HUBUNGAN SUPPORT SYSTEM DENGAN REGRESI ANAK PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MELATI RSUD ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2013 Yendrizal Jafri Dosen Dapertemen Keperawatan Anak PSIK STIKes Perintis email:
[email protected]
ABSTRACT Children who are hospitalized, will undergo psychological effect caused by the disease comes from anxiety, fussy nature, and regression. Regression is a pullback phase one development that has been achieved in earlier developmental stages. This study aims to identify the relationships support system with regression in preschool children as they undergo hospitalization. This study was conducted from July to August 2013. Research design was a cross sectional study. The population in this study were all parents with children aged 3-5 years were treated in Melati Adnaan Hospital WD Payakumbuh. Samples were taken by using a sampling technique with a total number of 76 people. Then the data were collected by interview. After the data were analyzed by means of univariate and bivariate frequency distributions for using chi-square. The results showed the majority of respondents receive adequate support systems as much as 73.7%, and more than half of the respondents were regressed as much as 55.3%. Obtained relationship support system with p=0.001 (p<0.05) with preschool children who experienced regression of hospitalization. Suggestions from this study is expected to health workers to be able to consider factors that can increase the adaptability of preschool children who experienced regression, so avoid hospitalizati Keywords: Support System and Regression
1.
PENDAHULUAN Pada anak yang dihospitalisasi, akan mengalami pengaruh psikologik yang diakibatkan oleh penyakit dapat berasal dari perasaan tidak nyaman, kecemasan, serta akan dapat mengalami penarikan diri, depresi, sifat rewel, dan regresi. Regresi pada anak yang sakit adalah suatu yang normal. Regresi adalah mundurnya tahap perkembangan yang telah dicapai seseorang ke dalam tahap perkembangan sebelumnya, contohnya yaitu anak sering meminta minum menggunakan botol yang biasanya sudah minum dengan gelas, mengompol dan buang air kecil tidak teratur, atau meningkatnya ketergantungan pada orang tua seperti meminta digendong. Regresi dapat dikurangi dengan cara melakukan pengkajian keperawatan yang akurat
berdasarkan kemampuan anak dan merencanakan asuhan keperawatan untuk mendukung dan mempertahankan tahap pertumbuhan dan perkembangannya (Leifer, 2003). Regresi terjadi pada semua tahap perkembangan. Seseorang yang mengalami kejadian yang tidak diinginkan akan menunjukkan reaksi regresi karena regresi merupakan mekanisme koping yang dilakukan seseorang (Leifer, 2003). Regresi sebagai mekanisme koping sementara waktu dapat diizinkan, karena memberi perasaan aman sampai anak siap menghadapi stresor tersebut. Penggunaan regresi sebagai suatu mekanisme pertahanan yang berkelanjutan harus dihindari. Faktor yang berhubungan dengan regresi tersebut adalah support sistem
i
dari keluarga. Faktor tersebut dapat mempengaruhi interpretasi stimulus yang potensial menjadi stressor. Pada faktor usia, anak akan menunjukkan berbagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak. Pada status penyakit dapat menyebabkan perubahan kesehatan dan dapat terjadi dalam episode akut atau jangka waktu lama (kronis) yang dapat menimbulkan regresi sebagai strategi koping pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh psikolog dalam 30 tahun terakhir, menyebutkan bahwa 10-30 % dari anakanak yang dihospitalisasi menderita gangguan psikologi dan sebanyak 90 % anak –anak merasa kecewa dan putus asa karena dirawat di rumah sakit. The National Centre for Health Statistic memperkirakan bahwa 3-5 juta anak dibawah usia 15 tahun menjalani hospitalisasi setiap tahun. Saat anakanak dirawat di rumah sakit, mereka cenderung merasa ditinggalkan oleh keluarganya dan merasa didalam lingkungan yang sangat asing (Severo, 2009). Angka kesakitan anak di Indonesia yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100 anak, yang ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruangan anak baik rumah sakit pemerintah ataupun rumah sakit swasta (Sumaryoko, 2008). Menurut Yupi Supartini 2004 buku ajar konsep dasar keperawatan anak bahwa hospitalisasi menyebabkan stress pada anak terutama karena perpisahan dengan orang tua dan nyeri. Stress dapat menyebabkan masalah fisik dan psikis pada anak. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Retno Puji di Rumah Sakit Anak Dan Bunda Harapan Kita bahwa anak yang mengalami regresi sebanyak 100% dari 50 responden yang diambil peneliti, mengalami regresi sedang (48%), regresi ringan (40 %) dan regresi berat (12 %). Hasil observasi peneliti selama melakukan praktek preklinik di rumah sakit, bahwa anak-anak usia 3-5 tahun
