HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS DAN PERILAKU MAKAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA-SISWI MADRASAH IBTIDA’IYAH PEMBANGUNAN JAKARTA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH: Ahmad Riza Faisal Herze NIM :1111103000034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Laporan penelitian ini berjudul “Hubungan Tingkat Aktivitas dan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa-Siswi Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan Jakarta”. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Riva Auda, M.Kes, Sp.A selaku dosen pembimbing I dan dr. Debbie Latupeirissa, Sp.A (K) sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam pengerjaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini. 4. dr. Yanti Susianti, Sp.A dan dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK selaku penguji sidang riset yang memberi banyak masukan pada revisi laporan penelitian ini. 5. dr. Flori Ratnasari Ph.D selaku penanggung jawab riset Pendidikan Dokter 2011 yang selalu membantu pelaksanaan proses penelitian dan mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan penelitian. 6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis.
v
7. Drs. Sugiono Kepala Sekolah Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian. 8. Ayahanda Drs. H. Romli RR dan Ibunda Dra. Iyos Rosmani, sumber kekuatan utama penulis yang selalu memberikan motivasi baik moril maupun materil, kasih sayang dan doa tiada henti yang tulus kepada penulis. Serta kepada Muhammad Haekal Zakaria Zamzami dan Dhavira Nailul Farah yang telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis sampai penulisan laporan penelitian ini selesai. 9. Indra Nur Akhir Raharja, Bentito Zulyan Pamungkas, dan Diana Nurmalasari teman satu kelompok riset ini yang telah setia bepergian jauh untuk bimbingan dan memberikan semangat kepada penulis. 10. Teman-teman seangkatan penulis di Program Studi Pendidikan Dokter 2011 yang telah berbagi banyak ilmu dan kebersamaan selama tiga tahun terakhir ini. 11. Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Ciputat, 10 September 2014
Penulis
vi
ABSTRAK Ahmad Riza Faisal Herze. Hubungan Tingkat Aktivitas dan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa-Siswi Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan Jakarta. 2014. Latar Belakang: Angka kejadian obesitas meningkat tajam dalam dekade terakhir diseluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya kurangnya aktivitas fisik dan perilaku makan yang buruk. Jika beberapa faktor tersebut terjadi dalam waktu lama, maka akan terjadi penumpukan lemak sehingga obesitas bisa terjadi.Tujuan: Mengetahui kurangnya aktivitas fisik dan perilaku makan yang buruk dengan kejadian obesitas pada siswa-siswi Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode: Disain penelitian ini adalah case control dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling dan total sampel 104. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner pada Juli-Agustus 2014 dan dianalisa dengan SPSS 16 menggunakan Spearman Correlation. Hasil: Terdapat hubungan perilaku makan dengan kejadian obesitas pada beberapa variabel (Food Responsiveness, Emotional Over-Eating, Enjoyment of Food, Satiety Responsiveness, Slowness in Eating, Emotional Under-Eating dan Food Fussiness) dengan hasil p< 0,05 dengan nilai kekuatan hubungan sedang (r= 0,3 – 0,6). Pada variabel tingkat aktivitas tidak ditemukan hubungan dengan kejadian obesitas. Kesimpulan: Perilaku makan yang buruk bisa menyebabkan terjadinya obesitas sedangkan tingkat aktivitas fisik yang kurang belum tentu memicu terjadinya obesitas. Kata Kunci: Obesitas, tingkat aktivitas, perilaku makan. ABSTRACT Ahmad Riza Faisal Herze. The Relation Between Activity Level and Eating Behavior With Obesity in Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan Jakarta Students. 2014. Background: The incidence of obesity is increasing sharply in last decade around the world. Obesity can occur by a variety factor, including a lack of physical activity and bad eating behavior. If some of these factor occur in a long time, there will be a buildup of fat so that obesity can occur. Aim: To identify the relation between lack of physical activities and bad eating behavior with obesity in Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Method: The study design was case control using simple random sampling technique with total sample 104. Data was collected from July-August 2014 using and analyzed by SPSS 16 using Spearman Correlation. Result: There is correlation of eating behaviour with obesity on some variables including food responsiveness, emotional over-eating, enjoyment of food, satiety responsiveness, slowness in eating, emotional under-eating and food fussiness with p<0,05 with moderate correlation power (r= 0,3 - 0,6). Conclusion: Bad eating behavior can lead to obesity, while physical activity levels do not necessarily lead obesity. Key Words: Obesity, activity levels, eating behavior.
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. KATA PENGANTAR ..................................................................................... ABSTRAK ........................................................................................................ DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
ii iii iv v vii viii x xi xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang .................................................................................. 1.2 Rumusan masalah ............................................................................. 1.3 Hipotesis ........................................................................................... 1.4 Tujuan penelitian .............................................................................. 1.4.1 Tujuan umum .......................................................................... 1.4.2 Tujuan khusus ......................................................................... 1.5 Manfaat penelitian ............................................................................ 1.5.1 Bagi peneliti ............................................................................ 1.5.2 Bagi institusi ........................................................................... 1.5.3 Bagi masyarakat ......................................................................
1 3 3 4 4 4 4 4 4 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori ................................................................................... 2.1.1 Definisi Obesitas ..................................................................... 2.1.2 Klasifikasi Obesitas ................................................................ 2.1.3 Manifestasi Klinis Obesitas ..................................................... 2.1.4 Pengukuran Obesitas .............................................................. 2.1.5 Epidemiologi .......................................................................... 2.1.6 Faktor Risiko .......................................................................... 2.1.7 Aktivitas Fisik ........................................................................ 2.1.8 Hubungan Aktivitas Fisik dan Obesitas .................................. 2.1.9 Perilaku Makan Pemicu Timbulnya Obesitas ........................ 2.1.10 Proses Lapar dan Kenyang ..................................................... 2.1.11 Proses Metabolisme Lemak dan Lipogenesis ........................ 2.1.12 Evaluasi dan Dampak Obesitas .............................................. 2.1.13 Tatalaksana dan Pencegahan Obesitas ................................... 2.2 Kerangka Teori ................................................................................. 2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 2.4 Definisi Operasional .........................................................................
5 5 5 6 7 8 9 11 14 15 17 22 25 27 33 33 34
viii
BAB 3 METODE PENELITIAN 1.1 Disain Penelitian ............................................................................... 1.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 1.2.1 Waktu Penelitian ................................................................. 1.2.2 Tempat Penelitian ............................................................... 1.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 1.4 Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 1.5 Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................
35 35 35 35 35 36 37
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
38
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN .....................................................................................................
57 59
ix
DAFTAR TABEL Tabel 2.1.2.1
Klasifikasi obesitas................................................................... 6
Tabel 2.1.4.1
Indeks Massa Tubuh ................................................................ 7
Tabel 4.1.4.1
Karakteristik Responden Penelitian (Non-Obesitas) ............... 39
Tabel 4.1.4.2
Karakteristik Responden Penelitian (Obesitas) ........................ 39
Tabel 4.1.4.3
Karakteristik Nilai Food Responsiveness................................. 40
Tabel 4.1.4.4
Hubungan Food Responsiveness dengan Kejadian Obesitas ... 41
Tabel 4.1.4.5
Karakteristik Nilai Enjoyment of Food .................................... 41
Tabel 4.1.4.6
Hubungan Enjoyment of Food dengan Kejadian Obesitas ....... 42
Tabel 4.1.4.7
Karakteristik Nilai Desire to Drink .......................................... 42
Tabel 4.1.4.8
Hubungan Desire to Drink dengan Kejadian Obesitas ............ 43
Tabel 4.1.4.9
Karakteristik Nilai Satiety Responsiveness .............................. 43
Tabel 4.1.4.10 Hubungan Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas .................................................................................... 44 Tabel 4.1.4.11 Karakteristik Nilai Food Fussiness .......................................... 44 Tabel 4.1.4.12 Hubungan Food Fussiness dengan Kejadian Obesitas ............ 45 Tabel 4.1.4.13 Karakteristik Nilai Slowness in Eating .................................... 45 Tabel 4.1.4.14 Hubungan Slowness in Eating dengan Kejadian Obesitas ....... 46 Tabel 4.1.4.15 Karakteristik Nilai Emotional Over-Eating ............................. 47 Tabel 4.1.4.16 Hubungan Emotional Over-Eating dengan Kejadian Obesitas .................................................................................... 47 Tabel 4.1.4.17 Karakteristik Nilai Emotional Under-Eating ........................... 48 Tabel 4.1.4.18 Hubungan Emotional Under Eating dengan Kejadian Obesitas .................................................................................... 48 Tabel 4.1.4.19 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Kerja ................................... 49 Tabel 4.1.4.20 Hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas ..... 49 Tabel 4.1.4.21 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Luang ................................. 50 Tabel 4.1.4.22 Hubungan Indeks Waktu Luang dengan Kejadian Obesitas .... 50 Tabel 4.1.4.23 Hubungan Indeks Olahraga dengan Kejadian Obesitas ........... 51 x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.5.1 Prevalinsi status gizi gemuk dan sangat gemuk usia 5-12 tahun di berbagai Provinsi di Indonesia ........................................... 8 Gambar 2.1.10.1 Faktor endokrin dan interaksinya ........................................... 20 Gambar 2.1.10.2 Efek penglihatan, rasa, bau, dan sentuhan terhadap asupan makanan .................................................................................. 22
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil SPSS ..................................................................................... 59 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ...................................................................... 66 Lampiran 3 Riwayat Penulis .............................................................................. 71
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Obesitas selama beberapa dekade terakhir ini angka kejadiannya terus meningkat di seluruh dunia. Obesitas atau sangat gemuk adalah keadaan penumpukkan atau akumulasi lemak yang terjadi di jaringan adiposa yang dapat mengganggu kesehatan. Dampak yang bisa ditimbulkan oleh anak yang mengalami obesitas salah satunya adalah resistensi insulin sehingga akan menyebabkan hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus, dislipidemia, dan hipertensi.1,2 Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, pada kelompok usia 5-12 tahun masalah kegemukan secara nasional terbilang tinggi yaitu 18.8 %, 10 % kegemukan (overweight) dan 8.8 % sangat gemuk (obesitas). Pada kelompok usia 13-15 tahun didapatkan sekitar 10.8% kasus kegemukan, 8.3% gemuk (overweight) dan 2.5 % sangat gemuk (obesitas). Provinsi yang paling tinggi angka kegemukannya yaitu di Jakarta sekitar 30.1% dan yang terendah terdapat di Nusa Tenggara Timur 8.7 %.3 Faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi obesitas ada berbagai macam, dua faktor utama yang dapat membuat anak menjadi obesitas yaitu genetik dan gaya hidup yang buruk. Faktor genetik, mempengaruhi nafsu makan pada anak sehingga konsumsi energi menjadi lebih besar dan akan terjadi keseimbangan energi positif sehingga bisa menjadi salah satu faktor timbulnya obesitas. Beberapa contoh gaya hidup yang buruk adalah kurangnya aktivitas fisik dan perilaku makan yang tidak sesuai. Karena semakin berkembangnya teknologi, seperti ditemukannya video game, membuat anak menjadi lebih sering bermain di dalam rumah daripada menghabiskan waktu bersama temannya bermain di luar. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya aktivitas fisik pada anak dan saat bermain video game, keinginan anak untuk memakan camilan menjadi
1
2
lebih tinggi yang berakibat pada lebihnya asupan energi per hari sehingga memicu juga terjadinya obesitas.4,5 Banyak dampak yang akan terjadi bila anak menderita obesitas, dampak tersebut bisa langsung dirasakan efeknya ataupun menjadi sebuah penyakit kronis saat
anak
dewasa
nantinya.
Dampak
dari
obesitas
meliputi
penyakit
kardiovaskuler, obstructive sleep apnea, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik terutama yang berkaitan erat dengan berat badan yang berlebih, kelainan kulit, potensi timbulnya gangguan psikiatri. Dampak yang perlu diperhatikan adalah efek terhadap kardiovaskular terutama apabila ada riwayat sakit jantung pada keluarga. Obstructive sleep apnea juga harus diperhatikan, terutama bila ada laporan anak dari pihak sekolah bahwa anak sering mengantuk saat jam pelajaran. Anak yang mengalami obesitas masalah psikologisnya perlu menjadi perhatian khusus, biasanya anak yang mengalami obesitas akan menjadi bahan olok-olokan teman sekolahnya, jadi diperlukan perhatian yang lebih dari pihak orangtua agar anak tidak merasa minder dan tetap bersemangat untuk sekolah.4,6 Pencegahan ataupun pengobatan pada anak yang mengalami obesitas mudah untuk dilakukan. Seperti pembahasan sebelumnya, faktor yang menyebabkan timbulnya obesitas berasal dari faktor genetik ataupun gaya hidup. Faktor genetik tidak bisa diubah kecuali menggunakan terapi gen, akan tetapi faktor gaya hidup sangatlah mudah untuk dimodifikasi diantaranya adalah peningkatan aktivitas fisik dan juga memodifikasi perilaku makan anak.4,7 Pengaturan aktivitas fisik pada program pencegahan obesitas bisa berupa latihan (renang, sepak bola, bulu tangkis, basket, dll) dan meningkatkan aktivitas harian seperti les sepulang sekolah dan bermain pada sore hari. Aktivitas harian dianjurkan juga dilakukan selama 20-30 menit perharinya. Menurut rekomendasi yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO), aktivitas fisik yang bersifat sedang serta dilakukan selama 30 menit bisa meningkatkan kesehatan, sedangkan pada anak dan remaja WHO merekomendasikan tambahan waktu aktivitas fisik yang bersifat berat selama 20 menit dalam 3 kali seminggu.4,8
3
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh JL Santos pada tahun 2011 dan PW Jansen pada tahun 2012 dengan menggunakan kuesioner yang sama, menunujukkan adanya hubungan antara perilaku makan dengan kejadian obesitas. Untuk penelitian aktivitas fisik yang dilakukan B Deforche tahun 2003 dengan menggunakan kuesioner yang sama dengan penelitian ini, menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtida’iyah Pembangunan karena belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, jenis kuesioner yang digunakan pun belum ada yang dalam bentuk bahasa Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara kurangnya aktivitas pada anak dan perilaku makan yang tidak sesuai dengan kemungkinan seorang anak menderita obesitas?
