i
HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR
Oleh: Willy Prasetyo Raharjo
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA 9 Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014 Willy Prasetyo Raharjo NIM I14114019
__________________________ *Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ii
i
ABSTRAK WILLY PRASETYO RAHARJO. Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA 9 Bogor. Dibimbing oleh HADI RIYADI. Sosioekonomi keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan dan tumbuh kembang anak, terutama remaja putri lebih rentan terkena masalah gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sosio ekonomi, asupan zat gizi dan status gizi dengan daya tahan kardiorespirasi. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Hasil menunjukan bahwa rata-rata umur contoh adalah 16 tahun dengan mayoritas status gizi contoh berkategori beresiko, besar keluarga sedang dan pendapatan rata-rata di atas 5 juta perbulan. Daya tahan kardiorespirasi sebagian besar adalah kurang. Rata-rata asupan zat gizi makro dan mikro contoh masih belum memenuhi kecukupan gizi. Tidak ada hubungan signifikan antara asupan zat gizi dengan daya tahan kardiorespirasi (p>0.05). Tidak terdapat hubungan signifikan antara pendapatan dan pendidikan ibu dengan daya tahan kardiorespirasi (p>0.05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan pada daya tahan kardiorespirasi dengan status gizi (p>0.05). Berdasarkan uji regresi linear sebagai uji lanjut tidak ada variabel independen yang berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi sebagai variabel terikat. Kata kunci: asupan gizi, daya tahan kardiorespirasi, sosioekonomi
ABSTRACT WILLY PRASETYO RAHARJO. Relationship of Socio Economy, Nutrient Intake and Body Mass Index with Cardiorespiratory Endurance in Female Student of Bogor Highschool 9. Supervised by HADI RIYADI. Socioeconomic will affect food consumption and child development, especially adolescence girl are more suspectible to nutritional problems. The objective of this study was analyzing the relationship between socioeconomic, nutrient intake, and nutritional status to cardiorespiratory endurance. The study design was cross sectional. Subject were mostly 16 years old with an at risk status, family size was medium size and family income was over 5 million Rupiahs a month. Subject mostly have cardiorespiratory endurance score was poor. Average of nutrient intake for subject were not adequate to requirement. There were no significant differences on nutrient intake with cardiorespiratory endurance (p>0.05). There were no significant corelation between income and maternal education with cardiorespiratory endurance (p>0.05). There were no significant correlation between cardiorespiratory endurance with BMI (p>0.05). Based of linear regression test as further test there were no significant results for independent variable with cardiorespiratory endurance as dependent variable. Keywords: cardiorespiratory endurance, nutrient intake ,socioeconomic
ii
iii
HUBUNGAN SOSIO EKONOMI, ASUPAN ZAT GIZI, DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA NEGERI 9 BOGOR
WILLY PRASETYO RAHARJO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
v
Judul Nama NIM
: Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor. : Willy Prasetyo Raharjo : I14114019
Disetujui oleh
Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus
vi
vii
PRAKATA Bismillaahirrahmaanirrahim Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt atas segala sesuatu yang diperoleh dari-Nya, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Sosio Ekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor” dapat diselesaikan dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi syarat bagi penulis untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 2. Bapak dr. Naufal Muharam Nurdin, S.ked selaku dosen Penguji dari penulisan skripsi ini yang telah memberikan kritik serta saran yang membangun kepada penulis 3. Bapak Dr. Lilik Kustiyah, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam menjalani jenjang pendidikan sarjana. 4. Orang tua yang telah membesarkan dan mendidik dengan ketulusan, kesabaran serta dukungan dan doa yang tiada henti diberikan untuk penulis. 5. Seluruh teman dan pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu atas bantuan dan doa yang diberikan pada penulis. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, September 2014
Willy Prasetyo Raharjo
viii
ix
DAFTAR ISI ABSTRAK PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Kegunaan Kerangka Pemikiran METODE Desain, Waktu, dan Tempat Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Keterbatasan Penelitian Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Keluarga Contoh Status Gizi Aktifitas Fisik (PAL) Kebiasaan Olahraga Daya Tahan Kardiorespirasi Asupan Zat Gizi Hubungan Sosio Ekonomi Keluarga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Hubungan Asupan Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Hubungan Status Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi
i vii ix x x x 1
1 2 3 3 4
4 4 5 6 10 10 11
11 12 13 14 15 15 16 18 19 21 22 23
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
23 24
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
24 27
x
DAFTAR TABEL 1 Jenis dan cara pengumpulan data 2 Pembagian status gizi berdasarkan imt menurut umur (kg/m2) 3 Angka kecukupan gizi remaja putri 4 Nilai physical activity rate (PAR) per satuan waktu 5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL 6 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2max 7 Sebaran contoh menurut umur 8 Karakteristik keluarga contoh 9 Sebaran contoh menurut status gizi 10 Sebaran contoh berdasarkan nilai PAL 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga 12 Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi 13 Rata-rata asupan gizi contoh 14 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi (TKE) 15 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein (TKP) 16 Sebaran contoh berdasarkan Tingkat konsumsi vitamin 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi mineral 18. Sebaran contoh menurut pendapatan dan daya tahan kardiorespirasi 19 Sebaran contoh menurut pendidikan ibu dan daya tahan kardiorespirasi 20 Sebaran contoh menurut TKE dan daya tahan kardiorespirasi 21 Sebaran contoh menurut TKP dan daya tahan kardiorespirasi 22 Sebaran contoh menurut TKV A dan daya tahan kardiorespirasi 23 Sebaran contoh menurut TKV C dan daya tahan kardiorespirasi 24 Sebaran contoh menurut status gizi dan daya tahan kardiorespirasi 25. Uji signifikansi variabel yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi
6 7 8 9 9 10 12 13 14 14 15 16 16 17 17 18 18 18 19 19 20 20 21 21 22
DAFTAR GAMBAR 1. Hubungan sosioekonomi, asupan zat gizi dan status gizi dengan ketahanan fisik pada siswi SMA Negeri 9 Bogor
4
DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuisioner penelitian 2 Riwayat hidup peneliti
27 35
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan UNHDR (United Nation Human Development Report) tahun 2013, peringkat HDI (Human Develpoment Index) Indonesia berada di posisi 121 dari 187 negara. HDI merupakan ukuran ringkasan untuk menilai kemajuan jangka panjang dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu: kesehatan dan umur panjang, akses terhadap pengetahuan dan standar hidup yang layak. Posisi tersebut menurun dari peringkat HDI Indonesia pada tahun 2009 yaitu berada pada posisi 111 dari 182 negara. Posisi tersebut menunjukan bahwa indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Untuk meningkatkan peringkat HDI Indonesia maka diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama pada kelompok usia remaja. Salah satu faktor yang menetukan terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas adalah pangan yang bergizi, yang diperoleh dari konsumsi pangan yang baik (Khomsan 2002). Periode rentan gizi melekat pada usia remaja (10-18 tahun) karena pada usia remaja terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan fisik serta aktifitas fisik yang berakibat pada peningkatan kebutuhan terhadap energi dan zat gizi lainnya. Rentan gizi pada wanita diketahui lebih tinggi dibanding pria karena wanita pada umumnya berpikir bahwa bentuk tubuh langsing itu cantik. Wanita melakukan diet berlebihan untuk mencapai berat badan yang dianggap ideal tanpa mengetahui berat badan ideal yang seharusnya. Asupan yang tidak seimbang dapat menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun kurang. Hasil penelitian Kusumajaya et al (2007) menemukan persepsi remaja terhadap body image sebanyak 23.8% remaja memiliki persepsi negatif atau menganggap diri mereka lebih gemuk. Data Riskesdas (2013) menunjukan prevalensi status gizi (IMT/U) perempuan remaja usia 16-18 tahun yaitu sebanyak 1% sangat kurus, 4.7% kurus, 86.2% normal, 6.4% lebih dan 1.7% obese. Menurut Arisman (2004) perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada remaja menuntut penyesuaian asupan energi dan zat gizi. Data hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan rata-rata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 13-15 tahun (usia pra remaja) di Indonesia, yaitu sebanyak 54.5% mengonsumsi energi di bawah 2125 kkal dan yang mengonsumsi protein di bawah 69 gram sebanyak 38.1%. Rata-rata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 16-18 tahun (usia remaja) sebanyak 54.5% di bawah 2125 dan kecukupan konsumsi protein di bawah 59 gram sebanyak 35.6%. Faktor sosial ekonomi mempunyai peranan dalam pertumbuhan anak (Supariasa et al. 2001). Konsumsi pangan (food intake) seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Riset menunjukan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga mempunyai dampak signifikan pada petumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga dari kelompok sosioekonomi rendah mungkin kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi, dan kaya gizi yang membantu perkembangan optimal (Wong et al. 2008)
2
Asupan gizi yang cukup adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan fisik. Ketahanan fisik merupakan kemampuan tubuh untuk melaksanakan suatu kegiatan dengan menggunakan kekuatan, daya kreasi, dan daya tahan dengan efisien dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, serta dengan cadangan energi yang tersisa masih mampu untuk menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal yang tidak terduga. Keadaan sosioekonomi secara tidak langsung berhubungan dengan ketahanan fisik melalui pendidikan maternal yang diterima remaja (Cleland 2009). Ketahanan fisik sangat penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Tingkat ketahanan fisik dinilai dari pengukuran daya tahan kardiorespirasi. Metode Balke adalah salah satu metode yang dilakukan untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi. Faktor lain yang secara langsung mempengaruhi ketahanan fisik yaitu latihan yang intensif dan teratur dilihat dari aktifitas fisik dan kebiasaan olahraga (Kushendar 2008). Studi yang dilakukan oleh Adiwinanto (2008) mengungkapkan hampir setengah dari jumlah anak usia 12-21 tahun di Indonesia tidak cukup aktif. Aktifitas fisik kelompok tersebut tergolong ringan-sedang dan hanya sekitar 25% yang aktif berolahraga. Anak perempuan memiliki risiko kurang aktif berolahraga lebih besar dibandingkan laki-laki, terutama menjelang dan setelah pubertas. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 proporsi akrifitas fisik penduduk Indonesia yang kurang aktif menurut kelompok umur 10-14 tahun adalah 49,6% dan kelompok umur 15-19 tahun adalah 35,4%. Olahraga secara teratur dapat bermanfaat untuk menjaga berat badan ideal. Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas, penelitian mengenai hubungan sosioekonomi, asupan zat gizi, dan status gizi terhadap ketahanan fisik remaja dirasa perlu untuk dikaji lebih dalam.
Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status sosioekonomi, konsumsi pangan, dan status gizi dengan ketahanan fisik pada siswi SMA 9 Bogor. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh. 2. Menganalisis status gizi contoh. 3. Menganalisis asupan gizi contoh. 4. Menganalisis aktivitas fisik dan kebiasaan olah raga contoh. 5. Menganalisis daya tahan kardiorespirasi contoh. 6. Menganalisis hubungan antara sosioekonomi dengan ketahanan fisik. 7. Menganalisis hubungan antara asupan gizi dengan ketahanan fisik.
3
Kegunaan Kegunaan penelitian “Hubungan antara Sosioekonomi, Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik Pada Siswi SMA 9 Bogor” antara lain untuk memberikan informasi mengenai kaitan antara sosio ekonomi keluarga, asupan zat gizi dan status gizi dan hubungannya dengan ketahanan fisik. Informasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orangtua dan anak dalam memperhatikan kesehatan dengan menjaga aktivitas fisik dan pola konsumsi pangan. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, pengembangan penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Kerangka Pemikiran Kebugaran yang baik bisa diraih dengan melakukan pola hidup yang sehat (Quality of life). Menurut Sharkey (2003), untuk mencapai quality of life, ada tiga aspek yang harus dipenuhi, yaitu: (1) mengatur makanan; (2) mengatur istirahat; dan (3) melakukan aktivitas (olahraga). Aktifitas fisik merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seluruh atau sebagian anggota tubuh untuk bergerak. Aktifitas fisik dilakukan mulai saat bangun tidur di pagi hari hingga akan tidur kembali di malam hari. Aktifitas fisik identik dengan melakukan olahraga yang memiliki tujuan untuk rekreasi maupun untuk mendapatkan efek kesehatan. Remaja wanita cenderung memiliki kegiatan yang cukup padat sehariharinya, baik selama di sekolah maupun selama di luar sekolah atau hari libur. Aktifitas fisik pada remaja laki-laki maupun perempuan lebih banyak dilakukan di sekolah dibandingkan di rumah. Dalam penelitian ini dikhususkan analisis pada remaja wanita. Remaja wanita selain terkenal aktif dalam berbagai kegiatan juga aktif membantu pekerjaan rumah. Berbeda dengan remaja pria yang cenderung aktif pada kegiatan di luar ruangan saja. Seorang remaja wanita seyogyanya bertanggungjawab untuk membantu pekerjaan rumah khususnya membantu berbagai tugas ibu rumah tangga di rumah. Remaja wanita juga memiliki siklus biologis dalam bentuk menstruasi yang rutin terjadi setiap bulan yang berperan besar dalam tingginya anemia di kalangan remaja. Ekonomi keluarga memegang peranan dalam akses mendapatkan pangan. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan. Media, pergaulan, body image, dan food preferences adalah faktor-faktor lain diluar faktor yang dianalisis dalam peneitian ini yang bisa mempengaruhi status gizi remaja secara langsung maupun tidak langsung. Asupan gizi yang baik bisa diperoleh melalui asupan makanan yang bergizi dan seimbang dan secara langsung akan mempengaruhi status gizi. Status gizi remaja diperkirakan berhubungan positif terhadap daya tahan kardiorespirasi, demikian juga aktifitas fisik dan kebiasaan olahraga. Daya tahan kardiorespirasi yang baik akan sangat mendukung proses belajar yang berlangsung di sekolah yang pada akhirnya meningkatkan performa belajar siswa sehingga menghasilkan prestasi yang membanggakan.
4
Karakteristik keluarga: - Umur - Pendidikan orangtua - Pendapatan orangtua - Pekerjaan orangtua - Budaya
Pengetahuan gizi
Asupan gizi Karakteristik contoh: - Umur - Tinggi badan - Berat badan
- Aktifitas fisik - Kebiasaan olahraga
-
Media Pergaulan Body image Food prefrences
-
Speed Agility Flexibility Endurance
Status gizi (IMT)
Daya tahan kardiorespirasi
Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1. Hubungan Sosioekonomi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik Pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor
METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 9, Bogor. Lokasi dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut memiliki murid dengan latar belakang yang berbeda sehingga diharapkan contoh yang didapatkan beragam. Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September hingga Oktober 2013. Teknik Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah siswi SMA 9 Bogor. Siswi kelas XII tidak diambil contohnya karena sedang dalam persiapan dalam menempuh ujian akhir sekolah sehingga memiliki banyak kegiatan bimbingan di luar jam pelajaran sekolah. Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswi kelas XI. Penarikan contoh dilakukan secara purposif dimana contoh adalah populasi yang
5
memenuhi kriteria inklusi. Adapun yang merupakan kriteria inklusi adalah siswi yang memiliki status aktif sebagai siswi di SMA 9 Bogor, bersedia menjadi contoh dalam penelitian dan bersedia diukur, orangtua bersedia memberikan informasi, serta tidak memiliki penyakit yang menyulitkan proses pengukuran. Besar contoh dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (Singarimbun & Effendi 2011) sebagai berikut:
Keterangan: n = Jumlah contoh N = Jumlah populasi d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
Jumlah populasi adalah sebesar 320 contoh maka jumlah minimal contoh yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas adalah 76 contoh. Pemilihan contoh menggunakan simple random sampling dengan cara di undi. Dari 9 kelas yang ada di kelas XI diambil secara acak dari masing-masing kelas sebanyak 10 contoh sehingga didapatkan total 90 contoh secara acak. Alasan penentuan contoh yang lebih banyak dari seharusnya yaitu 90 contoh dari 76 contoh yang seharusnya adalah untuk mengantisipasi adanya contoh yang drop out pada saat pengambilan data.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder (Tabel 1). Data primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik contoh, data status gizi antropometri, konsumsi, aktifitas fisik, kebiasaan olahraga, dan daya tahan kardiorespirasi contoh. Data sekunder yaitu data mengenai gambaran umum lokasi penelitian, yang meliputi profil SMA, fasilitas SMA, dan jumlah siswi. Jenis variabel dan cara pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 1. Pengambilan data karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Data konsumsi pangan diperoleh dengan menggunakan metode recall 24 jam konsumsi pangan yang dimodifikasi dengan bantuan kuesioner yang diisi sendiri oleh contoh dan dilakukan dua kali, yaitu satu kali pada hari sekolah dan satu kali pada hari libur. Data status gizi antropometri diambil dengan cara mengukur tinggi badan secara langsung dengan menggunakan microtoise, dan berat badan menggunakan timbangan digital. Selanjutnya data tersebut dimasukan ke dalam software WHO Anthroplus 2007 untuk diolah dan didapatkan IMT untuk dibandingkan dengan kategori status gizi menurut IMT/U. Data aktifitas fisik, kebiasaan olahraga contoh dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh contoh. Data aktifitas fisik contoh diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner meliputi kegiatan pada hari sekolah selama 24 jam penuh pada hari sekolah. Kegiatan pengisian kuisioner oleh contoh dalam penelitian ini sebelumnya terlebih dahulu diberikan arahan tata cara mengisi dan panduan oleh peneliti. Selama contoh mengisi kuesioner,
6
peneliti menanyakan kepada contoh apakah ada kesulitan atau tidak dalam mengisi kuesioner. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No. 1 2
3
4 5 6
7
1
Variabel
Alat dan Cara Pengumpulan Data Data primer
Karakteristik contoh: - Usia Karakteristik keluarga: - Besar keluarga - Pekerjaan orang tua - Pendidikan orang tua - Budaya/asal daerah Status gizi antropometri - Berat badan - Tinggi badan Konsumsi Pangan Aktifitas fisik Kebiasaan olahraga - Jenis olahraga - Frekuensi olahraga - Durasi atau lama olahraga Daya tahan kardiorespirasi
Pengisian kuisioner dengan panduan Pengisian kuisioner dengan panduan Pengisian kuisioner dengan panduan Pengisian kuisioner dengan panduan Pengisian kuisioner dengan panduan Pengukuran langsung dengan timbangan digital Pengukuran langsung dengan microtoise Pengisian kuisioner dengan panduan Pengisian kuisioner dengan panduan Pengisian kuisioner dengan panduan
Pengukuran jarak tempuh lari dan VO2 max dengan metode Balke
Data sekunder Gambaran umum lokasi penelitian: - Profil SMA 9 Mencatat dari data yang ada di SMA 9 Bogor. - Jumlah siswi
Data aktifitas fisik contoh diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner meliputi kegiatan pada hari sekolah selama 24 jam penuh. Daya tahan kardiorespirasi diukur dengan menggunakan tes Balke. Prosedur Tes Balke menurut Budiman (2007), yaitu subjek diminta untuk berlari menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 15 menit. Subjek tidak diperbolehkan untuk berhenti atau diam didalam lintasan, tetapi diperbolehkan berjalan apabila lelah berlari. Setelah subjek berlari, jarak yang ditempuh dicatat dan hasilnya dapat digunakan untuk menentukan VO2max. Persiapan yang dilakukan adalah tes minimal dilakukan dua jam setelah makan ringan atau empat jam setelah makan berat, tidak boleh merokok, pakaian tidak ketat, dan nyaman dipakai sehingga tidak mengganggu pergerakan tubuh. Lintasan yang digunakan adalah lapangan olahraga SMA Negeri 9 Bogor. Tes Balke dilakukan pada saat jam pelajaran olahraga dan diatur oleh guru olahraga.
