HUBUNGAN TERPAAN BERITA PEMBLOKIRAN SITUS ISLAM DI TELEVISI TERHADAP CITRA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA MAHASISWA UIN JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Wulan Purnamawati NIM: 1111051000040
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M
HUBUNGAN ANTARA TERPAAN BERITA PEMBLOKIRAN SITUS ISLAM DI TELEVISI DENGAN PERSEPSI MAHASISWA UIN JAKARTA TENTANG CITRA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Wulan Purnamawati NIM : 1111051000040
Pembimbing,
Bintan Humeira, M.Si NIP. 197711052001122002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M ii
iii
iv
ABSTRAK Hubungan Antara Terpaan Berita Pemblokiran Situs Islam di Televisi Terhadap Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika Pada Mahasiswa UIN Jakarta Kementerian Komunikasi dan Informatika adalah institusi pemerintahan yang bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang komunikasi dan informatika. Salah satu kegiatan yang merupakan tugas Kemenkominfo adalah telah memblokir situs Islam yang dianggap bernuansa radikal. Kebijakan Kemenkominfo ini mendapat perhatian, khususnya bagi masyarakat muslim yang menimbulkan persepsi tentang tugas dan tanggungjawab Kemenkominfo. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan antara tuntutan dan harapan masyarakat akan kualitas Kemenkominfo dengan citra Kemenkominfo karena pemberitaan di media. Media sebagai penyalur informasi yang mampu menjangkau khalayak secara luas dalam menerpa khalayak memberitakan hal tersebut secara terus-menerus sehingga menjadi perhatian publik. Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam di televisi terhadap citra Kementerian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa UIN Jakarta dan citra seperti apakah yang terbentuk pada mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori uses and effect sebagai teori utama yang akan diujikan dalam penelitian ini. Teori ini pertama kali ditemukan oleh Sven Windahl. Asumsi utama dari teori ini menyatakan bahwa salah satu efek dari penggunaan media adalah merubah persepsi khalayak terhadap citra Kemenkominfo. Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik dengan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian eksplanatif. Populasi pada penelitian ini adalah Mahasiswa UIN Jakarta, yakni Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2012 yang pernah menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dan TV One. Metode pengambilan sampelnya menggunakan propotional random sampling kepada 277 mahasiswa. Data hasil kuisioner kemudian diolah menggunakan statistik uji koefisisen korelasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam di televisi terhadap citra Kementerian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa UIN Jakarta. Hubungannya sangat lemah dan tidak signifikan. Citra yang terbentuk pada dua kelompok responden yang memiliki keilmuan yang berbeda adalah biasa atau cukup baik. Mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebesar 57,14% dan Fakultas Sains dan Teknologi sebesar 63,19% yang menilai cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain diluar terpaan yang turut memengaruhi mahasiswa dalam pembentukan citra Kemenkominfo serta latar belakang keilmuan yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan citra Kemenkominfo pada dua kelompok responden.
v
KATA PENGANTAR
َِّح ِيم ِ بِ ۡس ِمٱللَّ ِهٱلر َّۡح َٰمنِٱلر Assalamu’alaikum Warahmatullahi Waabarakatuh Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT yang maha kuasa pemilik alam semesta yang maha berkehendak atas segala kehidupan di muka bumi ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjunanku, pembawa berkah rahmatanlil’alamin Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Terpaan Berita Pemblokiran Situs Islam di Televisi Terhadap Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika Pada Mahasiswa UIN Jakarta”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan koreksi dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini agar lebih bermanfaat bagi para pembaca. Selain itu, dengan adanya pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang tulus kepada: 1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. vi
3. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengtahuan selama penulis melakukan studi. 4. Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Bintan Humeira M.Si. Beliau seoarang dosen yang luar biasa. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan pengarahan serta inspirasinya kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Kedua orang tua penulis, Jojo Sutarjao (alm) dan Titin Mulyati, terima kasih yang tak terhingga untuk kasih sayang, do’a, dan limpahan materilnya. 6. Gina Fanduwinata, Devi Frildawati, Yudhistira Ghozali sebagai kakak dan orang tua kedua bagi penulis. Terima kasih telah memberikan motivasi, do’a serta materil yang tidak pernah putus. Adikku Bayu Fajriyaturrahman dan Ade Aira Rahmanatullah terima kasih do’a dan dukungannya. 7. Ismo Tri Hatmojo yang selama ini menemani dan banyak membantu penulis. Terima kasih untuk keceriaan, semangat, dukungan dan do’anya. 8. Nana, Nofia, Wina, Almu, Umamah, Sendi, Rafiq, Gita, dan Mira yang telah memberikan bantuan tenaga, waktu dan pemikirannya. Para sahabatku, Indi, Gian, Nita, Umi, Ririn, Dede dan teman-teman KPI angkatan 2011 terutama KPI B, serta keluarga besar komunitas AIR FILM. Kalian luar biasa. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas ketulusan dan kebaikan kalian dengan pahala yang berlipat. Aamiin Yaa Rabbal’alamin. Wa’alaikumsalam Warahmatullahi waabarakatuh. Jakarta, 3 Januari 2016
Wulan Purnamawati
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……………….. ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN ……………………… iii LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………. iv ABSTRAK ………………………………………………………………. v KATA PENGANNTAR ………………………………………………… vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xi DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xiv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah …….……………………….. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………. 8 D. Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 9 E. Kerangka Penelitian ………………………………………….. 12 F. Sistematika Penulisan ………………………………………... 12 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Efek Media ...………………………………………….... 15 B. Teori Uses and Effect ……………………………………….... 16 C. Teori Individual Defferences ……………………………….... 19 D. Definisi Konseptual ………………………………………….. 20 1. Terpaan …………………………………………………… 21 2. Berita ……………………………………………………... 23 3. Persepsi …………………………………………………… 24 4. Citra ………………………………………………………. 27 E. Variabel Ketiga ………………………………………………. 32 1. Kredibilitas Media ……………………………………….. 32 2. Motif ……………………………………………………… 32 F. Hipotesis Teori ……………………………………………….. 33 viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………… 34 B. Paradigma Penelitian …………………………………………. 34 C. Pendekatan Penelitian ………………………………………… 35 D. Jenis Penelitian ……………………………………………….. 36 E. Operasionalisasi Variabel …………………………………….. 37 F. Teknik Pengukuran …………………………………………… 39 G. Populasi dan Sampel ………………………………………….. 40 H. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 46 I. Validitas dan Reliabilitas …………………………………….. 47 J. Teknik Analisis Data …………………………………………. 48 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gamabaran Umum Stasiun Televisi Metro TV dan TV One .. 50 1. Gambaran Umum Stasiun Televisi Metro TV …………… 46 2. Gambaran Umum Stasiun Televisi TV One ..……………. 55 B. Gamabaran Umum Kementerian Komunikasi dan Informatika 59 BAB V ANALISIS DAN TEMUAN DATA A. Karakteristik Responden Hasil Penelitian ……………………. 65 B. Terpaan Berita ………………………………………………… 66 C. Persepsi Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika …… 72 D. Perbandingan Citra Kemenkominfo Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi ……………………………………………………… 73 E. Kredibilitas Media …………………………………………….. 75 1. Kredibilitas Metro TV …………………………………….. 75 2. Kredibilitas TV One …………………………………….... 75 F. Motif Responden ……………………………………………… 76 G. Analisis Data Penelitian ………………………………………. 83 H. Tabulasi Silang ………………………………………………... 84 I. Inetrpretasi …………………………………………………….. 89
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………… 98 B. Saran ………………………………………………………….. 99 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….... 100 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel X ...……………………………. 37
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Y ...……………………………. 38
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Ketiga ...………………………. 39
Tabel 3.4
Jumlah Populasi Mahasiswa FDK dan FST angkatan 2012 41
Tabel 3.5
Jumlah Populasi Mahasiswa FDK angaktan 2012 ..……… 42
Tabel 3.6
Jumlah Populasi Mahasiswa FST angkatan 2012 .……….. 42
Tabel 3.7
Interpretasi terhadap koefisien korelasi ………….……….. 49
Tabel 4.1
Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin ….……….. 65
Tabel 4.2
Jumlah Responden berdasarkan Umur ….………………… 65
Tabel 4.3
Jumlah Responden berdasarkan frekunesi menonton berita pemblokiran situs Islam di Metro TV ……………….……. 66
Table 4.4
Jumlah Responden berdasarkan frekunesi menonton berita pemblokiran situs Islam di TV One .…………………...… 67
Tabel 4.5
Jumlah Responden berdasarkan durasi menonton berita pemblokiran situs Islam di Metro TV ………………….…. 68
Tabel 4.6
Jumlah Responden berdasarkan durasi menonton berita pemblokiran situs Islam di TV One ..,……………..……… 68
Tabel 4.7
Jumlah Responden berdasarkan seringnya menonton berita pemblokiran situs Islam di media massa lainnya ...………. 69
Tabel 4.8
Jumlah Responden berdasarkan sering mendiskusikan berita pemblokiran situs Islam dengan orang lain ................…… 70
Tabel 4.9
Jumlah Responden berdasarkan menonton berita pemblokiran situs Islam secara keseluruhan pemberitaan ..…………….. 70
Tabel 4.10
Kategori atensi menonton berita pemblokiran situs Islam ... 71
Tabel 4.11
Jumlah Responden berdasarkan Persepsi Citra Kemenkominfo Terkait berita pemblokiran situs Islam ……………………. 72
Tabel 4.12
Jumlah Responden Berdasarkan Citra Kemkominfo Terkait Berita Pemblokiran Situs Islam Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta ……..… 73
Tabel 4.13
Jumlah Responden Berdasarkan Citra Kemkominfo Terkait xi
Berita Pemblokiran Situs Islam Pada Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta ……………….……….. 74 Tabel 4.14
Jumlah responden berdasarkan persepsi kredibilitas media Metro TV ………………………………………………….. 75
Tabel 4.15
Jumlah Responden berdasarkan persepsi kredibilitas media TV One .……...……………………………………………. 76
Tabel 4.16
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif mencari informasi ……… 77
Tabel 4.17
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif identitas pribadi ..…......... 77
Tabel 4.18
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif interaksi sosial .…………. 78
Tabel 4.19
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif mencari hiburan ..……….. 78
Tabel 4.20
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif mencari informasi .....…….. 80
Tabel 4.21
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif identitas pribadi …............... 80
Tabel 4.22
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif interaksi sosial ……………. 81
Tabel 4.23
Jumlah Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif mencari hiburan ..……….... 82
Tabel 4.24
Uji Korelasi Terpaan dan Persepsi ……………………….. 83
Tabel 4.25
Tabulasi silang hubungan antara Frekuensi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dengan persepsi citra Kemenkominfo ……………………………………………. 84
Tabel 4.26
Tabulasi silang hubungan antara Frekuensi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dengan persepsi citra Kemenkominfo .....………………………………………… 84
Tabel 4.27
Tabulasi silang hubungan antara Durasi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dengan Persepsi Citra Kemenkominfo ….………………………………………… 86
xii
Tabel 4.28
Tabulasi silang hubungan antara Durasi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dengan Persepsi Citra Kemenkominfo .....….…….…………………………….… 87
Tabel 4.29
Tabulasi silang hubungan antara Atensi dan Persepsi citra Kemenkominfo ..........................................………………. 88
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Kerangka Penelitian ……………………………………..... 12
Gambar 2
Model Pembentukan Citra ………………………………... 30
Gambar 3
Logo Metro TV ……………………………………........... 54
Gambar 4
Logo TV One …………………………………….............. 59
Gambar 5
Logo Kementerian Komunikasi dan Informatika ………... 63
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuisinoer Penelitian
Lampiran 2
Hasil Wawancara
Lampiran 3
Tabel Persepsi Citra Kemenkominfo
Lampiran 4
Tabel Persepsi Kredibilitas Media
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas
Lampiran 6
Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 7
Surat-surat
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini kehidupan masyarakat untuk mengakses berbagai informasi sangat bergantung pada perkembangan teknologi komunikasi. Dengan adanya teknologi komunikasi masyarakat bisa mengetahui langsung berbagai informasi yang terjadi diberbagai tempat dengan cepat. Selain itu juga bisa menjadi media pembelajaran dan penambahan wawasan dari informasi yang disampaikan oleh media.1 Perkembangan teknologi komunikasi saat ini semakin berkembang pesat, khususnya media televisi yang sangat digemari oleh masyarakat. Sejak awal kehadirannya hingga kini, televisi tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan kita. Ibaratnya televisi ini senantiasa menemani manusia dari bangun tidur hingga tertidur kembali. Dan bahkan saat ini televisi menjadi keluarga, sebagai prasyarat yang harus ada di tengah-tengah mereka. Dimana sebuah rumah baru dikatakan lengkap jika ada pesawat televisi di dalamnya. Televisi sebagai bagian dari media massa yang sama seperti, surat kabar, majalah, radio atau film. Televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya namun perkembangannya begitu pesat. Dari beberapa media massa yang ada saat ini televisi dinilai sebagai media yang paling efektif. Sifat audio visual ini menjadikan kekuatannya dalam menarik simpati masyarakat luas dalam rangka menyampaikan suatu pesan, informasi, pengajaran, ilmu, dan
1
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta:Kencana, 2007) , cet 2, h.149-150
1
2
hiburan. Efeknya dapat memengaruhi sikap, perilaku, bahkan tataran yang lebih jauh efeknya bisa memengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat. Dengan keunggulan karakter televisi yang banyak menarik perhatian masyarakat, maka media televisi berlomba-lomba menyajikan berbagai programprogram yang akan menarik dan memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial, agar diminati oleh semua lapisan masyarakat. Seiring dengan fungsinya, televisi saat ini digunakan juga sebagai penyedia informasi, yang dewasa ini semakin memegang peran yang penting dalam kehidupan politik. Aktivitas media dalam melaporkan peristiwa-peristiwa pemerintahan sering memberi dampak yang amat signifikan bagi perkembangan politik. Fungsi media massa juga sebagai alat komunikasi politik, maka media massa
berfungsi
untuk
menyebarluaskan
informasi
tentang
kebijakan
pemerintahan, kondisi politik dalam negeri, aktivitas jalinan komunikasi dengan negara-negara lain sebagai kebijakan politik luar negeri. Sedangkan dalam dimensi masyarakat, media massa berfungsi sebagai sarana sosial kontrol terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah. Media massa memiliki peran penting dalam pembentukan mobilisasi dan pemeliharaan konflik antar kelompok atau individu dikarenakan hampir seluruh masyarakat dapat memperoleh informasi yang sedang hangat diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat melalui media massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan lain-lain. Media massa mampu berperan untuk membentuk keragaman budaya, ini merupakan salah satu pengaruh media terhadap sistem nilai, persepsi, dan tindakan manusia.
3
Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia saat ini masih banyak situssitus yang bermuatan negatif, yaitu pornografi, radikalisme/teroris, SARA, kekerasan, penipuan, dan lain sebagainya. Belakangan ini muncul pemberitaan mengenai Pemblokiran Situs Islam yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menimbulkan pro dan kontra atas tindakan pemblokirannya tersebut. Pemblokiran dilakukan karena dianggap situs-situs Islam tersebut menyebarkan konten-konten yang mengarah pada radikalisme. Berita ini mulai menjadi perhatian publik sejak kemunculannya pada tanggal 30 Maret – 4 Mei 2015. Khususnya setelah stasiun televisi banyak yang menayangkan berita tersebut. Salah satu televisi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah Metro TV dan TV One, dimana Metro TV dan TV One adalah stasiun televisi berita ternama dan banyak diminati oleh khalayak. Seperti halnya pada televisi berita, yaitu Metro TV dan TV One sering sekali membahas berita tersebut. Bahkan bukan dalam program berita saja, melainkan dalam sebuah talkshow maupun dialog. Metro TV dan TV One ini cukup sering memberikan informasi seputar pemblokiran 22 situs Islam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kementerian Komunikasi dan Informasi telah memblokir situs online yang bernuansa radikal atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Situs tersebut bernuansa radikal karena diduga telah mempublikasikan konten-konten terindikasi terorisme yang bersinggungan dengan Islam. Inilah yang menjadi awal kontroversi pemblokiran 22 situs Islam radikal oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
4
Pemblokiran situs Islam mengundang reaksi umat Islam karena merupakan hal yang sangat sensitif yang berkaitan dengan agama. Langkah ini menjadi prokontra meskipun berdalih memberantas terorisme. Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam hal ini mendapat rekomendasi langsung dari BNPT. Seperti halnya yang ada dalam website Kementerian Komunikasi dan Informatika, yaitu “menurut Ismail, awalnya pihaknya telah memblokir 3 (tiga) situs, namun BNPT melaporkan kembali untuk memblokir 19 situs berdasarkan surat Nomor 149/K.BNPT/3/2015
tentang
situs/website
Radikal
ke
dalam
filtering
Kemenkominfo”2. Dengan adanya hal tersebut, menuai banyak kontroversi baik di media cetak, massa dan elektronik. Perlu kita ketahui bahwa seluruh situs Islam yang diblokir merupakan situs-situs dengan domain dot (.) com bukan dot (.) id, yang artinya peneglola situs tersebut tidak berintegrasi secara jelas pada pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika. Selanjutnya, situs yang diblokir dinilai telah melanggar Peraturan Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika RI No. 19 tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif. Selaku eksekutor pemblokiran situs online yang bernuansa radikal, Kementerian Komunikasi dan Informatika tetap berpegang pada ketentuan Peraturan Kementrian Kemenkominfo dan rekomendasi BNPT. BNPT telah memiliki kriteria tertentu terkait situs online Islam yang dinilai radikal. Dalam hal ini kebijkan pemerintah untuk memblokir 22 situs Islam yang dianggap radikal hanya didasarkan pada ketakutan isu ISIS yang semakin hangat 2
Website Kemenkominfo, “BNPT Minta Kominfo Blokir 22 Situs Radikal”, berita diakses pada 17 April 2015 dari http;’’Kominfo.go.id/index.php/content/detail/4627/BNPT-mintaKominfo-Blokir-22-SitusRadikal/0/berita_satker?utm_medium=kemkominfo&utm_campaign=Menuju+masyarakat+Inform asi+Indonesia&utm_source=kominfo#VTE28jxXJs
5
diperbincangkan. Karena banyak yang mengatakan bahwa radikalisme tidak segera ditanggulangi maka bisa mengarah pada terorisme. Dengan kata lain pemerintah hanya mengeluarkan kebijkaan ketika situasi dirasa mendesak. Padahal permasalahan radikalisme bukan hal yang baru di Indonesia. Permasalahan ini harus diselesaikan dengan perencanaan kebijakan yang matang. Pemberitaan yang terus menerus ini menunjukan bahwa media massa berperan sebagai sarana pemberi informasi kepada masyarakat. Namun pada dasarnya, media dan pemerintahan memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Wartawan
membutuhkan
pemerintah
sebagai
sumber
informasinya
dan
pemerintah membutuhkan media untuk menyampaikan pikiran-pikiran dan kebijakan yang diambil oleh banyak orang. Kini
media
massa
memainkan
peranan
penting
dalam
proses
pemerintahan, bahkan media menjadi aktor penting dalam bidang politik. Melalui media
massa
bisa
diketahui
aktivitas
para
pemerintah,
pemikirannya,
pernyataannya, kampanye dan sebagainya. Jadi sangat jelas media berisi banyak informasi dan pendapat tentang politik. Menurut Jackson dan Beek, orang yang banyak mengikuti media memiliki perhatian yang tinggi terhadap aktivitas politik.3 Tingginya tingkat pemberitaan mengenai pemblokiran situs Islam oleh Kementerian Komuniaksi dan Informatika sangat memengaruhi pemikiran masyarakat sehingga menimbulkan pro kontra atas tindakannya tersebut. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu guna memengaruhi atau mengubah perilaku atau pandangan penerima pesan.
3
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja garfindo, 2009), h.118
6
Ketertarikan antara media massa, yaitu televisi merupakan suatu stimulus yang nanatinya mendapatkan respon dari penontonya. Dimana efek-efek tersebut sangat beragam macamnya. Salah satunya mengubah persepsi atau pandangan yang menonton. Sehingga apa yang ditayangkan oleh media mengenai kementerian Komunikasi dan Informatika terkait berita Pemblokiran Situs Islam, membuat khalayak dapat menilai bagaimana Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam menjalankan kegiatan yang merupakan bagian dari tugasnya dalam membantu Presiden sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dibidang komunkasi dan informatika. Kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika ini, apakah sudah sesuai dengan apa yang tercermin pada visi dan misinya tersebut. Dalam penelitian ini mahasiswa dijadikan sebagai sampelnya. Terdapat dua kelompok mahasiswa yang memiliki bidang keilmuan yang berbeda, yaitu mahasiswa fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang mempelajari tentang media dan Islam dan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi yang mempelajari teknologi yang berkaitan dengan situs online. Perbedaan pada dua kelompok ini dimaksudkan untuk melihat apakah perbedaan latar belakang keilmuan memengaruhi perbedaan persepsi citra Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dengan media yang terus menerus mengekspos pemberitaan pemblokiran situs Islam, khususnya televisi ini akan memberi pengetahuan terhadap persepsi khalayak mengenai realitasnya. Pemberitaan yang marak diperbincangkan oleh hampir semua media baru-baru ini membuat penulis tertarik untuk meneliti dampak dari menonton pemberitaan pemblokiran situs Islam terhadap citra
7
Kementerian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa UIN Jakarta. Pembentukan persespi mahsiswa tentang citra Kemenkominfo ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, yaitu keredibiliatas media dan motif. Intensitas pemberitaan yang terus menerus dilakukan membuat masyarakat mengkaji dan mendefinisikan sendiri berita tersebut. Hal inilah yang akan memengaruhi persepsi sehingga menimbulkan pro kontra di masyarakat akan citra Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dengan demikian, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara Terpaan Berita Pemblokiran Situs Islam di Televisi Terhadap Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika Pada Mahasiswa UIN Jakarta”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar tidak menyimpang dari konsep yang telah direncanakan, penulis merasa perlu untuk membatasi masalah penelitian. Penulis membatasi masalah penelitian dengan hanya membahas masalah hubungan terpaan berita pemblokiran situs Islam di televisi (Metro TV dan TV One) terhadap citra Kementerian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta.
