HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA INSTITUSI, PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DENGAN PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN
Oleh: Purwono (Pustakawan Utama UGM)
ORASI ILMIAH DAN PENGUKUHAN PUSTAKAWAN UTAMA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2007
1
HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA INSTITUSI, PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DENGAN PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN Oleh: Purwono (Pustakawan Utama UGM) Tahun 2007
Yth. Bapak dan Ibu, hadirin Majlis Orasi Pustakawan Utama yang berbahagia. Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT , karena hanya dengan rahmat taufik ,dan hidayah-Nya, kita dapat hadir di tempat yang mulia ini Saya menyampaikan penghargaan dan rasa hormat kepada Rektor UGM dan seluruh jajarannya, khususnya Kepala UPU Perpustakaan UGM, yang telah memberikan dukungan dan memfasilitasi penyelenggaraan Orasi Pustakawan Utama ini. Kepada Ketua dan Majlis Orasi Pustakawan Utama, khususnya Bapak Drs. Dady P. Rachmananta, MLIS, Kepala Perpustakaan Nasional RI, saya juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih di dalam proses dan memimpin Orasi Pustakawan Utama yang diadakan pada hari ini. Yth. Bapak dan Ibu, hadirin yang saya muliakan, Judul yang saya sampaikan pada Orasi ini adalah:
HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA INSTITUSI, PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT DENGAN PENGEMBANGAN KARIER PUSTAKAWAN
Pembelajaran (learning) merujuk pada pengetahuan dan keterampilan baru yang didapat melalui evaluasi, studi, pengalaman dan inovasi. Kriteria Baldrige mengenal dua bentuk berbeda tentang pembelajaran; organisasi dan individu. Pembelajaran organisasi dicapai melalui riset dan pengembangan, evaluasi, dan perbaikan siklus, ide dan input dari pelanggan baik internal maupun eksternal, berbagai praktik baik dan benchmark. Pembelajaran personal atau individu didapatkan melalaui pendidikan, pelatihan, dan kesempatan berkembang yang membuat individu tumbuh. Supaya efektif, pembelajaran
2
haruslah dilekatkan pada cara organisasi beroperasi. Yang akan memberikan kontribusi bagi keuntungan bersaing bagi organisasi dan karyawan.
Bapak /Ibu dan hadirin yang berbahagia
Dalam pembelajaran organisasi , Kriteria Baldrige menyampaikan berbagai pertanyaan kepada kita, tentang bagaimana motivasi dan pembelajaran karyawan. Tentang bagaimana pendidikan, pelatihan dan pengembangan karier karyawan organisasi mendukung pencapaian sasaran menyeluruh dan berkontribusi pada kinerja yang tinggi. Tentang bagaimana pendidikan, pelatihan, dan pengembangan karier membangun pengetahuan, keterampilan, dan kapabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Perpustakaan, seperti juga organisasi yang lain, merupakan kesatuan sosial (social entity) dengan batas-batas yang realtif dapat diidentifikasikan dan dapat dikendalikan secara sadar pada satu arah yang konsisten. Sebagai suatu kesatuan social, perpustakaan terdiri dari kelompok orang dengan sifat dan perilaku individu yang berbeda-beda, berinteraksi, saling mempengaruhi dan mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Apabila kita memandang perpustakaan sebagai sebuah organisasi maka organisasi berarti menyusun struktur kekuasaan formal, dengan batasan jelas dan dikoordinasi untuk mencapai objek tertentu. Objek ini dicapai dengan gabungan usaha berbagai spesialis dalam organisasi. Pola organisasi perpustakaan yang satu berbeda dengan yang lain, seperti
Perpustakaan UGM berbeda dengan UII,UIN, PPNY-BATAN, Universitas
Atmajaya, Universitas Sanata Dharma, ISI, Perpusda dan sebagainya. Masing-masing ditentukan oleh tujuan perpustakaan, sifat pemakai, jenis staf perpustakaan, jenis dokumen yang ditangani, (misalnya buku cetak berbeda dengan audio visual), sistem keuangan, gedung perpustakaan, sikap pimpinan terhadap perpustakaan, pandangan hidup kepala perpustakaan, dsb. Dalam memilih pola organisasi perpustakaan, biasanya dipilih antara administrasi dan jasa terpusat (sentralisasi) dengan tidak terpusat (desentralisasi). Pertanyaan yang muncul adalah, organisasi, manajemen dan tipe kepemimpinan yang bagaimana yang tepat untuk diterapkan pada kelembagan seperti Perpustakaan UGM, sehingga mampu beradaptasi secara berkelanjutan di abad yang kompetitif, cepat
3
berubah, penuh dengan ketidakpastian, harus bergerak cepat, serta tipisnya batas-batas geografis pada era kesejagatan (global). Lalu bagaimana pola “pembelajaran organisasi” agar ada persamaan persepsi di antara komponen organisasi dalam mengahadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi? Konsep
pembelajaran organisasi
memainkan peranan dalam penanganan
perubahan. Garvin (1994) mendiskripsikan pembelajaran organisasi kedalam lima aktivitas keterampilan:
1. penanganan masalah secara sistematis, 2. percobaan-percobaan dengan pendekatan baru, 3. belajar dari pengalaman masa lalunya, 4. belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan oleh orang lain, 5. transfer ilmu pengetahuan dengan cepat dan efisien kedalam organisasi.
Pendekatan yang potensial bagi perpustakaan dan pelayanan informasi adalah segera menangani masalah yang telah jelas teridentifikasi.
“The learning organization offers a splendid forum for the entire library to engage in self-examination. What can it stop doing? What must it maintain? How can it innovate by substitution? These are examples of questions that the learning organisasion should pose and answer”. (Riggs, 1997) Perpustakaan yang merupakan organisasi besar yang memiliki otonomi, selayaknyalah pembelajaran organisasi termasuk di dalamnya ada kesadaran mengubah diri. Sebuah keanehan dapat terjadi:
“This is an organization of learning, but is it a learning organisation ?” (University Staff Development Officer). Perpustakaan dan pelayanan informasi sebagai komponen suatu unit yang lebih besar, akan mudah berubah pikiran. Pemahaman, pengelolaan, dan penanggulangan perubahan jelas tidak hanya menyangkut prosedur yang diterapkan di lingkungan kerja. Termasuk
4
di dalamnya adalah isu-isu berkaitan dengan struktur, strategi, dan personil termasuk budaya organisasi.