Pengolahan dan Analisis Data Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah
7
disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang diluar jawaban. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk Tabel serta dianalisis secara statistik deskriptif dan uji hubungan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows. Data karakteristik contoh meliputi usia, berat badan, dan tinggi badan. Pengukuran status gizi pada penelitian dilakukan dengan metode antropometri melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik (Soekirman 2000). Data status gizi dihitung menggunakan standar penilaian status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan umur menggunakan software WHO AnthroPlus 2007. Kategori Status gizi berdasarkan IMT/U dijabarkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Pembagian status gizi berdasarkan imt menurut umur (kg/m2) Umur
-3 SD
-2 SD
-1 SD
Median
1 SD
2 SD
3 SD
15
14,4
15,9
17,8
20,2
23,5
28,2
35,5
16
14,6
16,2
18,2
20,7
24,1
28,9
36,1
17
14,7
16,4
18,4
21
24,5
29,3
36,3
Sumber: WHO 2007
Keterangan : Kurus Normal Beresiko Gemuk Obesitas
= -3 ≤ SD Z-Score ≤ -2 SD = -2 ≤ SD Z-Score ≤ -1 SD = +1 ≤ SD Z-Score ≤ +2 SD = +2 ≤ SD Z-Score ≤ +3 SD = Z-Score> + SD
Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram atau ukuran rumah tangga (URT) diolah dengan menggunakan software Nutrisurvey 2007 sehingga didapatkan data asupan zat gizi. Angka kecukupan gizi (AKG) yang digunakan mengacu pada AKG 2013 yang dapat dilihat pada Tabel 3. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah: KGij = (Bj) x Gij x (BDD/100) Keterangan: KGij = penjumlahan zat gizi dari setiap bahan makanan/golongan yang dikonsumsi Bj = berat bahan makanan j (gram) Gij = kandungan zat gizi i dari bahan makanan j BDDj = % bahan makanan j yang dapat digunakan Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994 Pengukuran tingkat kecukupan zat gizi kemudian dilakukan setelah didapat hasil perhitungan dari kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi subjek.
8
Tingkat kecukupan energi dinilai berdasarkan acuan Depkes (1993) dengan kategori defisit berat (<70%), defisit sedang (70-79%), defisit ringan (80-89%), normal (90 – 119%), dan kelebihan (>120%). Tingkat kecukupan protein dinilai dengan kategori kurang (<66.7%), cukup (66.7-100%), dan lebih (>100%).Tingkat kecukupan zat gizi mineral dan vitamin dikategorikan menurut Gibson (2005) yaitu kategori kurang (77%), dan cukup (>77%). Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dirumuskan sebagai berikut : TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan : TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i Ki = Konsumsi zat gizi i AKG = Kecukupan zat gizi yang dianjurkan Sumber : Hardinsyah & Briawan 1994 Tabel 3 Angka kecukupan gizi remaja putri Zat gizi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Vit. A (µg) Vit B12 (µg) Vit. C (mg) Kalsium (mg) Magnesium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg)
13-15 tahun 2125 69 71 292 600 2,4 65 1200 200 1200 26 16
Kelompok umur 16-18 tahun 2125 59 71 292 600 2,4 75 1200 220 1200 26 14
Sumber : Kemenkes 2013
Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Data besar keluarga dikategorikan menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Data pekerjaan ayah dikategorikan ke dalam enam kelompok, yaitu PNS, swasta, wiraswasta, buruh, TNI/Polri, dan lainnya (jika ada). Data pekerjaan ibu dikategorikan ke dalam enam kelompok, yaitu ibu rumah tangga, PNS, swasta, wiraswasta, buruh, dan lainnya (jika ada). Data pendidikan terakhir ayah dan ibu dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Data pendapatan dikategorikan dalam empat kategori yaitu < 2 juta rupiah, 2 juta hingga 3 juta rupiah, 3 juta hingga 5 juta rupiah, dan lebih dari 5 juta rupiah. Nilai Physical Activity Rate (PAR) pada Tabel 4 diperlukan untuk menentukan tingkat aktifitas fisik. Tingkat aktifitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level). PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
9
A =
A
Alokasi waktu tiap aktivitas 24 jam
Tabel 4 Nilai physical activity rate (PAR) per satuan waktu Nilai PAR per Aktivitas Satuan Waktu Tidur(siang dan malam) 1.00 Tidur-tiduran, Duduk diam, Membaca 1.20 Duduk sambil menonton TV 1.72 Mandi dan berpakaian 2.30 Berdiri diam, Beribadah, Menunggu (Berdiri), Berhias 1.50 Berkendaraan di mobil/bus/angkutan 1.20 Makan Minum 1.60 Jalan santai 2.50 Berbelanja (membawa beban) 2.40 Mengendarai kendaraan 2.50 Menjaga anak 2.50 Melakukan perkerjaan rumah tangga 2.75 Setrika pakaian (duduk) 1.70 Kegiatan berkebun 2.70 Office Worker (Duduk didepan meja, Menulis, mengetik) 1.30 Office Worker (Berjalan, Membawa arsip) 1.60 Olahraga (Badminton) 4.85 Olahraga (Jogging, Lari jarak jauh) 6.50 Olahraga (Bersepeda) 3.60 Olahraga (Aerobik, Berenang, Sepak Bola, dll) 7.50 Kegiatan dilakukan dengan duduk 1.50 Kegiatan ringan 1.40 Memasak 2.10 Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL menurut FAO/WHO/UNU (2001) terdapat pada Tabel 5. Seseorang dikatakan beraktifitas ringan (sedentary) bila tidak banyak melakukan kerja fisik, tidak berjalan jauh, umumnya menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara teratur, menghabiskan waktu senggang dengan duduk dan berdiri dengan sedikit bergerak seperti pelajar.
No 1 2 3 4
Tabel 5 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL Sangat ringan (very sedentary lifestyle) <1.39 Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69 Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99 Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40
Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
10
Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2max yang diperoleh dari tes lari selama 15 menit kemudian dihitung seberapa jauh jarak tempuh oleh contoh. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO2max calculator). Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan VO2max ditunjukan pada Tabel 6. Hasil perhitungan jarak yang telah ditempuh contoh dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut: %VO2max = [((Jarak total yang ditempuh/15) –133) x 0.172] + 33.3 Tabel 6 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2max No Kategori daya tahan kardiorespirasi Nilai Vo2 max 1 Sangat kurang <25.0 2 Kurang 25.0-30.9 3 Cukup 31.0-34.9 4 Baik 35.0-38.9 5 Sangat baik 39.0-41.0 6 Superior >41.0 Sumber : Heyward (1997)
Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan dilakukan uji korelasi. Data yang diolah secara deskriptif terdiri dari karakteristik keluarga, aktifitas fisik, kebiasaan olahraga, asupan gizi dan daya tahan kardiorespirasi. Uji korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel sosioekonomi, asupan zat gizi dan status gizi dengan daya tahan kardiorespirasi.
Keterbatasan Penelitian Data pengukuran kebugaran tubuh yang dilakukan pada SMA Negeri 9 Bogor memiliki banyak kendala seperti keadaan lintasan lari yang tidak rata, banyaknya gangguan dari lingkungan dan waktu pengambilan data yang dilakukan pada siang hari. Data konsumsi pangan memiliki kendala pada kejujuran contoh dalam mengisi kuisioner. Berbagai faktor yang disebutkan diatas sedikit banyak mempengaruhi hasil maksimum yang dapat diperoleh oleh contoh.