1.3
Hipotesis Pada anak yang memiliki aktivitas kurang dan perilaku makan yang tidak sesuai, maka akan terjadi penumpukan lemak akibat adanya ketidakseimbangan kalori yang masuk dengan kalori yang dikeluarkan, sehingga menyebabkan obesitas.
4
1.4
Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum Mencari hubungan faktor risiko gaya hidup yang buruk pada anak yang
menyebabkan munculnya obesitas. 1.4.2
Tujuan Khusus
Mencari hubungan tingkat aktivitas anak yang berhubungan dengan obesitas.
Mencari hubungan makan anak yang yang berhubugan dengan obesitas.
1.5
Manfaat Penilitian 1.5.1
Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan mengenai obesitas dan bagaimana cara pencegahannya terutama yang berkaitan dengan aktivitas serta perilaku makan dan asupan nutrisi.
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.2
Bagi Instusi
Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.
1.5.3
Bagi Masyarakat
Menjadi sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang aktivitas fisik apa yang seharusnya dilakukan oleh anak mereka untuk mencegah terjadinya obesitas.
Menjadi sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang perilaku makan dan asupan nutrisi apa yang akan diberikan kepada anak mereka untuk mencegah terjadinya obesitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Landasan Teori 2.1.1
Obesitas Obesitas atau sangat gemuk adalah keadaan penumpukan atau akumulasi lemak yang terjadi di jaringan adiposa yang dapat mengganggu kesehatan. Disebut obesitas juga apabila berat badan seseorang lebih besar 20 % dari berat normal yang sesuai dengan tinggi badan dan usianya. Dampak yang bisa ditimbulkan oleh seseorang yang mengalami obesitas diantaranya adalah resistensi insulin sehingga akan menyebabkan hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus, dislipidemia, dan hipertensi.1,2,9
2.1.2
Klasifikasi Obesitas Obesitas bisa terjadi karena tidak seimbangnya antara asupan energi dengan energy expenditures (pengeluaran energi) sehingga berlebihnya asupan tersebut akan menumpuk di jaringan adiposa, penumpukan kelebihan energi tersebut yang akan membuat anak menjadi obesitas. Terdapat dua kemungkinan timbulnya kelebihan energi tersebut yaitu berlebihnya asupan energi atau kurangnya/rendahnya pengeluaran energi.4 Akan terjadi keseimbangan tubuh (homeostatis) terhadap energi ketika seseorang menyantap makanan, keseimbangan tersebut terjadi karena energi yang masuk (melalui makanan) akan dikeluarkan melalui panas tubuh dan kegiatan lain yang membutuhkan energi. Berlebihnya asupan energi karena masuknya makanan yang terlalu berlebihan dan juga keluarnya energi lebih rendah yang disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh dan kurangnya aktivitas fisik.4 Gangguan sistem keseimbangan disebabkan oleh dua faktor yaitu idiopatik ataupun terdapat kelainan pada sistem hormonal dan sindrom atau defek genetik. Obesitas yang terjadi karena idiopatik disebut obesitas 5
6
idiopatik, sedangkan obesitas yang terjadi karena adanya sebab yang jelas disebut obesitas endogen.4 Tabel 2.1.2.1 Klasifikasi Obesitas Obesitas Idiopatik >90% kasus Perawakan tinggi (umumnya >50th persentil TB/U) Riwayat obesitas umunya positif Fungsi mental normal Usia tulang : normal atau advanced Pemeriksaan fisis umumnya normal
Obesitas Endogen <10% kasus Perawakan pendek (umumnya <50th persentil TB/U) Riwayat obesitas umumnya negatif Fugsi mental seringkali retardasi Usia tulang : terlambat (delayed) Terdapat stigmata pada pemeriksaan fisis
Sumber : Damayanti, 2011
2.1.3
Manifestasi Klinis Obesitas Seseorang yang menderita obesitas biasanya mudah dikenali, terutama pada anak-anak. Ciri yang khas pada obesitas diantaranya adalah wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher pendek, payudara membesar karena adanya deposit lemak, kedua tungkai membentuk X serta pangkal paha bergesekan dan menempel yang akan menimbulkan ulserasi, dan perut yang membuncit. Pada anak laki-laki penis terlihat kecil karena tertutup oleh jaringan lemak (burried penis).4 Distribusi lemak pada obesitas juga mempengaruhi bentuk fisik seseorang yang menderitanya. Pada obesitas terdapat 3 bentuk distribusi lemak yaitu apple shape body (andorid), pear shape body (gynoid), dan intermediate. Pada apple shape body,
distribusi lemak cenderung
bertumpuk pada bagian atas tubuh (dada dan pinggang), bentuk tubuh seperti ini juga berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular hipertensi dan diabetes. Pear shape body distribusi lemak cenderung lebih banyak pada bagian bawah (pinggul dan paha). Sedangkan bentuk tubuh intermediate lemak terdistribusi ke seluruh bagian tubuh secara hampir merata.4
7
2.1.4
Pengukuran Obesitas Penentuan obesitas pada anak bisa dilakukan menggunakan 3 metode, yaitu :4 1. Menggunakan kurva Centers for Disease and Prevention (CDC). Jika menggunakan cara ini yang dilakukan adalah mengukur berat badan dan hasilnya dibandingkan dengan berat badan ideal sesuai tinggi badan (BB/TB). Disebut sebagai obesitas, jika berat badan menurut tinggi badan di atas persentil 90% atau 120% dibandingkan berat badan ideal. 2. Pengukuran Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). The World Health Organization (WHO) 1997, The National Institutes of Health di tahun 1998, dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for overweight in adolescent Preventive Service merekomendasikan penggunaan BMI atau IMT sebagai tolak ukur obesitas pada anak di atas 2 tahun. Cara yang dilakukan untuk pengukuran IMT, yaitu : IMT = Berat Badan (BB) / Tinggi Badan dalam meter (m)2 Setelah mendapatkan hasil IMT, selanjutnya menentukan klasifikasi IMT tersebut dengan menggunakan tabel klasifikasi obesitas AsiaPasifik oleh WHO untuk usia 18 tahun ke atas.
Tabel 2.1.4.1 Indeks Massa Tubuh NO. 1 2 3 4 Sumber : WHO, 2000
Indeks Massa Tubuh (IMT) < 18.5 18.5-22.9 23-24.9 >25
Status Underweight Normal Weight Overweight Obesitas
8
3. Pengukuran langsung lemak subkutan. Cara yang dilakukan untuk cara ini adalah dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK). Empat macam cara yang bisa digunakan untuk mengukur TLK yang tepat untuk mendapatkan proporsi lemak tubuh yaitu TLK biseps, triseps, subskapular, dan suprailiaka. Dikatakan obesitas jika, TLK triseps persentil ke-85. 2.1.5
Epidemiologi Obesitas bukan lagi penyakit yang hanya meningkat angka kejadiannya di negara maju akan tetapi di negara berkembang pun obesitas turut meningkat angka kejadiannya. Meningkatnya angka kejadian obesitas diakibatkan mulai berkembangnya teknologi sehingga memicu kurangnya aktivitas fisik contohnya adalah dengan adanya kendaraan bermotor maka akan mengurangi keinginan seseorang untuk berjalan ke tempat yang ingin dituju, selain itu juga pengkonsumsian makanan cepat saji yang berlebihan pun ditengarai memicu timbulnya obesitas.4 Terdapat 13 provinsi yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Kalimantan barat, Bangka Belitung, Bali Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua yang memiliki presentase tingkat kejadian obesitas lebih tinggi daripada nasional.3
Gambar 2.1.5.1 Prevalensi status gizi gemuk dan sangat gemuk usia 5-12 tahun di berbagai Provinsi di Indonesia
Sumber : Riskesdas, 2013
9
2.1.6
Faktor Risiko Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi obesitas, diantaranya yaitu genetik, kurangnya aktivitas fisik, dan perilaku makan yang berlebihan. Dari berbagai faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua faktor utama yaitu :4 a. Faktor genetik. a.1. Parental fatness: faktor keturunan orangtua yang memiliki riwayat obesitas akan diturunkan kepada anaknya bahkan ketika saat bayi dan ada kemungkinan sekitar 80% akan menetap sampai dewasa.4 a.2. Gangguan jalur sinyal leptin: resistensi leptin banyak ditemukan dan berkaitan dengan timbulnya obesitas. Fungsi leptin adalah menekan nafsu makan sehingga menurunkan konsumsi makanan hingga akhirnya terjadilah penurunan berat badan.