2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:
8
a. Apakah terdapat hubungan terpaan berita pemblokiran situs Islam di televisi terhadap citra Kementerian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa UIN Jakarta? b. Citra seperti apakah yang terbentuk pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab sesuai dengan rumusan masalah, yaitu: a. Untuk mengetahui hubungan antara terpaan berita pemblokiran situs Islam di televisi terhadap citra Kementerian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta. b. Untuk mengetahui citra seperti apakah yang terbentuk pada mahasiswa fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Faklutas Sains dan Teknologi UIN Jakarta.
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penelitian berikutnya yang ingin membahas menegnai hubungan antara terpaan berita dengan persepsi citra lembaga, institusi, tokoh atau lainnya. Selain itu juga, penelitian ini
9
diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan khazanah bagi perkembangan Ilmu Komunikasi di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam khusunya menggunakan teori Uses and Effect.
b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi atau pekerja media sebagai penambah sumber informasi. Dapat dijadikan sebagai perbandingan dan pengembangan bagi media massa dalam memberitakan keadaan pemerintahan terhadap masyarakat di kedepannya nanti. Sehingga maksud dan tujuan dari pemberitaan tersebut dapat mudah tersampaikan kepada masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka Penelitian ini mengarah pada apakah terdapat hubungan antara menonton berita dengan persepsi mahasiswa. Penelitian sejenis juga pernah dilakuakan oleh Vincencia Evita Puspita Sari, universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2012 yang berjudul “Pengaruh Terpaan Berita Korupsi di Media Televisi terhadap Perspsi Staff dan Karyawan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Yogyakarta tentang Pejabat Negara” (Studi Kuantitatif Pengaruh Terpaan Berita Korupsi Angelina Sondakh dalam Kasus Wisma Atlet di Metro TV dan TV One Terhadap Persepsi Staff dan Karyawan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Yogyakarta tentang Pejabat Negara Bergender Perempuan). Penelitian ini menggunakan teori efek terbatas (limited effect), diman pengaruh media dianggap lemah dalam mempengaruhi persepsi khalayak, karena adanya
10
factor-faktor lain yang mempengaruhinya. Hasil dari penelitian ini yang dilakukan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat daerah Istimewa Yogyakarta, menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh terpaan berita terhadap persepsi responden. Dengan hal ini hipotesis diterima. Penelitian lain juga yaitu milik Triyatno Wisnu Harjono, universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 2009 yang berjudul “BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei-Juni 2009 dengan Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)”. Penelitian ini menggunakan teori efek moderat yang berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam memengaruhi komunikasi, karena komunikan dianggap pasif dalam menerima pesan-pesan komunikasi tersebut. Hasil dari penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna surat kabar harian Kompas dengan persepsi mahasiswa terhadap citra KPK. Serta menunjukkan adanya hubungan signifikan antara faktor-faktor eksternal yang meliputi kelompok pergaulan dan peran media massa lain dengan persepsi mahasiswa terhadap citra KPK setelah menggunakan berita Antasari di Kompas. Penelitian selanjutnya adalah milik Ama Marini, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015 yang berjudul “Kebebasan Pers Dikaitkan Dengan Berita Pemblokiran Situs Islam di Republika Online”. Penelitian ini ingin mengetahui kaitan kebebesan pers pada berita pemblokiran situs Islam, makna yang dibangun dan ideologi yang dimilki Republika Online dalam memberitakan peristiwa pemblokiran situs lslam. Berita yang digunakan adalah berita pada tanggal 30
11
Maret 2015 dan 3 Arpil 2015. Penelitian ini menggunkan analisis framing dengan model Gamson dan Modigliani, yaitu memahami wacana media sebagai package interpretatif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Teori yang digunakan adalah teori media baru dan social responsibility theory. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua beriat tersebut menampilkan citra buruk kepada pemerintah karena memblokir situ sIslam secara sepihak dan terburu-buru, serta tanpa malalui Dewan Pers atau hukum yang berlaku. Hal ini berlawanan dengan kebebasan Pers yang memiliki Undang-undang Pers No. 40 1990 maupun UUD 1945 pasal 28 F mengenai kebebasanberekspresi dan juga sistem negara Indonesia yang menganut sistem demokrasi. Ideologi yang dimiliki oleh Republika Online ia;ah mendukung penuh penegakan kebebasan pers yaitu dengan mmebuka kembali situs Islam dan memberikan pernyaaan-pernyataan narasumber yang mendukung. Berdasarkan penelitian terdahulu inilah peneliti mulai tertarik untuk meneliti sebuah kasus yang dikaitkan dengan terpaan berita yang memengaruhi persepsi. Sehingga pemilihan pemblokiran situs islam di media televisi menjadi topik penelitian ini dalam kaitannya untuk mengetahui bagaimana persepsi khalayak yaitu mahasiswa UIN Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan teknologi angkatan 2012 dalam memandang citra Kementreian Komunikasi dan Informatika setelah diterpa berita dari media massa khususnya stasiun televisi Metro TV dan TV One sebagai televisi berita yang akan diteliti mulai 30 Maret hingga 4 Mei 2015. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian milik Vincencia Evita Puspita Sari dan Triyatno Wisnu Harjono adalah pada objek yang diteliti. Sedangkan dengan penelitian milik Ama Marini
12
terdapat kesamaan yaitu sama-sama membahas tentang berita pemblokiran situs Islam namun jenis penelitiannya berebeda, karena pada penelitian Ama menggunkana kualitatif sedangkan pada penelitian ini menggunakan kuantitatif. Teori dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini menggunkan teori uses nad effect.
E. KERANGKA PENELITIAN
Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian Terpaan berita Pemblokiran situs Islam di Metro TV dan TV One (X)
Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika (Y)
1. Frekuensi 2. Durasi 3. Atensi Variabel Ketiga
1. Kerdibiliatas media 2. Motif
F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika penulisan yang akan dibagi menjadi bagian bab yang terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
13
BAB I: PENDAHULUAN Pada bab pertama ini berisi tujuh sub bab diantaranya adalah Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Maanfaat penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis, Tinjaun Pustaka, dan Sistematika Penulisan. BAB II: KERANGKA TEORITIS Dalam bab ini akan membahas hal-hal yang meliputi: Definisi Teoritis yang meliputi Teori Efek Media, Teori Uses and Effect, Individual Defferences dan Definisi Konseptual yang meliputi Terpaan Media, Berita, Persepsi, Citra, Variabel Ketiga (Kredibilitas Media dan Motif) dan Hipotesis. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini berisi: Tempat dan Waktu Penelitian, Paradigma dan Pendekatan Penelitian, Jenis Penelitian, Operasionalisasi Konsep, Teknik Pengambilan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. BAB IV: GAMBARAN UMUM Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil temuan data lapangan yang telah penulis lakukan yang akan terbagi beberapa sub bab, yaitu: Sejarah dan Perkembangan Metro TV dan TV One, Visi dan Misi. Serta gambaran umum dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. BAB V: ANALISIS DAN TEMUAN DATA Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil temuan data lapangan yang telah penulis lakukan yang akantrebagi menjadibeberappa sub bab, yaitu: Hasil dan Interpretasi Data Penelitian.
14
BAB VI: PENUTUP Bagian akhir ini penulis akan menjabarkan beberapa bagian, diantaranya ialah; Kesimpulan dan Saran. Bab ini juga dilengkapi dengan Daftar
Pustaka
beserta
berdasarkan hasil penelitian.
lampiran-lampiran
yang
mendukung
penulis
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Teori Efek Media Dalam penelitian, teori menjadi bagian yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan karena teori menjadi landasan pemikiran dalam setiap penelitian. Selama lebih dari satu generasi dalam penelitian tentang efek media massa, terhadap perkembangan pemikiran mengenai proses efek tersebut. DeFleur, mencetuskan teori yang disebut “cultural norms”1. Teori ini beranggapan bahwa media tidak hanya memiliki efek langsung terhadap individu, tetapi juga memengaruhi kultur, pengetahuan kolektif, dan norma serta nilai-nilai dari suatu masyarakat. Media massa telah menghadirkan seperangkat citra (images), gagasan, dan evaluasi dari mana audience dapat memilih dan menjadikan acuan bagi perilakunya.2 Dalam bukunya Sendjaja mengelompokan teori-teori efek media menjadi dua bagian. Pertama, adalah teori efek yang berlangsung dalam waktu lama, umumnnya tidak terencana, lebih bersifat tidak langsung dan kolektif, sebagai tambahan, fokus perhatian pada pendekatan ini tidak pada pesan yang terpisah atau berdiri sendiri, melainkan pada keseluruhan sistem yang serupa. 3 Dengan demikian, kita akan mengacu pada hal-hal seperti sosialisasi, transmisi dan dukungan terhadap nilai-nilai sosial, kecenderungan media untuk menyiratkan ideologi tertentu, pembentukan situasi bagi pendapat umum, perbedaan distribusi 1
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi,(Jakarta: Raaj Grafindo Persada, 2006),
h.149 2
Sasa Djuarsa Sendjadja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), Cet. Ke 3, h. 5.24 3 Sasa Djuarsa Sendjadja, Teori Komunikasi, h. 5.24
15
16
pengetahuan dalam masyarakat, perubahan jangka panjang dalam hal budaya, kelembagaan, bahkan struktur masyarakat. Agenda setting, spiral of silence, termasuk dalam kategori ini.4 Teori yang disebut diatas menjelaskan tentang efek dari sudut pandang media itu sendiri, yaitu pengaruh media terhadap audience baik secara individu maupun masyarakat. Kedua adalah efek yang dihasilkan, memandaang dari perspektif yang berbeda dalam hubungan antara media massa, audience, dan efek.5 Teori yang termasuk dalam kategori ini adalah uses & gratifications dan uses and effect. Fokus pada penelitian ini adalah teori uses & effect theory. Media massa dapat mewujudkan bermacam-macam (stimulus) sehingga tanggapan audience yang dihasilkannya juga akan berbeda-beda. Melvin DeFleur, dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi yang ditulis oleh Suprapto, menguraikan ke dalam empat perumusan khusus yang merupakan ringkasan pemikiran kontemporer tentang pengaruh media massa,yaitu teori perbedaan indivdu, teori kategori sosial, teori hubungan sosial, dan teori norma-norma budaya.6 Pada penelitian ini menggunkan teori perbedaan individu sebagai teori tambahan atau teori pendukung.
B. Uses And Effect Theory Penggunan
Media
adalah
penggunaan
suatu
media
yang
akan
memengaruhi dan memberikan dampak bagi para penggunanya. Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah televisi. Individu akan memenuhi kebutuhan
4
Sasa Djuarsa Sendjadja, Teori Komunikasi, h. 2.5 Sasa Djuarsa Sendjadja, Teori Komunikasi, h. 5.37 6 Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi Dan Manajemen dalam Komunikasi, (Jakarta: CAPS, 2011), h.21 5
17
informasinya dengan melakukan aktifitas menonton televisi. Pendekatan ini termasuk dalam Teori Uses and Effect. Teori Uses and Effect ini pertama kali ditemukan oleh Sven Windahl pada tahun 1979.7 Adanya teori ini merupakan sintesis dari teori sebelumnya, yaitu Uses and Gratification Theory dan teori tradisional mengenai efek. Konsep “uses” (pengguna) merupakan bagian yang sangatpenting atau pokok dari pemikiran
ini.
Karena
pengetahuan
mengenai
penyebabnya, akan memberikan jalan bagi
penggunaanmedia
dan
pemahaman dan perkiraan
tentang hasil dari suatu proses komunikasi massa. Penggunaan media massa dapat memiliki banyak arti. Ini dapat berarti “exposure” yang semata-mata menunjuk pada tindakan mempersepsi. Dalam konteks lain, pengertian tersebut dapat menjadi suatu proses yang lebih kompleks, dimana isi tertentu dikonsumsi dalam kondisi tertentu, untuk memenuhi fungsi tertentu dan terkait harapan-harapan tertentu untuk dapat dipenuhi. Fokus teori ini lebih kepada pengertian yang kedua. Dalam uses and gratification, penggunaan media pada dasarnya ditentukanoleh kebutuhan dasar individu, sementara pada uses and effect, kebutuhan hanyasalah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan dan persepsi terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan membawa individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan isi media massa.8 Hasil dari proses komunikasi massa dan kaitannya dengan penggunaan media akan membawa pada bagian penting berikutnya dari teori ini. Hubungan 7 8
Bungin Burhan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakrata: kencana, 2010), h. 287 Sasa Djuarsa Senjaja, Teori Komunikasi, )Jakarta : Universitas Terbuka 2002), Hal 215
18
antara penggunaan dan hasilnya, dengan memperhitungkan pula isi media memilih beberapa bentuk yang berbeda, yaitu:9 a.
Pada kebanyakan teori efek tradisional, karakteristik isi media menentukan sebagian besar dari hasil. Dalam hal ini, penggunaan media hanya dianggap sebagai faktor perantara, dan hasil dari proses tersebut menggunakan efek.
b.
Dalam berbagai proses hasil lebih merupakan akibat penggunaan daripada
karakteristik
isi
media.
Penggunaan
media
dapat
mengembalikan, mencegah, atau mengurangi aktifitas lainnya. c.
Bahwa hasil ditentukan sebagian oleh media (melalui perantara penggunanya) dan sebagian lain dari penggunaan media itu sendiri.
d.
Asumsi dasar dari teori ini lebih menekankan bagaimana penggunaan media menghasilkan banyak efek terhadap suatu individu.
Dalam penelitian ini, khalayak dianggap telah mendapatkan informasi yang cukup mengenai Kemenkominfo setelah melakukan aktifitas menonton berita di Metro TV dan TV One, sehingga penelitian ini bukan lagi menanyakan kepuasan akan informasi tentang Kemenkominfo melainkan persepsi seperti apa yang muncul setelah mendapatkan informasi tersebut. Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa menonton dan memahami isi dari sebuah berita merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor. Keterlibatan faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman baik dan benar. Sama halnya dengan menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro
9
Sasa Djuarsa Senjaja. Teori Komunikasi, 2002, h. 215
19
TV dan TV One maka seseorang akan banyak memperoleh informasi dan semakin tinggi pula pengetahuan tentang Kemenkominfo.
C. Individual Defferences Theory Setiap individu dalam menerima inforamsi akan memberikan makna yang beralainan. Selanjutnya dia akan mengolah informasi tersebut. Penerimaan dan pengolahan informasi merupakan salah satu proses yang mendasar dalam kehidupan manusia. Individual Differences Theory (Teori Perbedaan Individual) adalah teori yang dikeluarkan oleh Melvin Defleur. Teori ini menelaah perbedaan-perbedaan di antara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu. Menurut teori ini individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. Sehingga tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.10 Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara 10
Onong Uchana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 275
20
tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.11 Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak yang dimilikinya. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian (yakni mengganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama) teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu (jika variabel antara bersifat seragam). Individual Differences Theory menyebutkan bahwa khalayak yang secara selektif memperhatikan suatu pesan komunikasi, khususnya jika berkaitan dengan kepentingannya, akan sesuai dengan sikapnya, kepercayaannya dan nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya.
D. Definisi Konseptual Konsep merupakan abstraksi suatu fenomena yang dirumuskan dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, individu tertentu yang
11
Onong Uchana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 275
21
menjadi pusat perhatian ilmu sosial.12 Definisi konseptual digunakan untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda tentang variable penelitian. 1. Terpaan Terpaan merupakan intensitas keadaan khalayak dimana terkena pesanpesan yang disebarkan oleh suatu media.Dimana intensitas yang dimaksud disini adalah kemungkinan suatu berita atau informasi mendapatkan perhatian. Terpaan media menyangkut seberapa banyak media berhasil menjangkau khalayak, berapa banyak orang membaca koran, mendengarkan radio, ataupun menonton televisi. Terpaan media dapat membawa perubahan dalam perilaku publik yang menyangkut pengetahuan, perilaku atau kebiasaan seseorang. Menurut Ardianto dan Erdinaya, “terpaan dapat diartikan sebagai kegiatan mendengar,
melihat
membaca
pesan-pesan
media
ataupun
mempunyai
pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu atau kelompok.”13 Sedangkan hubungan antara khalayak dengan isi media meliputi atensi atau perhatian khalayak terhadap suatu tayangan yang dalam penelitian ini adalah tayangan berita mengenai pemblokiran situs islam. Kenneth E. Andersen mendefinisikan perhatian atau atensi sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah.14
12
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Surva,(Jakarta: LP3S, 1991), h. 33 Ardianto dan Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), Cet. ke-2, h. 2 14 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 52 13
22
Kesuksesan suatu pesan ditentukan antara lain oleh frekuensi dan intensitas stimuli. Frekuensi berarti perulangan. Hal ini didukung oleh pernyataan Jalaluddin Rakhmat yaitu apabila suatu hal disajikan secara berulang-ulang akan dapat menarik perhatian dan akhirnya memepengaruhi bawah sadar seseoarang. 15 Sementara itu orang akan memberi perhatian terhadap apa yang menarik dan terlihat lebih menonjol. Dari pemahaman oleh para ahli tentang terpaan media tersebut, seperti dalam buku Jalaluddin Rakhmat, Rosergen menjelaskan bahwa “peneliti mencari data dan mengukurnya berdasarkan jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu dengan konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.”16 Sedangkan indikator jenis media sudah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, yaitu media elektronik Metro TV dan TVOne.Erdinaya Ardiyanto menjelaskan frekuensi penggunaan media diukur dengan mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali (hari) seseorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali (minggu) seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan dan tengah bulanan), serta berapa kali (bulan) seseorang menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan).Durasi penggunaan media dapat dilihat dari berapa lama khalayak mengikuti suatu program.Sedangkan atensi (perhatian) dinilai dari ketertarikan pada berita yang disampaikan media. Dan atensi adalah proses mental ketika stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli 15
Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-13, h. 66 16 Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, h.66
23
lainnya melemah.17 Perhatian atau atensi yang diberikan khalayak untuk menonton berita pemblokiran situs Islam.
2. Berita Dalam sebuah industri media penyiaran tidak terlepas dengan pemberitaan sebuah fenomena.Televisi sebagai media yang terdiri dari audio dan visual sekaligus menjadikan salah satu alternatif pilihan masyarakat dalam memperoleh sebuah informasi.Siaran berita televisi sering kali sulit dipahami. Secara etimologis dalam Bahasa Inggris, berita (news) berasal dari kata new (baru). Jadi berita adalah peristiwa-peristiwa atau hal yang baru. Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya “Reporting” mendefinisiskan berita sebagai berikut: “News is the timely reports of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a considerable number of people”. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk.18 Sedangkan menurut Eric C. Hepwood (1996) mengemukakan, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum.19 Informasi di televisi bersifat sekilas, artinya informasi yang diterima hanya sekali saja tanpa ada pengulangan yang juga sering disebut dengan istilah transitori sehingga cara penulisan berita pun dibedakan dari berita untuk media
17
hal. 52
18
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 130 19 Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita, (Jakarta: PT INDEKS, 2007), h. 3
24
cetak. Hal ini dilakukan karena televisi merupakan media pandang dan dengar sehingga berita di televisi harus sedapat mungkin diterima dengan mudah oleh pemirsanya bedasarkan dua aspek tersebut. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan cerita.Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.20 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual, meanrik, berguna dan dipublikasikan melalui media masa periodik: surat kabar, majalah, radio, televisi dan cyber.