Definisi Operasional Aktifitas fisik adalah kegiatan yang menghasilkan gerak yang dilakukan oleh contoh mulai saat bangun tidur hingga tidur kembali di malam hari. Asupan gizi adalah zat gizi yang dihitung dari makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi. Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal dalam satu rumah dan hidup dari sumber penghasilan yang sama. Besar keluarga di kategorikan
11
menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Contoh adalah siswi SMA Negeri 9 Bogor yang bersedia mengikuti setiap tahap penelitian. Jenis pekerjaan orangtua adalah pekerjaan atau mata pencaharian orangtua contoh yang dikelompokkan menjadi PNS, swasta, wiraswasta, buruh, TNI/Polri, dan ibu rumah tangga (hanya ibu). Karakteristik contoh adalah keadaan contoh yang meliputi usia, data berat badan, tinggi badan, dan status gizi (IMT/U). Kebiasaan olahraga adalah kebiasaan melakukan aktifitas olahraga dalam satu minggu baik untuk rekreasi maupun untuk tujuan kesehatan. Pendidikan terakhir orangtua adalah jenjang pendidikan terakhir yang diikuti orangtua contoh, yang dikelompokkan menjadi tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Pendapatan orangtua adalah seluruh pendapatan yang diterima oleh orang tua dari pekerjaannya yang digunakan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Sosio ekonomi keluarga adalah keadaan keluarga contoh meliputi pekerjaan orangtua, besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Status gizi adalah status gizi berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh dan dikategorikan berdasarkan kategori IMT/U. Tes Balke adalah tes kebugaran untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi dengan cara subjek berlari atau berjalan tanpa henti atau beristirahat di tempat selama 15 menit mengelilingi lintasan. Usia adalah lama hidup contoh yang dihitung berdasarkan waktu lahir dan waktu pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 9 adalah salah satu dari beberapa SMA Negeri yang ada di Kota Bogor. Peran serta dari SMA 9 didalam memajukan pendidikan masyarakat Kota Bogor terlihat dari konsistensinya dalam meluluskan siswa di atas 200 siswa setiap tahun nya. Tidak kurang dari 210 siswa diterima di sekolah tersebut dengan rasio anak yang diterima sebesar 1 : 2,5. Terdapat 2 jurusan di SMA 9 yaitu IPA dan IPS, peneliti mengambil contoh siswi sebesar 90 anak dari kelas 2 dari jurusan IPA dan IPS. Perbandingan antara siswa dan siswi pada SMA 9 pada tahun 2007/2008 adalah 274 : 405 anak. Perkembangan jumlah tenaga pengajar mengalami peningkatan yang drastis, hal ini terlihat dari tenaga pengajar PNS yang semula hanya 3 orang sekarang pada tahun 2014 sudah mencapai 48 orang tenaga pengajar PNS. Perluasan ruang kelas juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ruang kelas yang pada awalnya hanya sebanyak 8 kelas, sekarang sudah menjadi 12 kelas.
12
Karakteristik Keluarga Contoh Keluarga adalah tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan (BKKBN 2009). Karakteristik keluarga remaja putri dalam penelitian ini terdiri dari: besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Data karakteristik keluarga dapat dilihat pada Tabel 8. Usia contoh pada penelitian ini berada pada rentang 15 tahun sampai 17 tahun dan termasuk ke dalam remaja pertengahan (Mar’at 2009). Sebaran umur contoh ditunjukan pada Tabel 7. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa sebagian besar contoh berumur 16 tahun (71.1%) dan sebagian kecil berusia 15 tahun (6.7%). Tabel 7 Tabel sebaran contoh menurut umur Umur contoh (dalam tahun) 15 16 17 Total Rata-rata±SD
n 6 64 20 90
SMA 9 % 6.7 71.1 22.2 100.0 16.6 ± 0.5
Besar keluarga menurut BKKBN (2009) digolongkan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥ 7 orang). Besar keluarga contoh berada pada rentang 2 sampai 9 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah sebesar 4.81 orang. Data kategori besar keluarga menunjukan distribusi contoh sebagian besar dalam kategori keluarga sedang (57.8%) dan hanya sebagian kecil (4.4%) dalam kategori keluarga besar. Tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua menerima informasi dan mengatur kesehatan anaknya. Menurut Isnaini (2011) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap kemampuan dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi menjadi semakin baik. Tingkat pendidikan orangtua contoh dibagi menjadi tingkat pendidikan ayah dan ibu. Tingkat pendidikan ayah contoh sebagian besar (47.8%) tamat perguruan tinggi/sederajat. Pendidikan ibu contoh sebagian besar (43.4%) tamat SMA/sederajat, Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik seseorang yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seseorang dan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya (Suwarman 2004). Pekerjaan ayah contoh sebagian besar (41.1%) adalah pegawai BUMN/Swasta, kemudian TNI/POLRI sebanyak 32.2%. Pekerjaan lainnya yaitu wiraswasta/pedagang/jasa sebanyak 5.6%, petani/buruh sebanyak 4.4%, dan lainnya sebanyak 16.4%. Pekerjaan ibu contoh sebagian besar (67.8%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, dan sebagian (20%) bekerja sebagai PNS/TNI. Pendapatan keluarga contoh dikategorikan menjadi kurang dari 2 juta rupiah sampai lebih dari 5 juta rupiah. Rata-rata pendapatan keluarga contoh adalah sebesar Rp4 616 022. Sebagian besar pendapatan contoh (36.0%) termasuk kedalam kategori lebih dari 5 juta rupiah. Pendapatan keluarga contoh sebagian kecil pada kategori pendapatan kurang dari 2 juta rupiah yaitu sebesar 12.2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besar pendapatan orangtua contoh
13
berada pada rentang menengah ke atas. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi (Sukandar 2007). Tabel 8 Karakteristik keluarga contoh SMA 9
Karakteristik keluarga Besar keluarga Kecil (≤4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar (≥7 orang) Tingkat Pendidikan - Ayah Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Tamat PT/sederajat - Ibu Tamat SD/sederajat Tamat SMP/sederajat Tamat SMA/sederajat Tamat PT/sederajat Pekerjaan - Ayah PNS TNI/POLRI Pegawai BUMN/swasta Wiraswasta/pedagang/jasa Petani/nelayan/buruh Lainnya - Ibu PNS TNI/POLRI Pegawai BUMN/swasta Wiraswasta/pedagang/jasa Petani/nelayan/buruh Lainnya Pendapatan keluarga (per bulan) < Rp2 000 000 Rp2 000 000 – Rp3 000 000 Rp3 000 000 – Rp5 000 000 ≥ p5 000 000 Rata-rata±SD
n
%
34 52 4
37.8 57.8 4.4
5 5 37 43
5.6 5.6 41.1 47.8
9 11 39 31
10.0 12.2 43.3 34.4
0 29 37 5 4 15
0.0 32.2 41.1 5.6 4.4 16.7
61 18 6 0 0 5
67.8 20.0 6.7 0.0 0.0 5.6
11 12.2 14 15.6 29 32.2 36 40.0 Rp4 616 022 ± Rp3 476 019
Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorpsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi dalam makanan. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan dan status kesehatan (Riyadi 2001). Sebaran status gizi contoh pada Tabel 9 menunjukkan sebagian besar (87.2%) contoh
14
tergolong beresiko, 14.4% contoh normal, 3.3% contoh gemuk, dan tidak ada contoh yang tergolong kurus dan obesitas. Hasil data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi status gizi remaja yang berumur 16-18 tahun berdasarkan IMT/U di Jawa Barat, yaitu 1.4% sangat kurus, 7.7% kurus, 83.4% normal, 6.2% berat badan lebih, dan 1.4% obese. Prevalensi remaja gemuk di Indonesia meningkat dari 1,4 persen pada tahun 2007 menjadi 7,3 persen pada tahun 2013. Kegemukan dan obesitas pada remaja (12-17 tahun) menyebabkan penurunan tingkat kebugaran kardiorespirasi (Ferreira 2013; Ortega et al. 2012). Tabel 9 Sebaran contoh menurut status gizi SMA 9