Bapak/Ibu dan hadirin yang terhormat
Dalam upaya pengembangan karier pustakawan, banyak orang berpendapat jika sudah menjadi pustakawan
kariernya sudah “mentok”/berhenti, bahkan di antara
pustakawan sendiri sudah berpikir mengenai karier yang tidak mungkin berkembang. Sika-sikap pesimistis seperti ini akan membuat seseorang tidak bergairah bekerja, akhirnya mereka tenggelam dalam pekerjaan rutin, tidak berfikir bagaimana caranya mengembangkan kariernya. Kita harus menyadari bahwa profesi pustakawan dapat dikembangkan, tidak selamanya hanya menunggu buku di perpustakaan, akan tetapi, hal ini tergantung kepada kita masing-masing untuk memacu diri dalam pengembangan karier. Kita harus berpikir positif bahwa pengembangan karier adalah hal yang sangat diperlukan, seperti berpartisipasi dalam kegiatan profesional. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pustakawan dalam rangka pengembangan karier, misalnya ikut aktif dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam seminarseminar, menulis atau mengadakan penelitian mengenai hal-hal yang sedang trend, dan lain-lain.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karier
(Samiyono, 1996), antara lain; sebagai berikut: 1) Organizational expectation. Hal ini berkaitan dengan tujuan lembaga atau institusi tempat perpustakaan bernaung , apakah lembaga tersebut memberikan kesempatan pustakawannya untuk mengembangkan karier, seperti studi lanjut. Jika tidak diberi kesempatan, tampaknya karier akan terhambat, bahkan bisa buntu. Untuk lembaga yang memberikan kesempatan, hal ini harus dimanfaatkan pustakawan sebaik mungkin 2) Educational aspects. Bagi yang akan melanjutkan pendidikan, yang perlu diingat adalah
organization’s expectations
dengan mengidentifikasikan tujuan dan
harapan dari organisasi tempat kita bekerja
5
3) Self analysis.
Jika kita akan memulai mengembangkan karier, perlu
mengintrospeksi diri mengenai kelemahan-kelemahan dan kekuatan kita, dan apakah yang menjadi tujuan utama pengembangan karier kita. Hal itu penting karena berkaitan dengan energi, waktu, dan biaya yang akan digunakan dalam pengembangan kakrir 4) Areas of expertise. Agar kita lebih menguasai sesuatu bidang tertentu, harus dipikirkan spesialisasinya, seperti katalogisasi, akuisisi, referensi, otomasi dan pengembangan koleksi. Kita harus menyadari keahlian atau bidang yang kita mampu mengerjakan dengan baik dibanding yang lain, sebaiknya hal tersebut diperdalam. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah mengenai antisipasi perkembangan informasi dan teknologi, jangan sampai kita mengambil program yang sudah basi.
Setiap perbuatan pasti mengandung risiko sebagi hal yang harus dibayar, begitu juga dengan
pengembangan karier, ada konsekuensi negatif dan positif. Hal yang
ditimbulkan, yang negative, seperti kecemburuan sosial di antara rekan kerja, frustrasi karena di lingkungan kerja belum maju, sedang kita sudah maju, yaitu keadaan yang tidak seimbang, dan yang terakhir apa yang sudah dipelajari tidak bisa diterapkan. Positifnya, antara lain kita bisa mengerjakan lebih baik, mendapat keterampilan baru, mendapat kesempatan untuk promosi, dan aktualisasi diri. Bagaimanapun juga sebagai pustakawan harus mengembangkan
profesi agar
masyarakat sadar akan kehadiran dan peran pustakawan dalam rangka turut mencerdaskan bangsa melalui penyediaan informasi. Pengembangan karier tidak hanya melibatkan uang saja, tetapi juga kreativitas, talenta, dan intelektualitas. “Career development and effective combination of participation and creativity, also help focus talents and stimulates intellect”. Pada akhirnya “Being librarian is a career, not just a job”.
6
Bapak/Ibu dan hadirin yang mulia Konsep pembelajaran sepanjang hayat atau lifelong learning, bukan merupakan sesuatu konsep yang baru dalam sistem pendidikan nasional. Namun demikian, akibat dari adanya perubahan masyarakat baru yang kehidupannya berbasis pada ekonomi informasi, atau pengetahuan maka konsep belajar sepanjang hayat harus menjadi keutamaan dalam pembangunan negara. Konsep pendidikan sepanjang hayat merangkum pengertian yang sangat luas. Konsep ini merujuk pada proses demokratisasi dalam pendidikan yang mencakup program peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang didapatakan secara formal di bangku sekolah, pusat latihan, dan kursus-kursus, atau secara informal berdasarkan pengalaman dan pelatihan di tempat kerja. Di dalam sebuah organisasi, konsep ini merujuk kepada proses pada tempat pekerja (pegawai) mendapatkan pengetahuan (tacit knowledge) serta melalui pengalaman bagi peningkatan keterampilan.
Pendidikan sepanjang hayat menuntut pekerja
memahami keseluruhan sistem kerja, termasuk hubungan kerja di antara mereka, unit kerja
dan
organisasi.
Pekerja
diharapkan
mendapatkan
keterampilan
baru,
menerapkannya dalam lingkungan kerjanya dan tentu saja bersama-sama dengan pekerja lainnya. Pengalaman yang bersifat pengetahuan seperti ini tidak akan dapat dipelajari sebagaimana pada umumnya, tidak juga secara formal dan pelatihan. Pengetahuan ini memerlukan pemikiran yang terus menerus dalam karya cipta, deseminasi, dan memahami arti organisasi ilmu pengetahuan (knowledge management). Berdasarkan pada pandangan di atas pembelajaran sepanjang hayat dapat disimpulkan sebagai berikut: •
Proses pembelajaran seseorang secara terus-menerus sesuai dengan tujuan peningkatan kemahiran atau meningkatkan kinerja dalam sesuatu bidang pekerjaan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang,
•
Proses pembelajaran seseorang untuk peningkatan ilmu pengetahuan tidak akan berakhir ketika sesorang itu meninggalkan bangku sekolah, pembelajaran sepanjang hayat adalah proses sepanjang hayat pula.