3. Persepsi Persepsi merupakan inti komunikasi. Persepsi dalam psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.21 Persespi adalah “bagaimana kita melihat dunia sekitar kita”.Secara formal. Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses, dengan mana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimuli kedalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh.22Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana seseorang meyeleksi, megorganisasikan dan 20
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia, 2005), h. 55 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Individu dan teori-Teori, 3rded., (Jakarta: Balai Pustaka, cet. Ke-3, 2002), h. 94 22 Bilson Simamaora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta: PT Gramedia Utama, 2002), h. 102 21
25
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makana kepada lingkungan mereka.23 Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia popular persepsi adalah suatu pengertian yang merupakan tanggapan dari suatu objek yang dilihat atau didengar dari suatu proses pengamatan.24 Dapat diartikan bahwa persepsi menurut bahasa adalah suatu proses pemberian tanggapan yang dilakukan dengan menggunkan panca indera setiap individu terhadap objek yang ditangkapnya, dan proses ini merupakan bagian dari pengamatan terhadap nilai-nilai suatu objek dengan menggunakan panca inderanya. Dalam proses pengamatan ini, individu harus sadar dan mengetahui terhadap objek yang muncul. Dalam pengertian psikologi, “persepsi merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi yang selanjutnya akan dipahami oleh setiap individu dengan menggunakan panca inderanya”.25 Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu yang memiliki persepsi berarti dirinya sedang dalam proses pencarian informasi. Informasi tersebut diterima individu dengan menggunakan panca indera yang dimilikinya, seperti penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya. David Krech bahkan menyimpulkan bahwa persepsi ialah suatu proses dari pengetahuan yang dapat menghasilkan suatu gambaran unik yang nyata ataupun tidak nyata.26 Hal ini dapat dijelaskan bahwa persepsi terbentuk dengan adanya proses pengetahuan atau kognitif seseorang yang kompleks atau berbeda-beda dari
23
S P. Robin, Perilaku Organisasi, (Indoensia: PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2001),
h. 124 24
Bambang Mardijanto, Kamus Lengkap Bahasa IndOnesia Populer, (Surabaya: Bintang Timur, 1996), h. 481 25 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 94 26 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 142
26
setiap orang dan selanjutnya ditafsirkan untuk dapat menghasilkan gambaran yang unik mengenai suatu kenyataan atau fakta sosial. Tetapi gambaran tersebut dapat berbeda dari kenyataannya. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.27 Sebagai inti dari komunikasi, persepsi memengaruhi komunikasi. Individu memperoleh stimuli-stimuli dari lingkungan sekitar. Dari beberapa stimuli tersebut, individu menentukan untuk memilih dan berfokus pada stimuli tertentu kemudian melakukan persepsi atas stimuli tersebut dan mengabaikan yang lain. Sebagai inti dari komunikasi maka, persepsi mempengaruhi komunikasi. Pengetahuan kita tentang orang atau objek lain ditentukan oleh kesan yang kita bentuk dari mereka.28 Persepsi yang diungkapkan diatas ialah proses-proses yang terjadi pada diri individu dalam menerima informasi mengenai suatu fenomena sosial atau suatu kenyataan. Individu dapat menyeleksi atau memilih informasi seperti apa yang berguna untuknya, selanjutnya individu akan mengorganisasikan atau upaya menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan yang ada pada dirinya, dan selanjutnya individu akan mulai memberikan penafsirannya terhadap informasi yang diterimanya itu. Dalam hal ini berkaitan dengan informasi atau berita Pemblokiran Situs Islam yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dimana khalayak yang menonton berita tersebut akan dapat menafsirkan apa yang menjadi
27
Jalaluddin Rakhmat,Psikologi Komunikasi, Hal. 51 Sears, David O; Jonathan L Freedman & L. Anne Peplau, Psikologi Sosial jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985), h. 52-53 28
27
fokus perhatiannya. Khalayak dapat memberikan sebuah tanggapan atas tindakan pemblokiran yang dilakukan oleh Kemenkominfo.
4. Citra Citra merupakan refleksi dari identitas perusahaan. Identitas perusahaan itu sendiri adalah manifestasi visual dari realitas perusahaan yang disampakan melalui visi, nama, logo serta perilaku anggotanya. “Citra adalah fungsi dari bagaiman konstituen meneriam semua pesan yang disampaikan perusahaan melalui nama, logo, preresntasi diri, termasuk didalamnya ekspresi dari visi organisasi.”29 Citra Kemenkominfo sendiri adalah citra terdiri atas yang dipercaya oleh masyarakat tentang Kemenkominfo yang berkaitan dengan pemberitaan Pemblokiran Situs Islam di televisi berita, Metro TV dan TV One. Kebijakan Pemblokiran Situs Islam yang dilakukan oleh Kemenkominfo yang menuai pro dan kontra. Menurut Robert citra adalah “representing the totality of all information about the worldany individual has processed, organized, and stored”, yang berarti menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan individu.30Citra merupakan sebuah persepsi tentang realitas dan tidak harus selalau sesuai dengan realitas yang ada.Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima.Media massabekerja untuk menyampaikan
29
Paul Argenti, Corporaten Communication, (New York: McGraw-Hill Companies, 2003), h.70 30 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 223
28
informasi
untuk
khalayak
di
mana
informasi
tersebut
membentuk,
mempertahankan atau mendefinisikan citra.31 Definisi lain diungkapkan oleh G.Sach, citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap-sikap terhadap kita yang mempunyai kelompokkelompok kepentingan yang berbeda.32Citra ini dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap mental ini nantinya akandipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Dalam bukunya yang berjudul Public Relations Technique, Frank Jefkins menyatakan pengertian citra secara umum, menurutnya citra ialah kesan seseorang atau individu yang dihasilkan dari pengetahuan dan pengalamannya mengenai sesuatu yang muncul dan Jefkins menambahkan bahwa citra merupakan suatu kesan yang dapat diperoleh dari pengetahuan dan pengertian seseorang mengenai suatu fakta atau kenyataan.33 Citra merupakan hasil evaluasi dalam diri seseorang berdasarkan persepsi dan pemahaman terhadap gambaran yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan dalam benak sesorang. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan, atau respon seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana meraka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau yang tidak disukai dari objek tersebut.
31
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 224 Onong Uchana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi , 2002, h. 165 33 Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, Cet.Ke-4, h. 114 32
29
Suatu citra bisa sangat kaya makna atau sederhana.Citra dapat berjalan stabil dari waktu ke waktu atau sebaliknya bisa berubah dinamis, diperkaya oleh jutaan pengalaman dimana berbagai jalan pikran asosiatif.Setiap orang bisa melihat citra suatu objek berbeda-beda, tergantung pada persepsi yang ada pada dirinya mengenai objek tersebut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa citra ialah suatu kesan setiap orang atau individu yang merupakan hasil pengetahuan dan pengalaman yang dialaminya terhadap suatu institusi perusahaan atau sosok figur. Dalam penjelasannya, Frank Jefkins menambahkan bahwa citra juga sebagai kesan setiap individu mengenai sesuatu yang bersifat fakta atau kenyataan. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Dengan bantuan media massa yang berperan sebagai penyalur informasi. Untuk khalayak informasi dapat menentukan, membentuk, atau mendefinisikan sebuah citra. Menurut McLuhan, media massa merupakan perpanjangan alat indera kita. Dengan media massa kita memeperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi, yaitu relaitas tangan kedua (second hand reality). Televisi menampilkan tokoh-tokoh atau lembaga tertentu, dan mengesampingkan yang lainnya. Dengan hal ini, maka kita dalam membentuk citra berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan oleh media massa. Erat kaitannya dengan penonjolan berita yang dilakukan media massa, Lazarsfield dan Merton membicarakan fungsi media dalam memberikan status (status conferral). Karena namanya, gambarnya, atau kegiatannya dimuat oleh
30
media, maka orang, organisasi, atau lembaga akan mendapatkan reputasi yang tinggi.34 John S. Nimpono mengungkapkan proses pembentukan citra :35 Gambar 2
Pada gambar di atas dapat dijelaskan ada empat komponen yang dapat membentuk citra, yaitu persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap diartikan sebagai cara individu terhadap rangsangan yang diberikan oleh lembaga. Proses pembentukan citra menurut gambar diatas pada akhirnya akan menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu. Untuk mengetahui bagaimana citra perusahaan atau lembaga di publik luar dibutuhkan adanya suatu penelitian. Melalui penelitian, lembaga dapat mengetahui secara pasti sikap publik terhadap lembaganya, mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak. Empat komponen diatas merupakan bagian dari sebuah proses komunikasi yang tidak dapat terhindarkan. Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk memahami rangsang tersebut. Hal ini berarti, ketika individu menerima rangsang atau berusaha mencari informasi mengenai objek tersebut
hal. 225
34
Jalaluddin Rakhmat, Psikpologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakrya 2005),
35
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (2004), Cet.Ke-
4, h, 114
31
melalui pengalamannya, maka kemudian individu akan berusaha untuk memberikan persepsi. Selanjutnya ialah kognisi, kognisi ialah adanya kesadaran atau pengetahuan yang muncul dari individu terhadap rangsangan atau informaasi yang diterimanya. Hal ini berarti, ialah ketika individu sudah mulai memberikan persepsi, maka timbulah keyakinan dalam dirinya terhadap rangsang atau objek yang dilihat atau didengar. Proses selanjutnya ialah adanya motivasi, motivasi ialah keadaan individu yang mendorong dirinya agar melakukan kegiatan tertentu hingga mencapai tujuan yang di inginkannya. Setelah melalui proses kognisi, kemudian rangsang akan memotivasi individu untuk mencapai suatu tujuan. Proses yang terakhir ialah sikap, yakni kecenderungan untuk bertindak, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi ataupun nilai.36 Artinya ialah ketika individu sudah membentuk persepsi yang mempengaruhi kognisinya sehingga memotivasi dirinya, maka selanjutnya individu tersebut akan melakukan tindakan dalam menghadapi objek atau rangsang. Pada akhirnya, proses pembentukan citra ini akan menghasilkan sikap atau pandangan mengenai suatu objek atau rangsangan yang dilihat atau didengar oleh individu untuk dapat mengetahui bagaimana kesan yang hadir pada benak khalayak mengenai figur, organisasi, maupun perusahaan.
36
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, Cet.Ke-4, h. 116
32
E. Variabel Ketiga 1. Kredibilitas Media (kepercayaan) Kredibilitas media pada penelitian ini merupakan tingkat kepercayaan seseorang terhadap suatu media dalam memberikan informasi.Posisi sebuah media sebagai sumber informasi memainkan peranan yang penting. Media massa sebagai sumber pesan mempuanyai beragam, jenis format. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh media tersebut dan membentuk kredibilitas media itu, yang mana berdasarkan mana khalayak menilai kegunaannya sebagai sumber informasi.Kredibilitas media didefinisikan sebgai tingkatan sejauh mana sumber komunikasi dianggap dipercaya publik.37 Jadi pada riset ini peneliti ingin melihat sejauh mana kredibilitas atau tingkat kepercayaan responden terhadap media Metro TV dan TV One.
2. Motif Motif
berasal
dari
bahasa
Inggris
“motive”
berasal
dari
kata
movere atau motion yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Istilah motif erat hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu untuk menggerakan atau membangkitkan sehingga individu itu berbuat sesuatu.38 Motif
timbul
karena
adanya
suatu
kebutuhan.
Kategori
motif
pengonsumsian media menurut McQuail dalam penelitian ini dikategorikan
37
Wilhout, G.Claveland dan H. Debock. Mass Communication Review Yearbook vol. 2 (Eds). (Beverly Hill: Sage Publications, 1981) h. 236. 38 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 178
33
menjadi empat, yaitu:39 motif mencari informasi, motif identitas pribadi, motif interaksi sosial, dan motif mencari hiburan.
F. Hipotesis Teori Dari rumusan teoritis dan definisi konseptual diatas, maka dapat dirumuskan Hipotesis Teoritisnya pada kerangka waktu yang ditetapkan dalam penelitian ini antara lain: H01 : Tidak terdapat hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam di televisi terhadap citra Kemenetrian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa UIN Jakarta. Ha1 : Terdapat hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam di televisi terhadap citra Kemenetrian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa UIN Jakarta.
39
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), Cet. Ke- 3, h. 213.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang berada di Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Telp (62-21) 740152, Fax (62-21) 7402982. Adapun waktu pelaksanaannya penelitian dilaksanakan pada Mei 2015 - Maret 2015.
B. Paradigma Paradigma adalah cara pandang sesorang ilmuan tentang sisi strategis yang paling menentukan nilai sebuah disiplin ilmu pengetahuan itu sendiri. 1 Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivisme, yakni suatu pandangan bahwa ilmu hanya dapat diperoleh melalui fenomena yang empiris, dapat diamati dan diukur serta diuji dengan metode ilmiah.2 Paradigama positivis ini diawali dari sebuah teori dalam melakukan penelitiannya. Teori dalam penelitian berparadigma positivis menjadi sumber jawaban utama atas berbagai rasa ingin tahu dari para peneliti.3 Dalam buku Severin dan Tankard, tujuan dari postpositivis adalah untuk memberikan penjelasan-penjelasan, prediksi, dan kontrol (dalam hal ini melihat
1
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. Ke-
5, h. 25 2
Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: Rajagrafindo, 2012), Cet. Ke-1, h. 27. 3 Babbie, Earl (1992), The Practice Of Social Research, (California: Wardsworth Publishing company), h. 47
34
35
hubungan antara ilmu sosial dan ilmu fisik). Masing-masing paradigma memiliki definisi, karakteristik, dan Epistimologi
dari
hubungan
paradigma
dengan
positivisme
kebenaran adalah
dan
metode
keyakinan. hypothetico-
deductive. Louw (1998) menuliskan : The researcher use hypotetico-deductive reasoning. This means that they inspect the data, hypothesise that a particular theory or explanation best explain the data, deduce that in reality certain events should happen if their theory or explanation is correct, then test their theory or explanation by seeing whether the predicted phenomenon in fact does occur. In hypotethico-deductive reasoning, thingking begins with the possible and then moves to the real.4
Berdasarkan kutipan di atas, peneliti melakukan beberapa tahap sesuai dengan pemikiran hypothetico-deductive. Tahap pertama adalah observasi terlebih
dahulu, mengumpulkan
data
awal (pre-liminary
information
gathering), merumuskan teori, mengumpulkan data lanjutan, menganalisis data yang telah dikumpulkan, dan menginterpretasikan hasil dari analisis tersebut.
C. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian jenis kuantitatif, karena semua data diwujudkan dalam bentuk angka yang diolah dengan model statistika menggunakan bantuan program SPSS. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan.5 Periset dituntut bersikap objektif dan memisahkan diri dari
4
Da Louw Ae Louw, Human Developtment, (Pinendlands Cape Town : Kagiso Tertiary, 1998), 2nd Edition, h.81 5 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.55
36
data.6 Artinya periset tidak boleh membuat konsep dan alat ukur sendiri, melainkan harus memilki batasan konsep dan berdasarkan hasil uji reliabilitas dan validitas. Maka, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini juga berasal dari responden secara tertulis dalam kuesioner.
D. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatif, menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya atau menghubungkan sebab dan akibat antara dua variabel. Pada penelitian ini peneliti membutuhkan definisi konsep, kerangka konseptual dan kerangka teori.7 Dalam pelaksanaanya, explanatory reasearch ini menggunakan metode survey. Metode survey adalah data yang dikumpulkan melalui teknik penyebaran angket.8 Pada format ekspalanasi survei, peneliti diwajibkan membangun hipotesis penelitian dan mengujinya di lapangan melalui kuesioner sebagai alat pengumpul data. Dalam hal ini, variabel yang diujikan berdasarkan hipotesis penelitian yang sudah disebutkan dalam bab sebelumnya adalah pengaruh terpaan berita terhadap persepsi mahasiswa UIN Jakarta tentang citra kemkominfo serta hubungannya terpaan dan persepsi mahasiswa UIN Jakarta tentang citra Kemkominfo keduanya dengandua variabel kontrol, yaitu motivasi dan kredibilitas media.
6
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 55 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 68 8 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Janah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Grafindo Persada, 2005), h. 9. 7
37
E. Operasionalisasi Variabel 1. Terpaan berita Pemblokiran Situs Islam Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel X Variabel Terpaan
Dimensi Indikator Frekuensi Berapa kali responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dalam sebulan Berapa kali responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dalam sebulan Durasi Lamanya responden menonton tayangan berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV setiap harinya Lamanya responden menonton tayangan berita Pemblokiran Situs Islam TV One setiap harinya Atensi Seringnya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Media Massa lainnya Sering mendiskusikan berita Pemblokiran Situs Islam dengan orang lain Seringnya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam secara keseluruhan
Pengukuran 1 - 3 kali (1) 4 - 6 kali (2) 7 - 9 kali (3) >10 kali (4)
1 - 3 menit (1) 4 - 6 menit (2) 7 - 9 menit (3) >10 menit (4)
Tidak setuju (1) Kurang setuju (2) Setuju (3) Sangat setuju (4)
Skala Ordinal
38
2. Citra Kemenkominfo Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Y Variabel
Dimensi
Indikator
Pengukuran
Informasi lancar dan benar Profesional
Informasi terbaru tentang berita Pemblokiran Situs Islam Informasi sesuai dengan fakta Mempunyai kemmapuan memblokir situs Islam Mempuanyi dasar pengetahuan untuk memblokir situs Islam Membuka peluang bagi masyarakat untuk memberikan saran situs Islam bermuatan negatif Membuka peluang bagi masyarakat mengkritik Pemblokiran Situs Islam Bekerjasama denga tokoh ahli dibidangnya Meningkatkan tata kelola penangaan situs inetrnet bermuatan negatif (PSIBN) Memangil pemilik website bermuatan negatif untuk verifikasi Terbuka tentang berita Pemblokiran Situs Islam Memeberikan informasi dari sumber yang tepat Bertanggungjawab terhadap penyeleksian situs Islam bermuatan negatif dengan cepat Bertanggung jawab hingga selesai Memberikan keterangan yang sama kepada semua media Membokir sesuai dengan laporan Menetapkan kebijkan membentuk forum penanganan situ inetrnet bermuatan negatif (PSIBN) Memberikan analisis yang tepat terhadap Pemblokiran Situs Islam Melakukan pemantauan endalam terhadap situs Islam bermuatan negatif Menormalisasikan situs yang telah diblokir Memberikan tayangan dari sumber yang tepat Memberikan pengetahuan situs isalm bermuatan negatif Verifikasi hasil analisis untuk melindungi negara dari perpecahan
Tidak setuju (1) Kurang setuju (2) Setuju (3) Sangat setuju (4)
Integritas moral Citra Kemenkominfo
Tayangan dan informasi edukatif Kepentingan nasional
Skala Ordinal
39
3. Variabel Ketiga Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Ketiga Variabel Kredibilitas
Motif
Dimensi Akurat
Indikator Tayangan berita pemblokiran situs Islam bersifat akurat Kelengkapan Tayangan berita pemblokiran situs Isalm bersifat lengkap Informatif Tayangan berita Pemblokiran Situs Islam bersifat informatif Mendidik Tayangan berita Pemblokiran Situs Islam bersifat mendidik Kepercayaan Tayangan berita Pemblokiran Situs Islam dapat dipercaya Kejujuran Tayangan berita Pemblokiran Situs Islamberdasarkan kejujuran Kejelasan Tayangan berita pemblokiran situs Isalm sudah jelas Kemenarikan Tayangan berita pemblokiran situs isalm menarik Kebenaran Tayangan berita Pemblokiran Situs Islam benar sesuai relaitas Kebiasan Tayangan ebrita Pemblokiran Situs Islam tidak bias Motif Menonton berita Pemblokiran mencari Situs Islam karena informasi mmebutuhkan informasinya Motif Menonton berita Pemblokiran identitas Situs Islam karen aingin pribadi memperoleh nilai lebih sebagai mahasiswa Motif Menonton berita Pemblokiran interaksi Situs Islam karen aingin social menemukan bahan percakapan dengan orang lain Motif Menonton berita Pemblokiran mencari Situs Islam karena beritanya hiburan cukup menghibur
Pengukuran Tidak setuju (1) Kurang setuju (2) Setuju (3) Sangat setuju (4)
Skala Ordinal
F. Teknik Pengukuran Dalam penelitian kuantitatif explanatory research diperlukan teknik pengukuran guna mengetahui nilai-nilai variabel yang dioperasionalisasikan dalam bentuk daftar pertanyaan kuesioner. Pada riset ini penentuan nilai
40
menggunakan skala interval karena tiap pernyataan yang berskala interval mempunyai jenjang (jarak) dengan bobot tertentu. Jenjang tertinggi adalah pernyataan yang searah atau mendukung hipotesa dan jenjang terendah merupakan pernyataan yang berlawanan dengan hipotesa (tidak mendukung). Berdasarkan jumlah pernyataan untuk tiap variabel, nilai-nilai yang diperoleh dijumlah lalu diklasifikasikan dalam tiga kategori alternatif: tinggi, sedang, dan rendah pada variabel terpaan berita Pemblokiran Situs Islam di televisi (X); dan kategori: baik, biasa, serta buruk pada variabel persepsi citra Kemenkominfo (Y). Sedangkan untuk variabel ketiga kredibilitas media atau tingkat kepercayaan terhadap media terdiri dari kategori: tinggi, sedang, dan rendah. Penilaian menggunakan skala interval, untuk mengetahui intervalnya maka digunakan rumus sebagai berikut:
G. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan. Oleh karena itu, populasi penelitian merupakan keseluruhan (Universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data
41
penelitian. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif.9 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta angkatan 2012. Pemilihan populasi ini dengan alasan karena mahasiswa dianggap sebagai orang yang aktif dan memperhatikan perkembangan berita Pemblokiran Situs Islam oleh Kemenkominfo. Karena Kemenkominfo sebagai pelaksana kebijakan dan standarisasi teknis dibidang informasi, komunikasi publik, dan hubungan masyarakat pemerintah. Maka Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta sangat cocok untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Mahasiswa yang memiliki bidang keilmuan yang berbeda, yaitu dakwah dan komunikasi serta sitem informasi dan teknologi informasi yang berkaitan dengan situs online. Sehingga mampu memberikan penilaian terhadap Kemenkominfo dan dalam mendapatkan informasi mereka seharusnya lebih selektif dalam menerima informasi apapun. Table 3.4 Jumlah Populasi Mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2012 No. 1 2
9
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sains dan Teknologi Total
Burhan Bungin, Metodologi penelitian kuantitatif , h. 99
Jumlah 430 466 896
42
Populasi dalam penelitian ini berjumalah 896 mahasiswa yang terdiri dari 430 mahasiswa fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012 serta 466 mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2012. Table 3.5 Jumlah populasi Mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012 No. 1 2 3 4 5 4 5
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Jurnalistik Bimbingan dan Penyuluhan Islam Manajemen Dakwah Manajemen Haji dan Umroh Pengembangan Masyarakat Islam Kesejahteraan Sosial
Pria 78 22
Wanita 83 32
Jumlah 161 54
11
12
33
40 22
17 17
57 39
23
8
31
26
29
55
Total
430
Populasi pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2012 ini berjumlah 430 mahasiswa yang terdiri dari 161 mahasiswa jurusan KPI, 54 mahasiswa Juranlistik, 33 mahasiswa jurusan BPI, 57 mahasiswa jurusan MD, 39 mahasiswa MHU, 31 mahasiswa jurusan PMI, dan 55 mahasiswa jurusan Kesos. Table 3.6 Jumalah populasi Mahsiswa Fakultas Sains danTeknologi angkatan 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7
Jurusan Teknik Informatika Agribisnis Sistem Informasi Matematika Biologi Kimia Fisika Total
Pria 96 61 83 11 7 18 12
Wanita 32 38 58 17 20 36 15
Jumlah 128 61 141 28 27 54 27 466
43
Populasi pada Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2012 ini berjumlah 466 mahasiswa yang terdiri dari 128 mahasiswa jurusan TI, 61 mahasiswa jurusan Agribisnis, 141 mahasiswa jurusan SI, 28 mahasiswa jurusan Matematika, 27 mahasiswa jurusan Biologi, 54 mahasiswa jurusan Kimia dan 27 mahasiswa jurusan Fisika. Metode sampling adalah pembicaraan bagaimana menata berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang tata cara pengambilan sampel agar menjadi sampel yang representatif. Dengan tidak melupakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memperoleh sampel yang representatif, peneliti memulai mengenal keseragaman dan ciri-ciri khusus populasi. Pekerjaan ini menuntut ketelitian. Dari ketelitian ini kemudian peneliti menentukan rancangan yang dipakai dalam mengambil sampel. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Rancangan sampel probabilitas yang merupakan penarikan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dengan demikian, dalam rancangan ini tidak terdapat diskiriminasi unit populasi yang satu dengan yang lainnya. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel, unit-unit populasi harus di random. Oleh karenanya, rancangan ini juga disebut sebagai sampling acakan- karena cara kerjanya yang acakan itu.10 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Proportional random sampling yang
merupakan
teknik
sampling
yang
kurang
lebih
leluasa
dalam
penggunaannya, maksudnya teknik ini dapat digunakan pada populasi berstrata,
10
Burhan Bungin, Metodologi penelitian kuantitatif, h. 106
44
populasi area ataupun populasi cluster. Hal yang terpenting dalam teknik ini adalah penggunaan perwakilan berimbang, karena itulah sebelum menggunakan teknik ini, peneliti harus mengenal lebih dulu ciri-ciri tertentu dari populasi yang ada. Peneliti harus mengetahui besar kecil unit-unit populasi yang ada. Kemudian dengan pengetahuan ini peneliti mengambil wakil dari unit-unit populasi tersebut dengan sistem perwakilan yang berimbang.11 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 277 orang. Pengambilan sampel berdasarkan atas perhitungan menggunkan rumus Slovin dengn taraf kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 95% atau taraf kesalahan 5%. Rumus perhitungan besaran sampel,12
(dibulatkan menjadi 277) Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance) sebesar 5%
Setelah membentuk 277 orang sebagai sampel, maka pemilihan sampel dari populasi sebesar 896 orang akan dipilih secara acak. Caranya adalah dengan menggunakan sampel bertingkat. Sampel bertingkat digunakan bila peneliti ingin memastikan bahwa segmen tertentu dari populasi tersebut 11 12
Burhan Bungin, Metodologi penelitian kuantitatif , h. 114 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h. 105
45
terwakili dalam sampel. Pada sampel bertingkat, populasi dibagi menjadi subkelompok yang disebut strata.13 Pada penelitian ini, strata dibagi berdasarkan perbedaan fakultas. Strata pertama adalah individu pada fakultas Ismu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Strata kedua adalah individu fakultas Sains dan Teknologi. Adapun jumlah dari populasi sebesar 896 orang, sampel fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi adalah 430 orang dan sampel fakultas Sains dan Teknologi adalah 466 orang. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Responden berjumlah 133 orang. Fakultas Sains dan Teknologi
Responden berjumlah 144 orang.