Leptin
bekerja
dengan
menghambat
sinyal
Neuropeptida Y (NPY) (perangsang nafsu makan) dan merangsang pengeluaran sinyal melanokortin (penekan nafsu makan). Pada resistensi leptin, otak tidak mendeteksi sinyal leptin yang berfungsi menurunkan nafsu makan.1 a.3. Gen spesifik yang mengatur obesitas: pada hewan coba yang mengalami obesitas, ditemukan adanya mutasi pada suatu gen ob (Lepob), dengan adanya mutasi pada gen ini menyebabkan sinyal lapar dan kenyang menjadi terganggu dan tikus cenderung makan lebih banyak akibat adanya mutasi pada gen ini.2 Beberapa gen juga bisa mengakibatkan terjadinya obesitas yang sangat parah, seperti adanya mutasi pada gen yang mengkode propiomelanocortin (POMC), mutasi pada gen ini menyebabkan terjadinya kegagalan sintesis dari α melanocyte-stimulating hormone yang memiliki fungsi untuk menekan nafsu makan.1,2
10
Faktor psikososial, lingkungan, dan faktor lainnya : a.4. Kurangnya aktivitas fisik: kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya aktivitas fisik pada seseorang, misalkan saja dengan ditemukan kendaraan bermotor, banyak orang yang malas pergi ke suatu tempat dengan berjalan kaki ataupun bersepeda. Dengan kemajuan teknologi juga menurunkan aktivitas anak, anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer dan televisi. Pada anak obesitas juga aktivitas fisik akan cenderung berkurang, hal ini disebabkan karena butuh energi yang besar untuk melakukan suatu aktivitas selain itu juga pada anak yang super obesitas pada saat melakukan pergerakan akan terjadi pergesekan antar kedua pangkal paha sehingga anak cenderung mengurangi aktivitasnya.1,4 a.5. Pola makan yang tidak seimbang dan sesuai : mengkonsumsi junk foods dan fast foods mendorong timbulnya peningkatan deposit lemak, hal ini dikarenakan kandungan dari junk foods dan fast foods mengandung lemak sekitar 40-50%.1,4,10 Kecenderungan untuk mengkonsumsi susu formula lebih cepat juga bisa berakibat pada timbulnya obesitas, pengurangan konsumsi buah, sayur, dan makanan berserat lainnya juga merupakan faktor yang memicu timbulnya obesitas.10 a.6. Perbedaan “fidget factor”: nonexercise activity thermogenesis (NEAT) atau fidget factor adalah energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas fisik di luar olahraga yang sudah direncakan. Salah satu contoh dari NEAT adalah, kebiasaan menggerak-gerakkan kaki di saat menunggu, aktivitas kecil seperti ini jika dilakukan berulang dan cukup lama dapat menghabiskan kilo kalori yang cukup besar.4
11
a.7. Ketersediaan makanan yang melimpah, lezat, berbau enak, dan murah:
pada penelitian menggunakan tikus yang
diberikan makanan manusia yang punya cita rasa yang enak, tekstur yang nikmat sehingga memicu peningkatan nafsu makan, hasil penilitian tersebut berat tikus meningkat 70%80% dari berat normalnya. Percobaan tersebut dilakukan kembali dengan menggunakan menu yang biasa dikonsumsi oleh tikus namun seimbang gizinya, hasilnya didapatkan penurunan kembali berat badan sesuai berat normal tikus. Faktor pengelihatan, penciuman, dan rasa akan memicu seseorang untuk makan yang lebih dari yang biasa disantapnya sehari-hari.1,11 a.8. Sosial
ekonomi:
perubahan
pemilihan
jenis
makanan
merupakan multifaktorial, faktor-faktor yang mendorong perubahan pemilihan jenis makanan di antaranya pengetahuan, sikap, perilaku hidup, gaya hidup, pola makan, jumlah konsumsi dalam sehari, dan faktor pendapatan. Contoh perilaku dan gaya hidup dapat dilihat dari fungsi seorang Ibu di rumah, trend yang sedang dianut saat ini adalah ibu yang memiliki dua peran dalam sebuah keluarga, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karier, dua peran tersebut lah yang mempengaruhi pola dan jenis makanan yang akan dikonsumsi oleh keluarganya. Peningkatan jumlah konsumsi makanan dalam sehari diakbatkan juga karena anak diberi uang jajan sehingga frekuensi makan semakin banyak dan akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas.1,4 2.1.7
Aktivitas Fisik 2.1.7.1 Definisi Aktivitas Fisik Definisi dari aktivitas fisik ialah pergerakan dari setiap anggota badan yang melibatkan otot skeletal sehingga pengeluaran
12
energi akan lebih besar dari energi basal tubuh. Yang dimaksud exercise (latihan) adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara berulang, disengaja, terjadwal dan terstruktur untuk mencapai kesehatan tubuh yang prima baik segi fisik ataupun psikis.8 Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur merupakan hal penting dalam penurunan berat badan dan bisa meningkatan sensitivitas, selain itu keuntungan lainnya dari melakukan aktivitas fisik secara reguler adalah ketahanan kardiorespirasi, kekuatan otot,
fleksibilas,
peningkatan
kemampuan
motorik,
dan
ketangkasan.8,10 Selain itu, aktivitas fisik yang berhubungan dengan menahan berat badan seperti, melompat, berjalan kaki, berlari, dan yang lainnya bisa membantu pertumbuhan tulang anak.8 2.1.7.2 Rekomendasi Aktivitas Fisik Untuk Tiap Usia Menurut rekomendasi yang dikeluarkan oleh WHO, aktivitas fisik yang bersifat sedang serta dilakukan selama 30 menit bisa meningkatkan kesehatan, sedangkan pada anak dan remaja WHO merekomendasikan tambahan waktu aktivitas fisik yang bersifat berat selama 20 menit dalam 3 kali seminggu.8 Menurut CDC dan The United Kingdom Health Education Authority aktivitas fisik yang direkomendasikan untuk anak dan remaja yaitu aktivitas fisik yang bersifat sedang sampai berat dan dilakukan dengan total minimal 60 menit dalam sehari. Guidelines yang dikeluarkan
oleh
Health
Canada
merekomendasikan
menambahkan waktu aktivitas fisik yang telah direkomendasikan selama 30 menit (10 menit merupakan aktivitas yang bersifat berat) dan mengurangi kegiatan menonton televisi, bermain komputer, dan kegiatan lainnya yang tidak membutuhkan gerak otot skeletal lebih banyak.10 Rekomendasi aktivitas fisik yang sesuai usia yaitu:10
13
a. Infants dan Toddlers : Tidak ada rekomendasi pasti aktivitas fisik untuk kelompok usia ini. Pada tahapan usia ini diberikan kebebasan untuk melakukan aktivitas fisik yang menyenangkan menurut anak dibawah pengawasan orang dewasa. b. Preschool-Aged Children (4-6 tahun) Kelompok anak usia ini diberi semangat untuk melakukan aktivitas luar rumah yang menyenangkan, yang mampu mengeksplorasi motorik halus dan kasar, yang bersifat eksperimen bagi mereka dan adanya pengawasan dari orang dewasa. c. Elementary School-Aged Children (6-9 tahun) Pada usia ini, perkembangan motorik anak sudah berkembang makin pesat. Orangtua mengajak anak-anak untuk melakukan kegiatan di luar rumah seperti berjalan santai, menari, bermain lompat tali, dan bermain golf mini. Olahraga yang terorganisir (sepak bola, basket, dll) sudah bisa diperkenalkan, peraturan yang dibuat jangan terlalu sulit dan lebih mengutamakan kesenangan bermain di dalamnya. d. Middle School-Aged (10-12 tahun) Aktivitas fisik yang terorganisir dan taktis. Aktivitas fisik yang bisa dianjurkan oleh para orangtua berupa sepak bola, bulu tangkis, basket, dan yang lainnya. Olahraga angkat berat pada kelompok usia ini dilarang karena bisa menyebabkan gangguan pada pertumbuhan. e. Adolescents Aktivitas
yang
bisa
disarankan
cenderung
yang
berkelompok dan menyenangkan. Kelompok yang dipilih lebih baik berasal dari teman sekitar (sekolah, kampus, atau
14
tempat bekerja) untuk mendapatkan efek jangka panjang dari aktivitas yang dilakukan. Aktivitas yang dilakukan bersama tersebut bisa berupa menari, bersepeda, yoga, dan lainnya. 2.1.8
Hubungan Aktivitas Fisik dan Obesitas Aktivitas fisik secara teori akan membuat seseorang mengeluarkan energi lebih banyak sehingga bisa mencegah terjadinya perkembangan obesitas. Aktivitas fisik bisa mencegah obesitas melalui dua cara, yaitu : a. Aktivitas fisik meningkatkan pengeluaran energi. Teori mengenai energi adalah energi tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat berubah bentuknya saja. Maka dari itu apabila mengkonsumsi
makanan
haruslah
sesuai
dengan
pengeluaran yang dilakukan. Masukan energi = pengeluaran energi Energi makanan terkonsumsi kerja eksternal + panas internal ± energi yang disimpan Dari persamaan di atas bisa terdapat 3 kemungkinan, adanya keseimbangan energi netral (energi masuk = energi keluar), keseimbangan energi negatif (energi masuk < energi keluar), dan keseimbangan energi positif (energi masuk > energi keluar), maka dari itu bila seseorang ingin mengurangi kemungkinan penyimpanan energi melalui makanan, faktor yang harus ditingkatkan adalah kerja eksternal dan panas internal. Melalui aktivitas fisik yang sesuai rekomendasi, maka kerja eksternal akan semakin besar yang akan menyebabkan penyimpanan energi lebih kecil. Pada sebuah penelitian, apabila terjadi keseimbangan energi
positif
dalam
jangka
waktu
menyebabkan timbulnya obesitas.1,12,13
panjang,
bisa
15
b. Aktivitas fisik memliki efek yang bermanfaat bagi metabolisme
substrat.
Metabolisme
substrat
tersebut
bergantung pada peningkatan lemak, dan secara relatif terhadap
karbohidrat.
Metabolisme
substrat
tersebut
berguna untuk penggunaan energi.12 2.1.9
Perilaku Makan Pemicu Terjadinya Obesitas Faktor asupan makanan dan pola makan bisa mempengaruhi kasus obesitas, pengaruh positif (terkait dengan asupan makanan yang berlebih) yaitu bisa menyebabkan atau memperparah obesitas dan pengaruh negatif (asupan makanan yang cukup) bisa menurunkan kemungkinan terjadinya obesitas. Pola makan yang berubah seiring dengan perkembangan zaman, ditenggarai sebagai faktor pencetus tersering timbulnya obesitas. Penurunan harga minyak sayur dan gula merupakan salah satu faktornya, dengan mudahnya mengakses bahan-bahan makanan tersebut maka akan terjadi peningkatan pengkonsumsian energi.14 Populasi dunia saat ini menjadi lebih urban dan pendapatan perkapita tiap negara mulai meningkat. Hal tersebut menjadikan masyarakat semakin meningkat konsumsi gula, lemak (terutama berasal dari junk foods), dan produk-produk hewani sehingga asupan karbohidrat kompleks serta serat menurun, akibatnya terjadi peningkatan konsumsi energi. Apabila peningkatan konsumsi energi tersebut tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai maka akan terjadi keseimbangan energi positif yang artinya energi sisa tersebut akan disimpan dan hal inilah yang merupakan faktor terjadinya obesitas.1,14 Selain itu, tingkat stress akibat pekerjaan juga mempengaruhi kebiasaan makan seseorang, seseorang yang stress cenderung menjadi lebih banyak makan sehingga keseimbangan energi positif akan terjadi pada kasus ini jika tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai.15 Maka dari itu, perilaku makan seseorang merupakan faktor yang paling mudah untuk dikontrol sehingga melalui faktor inilah bisa dilakukannya pencegahan
16
dari obesitas.16 Perilaku makan yang bisa menyebabkan terjadinya obesitas di antaranya yaitu :14 a. Frekuensi memakan snack yang tidak terkontrol Memakan snack di antara waktu makan memang bisa mencegah terjadinya hipoglikemia, akan tetapi konsumsi snack saat menonton televisi atau setelah makan besar, bisa menyebabkan peningkatan konsumsi energi yang signifikan. Tidak hanya frekuensinya saja, kandungan bahan-bahan yang ada dalam snack pun menjadi salah satu faktornya. b. Makan di luar rumah Makanan yang bisa didapatkan di luar rumah cenderung memiliki tingkat energi, kadar lemak, lemak jenuh, kolesterol, dan sodium lebih tinggi daripada makanan rumahan. Selain itu porsi makanan yang disajikan biasanya lebih besar dan tidak sesuai dengan porsi tiap individu. Porsi yang lebih besar meningkatkan konsumsi energi per harinya, sehingga timbul keseimbangan energi positif dan memicu terjadinya obesitas. c. Komposisi kandungan makanan tidak sesuai Komposisi kandungan makanan berperan penting pada proses timbulnya obesitas. Makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi bisa berpotensi menimbulkan obesitas dan penyakit lainnya. Makanan yang mengandung gula buatan memiliki kadar indeks glikemik yang tinggi sehingga proses lapar menjadi lebih cepat dan seseorang akan makan lagi dalam waktu yang berdekatan. Kurangnya karbohidrat kompleks dan serat juga cepat memicu terjadinya lapar sehingga orang akan cenderung makan dalam waktu yang berdekatan juga.
17
2.1.10 Proses Lapar dan Kenyang Proses di dalam otak yang melibatkan sensor fisiologis mengenai makanan serta proses regulasi lapar dan kenyang yang sangat progresif perkembangannya. Di otak, terdapat mekanisme pengontrolan nafsu makan, akan tetapi pengontrolan itu tidak bergantung pada otak saja, terdapat berbagai faktor yang meningkatkan stimulasi dari proses tersebut, diantaranya adalah hormon dan faktor lingkungan.11 Faktor kimiawi juga memegang peranan penting dalam regulasi ini, banyak lemak yang tersimpan dalam tubuh misalnya atau status kenyang dan lapar. Akibat faktor sinyal molekuler yang multipel ini, perilaku makan akhirnya disesuaikan dengan kebutuhan energi jangka panjang dan jangka pendek tubuh. Dalam regulasi jangka pendek, informasi yang digunakan untuk membantu mengontrol fungsi dan frekuensi makan. Sedangkan dalam regulasi jangka panjang, asupan kalori total dan pengeluaran energi total baik maka kandungan energi total tubuh relatif konstan.1 a. Faktor endokrin dan interaksinya dengan sistem yang lebih tinggi : (Gambar 2.1.10.1) a.1. Peran nukleus arkuatus : NPY dan melanokortin. Hipotalamus berperan penting dalam kontrol keseimbangan energi dan asupan makanan, bagian dari hipotalamus yaitu nukleus arkuatus. Nukleus arkuatus berperan dalam kontrol jangka panjang keseimbangan energi dan berat tubuh serta kontrol jangka pendek asupan makanan sehari-hari. Nukleus arkuatus
mengeluarkan
dua
subset
yaitu
NPY
dan
melanokortin yang mempunyai fungsi yang berlawanan. NPY berperan dalam peningkatan asupan makanan sehingga terjadi pertambahan berat badan. Melanokortin merupakan hormon untuk menentukan warna kulit, akan tetapi α melonocyte stimulating hormone yang ada pada manusia berfungsi untuk menekan nafsu makan.1
18
a.2. Leptin dan insulin dalam pengaturan jangka panjang keseimbangan energi. Adiposit (sel lemak) berfungsi untuk tempat menyimpan lemak
trigliserida,
fungsi
lain
dari
adiposit
adalah
mengeluarkan hormon yaitu adipokin yang berperan untuk keseimbangan energi dan metabolisme. Adipokin dalam peran keseimbangan energi dan metabolisme adalah leptin yang memiliki fungsi untuk regulasi berat normal tubuh. Leptin secara spesifik berfungsi untuk penanda kenyang melalui penghantaran sinyal molekuler ke NPY. Leptin bekerja dengan menghambat NPY (perangsang nafsu makan) dan merangsang
pengeluaran
melanokortin
(penekan
nafsu
makan). Kontrol jangka panjang keseimbangan energi juga dipengaruhi oleh insulin. Insulin akan terangsang produksinya jika ada peningkatan konsentrasi glukosa dan nutrien lain, peningkatan sekresi insulin tersebut menghambat sel penghasil NPY nukleus arkuatus sehingga terjadi penekanan asupan makanan.1 a.3. Ghrelin dan peptida YY3-36 (PYY3-36) dalam perilaku makan jangka pendek. Ghrelin merupakan hormon yang dihasilkan lambung yang memiliki fungsi untuk mengatur lapar, mekanisme kerja ghrelin adalah dengan pengaktifan neuron penghasil NPY di hipotalamus sehingga merangsang nafsu makan. Peningkatan sekresi ghrelin terjadi paling tinggi ketika sebelum makan sehingga timbul keinginan untuk makan, kemudian akan mulai menurun saat makanan telah dimakan. PYY3-36 memiliki mekanisme kerja dan fungsi yang berlawanan dengan ghrelin, PYY3-36 paling tinggi kadarnya saat setelah makan yang fungsinya adalah memberikan sinyal kenyang, mekanisme
19
kerjanya adalah dengan menghambat neuron penghasil NPY di hipotalamus.1 a.4. Oreksin dan neuropeptida lainnya. Lateral
hypotalamic area
(LHA) dan
paraventricular
hypotalamic nucleus (PVN) mengeluarkan pembawa pesan kimiawi sebagai respons terhadap masukan dari neuronneuron nukleus arkuatus. LHA menghasilkan neuropeptida oreksin
yang
merupakan
stimulus
asupan
makanan.