Kategori Status Gizi
n 0 13 74 3 0
Kurus Normal Beresiko Gemuk Obesitas
% 0 14.4 87.2 3,3 0
Aktifitas Fisik (PAL) Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot dalam tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Almatsier 2006). Temuan pada penelitian Malinauskas et al. (2006) bahwa sebagian besar (80%) dari peserta melaporkan bahwa aktifitas fisik dapat mengendalikan berat badan mereka. Besarnya aktifitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktifitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam. Berdasarkan data yang telah diperoleh, nilai PAL contoh berkisar antara 1.25 sampai 2.34. Rata-rata nilai PAL contoh adalah sebesar 1.39. Sebaran contoh berdasarkan nilai PAL dapat dilihat pada Tabel 10. Data nilai PAL contoh menunjukkan tingkat aktifitas fisik contoh sebagian besar (67.8%) dalam kategori sangat ringan dan hanya sebagian kecil (2.2%) dalam kategori berat. Data Riskesdas 2013 menyebutkan proporsi nasional kurang aktifitas fisik pada penduduk yang berusia 10 tahun ke atas adalah 26.1 persen. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan nilai PAL Kategori Nilai PAL Sangat Ringan Ringan Sedang Berat
SMA 9 n 61 27 0 2
% 67.8 30.0 0.0 2.2
15
Kebiasaan Olahraga Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang dapat memberikan dampak positif terhadap derajat kesehatan, sehingga dianjurkan untuk dilakukan secara teratur sesuai dengan kondisi seseorang. (Latief 2000 dalam Mustamin, Kunaepah, & Ayu 2010). Kebiasaan olahraga pada penelitian ini dinilai dari frekuensi olahraga dalam periode waktu seminggu. Tabel 11 menunjukkan bahwa contoh paling banyak (75.6%) melakukan olahraga sebanyak 1-2 kali dalam seminggu, sebagian contoh (23.3%) melakukan olahraga lebih dari tiga kali dalam seminggu, serta ada 1.1% contoh yang tidak rutin melakukan olahraga tiap minggu. Durasi olahraga mengukur seberapa lama seseorang melakukan olahraga dalam satu waktu. Durasi olahraga pada sebagian besar contoh (73.3%) dilakukan selama 1-2 jam dan sebanyak 25.6% contoh melakukan olahraga selama lebih dari 3 jam. Dismenore terjadi secara signifikan pada remaja putri yang tidak berolahraga (Thing 2011). Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga Kebiasaan Olahraga Frekuensi olahraga (per minggu) <1 kali 1-2 kali ≥ 3 kali Total Rata-rata±SD Durasi Olahraga (jam per minggu) < 1 jam 1-2 jam > 3 jam Total Rata-rata±SD
SMA 9 n
%
1 68 21 90
1.1 75.6 23.3 100.0 1.7±0.7
1 66 23 90
1.1 73.3 25.6 100.0 1.5±0.7
Daya Tahan Kardiorespirasi Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan fungsi organ paru-paru dan jantung dalam mensuplai oksigen yang bertujuan untuk kerja otot dalam waktu yang lama. Kualitas ketahanan kardiorespirasi dinyatakan dengan VO2max (Irianto 2001). Menurut Wiarto (2013) VO2max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 12. Daya tahan kardiorespirasi contoh berkisar antara 22.35 sampai 38.75. Ratarata VO2max contoh adalah sebesar 30.25. Berdasarkan data daya tahan kardiorespirasi yang telah diperoleh, sebagian besar contoh (46.7%) berada pada kategori kurang, 40.0% pada kategori cukup, dan 8.9% berada pada kategori sangat kurang. Hanya sebagian kecil (4.4%) contoh yang memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori baik. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan studi Ortega
16
(2012) yang mengungkapkan daya tahan kardiorespirasi remaja putri sebagian besar berada pada kategori rendah sebesar 34,3 persen. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi SMA 9
Kategori Daya Tahan Kardiorespirasi
n 8 42 36 4 90
Sangat kurang Kurang Cukup Baik Total
% 8.9 46.7 40.0 4.4 100
Asupan Zat Gizi Konsumsi pangan merupakan kumpulan informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Madanijah 2006), Menurut Sediaoetama (2008) Bahan pangan yang telah dikonsumsi dan diserap dalam tubuh akan dicerna menjadi berbagai zat gizi. Zat gizi memiliki fungsi antara lain: sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, mengatur metabolisme dan keseimbangan tubuh, serta berperan dalam sisten imun. Tabel 13 Rata-rata asupan gizi contoh Asupan zat gizi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Vit. A (µg) Vit. B12 (µg) Vit. C (mg) Kalsium (mg) Magnesium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg)
Rata –rata 1259.22 42.92 46.32 165.57 3501.45 1.13 14.99 240.02 130.80 574.22 4.13 5.02
Sd ±127.00 ±9.65 ±11.00 ±22.99 ±340.40 ±0.29 ±17.08 ±155.66 ±28.50 ±143.68 ±1.16 ±1.20
TKG (%) 59.26 72.75 65.24 56.70 58.57 46.92 19.99 20.00 59.46 47.85 15.90 35.88
Penentuan kebutuhan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Arisman, 2004). Rata-rata asupan zat gizi contoh ditunjukkan pada Tabel 13. Rata rata tingkat kecukupan zat gizi untuk energi, lemak dan karbohidrat contoh masih dibawah 70% dan termasuk ke dalam kategori defisit berat. Tingkat kecukupan protein (TKP) termasuk ke dalam kategori cukup yaitu sebesar 72.75% dari Angka kecukupan protein remaja wanita sebesar 59 gram. Seluruh rata rata tingkat kecukupan zat gizi mikro tergolong dalam kategori kurang yaitu dibawah 77%.
17
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Hardinsyah & Tambunan 2004). Asupan energi contoh berkisar antara 1028 kkal sampai 1741 kkal. Rata-rata asupan energi contoh adalah sebesar 1259.22 kkal. Sebaran data asupan energi menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (95.6%) termasuk ke dalam kategori defisit berat. Hanya sebagian kecil contoh (1.1%) tergolong kategori normal. Konsumsi karbohidrat yang dianjurkan menurut Depkes (2002) adalah sebesar 50-60% dari kecukupan energi yang dianjurkan. Tabel 14 menunjukan data sebaran tingkat kecukupan energi contoh. Tabel 14 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan energi (TKE) TKE <70 70-79 80-89 90-119 >120 Total
n 86 3 0 1 0 90
Kategori Defisit Berat Defisit Sedang Defisit Ringan Normal Kelebihan
% 95.6 3.3 0.0 1.1 0.0 100
Menurut Almatsier (2004), protein berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, mengangkat zat-zat gizi, dan pembentukan antibodi. Asupan protein contoh berkisar antara 24 gr hingga 70.5 gr. Rata-rata asupan protein contoh adalah sebesar 42.92 gr. Data sebaran asupan protein menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (51.1%) termasuk ke dalam kategori cukup dan hanya sebagian kecil contoh (7.8%) tergolong kategori lebih. Tingkat kecukupan protein remaja menurut Depkes (2011) berkisar antara 88,3% sampai 129,6% dan yang asupannya dibawah AKG adalah sebanyak 35,6%. Tabel 15 menunjukan data sebaran tingkat kecukupan protein contoh. Tabel 15 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan protein (TKP) TKP <66.7 66.7-100 >100 Total
Kategori Kurang Cukup Lebih
n 37 46 7 90
% 41.1 51.1 7.8 100.0
Data asupan zat gizi mikro untuk vitamin menunjukan bahwa sebagian besar contoh termasuk kedalam kategori defisit berat untuk asupan vitamin A, B12, dan C. Sebagian kecil contoh termasuk kategori cukup hanya pada asupan vitamin A (16.6%) dan vitamin C (4.4%). Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi vitamin dan mineral ditunjukkan pada Tabel 16 dan 17. Data asupan zat gizi mikro untuk mineral menunjukan bahwa sebagian besar contoh (100%) termasuk kedalam kategori defisit berat untuk asupan mineral kalsium, magnesium, fosfor, besi dan zinc. Bowman & Russell (2001) menemukan bahwa banyak remaja tidak memenuhi rekomendasi diet yang sesuai untuk kelompok usia mereka dan memiliki asupan makanan yang kurang kalsium, besi, riboflavin, vitamin A dan vitamin C.