Cara penarikan sampel penelitian ini adalah penarikan sampling acak sederhana (Simple
Random
Sampling). Wibisono (2003) menuliskan, pada
sampling acak sederhana, tiap elemen dalam populasi mempunyai peluang yang
sama
13
dan
diketahui
untuk
terpilih
menjadi
subjek
penelitian.
Bruce. A Chadwick, Social Science Research Methods, (New Jersey; Prentice Hall International Inc, 1991), h. 73
46
Pengambilan sampel secara acak mempunyai tingkat kebiasan yang sedikit dan menawarkan generalizability yang baik.14
H. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu: 1. Data primer Dilakukan melalui teknik kuisioner (angket). Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang iaketahui.15 Pada penelitian survey, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan tertera dalam angka-angka, table-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner tersebut.Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai, dan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin.16 2. Data sekunder Digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur yang relevan dengan permasalahan penelitian. sumber-sumber literatur dapat berupa buku, makalah ilmiah, jurnal, internet, maupun penelitian-penelitian yang telah
14
Dermawan Wibisono, Riset Bisnis : Panduan Bagi Praktisi dan Akademisi, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.45 15 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,2006, h.151 16 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 2011), hal. 175
47
dipublikasikan melalui jurnal-jurnal ilmiah. Data tersebut kemudian dikumpulkan dan dikaitkan dengan topik penelitian sehingga dapat menjelaskan konsep dan ide peneliti.
I. Uji Validitas dan Reliabilitas Data 1. Uji Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Pernyataanatau pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebihbesar dari r standar yaitu 0,3.17 Pada penelitian ini, uji validitas berguna untuk mengetahui apakah terdapat pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti karena tidak relevan. Instrumen dianggap valid jika rhitung> rtabel dan dalam penelitian ini, dianggap memenuhi syarat koefisien dengan n = 30 dengan nilai taraf signifikan 5% yaitu 0,361 dan taraf signifikan 1% yaitu 0,463. Pada uji instrumen ini, peneliti menggunakan bantuan Microsoft Excel untuk menguji validitas instrumennya. 2. Uji Reliabilitas Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap selanjutnya adalah menguji realibilitas alat tersebut. Realibilitas adalah ukuran kepercayaan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Hasil pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran diperoleh hasil
17
Mohammad Mulyadi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitaif, (Jakarta: Publica Institute,2010), h. 109.
48
yang relative sama.18 Uji realibilitas dilakukan dengan melihat jawaban responden pada kuisioner yang disebarkan. Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Pada program SPSS, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha. Apabila Cronbach Alpha yang diperoleh dari pengujian ini lebih besar dari 0,60 maka kuesiOner dinyatakan reliabel sebaliknya bila nilai alpha menunjukkan hasil lebih kecil dari 0,60 maka kuesioner dinyatakan tidak reliabel.
J.
Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis yang digunakan untuk menganalisa hasil penelitian menggunakan analisis statistik inferensial.Satistik inferensial digunakan untuk riset eksplanatif yang bertujuan menjelaskan hubungan antara dua variabel.19 1. Uji Koefisien Korelasi Untuk menganalisis hubungan terpaan pemberitaan dengan persepsi mahasiswa tentang citra Kemenkominfo ini menggunkan bantuan analisis statistik korelasi Pearson Product Moment. Rumus atau teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui koefisien korelasi atau derajat kekuatan hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel/data/skala interval dengan interval lainnya.Simbol korelasi product moment ditulis dengan huruf “r”.20 Rumus Korelasi Pearson Product Moment adalah:
√ 18
Azwar, Saiffudin, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 4 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 170 20 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, h. 173 19
49
Keterangan: r = koefisien korelasi x = angka mentah untuk variabel X y = angka mentah untuk variabel Y n = jumlah sampel atau responden Pada penelitian ini, perhitungan koefisien korelasi menggunakan bantuan software IBM SPSS Statistic 20. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditentukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada tabel berikut:21
Tabel 3.7 Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Interval 0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 0,40 - 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
21
Tingkat hubungan Sangat lemah Lemah Cukup Kuat Sangat kuat
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Research & Development, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 229.
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Stasiun Televisi Metro TV dan TV One 1. Gambaran Umum Stasiun Televisi Metro TV a. Sejarah Metro TV Metro TV adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000. Metro TV merupakan salah satu anak perusahaan dari Media Grup yang dimiliki oleh Surya Paloh. Surya Paloh merintis usahanya di bidang pers sejak mendirikan surat kabar harian Prioritas, yang ditutup oleh pemerintah pada tanggal 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu vokal. Surya Paloh adalah anak perwira menengah polisi yang bertugas di Sumatera Utara pada dekade 1960-an yang terjun dalam dunia bisnis pada saat usianya baru 14 tahun sambil merintis karier politik. Ia menggalang anak-anak di lingkungan militer untuk mendirikan dan mengembangkan organisasi PPABRI (Putra-Putri ABRI) tahun 1968 dan FKPPI (Forum Komunikasi Putra-Putri ABRI) tahun 1978, yang kemudian menjadi salah satu pilar kekuatan yang menopang pemerintahan Orde Baru. Terhitung sejak tahun 1984, Surya Paloh memangku 2 jabatan sekaligus, yaitu: sebagai Ketua Dewan Pimpinan AMPI (Angkatan Muda Pembaruan Indonesia), dan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan PimpinanPusat FKPPI. Menjelang usianya yang ke-19 tahun, Surya Paloh dicalonkan sebagai anggota DPRD Kota madya Medan, dan ia terpilih dua kali menjadi anggota
50
51
MPR yaitu periode: 1977-1982 pada umur 26 tahun dan periode 1982-1987. Selama masa jabatannya ia banyak melakukan perlawanan politik. Citacitanya untuk mengembangkan budaya demokrasi disalurkan melalui sejumlah organisasi yang dipimpinnya serta surat kabar “Prioritas”, dan tabloid “Detik” miliknya. Pada tahun 1989 ia mengambil alih Media Indonesia dan pada tahun 1993 Surya Paloh meletakkan dasar perjuangan untuk kebebasan pers dengan mengajukan untuk Judicial Review atas pembredelan Prioritas. Kemerdekaan Pers di Indonesia terwujud pada tahun 1998. Pada tahun 2000 ia memperkokoh posisinya sebagai seorang publisher dengan mendirikan Metro TV, stasiun televisi berita 24 jam pertama di Indonesia. Surya Paloh adalah juga pemilik dari: Indocater, Lampung Pos, Sheraton Media Hotel (Jakarta), Papandayan Hotel (Bandung) dan Intercon Jimbaran Hotel (Bali). Pada tahun 1989, ia mengambil alih Media Indonesia yang kini tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah Kompas di Indonesia. Oleh karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak kemedia elektronik. Metro TV bertujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke seluruh pelosok Indonesia. Selain bermuatan berita, Metro TV juga menayangkan beragam program informasi mengenai kemajuan teknologi, kesehatan, pengetahuan umum, seni dan budaya, dan lainnya lagi guna mencerdaskan bangsa. Metro TV terdiri dari 60% berita (news), yang ditayangkan dalam 3 bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Mandarin, ditambah dengan 40% infotaiment maupun entertainment yang
52
bersifat eduktif. Metro TV mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000 dengan 12 jam tayang dan sejak 1 April 2001 Metro TV sudah mulai mengudara selama 24 jam. Metro TV dapat ditangkap secara tereterial di 52 kota dan 100 kabupaten.1 Melalui Cablevision di seluruh Indonesia, melalui Satelit Palapa 2 ke seluruh Negara-negara ASEAN, termasuk di Hongkong, Cina Selatan, India, Taiwan, Macao, Papua New Guinea dan sebagian Australia serta Jepang. Dan secara live pada waktu-waktu tertentu di Negara lainnya di Asia melalui Channel News Asia (CNA) maupun diseluruh RRC melalui China Central Television (CCTV), Metro TV berusaha untuk memberikan sumber berita mengenai
keadaan
dalam
negeri
yang
dapat
dipercaya dan
komprehensif kepada dunia luar. Untuk memberikan kualitas yang maksimal maka Metro TV didesain secara khusus dengan menggunakan teknologi Digital System yang merupakan teknologi termutakhir dalam dunia pertelevisian.
b. Visi Metro TV 1. Menjadi TV Berita Indonesia yang independen dan dapat ditangkap tayangnya secara internasional. 2. Menjadi referensi terpercaya untuk dunia internasional dalam mencari informasi yang akurat mengenai Indonesia. 3. Menjadi referensi terpercaya untuk penduduk di Indonesia dalam
1
PT Media Televisi Indonesia (Metro TV), Company Profile (Jakarta: Metro TV), h. 2.
53
mencari informasi yang akurat mengenai kejadian-kejadian baik di luar negeri maupun di dalam negeri. 4. Menjadi
acuan
yang
terpercaya
yang
dapat
mempengaruhi
pertimbangan-pertimbangan para pengusaha dan pemerintah secara positif demi kemajuan bangsa dan negara. 5. Menjadi saluran promosi bagi Negara Indonesia dalam bidang pariwisata dan ekonomi. 6. Menjadi saluran edukatif yang dapat dinikmati bangsa Indonesia dari segala umur dan kalangan. 7. Menjadi partners-in-broadcasting dengan TV lain di Manca Negara.
c. Misi Metro TV 1. Menjadi TV berita tercepat, akurat dan terpercaya dalam penyampaian beritanya. 2. Menjadi saluran yang dapat mengembalikan nama baik Negara Indonesia di mata dunia luar. 3. Membantu mengedukasi bangsa Indonesia melalui program-program yang informatif dan aktual, baik dalam bidang politik, budaya, hukum, intelektual dan moral. 4. Membantu negara untuk mensosialisasikan kebijakan-kebijakannya, membantu untuk menstabilkan keadaan dalam negeri, menambah kepercayaan dari luar negeri dan membantu memulihkan keadaan ekonomi pasca masa resesi.
54
d. Konsep Siaran Metro TV Stasiun TV ini memiliki konsep agak berbeda dengan stasiun televisi lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya, meski tetap dalam koridor news. Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia
Now yang dapat
disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia. Metro TV juga menayangkan program eLifestyle, yakni program talkshow yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.
e. Logo Gambar 4.1 Logo Metro TV
55
2. Gambaran Umum Stasiun Televisi TV One a. Sejarah TV One TV One adalah stasiun teelvisi yang dimana mengkhusukan dirinya sebagai televisi berita dan olah raga (News and Sport). TV One mulai mengudara pertama kali pada tanggal 14 Februari 2008, pukul 19.30 WIB yang diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. TV One menjadi stasiun televisi pertama di Indoensia yang mendapatkan kesempatan untuk diresmikan dari Istana Presiden Republik Indonesia. TV One secara progresif mengispirasi masyarakat Indoensia yang berusia 15 tahun ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui program Newsand Sports yang dimilikinya. (Dokumen company profile TV One). Sebelum dilncurkan secara resmi, pada mulanya stasiun televisi bernama TV One ini bernama “Lativi”. Perubahan nama “Lativi” disebabkan oleh perubahan kepemilikan dan perubahan startegi PT. Lativi Media Karya. Pemilik lama yaknibekas Menteri tenaga Kerja Abdul Latief melepas kepemilikannya karena akan fokus pada bisnis inti keluarga yakni Pasaraya. Kepemilikan pun jatuh ke tangan Erick (Grup Mahaka) dalam konsorsium bersama dua pengusaha muda, Anindya Bakrie (Grup bakrie) dan Rosan Perkasa Roeslani (Presiden Direktur Recapital). Sebagai pendatang baru dalam dunia News, TV One telah mempersiapkan bentuk berita baru yang belum pernah ada sebelmnya. Seperti Apa Kabar Indoensia, yang merupakan program informasi dalam bentuk diskusi ringan dnegan topik-topik terhangat bersama para narasumber dan
56
masyarakat, disiarkan secara langsung pada pagi hari dari studio luar TV One. Program berita hardnews TV One dikemas dengan judul: Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar, Kabar Siang, Kabar Petang, dan Kabar Malam. Kemasan yang berbeda juga disuguhkan oleh Kabar Petang, menampilkan bentuk pemberitaan yang menghadirkan secara langung berita-berita dari Biro Pusat Jakarta dan beberapa Daerah (Medan, Surabaya, Makassar) dengan bobot pemberitaan yang berimbang antar semua Biro. Program ini meraih penghargaan Muri (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Tayangan Berita yang Dibacakan Langsung Oleh 5 Presenter dari 4 Kota yang Berbeda dalam Satu Layar”. Sedangkan Kabar Malam bekerjasama dengan seluruh media nusantara untuk menghasilkan editorial yang lengkap, kredibel dan dinamis. Tayangan Sport TV One akan meliputi pertandingan-pertandingan unggulan yang disiarkan langsung, mulai dari Sepak Bola Eropa (Liga Inggris dan Liga Spanyol), Bola voli Nasioanl (Pro Liga) Moto Cross, A1, Tinju Dunia, dan masih banyak lainnya. TV One juga menaynagkan programprogram Selected Entertainment yang mampu memberikan insirasi bagi para pemirsa untuk maju dna selalu berpikiran positif, tanpa unsur membodohi. Melalui segala perkembangan yang dimiliki, diharapkan penyebaran semangat TV One untuk mendorong kemajuan bangsa dapat teralisasikan dengan baik. TV One dapat ditangkap secara tersterial di 32 kota besar dan sekitarnya yang tersebar di Indoensia, yang dipancarkan dari transmisi. TV One juga memiliki 60 buah mobile satelit untuk dapat menyangkan secara langsung (live) kejadian-kejadian yang terjadi di seluruh Indoensia. Satelit
57
tersebut terbagi menjadi empat puluh delapan mobil SNG (Satelit News Gathering) dan dua Belas mobil ENG (Electronic News Gathering)
b. Visi TV One Untuk mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa.
c. Misi: 1. Menjadi stasiun TV Berita & Olahraga nomor satu. 2. Menayangkan program News & Sport yang secara progresif mendidik pemirsa untuk berpikiran maju, positif dan cerdas. 3. Memilih program News & Sport yang informatif dan inovatif dalam penyajian dan kemasan.
d. Konsep Program TV One Perencanaan program TV One tentu didasari oleh target konsumen serta riset. Kegunaannya adalah untuk mendapatkan audience sebanyak mungkin pada setiap kurun waku tertentu agar dapat menarik memasang iklan. Hal ini penting karena penerimaan keuangan terbesar pada sebuah industri media adalah dari sektor iklan. Pembagian banyaknya program muatan berita (news) dan mjuatan non-berita (entertainment) adalah sebanyak 70% untuk informasi dan 30% untuk olahraga dan hiburan. Dalam mengklasifikasikan programnya, TV One membaginya kedalam kategori, yaitu: (1) News One. (2) Sport One, (3) Info
58
One dan (4) Reality One. TV One membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program. Pada umumnya setiap stasiun televisi memiliki acara yang menjadi program unggulan. Begitu juga dengan TV One sebagai stasiun televisi yang menyatakan dirinya sebagai stasiun yang terdepan dalam mengabarkan, juga memiliki program unggulan yang hampir seluruh acara unggulannya berupa program berita. Hal ini dikarenakan memang TV One adalah stasiun televisi berita. Di antara program unggulan TV One adalah pertama Kabar Pagi merupakan program acara berita TV One yang ditayangkan pada pukul 04.30 pagi. Format penyajian dalam Kabar pagi adalah Hard News. Berita-berita yang disampaikan diualas dan dibahas secara formal sebagaimana penayangan berita pada umumnya. Kedua, Apa Kabar Indoensia Pagi adalah program berita TV One yang ditayangkan pada pukul 06.30 setiap harinya. Apa Kabar Indonesia ini menyangkan berita-berita yang dalam bentuk penyajiannya oleh TV One di desain seperti Talk Show yang ringan, namun sebenarnya isi pemberitaannya pun sama. Ketiga, Kabar Siang adalah program berita TV One yang ditayangkan pukul 12.00. Kabar Siang mengemas penyajian beritanya dengan format baku pada umumnya. Pada Kabar Siang ini, di dalamnya terdapat sesi pemberitaan yang langsung dari berbagai biro TV One di daerah. Keempat, Kabar Keadilan menayangkan berita-berita yang terkait
59
dengan kasus hukum, HAM dan semua berita yang berkaitan dengan proses penegakan keadilan di Indoensia. Kelima, Kabar 15 adalah program ini menyajkan berita-berita terkini pada pukul 15:00. Konten dari program ini sama seperti halnya berita pada umumnya. Terakhir adalah Kabar Pasar. Program berita ini, mengkhususkan dirinya untuk memberitakan dan mengulas topik-topik yang berkaitan dengan perekonomian, keuangan dan pasar modal, baik dari dalam maupun luar negeri. Kabar Pasar tayang pada pukul 15:30.2
e. Logo TV One Gambar 4.2
B. Kementrian Komunikasi dan Informatika 1. Sejarah Kementrian Komunikasi dan Informatika Kemudahan informasi di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan hak setiap masyarakat Indonesia untuk
2
Semeru Gesta Nutrotalla, Analisis Kebijakan Redaksi Tv One Dalam Memublikasikan Beriat Dari Tv Ke Online Di WWW.TVONE.CO.ID, (Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 49
60
memperolehnya. Ketika Abdul Rahman Wahid (Gusdur) diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia di tahun 1998, Kabinet Reformasinya mendorong kesadaran masyarakat Indonesia akan hak dan kewajibannya untuk memperoleh informasi dan mengembangkan wawasan pribadi serta lingkungan sosialnya. Namun, Departemen Penerangan (Deppen) yang ada justru dilikuidasi karena tidak termasuk dalam susunan kabinet. Pada saat pemerintahan kabinet gotong royong yang dipimpin oleh Megawati Soekarno Putri, lembaga pemerintah yang menangani pelayanan informasi publik terbentuk kembali dengan nama Badan Informasi dan Komunikasi Nasional (BKN) berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 153 Tahun 2000. Pada tanggal 23 Januari 2001, BKN dibubarkan dan diganti dengan Lembaga Informasi Nasional (LIN) untuk melaksanakan perumusan kebijakankebijakan di bidang pelayanan informasi. Pada tanggal 13 September 2001, berdasarkan Keputusan Presiden No. 103/2002, LIN ditetapkan sebagai salah satu lembaga pemerintahan non-departemen yang memiliki tugas pemerintahan di bidang pelayanan informasi nasional sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bertanggung jawab langsung kepada presiden yang pelaksanaan dan tanggung jawab sehari-harinya di bawah wewenang Menteri Negara Komunikasi dan Informasi. Namun, pada Kabinet Indonesia Bersatu yang dipimpin oleh pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2004, LIN mengalami perubahan nama menjadi Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia
61
(Depkominfo RI) berdasarkan Surat Keputusan No. 01/SK/Men.KOMINFO RI/2005 pada tanggal 1 April 2005. Kemudian, di tahun 2010 berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 17/PER/M.KOMINFORI/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, maka nama Depkominfo RI berubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kementerian Kominfo RI). Di sini, Kementerian Kominfo RI memiliki kedudukan sebagai unsur pelaksana pemerintah yang dipimpin oleh menteri dan bertanggung jawab kepada presiden. Adapun tugasnya adalah menyelenggarakan urusan di bidang komunikasi dan informatika dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. 2. Visi Kementerian Komunikasi dan Informatika Dalam melaksanakan tugasnya Kementerian Komunikasi dan Informasi memiliki visi, yaitu: Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. 3. Misi Kementrian Komunikasi dan Informatika a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang
kemandirian
ekonomi
dengan
mengamanan
sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. b. Mewujudkan
masyarakat
berlandaskan negara hukum.
maju,
berkesimbangan
dan
demokratis
62
c. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasikan kepentingan nasional. g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. 4. Tugas Kementrian Komunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang komunikasi dan informatika dalam pemerintahan
untuk
membantu
presiden
dalam
menyelenggarakan
pemerintahan negara.
