuah penderitaan, tidak kehilangan lingkungan hidup 31,6 % yang tidak mengalami sebuah penderitaan. Sedangkan yang kehilangan lingkungan hidup 18,3% yang mengalami sebuah penderitaan. Dari hasil uji statistic nilai P (asymp, sig.(2-sided)=0,000˃0,05 berarti hubungan kehilangan perhatian dengan mendalami sebuah nilai, berdasarkan nilai contingency coefficient sebesar 1000 maka hasil dari penelitian ini dinyatakan kehilangan perhatian berpengaruh sebesar 14141.4 dengan mendalami sebuah nilai. Dengan demikan hasil dari penelitian dapat di klasifikasikan pada Kategori (sangat kuat).Dengan hipotesisi yang diuji adalah sebagai berikut : H0: tidak ada hubungan kehilangan lingkungan hidup dengan tidakmengalami sebuah penderitaan H1 : ada hubungan kehilangan lingkungan hidup dengan mengalami sebuah penderitaan Berdasarkan nilai Chi-Square (ᵡ²) = 1000nilai ini lebih besar dari ᵡ² table (ᵡ²α= 5 % dan derajat bebas = 1atau ᵡ² 0,05 (1)= 3,841, maka hipotesis yang artinya, maka H0 ditolak dan H1 terdapat ada hubungan kehilangan lingkungan hidup dengan mengalami sebuah penderitaan
132
Tabel 11 Hubungan tingkat kesepian dengan persepsi makna hidup panda lansia Tingkat kesepian
Kesepian Tidak Kesepian Total Asymp.Si g.(2-sided) Pearson chisquare value
Persepsi makna hidup Tidak berm Berm akna kna 9 1 16 4 25 2 1 3 5
Total
23 37 60 .735
.099ᵇ
Pada table tabulasi silang dapat dilihat bawah hubungan tingankat kesepian dengan persepsi makna hidup , tidak kesepian 15 % yang tidak bermakna.sedangkan yang tingkat kesepian 35% bermakna. Dari hasil uji statistic nilai P (asymp, sig.(2sided)=0,735 ˃0,05 berarti hubungan kehilangan keperawatan dengan mengalami sebuah penderitaan, berdasarkan nilai contingency coefficient sebesar 0,41 maka hasil dari penelitian ini dinyatakan tingkat kesepian berpengaruh sebesar 0,57 dengan persepsi makna hidup. Dengan demikan hasil dari penelitian dapat di klasifikasikan pada Kategori sedang (cukup kuat).Dengan hipotesisi yang diuji adalah sebagai berikut :
JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016
H0: tidak ada hubungan tingkat kesepian dengan persepsi makna hidup H1 : ada hubungan tingkat kesepian dengan persepsi makna hidup Berdasarkan nilai Chi-Square (ᵡ²) =0.099nilai ini lebih besar dari ᵡ² table (ᵡ²α= 5 % dan derajat bebas = 1atau ᵡ² 0,05 (1)= 3,841, maka hipotesis yang artinya makan H0 di tolak dan H1 terdapat ada hubungan tingkat kesepian denganpersepsi makna hidup. 4. Pembahasan hasil Penelitian a. Berdasarkan hasil penelitian bawah secara umum di peroleh tidak ada hubungan tingkat kesepian dengan persepsi makna hidup pada lansia maka tidak kesepian 15 % yang tidak bermakna. Ssedangkan yang tingkat kesepian 35% bermakna. Secara teori diungkapkan oleh Ide (2008) Perasaan kesepian(terasing)lanjut usia adalah perasaan tersisihkan,terpencil dari oang lain, banyak hal yang biasa menumbuhkan perasaan seperti ini antara lain,tersisihdari kelompoknya,tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman atau seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan. b. Hal-hal tersebut menimbulkan rasa tidak berdaya, kurang percaya diri,kertengantungan,ketelantaran terutama bagi lansia miskin,Post power syndrome, perasaan tersiksa,perasaan kehilangan,mati rasa dan sebagainya. Seseorang yang menyatakan dirinya kesepian cenderung menilai dirinya sebgai