Sedangkan PVN, mengeluarkan pembawa pesan kimiawi salah
satunya
adalah
corticotropin-releasing
hormone,
berfungsi untuk mengurangi nafsu makan dan asupan makanan. Terdapat suatu bagian di batang otak yang dikenal sebagai nukleus traktus solitarius (NTS) yang merupakan pusat kenyang. NTS menerima respon kenyang dari hipotalamus dan juga dari saluran cerna serta bagian lain yang menandakan kenyang.1 a.5. Kolesistokinin (CCK) berfungsi sebagai sinyal kenyang. Kolesistokinin (CCK) merupakan salah satu hormon yang bekerja pada traktus gastrointestinal, dikeluarkan oleh mukosa duodenum sewaktu pencernaan berfungsi sebagai sinyal kenyang yang akan menghambat jumlah makanan yang akan dimakan.1
20
Gambar 2.1.10.1 Faktor endokrin dan interaksinya
Sumber: Sherwood, 2010
b. Cita rasa makanan. (Gambar 2.1.10.2) Cita rasa makanan bisa mengubah sinyal dari faktor endokrin dan interaksinya sehingga bisa yang berakibat pada peningkatan nafsu makan salah satunya.11 c. Sensor spesifik kenyang dan efek berbagai macam asupan makanan . (Gambar 2.1.10.2) Yang dimaksud dengan sensor spesifik kenyang yaitu, perasaan kenyang yang dimiliki seseorang terhadap satu jenis makanan tetapi tidak untuk makanan yang lain. Faktor tersebut merupakan faktor penting banyaknya makanan yang dimakan dalam satu kali makan. Banyaknya jenis, rasa, dan tampilan dari berbagai makanan
21
pun merupakan faktor yang meningkatkan berlebihnya asupan makanan.11 d. Jadwal makan yang teratur dan ketersediaan makanan. Jadwal makan yang sudah diatur sebelumnya menyebabkan seseorang makan walaupun dalam keadaan tidak lapar. Mudahnya mencari dan membuat suatu makanan juga berperan dalam peningkatan asupan makanan seseorang.11 e. Tampilan dan porsi makanan : Tampilan makanan melalui sebuah iklan yang “menggoda” akan meningkatkan stimulus visual dan yang lainnya dan akan merangsang pusat makan di otak, hal ini ditingkatkan juga dengan jumlahnya yang banyak, maka akan berpengaruh pada asupan yang berlebih pula.11 f. Kecepatan makan : Saat memulai makan maka akan timbul sinyal yang mengatur mulainya proses pencernaan, jika proses makan terlalu cepat, maka saluran pencernaan belum siap untuk menerima makanan sehingga sinyal kenyang yang dikirimkan ke otak akan lebih lama waktunya yang berakibat pada lebih banyaknya makanan yang dimakan oleh seseorang.11
22
Gambar 2.1.10.2 Efek penglihatan, rasa, bau, dan sentuhan terhadap asupan makanan
Sumber: E.T. Rolls, 2007
2.1.11 Proses Metabolisme Lemak dan Lipogenesis 2.1.11.1 Metabolime Lemak Lemak yang paling banyak kandungannya pada diet seharihari adalah trigliserida, yang mengandung molekul gliserol yang diikat oleh molekul asam lemak. Lipase adalah sebuah enzim yang akan memisahkan trigliserida dan fosfolipid. Terdapat 3 jenis lipase yang akan berperan dalam proses pencernaan lemak yaitu : lingual lipase, gastric lipase, dan pancreatic lipase. Pencernaan lemak berlangsung paling banyak di usus halus dengan bantuan pancreatic lipase, trigliserida akan dipecah menjadi asam lemak dan monogliserida.17 Terjadi proses emulsifikasi sebelum globus besar lemak yang mengandung trigliserida dapat dicerna di usus halus, emulsifikasi adalah proses pemecahan globus lemak yang besar menjadi misel lemak yang lebih kecil dibantu oleh garam empedu. Garam empedu memiliki sifat amphipathic yang artinya memiliki kandungan hydrophobic dan hydrophilic. Hydrophobic
23
pada asam empedu akan berinteraksi dengan globus lipid yang besar, sedangkan regio hidrofilik akan berinteraksi dengan kimus saluran pencernaan yang encer. Proses ini menyebabkan terpecahnya globus lemak tersebut menjadi misel, setelah proses emulsifikasi ini, area cerna akan lebih besar sehingga akan mempermudah kerja pancreatic lipase. Misel mengandung monogliserida dan asam lemak bebas, ketika misel tersebut mencapai sel epitel membran luminal, secara difusi pasif monogliserida dan asam lemak bebas tersebut melepaskan diri dari misel dan menuju bagian interior sel epitelial membran luminal.1,17 Garam empedu melakukan fungsinya sebagai pelarut lemak sepanjang usus halus hingga seluruh lemak telah diabsorpsi. Sementara itu, garam empedu akan direabsorpsi di ileum melalui transport aktif. Monogliserida dan asam lemak bebas yang berada pada interior sel epitelial luminal diresintesis kembali menjadi trigliserida. Trigliserida tersebut kemudian membentuk suatu gumpalan yang diselimuti oleh lipoprotein (disintesis oleh retikulum endoplasma sel epitelial). Gumpalan trigliserida yang diselimuti oleh lipoprotein ini dinamakan kilomikron dan bersifat larut air. Melalui proses eksositosis oleh sel epitelial, kilomikron ditekan menuju cairan intersisial dalam villus. Sesudah itu kilomikron akan masuk ke dalam pembuluh limfe, kilomikron tidak masuk ke pembuluh darah karena membran basalis darah mengandung polisakarida. Saat berada dalam pembuluh limfe, kilomikron baru mengalami penyerapan secara langsung.1
24
Gambar 2.1.11.1.1 Proses absorpsi lemak
Sumber: Sherwood, 2010
2.1.11.2 Lipogenesis Lipogenesis merupakan proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam lemak dan kemudian kemudian sintesis trigliserida yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma dan mitokondria dan jaringan adiposa. Lipogenesis dirangsang oleh diet tinggi karbohidrat, gula, dan lemak.9 Asam lemak, dalam bentuk trigliserida dan asam lemak yang terikat pada albumin didapat dari asupan makanan atau hasil sintesis lemak di hati. Trigliserida yang dibentuk dari kilomikron atau lipoprotein akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang dibentuk oleh adiposit dan disekresi ke dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya. Aktivasi LPL dilakukan oleh apoprotein C-II yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein (VLDL).
25
Kemudian asam lemak bebas akan diambil oleh sel adiposit sesuai dengan derajat konsentrasinya oleh suatu protein transmembran. Bila asam lemak sudah masuk ke dalam adiposit maka akan membentuk pool asam lemak. Pool ini akan mengandung asam lemak yang berasal baik dari yang masuk maupun yang akan ke luar.9 2.1.12 Evaluasi dan Dampak Obesitas 2.1.12.1 Evaluasi Obesitas Hal yang dilakukan jika anak datang dengan keluhan obesitas adalah mengukur terlebih dahulu menggunakan salah satu dari tiga cara yang sudah disebutkan sebelumnya. Apabila kriteria obesitas sudah ditegakkan dengan menggunakan satu dari tiga cara tersebut maka perlu dilakukan penelusuran riwayat obesitas dalam keluarga dan faktor pendukung lainnya (aktivitas fisik dan pola makan), selanjutnya melakukan juga penelusuran dampak penyakit yang mungkin terjadi. Penyakit yang terjadi pada seseorang yang mengalami obesitas bergantung juga pada tingkat keparahan obesitasnya, makin parah obesitasnya makin parah juga kemungkinan komplikasi yang akan terjadi.4,18 2.1.12.2 Dampak Obesitas Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai dampak dari obesitas meliputi, penilaian risiko kardiovaskuler, obstructive sleep apnea syndrome (OSAS), gangguan fungsi hati, masalah ortopedik terutama yang berkaitan erat dengan berat badan yang berlebih, kelainan kulit, potensi timbulnya gangguan psikiatri.4 Faktor risiko kardivaskuler pada seseorang yang menderita obesitas harus memiliki tiga dari faktor lain yaitu : riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau kematian pada usia dini (<55 tahun), dislipidemia (LDL-kolesterol >160 mg/dL, HDL-
26
kolesterol <35 mg/dL) dan peningkatan tekanan darah, merokok, adanya diabetes melitus, dan rendahnya aktivitas fisik.19 Pada anak yang mengalami obesitas juga rentan terjadinya OSAS. Gejala yang timbul dari OSAS yaitu mengorok dan mengompol. OSAS disebabkan oleh adanya penumpukan atau penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang diperberat juga dengan adanya hipertrofi adenotonsilar. Karena adanya obstruksi nafas yang intermiten pada malam hari menyebabkan berkurangnya oksigenasi otak sehingga di siang hari anak yang menderita OSAS cenderung mengantuk di sekolah. Cara untuk menghilangkan OSAS diantaranya adalah dengan melakukan pengaturan makan sehingga bisa menurunkan berat badan, adenotonsilektomi, dan pemakaian continous positive airway pressure (CPAP).4 Kelainan kulit pada anak yang mengalami obesitas terutama terjadi di daerah lipatan, kemungkinan penyakit kulit yang diderita anak obesitas di antaranya adalah ruam panas, intertigo, dermatitis moniliasis, dan acanthosis nigricans (pertanda dari hipersensitivitas insulin), dan jerawat yang bisa menurunkan rasa percaya diri anak. Pada anak yang mengalami obesitas akan mengalami juga masalah psikososial, hal ini disebabkan karena anak yang obesitas cenderung sering diejek oleh teman sebayanya. Anak yang mengalami obesitas sering didapatkan rasa kurang ingin bermain, memisahkan diri dari tempat bermain, tidak diikutkan dalam permainan, serta hubungan sosial canggung atau menarik diri dari kontak sosial.4,20
27
2.1.13 Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas Obesitas adalah kalori yang masuk lebih banyak dari kalori yang dikeluarkan sehingga terjadi penumpukan lemak. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah obesitas di antaranya : pengaturan diet, pengaturan aktivitas fisik anak, modifikasi perilaku, peran orang tua dalam memantau hal tersebut, dan terapi intensif.4 a. Pengaturan diet. Prinsip yang harus diterapkan dalam mengatur diet agar kalori yang dibutuhkan anak sesuai. Anak masih membutuhkan kalori untuk berkembang sehingga retriksi kalori tidak perlu terlalu ketat. Pengaturan diet pada anak tidaklah mudah. Pertama kali yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah menumbuhkan motivasi anak untuk menurunkan berat badan, hal ini dilakukan dengan syarat anak sudah mengetahui berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badan dan umurnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk pengaturan diet anak melalui “the traffic light diet”. Program ini dilakukan dengan cara memberi 3 macam label dengan 3 macam warna, seperti green, yellow, dan red label. Green label merupakan makanan yang rendah kalori dan dapat dikonsumsi setiap hari seperti buah-buahan, susu, dan sayur-sayuran, yellow label adalah makanan yang mengandung kalori sedang serta rendah lemak yang boleh dimakan akan tetapi terbatas asupannya seperti hati ayam, bakso, dan daging kambing. Yang terakhir red label adalah makanan yang tingi kalori serta tinggi lemak yang sangat dibatasi jumlah pengkonsumsiannya seperti sosis, corned beef, dan daging bebek. Diet yang dilakukan dengan seimbang disertai juga komposisi makanan yang sesuai.