5. Fungsi a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang komunikasi dan informatika. b. Pengelolaan barang/milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Komunikasi dan Informatika. c. Pengawasan
atas
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Kementerian
Komunikasi dan Informatika. d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Komunikasi dan Informatika di daerah. e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
63
6. Logo Kementrian Komunikasi dan Informatika Gambar 4.3 Logo Kementrian Komunikasi dan Informasi
a. Arti logo Kementerian Komunikasi dan Informatika tersebut adalah:
Secara menyeluruh bentuk logo ini terbentuk dari susunan tiga huruf C yang
merupakan
singkatan
dari
Communication,
Contentdan
Computer, yang merupakan bidang utama tugas Kemenkominfo.
Bentuk geometris yang membentuk tiga bidang yang secara optimis bersumber dari satu titik pusat memutar, menyebar atau melebar, mengandung pengertian bahwa Kemenkominfo mempunyai tugas untuk meningkatkan akses komunikasi dan informasi yang berkualitas, merata dan terjangkau, yang menggambarkan unsur kegiatan penyiaran. Bentuk ini
memberikan kesan “berkembang”, sesuai
dengan visi Kemenkominfo dalam peningkatan di bidang komunikasi dan informasi. Bentuk inipun secara garis besar membentuk lingkaran, menyiratkan kemandirian.
64
Secara sepintas, bentuk logo ini menyerupai sebuah kerang, terinspirasi oleh nafiri, alat komunikasi tradisional yang sering dipakai oleh leluhur bangsa Indonesia untuk berkomunikasi.
b. Arti warna pada logo:
Merupakan kombinasi warna biru, yang mempunnyai karakter, lugas, kokoh, teknologi, dinamis, optimis, dan profesional.
Akses warna biru muda, selain menambah kesan estetis juga menyiratkan pengertian “perlindungan terhadap perlindungan publik” (digambarkan dengan bidang biru muda yang “dipayungi” oleh dua bidang biru).
7. Identitas Kementerian Komunikasi dan Informatika Alamat
: Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta
Telepon/Fax
: 021-3504024
Website
: www.kominfo.go.id
BAB V ANALISIS DAN TEMUAN DATA
A. Karakteristik Responden Hasil Penelitian Tabel 4.1 Jumlah Responden Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta berdasarkan Jenis Kelamin No 1.
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sains dan Teknologi
2.
Total
Kategori Frekuensi Presentase L 55 19,86% P 78 28,16% L 60 21,66% P 84 30,32% 277 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa dalam penelitian ini dari jumlah total 277 orang responden. Mayoritas responden pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terdiri dari 78 orang (28,16%) perempuan dan55orang (19,86%) laki-laki. Mayoritas responden pada Fakultas Sains dan Teknologi terdiri dari 84 orang (30,32%) perempuan dan 60 orang (21,66%) lakilaki. Tabel 4.2 Jumlah Responden Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta berdasarkan Usia No 1.
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Kelompok Umur 17-19 tahun 20-21 tahun 22-23 tahun 24-26 tahun 17-19 tahun 20-21 tahun 22-23 tahun 24-26 tahun Total
2.
Sains dan Teknologi
65
Frekuensi Persentase 7 2,53% 92 33,21% 12 4,33% 1 0,36% 3 1,08% 151 54,51% 11 3,97% 0 0% 277 100%
66
Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini rata-rata berusia20-21 tahunyang terdiri dari Fakultas Ilmu Dakwahdan Ilmu Komunikasi berjumlah 92orang (33,21%) serta Fakultas Sains dan Teknologi berjumlah 151 orang (54,51%). Responden lainnya berusia22-23 tahun berjumlah 12 orang (4,33%) untuk Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta 11 orang (3,97%) untuk Fakultas Sains dan Teknologi.Sebanyak 10 orang berusia 1719 tahun(3,61%) yang terdiri dari 7 orang (2,53%) Fakultas Ismu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta 3 orang (1,08%) dari fakultas Sains dan Teknologi. Terakhir, kelompok usia 24-26 tahun berjumlah 1 orang (0,36%) dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sedangkan dari Fakultas Sains dan Teknologi tidak ada.
B. Terpaan berita Tabel 4.3 Jumlah Responden berdasarkan Frekuensi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TVdalam satu bulan No 1. 2. 3. 4.
Frekuensi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dalam satu bulan 1-3 kali 4-6 kali 7-9 kali Lebih dari 10 kali Total
Frekuensi Presentase 197 65 14 1 277
71,12% 23,47% 5,05% 0,36% 100%
Berdasarkan tabel 4.3 mayoritas responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV satu sampai tiga kali dalam satu bulan yakni berjumlah 197 orang dengan persentase sebesar 71,12%. Mayoritas kedua,responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV empat sampai enam kali dalam satu bulan yakni berjumlah 65 orang dengan
67
persentase sebesar 23.47%. Lainnya, responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV tujuh sampai sembilan kali dalam satu bulan sebesar yakni berjumlah 14 orang dengan persentase 5,05% dan responden yang menonton berita pemblokiran Situs Islam di Metro TV lebih dari sepuluh kali dalam satu bulanhanya berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 0,36%. Tabel 4.4 Jumlah Responden berdasarkan Frekuensi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islamdi TV One dalam satu bulan No 1. 2. 3. 4.
Frekuensi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dalam satu bulan 1-3 kali 4-6 kali 7-9 kali Lebih dari 10 kali Total
Frekuensi Presentase 183 76 17 1 277
66,06% 27,44% 6,14% 0,36% 100%
Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One satu sampai tiga kali dalam satu bulan yakni berjumlah 183 orang dengan persentase sebesar 66,06%. Mayoritas kedua, responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One empat sampai enam kali dalam satu bulan yakni berjumlah 76 orang dengan persentase sebesar 27,44%. Lainnya, responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One tujuh sampai sembilan kali dalam satu bulan yakni berjumlah 17 orang dengan persentase sebesar 6,14% danresponden yang menonton berita pemblokiran Situs Islam di TV One lebih dari sepuluh kali dalam satu bulanhanya berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 0,36%.
68
Tabel 4.5 Jumlah Responden berdasarkan Durasi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dalam satu hari No
1. 2. 3. 4.
Durasi responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dalam satu hari 1-3 menit 4-6 menit 7-9 menit Lebih dari 10 menit Total
Frekuensi Presentase
95 105 50 37 277
34,30% 37,90% 18,05% 13,35% 100%
Berdasarkan tabel 4.5 mayoritas lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV empat sampai enam menitdalam satu hari yakni berjumlah 95 orang dengan persentase sebesar 37,90%. Mayoritas kedua, lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV satu sampai tiga menitdalam satu hari yakni berjumlah 105 orang dengan persentase sebesar 34,30%. Lainnya, menyatakan bahwa lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV tujuh sampai sembilan menit dalam satu hari yakni berjumlah 50 orang dengan persentase sebesar 18,05% dan lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV lebih dari sepuluh menit dalam satu harihanya berjumlah 37 orang dengan persentase sebesar 13,35%. Tabel 4.6 Jumlah Responden berdasarkan Durasi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dalam satu hari No
1. 2. 3. 4.
Lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dalam satu hari 1-3 menit 4-6 menit 7-9 menit Lebih dari 10 menit Total
Frekuensi
Presentase
98 115 34 30 277
35,38% 41,52% 12,27% 10,83% 100%
69
Berdasarkan tabel 4.6 mayoritas lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One empat sampai enam menit dalam satu hari yakni berjumlah 98 orang dengan persentase sebesar 41,52%. Mayoritas kedua, lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV On esatu sampai tiga menitdalam satu hari yakni berjumlah 115 orang dengan persentase sebesar 35,38%. Lainnya, menyatakan bahwa lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One tujuh sampai sembilan menit dalam satu hari sebesar 12,27% dan lamanya responden yang menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One lebih dari sepuluh menit dalam satu hanya berjumlah 30 orang dengan persentase sebesar 10,83%. Tabel 4.7 Jumlah Responden berdasarkan Seringnya Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Media Massa Lainnya No 1. 2. 3. 4.
Seringnya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di media massa lainnya Tidak Setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi
Presentase
31 179 59 8 277
11,19% 64,62% 21,30% 2,89% 100%
Berdasarkan tabel 4.7 mayoritas responden tidak cukup sering menonton berita Pemblokiran Situs Islam di media massa lainnya yakni berjumlah 210 orang dengan persentase sebesar 75,81%. Lainnya, menyatakan bahwa responden sering menonton berita Pemblokiran Situs Islam di media massa lainnya yakni berjumlah 67 orang dengan persentase sebesar 24,19%.
70
Tabel 4.8 Jumlah Responden berdasarkan Seringnya Mendiskusikan Berita Pemblokiran Situs Islam dengan Orang Lain
No 1. 2. 3. 4.
Seringnya responden mendiskusikan berita Pemblokiran Situs Islam dengan orang lain Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi
Presentase
42 65 160 10 277
15,16% 23,47% 507,76% 3,61% 100%
Berdasarkan tabel 4.9 mayoritas responden sering mendiskusikan berita Pemblokiran Situs Islam dengan orang lain yakni berjumlah 160 orang dengan persentase sebesar 57,76%. Mayoritas kedua, responden jarang mendiskusikan berita Pemblokiran Situs Islam dengan orang lain yakni berjumlah 65 orang dengan persentase sebesar 23,47%. Lainnya, menyatakan bahwa responden sangat jarang mendiskusikanberita Pemblokiran Situs Islam dengan orang lain yakni berjumlah 42 orang dengan persentase sebesar 15,16% dan responden sangat sering mendiskusikan berita Pemblokiran Situs Islam dengan orang lainhanya berjumlah 10 orang dengan persentase sebesar 3,61%. Tabel 4.9 Jumlah Responden berdasarkan Seringnya Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam Secara Keseluruhan No 1. 2. 3. 4.
Seringnya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islamsecara keseluruhan Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi
Presentase
87 140 43 7 277
31,41% 50,54% 15,52% 2,53% 100%
Berdasarkan tabel 4.8 mayoritas responden jarang menonton berita Pemblokiran Situs Islam secara keseluruhan yakni berjumlah 140 orang dengan
71
persentase sebesar 50,54%. Mayoritas kedua, responden sangat jarang menonton berita Pemblokiran Situs Islam secara keseluruhan yakni berjumlah 87 orang dengan persentase sebesar 31,41%. Lainnya, menyatakan bahwa responden sering menonton berita Pemblokiran Situs Islam secara keseluruhanyakni berjumlah 43 orang dengan persentase sebesar 15,52% dan responden sangat sering menonton berita Pemblokiran Situs Islam secara keseluruhan hanya berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar 2,53%. Tabel 4.10 Jumlah Responden berdasarkan Atensi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam No 1 2 3
Kategori Rendah Cukup Tinggi Total
Frekuensi 112 156 9 277
Presentase 40,43% 56,32% 3,25% 100%
Pada tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa dari perhitungan skor jawaban responden yang terdapat dalam tabel atensi menonton berita Pemblokiran Situs Islam dikatagorikan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok respondenyang memberikan perhatian rendah saat menonton berita Pemblokiran Situs Islamyakni berjumlah 112 orang dengan persentase sebesar 40,42%. Kedua, adalah kelompok responden yang memberikan perhatian cukup saat menonton berita Pemblokiran Situs Islam yakni berjumlah 156 orang dengan persentase sebesar 56,32% dan ketiga adalah kelompok responden yangmemberikan perhatian tinggi saat menonton berita Pemblokiran Situs Islam yakni berjumlah 9 orang dengan persentase sebesar 3,25%. Dengan demikian, sebagian besar mahasiswa pada penelitian ini memiliki atensi atau perhatian pada level cukup saat menonton berita Pemblokiran Situs Islam..
72
C. Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika Tabel 4.11 Jumlah Responden berdasarkan Persepsi Mahasiswa UIN Jakarta tentang Citra Kemenkominfo terkait Berita Pemblokiran Situs Islam No 1 2 3
Persepsi mahasiswa UIN Jakarta tentang citra Kemenkominfo Citra Buruk Citra Biasa Citra Baik Total
Frekuensi
Presentase
4 172 101 277
1,45% 62,09% 36,46% 100%
Pada tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa dari perhitungan skor jawaban responden yang terdapat dalam tabel persepsi citra Kemenkominfo dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok yang menilai citra Kemenkominfo buruk yakni berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 1,45%. Kedua, kelompok yang menilai citra Kemenkominfo biasa yakni berjumlah 172 orang dengan persentase sebesar 62,09% dan ketiga adalah kelompok yang menilai citra Kemenkominfo baik yakni berjumlah 101 orang dengan persentase sebesar 36,46%. Dengan demikian, sebagian besar mahasiswa pada penelitian ini mempunyai persepsi bahwa citra Kemenkominfo yang berkaitan dengan berita Pemblokiran Situs Islam berada pada level cukup atau biasa saja.
73
D. Perbandingan Citra Kementerian Komunikasi Dan Informatika Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi serta Fakultas Sains dan Teknologi 1. Citra Kemenkominfo Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi Tabel. 12 Jumlah Responden Berdasarkan Citra Kemkominfo Terkait Berita Pemblokiran Situs Islam Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta No 1 2 3
Persepsi mahasiswa UIN Jakarta tentang citra Kemenkominfo Citra Buruk Citra Biasa Citra Baik Total
Frekuensi
Presentase
6 76 51 133
4,5 % 57,14 % 38,35 % 100%
Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dari perhitungan skor jawaban responden yang terdapat dalam tabel persepsi citra Kemenkominfo dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok yang menilai citra Kemenkominfo buruk yakni berjumlah 6 orang dengan persentase sebesar 4,5%. Kedua, kelompok yang menilai citra Kemenkominfo biasa yakni berjumlah 76 orang dengan persentase sebesar 57,14% dan ketiga adalah kelompok yang menilai citra Kemenkominfo baik yakni berjumlah 51 orang dengan persentase sebesar 38,35%. Dengan demikian, sebagian besar mahasiswa dengan bidang keilmuan dakwah dan komunikasi pada penelitian ini mempunyai persepsi bahwa citra Kemenkominfo yang berkaitan dengan berita Pemblokiran Situs Islam berada pada level cukup atau biasa saja.
74
2. Citra Kemenkominfo Pada Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Tabel 4.13 Jumlah Responden Berdasarkan Citra Kemkominfo Terkait Berita Pemblokiran Situs Islam Pada Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta No 1 2 3
Persepsi mahasiswa UIN Jakarta tentang citra Kemenkominfo Citra Buruk Citra Biasa Citra Baik Total
Frekuensi
Presentase
6 91 47 144
4,17% 63,19% 32,64% 100%
Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa dari perhitungan skor jawaban responden yang terdapat dalam tabel persepsi citra Kemenkominfo dikategorikan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok yang menilai citra Kemenkominfo buruk yakni berjumlah 6 orang dengan persentase sebesar 4,17%. Kedua, kelompok yang menilai citra Kemenkominfo biasa yakni berjumlah 76 orang dengan persentase sebesar 63,19% dan ketiga adalah kelompok yang menilai citra Kemenkominfo baik yakni berjumlah 51 orang dengan persentase sebesar 32,64%. Dengan demikian, sebagian besar mahasiswa dengan bidang keilmuan sistem informasi dan teknologi informasi pada penelitian ini mempunyai persepsi bahwa citra Kemenkominfo yang berkaitan dengan berita Pemblokiran Situs Islam berada pada level cukup atau biasa saja. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa citra yang terbentuk pada responden dengan latar belakang keilmuan yang berbeda memilki persepsi atau penilaian yang sama terhadap Kementerian Komunikasi dan Informatika, yaitu responden yang berlatar belakang keilmuan dakwah dan komunikasi serta sistem informasi dan teknologi informasi menilai citra Kamenkominfo biasa saja atau cukup baik dengan perolehan persentase yang berbeda. Kedua kelompok responden ini menilai Kmenkominfo memblokir situs Islam radikal karena
75
memiliki kemampuan, mempuanyai standarisasi untuk melakukan pemblokiran tersebut sehingga terlihat profesional dan memblokir situs Islam radikal berdasarkan laporan, sehingga Kemenkominfo disini terlihat sudah menampung keluhan atau keresahan yang sedang terjadi pada khalayak. Dapat diasumsikan bahwa citra yang terbentuk pada khalayak, Kemenkominfo cukup dianggap profesional dan memiliki integritas moral dalam menjalankan tugasnya.
E. Kredibilitas Media 1.
Kredibilitas Metro TV Tabel 4.14 Jumlah Responden berdasarkan Penilaian terhadapKredibilitas Metro TVdalam Menayangkan Berita Pemblokiran Situs Islam No Kategori 1 Rendah 2 Cukup 3 Tinggi Total
Frekuensi 5 146 126 277
Presentase 1,80% 52,71% 45,49% 100%
Pada tabel 4.14 di atas menunjukkan bahwa dari perhitungan skor jawaban responden yang terdapat dalam tabel kredibilitas Metro TV dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam dikatagorikan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok yang menilai kredibilitas Metro TV rendah yakni berjumlah 5 orang dengan persentase sebesar 1,80%. Kedua, kelompok yang menilai kredibilitas Metro TV cukup yakni berjumlah 146 orang dengan persentase sebesar 52,71% dan ketiga adalah kelompok yang menilai kredibilitas Metro TV tinggi yakni berjumlah 126 orang dengan persentase sebesar 45,49%. Dengan demikian sebagian besar mahasiswa pada penelitian ini menilai secara umum bahwa kredibilitas Metro TV dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam berada pada level cukup.
76
Responden menyatakan bahwa Metro TV dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam bersifat mendidik yang artinya menambah pengetahuan khalayak.
2.
Kredibilitas Media TV One Tabel 4.15 Jumlah Responden berdasarkan Penilaian terhadap Kredibilitas TV One dalam Menayangkan Berita Pemblokiran Situs Islam No Kategori 1 Rendah 2 Cukup 3 Tinggi Total
Frekuensi 1 132 144 277
Presentase 0,36% 47,65% 51,99% 100
Pada tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa dari perhitungan skor jawaban responden yang terdapat dalam tabel kredibilitas TV One dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam dikatagorikan dalam 3 kelompok, yaitu kelompok yang menilai kredibilitas TV One rendah yakni berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 0,36%. Kedua, kelompok yang menilai kredibilitas TV One cukup yakni berjumlah 132 orang dengan persentase sebesar 47,65% dan ketiga adalah kelompok yang menilai kredibilitas TV One tinggi yakni berjumlah144 orang dengan persentase sebesar 51,99%. Dengan demikian sebagian besar mahasiswa pada penelitian ini menilai secara umum bahwa kredibilitas TV One dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam adalah tinggi. Responden menyatakan bahwa TV One dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam bersifat informatif, artinya memberikan keterangan atas informasi yang ada.
77
F. Motif Responden Dalam Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam Di Metro TV dan TV One
1. Motif Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV Tabel 4.16 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan Motif Mencari Informasi No
1. 2. 3. 4.
Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV, berdasarkan motif mencari informasi Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
0 13 147 117 277
0% 4,70% 53,07% 42,23% 100%
Pada tabel 4.16mayoritas responden membutuhkan informasi berita Pemblokiran Situs Islam ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV, yaitu berjumlah 147 orang (53,07%). Kedua, responden sangat membutuhkan informasi berita Pemblokiran Situs Islam ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV, yaitu berjumlah 117 orang (42,23%). Ketiga, responden kurang membutuhkan informasi berita Pemblokiran Situs Islam ketikamenonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV yaitu berjumlah 13 orang (4,70%). Terakhir responden tidak membutuhkan informasi berita Pemblokiran Situs Islam ketikamenonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV.
78
Tabel 4.17 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan Motif Identitas Pribadi No
1. 2. 3. 4.
Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif identitas pribadi Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
23 12 131 21 277
8,30% 4,33% 47,29% 7,58% 100%
Pada tabel 4.17 mayoritas responden setujuingin mendapatkan nilai lebih sebagai mahasiswaketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV, yaitu berjumlah 131 orang (47,29%). Kedua, responden tidak setuju ingin mendapatkan nilai lebih sebagai mahasiswaketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV, yaitu berjumlah 23 orang (8,30%). Ketiga, responden sangat setujuingin mendapatkan nilai lebih sebagai mahasiswa ketikamenonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV, yaitu berjumlah 21 orang (7,58%). Terakhir responden kurang setuju ingin mendapatkan nilai lebih sebagai mahasiswaketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV sebanyak 12 orang (4,33%). Tabel 4.18 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan Motif Interaksi Sosial No
1. 2. 3. 4.
Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif interaksi sosial Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
20 122 122 13 277
7,22% 44,04% 44,04% 4,70% 100%
79
Pada tabel 4.18 mayoritas responden pada motif ini terdapat dua kelompok, yaitu yang menjawab kurang setuju dan setuju. Responden yang menjawabkurang setuju dan setuju ingin menemukan bahan percakapan dengan orang lain ketikamenonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV, yaitu sama berjumlah 122 orang (44,04%). Kedua, responden tidak setujuingin menemukan bahan percakapan dengan orang lain ketikamenonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV,
yaitu berjumlah 20 orang (7,22%).
Terakhir, responden sangat setujuingin menemukan bahan percakapan dengan orang lain ketikamenonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV karena, yaitu berjumlah 13 orang (4,70%). Tabel 4.19 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan Motif Mencari Hiburan No
1. 2. 3. 4.
Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif mencari hiburan Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
153 116 8 0 277
55,23% 41,88% 2,89% 0% 100%
Pada tabel 4.19 mayoritas responden tidak setuju ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV karena beritanya cukup menhibur, yaitu berjumlah 153 orang (55,23%). Kedua, responden kurang setujuketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV karena beritanya cukup menghibur, yaitu berjumlah 116 orang (41,88%). Ketiga, responden setuju keika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV karena beritanya cukup menghibur, yaitu berjumlah 8 orang (2,89%). Dan tidak ada responden yang menjawab sangat
80
setuju ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV karena beritanya cukup menghibur.
2. Motif Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam TV One Tabel 4.20 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan Motif Mencari Informasi No
1. 2. 3. 4.
Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif mencari informasi Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
0 14 183 80 277
0% 5,05% 66,07% 28,88% 100%
Pada tabel 4.20 mayoritas responden ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif mencari informasi, yaitu berjumlah 263 orang dengan persentase sebesar 94,95%. Lainnya, menyatakan bahwa menonton berita Pemblokiran Situs Islam bukan berdasarkan motif mencari informasi, yaitu berjumlah 14 orang dengan persentase sebesar 5,05%. Dengan demikian, responden dalam penelitian ini ketika menonton berita pemblokiran situs Islam di TV One karena ingin memenuhi kebutuhan akan informasinya. Tabel 4.21 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan Motif Identitas Pribadi No
1. 2. 3. 4.
Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdsarkan motif identitas pribadi Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
18 108 123 28 277
6,50% 38,99% 44,40% 10,11% 100%
81
Pada tabel 4.21 mayoritas responden ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV Oneberdasarkan motif identitas pribadi, yaitu berjumlah 151 orang dengan persentase sebesar 54,41%. Lainnya menyatakan bahwa ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam bukan berdasarkan motif identitas pribadi, yaitu berjumlah 126 orang dengan persentase sebesar 45,49%. Dengan demikian, responden pada penelitian ini menyatakan bahwa ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One karena ingin mendapatkan nilai lebih sebagai mahasiswa. Tabel 4.22 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di TVOneberdasarkan Motif Interaksi Sosial No
1. 2. 3. 4.
Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif interaksi sosial Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
33 122 114 8 277
11,91% 44,04% 41,16% 2,89% 100%
Pada tabel 4.22 mayoritas responden ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV Onebukan berdasarkan motif interaksi sosial, yaitu berjumlah 155 orang dengan persentase sebesar 55,14%. Lainnya menyatakan bahwa ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam berdasarkan motif interaksi sosial, yaitu berjumlah 122 orang dengan persentase sebesar 44,05%. Dengan demikian, responden pada penelitian ini menyatakan bahwa tidak ingin mendapatkan bahan percakapan dengan orang dengan orang lain ketikamenonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One.
82
Tabel 4.23 Jumlah Responden Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan Motif Mencari Hiburan No
1. 2. 3. 4.
Responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif mencari hiburan Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju Total
Frekuensi Presentase
114 157 6 0 277
41,15% 56,68% 21,17% 0% 100%
Pada tabel 4.23 mayoritas responden menjawab kurang setuju ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV Onekarena beritanya cukup menghibur, yaitu berjumlah 157 orang (56,68%). Kedua, responden tidak setujuketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV Onekarena beritanya cukup menghibur, yaitu berjumlah 114 orang (41,15%). Ketiga, responden setujuketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV Onekarena beritanya cukup menghibur, yaitu berjumlah 6 orang (21,17%). Terakhir tidak ada responden sangat setuju ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One karena beritanya cukup menghibur. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas motif dalam penelitian ini terkait berita Pemblokiran Situs Islam terdapat pada motif mencari informasi baik pada Metro TV maupun TV One. Dan yang paling rendah presentasenya adalah motif mencari hiburan. Dapat diasumsikan bahwa responden ketika menonton sebuah tayangan berita tujuannya untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi apa yang dibutuhkannya. Sedangkan dalam hal mencari hiburan dalam sebuah pemberitaan sangatlah minim sekali, dapat dipastikan tayangan sebuah berita bukannlah sesuatu
83
tayangan yang dapat menghibur, namun berita adalah tayangan yang menarik dapat mengundang perhatian bagi khalayak yang mengikuti pemberitaan tersebut.
G. Analisis Data Penelitian Skala yang digunakan pada variabel dependen dan variabel independen adalah skala parametrik, yaitu skala rasio dan interval. Oleh karena itu, untuk menguji pengaruh terpaan berita terhadap persepsi mahasiswa UIN Jakarta tentang citra Kemeneterian Komunikasi dan Informatika (Y),
peneliti
menggunakan uji korelasi Pearson Product Momment (PPM). Tabel 4.24 Hubungan antara Terpaan Berita Pemblokiran Situs Islam di Televisi dengan Persepsi Mahasiswa UIN Jakarta tentang Citra Kemenkominfo
PERSEPSI
TERPAAN
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PERSEPSI TERPAAN 1 -,001
277 -,001
,986 277 1
,986 277
277
Berdasarkan tabel 4.24 di atas dengan menggunakan uji pearson, menunjukkan koefisien korelasi antara terpaan dan persepsi sebesar -0,001 dengan signifikasi 0,989 lebih besar dari 0,05. Artinya antara terpaan dan persepsi terdapat hubungan yang sangat lemah, bahkan cenderung tidak berhubungan satu sama lain. Artinya tidak terdapat hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam dan persepsi mahasiswa tentang citra Kemenkominfo. Dengan kata lain uji korelasi ini menunjukkan bahwa hipotesa H0diterima. Artinya terpaan
84
yang diberikan televisi terhadap berita Pemblokiran Situs Islam lemah dan tidak signifikan terhadap persepsi citra Kemkominfo. Dapat diasumsikan bahwa terpaan tidak memiliki hubungan yang cukup kuat maka dapat dipastikan ada faktor di luar terpaan yang mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan kemunculan sebuah persepsi atas citra Kemenkominfo tersebut yang tidak disebutkan dalam penelitian ini. Hubungan yang sangat lemah ini akibat dari terpaan yang rendah. Artinya terpaan berita Pemblokiran Situs Islam kurang menarik bagi responden. Ada berita lain yang dalam waktu bersamaan muncul dengan adanya berita Pemblokiran Situs Islam yang sama-sama menarik simpati publik pada saat itu.
H. Tabulasi Silang Antara Terpaan Berita Pemblokiran Situs Islam dan Persepsi Citra Kemenkominfo Tabel 4.25 Hubungan antara Frekuensi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dengan Persepsi Citra Kemenkominfo
Frekuensi (Metro TV) Total
Buruk Rendah 3 Sedang 1 Tinggi 0 4
Persepsi Biasa 120 42 10 172
Total Baik 74 22 5 101
197 65 15 277
Berdasarkan tabel 4.25 di atas diketahui bahwa dari 277 responden, sebagian besar responden menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level biasa atau cukup dengan sebaran bahwa kelompok frekuensi rendah yang paling tinggi, yaitu berjumlah 120 orang responden. Responden yang menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level baik mempunayai kesenderungan yang sama yaitu pada kelompok frekuensi rendah
85
yang paling tinggi yang berjumlah 74 orang responden. Begitu juga dengan responden yang meyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level buruk dengan sebaran pada frekuensi rendah yang paling tinggi, yaitu 3 orang responden. Dengan demikian, berdasarkan tabulasi silang antara frekuensi menonton dengan persepsi citra Kemenkominfo terlihat bahwa mayoritas responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dengan frekuensi rendah, namun dengan frekuensi rendah persepsi yang terbentuk terhadap citra Kemenkominfo biasa saja. Artinya dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa memang tidakada keterkaitan antara frekuensi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dengan persepsi citra Kemenkominfo. Tabel 4.26 Hubungan antara Durasi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dengan Persepsi Citra Kemenkominfo
Durasi (Metro TV) Total
Buruk Rendah 2 Sedang 2 Tinggi 0 4
Persepsi Biasa 55 60 57 172
Total Baik 38 43 20 101
95 105 77 277
Berdasarkan tabel 4.26di atas diketahui bahwa dari 277 responden di atas, ada sebagaian besar responden menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level biasa dengan jumlah 172 orang. Dengan komposisi sebaran lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV yang hampir sama, yaitu berjumlah 105 orang pada kelompok durasi rendah, sedang, dan tinggi. Responden yang menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level baik yaitu berjumlah 101 orang. Dengan komposisi sebaran
86
lamanya menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV yang hampir sama, yaitu berjumlah 95 orang pada kelompok rendah, sedang dan tinggi. Begitu juga dengan responden yang menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level buruk dengan jumlah 4 orang, mempunyai komposisi sebaran lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV yang hampir sama, yaitu berjumlah 77 orang pada kelompok rendah, sedang dan tinggi. Dengan demikian, berdasarkan tabulasi silang tampak tidak ada hubungan antara lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam dengan persepsi citra Kemenkominfo. Artinya di antara keduanya tidak saling berkaitan satu sama lain, karena responden yang menyatakan pesrepsinya, baik, biasa dan buruk mempunyai sebaran durasinya yang hampir sama, tidak mempunyai kecenderungan pada salah satu kelompok. Tabel 4.27 Hubungan antara Frekuensi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dengan Persepsi Citra Kemenkominfo
Frekuensi (TVOne) Total
Rendah Sedang Tinggi
Buruk 2 2 0 4
Persepsi Biasa 118 44 10 172
Total Baik 63 30 8 101
183 76 18 277
Berdasarkan tabel 4.27di atas diketahui bahwa dari 277 responden, sebagian besar responden menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level biasa atau cukup dengan sebaran bahwa kelompok frekuensi rendah yang paling tinggi, yaitu berjumlah 118 orang responden. Responden yang menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level baik dengan sebaran pada kelompok frekuensi rendah yang paling tinggi, yaitu berjumlah 44
87
orang responden. Begitu juga dengan responden yang meyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level buruk dengan sebaran pada frekunesi rendah yang paling tinggi, yaitu 10 orang responden. Dengan demikian, berdasarkan tabulasi silang antara frekuensi menonton dengan persepsi citra Kemenkominfo terliaht bahwa mayoritas responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dengan frekuensi yang rendah. Namun, dengan frekuensi yang rendah persepsi yang terbentuk pada citra Kemenkominfo biasa saja. Artinya dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa memang tidakada keterkaitan antara frekuensi menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dengan persepsi citra Kemenkominfo. Tabel 4.28 Hubungan antara Durasi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam di TV One dengan Persepsi Citra Kemenkominfo Buruk Rendah 2 Durasi Sedang 2 (TV One) Tinggi 0 Total 4
Persepsi Biasa 59 71 42 172
Total Baik 37 42 22 101
98 115 64 277
Berdasarkan tabel 4.28di atas diketahui bahwa dari 277 responden di atas, ada sebagaian besar responden menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level biasa dengan jumlah 172 orang. Dengan komposisi sebaran lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One yang hampir sama, yaitu berjumlah 115 orang pada kelompok durasi rendah, sedang, dan tinggi. Responden yang menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level baik yaitu berjumlah 101 orang. Dengan komposisi sebaran lamanya menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One yang hampir sama,
88
yaitu berjumlah 98 orang pada kelompok rendah, sedang dan tinggi. Begitu juga dengan responden yang menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level buruk dengan jumlah 4 orang, mempunyai komposisi sebaran lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One yang hampir sama, yaitu berjumlah 64 orang pada kelompok rendah, sedang dan tinggi. Dengan demikian, berdasarkan tabulasi silang tampak tidak ada hubungan antara lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam dengan persepsi citra Kemenkominfo. Artinya di antara keduanya tidak saling berkaitan satu sama lain, karena responden yang menyatakan pesrepsinya, baik, biasa dan buruk mempunyai sebaran durasinya yang hampir sama, tidak mempunyai kecenderungan pada salah satu kelompok. Tabel 4.29 Hubungan antara Atensi Menonton Berita Pemblokiran Situs Islam dengan Persepsi Citra Kemenkominfo Buruk Rendah 0 Atensi Sedang 4 Tinggi 0 Total 4
Persepsi Biasa 68 98 6 172
Total Baik 44 54 3 101
112 156 9 277
Berdasarkan tabel 4.29di atas diketahui bahwa dari 277 responden sebagian besar responden menyatakan bahwa persepsi citra Kemenkominfo berada pada level biasa. Dengan komposisi sebaran pada kelompok responden yang mempunyai perhatian rendah dan sedang yang hampir sama. Kelompok responden yang mempunyai perhatian rendah saat menonton berita Pemblokiran Situs Islam berjumlah 156 orang dan kelompok yang mempunyai perhatian sedang berjumlah 112 orang. Lainnya, kelompok responden yang mempunyai
89
perhatian tinggi sangatlah sedikit, yaitu berjumlah 9 orang. Artinya tidak terdapat hubungan antara frekuensi menonton berita Pemblokiran Situs Isalm di Metro TV dengan persepsi citra Kemenkominfo. Karena responden yang menyatakan pesrepsinya, baik, biasa dan buruk mempunyai kecenderungan pada sebaran atensi yang hampir sama, tidak mempunyai kecenderungan pada salah satu kelompok. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara frekuensi, durasi, dan atensi responden ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islamdi televisi, baik Metro TV maupun TV One. Hasil tabulasi silang pada kedua media menunjukkan bahwa responden tidak sering mneonton berita Pemblokiran Situs Islam. Sedangakan untuk lamanya dan perhatian responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam berada pada level cukup. Dengan demikian, dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa responden mendapat terpaan yang sangat rendah namun responden dapat memberikan persepsi bahwa citra Kemenkominfo berada pada level
biasa saja atau cukup. Asumsinya bahwa berita ini tidak
mampu mengubah persespi responden untuk memberikan penilaian terhadap citra Kemenkominfo.
I.
Interpertasi Hasil
Hasil analisis melalui uji korelasi menunjukkan bahwa tampak tidak adanya hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam di televisi dengan persepsi mahasiswa tentang citra Kemkominfo (H0). Artinya hasil penelitian ini tidak menunjukkan dukungan yang kuat terhadap asumsi teori uses and effect. Teori tersebut menyatakanbahwa penggunaan media akan menghasilkan banyak
90
efek pada suatu individu. Dengan kata lain, dalam penelitian ini penggunaan media televisi yaitu Metro TV dan TV One dalam menonton berita Pemblokiran Situs Islam sebagai pemenuhan kebutuhan informasi tidak serta merta memberikan dampak yang signifikan pada pembentukan persepsi citra Kemenkominfo. Hal ini tampak tidak terbukti adanya hubungan satu sama lain antara terpaan berita Pemblokiran situs Islam di televisi dengan persepsi citra Kemkominfo yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar -0,001. Pada riset ini menunjukkan bahwa terpaan media sangat rendah. Namun, hasilnya ditemukan bahwa mahasiswa cenderung memberikan persepsi baik terhadap citra Kemenkominfo. Dengan demikian dalam hal ini persepsi khalayak dalam menilai citra Kemenkomifo yang berkaitan dengan berita Pemblokiran Situs Islam tidak disebabkan oleh terpaan berita. Penulis mengasumsikan bahwa sebelum adanya berita Pemblokiran Situs Islam responden telah memiliki persepsi yang cukup baik terhadap citra Kemenkominfo, sehingga dengan adanya berita tersebut tidak memengaruhi persepsi mereka yang telah terbentuk sebelumnya. Karena mereka juga tidak sering menonton berita Pemblokiran Situs Islam di kedua
media
tersebut. Hubungan yang lemah ini juga dapat dipastikan karena adanya faktor lain yang memengaruhi persepsi citra Kemenkominfo selain dari terpaan dari Metro TV dan TV One yang tidak disebutkan dalam penelitian ini. Penuils mengasumsikan faktor lainnya adalah adanya berita yang muncul bersamaan dengan berita Pemblokiran Situs Islam dan menjadi perhatian publik. Asumsi penulis dipertegas dengan data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara
91
dengan salah satu reporter metrotvnews.com pada tanggal 4 maret 2016, bahwa memang benar ada beberapa berita yang pada saat itu muncul bersamaan dengan berita Pemblokiran Situs Islam, yakni mengenai10 Tahanan BNN Kabur; Meninggalnya Akseyna, mahasiswa UI yang ditemukan di danau UI; Pembunuhan DeudeuhTata Chubby; Kriminalisasi KPK; Bom Tanah Abang; dan Isu Eksekusi Hukuman Mati. Berita-berita ini muncul pada Maret-April 2015. berita yang paling banyak diminati oleh para pembaca adalah berita mengenai Pembunuhan Deudeuh Tata Chubby. Hal tersebut, “diprediksi meningkatnya minat pembaca pada berita ini karena matinya Deudeuh mengungkap modus praktek prostitusi online,”1 seperti yang dikemukakan oleh Arga Sumantri. Temuan di atas tersebut, dapat dilihat dengan lebih detail dari hasil analisis tabulasi silang pada setiap indikator terpaan media, seperti frekuensi, durasi dan atensi yang ketiganya menunjukkan pada level rendah terhadap persepsi citra Kemenkominfo. Dengan demikian, hasil tabulasi silangantara frekuensi (Metro TV dan TV One) dengan persepsi menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi biasa tentang citra Kemkominfo. Hasil tabulasi silang pada kedua media menunjukkan bahwa frekuensi responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam cenderung rendah, namun persepsinya biasa saja. Sedangakan untuk lamanya responden menonton berita Pemblokiran Situs Islam tidak mempunyai kecenderungan pada kelompok durasi rendah, sedang, maupun tinggi, namun sebarannya hampir sama dan memberikan persepsi biasa juga terhadap citra Kemenkominfo. Terakhir adalah responden mempunyai perhatian yang cukup ketika menonton berita Pemblokiran Situs
1
Hasil wawancara
92
Islam. Dengan demikian, dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa responden mendapat terpaan yang sangat rendah namun responden dapat memberikan persepsi bahwa citra Kemenkominfo berada pada level biasa saja atau cukup. Hal ini berrati tidak ada hubungan satu sama lain antara terpaan dengan persepsi, maka adanya berita ini tidak mampu mengubah persespi responden untuk memberikan penilaian terhadap citra Kemenkominfo. Dengan melihat hasil tabulasi silang mealaui teori uses and effect, salah satu hubungan antara penggunan media dan hasilnya adalah penggunaan media hanya dianggap berperan sebagai perantara dan hasil dari prosesnya dinamakan efek. Salah satu efek media massa yang diteliti dalam penelitian ini adalah efek kognitif Meliaht efek-efek tersebut, Kemenkominfo sebagai institusi pemerintahan menyampaikan informasi bahwa terdapat situs Islam yang bermuatan negatif. Informasi yang disampaikan oleh Kemenkominfo ini adalah informasi yang baik. Merupakan salah satu cara untuk melindungi Indonesia dari bahaya radikalisme. Informasi yang disampaikan tentulah harus disertakan dengan bukti-bukti dan analisisagar menimbulkan sebuah kebenaran dari apa yang diinformasikan. Adanya analisis yang lebih mendalam terhadap sebuah berita, dimana seseorang yang menerima pesan harus cerdas untuk menanggapi berita tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang terkandung dalam surat al-Hujurat [49] ayat 6:
ْ صيب ُ ُۢ َجآَٰ َء ُكمۡ َفَا ِس َُوا َقَ ۡو ُۢ َما َبِ َجهَلَ ٖة ََ ين َ َءا َمنُ َٰٓو ْا َإِن ََ يََٰٓأَيُّهَاٱلَّ ِذ ِ ُق َبِنَبَ ٖإ َفَتَبَيَّنُ َٰٓو ْا َأَن َت ْ صبِح ۡ ُفَت َ٦َين َ ُواَ َعلَىَ َماَفَ َع ۡلتُمۡ َنَ ِد ِم “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu
93
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Ayat tersebut menekankan kepada umat Islam untuk bersikap kritis terhadap pemberitaan yang disampaikan oleh fasik. Masyarakat harus kritis melakukan tabayyun2terhadap informasi yang diperolehnya. Sebab seperti pepatah Arab al-Khabar ka al-Ghuba, informasi itu bagaikan debu yang belum jelas kebenarannya.3 Berdasarkan hasil perolehan menunjukkan bahwa citra Kemenkominfo berada dalam kategori biasa, dengan presentase 62,09%.