7
Bapak /Ibu dan hadirin yang terhormat
Marilah kita tinjau sekilas sejarah pendidikan perpustakaan di Indonesia. Dari sejarah perkembangannya, pada awalnya pendidikan perpustakaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga berkeahlian yang secara praktis dapat mengelola
perpustakaan dengan baik. Itulah sebabnya hakikat pendidikan perpustakan pada waktu itu merupakan pendidikan keahlian profesional, yaitu program pendidikan yang sematamata diarahkan agar kelak lulusannya dapat melaksanakan tugas-tugas pekerjaannya dengan baik di perpustakaan (Shera, 1972 dalam Nurhadi, 1988). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perpustakaan bertugas menciptakan tenaga terampil. Perkembangan pendidikan perpustakaan selanjutnya, dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan fungsi pendidikan perpustakaan semakin luas. Pendidikan perpustakaan juga diarahkan untuk menghasilkan tenaga ahli di bidang perpustakaan. Lulusan pendidikan perpustakaan tidak hanya menjadi tenaga terampil, tetapi diharapkan mampu mengembangkan konsep-konsep baru yang mampu meningkatkan penyelenggaraan perpustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya bahwa lulusan pendidikan tidak hanya mampu bekerja di lapangan, tetapi juga mampu melakukan penelitian dalam bidang perpustakaan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pengembangan individu sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis, dan emosi seseorang. Dalam proses pendidikan ini akan ada interaksi antara orang tua, anak, guru, dan lingkungan yang dalam interaksi ini akan terjadi sosialisasi norma, nilai, dan komunikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar terjadi interaksi yang harmonis dan transformasi informasi secara lancar, diperlukan adanya kurikulum yang memadai. Dengan kurikulum diharapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Tercapainya lulusan yang menguasai keterampilan dan keahlian bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Pada tingkat pendidikan profesional diharapkan mampu meluluskan tenaga menengah yang memiliki kemampuan
8
keterampilan/hastawi yang diperoleh melalui pendidikan. Sedangkan pada tingkat pendidikan akademik diharapkan mampu meluluskan tenaga ahli yang mampu mengembangkan bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi serta mampu menyelenggarakan sistem perpustakaan yang baik. 2. Mengembangkan ilmu perpustakaan dan profesi pustakawan. Ilmu perpustakaan dan profesi pustakawan akan berkembang dengan baik dan terarah melalui pendidikan
dengan
kurikulum
yang
memadai.
Semakin
meningkatnya
penyelenggraan pendidikan pustakawan secara formal dan nonformal akan mendorong percepatan pengembangan ilmu perpustakaan dan profesi pustakawan. 3. Mengembangkan sistem perpustakaan dan informasi. Dengan kepemilikan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan pengelola perpustakaan diharapkan mampu mengembangkan sistem perpustakaan. Selama ini sebagian besar perpustakaan kita masih menganut sistem perpustakaan yang konvensional. Untuk beberapa perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan nasional mulai menampakkan adanya perkembangan yang baik. 4. Sesuai dengan perkembangan pendidikan pemakai dan meningkatnya kualitas dan kuantitas informasi, hal ini menuntut adanya perubahan sistem perpustakaan dan informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan pemakai perpustakaan semakin tinggi tuntutan informasi yang mereka perlukan, baik kualitas maupun kuantitasnya, yang berakibat
keharusan mengembangkan sistem informasi.
Disamping itu, semakin meningkat pertumbuhan lembaga-lembaga sosial, menuntut pengembangan sistem informasi dengan ukuran dan kompleksitas yang sebanding (Winardi, 1990).
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui pengajaran, pembimbingan dan pelatihan. Proses pendidikan ini antara lain, membentuk peserta didik untuk memiliki kecakapan yang fundamental, baik secara intelektual maupun emosional. Untuk mencapai tujuan pendidikan, diperlukan adanya kurikulum. Kurikulum disusun dengan tujuan untuk menonjolkan tujuan pendidikan nasional, dengan tetap memperhatikan perkembangan
9
peserta didik secara fisik dan mental, kondisi lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan IPTEK dan jenjang pendidikan. Untuk memenuhi tuntutan ini, suatu kurikulum perlu disesuaikan
dengan
kekinian (kemutakhiran), muatan lokal, berorientasi masa depan, dan kepentingan satuan pendidikan. Berangkat dari titik tolak ini, maka dapat ditinjau kembali kurikulum pendidikan pustakawan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Peninjauan ini dimaksudkan untuk menyesuaikan output/lulusan dengan kepentingan pasar dan tetap memperhatikan bobot lulusan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Tanpa meremehkan usaha Perpustakaan Nasional RI dalam meningkatkan jumlah pustakawan terdidik dengan menyelenggarakan diklat penyetaraan Tipe A, B, dan C , tampaknya perlu ditinjau ulang kebijakan tersebut, terutama tentang kurikulum, silabi, dan bobot SKSnya. Sebab, perlu dipikirkan lebih jauh bahwa jangan sampai terjadi dengan adanya program penyetaraan itu justru akan mengurangi bobot dan kualitas pustakawan. Pendidikan tenaga perpustakaan di Indonesia diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (jenjang pendidikan profesional dan akademis) dan jalur pendidikan nonformal (dilkat, penataran). Pendidikan formal merupakan sistem pendidikan yang dilaksanakan di sekolah maupun perguruan tinggi yang bersifat gradual, hirarkis dan berkelanjutan. Jenjang pendidikan professional, yaitu pendidikan diploma mulai dari Diploma 1 sampai Diploma 4. Kelanjutan dari pendidikan diploma, yaitu Spesialis 1 dan Spesialis 2. Pendidikan profesional bidang perpustakaan di Indonesia baru samapai Diploma 3. Jenjang pendidikan akademis, yaitu sarjana (gelar) atau S-1, dapat dilanjutkan ke program magister atau S-2 dan dapat dilanjutkan ke program doktor atau S-3. Pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar pendidikan formal (sekolah) seperti penataran, kursus, pelatihan, magang, dan lain lain. Adapun struktur program pendidikan perpustakaan meliputi empat kawasan pokok, yaitu pengetahuan tentang sifat dokumen dan perannya dalam pembinaan koleksi, kemampuan dalam mengorganisasikan pengetahuan, kemampuan untuk meneliti dan menganalisis kebutuhan pemakai perpustakaan serta untuk memencarkan (menyebarluaskan) informasi dalam rangka melayani dan menjawab setiap permintaan (The Information Proffesions and Professional Education, 1989, sebagaimana dikutip oleh Nurhadi, 1994:67)
10
Pendidikan tinggi ilmu perpustakaan yang ada di Indonesia masih beragam, baik sistem, jenis maupun tingkat kompetensinya.