yang mengalami hospitalisasi menunjukkan regresi. Anak ketakutan saat melihat perawat, anak menangis, menendang, dan memukul saat dilakukan tindakan invasif sehingga menyebabkan terhambatnya proses perawatan anak. Orang tua juga mengatakan anaknya menjadi rewel, gelisah, sering marah, dan merengek ingin pulang. Peneliti juga melihat, anak menjadi tidak kooperatif saat dilakukan tindakan invasif sehingga menyebabkan terhentinya prosedur yang harus dilakukan. Regresi tersebut bisa menghambat petumbuhan dan perkembangannya sehingga jika tidak diatasi akan menyebabkan reaksi yang berkelanjutan sampai anak pulang dari rumah sakit. Regresi juga menyebabkan bertambahnya lama rawat di rumah sakit jika reaksi dari regresi anak yang dibiarkan dan tidak dihindari. Faktor penting yang dapat mengurangi efek stress adalah support system. Anak – anak yang memiliki support system yang kuat akan menunjukkan perilaku yang positif. Support system yang lemah dapat memberikan efek langsung pada proses – proses biologis. Support system yang lemah berhubungan dengan peningkatan emosi negatif. Angka anak yang dirawat di RSUD Adnaan WD Payakumbuh 3 tahun belakang pada tahun 2010 berjumlah 1200 anak, dan pada tahun 2011 berjumlah 1500 dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 1800 anak yang dirawat di rumah sakit tersebut. Dari hasil observasi peneliti bahwa 75% anak-anak yang dirawat di RSUD Adnaan Wd Payakumbuh mengalami regresi. Anak-anak tersebut sering menangis, rewel, marah, dan sering memberontak pada saat perawat melakukan tindakan, sehingga menghambat proses pengobatan dan memperlama proses penyembuhan pada anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan support system dengan regresi anak prasekolah saat
ii
mengalami hospitalisasi. Kegunaan penelitian adalah untuk bagi perawat untuk dapat memperhatikan faktor yang dapat meningkatkan adaptasi anak prasekolah yang mengalami hosptalisasi sehingga terhindar dari regresi.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian adalah Penelitian Deskriptif Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional dimana variabel independen dan variabel dependen di 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan support system dan respon
observasi secara bersamaan pada waktu yang sama. Lokasi penelitian di Ruangan Melati RSUD Adnaan WD Payakumbuh. Waktu penelitian dimulai Juli sampai dengan Agustus 2013. Populasi adalah orang tua dengan anak umur 3-5 tahun yang dirawat, dengan jumlah sampel sebanyak 76 orang. Alat pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Data dikumpulkan dengan metode wawancara. Setelah itu data dianalisis dengan cara univariat menggunakan distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan chi-square. regresi anak prasekolah saat hospitalisasi dan hubungannya di Ruangan Melati RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden menurut Support System di Ruangan Melati RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2013 No Support System Frekuensi Persentase 1
Adekuat
56
73,7%
2
Tidak adekuat
20
26,3%
Jumlah
76
100%
Dari tabel 1 di atas dilihat bahwa sebagian besar responden mendapatkan support system yang adekuat, yaitu sebanyak 73,7 %. Hasil penelitian Retno Fuji 2001 diketahui bahwa sebagian besar anak prasekolah saat hospitalisasi di RSAB Harapan Kita Jakarta adalah dengan mendapatkan support system adekuat sebanyak 64%, dan 36% yang mendapatkan support system yang tidak adekuat. Faktor penting lain yang dapat mengurangi efek stress adalah support system. Anak – anak yang memiliki support system yang kuat akan menunjukkan perilaku yang positif. Support system yang lemah dapat memberikan efek langsung pada proses – proses biologis. Support system yang lemah berhubungan dengan peningkatan emosi negatif. Pendekatan yang optimal merupakan salah satu yang bersifat individual bagi masing-masing anak dan