18
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan Tingkat konsumsi vitamin Tingkat konsumsi <77% >77% Total
Kategori Kurang Cukup
A n 75 15 90
% 83.33 16.67 100
Vitamin B12 n % 90 100 0 0 90 100
C n 86 4 90
% 95.56 4.44 100
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi mineral Tingkat konsumsi <77% >77% Total
Kategori Kurang Cukup
Kalsium n % 90 100 0 0 90 100
Mineral Besi n % 90 100 0 0 90 100
Zinc n 90 0 90
% 100 0 100
Hubungan Sosio Ekonomi Keluarga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Hubungan uji korelasi pearson menunjukan pendapatan keluarga yang dinilai dengan pendapatan per bulan tidak berhubungan terhadap daya tahan kardiorespirasi (p=0.816, r=-0,025). Hal ini sejalan dengan penelitian Ariawan dan Appe (2013) yang mengungkapkan bahwa kebugaran bukan dipengaruhi oleh faktor ekonomi melainkan dari kemauan seseorang melakukan olahraga atau aktifitas yang bisa menghasilkan gerak. Tabel 18 menunjukan sebaran subjek dengan kategori pendapatan keluarga terhadap daya tahan kardiorespirasi. Sebagian besar contoh (17.8%) dengan pendapatan keluarga 2 juta rupiah sampai 3 juta rupiah memiliki kategori VO2max cukup. Tabel 18 Sebaran contoh menurut pendapatan keluarga dan daya tahan kardiorespirasi Pendapatan <2.000.000 2.000.000-3.000.000 3.000.000-4.000.000 >5.000.000 Total
n 2 2 2 2 8
Sangat kurang % 2.2 2.2 2.2 2.2 8.9
Status VO2max Kurang Cukup n % n % 6 6.7 3 3.3 9 10 16 17.8 13 14.4 9 10 14 15.6 8 8.9 42 46.7 36 40
n 0 2 1 1 4
Baik % 0 2.2 1.1 1.1 4.4
Menurut Sumarwan (2003) semakin tinggi pengahasilan maka semakin menurun bagian dari penghasilan yang digunakan untuk membeli pangan. Apabila penghasilan keluarga semakin meningkat, maka jumlah uang yang digunakan untuk pembelian pangan meningkat, sampai tingkat tertentu dimana uang pembeli pangan tersebut tidak bertambah secara berarti atau dianggap tetap dan tidak
19
banyak berubah. Hal ini sejalan dengan teori Engel yang menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil persentase pendapatannya untuk membeli pangan. Hubungan uji korelasi pearson menunjukan pendidikan orangtua yang dinilai dengan pendidikan terakhir ibu tidak berhubungan terhadap daya tahan kardiorespirasi (p=0.540, r=0,065). Hal ini menunjukan bahwa semakin baik pendidikan ibu seseorang belum tentu semakin baik daya tahan kardiorespirasinya Tabel 19 menunjukan sebaran subjek dengan kategori pendidikan ibu terhadap daya tahan kardiorespirasi. Sebagian besar contoh (17.8%) dengan pendidikan ibu tamat SMA dan perguruan tinggi memiliki kategori VO2max kurang. Tabel 19
Sebaran contoh menurut pendidikan ibu dan daya tahan kardiorespirasi
Pendidikan ibu Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat PT Total
Sangat kurang n % 2 2.2 0 0 5 5.6 1 1.1 8 8.9
Status VO2max Kurang Cukup n % n % 4 4.4 4 4.4 6 6.7 4 4.4 16 17.8 15 16.7 16 17.8 13 14.4 42 46.7 36 40.0
n 0 1 2 1 4
Baik % 0 1.1 2.2 1.1 4.4
Hubungan Asupan Gizi Dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Sebagian besar contoh (43,3%) dengan kategori TKE defisit berat memiliki status VO2max kategori kurang. Hubungan uji korelasi pearson antara asupan gizi yang dinilai dengan TKE dengan daya tahan kardiorespirasi yang dinilai dengan VO2max menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.569, r=0,061). Hal ini sejalan dengan penelitian Hanum (2011) yang mengemukakan bahwa hubungan tidak signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan tingkat kebugaran pada remaja. Tabel 20 menunjukan sebaran subjek dengan kategori tingkat kecukupan energi terhadap daya tahan kardiorespirasi. Tabel 20 Sebaran contoh menurut TKE dan daya tahan kardiorespirasi TKE Defisit berat Defisit ringan Normal Total
Sangat kurang n % 8 8.9 0 0 0 0 8 8.9
Status VO2max Kurang Cukup n % n % 39 43.3 35 38.9 2 2.2 1 1.1 1 1.1 0 0 42 46.7 36 40.0
n 4 0 0 4
Baik % 4.4 0 0 4.4
Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan, diantaranya adalah faktor ekonomi dan harga. Perubahan pendapatan secara perlahan dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan. Pendapatan yang meningkat berarti
20
peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik semakin besar. Apabila pendapatan rendah maka akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi (Madanijah 2006). Sebagian besar contoh (25,6%) dengan asupan protein kategori cukup memiliki status VO2max kategori kurang. Tabel 21 menunjukan sebaran subjek dengan kategori tingkat kecukupan protein terhadap daya tahan kardiorespirasi. Hubungan uji korelasi pearson antara asupan gizi yang dinilai dengan tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi yang dinilai dengan status VO2max menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.485, r=0,004). Studi yang dilakukan oleh Gutin et al. (2002) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kebugaran dengan konsumsi protein. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik asupan protein seseorang belum tentu semakin baik daya tahan kardiorespirasinya. Tabel 21 Sebaran contoh menurut TKP dan daya tahan kardiorespirasi TKP Kurang Cukup Lebih Total
Sangat kurang n % 5 5.6 3 3.3 0 0 8 8.9
Status VO2max Kurang Cukup n % n % 15 16.7 16 17.8 23 25.6 18 20.0 4 4.4 2 2.2 42 46.7 36 40.0
n 1 2 1 4
Baik % 1.1 2.2 1.1 4.4
Sebagian besar contoh (37,8%) dengan asupan vitamin A kategori kurang memiliki status VO2max kategori kurang. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik asupan vitamin A seseorang belum tentu semakin baik daya tahan kardiorespirasinya. Hubungan uji korelasi pearson antara asupan gizi yang dinilai dengan tingkat konsumsi vitamin A dengan daya tahan kardiorespirasi yang dinilai dengan kategori VO2max menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.695, r=-0.042). Vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam diferensiasi dan kekebalan tubuh (Almatsier 2004). Tabel 22 menunjukan sebaran subjek dengan kategori tingkat kecukupan vitamin A terhadap daya tahan kardiorespirasi. Tabel 22 Sebaran contoh mnurut tingkat kecukupan vitamin A dan daya tahan kardiorespirasi Vit A Kurang Cukup Total
Sangat kurang n % 7 7.8 1 1.1 8 8.9
Status VO2max Kurang Cukup n % n % 34 37.8 30 33.3 8 8.9 6 6.7 42 46.7 36 40.0
n 4 0 4
Baik % 4.4 0 4.4
Sebagian besar contoh (45,6%) dengan asupan vitamin C kategori kurang memiliki status VO2max kategori kurang. Hubungan uji korelasi pearson menunjukan asupan gizi yang dinilai dengan tingkat kecukupan vitamin C dengan daya tahan kardiorespirasi menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.671,
21
r=-0,045). Studi yang dilakukan oleh Nurwidyastuti (2012) mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin C dengan kebugaran. Terlihat pada status tidak bugar, responden yang memiliki konsumsi vitamin C kurang lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki asupan vitamin C cukup. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik asupan vitamin C seseorang belum tentu semakin baik daya tahan kardiorespirasinya. Tabel 23 menunjukan sebaran subjek dengan kategori tingkat kecukupan vitamin C terhadap daya tahan kardiorespirasi. Vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari radikal bebas (Chen 2000). Tabel 23 Sebaran contoh menurut tingkat kecukupan vitamin C dan daya tahan kardiorespirasi Sangat kurang n % 7 7.8 1 1.1 8 8.9
Vit C Kurang Cukup Total
Status VO2max Kurang Cukup N % n % 41 45.6 34 37.8 1 1.1 2 2.2 42 46.7 36 40.0
n 4 0 4
Baik % 4.4 0 4.4
Hubungan Status Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi Status gizi contoh tidak menunjukkan berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi contoh (r=-0.472; p=0.077). Sebagian besar contoh (83.3%) dengan kategori status gizi beresiko memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori kurang yang dapat dilihat pada Tabel 23. Diantara semua kategori daya tahan kardiorespirasi, sebaran status gizi normal lebih banyak terdapat pada kategori daya tahan kardiorespirasi cukup, sedangkan untuk sebaran status gizi beresiko lebih banyak pada kategori daya tahan kardiorespirasi sangat kurang. Hubungan antara IMT dan tingkat kesegaran jasmani pada penelitian ini tidak terlihat dengan jelas. Hal ini sejalan dengan penelitian Susilowati (2007) yang mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan tingkat kesegaran jasmani. Secara teoritis, semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani, maka kemampuan melakukan aktivitas fisik juga akan meningkat, demikian pula dengan jumlah pengeluaran energi sehingga neraca energi cenderung negatif yang akan menyebabkan penurunan IMT (Ortega et al.2012; Anam 2010; Wahyu A 2008; Utari A 2007). Tabel 24 Sebaran contoh menurut status gizi dan daya tahan kardiorespirasi Status Gizi Normal Beresiko Gemuk Total
Daya tahan kardiorespirasi Sangat kurang Kurang Cukup n % n % n % 1 12.5 5 11.9 6 16.7 7 87.5 35 83.3 29 80.6 0 0 2 4.8 1 2.8 8 100.0 42 100.0 36 100.0
n 1 3 0 4
Baik % 25.0 75.0 25.0 100.0
Total 13 74 3 90
22
Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi Hasil analisis regresi linear berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi ditunjukkan pada Tabel 25. Nilai R2 yang diperoleh bernilai negatif yaitu sebesar -0.047, hal ini berarti daya tahan kardiorespirasi tidak dapat dijelaskan oleh variasi dari ketujuh variabel independen, yaitu status gizi, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pendapatan orangtua, asupan energi, protein, dan vitamin C, dan variasi variabel dependen dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar ketujuh variabel tersebut. Hasil penelitian Rachmawati (2013) mengungkapkan pada hasil uji regresi linear berganda terdapat variabel independen seperti status gizi, aktivitas fisik, asupan energi, protein, vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan kalsium tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kebugaran contoh. Tabel 25 Hasil uji signifikansi variabel-variabel yang mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi Model (Constant) Status Gizi Pendapatan Pendidikan Ibu Pendidikan Ayah Energi Protein Vitamin C
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.766 -.157 .007 .105 -.064 -.191 .125 -.081
.776 .198 .094 .110 .100 .230 .134 .381
Standardized Coefficients Beta t Sig. -.090 .010 .141 -.083 -.097 .108 -.023
3.565 -.797 .076 .960 -.643 -.833 .938 -.211
.001 .428 .939 .340 .522 .407 .351 .833
Variabel dependent : VO2max Hasil analisis regresi linear berganda dari ketujuh variabel tidak satupun yang menunjukan hubungan yang signifikan mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi. Hal tersebut terlihat dari probalitas signifikansi ketujuh variabel bernilai diatas 0.05. Hal ini dapat disebabkan dari variabel-variabel independen yang diuji tidak menunjukkan adanya hubungan dengan ketahanan fisik contoh dan contoh pada penelitian ini relatif homogen. Jadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan kardiorespirasi tidak dipengaruhi oleh status gizi, pendapatan orangtua, pendidikan ayah, pendidikan ibu, asupan energi, protein, dan vitamin C dengan rumus berikut: Y = 2.766 – 0.157X1 + 0.007X2 + 0.105X3 – 0.064X4 – 0.191X5 + 0.125X6 – 0.081X7 + ε