Bapak/Ibu dan hadirin yang mulia
Perpustakaan modern pertama di Indonesia adalah perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschap yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1778. Seabad kemudian, muncul perpustakaan-perpustakaan khusus, termasuk di antaranya perpustakaan sekolah (Sulistyo-Basuki, 1991: 180). Pada waktu itu seluruh perpustakaan yang ada ditangani oleh orang-orang Belanda karena tidak ada orang Indonesia yang pernah mendapatkan pelatihan perpustakaan. Selama masa penjajahan Jepang (1942-1945), perpustakaan-perpustakaan yang didirikan oleh Belanda itu ditiadakan, kecuali perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi. Itulah sebabnya tidak ada perpustakaan yang aktif pada saat kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949, konflik antara Belanda dengan pejuang-pejuang bangsa Indonesia masih terus berlangsung dan pemerintah Indonesia yang baru, sehingga terus berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah pemerintah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan negara Republik Indonesia pada tahun 1949, pemerintah Indonesia berusaha sekuat tenaga untuk memberantas buta huruf dengan cara mendirikan berbagai perpustakaan umum. Untuk menyediakan sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan-perpustakaan itu, sebuah kursus pelatihan perpustakaan didirikan pada tahun 1952 oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nama kursus pelatihan perpustakaan ini lebih merupakan Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan dengan direktur pertamanya Mrs. C Vreedede-Stuers (1953,99). “Pelatihan ini dirancang untuk membekali para siswanya dengan pengetahuan, keterampilan teknis mengelola sebuah perpustakaan serta dilengkapi dengan instruksi dan latihan dalam menangani pekerjaan rutin di perpustakaan.” (Sjahrial, 1975, 84-89)..Jenjang waktu kursus perpustakaan ini adalah dua tahun, dan kebanyakan siswanya adalah pegawai-pegawai perpustakaan dari berbagai instansi pemerintah, yang belum pernah mendapatkan pendidikan formal di bidang perpustakaan
11
Pada tahun 1956, nama kursus tersebut diubah menjadi Kursus Pendidikan Ahli Perpustakaan dengan lama pendidikan dua tahun. Nama kursus ini diganti lagi pada tahun 1959 menjadi Sekolah Perpustakaan dan lama waktu kursus diperpanjang menjadi tiga tahun. Syarat bagi mereka yang mendaftar Sekolah Perpustakaan ini adalah mempunyai ijazah sekolah menengah tingkat atas. Pada tahun 1961, program ini dimasukkan menjadi bagian dari Sekolah Keguruan pada Universitas Indonesia Jakarta. Pada tahun 1963, di bawah naungan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, program ini menjadi Jurusan Ilmu Perpustakaan. Pada awalnya, syarat pendaftaran untuk menjadi mahasiswa program ini adalah lulusan sekolah menengah atas. Akan tetapi, pada tahun 1969, pemerintah mengubah kebijakan yang berkaitan dengan syarat pendaftaran tersebut adalah; mereka yang mendaftar program ini harus mempunyai ijazah sarjana muda dari jurusan apa pun. Pada tahun 1975, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung menyelenggarakan program yang hampir sama di bidang ilmu perpustakaan, yang juga mensyaratkan para pendaftarnya memiliki ijazah sarjana muda. Dalam hal ini, sebagian besar mahasiswa mendaftar program ini adalah para Sarjana Muda di bidang pendidikan (Zen, 1992, 6).Ijazah sarjana muda sebagai persyaratan untuk mendaftar jurusan Ilmu Perpustakaan ini terus diberlakukan sampai akhir tahun 1970. Keadaan ini berubah ketika pemerintah melakukan restrukturisasi sistem pendidikan pada tahun 1982. Sebagai akibatnya, ada dua jenis program di bidang ilmu perpustakaan pada tingkat pendidikan tinggi di Indonesia, yakni program akademik atau program sarjana dan program diploma atau program profesional. Menurut Sulistyo Basuki, tujuan program diploma adalah untuk membentuk individu berketerampilan yang dapat langsung masuk ke pasar kerja. Program ini terdiri dari empat tipe, yaitu diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Di sini, nomor menunjukkan lama waktu pendidikan yang harus ditempuh (misalnya, mahasiswa program diploma 1 harus menyelesaikan studinya dalam waktu satu tahun). Sejauh ini program diploma 4 belum pernah dijalankan (Sulistyo Basuki, 1993:41). Pada tahun 1988, pemerintah Indonesia memberikan status profesional pada pustakawan yang sedikitnya telah memiliki ijazah/sertifikat diploma 2. Kebijakan ini menyebabkan munculnya program diploma 2 atau 3 bidang ilmu perpustakaan yang ditawarkan oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tujuan utama program ini adalah untuk menghasilkan asisten pustakawan yang memiliki keterampilan tugas-tugas
12
pelayanan perpustakaan tingkat menengah (Sulistyo-Basuki, 1991). Program akademik terdiri dari tiga jenjang: Program S-1 atau sarjana yang sederajat dengan tingkat Bachelor pada jenjang pendidikan di Amerika Serikat atau di Inggris, dengan lama pendidikan sekitar empat tahun. Program S-2 atau magister dengan lama pendidikan sekitar dua tahun dan Program Strata-3 atau doktor. Program pendidikan perpustakaan yang ada di Indonesia belum mencukupi kebutuhan akan pustakawan bagi 200 juta penduduk Indonesia (Zain, 2002: 3-4). Lebih jauh lagi, program-program pendidikan perpustakaan mempunyai pembagian geografis yang tidak merata karena sebagian besar program tersebut berada di pulau Jawa (Sulistyo-Basuki, 1993: 43). Dana yang disediakan untuk mengelola program pendidikan perpustakaan sangat terbatas (Sulistyo-Basuki,1993: 43), di samping langkanya jurnaljurnal terkini dan buku-buku tentang perpustakaan yang ditulis dalam bahasa Indonesia sehingga menyulitkan mahasiswa dalam menyerap teori-teori baru di bidang ilmu perpustakaan (Sulisto-Basuki, 1993: 44). Kecilnya kesempatan kerja bagi lulusan program pendidikan perpustakaan, status pustakawan yang rendah di mata masyarakat dan juga gaji pustakawan yang kecil membuat mahasiswa enggan untuk mengambil program ini (Sulistyo-Basuki,1993: 44). Kurangnya koordinasi antarprogram pendidikan perpustakaan di Indonesia menyebabkan penetapan standar pendidikan sulit dilakukan, dan hingga saat ini Ikatan Pustakawan Indonesia tidak mempunyai otoritas untuk memberikan akreditasi program pendidikan perpustakaan di Indonesia (Sulistyo-Basuki, 1993: 44). Lebih dari itu, program-program yang berusaha merespon kebutuhan informasi dengan menawarkan mata kuliah yang lebih modern menemui kenyataan bahwa kurikulum pendidikan perpustakaan yang ada belum dirancang secara baik (Zain, 2001). Untuk ini dibutuhkan pembaruan kurikulum jika ingin keberhasilan programprogram ini sebanding dengan apa yang telah dicapai di negara-negara lain. Hal ini perlu segera diatasi sebab akan membantu dalam memecahkan masalah-masalah lain. Jika kurikulum pendidikan telah dirancang dengan baik, fakultas dapat menentukan langkah selanjutnya untuk menjalankan program, seperti berapa banyak staf fakultas yang dibutuhkan dan apa saja fasilitas pendidikan yang
dibutuhkan untuk mendukung
penerapan kurikulum tersebut. Untuk merancang kurikulum yang dapat memenuhi
13
kebutuhan masayarakat kota dan desa membutuhkan perencanaan yang didasarkan pada apa yang terjadi secara luas saat ini. Perlu dilakukan evaluasi atas kurikulum pendidikan perpustakaan yang dipakai saat ini. Apakah lulusan program ini tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh di sekolah dengan kebutuhankebutuhan di tempat kerja baik di desa maupun di kota? Kompetensi seperti apakah yang dibutuhkan untuk menjadi pustakawan yang siap bekerja di ketiga jenis perpustakaan yang ada di Indonesia? Kompetensi ini harus tercermin pada terpenuhinya standar kualifikasi yang diharapkan untuk jenis perpustakaan tertentu dan dapat ditunjukkannya keterampilan dan kemampuan oleh mereka yang mempunyai kualifikasi tersebut. Penelitian mengenai masalah ini perlu dilakukan agar dapat menentukan standard kompetensi tingkat nasional.
Bapak/Ibu , hadirin yang saya hormati dan muliakan
Pada bagian ini, saya akan menyampaikan simpulan dan saran sebagai berikut.
Pustakawan merupakan salah satu unsur penggerak mekanisme organisasi atau lembaga kerja yang disebut perpustakaan. Untuk itu, diperlukan sejumlah tenaga yang berkualifikasi pustakawan sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan akan pustakawan bergantung pada volume kerja, daya kerja pustakawan dalam satuan waktu tertentu dan lamanya waktu penyelesaian pekerjaan yang diharapkan. Volume pekerjaan dalam suatu perpustakaan dapat timbul dari beberapa factor, yaitu faktor pertumbuhan perpustakaan, faktor pengguna untuk dilayani, faktor kreativitas pustakawan serta pengembangan koleksi dan jasa perpustakaan. Agar perpustakaan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya seperti yang diharapkan, diperlukan pejabat pustakawan yang terdidik yang memiliki kompetensi yang diperlukan. Agar pejabat pustakawan memiliki kualifikasi sebagai tenaga terdidik perlu ada persyaratan penerimaan tenaga (merekrut) dengan latar belakang pendidikan di bidang perpustakaan. Di samping itu, kualifikasi dapat pula ditingkatkan lewat pendidikan dan pelatihan bagi pustakawan yang telah ada. Latar belakang pendidikan ini berpengaruh
14
terhadap kinerja seseorang. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja pustakawan, di samping pendidikan, juga penempatan, rotasi kerja, iklim dan situasi kerja serta sistem manajemen. Pendidikan tinggi belum menjamin kinerja yang baik jika situasi/ sistem manajemen perpustakaan tidak memberi kesempatan pada pustakawan untuk berkarya dalam upaya pengembangan kariernya. Yang tidak kalah penting adalah motivasi pustakawan dalam menghadapi tantangan dan menjadikannya sebagai peluang, dan tentu saja kesadaran para pustakawan akan pembelajaran sepanjang hayat.
Bapak /Ibu, hadirin yang saya hormati dan muliakan
Berkat bimbingan, inayah dan hidayah Allah SWT, Alhamdulillah sidang Majlis Orasi Pustakawan Utama ini dapat diselengarakan. Untuk itu, saya bersyukur ke hadirat Allah SWT. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyampaikan rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan kepada semua fihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, di antaranya adalah sebagai berikut: •
Para pemimpin dan rekan sejawat di Perpustakaan UGM yang telah bekerja sama secara sinergis selama menjalankan tugas di UGM.
•
Para guru saya dari sekolah rakyat sampai perguruan tinggi yang telah memberikan bimbingan, menanamkan nilai-nali moral dan etika dan menularkan ilmunya yang bermanfaat, semoga menjadi amal salih dan jariah bagi mereka.
•
Kepala Perpustakaan UGM dan mantan Kepala Perpustakaan UGM yang telah melimpahkan wewenangnya untuk menjalankan tugas yang harus saya emban. Khusus kepada Ibu Dra. Sawittri-Suharto, MA dan Bapak R. Soedjatmiko yang penuh bijak dan arif telah memberikan bimbingan dan menanamkan nilai-nilai moral yang pantas untuk diteladani. Kepada almarhumah Ibu Dra. Murianti, MLS terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas bantuannya sehingga saya bisa menyelesaikan sekolah pada program S-1 dan S-2 Ilmu Perpustakaan dan Informasi di UI, semoga Allah menerima amal kebaikan dan diampuni dosadosanya.
15
•
Dekan Fakultas Teknik UGM beserta jajarannya yang telah mempercayai dan memfasilitasi saya untuk bekerja dan sekaligus mengembangkan karier saya sejak Semester dua 1999 sampai sekarang.