Perbandingan citra
Kemenkominfo pada dua kelompok responden yang memilki bidang keilmuan yang berbeda terlihat sama, yaitu cukup baik atau biasa saja. Namun, kedua kelompok mahasiswa ini mempuanyi penilaian yang berbeda. Skor tertinggi untuk mahasiwa dengan bidang keilmuan dakwah dan komunikasi menilai bahwa Kemenkominfo mempunyai kemampuan memblokir situs Islam radikal. Artinya Kemenkominfo dalam kaitannya dengan berita Pemblokiran Situs Islam ini dinilai sudah memperlihatkan kemampuannya secara profesional dalam memblokir situs Islam yamg dinilai kontennya menyebarkan radikalisme atau membahayakan. Dalam hal ini, Kemenkominfo telah melakukan tabayyun dengan melakukan verifikasi, memanggil para tokoh yang bersangkutan dengan situs yang di blokir sampai pada akhirnya situs-situs yang telah diblokir dinomalisasikan kembali setelah ada bukti-bukti yang kuat. Pada mahasiwa dengan bidang keilmuan sistem 2
Informasi yang disampaikan telah melalui upaya klarifikasi. Artinya, menyampaikan informasi setelah dicari kejelasan informasinya, sehingga informasi yang disampaikan dapat bersifat adil, tidak berpihak. Begitu pula, penerima informasi bisa menentukan sikap yang adil , Agus Sofyandi Kahfi, Informasi dalam Perspketif Islam, (MediaTor, 2006), Vol. 7, h.324 3 Limmatus Sauda’, Jurnal Komunikasi dan Dakwah: Etika Jurnalistik Presfektif AlQur’an, (Yogyakarta: STAIN Purwokerto, 2013), h. 12
94
informasi dan teknologi informasi menilai bahwa Kemenkominfo dianggap telah melakukan
pemblokiran
ssesuai
dengan
laporan
yang
artinya
disini
Kemenkominfo telah memperlihatkan kepeduliannya terhadap keresahan yang tejadi pada khalayak atas isu ISIS. Dalam hal ini Kemenkominfo beritikad baik, tidak sembarangan memblokir situs Islam. Sementara pada dua kelompok responden butir pernyataan yang mendapat skor terendah sama, yaitubanyaknya responden yang menjawab tidak setuju Kemenkominfo selalu memberikan informasi terbaru terkait berita Pemblokiran Situs Islam. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Kemenkominfo dalam memberikan informasi dinilai belum up to date terkait berita Pemblokiran Situs Islam.Informasi-informasi yang disampaikan dirasakan masih kurang memenuhi kebutuhan khalayak. Sehingga khalayak yang menonton tayangan berita di televisi masih kurang mendapatkan informasi atas perkembangannnya. Maka, Citra Kemkominfo yang diukur berdasarkan visi misinya, belum sepenuhnya dijalankan dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang tercermin dalam visi misinya tersebut. Hal ini berarti, Kemenkominfo disini dalam menjalankan tugasnya memerlukan perbaikan agar citra yang ditampilkan malalui oleh media sampai kepada masyarakat menjadai lebih baik, sehingga masyarakat semakin respect terhadap kinerja yang dilakukan oleh Kemenkominfo. Temuan lainnya yang mengejutkan adalah pada variabel ketiga dalam penelitian ini, yaitu rendahnya terpaan media tentang berita Pemblokiran Situs Islam
terhadap
mahasiswa,
berbanding
terbalik
dengan
temuan
yang
menunjukkan bahwa kredibilitas media (Metro TV dan TV One) cukup baik di dalam penilaian mahasiswa. Bahkan TV One dianggap memiliki kredibilitas
95
tinggi. Hal ini berarti menujukkan bahwa pilihan untuk tidak menonton tayangan berita Pemblokiran Situs Islam, bukan karena media tersebut dianggap tidak kredibel, namun karena ada sebab lain. Penulis mengasumsikan bahwa mahasiswa menggunakan media lain yang lebih mudah diakses di manapun dan kapanpun untu mendapatkan nformasi tersebut, seperti halnya media online. Hal ini seperti memberikan penegasan atas fenomena saat ini bahwa semakin banyak orang yang memilih menikmati konten media melalui internet. Terbukti dengan menurunnya jumlah penggunaan media konvensional (TV, radio, dan Koran). Seperti yang tertulis dalam bisnis.com, bahwa
konsumsi media
televisi pada tahun 2012 masih memipin dengan 94% dari total populasi, ternyata pengguna internet meningkat menjadi 30% dibandingkan tahun lalu 26%.4 Penurunan tersebut tidak terlepas dari imbas naiknya tren penggunaan media online di Indoensia yang semakin meningkat tinggi. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang.5 Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Inetret Indonesia (APJII) bahwa pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 diprediksi melewati angka 85 juta, ini merupakan jumlah pengguna internet yang sangat besar. Namun ada hal yang menarik jika melihat tren pengguna internet di Indonesia untuk tahun 2015 sampai dengan saat ini. Menurut data yang dikeluarkan APJII ini, tahun 2015 akan menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan dunia internet di indonesia.
4
“SURVEI NIELSEN: Pengguna Internet Indoensia Capai 30%”diakses pada 5 Maret 2016 dari http://www.bisnis.com/m/survei-nielsen-pengguna-internet-indonesia-capai-30 5 “Kominfo: Pengguna Inetrnet di Indoensia 63 Juta Orang” diakses pada 9 Maret 2016 dari http://Kominfo.go.id/m/Kominfo_Pengguna-Internet-di-Indonesia-63-JutaOrang#.VuAoHKClTcI
96
Sejalan dengan asumsi uses and gratification, yang melihat bahwa ada berbagai motif pada diri individu ketika menggunakan media. Dalam hal ini responden cenderung memilih motif informasi dibandingkan dengan motif identitas pribadi, motif interaksi sosial, dan motif mencari hiburan. Motif mencari informasi yang mereka pilih dalam penelitian ini diasumsikan oleh penulis sebagai pemenuhan kebutuhan akan informasi berita Pemblokiran Situs Islam. Pada asumsi tersebut khalayak dianggap aktif, pesan dari media massa tidak begitu saja diterima, namun mereka selektif terhadap pesan yang disampaikan oleh media massa. Media mempunyai batasan dalam menerpa khalayak, karena khalayak bukanlah khalayak yang pasif, mau menerima terpaan dengan begitu saja, tetapi ada selektifitas atau perlawanan atas tayangan dari media atau isi dari media yang mereka konsumsi. Dengan kata lain media terbatas dalam memengaruhi khalayak,hal ini sejalan dengan temuan Kappler bahwa: “Pemberitaan hanya sedikit mengubah perilaku khalayak. Ketika media menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bisa mengubah pandangan dan perilaku audience.”6 Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Jimmy Tumbelaka pada tahun 2011 mengenai Pengaruh Terpaan Berita WikiLeaks terhadap Persepsi Dosen UAJY tentang Situs WikiLeaks, hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara terpaan berita WikiLeaks dengan persepsi Dosen UAJY. Dengan koefisien korelasi hanya sebesar 0,007, artinya hubungan tersebut sangat lemah dan disumsikan bahwa terdapat faktor lain diluar media massa yang turut memengaruhi persepsi dosen UAJY tentang situs WikiLeaks. Dengan demikian, bahwa memang benar dapat terpaan tidak berperan dalam meningkatkan penilaian 6
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
h.220
97
terhadap objek yang dipersepsi. Karena dalam penelitian WikiLeaks ini, responden menilai atau mempunyai persepsi tentang WikiLeaks adalah baik, meskipun dengan terpaan yang sangat rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberitaan kasus WikiLeaks tidak serta merta memengaruhi khalayak. Kasus WikiLeaks tidak memberikan dampak yang signifikan bagi penilaian WikiLeaks itu sendiri.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses penelitian, pengolahan data, dan analisis penulis menarik kesimpulan terkait dengan hasil penelitian yang sudah diperoleh. Dengan demikian kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil olah data adalah 1. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesa yang terbukti adalah hipotesa nol (H0), yaitu tidak terdapat hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam di televisi (MetroTV dan TV One) terhadap citra Kementerian
Komunikasi
dan
Informatika
(Kemenkominfo)
pada
mahasiswa UIN Jakarta. Hubungan antara terpaan berita Pemblokiran Situs Islam terhadap citra Kementerian Komunikasi dan Informatika sangat lemah dan tidak signifikan. Hal ini menujukkan bahwa terdapat faktor lain di luar terpaan yang turut memengaruhi mahasiswa UIN Jakarta dalam pembentukan citra Kementerian Komunikasi dan Informatika. 2. Citra yang terbentuk pada dua kelompok responden yang memilki bidang keilmuan yang berbeda adalah cukup baik atau biasa saja. Dilihat dari mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebesar 57,14% dan Fakultas Sains dan Teknologi sebesar 63,19% yang menilai cukup baik terhadap citra Kemenkominfo. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang keilmuan yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan citra Kemenkominfo pada dua kelompok
98
99
responden. Perolehan skor tertinggi kedua kelompok responden memiliki perbedaan persepsi. Mahasiswa dengan bidang ilmu dakwah dan komunikasi menilai bahwa Kemenkominfo mempunyai kemampuan secara profesional memblokir situs Islam radikal sedangkan mahasiswa Sains dan Teknologi menilai bahwa Kemenkominfo memblokir situs Islam sesuai dengan laporan. Pada skor terendah, kedua kelompok responden memiliki persepsi yang sama, yaitu Kemenkominfo belum memberikan informasi secara up to date terkait berita Pemblokiran Situs Islam.
B. Saran Berdasarkan penelitian ini, penulis menyarankan: 1. Saran untuk mahasiswa UIN Jakarta, diharapkan agar lebih kritis lagi dalam memberikan persepsi atau pandangan terhadap pemberitaan di media massa, agar pengetahuan mengenai citra seseorang atau lembaga dapat bertambah. Dan dengan lebih berkembangnaya teknologi informasi sebagai mahasiswa dapat lebih selektif memilih dan memilah sehingga menambah wawasan untuk proses pengembangann diri. 2. Saran kepada media diharapakan dalam memberikan berita dapat lebih transparan dan selalu berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga dapat dipercaya rakyat dan mendidik masyarakat agar lebih berkualitas. 3. Saran kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika agar jangan pernah berhenti untuk terus memperhatikan situs-situs Islam, sehingga hal serupa tidak dapat terulang kembali. Dan menyelesaikan tugas secara profesional, dengan mengutamakan kepentingan rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi Tamburaka. Rajagrafindo.
2012.
Agenda
Setting
Media
Massa.
Jakarta:
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Ardianto dan Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Argenti, Paul. 2003. Corporaten Communicatio. New York: McGraw-Hill Companies. Azwar, Saiffudin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Babbie, Earl. 1992. The Practice Of Social Research. California: Wardsworth Publishing company. Burhan, Bungin. 2007. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana. _____________. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafied. 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Creswell, John W. 2010.Researc Design. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djuarsa Sendjadja, Sasa. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke 3. Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Alytra Belia. G.Claveland, Wilhout, dan H.Debock. 1981. Mass Communication Review Yearbook vol. 2 (Eds). Beverly Hill: Sage Publications. Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Louw, De Louw Ae. 1998. Human Development 2nd Edition. Pinendlands Cape Town: Kagiso Tertiary. Mardijanto, Bambang. 1996. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer. Surabaya: Bintang Timur. Mulyadi, Mohammad. 2010. Penelitian Kuantitatif dan Kualitaif. Jakarta: Publica Institute. McQuail, Dennis. 1994. Theories of Mass Communication. Sage Publication.
100
101
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. P. Robin, S. 2001. Perilaku Organisasi.Indoensia: PT. Indeks Kelompok Gramedia PT Media Televisi Indonesia (Metro TV). Company Profile. Jakarta: Metro TV Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. ________________. 2007. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Romli, Asep Syamsul M.. 2003. Jurnalistik Terapan Dan Kepenulisan, Bandung: Batic Press. Sears, David O; Jonathan L Freedman & L. Anne Pepla. 1985. Psikologi Sosial jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga S. Harahap, Arifin. 2007.Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita, Jakarta: PT INDEKS. S. Sari, Endang. 1993. Audience Research: Pengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca, Pendengar, dan Pemirsa. Yogyakarta: Andi Offset. Simamaora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Utama. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3S. Shore, Larry. 1985. Mass Media For Development And Examination of Access, Exposure and Impact. New York: Praegur. Sofyandi Kahfi, Agus. 2006. Informasi dalam Perspketif Islam. Media Tor. Vol. 7. Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-dasar Public Relations. Cet.Ke-4. Bandung: PT remaja Rosdakarya Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suprapto, Tommy. 2011.Pengantar Ilmu Komunikasi Dan Manajemen dalam Komunikasi. Jakarta: CAPS. Tebba, Sudirman. 2005. Jurnalistik Baru. Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia. Thoha, Miftah. 2005. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
102
Wirawan Sarwono, Sarlito. 2002.Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori. Jakarta: Balai Pustaka. Cet. Ke-3.
Skripsi: Nutrotalla, Semeru Gesta. 2010. Analisis Kebijakan Redaksi Tv One Dalam Memublikasikan Beriat Dari Tv Ke Online Di WWW.TVONE.CO.ID. Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jurnal: Sauda’, Limmatus, 2013. Komunikasi dan Dakwah: Etika Jurnalistik Presfektif Al-Qur’an. Jurnal STAIN Purwokerto Yogyakarta.
Website: Website Kemenkominfo, “BNPT Minta Kominfo Blokir 22 Situs Radikal”, berita diakses pada 17 april 2015 dari http://Kominfo.go.id/index.php/content/detail/4627/BNPT-MintaKominfo-Blokir-22-SitusRadikal/0/berita_satker?utm_medium=kemkominfo&utm_campaign= Menuju+masyarakat+Informasi+Indonesia&utm_source=kominfo#.VT E28jxXJs Website Kemenkominfo, “Kominfo: Pengguna Inetrnet di Indoensia 63 Juta Orang” diakses pada 9 Maret 2016 dari http://Kominfo.go.id/m/Kominfo_Pengguna-Internet-di-Indonesia-63Juta-Orang#.VuAoHKClTcI Website “SURVEI NIELSEN: Pengguna Internet Indoensia Capai 30%” diakses pada 5 Maret 2016 dari http://www.bisnis.com/m/surveinielsen-pengguna-internet-indonesia-capai-30
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: KUISINOER PENELITIAN Assalamu’alaikum wr. wb. Dalam rangka perolehan data skripsi saya yang berjudul “Hubungan Antara Terpaan Pemberitaan Pemblokiran Situs Islam di Televisi Dengan Persepsi Mahasiswa UIN Jakarta tentang Citra Kemkominfo”. Saya meminta kesedian saudara/I untuk menjadi responden penelitian saya dengan mengisi daftar pertanyaa di bawah ini secara jujur dan apa adanya. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden. Atas bantuan dan kesediaan saudara/i, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr. wb. Wulan Purnamawati / 1111051000040 KPI, FIDKOM-UIN Syahid Jakarta A. DATA RESPONDEN (Pilihlah jawaban yang sesuai dengan identitas Anda!) Nama
:
Jenis kelamin
: Laki-laki/perempuan
Usia
: a. 17-19 tahun
c. 22-23 tahun
b. 20-21 tahun
d. 24-26 tahun
Fakultas /Jurusan :
B. VARIABEL TERPAAN MEDIA Selanjutnya silahkan mengisi pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang ada. FREKUENSI 1. Dalam hampir satu bulan, seberapa sering Anda menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV?
a. 1-3 kali
c. 7-9 kali
b. 4-6 kali
d. lebih dari 10 kali
2. Dalam hampir satu bulan, seberapa sering Anda menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One? a. 1-3 kali
c. 7-9 kali
b. 4-6 kali
d. lebih dari 10 kali
DURASI 3. Dalam sehari, berapa lamakah Anda menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV? a. 1-3 menit
c. 7-9 menit
b. 4-6 menit
d. Lebih dari 10 menit
4. Dalam sehari, berapa lamakah Anda menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One? a. 1-3 menit
c. 7-9 menit
b. 3-6 menit
d. Lebih dari 10 menit
ATENSI 5. Apakah Anda sering menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Media Massa? a. Tidak setuju
c. Setuju
b. Kurang setuju
d. Sangat setuju
6. Apakah Anda sering mendiskusikan berita Pemblokiran Situs Islam dengan teman/orang lain? a. Tidak setuju
c. Setuju
b. Kurang setuju
d. Sangat setuju
7. Apakah Anda menonton berita Pemblokiran Situs Islam secara keseluruhan dari awal hingga akhir pemberitaan? a.
Tidak setuju
b. Kurang setuju
c. Setuju d. Sangat setuju
C. VARIABEL PERSEPSI CITRA KEMENKOMINFO
Pernyataan dibawah ini berkaitan dengan Persepsi Anda terhadap Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terkait berita Pemblokiran Situs Islam. Persepsi yang dimaksud disini adalah pendapat Anda tentang Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait berita Pemblokiran Situs Islam. Berikan pendapat Anda, apakah Kemkominfo sudah memberikan informasi lancar dan benar, profesionalisme, integritas moral, tayangan dan informasi edukatif, serta kepentingan nasional. Petunjuk: Berilah tanda (√) pada setiap butir pernyataan tentang Persepsi Anda terhadap Citra Kementerian Komunikasi dan Informatika terkait Pemblokiran Situs Islam, dengan pilihan jawaban seperti dibawah ini: 1. TS
: Tidak Setuju
3. S
: Setuju
2. KS
: Kurang Setuju
4. SS : Sangat Setuju
No PERNYATAAN TS Informasi lancar dan benar Kemenkominfo memberikan informasi terbaru 1 tentang berita Pemblokiran Situs Islam Kemenkominfo memberikan informasi 2 Pemblokiran Situs Islam sesuai dengan fakta Profesional Kemenkominfo mempunyai kemampuan 3 memblokir situs Islam bermuatan negatif Kemenkominfo mempunyai dasar pengetahuan (Peraturan Menteri Kominfo No. 19 tahun 4 2014) dalam menentukan situs Islam bermuatan negatif Kemenkominfo membuka peluang bagi masyarakat untuk mengawasi situs Islam 5 bermuatan negatif dengan memberikan saran/masukan Kemenkominfo membuka peluang bagi 6 masyarakat untuk memberikan kritik terhadap Pemblokiran Situs Islam bermuatan negatif Kemenkominfo bekerjasama dengan para tokoh 7 dan pakar ahli dibidangnya untuk mengawasi situs Islam bermuatan negatif Kemenkominfo meningkatkan tata kelola 8 Penanganan Situs Inetrnet Bermuatan Negatif
KS
S
SS
(PSIBN) Kemenkominfo memanggil pemilik website 9 untuk memverifikasi atas pengaduan masyarkat Integritas moral Kemenkominfo terbuka dalam memberikan 10 penjelasan terkait alasan Pemblokiran Situs Islam Kemenkominfo memberikan informasi dari 11 sumber tepat terkait Pemblokiran Situs Islam Kemenkominfo bertanggungjawab atas 12 penyeleksian situs Islam bermuatan negatif dengan cepat Kemenkominfo bertanggungjawab atas 13 penyeleksian situs Islam bermuatan negatif hingga selesai Kemenkominfo memberikan keterangan yang 14 sama kepada semua media Kemenkominfo memblokir situs Islam 15 bermuatan negatif sesuai dengan laporan Kemenkominfo menetapkan kebijakan untuk 16 membentuk forum Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif (PSIBN) Kemenkominfo memberikan penilaian (analisis 17 yang tepat) terhadap situs Islam bermuatan negatif Kemenkominfo melakukan pemantauan 18 mendalam terhadap konten situs Islam Kemenkominfo menormalisasikan situs Islam 19 yang diblokir Tayangan dan informasi edukatif Kemenkominfo memberikan tayangan berita 20 Pemblokiran Situs Islam dari sumber yang tepat Kemenkominfo memberikan pengetahuan 21 tentang situs Islam bermuatan negatif dari setiap penjelasannya Kepentingan nasional Kemenkominfo memverifikasi hasil analisis 22 situs Islam bermuatan negatif, untuk melindungi negara dari perpecahan antar umat muslim
D. VARIABEL KONTROL Pernyataan dibawah ini berkaitan dengan Motif dan Kepercayaan Anda terhadap televisi berita, yaitu Metro TV dan TV One dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam. Motif yang dimaksud disini adalah motif Anda ketika menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV dan TV One. Dan Kredibilitas media yang dimaksud disini adalah kepercayaan Anda terhadap televisi berita, yaitu Metro TV dan TV One dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam. Petunjuk: Berilah tanda (√) pada setiap butir pernyataan tentang Motif dan Kredibiltas media Anda terhadap televisi berita, yaitu Metro TV dan TV One dalam menayangkan berita Pemblokiran Situs Islam, dengan pilihan jawaban seperti dibawah: 1. TS
: Tidak Setuju
3. S
: Setuju
2. KS
: Kurang Setuju
4. SS : Sangat Setuju
Media: Metro TV No.