Keterangan: X1 = Status gizi X2 = Pendapatan X3 = Pendidikan ibu X4 = Pendidikan ayah X5 = Energi X6 = Protein X7 = Vitamin C
23
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Distribusi umur contoh memperlihatkan bahwa sebagian besar contoh (71.1%) berumur 16 tahun, 22.2% berumur 17 tahun dan sebagian kecil (6.7%) berumur 15 tahun. Kategori besar keluarga termasuk dalam kategori sedang (57.8%). Tingkat pendidikan ayah sebagian besar tamat perguruan tinggi (47.8%) sedangkan (43.3%) ibu tamat SMA. Pekerjaan ayah sebagian besar sebagai pegawai BUMN/swasta (41.1%) sedangkan untuk ibu sebanyak 67.8% bekerja sebagai PNS. Pendapatan rata-rata orangtua contoh sebagian besar sebanyak 40% di atas 5 juta rupiah perbulan. Sebaran status gizi contoh dibagi lima yaitu yaitu kurus, normal, beresiko, gemuk, dan obesitas. Sebagian besar (87.2%) contoh tergolong beresiko, 14.4% contoh normal, 3.3% contoh gemuk, dan tidak ada contoh yang tergolong kurus maupun obese. Sedangkan untuk sebaran daya tahan kardiorespirasi dibagi kedalam 6 kelompok, yaitu 9.8% sangat kurang, 45.7% kurang, 39.1% cukup, dan 5.4% baik. Aktifitas fisik contoh 67.8% berada dalam kategori sangat ringan. Kebiasaan olahraga yang dilakukan sebagian besar contoh (75.6%) adalah melakukan olahraga 1-2 kali seminggu dengan durasi olahraga sebagian besar contoh (73.6%) selama 1-2 jam. Rata rata tingkat kecukupan zat gizi contoh untuk energi, lemak dan karbohidrat contoh masih dibawah 70% dan termasuk ke dalam kategori defisit berat. Tingkat kecukupan protein contoh termasuk ke dalam kategori cukup yaitu sebesar 72.75% dari angka kecukupan protein remaja wanita sebesar 59 gr. Seluruh rata rata tingkat kecukupan zat gizi mikro tergolong dalam kategori kurang yaitu dibawah 77%. Hubungan uji korelasi pearson menunjukan pendapatan keluarga yang dinilai dengan pendapatan per bulan tidak berhubungan terhadap daya tahan kardiorespirasi (p=0.816, r=-0,025). Pendidikan orangtua yang dinilai dengan pendidikan terakhir ibu tidak berhubungan terhadap daya tahan kardiorespirasi (p=0.540, r=0,065). Asupan zat gizi yang dinilai dengan tingkat kecukupan energi (TKE) dengan daya tahan kardiorespirasi yang dinilai dengan VO2max menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.569, r=-0,061). Sedangkan hubungan tingkat kecukupan protein (TKP) dengan daya tahan kardiorespirasi menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.485, r=0,004). Hubungan tingkat konsumsi vitamin A dengan daya tahan kardiorespirasi menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.695, r=-0.042). Hubungan tingkat kecukupan vitamin C dengan daya tahan kardiorespirasi menunjukan hubungan yang tidak signifikan (p=0.671, r=-0,045). Status gizi contoh tidak menunjukkan hubungan dengan daya tahan kardiorespirasi contoh (r=-0.472; p=0.077). Dilakukan uji lanjut untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel yang terikat menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear berganda dari ketujuh variabel tidak satupun yang menunjukan hubungan yang signifikan mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi.
24
Saran Untuk mendapatkan data hasil pengukuran daya tahan kardiorespirasi yang lebih akurat perlu merencanakan lebih baik untuk waktu dan tempat pengambilan data. Pada saat penelitian penulis tidak memperhitungkan musim hujan sehingga pengambilan data terkendala dengan hujan. Remaja sebaiknya melakukan aktivitas olahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan dan memelihara kebugaran dan disarankan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan sekolah untuk mengisi waktu dengan berbagai aktifitas fisik. Penelitian ini mengumpulkan data recall dengan menggunakan kuisioner yang diisi sendiri oleh siswi. Kejujuran pengisian sangat berpengaruh terhadap data asupan gizi walaupun contoh telah memahami cara untuk mengisi kuisioner recall. Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar siswi masih belum memenuhi kebutuhan gizinya. Disarankan untuk sekolah agar memberikan pendidikan gizi kepada murid untuk meningkatkan pengetahuan mengenai gizi.
DAFTAR PUSTAKA Adiwinanto. 2008. Pengaruh intervensi olahraga di sekolah terhadap indeks masa tubuh dan tingkat kesegaran kardiorespirasi pada remaja obesitas [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama. ________. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Anam MS. 2010. Pengaruh intervensi diet dan olahraga terhadap indeks massa tubuh, kesegaran jasmani, hscrp dan profil lipid pada anak obesitas [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Ariawan IK, Appe U. 2013. Survei tingkat kebugaran jasmani dilihat dari status Sosial ekonomi siswa smp negeri 15 pasangkayu. E-Journal Tadulako Physical Education, Health And Recreation, Volume 1, Nomor 5 Juli 2013 Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Palupi Widyastuti, editor. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Modul keluargaberencana. [terhubung berkala] http://www.bkkbn.go.id. [6 Oktober 2013]. Bowman dan Russell. 2001. Present Knowledge In Nutrition 8th Edition. Washington DC: ILSI Press. Budiman. 2007. Perbandingan Tes Lari 12 Menit Cooper dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand. J Kesehat Masy.7(1):91-94. Chen J. 2000. Vitamin: Effect of Exercise on Requirements. Oxford: Blackwell Science, Ltd. Cleland VJ, Ball K, Magnussen C, Dwyer T. 2009. Socioeconomic position and the tracking of physical activity and cardiorespiratory fitness from childhood to adulthood.Am J Epidemiol. 170(9):1069-1077. [Depkes] Departemen Kesehatan. 1993. Pedoman Pengaturan Makan Atlet. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI.
25
_______ . Departemen Kesehatan. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Depkes RI. Jakarta _______ . Departemen Kesehatan. 2003. Program penanggulangan anemia pada wanita usia subur (WUS). Jakarta Djoko K, Jahari AB, Sulaeman A, Hardinsyah, Astuti M, Soekatri M. Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 untuk Orang Indonesia. WNPG 2012. Jakarta. [FAO/WHO/UNU]. Food and Agriculture Organization/ World Health Organization/United Nation University. 2001. Human Energy Requirement. FAO/WHO/UNU, Rome Ferreira FS. 2013. Relationship between physical fitness and nutritional status in a Portuguese sample of school adolescents. J Obes Weight Loss Ther. 3(5):1-6. doi:10.4172/2165-7904.1000190. Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press. Se rcond Edition. Hanum FN. 2011. Hubungan karekteristik atlet, pengetahuan gizi, konsumsi pangan, dan tingkat kecukupan gizi terhadap kebugaran atlet bola basket di smp/sma ragunan jakarta selatan. [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah, Briawan D. 1994.Penilaian dan perencanaan asupan pangan.Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. ______, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta: LIPI. Heyward, V. 1997. Advanced Fitness Assessment & Exercise Prescription (3rd Edition). Champaign, IL: Human Kinetics. Irianto DP. 2001. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Isnaini F. 2011. Praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan (ID). 2013. Riskesdas 2013. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan : Republik Indonesia 2008. _________. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian. IPB. Kushendar D. 2008. Pengertian Kebugaran Jasmani. www.multiply.com [10 Agustus 2014] Kusumajaya NAA, Wiardani NK, Juniarsana IW. 2008. Persepsi remaja terhadap body image (citra tubuh) kaitannya dengan pola konsumsi makan dan status gizi. J Skal Hus. 5(2):114-125. Madanijah, S. 2006. Pola konsumsi pangan. Di dalam: Baliwati YF, Khomsan, A, Dwiriani CM, editor. Pengantar Pangan dan Gizi.. Jakarta: Penebar Swadaya.hlm 69-77.
26
Malinauskas MB, Thomas DR, Victor GA, Jean LS dan Matthew BD. 2006. Dieting Practices, Weight Perceptions, And Body Composition: AComparison Of Normal Weight, Overweight, And Obese College Females. Nutrition Journal 2006, 5:11 doi:10.1186/1475-2891-511.http://www.nutritionj.com/content/5/1/11.[18 Februari 2014]. Mar’at S. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustamin, Kunaepah U, Ayu S D. 2010. Tingkat pengetahuan gizi, asupan dan status gizi atlet di pusdiklat olahraga pelajar sudiang kota makassar. Media gizi pangan. Vol IX, Edisi 1, Januari – juni 2010: 47-51 Ortega FB, Tresaco B, Ruiz JR, Moreno LA, Martin-Matillas M, Mesa JL, Warnberg J, Bueno M, Tercedor P, Gutiérrez Á et al. 2012. Cardiorespiratory fitness and sedentary activities are associated with adiposity in adolescents. J Obes. 15(6):1589-1599. Rachmawati I. 2013. Hubungan status gizi, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan kebugaran anak sekolah di SDN 2 Pasanggrahan Purwakarta. [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat,Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri. Diktat Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sediaoetama. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat. Sharkey B J. 2003. Fitness and health. Alih bahasa kebugaran dan kesehatan oleh: Eri Desmarini Nasution. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Singarimbun M. Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional Sukandar D. 2007.Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi. . Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Supariasa, Bakri, Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Suwarman U. 2004. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran). Bogor: Galian Indonesia. Thing TC. 2011. Hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Utari A. 2007. Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegaran jasmani pada anak usia 12-14 tahun [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. [UNDP] United Nation Development Program. 2013. Human Development Report 2013. [WHO] World Health Organization. 2007. Growth Reference 5-19 years. [terhubung berkala]. http://www.who.int /growthref/who2007_bmi_for _age/en/index.html [Oktober 2013] Wahyu A. 2008. Pengaruh intervensi olahraga di sekolah terhadap indeks massa tubuh dan tingkat kesegaran kardiorespirasi pada remaja obesitas [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
27
Wiarto G. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi.2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI. Wong et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Agus S, Neti J, HY Kuncara, penerjemah; Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Wong’s Essentials of Pediatric Nursing 6th ed.