•
Rekan-rekan pengurus PD-IPI DIY dan PP-IPI yang telah berkerja bersama, bahu membahu dalam upaya mengembangkan kepustakawanan di Indonesia
•
Bapak-Ibu Radjiman Trisnosuwirjo dan Bapak-Ibu Pradjosuharjo, beliau adalah orang tua dan mertua saya yang telah bersusah payah membesarkan saya, berkat do’a dan bimbingan serta kasih sayangnya sehingga saya dapat mencapai jabatan Pustakawan Utama.
•
Dan yang terakhir adalah ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan disertai rasa cinta kepada istri saya Sri Wahyu Sukesi yang selalu tabah dan setia mendampingi saya, baik di kala suka maupun duka. Anak-anak saya Wahyu Purwandono, Wikantadi Kasumbogo, dan Wasisto Dibyo Widagdo yang memberikan inspirasi dan dorongan agar saya berbuat lebih baik demi masa depan mereka. Tanpa mereka sesungguhnya hidup ini tidak berarti apa-apa. Kepada kedua menantu kami Maya dan Intan semoga menjadi bagian yang integral dari keluarga besar kami.
Sederetan nama-nama yang saya sebutkan di atas merupakan sebagian nama-nama yang paling pantas di mata saya untuk memperoleh penghormatan dan penghargaan pada acara yang penting pada hari dan di tempat ini.
Atas perhatian Bapak/Ibu dan para hadirin, saya mengucapkan banyak terima kasih. Bila ada kurang dan lebihnya saya mohon maaf.
Wabillahi Taufik Wal Hidayah. Wassalaamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
16
DAFTAR PUSTAKA Agor, W.H. (1991) “The logic of institution: how top executives make important decisions”. In: Henry, J. (ed). Creative Management. London, Sage, 163-77. Corrall, S. (1995a) “ An evolving service: managing change”. In: L. Demsey, D. La & I. Mowat (eds.). Networking and the future of libraries: managing the intellectual record. UKOLN and LA. Corrall, S. (1995b) “Academic libraries in the information society”. New Library World, 96(1120): 35-42. Garvin, D.A. (1994) “Building a learning organization”. Business Credit New York, 96 (1) 1994:19.. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 33/1998 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 07 Tahun 1998 dan Nomor 59 Tahun 1998. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 23 Tahun 2003 dan Nomor : 21 Tahun 2003. Kriteria Baldrige: 5.2 – Motivasi dan Pembelajaran Karyawan (2005) Kriteria untuk Keunggulan Kinerja (Bahasa-Indonesia, Malaysia, Singapore translation provided by Dr. Bachtiar Simamora, www.baldrigeindo.com, Email:
[email protected]) Majaro, S. (1988). The Creative Gap. London: Longman. Moore, M. (1995) Impact of the changing environment on academic library administration: conflicts, incongruities, contradictions and dichotomies. Journal of Library Administration, 22(1), 1995: 13-36. Morgan, G. (1991) “Emerging waves and challenges”. In: Henry, Jane (ed). Creative Management. Sage Publications,1991: 283-293. Nasution, A.S. (1975), “Prossenionalism and Career Development Opportunities of Librarians in Indonesia”, di dalam Education and Training for Librarianship in Southeast Asia, Edited Marina G.D Dayrit. Quenzon City: CONSAL, 1975: 143-147. Nurhadi, Mulyani Ahmad.(1994), “Menyiapkan tenaga pendidikan dan pelatihan dalam bidang Perpustakaan”. Hasil Lokakarya Pengembangan Kurikulum Pendidikan
17
dan Pelatihan Perpustakaan di Indonesia, 9-11 Agustus 1994. Jakarta: IPI, 1994: 65-76. Priyanto, Ida Fajar. (1996). “Evaluasi Kinerja Pustakawan”, di dalam Media Informasi, 10(2-3) : 23-27. Poedjohadi, (1992). Pengembangan Staf Perpustakaan: Suatu tinjauan dari segi kebutuhan. Jakarta: MSW, 1992. Poedjohadi, (1983), “Relevansi Standar Pwerpustakaan, Pengukuran dan Evaluasi Perpustakaan”, Majalah IPI, 4(1) Jan, Feb. Maret, 1983: 3-11. Purwono, (1998). Analisis Kinerja Pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Jakarta: Program Pasca Sarjana UI, Rees-Potter, L. (2002) “A Model for Library Education Program at IAIN's” 6 September 2002: 2002 Riggs, D. (1997) “What’s in store for academic libraries ? Leadership and management issues”. The Journal of Academic Librarianship, 23(1)1997: 3-8. Sjahrial, Rusina (1975) "An evaluation of library education and training in Indonesia" papers and proceedings of the Second Conference of An evaluation of library education and training in Indonesia. Southeast Asian Librarians held at the University of the Philippines, Quezon City, December 10-14, 1973, edited by M.G. Dayrit, N.P. Hidalgo. Quezon City, University of the Philippines Library. pp. 84-89 Sulistyo-Basuki (2001) “Library Education in Indonesia: Lesson Learned” a paper presented in Benchmarking Curriculum for Library Education in Indonesia, Bogor, May 10, 2001 Sulistyo-Basuki (1993) "Library Education and Training in Indonesia". Asian Libraries, December 1993, p. 41-48 Sulistyo-Basuki (1991) Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991, hal. 180 Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 53649/MPK/1988 dan l5/SE/1988. Suwandi, (1994). Hubungan Persepsi Peran dan Persepsi Pengaruh Pelatihan Terhadap Unjuk Kerja Karyawan Berpendidikan SMA dan STM pada PT Industri Pesawat Terbang Nusantara. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
18
Vreede-de Stuers, C. (1953) "The First Library School in Indonesia", UNESCO Bulletin for Libraries, vol. 7, no. 8/9,1953: 99 Walton, G. and Edwards, C. (1997) Strategic management of the electronic library in the UK higher education sector: implications of eLib’s IMPEL 2 project at the University of Northumbria at Newscatle. In: Raitt, D. (ed) Libraries for the New Millennium, 1997: 169-198. Zain, Labibah. (2001). “Library education in Indonesia: Problems and alternative solutions”. Paper yang dipresentasikan Southeast Asian Conference of Education (SEC/ASS 2001) at University of Tennessee on 18-21 January 2002 Zain, Labibah (2000) “Teknologi Informasi dan Pendidikan Perpustakaan di Indonesia (Sebuah Tawaran Dalam Pengembangan Kurrikulum)” Media Informasi, 13 (6) 2000: 1-7 Zen, Zulfikar, (1992), “Kilas Balik 40 Pendidikan Perpustakaan di Indonesia 19521992” dalam Kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangan. Jakarta: Kesaint Blanc, 1992: 3-24. http://www2.blogger.com/feeds/12541437/posts/default/111491936091032347
19
LAMPIRAN I : KRITERIA BALDRIGE Tentang bagaimana pendidikan, pelatihan dan pengembangan karier membangun pengetahuan, keterampilan dan kapabilitas dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut: a. Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Karyawan 1) Bagaimana pendidikan dan pelatihan karyawan berkontribusi pada pencapaian rencana operasional anda? Bagaimana pendidikan, pelatihan dan pengembangan karyawan merespon kebutuhan utama terkait dengan pengukuran kinerja, perbaikan kinerja organisasi dan perubahan teknologi? Bagaimana pendekatan pelatihan dan pendidikan Anda menyeimbangkan antara sasaran organisasi jangka pendek dan jangka panjang dengan kebutuhan karyawan untuk berkembang, pembelajaran yang sedang berlangsung dan jenjang karier? 2) Bagaimana pendidikan, pelatihan dan pengembangan karyawan anda merespon kebutuhan utama organisasi anda dikaitkan dengan orientasi karyawan baru, keanekaragaman, praktek bisnis yang etis dan pengembangan pengelolaan dan kepemimpinan? Bagaimana pendidikan, pelatihan dan pengembangan karyawan merespon kebutuhan utama organisasi Anda dikaitkan dengan karyawan, tempat kerja dan keamanan lingkungan? 3) Bagaimana anda mendapatkan serta menggunakan input dari karyawan dan supervisor dan manajer mereka tentang kebutuhan pendidikan dan pelatihan? Bagaimana anda menggabungkan pembelajaran organisasi dan asset pengetahuan ke dalam pendidikan dan pelatihan anda? 4) Bagaimana anda menyampaikan pendidikan dan pelatihan? Bagaimana anda mendapatkan masukan dari karyawan dan supervisor dan manajer mereka tentang pilihan cara mengajar pendidikan dan pelatihan? Bagaimana anda menggunakan pendekatan mengajar yang formal maupun informal, termasuk mentoring dan pendekatan lain, yang sesuai? 5) Bagaimana cara anda menekankan penggunaan pengetahuan dan keahlian pada kerja dan menjaga pengetahuan ini untuk penggunaan jangka panjang di
20
organisasi. Bagaimana anda secara sistematis mentransfer pengetahuan dari karyawan yang akan pensiun atau berhenti? 6) Bagaimana anda mengevaluasi efektifitas pendidikan dan pelatihan, dikaitkan dengan kinerja individu dan organisasi? b. Motivasi dan Pengembangan Karier Bagaimana anda memotivasi karyawan untuk mengembangkan dan menggunakan potensi penuh mereka? Bagaimana organisasi anda menggunakan mekanisme formal dan informal untuk menolong karyawan menggapai jabatan dan karier terkait pengembangan dan sasaran-sasaran pembelajaran? Bagaimana manajer dan supervisor menolong karyawan menggapai jabatan dan karier terkait pengembangan dan sasaran-sasaran organisasi?
21
LAMPIRAN 2 : DATA PEGAWAI ( CURRICULUM VITAE) UNIT KERJA
: UPU PERPUSTAKAAN UGM DPK Fakultas Teknik UGM Nomer Kartu PNS : F. 103964 NIP : 130519453 Nama : Drs. Purwono, SIP, M.Si Jenis Kelamin :L Tempat/tanggal Lahir : Klaten, 14 April 1947 Agama : Islam Alamat Rumah : Krajan, Tirtomartani, Sleman, Yogyakarta Kode Pos Rumah : 55571 Telp. Rumah : (0274) 497335 HP. 08164221094 Alamat Kantor : Perpustakaan Fak. Teknik UGM. Jl. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta 55281. Telp. Kantor : (0274) 513665, 6492194; Fax. (0274) 589659 E-mail :
[email protected] Pendidikan Terakhir : S2 Tgl. Capeg : 01/03/74 Pangkat/Golongan Terakhir : Pembina Utama Madya Gol. IV/c Jabatan : Pustakawan Utama Daftar Keluarga: No. 1 2. 3 4
Nama Sri Wahyu sukesi Wahyu Purwandono Wikantadi Kasumbogo Wasisto Dibyo Widagdo
Status Istri Anak kandung Anak kandung Anak kandung
PENGALAMAN KERJA: Riwayat Pekerjaan / Jabatan : 1. SK. Rektor UGM No. UGM/20/Hr/I/C/71 – Sebagai Asisten Muda tidak tetap pada Fak. Sastra UGM, Gol. II/b. 2. SK. Rektor UGM No. UGM/42/Hr/I/C/72 – Sebagai Asisten Muda tidak tetap pada Fak. Sastra UGM, Gol. II/b. 3. SK. Rektor UGM No. UGM/20/Hr/I/C/73 – Sebagai Asisten Muda tidak tetap pada Fak. Sastra UGM, Gol. II/b. 4. SK. Rektor UGM No. UGM/332/Hr/I/C/73 – Sebagai Asisten Muda tidak tetap pada Fak. Sastra UGM, Gol. II/b. 5. SK Menteri Depdikbud, No. 11939/C92/74 - Sebagai CPNS Pengatur Muda Tk. I. Gol. II/b. TMT: 1 Maret 1974. 22
6. SK. Rektor UGM, No. UGM/56/P/II/C/75 - Pengangkatan PNS Pengatur Muda Tk. I. Gol. II/b. TMT: 1 Juni 1975 7. SK. Rektor UGM No. UGM/ 68/KP/I/C/79 – Kenaikan Pangkat, Pengatur Gol. II/c. TMT: 1 Oktober 1978 8. SK. Rektor UGM No. UGM/14/P/III/C/80 – Sebagai Kasubag . Pengolahan bahan pustaka Perpustakaan UGM. 9. SK. a/n Menteri Depdikbud. No. UGM/727/KP/II/C/81 – Kenaikan Pangkat Penata Muda Gol. III/a. TMT: 1 April 1981 10. SK. a/n Menteri Depdikbud. No. UGM/683/KP/05/02/ Th. 1985 Kenaikan Pangkat Penata Muda Tk. I Gol. III/b. TMT: 1 April 1985 11. SK. Rektor UGM No. UGM/4/KP/07/03/ th. 1986 – Pemberhentian dengan hormat sebagai Kasubag. Pengolahan bahan pustaka Perp. UGM karena perubahan struktur organisasi di lingkungan UGM. TMT: 1 April 1980. 12. SK. a/n Menteri Depdikbud. No. UGM/495/KP/05/02 Th. 1989 – Kenaikan Pangkat Penata Go. III/c. TMT: 1 April 1989. 13. SK. Mendikbud No. 95/C/1990 - Jabatan Fungsional Pustakawan: Pustakawan Pratama. TMT: 31 Januari 1988. 14. SK. a/n Mendikbud. No. UGM/31/KP/05/02 th. 1992 – Kenaikan Pangkat Penata Tk. I . Gol. III/d. TMT: 1 Oktober 1991 15. SK. Mendikbud. No. 251/C/1992 – Jabatan Fungsional Pustakawan: Pustakawan Muda. TMT : 1 Oktober 1991 16. SK. Mendikbud No. 31375/A2.IV.2/KP/1996 – Kenaikan Pangkat Pembina Gol. IV/a. TMT: 1 April 1996 17. SK. Mendikbud. No. 55159/A2.IV/KP/1997Jabatan Fungsional Pustakawan: Pustakawan Madya. TMT: 1 April 1996 18. SK. Dekan Fak. Teknik UGM No. UGM/TK/115/UM/01/39 Th. 2000 - P.J. Perpustakaan Fak. Teknik UGM. TMT: 1 April 2000. 19. SK. Mendiknas No. 93278/A2.III.5/KP/2001 – Penyesuaian nama Jabatan Pustakawan Utama Pratama menjadi Pustakawan Madya, TMT: 1 November 2000. 20. SK Presiden RI No. 22/K th. 2001 – Kenaikan Pangkat Pembina Tk. I Gol. IV/b TMT : 1 Januari 2001 21. SK. Mendiknas No. 37788/A2.III.5/2002 - Jabatan Fungsional Pustakawan : Pustakawan Madya. TMT: 1 Januari 2001. 22. SK. Mendiknas. No. 1444/A2.9/KP/2005 - Jabatan Fungsional Pustakawan : Pustakawan Madya. TMT: 1 November 2004. 23. Keputusan Presiden RI No. 84/K Tahun 2006. Kenaikan Pangkat Pembina Utama Muda Gol. IV/c. TMT: 25 Agustus 2006. 24. Keputusan Presiden RI No.74/M Tahun 2007 - Jabatan Fungsional: Pustakawan Utama, TMT 1 Desember 2006. Tenaga Pengajar Luar Biasa pada: 1. Diklat Teknisi Perpustakaan UGM, 19812. Program Pendidikan Manajemen Perpustakaan AAN “Notokusumo”,1988-1990 3. Program D2 Teknologi Perpustakaan Fak. Non Gelar Teknologi UGM,1991-1993 4. Perum Perhutani, Pusdiklat Kehutanan Cepu,1992-1993
23
5. Program Pendidikan D2/D3 Ilmu Perpustakaan FISIPOL UGM, 19926. Fak. Sastra & Kebudayaan UGM,1993-1995 7. Diklat PUSDOKINFO – Perpusnas DIY, 19978. Program D3 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam, IAIN Sunan Kalijaga, 19989. Jurusan Ilmu Perpustakan dan Informasi , UIN Sunan Kalijaga, 2001 10. Magister Manajemen Ilmu Perpustakaan (S2) UGM, 1999 -
KEGIATAN ILMIAH: 1. Penelitian: • Analisis kinerja pustakawan perpustakaan perguruan tinggi negeri di Daerah Istimewa Yogyakarta • Perilaku pencarian dan pemanfaatan informasi oleh mahasiswa di UPT Perpustakaan UGM. • Penelusuran dengan bahasa alami pada online union catalog Perpustakaan UGM 2. Karya tulis ilmiah berupa artikel dan kertas kerja telah dimuat di berbagai jurnal maupun diseminarkan, lebih dari 200 judul. 3. Karya tulis berupa buku: • Segi-segi penulisan biografi. Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, 1986 • Segi-segi penulisan timbangan buku. Yogyakarta: Pusat Kemajuan studi, 1987 • Pedoman penyusunan karya tulis bagi pustakawan. Yogyakarta: UPT Perpustakaan UGM, 1993 • Pedoman pengelolaan perpustakaan madrasah (Penyumbang naskah). Yogyakarta: FKBA, 2001 • Dasar-dasar ilmu perpustakaan dan informasi, (Penyumbnag naskah) Yogyakarta: Fak Adab UIN Sunan Kalijaga, 2003 • Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia , Jakarta: UT, 2006 4. Karya saduran/terjemahan: • College Reading and Study Skills, by Kathleen T. McWorther. (2005) • How to Study by Thomas F. Staton. (2005) • Reading Skills by William D. Baker (2005) • Best Methods of Study by Samuel Smith (2005) 5. Karya alih aksara/transliterasi: huruf Jawa ke huruf Latin: • Menak Lakat Jilid I (2004) • Menak Kalakodrat Jilid I (2004) • Menak Kastub Jilid I (2004) • Menak Purwokondho, Jilid II (2004) • Menak Sulub Jilid II (2004) • Babad Giyanti Jilid IX (alih bhs Jawa ke bhs.Indonesia) (2005) • Babad Giyanti Jilid IX (2005) • Menak Sorongan Jilid I (2005) • Menak Cina Jilid III (2005) • Menak Jumintoran Jilid I (2005)
24
6. Telah mengikuti berbagai pertemuan ilmiah, seminar, lokakarya dan sejenisnya baik sebagai pembicara maupun peserta,
TANDA PENGHARGAAN Tanda Kehormatan “ Satyalancana Karya Satya 20 tahun” 036/TK/Tahun 1999. Tanda Kehormatan “ Satyalancana Karya Satya 30 tahun” 011/TK/Tahun 2007.
Keppres RI No. Keppres RI No.
25