keluarga. Tanpa mempedulikan jenis program yang spesifik, semua anak bahkan mereka yang sudah pernah dihospitalisasi sebelumnya, memperoleh manfaat dari pengenalan terhadap lingkungan dan rutinitas di unit tersebut (Wong, 2009). Dukungan keluarga terhadap satu anak dengan anak yang lain berbeda, semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan semakin rendah tingkat regresi yang dialami oleh anak usia prasekolah akibat hospitalisasi (Friedman, 1998). Sistem pendukung (support system) yang tersedia akan membantu anak beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dimana ia dirawat. Anak akan mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak
iii
biasanya akan minta dukungan kepada orang yang terdekat, misalnya orang tua dan saudaranya (Supartini, 2004). Menurut asumsi peneliti, adanya support system yang adekuat dipengaruhi oleh adanya perhatian orang tua terhadap keadaan kesehatan dan emosional anak, sehingga mereka berusaha untuk memberikan pengertian dan dukungan untuk mengurangi kecemasan anak. Orang tua juga berusaha untuk mempertahankan sosialisasi dan aktivitas bermain anak, agar anak tidak begitu merasakan dampak dari hospitalisasi karena mereka masih dapat melakukan hal-hal yang biasa dilakukan di rumah seperti bermain, mendapatkan pengayoman dari orang tua (pemenuhan kebutuhan makan, minum, BAK dan BAB), dll. Bagi responden yang memperoleh support system tidak adekuat disebabkan karena orang tua yang tidak bisa sepenuhnya
mendampingi anak ketika dirawat, sehingga meninggalkan mereka tanpa izin, kurang memberikan penjelasan pada anak, dan selalu memilihkan makanan atau pakaian yang akan digunakan anak. Sedangkan responden yang mendapatkan dukungan kurang baik dari keluarga dipengaruhi oleh kurangnya kedekatan orang tua dengan anak sebagai akibat dari orang tua yang sibuk bekerja, begitu juga dengan orang tua yang merasa kurang nyaman tinggal di rumah sakit. Rasa cemas meninggalkan anggota keluarga lainnya di rumah (terutama orang tua yang memiliki bayi dan lansia di rumah) juga ikut mempengaruhi kurang baiknya dukungan keluarga. Orang tua dalam hal ini sering tergesa-gesa melakukan setiap pekerjaan, sehingga mereka sering lupa memberitahu anak kapan akan pergi dan kapan akan kembali, serta kurang bisa menerima kondisi anak yang sedang sakit.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Regresi di Ruangan Melati RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2013 No Regresi Frekuensi Persentase 1 2 3
Regresi ringan Regresi sedang Regresi berat
26 42 8
34,2% 55,3% 10,5%
Jumlah
76
100%
Dari tabel 2 di atas diketahui bahwa lebih dari separoh responden mengalami regresi sedang, yaitu sebanyak 55,3 %. Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Hastuti Retno Puji (2001) di Rumah Sakit Anak Dan Bunda Harapan Kita dimana anak yang mengalami regresi sebanyak 100% dari 50 responden yang diambil peneliti.Yang mengalami regresi sedang 48%, regresi ringan 40 % dan regresi berat 12 %. Regresi adalah suatu keadaan sementara kembali ke tingkat tumbuh kembang sebelumnya untuk mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan atau menimbulkan frustasi. Perilaku
yang ditunjukkan adalah gangguan toilet training, gangguan makan, peningkatan ketergantungan dan tempertantrum contohnya yaitu anak sering meminta minum menggunakan botol yang biasanya sudah minum dengan gelas, mengompol dan buang air kecil tidak teratur, dan meminta digendong. (Wong, 2007). Menurut asumsi peneliti, banyak anak yang mengalami regresi sedang karerna anak suka memilih makanan, suka marah-marah, sering menendangnendang ketika akan dilakukan tindakan,
iv
dan sering menangis ketika dirawat. Sedangkan anak yang mengalami regresi berat terlihat dari rasa ketakutan saat melihat perawat, anak menangis, menendang, dan memukul saat dilakukan tindakan invasif sehingga menyebabkan terhambatnya proses perawatan anak. Anak juga sering rewel, gelisah, sering marah, dan merengek ingin pulang, anak tidak kooperatif saat dilakukan tindakan invasif sehingga menyebabkan terhentinya prosedur yang harus dilakukan. Timbulnya regresi tersebut karena pada umumnya anak prasekolah seringkali mempersepsikan
sakit sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif seperti menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sedangkan bagi anak yang mengalami regresi ringan, disebabkan mereka sudah terbiasa mandiri di rumah dan melakukan aktifitas secara disiplin, seperti mengatakan pada orang tuanya saat ingin buang air besar atau buang air kecil, buang air kecil ke kamar mandi sebelum tidur, dan tidak dipaksa ketika makan.
Tabel 3 Hubungan Support System dengan Regresi pada Anak Pra Sekolah di Ruangan Melati RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2013 No
Support System
1.
Adekuat
2.