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner penelitian
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI SMA 9 BOGOR
Nomor responden Nama responden Enumerator Tanggal wawancara
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
28
KUESIONER Kode responden
:
KUESIONER PENILAIAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS KEBUGARAN A. Halaman Muka 1. Nama Lengkap : 2. Jenis kelamin : 3. NIM : 4. Umur : 5. No. Telp/HP : 6. Tempat tinggal : 7. Tempat, Tanggal Lahir : 8. Suku Bangsa : 9. Sumber pendapatan per bulan: Orang tua / keluarga, besarnya ………. Beasiswa, besarnya ……….. ainnya (sebutkan) ……….. 10. Data Antropometri : a) BB : b) TB : B. Sosial Ekonomi 1. Jumlah anggota keluarga : (B1) No.
(B2) Nama
(B3) Hub. dgn KK
(B4) JK
(B5) Usia
(B6) Pendidikan terakhir
(B7) Pekerjaan
Keterengan : Hub.kel : (1) = Ayah, (2) = istri, (3) = anak, (4) = orang tua (kakek/nenek) (5) = saudara lainnya. Jenis kelamin : (1) = Laki-laki, (2) = perempuan. Pendidikan terakhir : 1 = tidak sekolah, 2 = SD, 3 = SMP, 4 = SMA, 5 = PT. Pekerjaan : 1 = tidak bekerja, 2 = PNS/ABRI, 3 = wiraswasta, 4 = buruh, 5 = jasa 6 = lainnya.
29
B8. Pendapatan/ bulan 1. Ayah = 2. Ibu = 3. Anak = 4. Anggota keluarga lainnya = 5. Total pendapatan = C. Pengetahuan gizi 1. Tubuh kita memerlukan zat gizi karena? a. Zat gizi memberi energi agar kita bisa melakukan berbagai macam aktivitas b. Zat gizi menunjang pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel tubuh c. Zat gizi meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit d. Zat gizi mengatur proses yang terjadi di dalam tubuh e. Semua jawaban benar 2. Tubuh yang terpenuhi kebutuhan gizinya akan : a. Kuat dan pintar b. Cerdas dan pintar c. Sehat dan aktiv d. Aktiv dan cerdas e. Sehat dan kuat 3. Zat gizi terdiri dari : a. Zat gizi makro b. Zat gizi mikro c. Makanan d. Sayur e. A & B 4. Manakah bahan pangan di bawah ini yang merupakan sumber protein? a. Kedelai, beras, ikan, jagung, singkong b. Daging sapi, susu, tempe , mentega, mangga c. Telur, susu, keju, tempe, ikan d. Mentega, ikan, ayam, jagung, jeruk e. Tempe, tahu, singkong, ayam, pisang 5. Manakah bahan pangan di bawah ini yang merupakan sumber karbohidrat? a. Tahu, ayam, beras, mentega, jagung b. Jagung, tempe, pisang, jeruk, beras c. Kentang, beras, jagung, singkong, sagu d. Susu, kentang, keju, singkong, sagu e. Kedelai, jagung, kacang hijau, kentang 6. Bahan pangan sumber utama Vitamin D adalah : a. Kuning telur, hati, mentega, ikan sarden, susu b. Jeruk, telur, kentang, pisang, sayuran c. Beras, semangka, sagu, ayam, daging sapi d. Kacang polong, kol, alpukat, hati, ikan sarden e. Ikan sarden, kuning telur, hati, susu, kacang buncis
30
7. Zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tubuh disebut…… a. Karbohidrat b. Lemak c. Zat gizi mikro d. Zat gizi makro e. Semua jawaban benar 8. Anak yang makan makanan yang tidak seimbang akan mengakibatkan…. a. Pertumbuhan anak terhambat b. Perkembangan kecerdasan dan mentalnya terhambat c. Tumbuh sehat dan aktif d. a dan b benar e. Semua jawaban benar 9. Kapan sebaiknya kita mencuci tangan? a. Setelah ke jamban b. Sebelum menyiapkan makanan c. Sebelum makan d. Sebelum memberi makan anak e. Semua jawaban benar 10. Keracunan makanan dapat terjadi karena… a. Makanan kurang bumbu b. Makanan murah harganya c. Makanan tidak segar (basi) d. Makanan tidak enak rasanya e. Gizi yang terkandung dalam makanan tidak seimbang 11. Apakah yang akan terjadi apabila kekurangan vitamin C? a. Katarak b. TBC c. Rabun ayam d. Polio e. Sariawan 12. Seorang anak yang mengalami kekurangan energi dan protein disebut….. a. Polio b. Kwashiorkor c. Kwashiorkor-marasmus d. Marasmus e. Beri-beri 13. Apakah jenis bahan pangan yang kaya akan vitamin A? a. Jeruk b. Ikan asin c. Daging sapi d. Wortel e. Jagung 14. Apakah jenis bahan pangan yang mengandung kolestrol? a. Kacang b. Jengkol c. Daging kambing d. Alpukat e. Papaya
31
15. Buah alpukat kaya akan kandungan apakah di dalamnya…. a. Protein b. Vitamin c. Lemak d. Karbohidrat e. Air D. Data Konsumsi Pangan Hari libur
Waktu
Pagi
selingan
Siang
Selingan
Malam
FOOD RECALL 2 x 24 JAM Nama Jenis URT makanan bahan makanan
gram
Keterangan
32
Hari kerja Waktu
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
Nama makanan
Jenis bahan makanan
URT
gram
Keterangan
33
Food Frequency Questionaires (FFQ) Pangan hewani dan hasil olahannya No Nama Frekuensi konsumsi dlm Frekuensi pangan seminggu konsumsi 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali per bulan Daging sapi Daging kambing Daging ayam Telur ayam Telur bebek Ikan Bakso Nugget
Banyaknya (gram)
Pangan Nabati dan hasil Olahannya No
Nama pangan
Tempe Tahu Kacang hijau Kacang tanah Oncom
Makanan yang disukai: 1. 2. 3.
Frekuensi konsumsi dlm seminggu 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali
Frekuensi konsumsi per bulan
Banyaknya (gram)
34
Makanan yang tidak disukai: 1. 2. 3. E. Aktivitas fisik Hari Waktu Pagi (bangun tidur12.00) Siang (12.0016.00) Sore (16.0019.00) Malam (19.00tidur)
Jenis aktivitas
F. Kebiasaan Olahraga 1. Berapa kali dalam seminggu berolahraga? a. 1 kali b. 2 kali c. ≥ 3kali 2. Jenis olahraga apa yang dilakukan? a. Sepak bola b. Bulu tangkis c. Voli d. ainnya …. 3. Berapa lama olahraga dilakukan? a. 1 jam b. 2 jam c. 3 jam
Lama (jam)
35
Lampiran 2 Riwayat hidup peneliti
RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama lengkap Willy Prasetyo Raharjo dilahirkan di Bogor tanggal 28 November 1990 dari pasangan Kusumawan dan Euis Herlina Romli. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Jenjang pendidikan dimulai penulis dimulai di TK Bhayangkari dari tahun 1995 s.d. 1996, kemudian pendidikan dilanjutkan di SD Rimba Putra dari tahun 1996 s.d. 2002. Penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Bogor dari tahun 2002 s.d. 2005 Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Selama menjadi siswa SMA Negeri 9 Bogor penulis mengikuti organisasi Majelis Permusyawaratan Kelas (MPK) dan menjabat sebagai koordinator divisi 4 bidang ekstrakurikuler. Setelah lulus dari SMA Negeri 9 Bogor, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan (SJMP), Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur test reguler. Lulus dari program Diploma pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya pada jenjang pendidikan Strata 1 di Institut pertanian Bogor jurusan Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Selama menjalani perkuliahan, selain ikut serta dalam beberapa kepanitiaan seperti kuliah umum (2010), SJMP goes to baros (2009), Fieldtrip SJMP Bogor – Jogjakarta (2011) dan menjadi ketua panitia acara keakraban mahasiswa SJMP angkatan 45-47 (2011). Penulis juga telah mengikuti beberapa seminar, salah satunya adalah kuliah umum “sertifikasi produk dan sertifikasi halal produk pangan” (2009). enulis pada tahun 2013 turut serta dalam kepanitiaan divisi logistik di Seminar Nasional Pangan dan Gizi (Semnaspagi 2013) yang dilaksanakan di gedung Balai Kartini Jakarta Selatan.