28
Penurunan kalori disesuaikan, mulai dengan 200-500 kalori dengan target 0.5 kg per minggu. Penurunan berat badan sampai 10% berat badan ideal dan dipertahankan. Diet seimbang juga haruslah memperhatikan persentase dari 3 kandungan penting pada makanan yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Selama pengaturan diet yang seimbang itu persentase ketiga kandungan penting makanan tersebut adalah : karbohidrat 50-60 %, lemak 30 %, dan protein yang sesuai untuk tumbuh kembang normal 15-20 %.4 b. Pengaturan aktivitas fisik. Pengaturan aktivitas fisik pada program pencegahan obesitas bisa berupa latihan (renang, sepak bola, bulu tangkis, basket, dll) dan meningkatkan aktivitas harian (melakukan les sepulang sekolah, bermain di sore hari) aktivitas harian dianjurkan juga dilakukan selama 20-30 menit perharinya. Menurut sebuah studi, peningkatan aktivitas fisik pada anak gemuk (yang mengalami
obesitas)
bisa
menurunkan
nafsu
makan
dan
meningkatkan laju metabolisme. Kombinasi antara latihan aerobik (lari, renang, sepak bola, bulu tangkis, basket, dll) dan pengaturan diet yang seimbang akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih signifikan daripada hanya dilakukan salah satunya saja.4 c. Modifikasi perilaku. Selain melakukan pengaturan diet dan aktivitas fisik, pengaturan perilaku dalam hal mengkonsumsi makanan dan melakukan kegiatan juga penting untuk dilakukan. Perubahan perilaku tersebut meliputi :4
Pengawasan yang dilakukan oleh anak terhadap berat badan, makanan yang dimakan setiap harinya, dan aktivitas fisik.
29
Mengontrol stimulus/rangsangan untuk makan, contohnya adalah ketika menonton jangan mendekatkan camilan di sekitar anak.
Mengubah perilaku makan, hal ini bisa dilakukan dengan cara makan yang awalnya dengan cepat bisa memperlambat makan, mengurangi camilan, dan menurunkan porsi.
Reward and punishment, cara ini dilakukan oleh orang tua dengan memberi dorongan kepada anak untuk menjaga berat badan tubuh, memberikan pujian jika anak berhasil melakukan perilaku sehat, makan sudah sesuai standar, mau melakukan olahraga, dan berat badannya bisa turun.
Pengendalian diri, yang dimaksud dengan pengendalian diri adalah ketika anak datang ke pesta ulang tahun ataupun pernikahan hendaknya memilih makanan yang berkalori rendah atau apabila sudah memakan kalori tinggi bisa diimbangi dengan latihan yang ditingkatkan.
d. Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru. Peran orangtua sangat penting dalam membantu penurunan berat badan anak. Hal-hal yang bisa dilakukan oleh orangtua diantaranya adalah penyiapan makanan yang seimbang sesuai saran dari dokter ataupun ahli gizi, memberikan dorongan kepada anak, serta memantau pola makan, dan aktivitas anak. Anggota keluarga juga turut berperan diantaranya dengan melakukan penurunan asupan makanan dan peningkatan aktivitas fisik. Guru dan teman punya peran yang tidak kalah penting untuk mendukung penurunan berat badan pada anak.4 e. Terapi intensif. Terapi obesitas pada anak dan remaja dilakukan apabila disertai penyakit penyerta, terapi konvensional tidak memberikan efek. Terapi intensif meliputi 3 kriteria yang terdiri dari diet
30
berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi, dan terapi bedah.4 Jika anak memiliki berat badan (BB) >140% BB ideal (superobesitas) maka diindikasikan untuk melakukan diet kalori sangat rendah (very low calorie diet). Formula diet yang paling sering diterapkan adalah protein-sparing modified fast (PSMF), PSMF adalah formula diet dengan membatasi asupan kalori hanya 600-800 kalori/hari, protein hewani 1,5-2,5 g/kg berat badan, suplementasi vitamin dan mineral, serta minum lebih dari 1,5 L cairan per hari. Diet ini harus lah dengan pantauan dokter dan hanya dilakukan selama 12 minggu.4 Farmakoterapi
sebagai
terapi
untuk
obesitas
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekan nafsu makan misalnya sabutramin, penghambat absorpsi zat-zat gizi misalnya orlistat, dan kelompok-kelompok
lain
termasuk
leptin,
octreotide,
dan
metformin. Untuk terapi obesitas secara farmakologi di tahun 2003 U.S Food and Drug Administration menyetujui bahwa Orlistat 120 mg disertai dengan ekstra suplementasi yang larut dalam lemak.4 Untuk terapi bedah pada kasus obesitas (bedah bariatrik) ada dua, yaitu gastric banding dan vertical-banded gastroplasty yang
memiliki
untuk
mengurangi
retriksi
makanan
dan
memperlambat pengosongan lambung, prinsip kedua yaitu gastric bypass dari lambung menuju akhir usus halus yang berfungsi mengurangi absorbsi makanan. Akan tetapi, sampai saat ini efek jangka panjang dari terapi bedah pada obesitas masih belum diteliti lebih jauh lagi.4 f. Pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan dua macam strategi yaitu strategi pendekatan populasi dan pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi menjadi obesitas. Strategi pendekatan populasi
31
dilakukan dengan cara mempromosikan cara hidup sehat pada smua anak dan remaja beserta orangtuanya, sedangkan pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi menjadi obesitas yaitu edukasi mengenai faktor risiko dan dampak yang terjadi apabila anak menderita obesitas. Upaya yang dilakukan bisa berupa promosi pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan pada anak yang punya kerentanan menderita obesitas. Penelitian membuktikan bahwa menunda pemberian makanan dan memperpanjang jangka pemberian ASI dapat menurunkan kemungkinan terjadinya obesitas.4 Untuk orangtua diberikan pengetahuan mengenai pola diet dan aktivitas fisik seperti :4
Hargai selera makan anak, jangan memaksakan anak untuk menghabiskan porsi makan setiap kali makan, sebaiknya biarkan anak yang mengambil makanannya sendiri agar sesuai dengan porsi yang diinginkan.
Menghindari makanan siap saji atau makanan manis sebisa mungkin.
Batasi jumlah makanan berkalori tinggi terutama yang disimpan di rumah.
Penyediaan makanan dengan komposisi lemak lebih rendah dari 30% kalori total.
Jika ada makanan berlemak sebaiknya disediakan pula makanan yang mengandung sejumlah serat.
Membatasi camilan.
Batasi menonton televisi dan dorong anak agar aktif bermain dengan teman sebaya.
Mendorong anak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
32
Jadwalkan kegiatan keluarga yang menyenangkan namun mampu membakar kalori tinggi (berlari, bersepeda, renang, dan lain - lain).
2.1.12 Kuesioner Penelitian Untuk menilai tingkat aktivitas responden, penelitian ini menggunakan “Baecke Questionnaire for Physical Activities”. Pada “Baecke Questionnaire for Physical Activities” terdapat 3 kategori utama untuk penilaian tingkat aktivitas fisik responden, kategori tersebut yaitu : indeks waktu kerja, indeks olahraga, dan indeks waktu luang. Pada penelitian ini, Baecke Questionnaire for Physical Activities dilakukan sedikit modifikasi pada beberapa pertanyaannya, hal ini ditujukan agar kuesioner ini sesuai dengan kegiatan yang dilakukan para responden sehari-harinya. Dari 3 kategori utama tersebut, pertanyaan kembali dilakukan perincian sehingga terdapat 13 pertanyaan dan 1 pernyataan. Untuk kategori indeks waktu kerja terdapat 7 pertanyaan, indeks olahraga 1 pertanyaan dan 1 penyataan, dan indeks waktu luang 4 pertanyaan. Perilaku makan responden dinilai dengan menggunakan “Child Eating Behavior Questionnaire”. Pada kuesioner tersebut terdapat 35 pertanyaan yang dibagi menjadi 8 kategori, yaitu: food responsiveness (FR), emotional over-eating (EOE), enjoyment of food (EF), desire to drink (DD), satiety responsiveness (SR), slowness in eating (SE), emotional under-eating (EUE), dan food fussiness (FF). Dari 8 kategori tersebut, dibagi kembali menjadi 2 kategori utama, yaitu food approach dan food avoidant. Kategori food approach memiliki hubungan dengan 4 kategori pertama yang sudah disebutkan sebelumnya (FR, EOE, EF, dan DD), sedangkan kategori food avoidant memiliki hubungan dengan SR, SE, EUE, dan FF.
33
2.2
Kerangka Teori Faktor Resiko
Psikososial dan Lingkungan
Genetik
Sensitivitas Reseptor Leptin di Otak
Diet
Kalori
Kurangnya aktvititas fisik
Inhibisi melanocortin Nafsu Makan
Asam Amino
Glukosa Tubuh
Glukosa Darah
Trigliserida adiposit
Insulin VLDL Complex
Glikogenesis di hati dan otak
Trigliserida di Hati
Glikogen di hati dan otak
Lipogenesis
Terjadi dalam kurun waktu yang lama
OBESITAS
2.3
Kerangka Konsep
Genetik
Aktivitas Fisik kurang Pola Makan
Penyimpanan lemak pada tubuh Perubahan lemak menjadi energi Asupan kalori > Kalori yang dibakar
Keterangan : = dilakukan penelitian Obesitas
34
2.4
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi operasional
1
Tinggi badan (TB)
Ukuran digunakan mengukur seseorang
2
Berat badan (BB)
Ukuran yang lazim atau sering untuk mengukur keadaan gizi
3
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Massa tubuh yang diukur dengan membandingkan BB dengan TB
yang untuk tinggi
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Skala Pengukura n Numerik
Meteran
Siswa/siswi diukur dengan badan menempel pada dinding, tumit merapat ke dinding, siswasiswi menghadap ke pemeriksa, mata lurus ke depan dan kepala tegak, kemudian di ukur di atas kepala dengan menggunakan bidang datar.
Timbangan BB
Siswa/siswi naik di atas timbangan selanjutnya dilihat angka pada timbangan. Angka tersebut merupakan BB siswa/siswi
Numerik
Hasil dari pengukuran TB dan BB kemudian dihitung dengan menggunakan rumus IMT. Angka hasil merupakan IMT dari siswa/siswi tersebut.
Numerik
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Disain Penelitian Disain yang digunakan pada penelitian ini adalah disain case control.
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2014.
3.2.2 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jl. Ibnu Taimia IV Komplek IAIN, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan.
3.3
Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yang berusia 7-15 tahun dan menderita obesitas.
3.3.2 Sampel Penelitian Sedangkan untuk sampel penelitian adalah para siswa-siswi obesitas. Variabel terikat pada penilitian kali ini adalah siswa/siswi yang obesitas, sedangkan variabel bebas adalah tingkat aktivitas fisik dan perilaku makan dari tiap siswa/siswi tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel penelitian digunakan rumus yaitu : n= {
(𝑍𝛼+𝑍𝛽) }2 (1+𝑟) 0.5𝑙𝑛[ ⁄(1−𝑟)]
Zα = 1.96
Zβ = 0.84
+3 r = 0.4
Dari hasil rumus di atas didapatkan sampel sebesar 52.
35
36
3.4
Cara Kerja Penelitian
3.4.1 Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Peneliti datang ke Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Meminta izin dari pihak sekolah untuk melakukan pengukuran IMT. Pengukuran IMT dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan kemudian anak yang memiliki IMT kategori obesitas, akan diberikan kuesioner esok harinya.
3.4.2 Pembuatan Kuesioner Pembuatan kuisioner ini berisi tentang poin-poin apa yang mendukung penelitian, yaitu mengenai berat badan dari anak dan orang tua, berbagai aktivitas yang dilakukan anak dan perilaku makan (frekuensi makan dan pola makan) setiap harinya.
3.4.3 Penyebaran Kuesioner di Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Setelah dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu untuk mengetahui IMT dari para siswa/siswi. Kuisioner barulah disebar ke siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang obesitas dan berusia 7-15 tahun. Kuisioner tersebut diberikan kepada siswa/siswi yang kemudian akan diserahkan kepada orangtua dan diisi oleh para orangtua.
3.4.4 Penghitungan Sampel Setelah kuesioner kembali, maka akan dimulai perhitungan sample. Kriteria inklusi pada penelitian kali ini adalah siswa-siswi Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berusia 7-15 tahun yang obesitas dan untuk kontrol adalah siswa-siswi yang non-obesitas. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah siswa-siswi yang diberikan kuesioner tetapi tidak mengembalikan kuesioner.
3.4.5 Alur Penelitian Penghitungan besar sample dan membuat surat izin penelitian di Madrasah Pembangunan
Menghitung BMI siswa/i Madrasah Pembangunan
Membagikan kuisioner kepada siswa/i yang obesitas menurut BMI dan juga non-obesitas
Mengolah data menggunakan SPSS
37
3.4.6 Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan dan Analisis data menggunakan SPSS 16.0.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer di Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan pada bulan Juli dan Agustus 2014. Siswa-siswi yang akan diberikan kuesioner sebelumnya dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Body Mass Index (BMI). Setelah diberikan kuesioner, siswa-siswi tersebut diminta untuk memberikan kuesioner tersebut kepada salah satu orangtua nya untuk diisi. Dari 200 kuesioner yang disebarkan (100 obesitas dan 100 non-obesitas), didapatkan sebanyak 144 kuesioner (72 obesitas dan 72 non-obesitas) yang kembali. Kemudian, dengan teknik simple random sampling dari masing-masing kelompok diambil sebanyak 52, sehingga yang kuesioner diolah sebanyak 104 kuesioner.