orang yang tidak berharga,tidakdiperhatikan, dan tidak dicintai. Rasa kesepian ini akan terasa begitu dalam,terutama oleh lansia yang sebelunya sangat aktif dalam berbagai kegiatan, atau kerap berhubungan dengan orang banyak. Dan menurut (Mubarok,2005). c. Presepsi makna hidup adalah makhluk psikologis yang menganut suatu makna. Dalam psikologis yang menganut suatu makna.dalam psikologis komunikasi ada ungkapan’world don’t mean,people mean’’. Kata-kata itu tak memiliki makna manusia yang memberikan makna manusia adalah makhluk yang mampu memberikan makna. Manusia adalah makhluk yang mampu,memberikan makna terhadap obyek-obyek yang sama mungkin diberi makna berbeda-beda oleh orang yang berbeda. Seyum biasanya dimaknai sebagai kemarahan tetapi bagi orang sedang sakit hati kepada seseorang,maka senyum orang itubisa dimaknai sebagai penghinaan atau ledekan. Seyuman yang sama berdampak menyejukkan bagi seseorang dan mungkin berdampak menyakitkan bagi orang lain. Berdasarkan secara khusus atau dari 9 sub terdapat hubungan 3sub yaitu kehilangan perhatian dengan lakukan suatu perbuatan tidak lakukan suatu perbuatan 48,3% yang perhatian. Sedangkan yang lakukan suatu perbuatan 31,6% yang memberi tidak perhatian, kehilangan perhatian dengan mengalami sebuah
HUBUNGAN TINGKAT KESEPAIAN DENGAN PERSEPSI ……………………….. Sri Wahyuni, Ryan Bobi Aditya
133
penderitaan, tidak kehilangan perhatian 38,3% yang mengalami sebuah penderitaan. Sedangkan yang mendalami sebuah nilai 30% yang kehilangan perhatian, kehilangan lingkungan hidup dengan mengalami sebuah penderitaan, tidak kehilangan lingkungan hidup 31,6 % yang tidak mengalami sebuah penderitaan. Sedangkan yang kehilangan lingkungan hidup 18,3% yang mengalami sebuah penderitaan dan hasil penelitian dari orang lain hubungan tingkat kesepian dengan persepsi makana hidup pada lansia dipanti Tresna Werdha di daerah lain ada hubunganya dan hasil penelitian lain mengambil sempel penelitian 80 responden.
Hermana.2007.Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan masalah kesejahteraan. Diambil pada 18 April 2015 dari http://www.haryono.com/article/lans ia-surabaya-mengembangkanpemberdayaan.html.
DAFTRA PUSTAKA Ari kantol,2005.Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja.
Mashudi, Sugeng.2009.Sosiologi Keperawatan Lansia;Jakarta :EGC.
Aziz,Depces.2008. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Genius. Brehm, 2008.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teoridan Praktikdalam Keperawatan. Jakarta : SalembaMedika.
Ide
Pangkalan.2008.Gaya Hidup Penghambat ALZHEIRMER,Jakarta: anggota IKPAI.
Newmon, 2006. Keperawatanjiwa. Bandung: RefikaAditama. Muhajidullah,Khalid.2012.Keperawatan Gerontik dan Geriantrik. Jakarta:EGC. Mubarok, Achmad ,MA.2005.Makna Hidup dalam Kehidupan,Jakarta:Bin Arena Pariwara.
Maryam, 2008.Hubungan Kemunduran Fungsi Fisiologis dengan Stress Pada Lanjut Usia di Kelurahan Kaliwaru Semarang. Skripsi : Universitas Muhamaddiyah Semarang. Prasetya, Teddy.2010.Psikologis Sosial,Jakarta: Sosial.
Dwivina.W.2010.Memahami Kesehatan Lansia, Jakarta: Gramedia Pustaka.
Kartika.2006. Psikologi Jakarta : TIM.
Davision.2010 .Addressing loneliness in later life.Journal of Aging &Mental Health. 12/3. 302–309.
Khalic.2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Salemba Medika : Surabaya.
Fatmah. 2012.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Santrock.2005.AdolesencePerkembangan edisi keenam.Jakarta: Erlangga.
134
JURNAL ILMIAH KESEHATAN, Volume 2 No. 1 - 2016
Keperawatan.
Shaver. 2006.Psikologi Perkembangan Jakarta: Erlangga. StevensP.J.M,dkk.2011.Ilmu Keperawatan;alih bahasa Tomasowa;editor,monica ester.Ed2,Jakarta:EGC.
J.A
Sugiyono. 2011. Metodelogi Penelitian Statistik. Jakarta : CV Alfabeta. Shaver. 2006.Psikologi Perkembangan Jakarta: Erlangga. Toto.2011.Psikologis Lansia. Jakarta: penerbit CV Trans Info Media. _____2002.Membudayakan Etoskerja,Jakarta:Gema Insane. Wijayaningsih sari kartika.2012.PsikologiKeperawatan, Jakarta:PT.GramediaPustaka. http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JPPP 70762e8bb5b705fullabstract.pdfpadatang gal 12 mei 2015 pukul 11:35. WHO.2010. KeperawatanGerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. Santrock.2005.AdolesencePerkembangan edisi keenam.Jakarta: Erlangga. Weiten, Lylod.2008.Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya DalamPenelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
HUBUNGAN TINGKAT KESEPAIAN DENGAN PERSEPSI ……………………….. Sri Wahyuni, Ryan Bobi Aditya
135