Pernyataan
Motif Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam 1 di Metro TV berdasrkan motif mencari informasi, karena membutuhkan informasinya Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif identitas 2 pribadi, karena ingin memperoleh nilai lebih sebagai mahasiswa Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam di Metro TV berdasarkan motif integritas sosial, 3 karena ingin menemukan bahan percakapan dengan orang lain disekitar Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam 4 di Metro TV berdasarkan motif mencari hiburan, karena beritanya cukup menghibur Kredibilitas media Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran 5 Situs Islam sesuai fakta Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam lengkap sesuai kaidah jurnalistik 6 (apa, siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana)
TS
KS
S
SS
7 8 9
10
11 12 13 14
Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam penting untuk diketahui Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam menambah pengetahuan Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam dapat dipercaya karena dari sumbersumber yang tepat Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam sangat terbuka dalam menyampaikan informasinya Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam memberikan penjelasan yang mudah dimengerti Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam dimuat secara unik Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam benar sesuai realitas Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam tidak bias
Media: TV One No.
Pernyataan
Motif Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam 1 di TV One, berdasarkan motif mencari informasi, karena membutuhkan informasinya Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif identitas pribadi, 2 karena ingin memperoleh nilai lebih sebagai mahasiswa Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam di TV One berdasarkan motif interaksi sosial, 3 karen aingin menemukan bahan percakapan dengan orang lain disekitar Saya menonton berita Pemblokiran Situs Islam 4 di TV One berdasarkan motif mencari hiburan, karena beritaya cukup menghibur Kredibilitas media Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran 5 Situs Islam sesuai fakta Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam lengkap sesuai kaidah jurnalistik 6 (apa, siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana) Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran 7 Situs Islam penting untuk diketahui
TS
KS
S
SS
8 9
10
11 12 13 14
Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam menambah pengetahuan Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam dapat dipercaya karena dari sumbersumber yang tepat Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam sangat terbuka dalam menyampaikan informasinya Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam memberikan penjelasan yang mudah dimengerti Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam dikemas secara unik Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam benar sesuai realitas Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam tidak bias
HASIL WAWANCARA
1.
Pada tanggal 30 maret 2015, muncul pemberitaan mengenai Pemblokiran Situs Islam. Apakah pada saat yang bersamaan ada berita-berita lain yang muncul ? lalu berita itu muncul tanggal berapa? Jawaban: Pada tanggal 30 Maret sampai akhir April itu emang ada beberapa berita yang cukup menyedot perhatian publik, misal:
2.
10 Tahanan BNN Kabur, notabene yang kabur gembonggembongnya. Itu juga jadi sorotan lantaran kok bisa sampe 10 orang lolos gitu. Ampe rombongan DPR turun tinjau BNN. Meninggalnya Akseyna, mahasiswa UI yang ditemukan di Danau UI. Kasus ini bahkan sampe sekarang belom jelas titik terangnya, bunuh diri atau dibunuh. Kasus ini muncul pada akhir Maret, bentar lagi mau anniv setahun. Tapi belum selesai juga. Pembunuhan Deudeuh Tata Chubby, itu cukup lama jadi headline pemberitaan lantaran gegara itu keungkap yang namanya bisnis prostitusi online sama indekos yang ternyata banyak di salah gunakan. (Banyak yang baca juga, engga tahu kenapa). Tapi memang pemberitaan berbau prostitusi itu seringkali banyak pembacanya. Beritanya muncul awal April sampai pekan ketiga lah pemberitaan ini tuh. Kriminalisasi KPK, di polisikannya pimpinan KPK Bambang Widjojanto, isunya lantaran mengusut kasus korupsi calon Kapolri Budi Gunawan. Abraham Samad juga. Ini mulai ramai pertengahan April. Bom Tanah Abang Isu Eksekusi Hukuman Mati. Eksekusi mati akhir April. Tapi pemberitaan sebelum hari eksekusi juga cukup menarik perhatian dunia juga.
Berita manayang paling banyak diminati oleh khalayak? Lalu mengapa berita tersebut banyak diminati oleh khalayak? Jawaban: Kalau dari banyak pembaca, pembunuhan Deudeuh beberapa pekan jadi paling populer terus waktu itu. Kenapa? Ya diprediksinya itu, karena mati nya deudeuh itu ngungkap modus praktek prostitusi yang dilakukan
secara online. Deudeuh juga nunjukkin banyak tempat kos jadi lokasi kencan PSK. Tapi, berita-berita jelang eksekusi Mati juga ramai dibincangkan, khususnya soal Marry Jane itu. Eksekusi mati jadi sorotan negara luar juga, karena kan dari 11 orang terpidana yang bakal dieksekusi mati akhir April, hampir semuanya orang asing, cuma satu kalau ga salah tuh WNI nya. Nah soal marry jane nya itu berita terkait pembelaan-pembelaan gitu. Sama penundaan eksekusi buat Marry Jane. Berita-berita lobi-lobi pejabat tinggi soal eksekusi Marry Jane, ramai. Eksekusi Mati itu kalau engga salah tanggal 29 April. Kriminalisasi KPK juga banyak menyorot perhatian. Soalnya KPK masih jadi lembaga yang paling dipercaya publik, banyak yang dukung KPK. Pas BW sama Abraham Samad dipolisikan, banyak yang nentang, dan digiring isu nya jadi Cicak VS Buaya jilid II. Kayak kasus Susno Duadji yang korupsi dulu. Ramai nya, karena dua pimpinan KPK itu dianggap di kriminalisasi, lantaran kasus lamanya diusut lagi sama polisi. Pengusutan kasus mereka itu setelah KPK jadiin tersangka Komjen Budi Gunawan. Waktu itu dia calon Kapolri, gara-gara ditetapin tersangka, engga jadi dilantik si Budi Gunawan. Walaupun akhirnya jadi wakil Kapolri sekarang.
Jakarta, 4 Maret 2016
Arga Sumantri
LAMPIRAN 3: TABEL PERSEPSI CITRA KEMKOMINFO Tabel 2.1 Kemenkominfo memberikan informasi terbaru tentang berita Pemblokiran Situs Islam P1 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
13 101 149 14 277
Percent 4,7 36,5 53,8 5,1 100,0
Valid Percent 4,7 36,5 53,8 5,1 100,0
Tabel 2.2 Kemenkominfo memberikan informasi Pemblokiran Situs Islam sesuai dengan fakta P2 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
11 88 163 15 277
Percent 4,0 31,8 58,8 5,4 100,0
Valid Percent 4,0 31,8 58,8 5,4 100,0
Tabel 2.3 Kemenkominfo mempunyai kemampuan memblokir situs Islam bermuatan negatif P3 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
5 30 192 50 277
Percent 1,8 10,8 69,3 18,1 100,0
Valid Percent 1,8 10,8 69,3 18,1 100,0
Tabel 2.4 Kemenkominfo mempunyai dasar pengetahuan (Peraturan Menteri Kominfo No. 19 tahun 2014) dalam menentukan situs Islam bermuatan negatif
P4 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
4 59 173 41 277
Percent 1,4 21,3 62,5 14,8 100,0
Valid Percent 1,4 21,3 62,5 14,8 100,0
Tabel 2.5 Kemenkominfo membuka peluang bagi masyarakat untuk mengawasi situs Islam bermuatan negatif dengan memberikan saran/masukan P5 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
7 57 174 39 277
Percent 2,5 20,6 62,8 14,1 100,0
Valid Percent 2,5 20,6 62,8 14,1 100,0
Tabel 2.6 Kemenkominfo membuka peluang bagi masyarakat untuk memberikan kritik terhadap Pemblokiran Situs Islam bermuatan negatif P6 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
9 77 150 41 277
Percent 3,2 27,8 54,2 14,8 100,0
Valid Percent 3,2 27,8 54,2 14,8 100,0
Tabel 2.7 Kemenkominfo bekerjasama dengan para tokoh dan pakar ahli dibidangnya untuk mengawasi situs Islam bermuatan negatif P7 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
5 64 163 45 277
Percent 1,8 23,1 58,8 16,2 100,0
Valid Percent 1,8 23,1 58,8 16,2 100,0
Tabel 2.8 Kemenkominfo meningkatkan tata kelola Penanganan Situs Inetrnet Bermuatan Negatif (PSIBN) P8 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
11 48 167 51 277
Percent 4,0 17,3 60,3 18,4 100,0
Valid Percent 4,0 17,3 60,3 18,4 100,0
Tabel 2.9 Kemenkominfo memanggil pemilik website untuk memverifikasi atas pengaduan masyarkat P9 Frequency
Valid
1 2 3 4 Total
5 58 154 60 277
Percent 1,8 20,9 55,6 21,7 100,0
Valid Percent 1,8 20,9 55,6 21,7 100,0
Tabel 2.10 Kemenkominfo terbuka dalam memberikan penjelasan terkait alasan Pemblokiran Situs Islam P10 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
11 66 171 29 277
4,0 23,8 61,7 10,5 100,0
Valid Percent 4,0 23,8 61,7 10,5 100,0
Tabel 2.11 Kemenkominfo memberikan informasi dari sumber tepat terkait Pemblokiran Situs Islam P11 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
6 76 172 23 277
2,2 27,4 62,1 8,3 100,0
Valid Percent 2,2 27,4 62,1 8,3 100,0
Tabel 2.12 Kemenkominfo bertanggung jawab atas penyeleksian situs Islam bermuatan negatif dengan cepat P12 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
2 87 151 37 277
,7 31,4 54,5 13,4 100,0
Valid Percent ,7 31,4 54,5 13,4 100,0
Tabel 2.13 Kemenkominfo bertanggungjawab atas penyeleksian situs Islam bermuatan negatif hingga selesai P13 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
5 74 152 46 277
1,8 26,7 54,9 16,6 100,0
Valid Percent 1,8 26,7 54,9 16,6 100,0
Tabel 2.14 Kemenkominfo memberikan keterangan yang sama kepada semua media P14 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
10 38 190 39 277
3,6 13,7 68,6 14,1 100,0
Valid Percent 3,6 13,7 68,6 14,1 100,0
Tabel 2.15 Kemenkominfo memblokir situs Islam bermuatan negatif sesuai dengan laporan P15 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
2 62 154 59 277
,7 22,4 55,6 21,3 100,0
Valid Percent ,7 22,4 55,6 21,3 100,0
Tabel 2.16 Kemenkominfo menetapkan kebijakan untuk membentuk forum Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif (PSIBN) P16 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
1 40 194 42 277
,4 14,4 70,0 15,2 100,0
Valid Percent ,4 14,4 70,0 15,2 100,0
Tabel 2.17 Kemenkominfo memberikan penilaian (analisis yang tepat) terhadap situs Islam bermuatan negatif P17 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
9 100 140 28 277
3,2 36,1 50,5 10,1 100,0
Valid Percent 3,2 36,1 50,5 10,1 100,0
Tabel 2.18 Kemenkominfo melakukan pemantauan mendalam terhadap konten situs Islam P18 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
9 76 158 34 277
3,2 27,4 57,0 12,3 100,0
Valid Percent 3,2 27,4 57,0 12,3 100,0
Tabel 2.19 Kemenkominfo menormalisasikan situs Islam yang diblokir P19 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
7 56 175 39 277
2,5 20,2 63,2 14,1 100,0
Valid Percent 2,5 20,2 63,2 14,1 100,0
Tabel 2.20 Kemenkominfo memberikan tayangan berita Pemblokiran Situs Islam dari sumber yang tepat P20 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
8 74 169 26 277
2,9 26,7 61,0 9,4 100,0
Valid Percent 2,9 26,7 61,0 9,4 100,0
Tabel 2.21 Kemenkominfo memberikan pengetahuan tentang situs Islam bermuatan negatif dari setiap penjelasannya P21 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
13 99 139 26 277
4,7 35,7 50,2 9,4 100,0
Valid Percent 4,7 35,7 50,2 9,4 100,0
Tabel 2.22 Kemenkominfo memverifikasi hasil analisis situs Islam bermuatan negatif, untuk melindungi negara dari perpecahan antar umat muslim P22 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
8 54 151 64 277
2,9 19,5 54,5 23,1 100,0
Valid Percent 2,9 19,5 54,5 23,1 100,0
LAMPIRAN 4: TABEL PERSEPSI KREDIBILITAS MEDIA Tabel 3.1 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam sesuai fakta KM1 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
5 87 143 42 277
1,8 31,4 51,6 15,2 100,0
Valid Percent 1,8 31,4 51,6 15,2 100,0
Tabel 3.2 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam lengkap sesuai kaidah jurnalistik (apa, siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana) KM2 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
1 77 142 57 277
,4 27,8 51,3 20,6 100,0
Valid Percent ,4 27,8 51,3 20,6 100,0
Tabel 3.3 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam penting untuk diketahui MK3 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
27 176 74 277
9,7 63,5 26,7 100,0
Valid Percent 9,7 63,5 26,7 100,0
Tabel 3.4 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam menambah pengetahuan KM4 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
15 183 79 277
5,4 66,1 28,5 100,0
Valid Percent 5,4 66,1 28,5 100,0
Tabel 3.5 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam dapat dipercaya karena dari sumber-sumber yang tepat KM5 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
50 156 71 277
18,1 56,3 25,6 100,0
Valid Percent 18,1 56,3 25,6 100,0
Tabel 3.6 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam sangat terbuka dalam menyampaikan informasinya KM6 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
43 175 59 277
15,5 63,2 21,3 100,0
Valid Percent 15,5 63,2 21,3 100,0
Tabel 3.7 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam memberikan penjelasan yang mudah dimengerti KM7 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
37 191 49 277
13,4 69,0 17,7 100,0
Valid Percent 13,4 69,0 17,7 100,0
Tabel 3.8 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam dikemas secara unik KM8 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
1 66 167 43 277
,4 23,8 60,3 15,5 100,0
Valid Percent ,4 23,8 60,3 15,5 100,0
Tabel 3.9 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam benar sesuai realitas KM9 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
1 57 179 40 277
,4 20,6 64,6 14,4 100,0
Valid Percent ,4 20,6 64,6 14,4 100,0
Tabel 3.10 Tayangan Metro TV tentang berita Pemblokiran Situs Islam tidak bias KM10 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
4 70 170 33 277
1,4 25,3 61,4 11,9 100,0
Valid Percent 1,4 25,3 61,4 11,9 100,0
Tabel 3.11 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam sesuai fakta KO1 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
6 89 168 14 277
2,2 32,1 60,6 5,1 100,0
Valid Percent 2,2 32,1 60,6 5,1 100,0
Tabel 3.12 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam lengkap sesuai kaidah jurnalistik (apa, siapa, dimana, kapan, kenapa dan bagaimana) KO2 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
5 73 174 25 277
1,8 26,4 62,8 9,0 100,0
Valid Percent 1,8 26,4 62,8 9,0 100,0
Tabel 3.13 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam penting untuk diketahui KO3 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
26 201 50 277
9,4 72,6 18,1 100,0
Valid Percent 9,4 72,6 18,1 100,0
Tabel 3.14 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam menambah pengetahuan KO4 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
19 196 62 277
6,9 70,8 22,4 100,0
Valid Percent 6,9 70,8 22,4 100,0
Tabel 3.15 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam dapat dipercaya karena dari sumber-sumber yang tepat KO5 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
40 188 49 277
14,4 67,9 17,7 100,0
Valid Percent 14,4 67,9 17,7 100,0
Tabel 3.16 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam sangat terbuka dalam menyampaikan informasinya KO6 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
41 204 32 277
14,8 73,6 11,6 100,0
Valid Percent 14,8 73,6 11,6 100,0
Tabel 3.17 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam memberikan penjelasan yang mudah dimengerti KO7 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
27 221 29 277
9,7 79,8 10,5 100,0
Valid Percent 9,7 79,8 10,5 100,0
Tabel 3.18 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam dikemas secara unik KO8 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
3 33 211 30 277
1,1 11,9 76,2 10,8 100,0
Valid Percent 1,1 11,9 76,2 10,8 100,0
Tabel 3.19 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam benar sesuai realitas KO9 Frequency Percent
Valid
2 3 4 Total
58 201 18 277
20,9 72,6 6,5 100,0
Valid Percent 20,9 72,6 6,5 100,0
Tabel 3.20 Tayangan TV One tentang berita Pemblokiran Situs Islam tidak bias KO10 Frequency Percent
Valid
1 2 3 4 Total
1 47 201 28 277
,4 17,0 72,6 10,1 100,0
Valid Percent ,4 17,0 72,6 10,1 100,0
LAMPIRAN 5: HASIL UJI VALIDITAS Pernyataan T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22
Skor 0,38 > 0,36 0,47 > 0,36 0,38 > 0,36 0,37 > 0,36 0,48 > 0,36 0,37 > 0,36 0,39 > 0,36 0,39 > 0,36 0,47 > 0,36 0,57 > 0,36 0,24 > 0,36 0,48 > 0,36 0,54 > 0,36 0,75 > 0,36 0,48 > 0,36 0,64 > 0,36 0,68 > 0,36 0,6 > 0,36 0,57 > 0,36 0,52 > 0,36 0,6 > 0,36 0,41 > 0,36 0,41 > 0,36 0,39 > 0,36 0,54 > 0,36 0,64 > 0,36 0,54 > 0,36 0,6 > 0,36 0,5 > 0,36
Keterangan VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
Pernyataan MM1 MM2 MM3 MM4 KM1 KM2 KM3 KM4 KM5 KM6 KM7 KM8 KM9 KM10 MO1 MO2 MO3 MO4 KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 KO10
Skor 0,45 > 0,36 0,38 > 0,36 0,41 > 0,36 0,04 < 0,36 0,4 > 0,36 0,7 > 0,36 0,49 > 0,36 0,54 > 0,31 0,56 > 0,36 0,5 > 0,36 0,66 > 0,36 0,43 > 0,36 0,39 > 0,36 0,45 > 0,36 0,47 > 0,36 0,49 > 0,36 0,68 > 0,36 0,04 < 0,36 0,5 > 0,36 0,41 > 0,36 0,59 > 0,36 0,53 > 0,36 0,49 > 0,36 0,57 > 0,36 0,41 > 0,36 0,4 >0,36 0,45 > 0,36 0,52 > 0,36
Keterangan VALID VALID VALID TIDAK VALID
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID TIDAK VALID
VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
LAMPIRAN 6: HASIL UJI RELIABILITAS
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid 30 Cases Excludeda 0 Total 30 a. Listwise deletion based on all the procedure.
% 100,0 ,0 100,0 variables in
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,940
N of Items 57 Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
T1
142,10
288,576
,335
,940
T2
141,63
289,826
,444
,940
T3
141,50
288,603
,342
,940
T4
141,40
290,041
,332
,940
T5
141,03
289,413
,456
,939
T6
141,90
289,541
,333
,940
T7
141,67
290,713
,359
,940
P1
141,17
289,592
,353
,940
P2
141,50
288,328
,446
,940
P3
141,27
285,582
,545
,939
P4
141,20
294,097
,215
,941
P5
141,03
289,413
,456
,939
P6
141,13
286,257
,512
,939
P7
140,93
280,754
,729
,938
P8
141,10
286,990
,453
,939
P9
141,00
281,517
,610
,938
P10
141,10
280,162
,657
,938
P11
141,33
286,920
,575
,939
P12
141,17
287,247
,552
,939
P13
141,20
283,959
,486
,939
P14
141,23
285,082
,577
,939
P15
141,07
291,237
,387
,940
P16
141,03
291,689
,383
,940
P17
141,40
290,869
,360
,940
P18
141,27
285,513
,507
,939
P19
141,33
281,816
,611
,938
P20
141,43
286,806
,516
,939
P21
141,37
283,757
,567
,939
P22
141,07
284,616
,467
,939
MM1
141,33
290,644
,430
,940
MM2
141,40
289,834
,341
,940
MM3
141,53
289,085
,378
,940
MM4
142,40
297,766
,010
,942
MO1
141,43
289,289
,441
,940
MO2
141,53
287,982
,466
,939
MO3
141,17
281,730
,652
,938
MO4
142,43
297,840
,006
,942
KM1
141,47
287,637
,528
,939
KM2
141,50
284,810
,681
,938
MK3
141,40
290,731
,367
,940
KM4
141,87
287,775
,462
,939
KM5
141,60
288,248
,520
,939
KM6
141,40
288,593
,478
,939
KM7
141,50
286,948
,644
,939
KM8
141,40
290,938
,405
,940
KM9
141,63
290,447
,364
,940
KM10
141,80
288,855
,419
,940
KO1
141,40
287,834
,467
,939
KO2
141,10
292,990
,391
,940
KO3
141,43
286,806
,571
,939
KO4
141,50
288,121
,506
,939
KO5
141,30
287,321
,460
,939
KO6
141,40
285,283
,541
,939
KO7
141,40
289,076
,374
,940
KO8
141,53
291,637
,371
,940
KO9
141,57
289,013
,421
,940
KO10
141,27
287,651
,495
,939