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian 4.1.1.1.Lokasi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ibnu Taimia IV Komplek IAIN, Pisangan, Ciputat 15419, Tangerang Selatan. 4.1.1.2.Jumlah Siswa Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 6 angkatan, 1 angkatan berjumlah 8 kelas, untuk total murid tiap angkatan yaitu sebagai berikut: 1. Kelas 1 = 232 anak 2. Kelas 2 = 240 anak 3. Kelas 3 = 228 anak 4. Kelas 4 = 245 anak 5. Kelas 5 = 237 anak 6. Kelas 6 = 240 anak
38
39
4.1.2. Uji Validitas Kuesioner Kuesioner yang digunakan untuk menilai perilaku makan menggunakan Child Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) dan untuk menilai tingkat aktivitas fisik digunakan Baecke Questionnaire for Physical Activities. Kuesioner untuk menilai perilaku makan terdapat 35 pertanyaan yang terbagi menjadi 8 kategori, yaitu: EF (5), EOE (4), EF (4), DD (3), SR (5), SE (4), EUE (4), dan FF (6) sedangkan kuesioner untuk menilai tingkat aktvitas fisik terdapat 13 pertanyaan dan 1 pernyataan yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu: Indeks Waktu Kerja (7), Indeks Olahraga (1+1 pernyataan), dan Indeks Waktu Luang (4). Pada Kuesioner dijawab dengan pilihan ‘Tidak Pernah’, ‘Jarang’, ‘Kadang-Kadang’,’Sering’dan ‘Sangat Sering’. Masing-masing pertanyaan akan diberikan skor sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 2 untuk jawaban ‘Jarang’, skor 3 untuk jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 4 untuk jawaban ‘Sering’, dan skor 5 untuk jawaban ‘Sangat Sering’. Jumlah skor dari tiap kategori akan dibagi dengan banyaknya soal untuk tiap kategori yang dihitung, sehingga akan didapatkan nilai terendah yaitu 1 dan nilai tertinggi 5 untuk setiap kategori yang ada pada tiap kuesioner. Kuesioner didapatkan dari penelitian sebelumnya, kemudia sudah di alih bahasa menjadi Bahasa Indonesia, dan telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan Croanbach Alfa dan didapatkan hasil Croanbach Alfa=0,605 untuk Child Eating Behavior Questionnaire dan Croanbach Alfa=0,687 untuk Baecke Questionnaire for Physical Activities. Suatu instrumen dikatakan memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa > 0,60. Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena kuesioner tersebut sudah memenuhi syarat kelayakan suatu instrumen. 4.1.3. Data Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli-Agustus 2014. Didapatkan responden sebanyak 104 anak, yang terdiri dari 52 anak yang dari hasil pengukuran
40
mengalami obesitas dan 52 anak yang dari hasil pengukuran tidak mengalami obesitas. Tabel 4.1.4.1 Karakteristik Responden Penelitian (Non-Obesitas) No. 1.
2.
3.
Kategori Usia 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Indeks Olahraga Rendah Sesuai Tinggi Jumlah
Responden 7 13 12 9 7 4 52
13,5% 25% 23,1% 17,3% 13,5% 7,7%
46 6 52
88,5% 11,5%
11 21 20 52
21,2% 40,4% 38,5%
Tabel 4.1.4.2 Karakteristik Responden Penelitian (Obesitas) No. 1.
2.
3.
Kategori Usia 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Indeks Olahraga Rendah Sesuai Tinggi Jumlah
Responden 19 10 7 7 5 4 52
36,5% 19,2% 13,5% 13,5% 9,6% 7,7%
40 12 52
76,9% 23,1%
19 19 14 52
36,5% 36,5% 26,9%
Frekuensi responden pada penilitian ini didapatkan untuk kelompok usia tertinggi, pada obesitas terdapat pada usia 7 tahun (36,5%) dan pada kelompok non-obesitas tertinggi pada usia 8 tahun (25%). Sedangkan, untuk jenis kelamin
41
tertinggi untuk kedua kelompok tersebut yaitu laki-laki sebesar 46 responden (88,5%) non-obesitas dan 40 responden (76,9%) obesitas. Sedangkan untuk indeks olahraga yang akan digunakan untuk menilai tingkat aktivitas fisik, didapatkan kategori tertinggi pada kelompok non-obesitas terdapat pada kategori sedang yaitu sebanyak 21 responden (40,4%) dan pada kelompok obesitas kategori tertinggi ada pada kategori sedang dan rendah yaitu sebanyak 19 responden (36,5%).
Tabel 4.1.4.3 Karakteristik Nilai Food Responsiveness Rata-rata Food Responsiveness
No. 1.
2
2.
2
1.9%
2.2
12
11.5%
3.
2.4
9
8.7%
4.
2.6
14
13.5%
5.
2.8
4
3.8%
6.
3
18
17.3%
7.
21
20.2%
8.
3.2 3.4
13
12.5%
9.
3.6
10
9.6%
10.
3.8
1
1.0%
Jumlah
Frekuensi
Responden
responden
pada
104
nilai
rata-rata
untuk
kategori
food
responsiveness ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.8 dengan satu responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 2 dengan dua responden (1.9%). Rata-rata nilai kategori food responsiveness yang memiliki responden paling tinggi yaitu 3.2 dengan 21 responden (20.2%).
42
Tabel 4.1.4.4 Hubungan Food Responsiveness dengan Kejadian Obesitas Obesitas Food Responsiveness
r p n
0,641 0,000 104
Pada tabel hubungan antara Food Responsiveness dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara keduanya. Nilai r= 0,641 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan yang kuat.
Tabel 4.1.4.5 Karakteristik Nilai Enjoyment of Food No.
Rata-rata Enjoyment of Food
Responden
1.
1.75
3
2.9%
2.
2
2
1.9%
3.
2.25
9
8.7%
4.
2.5
15
14.4%
5.
2.75
13
12.5%
6.
3
10
9.6%
7.
3.25
18
17.3%
8.
3.5
15
14.4%
9.
3.75
7
6.7%
10.
4
9
8.7%
11.
4.5
2
1.9%
12.
5
1
1.0%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori enjoyment of food ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 5 dengan satu responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.75 dengan tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori enjoyment of food yang memiliki responden paling tinggi yaitu 3.25 dengan 18 responden (17.3%).
43
Tabel 4.1.4.6 Hubungan Enjoyment of Food dengan Kejadian Obesitas Obesitas Enjoyment of Food
r p n
0,685 0,000 104
Pada tabel hubugan antara Enjoyment of Food dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan nilai r= 0,685 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan yang kuat.
Tabel 4.1.4.7 Karakteristik Nilai Desire to Drink Rata-rata Desire to Drink
No.
Responden
1.
1.33
3
2.9%
2.
1.67
2
1.9%
3.
2
4
3.8%
4.
2.33
4
3.8%
5.
2.67
16
15.4%
6.
3
20
19.2%
7.
3.33
21
20.2%
8.
3.67
22
21.2%
9.
4
8
7.7%
10.
4.17
1
1.0%
11.
4.33
1
1.0%
12.
4.67
2
1.9%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori desire to drink ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.67 dengan dua responden (1.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori desire to drink yang memiliki responden paling tinggi yaitu 3.67 dengan 22 responden (21.2%).
44
Tabel 4.1.4.8 Hubungan Desire to Drink dengan Kejadian Obesitas Obesitas Desire to Drink
r p n
- 0,014 0,888 104
Pada tabel hubungan antara Desire to Drink dengan Kejadian obesitas didapatkan nilai p > 0,05 yang berarti tidak terdapat hubungan antara keduanya. Dan memiliki hubungan yang lemah. Didapatkan nilai r= -0,014 artinya hubungannya sangat lemah.
Tabel 4.1.4.9 Karakteristik Nilai Satiety Responsiveness Rata-rata Satiety Responsiveness
No.
Responden
1.
1.8
2
1.9%
2.
2
4
3.8%
3.
2.2
8
7.7%
4.
2.4
12
11.5%
5.
2.6
17
16.3%
6.
2.8
11
10.6%
7.
3
16
15.4%
8.
3.2
13
12.5%
9.
3.4
15
14.4%
10.
3.5
1
1.0%
11.
3.6
4
3.8%
12.
4
1
1.0%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori satiety responsiveness ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4 dengan dua responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.8 dengan dua responden (1.9%). Rata-rata nilai kategori satiety responsiveness yang memiliki responden paling tinggi yaitu 2.6 dengan 17 responden (16.3%).
45
Tabel 4.1.4.10 Hubungan Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas Obesitas Satiety Responsiveness
r p n
- 0,651 0,000 104
Pada tabel hubungan antara Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara keduanya, didapatkan juga nilai r= -0,651 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya kuat. Hubungan terbalik adalah, semakin besar hasil nilai kuesioner pada kategori Satiety Responsiveness akan menurunkan kejadian obesitas pada responden, sedangkan apabila nilai kuesioner kategori Satiety Responsiveness kecil, maka akan meningkatkan kejadian obesitas pada responden.
Tabel 4.1.4.11 Karakteristik Nilai Food Fussiness Rata-rata Food Fussiness
No.
Responden
1.
1.33
1
1.0%
2.
1.67
1
1.0%
3.
2
5
4.8%
4.
2.17
2
1.9%
5.
2.33
6
5.8%
6.
2.5
12
11.5%
7.
2.67
22
21.2%
8.
2.83
10
9.6%
9.
3
20
19.2%
10.
3.17
6
5.8%
11.
3.33
14
13.5%
12.
3.5
5
4.8%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori food fussiness ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.5 dengan lima responden (4.8%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan satu
46
responden (1%). Rata-rata nilai kategori food fussiness yang memiliki responden paling tinggi yaitu 2.67 dengan 22 responden (21.2%).
Tabel 4.1.4.12 Hubungan Food Fussiness dengan Kejadian Obesitas Obesitas Food Fussiness
r p n
- 0,585 0,000 104
Pada tabel hubungan Food Fussiness dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan juga nilai r= -0,585 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya sedang. Hubungan terbalik adalah, apabila nilai kueisoner pada kategori Food Fussiness besar maka akan menurunkan kejadian obesitas, sedangkan jika nilai kuesioner kategori Food Fussiness rendah maka akan meningkatkan kejadian obesitas.
Tabel 4.1.4.13 Karakteristik Nilai Slowness in Eating No.
Rata-rata Slowness in Eating
1.
1.33
3
2.9%
2.
1.67
2
1.9%
3.
2
4
3.8%
4.
2.33
4
3.8%
5.
2.67
16
15.4%
6.
3
20
19.2%
7.
3.33
21
20.2%
8.
3.67
22
21.2%
9.
4
8
7.7%
10.
4.17
1
1.0%
11.
4.33
1
1.0%
12.
4.67
2
1.9%
Jumlah
Responden
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori slowness in eating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.67
47
dengan dua responden (1.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.33 dengan tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori slowness in eating yang memiliki responden paling tinggi yaitu 3.67 dengan 22 responden (21.2%).
Tabel 4.1.4.14 Hubungan Slowness in Eating dengan Kejadian Obesitas Obesitas Slowness in Eating
r p n
- 0,321 0,001 104
Pada tabel hubungan Slowness in Eating dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya, didapatkan juga nilai r= -0,321 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya lemah. Hubungan terbalik adalah semakin besar hasil kuesioner pada kategori Slowness in Eating akan menurunkan kejadian obesitas pada responden, sedangkan apabila nilai kategori ini kecil maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas.
48
Tabel 4.1.4.15 Karakteristik Nilai Emotional Over-Eating No.
Rata-rata Emotional Over-Eating
Responden
1.
1
1
1.0%
2.
1.5
4
3.8%
3.
1.75
1
1.0%
4.
2
4
3.8%
5.
2.25
30
28.8%
6.
2.5
22
21.2%
7.
2.75
15
14.4%
8.
3
16
15.4%
9.
3.25
4
3.8%
10.
3.5
4
3.8%
11.
3.75
3
2.9%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori emotional overeating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.75 dengan tiga responden (2.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1 dengan satu responden (1%). Rata-rata nilai kategori emotional under-eating yang memiliki responden paling tinggi yaitu 2.25 dengan 30 responden (28.8%).
Tabel 4.1.4.16 Hubungan Emotional Over-Eating dengan Kejadian Obesitas Obesitas Emotional Over-Eating
r p n
0,502 0,000 104
Pada tabel hubungan antara Emotional Over-Eating dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan antara keduanya, didapatkan juga r= 0,502 yang artinya antara kedua variabel memiliki hubungan yang sedang.
49
Tabel 4.1.4.17 Karakteristik Nilai Emotional Under-Eating No.
Rata-rata Emotional Under Eating
Responden
1.
1.5
4
3.8%
2.
1.75
1
1.0%
3.
2
1
1.0%
4.
2.25
16
15.4%
5.
2.5
26
25.0%
6.
2.75
9
8.7%
7.
3
15
14.4%
8.
3.25
20
19.2%
9.
3.5
8
7.7%
10.
3.75
1
1.0%
11.
4
2
1.9%
12.
4.75
1
1.0%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori emotional undereating ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 4.75 dengan satu responden (1%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.5 dengan empat responden (3.8%). Rata-rata nilai kategori emotional under-eating yang memiliki responden paling tinggi yaitu 2.5 dengan 26 responden (25%).