Tidak adekuat
Regresi Anak Prasekolah
Jumlah
Ringan f % 26 46,4
Sedang f % 26 46,4
Berat f % 4 7,1
f
%
56
100
1
16
3
20
100
pvalue
0,001 5%
80,0
15,0
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang memperoleh support system adekuat, sebanyak 46,4 % mengalami regresi ringan, 46,4% orang mengalami regresi sedang, dan 7,1% mengalami regresi berat. Sedangkan dari 20 responden yang memperoleh support system tidak adekuat, 5 % yang mengalami regresi ringan, 80,0% mengalami regresi sedang, dan 15,0% mengalami regresi berat. Setelah dilakukan uji statistic menggunakan uji chi-square dengan nilai p = 0,001 (p ≤ 0,05) diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara support system dengan regresi pada anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi di Ruangan Melati RSUD Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2013. Hasil penelitian Retno Fuji 2001 diketahui bahwa sebagian besar anak prasekolah saat hospitalisasi di RSAB Harapan Kita Jakarta pada kategori support system adekuat yang mengalami regresi ringan sebesar 32 %, regresi sedang sebesar 32 % sementara regresi berat sebesar 0 %. Pada kategori support system tidak adekuat yang mengalami regresi ringan sebesar 8 %, regresi sedang 16 % dan regresi berat sebesar 12 %. Setelah dilakukan uji korelasi didapatkan hasil dengan P value = 0,003 ( P value ≤ 0,05). Dengan hasil uji diatas
diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara support system adekuat dan support system tidak adekuat dengan regresi pada anak prasekolah saat hospitalisasi d RSAB Harapan Kita Jakarta.Jadi terdapat kesamaan dari hasil penelitian peneliti dengan hasil penelitian Retno Puji. Terjadinya perpisahan antara orang tua dan anak yang dihospitalisasi dapat menimbulkan dampak psikologis. Sehingga mempengaruhi proses penyembuhan. Jadi, untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan anak yang dirawat di rumah
v
sakit diperlukan kerjasama antara orang tua dan tim kesehatan. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman, dan membuat anak merasa mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa anak. Dukungan keluarga sangat berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis. Orang tua dapat memberikan dukungan berupa asuhan yang efektif selama hospitalisasi anaknya (Supartini, 2004). Menurut peneliti, anak yang mendapatkan dukungan baik dari keluarga akan merasa aman dan nyaman selama di hospitalisasi, sehingga dapat mengurangi kecemasan mereka, mereka tidak memiliki rasa takut dan stress dengan kondisi hospitalisasi. Rasa aman dan nyaman ini tentunya berdampak pada anak yang mau kooperatif dengan petugas, tidak rewel ataupun merasa betah dengan perawatan yang sedang dijalani. Sebaliknya anak yang mendapatkan dukungan kurang baik cendrung merasa kurang aman dan nyaman berada di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena perawatan di rumah sakit memaksakan anak meninggalkan lingkungan yang dicintainya, keluarga dan kelompok social sehingga menimbulkan rasa tidak betah pada anak. Dan rasa kehilangan berdampak pada perubahan peran pada keluarga, kehilangan kelompok social, perasaan takut mati dan kelemahan fisik.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 76 orang anak yang dirawat di ruangan Melati RSUD Adnaan WD Payakumbuh tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan support system yang adekuat, yaitu sebanyak 73,7 %. Lebih dari separoh responden mengalami regresi sedang, yaitu sebanyak 55,3 %. Terdapat hubungan
bermakna antara support system dengan regresi pada anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi, nilai p=0,001. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan khususnya perawat yang bertugas di ruang rawat inap anak agar dapat melakukan pendekatan sesuai dengan usia anak dengan tujuan untuk mengurangi kecemasan dan rasa takut anak terhadap hospitalisasi. Keluarga agar dapat memberikan dukungan yang terbaik bagi anak yang di hospitalisasi, sehingga mereka merasa lebih aman dan nyaman berada di rumah sakit dan regresinya dapat berkurang. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang mempengaruhi regresi pada anak prasekolah, seperti sikap dan perilaku perawat.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Ward, Jeremy. 2009. At a Glance Phisiology. Jakarta: Erlangga Fairus. 2009. Buku Saku Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC Wiknjosastro. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Santrock WJ. 2008. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Guyton AC & Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC Arisman. 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto Ong Ken K et al. 2007. Earlier mother’s age at menarche predicts rapid infancy growth and childhood obesity. Camridge: Medical Research Council Epidemiology Unit Kartono K. 2006. Psikologi Wanita I Mengenal Gadis Remaja Dan Wanita Dewasa. Bandung: Bandar Maju
vi
Wirawan, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Ed. 2. Jakarta: EGC Breast Cancer Organization. 2011. Menstrual history in breast cancer risk factor http://www.breastcancer.org/risk/ factors/menstrual_hist.jsp Pacarada M, Lulaj S, Kongjeli G, Obertinca B. 2008. Impact of socio economic factors on onset of menarche in kosovar girls. JCCM http://old.cjmed.net/ upload/pdf/20081103113412111 8.pdf?PHPSESSID=f738f6cbbca de715dd2002e3af494fea
Feng Y, Hong X, Wilker E et al. 2008. Effects of age at menarche, reproductive years, and menopause on metabolic risk factors for cardiovascular diseases http://www.atherosclerosisjournal.com/article/S00219150%2807%2900402-9/abstract Tena-Sempere M. 2006. KiSS-1 and reproduction: Focus on its role in the metabolic regulation of fertility. Neuroendocrinology. http://content. karger.com/ProdukteDB/produkt e.asp?Aktion=ShowAbstract&Pr oduktNr=223855&ArtikelNr=95 549
vii