Tabel 4.1.4.18 Hubungan Emotional Under-Eating dengan Kejadian Obesitas Obesitas Emotional Under-Eating r p n
- 0,213 0,030 104
Pada tabel hubungan Emotional Under-Eating dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p < 0,005 yang artinya terdapat hubungan antara keduanya, didapatkan juga nilai r= -0,213 yang berarti terdapat hubungan terbalik yang nilai kekuatannya lemah. Hubungan terbalik adalah semakin besar hasil kuesioner pada kategori Emotional Under-Eating akan menurunkan kejadian obesitas pada responden, sedangkan apabila nilai kategori ini kecil maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas.
50
Tabel 4.1.4.19 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Kerja Rata-rata Indeks Waktu Kerja
No.
Responden
1.
1.88
3
2.9%
2.
2
2
1.9%
3.
2.13
6
5.8%
4.
2.25
7
6.7%
5.
2.38
8
7.7%
6.
2.5
19
18.3%
7.
2.62
3
2.9%
8.
2.63
15
14.4%
9.
2.75
15
14.4%
10.
2.88
11
10.6%
11.
3
8
7.7%
12.
3.13
7
6.7%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori indeks waktu kerja ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 3.13 dengan tujuh responden (6.7%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.88 dengan tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori indeks waktu kerja yang memiliki responden paling tinggi yaitu 2.5 dengan 19 responden (18.3%).
Tabel 4.1.4.20 Hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas Obesitas Indeks Waktu Kerja
r p n
0,058 0,556 104
Pada tabel hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas didapatkan nilai p > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan nilai r= 0,058 yang artinya hubungan keduanya sangat lemah.
51
Tabel 4.1.4.21 Karakteristik Nilai Indeks Waktu Luang
Rata-rata Indeks Waktu Luang
No. 1.
1.5
2.
2
3. 4. 5. 6.
3
7. 8. 9. 10. 11.
Responden 3
2.9%
11
10.6%
2.25
5
4.8%
2.5
8
7.7%
2.75
6
5.8%
38
36.5%
3.25
7
6.7%
3.5
10
9.6%
3.75
1
1.0%
4
12
11.5%
5
3
2.9%
Jumlah
104
Frekuensi responden pada nilai rata-rata untuk kategori indeks waktu luang ini didapatkan untuk kelompok nilai tertinggi pada nilai rata-rata yaitu 5 dengan tiga responden (2.9%) sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu 1.5 dengan tiga responden (2.9%). Rata-rata nilai kategori indeks waktu luang yang memiliki responden paling tinggi yaitu 3 dengan 38 responden (36.5%).
Tabel 4.1.4.22 Hubungan Indeks Waktu Luang dengan Kejadian Obesitas Obesitas Indeks Waktu Luang
r p n
-0,125 0,207 104
Pada tabel hubungan Indeks Waktu Luang dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p > 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya. Nilai r= -0,125 terdapat hubungan terbalik yang kekuatannya sangat lemah. Hubungan terbalik adalah, jika nilai indeks waktu luang semakin besar maka menurunkan kemungkinan kejadian obesitas, jika nilai indeks waktu luangnnya semakin kecil maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya obesitas.
52
Tabel 4.1.4.23 Hubungan Indeks Olahraga dengan Kejadian Obesitas Obesitas Indeks Olahraga
r p n
-0,171 0,083 104
Pada tabel hubungan Indeks Olahraga dengan kejadian obesitas didapatkan nilai p = 0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara keduanya. Didapatkan juga nilai r= -0,171 yang artinya terdapat hubungan terbalik yang kekuatannya sangat lemah. Hubugan terbalik adalah, ketika nilai indeks olahraganya besar maka akan menurunkan kejadian obesitas, jika nilai indeks olahraganya kecil maka akan meningkatkan kejadian obesitas. 4.1.4. Pembahasan Dari 11 kategori yang terbagi dalam 2 jenis kuesioner, didapatkan bahwa kejadian obesitas memiliki hubungan dengan 7 kategori berikut, yaitu: Food Responsiveness (FR), Emotional Over-Eating (EOE), Food Enjoyment (FE), Satiety Responsiveness (SR), Slowness in Eating (SE), Emotional Under-Eating (EUE) dan Food Fussiness (FF) untuk kuesioner yang menggunakan “Child Eating Behavior Questionnaire”. Pada kuesioner untuk menilai perilaku makan anak yaitu “Child Eating Behavior Questionnaire” terdapat 2 kategori utama yaitu food approach dan food avoidant. Dari hasil analisis menggunakan SPSS, didapatkan pada kategori food approach terdapat 3 kategori yaitu FR, EOE, dan EF yang memiliki hubungan dengan kejadian obesitas sedangkan pada kategori food avoidant terdapat 4 kategori yang memiliki hubungan terbalik dengan kejadian obesitas. Yang dimaksud dengan kategori food approach dan enjoyment of food adalah bagaimana perilaku anak sehari-harinya menyikapi makanan yang ada disekitarnya serta untuk melihat apakah terdapat disfungsi pada nafsu makannya, seperti keinginan untuk terus makan jika diberi kesempatan. Pada penelitian ini didapatkan p < 0,05 pada 2 kategori tersebut dan nilai kekuatannya r= 0,641 dan r= 0,685 yang berarti memiliki hubungan dengan kejadian obesitas dan efek dua
53
kategori tersebut tergolong kuat. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, untuk kategori food approach dan enjoyment of food didapatkan pula nilai p > 0,05 serta nilai r= 0.219 dan r= 0.155 yang berarti memiliki hubungan dengan kejadian obesitas akan tetapi efek dua kategori tersebut tergolong menengah kekuatannya.15 Kategori food avoidant yaitu satiety responsiveness dan food fussiness, yang bermakna untuk menunjukkan respon kenikmatan anak terhadap suatu makanan, jika anak cenderung tidak suka makanan tersebut konsekuensinya yaitu anak bisa jadi menolaknya dan tidak menikmati makanan tersebut sehingga respon kenyang lebih cepat. Pada penilitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang berkebalikan pada kedua kategori ini terhadap kejadian obesitas dengan nilai kekuatan yang kuat dan sedang (p = <0,05, r= -0,651 dan r= -0,585). Penelitian yang dilakukan sebelumnya menyebutkan, kedua kategori ini memiliki hubungan yang berkebalikan terhadap kejadian obesitas (p >0,05, r= -0,236, dan r= -0,079) akan tetapi nilai kekuatan hubungannya berbeda, satiety responsiveness memiliki nilai kekuatan sedang dan food fussiness memiliki nilai kekuatan yang rendah.15 Pada kategori food avoidant yang lainnya slowness in eating yang digunakan untuk menilai seberapa cepat anak menghabiskan makanannya dalam satu kali makan menunjukkan adanya suatu hubungan dengan kejadian obesitas. Hasil pada penelitian ini didapatkan nilai p < 0,05 dan nilai r= -0,321 yang artinya memiliki hubungan berkebalikan dengan nilai kekuatan rendah. Penelitian sebelumnya tidak menilai hubungan antara variabel slowness in eating dengan kejadian obesitas.15 Pada kategori berikutnya yaitu emotional over-eating dan emotional under-eating, menunjukan respon anak untuk makan ketika dia sedang menghadapi stress. Pada penelitian ini didapatkan terdapat hubungan antara emotional over-eating dengan kejadian obesitas (p < 0,05) dan memiliki tingkat kekuatan yang sedang (r= 0,502), pada kategori emotional under-eating didapatkan juga adanya hubungan yang berkebalikan dengan kejadian obesitas (p
54
<0,05) dan memiliki nilai kekuatan rendah (r= -0,213). Penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa emotional under-eating yang memiliki hubungan yang berkebalikan dengan kejadian obesitas (p <0,05 dan r= -0,102), sedangkan pada kategori emotional over-eating tidak ditemukan adanya hubungan dengan kejadian obesitas (p >0,05), karena subjek penelitian anak usia 4 tahun.15 Hubungan antara indeks kerja dengan kejadian obesitas didapatkan p >0,05 yang artinya tidak ada hubugan antara indeks kerja dengan kejadian dan memiliki kekuatan hubungan yang rendah (r= 0,058). Hubungan antara indeks olahraga dengan kejadian obesitas tidak didapatkan hubungan berkebalikan antara keduanya, dengan nilai p >0,05 dan kekuatan hubungan yang lemah (r= -0,171). Kriteria indeks waktu luang dihubungkan dengan kejadian obesitas pada penelitian ini juga didapatkan tidak ada hubungan berkebalikan antara keduanya, dengan nilai p >0,05 dan kekuatan hubungan yang lemah (r= -0,125). Penelitian dengan menggunakan kuesioner yang sama Deforche B tahun 2003 didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara ketiga kategori yang terdapat pada kuesioner yang digunakan dengan kejadian obesitas.21 Obesitas bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dikeluarkan. Sesuai dengan persamaan “Masukan energi = pengeluaran energi Energi makanan terkonsumsi = kerja eksternal + panas internal ± energi yang disimpan” serta dihubungkan dengan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa konsumsi makanan berlebihan yang menjadi faktor utama sehingga kalori yang disimpan banyak dan akhirnya terjadi penumpukkan lemak. Penumpukkan lemak yang terjadi dalam waktu yang lama inilah yang mengakibatkan munculnya obesitas.1
55
4.2.
Keterbatasan Penelitian
4.2.1. Penelitian ini hanya dilakukan di satu sekolah saja yaitu Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah sehingga penyebaran datanya kurang merata. 4.2.2. Pada saat pengisian kuesioner harusnya dilakukan dengan metode wawancara. Hal tersebut dilakukan agar tidak adanya manipulasi jawaban.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan
5.1.1. Berdasarkan hasil penilitian ini, didapatkan bahwa faktor yang paling kuat hubungannya dengan obesitas adalah perilaku makan, sedangkan tingkat aktivitas fisik tidak ditemukan ada hubungan. 5.1.2. Dari 11 variabel yang dihubungkan dengan obesitas, didapatkan terdapat 7 variabel yang memiliki hubungan kuat (p <0,05) yaitu Food Responsiveness (FR), Emotional Over-Eating (EOE), Food Enjoyment (FE), Satiety Responsiveness (SR), Slowness in Eating (SE), Emotinal Under-Eating (EUE), dan Food Fussiness (FF). 5.1.3. Sedangkan untuk nilai kekuatan hubungannya, didapatkan 2 kategori yang memiliki nilai kekuatan lemah yaitu SE (r= -0,321) dan EUE (r= -0,231), 2 yang memiliki nilai kekuatan sedang yaitu EOE (r= 0,502) dan FF (r= -0,585), dan 2 kategori lainnya memiliki nilai kekuatan hubungan kuat yaitu FR (r= 0,641), EF (0,685), dan SR (-0,651). 5.1.4. Pada ketiga kategori yang terdapat pada tingkat aktivitas fisik (indeks kerja, indeks waktu luang, dan indeks olahraga) tidak ditemukan adanya hubungan dengan kejadian obesitas.
5.2.
Saran 1. Bagi peneliti berikutnya a. Melakukan penelitian selanjutnya tidak hanya pada satu tempat saja untuk mendapatkan gambaran responden yang lebih merata. b. Melakukan teknik untuk menjawab kuesioner dengan metode wawancara dan juga penggunaan kuesioner untuk menilai perilaku makan dan tingkat aktivitas fisik diperbaiki. c. Untuk kuesioner perilaku makan bisa ditambahkan menggunakan food recall yang dilakukan selama beberapa hari dalam seminggu. 56
DAFTAR PUSTAKA 1. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, edisi 6. Jakarta: EGC. 2010. 17: h. 701-708 2. Kasper, Dennis L, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th edition. New York: McGraw-Hill Company. 2005. 64: h. 422-426 3. Badan Pengembangan dan Penelitian Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh dari www.litbang.depkes.go.id%2Fsites%2Fdownload%2Frkd2013%2FLapora n_Riskesdas2013.PDF. Pada tanggal 28 Juni 2014. Pukul 7.59 PM 4. Sjarif DR. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2011. 13: h. 230-241 5. Dewi SRA. Faktor Resiko Obesitas pada Anak 5 -15 Tahun di Indonesia. Depok, Indonesia. 2011. Makara Kesehatan Vol. 15: h. 37-43 6. Kruger Judy, et al. Behavioral Risk Factor Associated With Overweight and Obesity Among Older Adults: the 2005 National Health Interview Surgery. 2009. Vol. 6: h. 1-17 7. Paramitha AI. Hubungan Pola Makan Anak, Aktivitas Fisik Anak, dan Status Ekonomi Orang Tua Dengan Obesitas Anak Di Sekolah Dasar Kecamatan Pontianak Selatan. 2013. h. 1-15 8. Nowicka, P. Physical Activity-Key Issues in Treatment of Childhood Obesity. 2006. h. 39-45 9. Sudoyo AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III, edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. 2009. 310: h. 1973-1982 10. American Academy of Pediatrics. Active Healthy Living: Prevention of Childhood Obesity Through Increased Physical Activity. Pediatrics. 2006. h. 1834-1842 11. E. T. Rolls. Understanding The Mechanism of Food Intake And Obesity. UK. University of Oxford. 2006. h. 67-72 12. Goran MI, et al. Role of Physical Activity In The Prevention of Obesity In Children. International Journal of Obesity (23). 1999. h. S18-S33
57
58
13. Must, A and Tybor, Dj. Physical Activity and Sedentary Behavior : A Review Of Longitudinal Studies Of Weight And Adiposty In Youth. International Journal of Obesity (29). 2005. h. S84-S96 14. Swinburn, BA, et al. Diet, Nutrition, and The Prevention of Excess Weight Gain and Obesity. Public Health Nutrition (7). 2004. h. 123-146 15. Jansen PW, et al. Children’s Eating Behavior, Feeding Practics of Parents and Weight Problems in Early Childhood: Results from The PopulationBased Generation R Study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activitiy. 2012. h. 1-11 16. Santos, Jose L, et al. Association Between Eating Behavior Scores and Obesity in Chilean Children. Nutrition Journal (10). 2011. h. 1-8 17. Torotora, J Gerard. Principles of Anatomy and Physiology. 12th edition. USA: John Wiley and Sons. Inc. 2009. 24: h. 990-993 18. Behrman, Richard E, et al. Nelson Essentials of Pediatrics. Philadelphia: El Sevier Inc. 2007. 29: h. 140-142 19. Barlow, S.E. Expert Committee Recommendations Regarding The Prevention, Assessment, and Treatment of Child and Adolescent Overweight and Obesity: Summary Report. 2007. h. 230-245 20. American Academy of Pediatrics. Effects of Fast-Food Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children in a National Household Survey. 2004. h. 112-128 21. Deforche B. Physical Fitness and Physical Activity in Obese and Nonobese Flemish Youth. 2003. h. 434-441 22. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika. 2009
59
Lampiran 1 DATA UJI STATISTIK
Analisis Univariat 1. Jenis Kelamin Responden JenisKelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
L
38
73.1
73.1
73.1
P
14
26.9
26.9
100.0
Total
52
100.0
100.0
2. Usia Responden Usia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
7
10
19.2
19.2
19.2
8
20
38.5
38.5
57.7
9
12
23.1
23.1
80.8
10
6
11.5
11.5
92.3
11
2
3.8
3.8
96.2
12
2
3.8
3.8
100.0
52
100.0
100.0
Total
3. Tingkat Indeks Olahraga IndeksOR_Baru Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Rendah
24
46.2
46.2
46.2
Sesuai
15
28.8
28.8
75.0
60
Tinggi
13
25.0
25.0
Total
52
100.0
100.0
100.0
Analisis Bivariat 4. Hubungan Food Responsiveness dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient
1.000
.684**
.
.000
52
52
.684**
1.000
.000
.
52
52
Sig. (2-tailed) N Rerata_FR
Correlation Coefficient
Rerata_FR
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5. Hubungan Emotional Over-Eating dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient
1.000
.490**
.
.000
52
52
.490**
1.000
.000
.
52
52
Sig. (2-tailed) N Rerata_EOE
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Rerata_EOE
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
6. Hubungan Enjoyment of Food dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Rerata_EF
1.000
.749**
.
.000
61
N Rerata_EF
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
52
52
.749**
1.000
.000
.
52
52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
7. Hubungan Desire to Drink dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient
1.000
.078
.
.583
52
52
Correlation Coefficient
.078
1.000
Sig. (2-tailed)
.583
.
52
52
Sig. (2-tailed) N Rerata_DD
Rerata_DD
N
8. Hubungan Satiety Responsiveness dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient
1.000
-.577**
.
.000
52
52
-.577**
1.000
.000
.
52
52
Sig. (2-tailed) N Rerata_SR
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Rerata_SR
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
9. Hubungan Slowness in Eating dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New
Rerata_SE
62
Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient
1.000
-.250
.
.073
52
52
-.250
1.000
.073
.
52
52
Sig. (2-tailed) N Rerata_SE
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
10. Hubungan Emotional Under-Eating dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient
1.000
-.206
.
.143
52
52
-.206
1.000
.143
.
52
52
Sig. (2-tailed) N Rerata_EUE
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Rerata_EUE
N
11. Hubungan Food Fussiness dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Rerata_FF
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Rerata_FF
1.000
-.587**
.
.000
52
52
-.587**
1.000
.000
.
52
52
63
12. Hubungan Indeks Waktu Kerja dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient
1.000
.091
.
.523
52
52
Correlation Coefficient
.091
1.000
Sig. (2-tailed)
.523
.
52
52
Sig. (2-tailed) N Rerata_IWK
Rerata_IWK
N
13. Hubungan Indeks Olahraga IndeksOR_Baru Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
24
46.2
46.2
46.2
2
15
28.8
28.8
75.0
3
13
25.0
25.0
100.0
Total
52
100.0
100.0
14. Hubungan Indeks Waktu Luang dengan Kejadian Obesitas Correlations BMI_New Spearman's rho
BMI_New
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Rerata_IWL
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Rerata_IWL
1.000
-.101
.
.477
52
52
-.101
1.000
.477
.
52
52
64
Validasi Kuesioner 15. Validasi Child Eating Behavior Questionnaire Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .605
35
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
FR1
94.21
52.064
.197
.596
FR2
94.37
50.579
.334
.584
FR3
94.47
54.819
-.081
.619
FR4
94.16
51.474
.303
.589
FR5
94.68
53.895
-.006
.614
EOE1
95.26
50.316
.244
.589
EOE2
94.58
46.480
.553
.553
EOE3
95.47
48.596
.463
.568
EOE4
94.74
46.760
.616
.551
EF4
93.89
54.877
-.085
.615
EF1
93.79
53.287
.116
.602
EF2
94.05
53.386
.111
.602
EF3
94.37
57.912
-.338
.642
DD1
94.47
49.596
.237
.589
DD2
94.47
48.819
.365
.575
DD3
94.21
47.175
.529
.558
SR1
95.32
54.339
-.030
.613
SR2
95.32
54.117
-.007
.611
SR3
95.00
52.667
.133
.601
SR4
94.84
54.918
-.089
.617
SR5
94.63
56.579
-.221
.635
65
SE1
95.00
58.778
-.586
.641
SE2
94.53
52.930
.083
.605
SE3
94.95
50.164
.252
.588
SE4
95.21
54.620
-.075
.624
EUE1
95.21
47.731
.481
.563
EUE2
94.95
54.719
-.070
.617
EUE3
95.16
50.474
.206
.593
EUE4
95.32
50.228
.255
.588
FF1
95.00
54.556
-.077
.628
FF2
95.16
49.029
.598
.567
FF3
95.21
49.509
.366
.578
FF4
95.42
47.702
.586
.558
FF5
94.95
51.164
.251
.590
FF6
95.32
56.006
-.180
.629
16. Validasi Baecke Questionnaire for Physical Activities Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .687
3
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
IWK5
6.32
2.895
.607
.525
IWK6
7.21
2.287
.533
.552
IWK7
6.68
2.339
.425
.720
66
Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN
1. Pernyataan Bersedia Mengisi Kuesioner Penelitian Assalalamu’alaikum Wr. Wb Perkenalkan nama saya Ahmad Riza Faisal Herze, mahasiswa tingkat 3 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini, saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Aktivitas dan Perilaku Makan dengan Kejadian Obesitas pada Siswa/Siswi Madrasah Pembangunan”. Pada kuisioner ini terdapat beberapa pertanyaan dan pernyataan yang harus diisi dan kesemuanya itu berhubungan dengan penilitian yang saya kerjakan. Maka dari itu, untuk mengetahui kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuisioner ini, maka bagian nama dan tanda tangan diharapkan untuk diisi.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Usia : Orang Tua Dari : Bersedia membantu penelitian ini dengan cara mengisi setiap pertanyaan yang ada di kuisioner ini dengan sebaik-baik nya. Tanda Tangan,
Nama
67 KUESIONER TINGKAT AKTIVITAS FISIK ANAK Tulis nomer sesuai kebiasaan aktivitas anak Anda dikolom yang sudah disediakan I. Indeks Kerja 1. 2.
Jenis Pekerjaan? Pelajar Selama disekolah/kelas apakah Anak anda sering duduk?
[ [
] ]
3.
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering Selama disekolah/kelas apakah anak Anda sering bermain/berlarian dalam kelas
[
]
4.
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering Apakah anak Anda ke sekolah dengan berjalan kaki/bersepeda?
[
]
5.
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering Apakah anak Anda membawa tas yang berat saat pergi ke sekolah?
[
]
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering Apakah sepulang sekolah anak Anda merasa sangat lelah?
5. Sangat sering
6.
[
]
5. Sangat sering
7.
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering Apakah sepulang sekolah anak Anda berkeringat?
[
]
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering
5. Sangat sering [
]
II. Indeks Olahraga 8.
9.
Apakah anak Anda biasa berolahraga? 1. Ya 2. Tidak (lanjut ke no. 10) Sebutkan jenis olahraga dan seberapa sering anak Anda berolahraga? Jenis Olahraga Jam/minggu (Intensitas) (waktu)
... Kali/Bulan (proporsi)
9.a 9.b 9.c
III. Indeks Waktu Luang 10.
Selama waktu luang apakah anak Anda sering menonton televisi?
[
]
11.
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering Selama waktu luang apakah anak Anda bermain diluar rumah bersama temannya
[
]
12.
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering Apakah di akhir pekan anak Anda menghabiskan waktu dengan berolahraga?
[
]
13.
1. Tidak pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Sangat sering Berapa menit anak Anda berjalan/bersepeda/berolahraga diwaktu luangnya?
[
]
1. <5 menit
2. 10 – 15 menit
3. 15 – 30 menit
4. 30 – 45 menit
5. >45 menit
Kuesioner Perilaku Makan Pada Anak Beri tanda ceklist atau silang pada setiap pernyataan dibawah ini, pernyataan tersebut mengacu kepada kebiasaan makan anak Anda Tidak Jarang perna h
Kada Serin ngg kadan g
Sangat sering
Anak saya sangat suka makan3
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih banyak saat stres/panik2
□
□
□
□
□
Anak saya punya nafsu makan yang besar5
□
□
□
□
□
Anak saya menyelesaikan makannya dengan cepat6
□
□
□
□
□
Anak saya sangat tertarik pada makanan3
□
□
□
□
□
Anak saya banyak minum disaat makan/waktu luang4
□
□
□
□
□
Anak saya menolak menu makanan baru saat pertama kali mencoba8
□
□
□
□
□
Anak saya makan dengan perlahan6
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih sedikit ketika marah7
□
□
□
□
□
Anak saya senang mencoba makanan baru8
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih sedikit ketika lelah7
□
□
□
□
□
Anak saya sering meminta makanan di luar waktu makannya1
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih banyak
□
□
□
□
□
68
69
ketika ada yang mengganggunya disekolah2 Anak saya akan makan lebih banyak jika diizinkan1
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih banyak ketika merasa gelisah2
□
□
□
□
□
Anak saya senang berbagai jenis makanan8
□
□
□
□
□
Anak saya menyisakan makanan dipiring nya setelah makan5
□
□
□
□
□
Anak saya makan lebih dari 30 menit dalam satu kali waktu makan6
□
□
□
□
□
Tidak Jarang perna h
Kada Serin ngg kadan g
Sangat sering
Anak saya memilih untuk makan ketika diberi beberapa pilihan1
□
□
□
□
□
Anak saya selalu memperhatikan waktu makannya3
□
□
□
□
□
Anak saya merasa kenyang sebelum makannya selesai5
□
□
□
□
□
Anak saya senang makan3
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih banyak ketika merasa senang7
□
□
□
□
□
Anak saya sulit merasa puas dengan makanannya8
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih sedikit
□
□
□
□
□
70
ketika terganggu7 Anak saya merasa kenyang dengan cepat5
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung makan lebih banyak ketika tidak ada hal yang dikerjakan2
□
□
□
□
□
Walaupun sudah kenyang, anak saya masih bisa makan makanan favoritnya1
□
□
□
□
□
Anak saya minum secara terus menerus sepanjang hari4
□
□
□
□
□
Anak saya tidak makan setelah mengkonsumsi snack5
□
□
□
□
□
Jika ada kesempatan, anak saya selalu minum4
□
□
□
□
□
Anak saya cenderung ingin mencoba makanan yang belum pernah dimakan8
□
□
□
□
□
Anak saya tidak suka pada makanan walaupun belum mencoba nya8
□
□
□
□
□
Anak saya selalu menyisakan makanannya1
□
□
□
□
□
Anak saya makan dengan perlahan saat waktu makan6
□
□
□
□
□
Sekian kuisioner untuk penilitian ini, terimakasih atas kerjasamanya semoga kebaikan Bapak/Ibu diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT. Wassalamualaikum Wr. Wb. Salam,
Ahmad Riza Faisal Herze Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Lampiran 2 Riwayat Penulis
Identitas Nama
: Ahmad Riza Faisal Herze
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 05-Agustus-1992
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Cenderawasih No.29 Kampung Sawah
e-Mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
1997-1998
: TK Aisiyah 56
1998-2004
: MI Pembangunan UIN Jakarta
2004-2007
: MTS Pembangunan UIN Jakarta
2007-2010
: SMAN 47 Jakarta
2011 - sekarang
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta