HUBUNGAN SIKAP PENDERITA KUSTA DENGAN PERAWATAN DIRI PADA KUSTA DI UPTD PUSKESMAS TUBAN KECAMATAN TUBAN KABUPATEN TUBANTAHUN 2015 (Relationship Attitude Lepers with Self-Care on Leprosy in Tuban Sub-district health Centers UNIT for Tuban 2015) Sunanita Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban ABSTRAK Masih banyaknya penderita kusta yang kurang memperhatikan perawatan dirinya padahal perawatan diri sangatlah penting dalam mencegah kecacatan. Sikap penderita kusta adalah salah satu faktor penting yang mendukung perawatan diri. Tujuan mengetahui hubungan sikap penderita kusta dengan perawatan diri Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban. Jenis penelitian ini adalah korelasi dengan sampel 39 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner menggunakan koefisien kontingensi (C). Setelah dianalisa dengan menggunakan program SPSS versi 11,5 for windows dengan uji koefisien kontingensi (C) dengan tingkat kemaknaan ɑ = 0,05 didapatkan hasil nilai C = 0,519 dan p = 0,001, nilai p < ɑ maka disimpulkan H1 diterima berarti ada hubungan yang signifikan antara Sikap Penderita Kusta dengan Perawatan Diri Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap penderita kusta dapat mempegaruhi perawatan diri, sehingga diharapkan penderita kusta perlu lebih mengerti tentang pentingnya perawatan diri melalui konseling pada petugas kusta bagi pasien kusta untuk mencegah dan mengurangi kecacatan. Kata Kunci: Sikap, PerawatanDiri, Kusta
ABSTRACT Still many leprosy patients paying less attention to himself when self-care treatment is crucial in preventing disability. The attitude of leprosy patients is one of the important factors that support self-care. The aim of knowing the relationship attitude leprosy patients with self-care health centers UPTD Leprosy in the District Tuban.This research is a correlation with a sample of 39 respondents. The sampling technique using Simple Random Sampling. Gathering data using questionnaires sheet using contingency coefficient (C).Having analyzed using SPSS version 11.5 for windows to test contingency coefficient (C) with ɑ = 0.05 significance level showed the value of C = 0.519 and p = 0.001, p <ɑ then concluded H1 accepted meaning No significant relationship between attitude Leprosy with Leprosy Care in PHC UPTD Tuban.From the description above it can be concluded that leprosy patients can mempegaruhi attitude of self-care, so expect leprosy patients need to understand more about the importance of self-care through counseling on leprosy officer for leprosy patients to prevent and reduce disability. Keywords: Attitude, Self-Care, Kusta
1873 yaitu Dr.Gerhard Henrik Armauer Hansen ,seorang dokter asal Norwegia.Penyakit ini hanya bisa menular jika terjadi kontak dekat dengan penderita dalam waktu yang lama (robbins,et al.2009) kusta dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf perifer (saraf di luar otak dan
PENDAHULUAN Kusta merupakan penyakit infeksi menular menahun yang di sebabkan oleh bacillus mycrobakterium lepra (Job, et al, 2008). Kusta juga sering di sebut dengan penyakit Hansen yang di ambil dari nama pendeteksi bacillus mycobacterium leprae pada tahun 277
medulla spinalis). Mata, tulang, membran mukosa, testis dan organ dalam (remme, et al;2006;koesbardati,2008) namun pada sebagian kecil memperlihatkan gejala dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi cacat khususnya pada tangan dan kaki (Depkes RI, 2003). Menurut Organisasi kesehatan dunia yaitu WHO menilai pada tahun 2011 Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia yang paling banyak penderita kusta setelah India dan Brazil (Nafsiah 2013). Kusta salah satu penyakit menular dan menimbulkan masalah yang sangat kompleks, tidak hanya dari segi medis , tetapi juga meluas sampai masalah sosial dan ekonomi. Disamping itu, ada stigma negatif dari masyarakat yang mengatakan penyakit kusta adalah penyakit yang menakutkan sehingga dikucilkan oleh masyarakat, bahkan ada beberapa masyarakat yang menganggap penyakit ini adalah penyakit kutukan (Kaur & Van Brakel, 2002). Ini karena dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut cukup parah, yaitu adanya deformitas atau kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk tubuh, keadaan ini dapat menjadi penghalang bagi penderita kusta dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.Tujuan dari perawatan diri adalah untuk mencegah bertambahnya atau mengurangi kecacatan pada penderita penyakit kusta (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan 2006). Namun kenyataannya penderita kusta masih saja ada yang tidak melakukan perawatan diri kusta. Data dari Badan dan Kesehatan dunia WHO menyatakan pada Tahun 2013 terdapat 17.012 kasus penyakit Kusta di Indonesia dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita
baru sebanyak 2.025 orang. Pada Tahun 2013 dari catatan Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, kasus kusta di Jawa Timur mencapai 3.714. Di Kabupaten Tuban jumlah penderita kusta pada Tahun 2012 mengalami peningkatan sebanyak 243 penderita (Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban). Jumlah penduduk di Kabupaten Tuban Tahun 2013 sebanyak 1.132.250, sedangkan jumlah penduduk yang menderita penyakit kusta sebanyak 215 penderita (Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban). Pada Tahun 2014 sampai bulan November sebanyak 162 penderita (Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban). Dari 33 Puskesmas di Kabupaten Tuban jumlah penderita kusta terbanyak terdapat di Puskesmas Tuban.Dari data yang tercatat dalam buku register Puskesmas Tuban pada Tahun 2012 terdapat 34 penderita, pada Tahun 2013 sebanyak 42 penderita sedangkan data penderita kusta di Puskesmas Tuban Tahun 2014 terdapat 43 penderita dan 70% penderita sudah mengalami kecacatan. Berdasarkansurvey yang dilakukan oleh peneliti pada Bulan Desember Tahun 2014 pada penderita kusta di Puskesmas Tuban di peroleh bahwa pada penderita kusta dari 10 orang (100%) penderita kusta terdapat 3 orang (30%) yang melakukan perawatan diri kadang –kadang dan yang lainnya tidak membiasakan merawat dirinya di rumah. Proses perawatan diri kusta dapat di pengaruhi oleh sikap penderita dalam melakukan perawatan diri.Sikap penderita juga sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan perawatan diri, karena jika sikap penderita kusta memahami apa yang sebenarnya dilakukan maka secara otomatis mampu merawat dirinya. Jika sikapnya baik maka akan membawa dampak positif bagi perawatan diri Penderita Kusta sehingga mengurangi 278
resiko kecacatan penderita Kusta (Notoatmodjo, 2009). Perawatan diri yang harus dilakukan oleh para penderita kusta sebenarnya tidak sulit. Yang dilakukan hanya merendam tangan atau kaki, menggosok dan mengolesi minyak. Penderita kusta merendam tangan atau kaki yang luka dengan air bersih selama kurang lebih 30 menit, kemudian menggosok dengan batu gosok ataupun benda lain untuk menggosok pada tepian luka atau bagian kulit mati,dan mengolesi dengan minyak atau body lotion untuk melembabkan kulit. Untuk bagian mata, hal yang dilakukan untuk perawatan adalah menutup mata agar tidak kemasukan debu atau kotoran, sering memeriksa mata apakah ada kemerahan atau radang, dan mengompres dengan air hangat (P2 Kusta, 2006). Upaya pencegahan cacat dapat dilakukan di rumah , Puskesmas maupun unit pelayanan rujukan.seperti rumah sakit u mum atau rumah sakit rujukan.Penderitaharusmengertibahwa denganberobatsecarateraturdapatmem bunuhkumankustatetapicacatmata , tanganatau kaki yang terlanjurterjadiakantetapadaseumurhid up, makadariitupenderitadapatmelakukanp erawatandiridenganrajin agar cacattidakbertambahbanyak.
observasional, dimanapenelitihanyamelakukanobserv asitanpamemberikanintervensipadavar iabel yang akan di teliti Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2008). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sikap Penderita Kusta.Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Perawatan diri. Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian atau obyek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi dari penelitian ini adalah semua klien yang terkena penyakit kusta di UPTD Puskesmas Tuban KabupatenTuban sebanyak 43 klien, Sampel yang dipakai pada penelitian inia dalah sebagianpenderita kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban.Jadi dari jumlah seluruh populasi 43 adalah 39 responden Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili pupolasi. Teknik sampling merupakan cara–cara yang di tempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benarbenar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2008).Dalam penelitian ini penelitimengambiltekniksimple random samplingyaitukarenapengambilanangg otasampeldaripopulasi di lakukansecaraacaktanpamemperhatika n strata yang adadalampopulasiitu ( prof. Dr.sugiyono). Dengancaramembuatdaftarpopulasi ,mengambilnomorundiansesuaidengan besarsampel. Instrumenadalahalatbantu yang dipilihdandigunakanolehpenelitidalam kegiatannyamengumpulkan data agar
METODE DAN BAHAN Desainpenelitianmerupakanbentu krancangan yang di gunakan dalammelakukanprosedurpenelitian (Hidayat, 2007), Dalampenelitianini, penelitianmenggunakandesainpenilitia nanalitikkorelasionalyaitumengkajihub unganantarvariabel.Penelitidapatmenje laskansuatuhubungan,memperkirakand anmengujiberdasarkantoeri yang ada (Nursalam, 2013)Denganmenggunakanrancangan 279
kegiatantersebutmenjadisistematisdanl ebihmudah (Nursalam, 2011). 1. Pengukuran sikap Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, pengukuran sikap yang dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan indikator-indikator sikap. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Nilai masing masing jawaban pada variabel sikap penderita kusta akan dibagi menjadi jawaban selalu, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan. 2. Pengukuran Perawatan Diri Kusta Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner, pengukuran perawatan diri kusta yang dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan indikator-indikator perawatan diri kusta. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala likert, Dengan nilai masing-masing jawaban selalu, kadang-kadang , jarang , tidak pernah. Kuesioner terdiri dari 12 pertanyaan tentang perawatan diri kusta.
4) Pertama peneliti melakukan observasi awal memberikan kuesioner pada responden dan di isi oleh responden. Bila responden tidak bisa membaca peneliti melakukan wawancara. 5) Setelah kuesioner dibaca dan diisi oleh responden, kuesioner tersebut peneliti ambil kembali pada hari yang sama. 6) Setelah peneliti mendapatkan kuesioner tersebut, peneliti cek kembali lembar kuesioner, apakah semua pertanyaan sudah terjawab dengan lengkap. Sumber data yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah : 1. Data primer Data primer dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk kuesioner sikap penderita kusta dan Perawatan Diri Kusta. 2. Data Skunder Data penderita Kusta yang terdaftar di UPTD Puskesmas Tuban. Analisa data merupakan bagian terpenting untuk mencapai tujuan dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2011). Setelah data terkumpul semu a dari hasil pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut: 1. Editing Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioer dan lembar observasi sudah terisi atau belum. 2. Coding Coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan. Hal
Pengumpulan data 1. PelaksanaanPenelitian : 1) Peneliti memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta menunjukan surat izin dari pihak yang terkait yang menerangkan bahwa peneliti akan melakukan pengambilan data pada Penderita Kusta yang terdaftar di UPTD Puskesmas Tuban. 2) Menanyakan kesedian Penderita Kusta untuk menjadi responden, jika bersedia maka diwajibkan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. 3) Namun jika menolak peneliti tidak akan memaksa dan menghormati hak – haknya. 280
ini dilakukan dengan memberi kode terhadap pernyataan yang telah di observasi, dimaksudkan untuk mempermudah waktu pengadaan tabulasi dan analisis. Pada penelitian ini yang perlu diberi kode yaitu: 1) Data Sikap Penderita kusta Dari hasil skor yang diperoleh dikategorikan menjadi setuju, tidak setuju, kurang setuju, sangat tidak Setuju menurut kriteria (1991) sebagai berikut : a) Kode 1 : Negatif bila skor10 – 24 b) Kode 2 : Positif bila skor25 – 40 2) Data PerawatanDiriKusta Dari hasil skor yang diperoleh, dikategorikan menjadi baik, sedang, buruk sebagai berikut : a) Kode 1 : buruk , skor12 – 29 b) Kode 2 : sedang , skor 30 - 41 c) Kode 3 : baik ,skor 42– 48 3. Scoring Menentukanskorataunilaiuntuk item pertanyaandanmenentukannilaitere ndahdantertinggi. Skalapengukuranuntuk data sikapdanupaya pencegahan perawatandirikustamengacupadasal ahsatuskalatertentuyaituskalalikert. Masing-masing item pertanyaanterdiridari pernyataan yang positif (favorable), sistempenilaianpertanyaantersebutd imulaidari Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat TidakSetuju = 1. Sedangkanbobotpenilaian item pertanyaan yang negatif (unfavourable) pernyataandimulaidariangkaSangat Setuju = 1, Setuju = 2, Tidak Setuju = 3, Sangat TidakSetuju = 4. 4. Tabulating Tabulasi data merupakan langkah memasukkan data berdasarkan hasil
penggalian data di lapangan (Santoso, Slamet, 2009).Hal ini dilakukan setelah editing, koding, dan scoring selesai dilakukan. Kemudian data tersebut dimasukan kedalam table tabulasi untuk analisa lebih lanjut. 5. UjiStatistik Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS 11.5. Analisis data meliputi : a) Analisa univariat Analisa univariat yang digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi dari karakteristik masing-masing, baik variabel bebas (independen), variabel terikat (dependen) maupun deskripsi karakteristik responden, yaitu dengan cara membuat table distribusi frekuensi. Berdasarkan table tersebut variabel-variabel yang diteliti kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menguraikannyasecararinci. b) Analisa bivariat Analisa bivariat yang dilakukan adalah tabel silang antara dua variabel yaitu variabel dependen dan independen. Analisa bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan sikap penderita kusta dengan perawatan diri kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015 menggunakan uji statistic Koefisien Kontingensi dan taraf kesalahan 0,05 (Nursalam, 2013).Alasan penggunaan uji statistic Koefisien Kontingensi adalah menguji hubungan antara dua variabel dengan skala data nominal dan ordinal. 6. Interpretasi Data Menurut (Arikunto, 2010), interpretasi data berdasarkan sub 281
variabel dikategorikan dengan kriteria: 1) Seluruhnya : 100% 2) Hampir seluruhnya : 76% 99% 3) Sebagian besar : 51% - 75% 4) Setengahnya : 50% 5) Hampi rsetengahnya : 26% 49% 6) Sebagian kecil : 1% - 25% 7) Tidak satupun : 0% 7. Cara PenarikanKesimpulan 1) Jika p value > 0,05maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara variabel – variabelt ersebut. 2) Jika p value ≤ 0,05maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara variabel–variabel tersebut. 8. Piranti yang Digunakan Untuk Menganalisa Piranti atau alat yang digunakan untuk menganalisa pada penelitian ini adalah SPSS versi 11,5 for windows.
Umur Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di UPTD PuskesmasTuban Kabupaten TubanTahun 2015 No Umur 1 2 3 4
1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
f
Persentase
25 14 39
64,1 35,9 100%
4 10 9 16 39
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa responden pada penelitian inihampir setengahnya yaitu 16(41,0%) dan sebagian kecil yaitu 4(10,3%).Umur responden tertua adalah 70. Pendidikan Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015
ANALISA UNIVARIAT Data Umum Jenis Kelamin Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di UPTD PuskesmasTuban Kabupaten Tuban Tahun 2015 No
10 – 20 21 – 30 31 - 40 41- 70 jumlah
Persentase % 10,3 25,6 23,1 41,0 100%
f
No 1 2 3 4
Persentase % SD 14 35,9 SMP 7 17,5 SMA/SMK 5 12,8 Tidaksekolah 13 33,3 Jumlah 39 100% Pendidikan
f
Berdasarkan tabel 3 diatas diketahui bahwa hampir setengah responden pada penelitian ini adalah berpendidikan SD yaitu 14 (35,9%) dan sebagian kecil responden berpendidikan SMA yaitu 5 (12,8%).
Dari tabel 1 diketahui bahwa responden di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban sebagian besar adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 25 (64,1%), dan setengahnya jenis kelamin perempuanyaitu 14 (35,9%).
PekerjaanResponden Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015 282
No
Pekerjaan
1 Tidak bekerja 2 Swasta/Wiraswa 3 sta Petani Jumlah
f 1 5 5 1 9 3 9
Prosenta se % 38,5 12,8 48,7
Perawatan diri 1 Buruk 2 Sedang 3 Baik Jumlah No
100%
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 39 responden, didapatkan hasil bahwa hampir setengahnya perawatan diri yaitu perawatan diri kategori buruk 18(46,2%)
Dari tabel 4 di atas diperoleh data bahwa hampir setengahnya respondenpekerjapetani yaitu19 (48,7%)responden dan sebagian kecil bekerja wiraswasta yaitu 5(12,8% ) responden.
ANALISA BIVARIAT Hubungan sikap penderita kusta dengan perawatan diri pada penderita kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban.
Data Khusus Sikap Penderita Kusta Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penderita Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015 No Sikap 1 Negatif 2 Positif Jumlah
f 20 19 39
Prosentase % 18 46,2 % 13 33,3 % 8 20,5 % 39 100 % f
Tabel 7 Perawatan Diri penderita kusta Berdasarkan Sikap di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015
Prosentase% 51,3 48,7 100%
Perawatan diri Jumlah Sikap Buruk Sedang Baik (%) (%) (%) (%) Negati 15 4 1 20 f (75,0 (20,0%) (5,0%) (100% %) 9 7 ) Positif 3 (47,4%) (36,8 19 (15,8 %) (100% %) ) Jumla 18 13 8 39 h (46,2 (33,3%) (20,5 (100% %) %) )
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa sikap penderita kusta dari 39 responden, didapatkan hasil bahwa sebagian besar memiliki sikapdalam kategori negative yaitu 20 (51,3%) responden., sedangkan hampir setengahnya memiliki sikap dalam kategori positif yaitu 19 (48,7%) responden
Dari tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa responden dengan perawatan diri buruk paling banyak didapatkan pada responden yang memiliki sikap negatif (75%) sebaliknya responden dengan perawatan diri baik paling banyak didapatkan pada responden yang memiliki sikap positif (36,8%). Untuk mengetahui hubungan sikap penderita kusta dengan
Perawatan diri kusta Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Diri Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015
283
perawatan diri kusta di Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban setelah dianalisa dengan menggunakan program SPSS versi 11.5 for windows dengan uji Koefesien kontigensidengan tingkat kemaknaan = 0,05 didapatkan hasil nilaip = 0,001, nilai p < maka disimpulkan H1 diterima berarti ada hubungan yang signifikan, dan didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar C = 0,519yang berarti kedua variabel memiliki tingkat hubungan sedang antara sikap penderita kusta dengan perawatan diri kusta di UPTDPuskemas Tuban Kabupaten Tuban.
(emosional) yang paling dominan yang dapat mempengaruhi sikap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita kustamemiliki sikap dalam kategori negatif yaitu 20 (51,3%).Salah satunya dikarenakan sebagian besar berumur antara 40-70 yaitu 25 (64,1%) hal itu menyebabkan penderita kusta mempunyai emosi yang kadangkadang (malas) untuk melakukan perawatan diri, dan malas untuk berobat dengan alasan jauh dari tempat tinggal mereka. Sehingga mereka akan melakukan kontrol apabila ingin atau saat mengalami keluhan saja. Mereka mengabaikan adanya kemungkinan timbulnya penyakit yang lebih serius. Penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Tuban memiliki sikap yang negatif berupa emosi yang kurang baik, mayoritas responden di lapangan susah untuk diatur karena mereka cenderung menutup diri terhadap orang lain. Mayoritas responden menganggap bahwa penyakit mereka adalah penyakit kutukan atau penyakit santet. Sehingga mereka tidak percaya terhadap pengobatan secara medis. Hal ini sesuai dengan hasil rekapan kuesioner yaitu 20 (51,3%) responden menjawab sangat tidak setuju bahwa penyakit kusta bukan penyakit kutukan. Padahal mereka sudah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan, namun mereka cenderung mengabaikan dan lebih percaya terhadap hal-hal yang mistis.
PEMBAHASAN Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dalam bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan hasil yang telah disajikan. Sikap Penderita Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sikap penderita kusta dari 39 responden, didapatkan hasil bahwa sebagian besar memiliki sikap dalam kategori negative yaitu 20 (51,3%) penderita kusta., sedangkan hampir setengahnya memiliki sikap dalam kategori positif yaitu 19 (48,7%) penderita kusta. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek(Maulana, 2009). Berdasarkan teori faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayan, media massa, lembaga pendidikan/ agama, dan faktor emosional(Azwar, Syaifuddin, 2009). Sedangkan komponen sikap sendiri meliputi 3 komponen yaitu: afektif, konatif dan kognitif. Dari ketiga komponen tersebut komponen afektiflah
Perawatan Diri Pada Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015 Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 39 penderita kusta, didapatkan hasil bahwa sebagian besar perawatan diri yaitu perawatan diri kategori buruk 18(46,2%) Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hygiene) merupakan 284
perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis (P2 Kusta, 2006: 98). Dalam perawatan diri itu terdapat 3 kategori yaitu merendam, menggosok dan menggolesi tetapi dalam kenyataanya pasien kusta itu sebagian besar hanya melakukan perawatan merendam dan menggosok padahal 3 kategori itu sangat penting untuk mencegah dan mengurangi kecacatan. Hasil penelitian di UPTD Puskesmas Tuban di dapatkan hampir setengahnya yaitu 18 (46,2%) penderita kusta melakukan perawatan diri dalam kategori buruk. Hal ini salah satunya dikarenakan minim nya informasi yang didapatkan (kurangnya informasi), karena hampir setengahnya yaitu 14 (35,8%) penderita kusta berpendidikan SD. Dan responden hanya mendapatkan informasi disaat berobat atau berkunjung mendatangi di puskesmas, namun karena pendidikan yang rendah responden cenderung susah dalam menangkap informasi yang diberikan. Penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Tuban mayoritas memiliki perawatan diri buruk, mayoritas responden di lapangan cenderung menganggap bahwa mereka tidak menderita penyakit yang serius atau menular. Hal ini sesuai dengan hasil rekapan kuesioner yaitu 15 (38,5%) responden menjawab hanyakadangkadangmerendam bagian tubuh yang mengalami gangguan selama 30 menit. Mereka cenderung mengabaikan anjuran untuk melakukan perawatan diri dengan alasan tidak memiliki waktu, dan kurang paham cara yang benar untuk melakukan perawatan diri. Hubungan Sikap Penderita Kusta Dengan Perawatan Diri Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban
Dari tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa dari 39 (100%) penderita kusta yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban di dapatkan pasien kusta sebagian besar penderita kusta memiliki sikap negatif melakukan perawatan diri dalam kategori buruk yaitu 14 (73,3%) dan sebagian kecil responden memiliki sikap positif melakukan perawatan diri dalam kategori buruk 4 (20%). Hubungan sikap penderita kusta dengan perawatan diri kusta di puskesmas tuban kabupaten tuban setelah dianalisa dengan menggunakan program SPSS versi 11.5 for windows dengan uji Koefesien kontigensi dengan tingkat kemaknaan = 0,05 didapatkan hasil nilai p = 0,001, nilai p < maka disimpulkan H1 diterima berarti ada hubungan yang signifikan, dan didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar C = 0,519yang berarti kedua variabel memiliki tingkat hubungan sedang antara sikap penderita kusta dengan perawatan diri kusta di UPTD Puskemas Tuban Kabupaten Tuban. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green, ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu pengetahuan, kepercayaan, sikap dan nilai dan norma (kebudayaan). Sedangkan faktor pendukung (enabling factors) yaitu adanya sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan, peraturan kesehatan dan keterampilan terkait kesehatan. Faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu dukungan keluarga, dukungan guru, dukungan sebaya, dukungan petugas kesehatan dan dukungan tokoh masyarakat. Sikap meliputi afiksi, kognisi, konatif. Penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Tuban memiliki sikap yang negatif berupa emosi yang kurang 285
baik, mayoritas responden di lapangan susah untuk diatur karena mereka cenderung menutup diri terhadap orang lain. Bahkan mayoritas responden menganggap bahwa penyakit mereka adalah penyakit kutukan atau penyakit santet. Akibat dari sikap yang negatif tersebut mayoritas responden memiliki perawatan diri yang buruk, mayoritas responden di lapangan cenderung mengabaikan anjuran untuk melakukan perawatan diri dengan alasan tidak memiliki waktu, dan kurang paham cara yang benar untuk melakukan perawatan diri. Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penderita kusta yang memiliki perawatan diri baik memiliki sikap negatif yaitu 1 (5%) penderita, hal ini disebabkan penderita tersebut memiliki usia> 50 tahun. Penderita kusta yang memiliki perawatan diri buruk dan memiliki sikap positif yaitu 3 (15,8%) penderita, hal ini disebabkan penderitakusta tersebut memiliki pekerjaan sebagai petani sehingga mereka tidak terlalu memperhatikan penyakitnya dan tidak melakukan perawatan diri. Mereka lebih mementingkan bekerja daripada merawat dirinya, selain itu pekerja yang memiliki waktu kerja lebih dari atau sama dengan 8 jam seperti petani hanya memiliki waktu sedikit untuk melakukan perawatan diri. Sejalan dengan hasil penelitian Nuri Dahlia Rahmawati (2008) yang menunjukkan bahwa umur antara 40-50 tahun (37,5%, dan social ekonomi atau pekerjaan sebagai petani (82,5%) memiliki pengaruh yang kuat terhadap kegiatan perawtan diri penderita kusta, karena lebih beralasan kalau sempat saja dan malas melakukan perawatan diri.
SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil penelitian yang berjudul Hubungan Sikap Penderita Kusta Dengan Perawatan Diri Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang berjudul Hubungan sikap penderita kusta dengan Perawatan Diri Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar sikap penderita kusta di kategorikan positif di UPTD Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015. 2. Sebagian besar perawatan diri yaitu perawatan diri kategori buruk di UPTD Puskesmas Tuban Kecamatan Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015. 3. Berdasarkan analisis ini didapatkan hubungan antara Sikap Penderita Kusta dengan Perawatan Diri Kusta di UPTD Puskesmas Tuban Kabupaten Tuban Tahun 2015. SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang diberikan oleh bagi peneliti yaitu dengan memberikanpengalaman kepada peneliti dan mengaplikasikan ilmu di bangku kuliah dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Semanding tersebut. Bagi Institusi Puskesmas dan Dinas Kesehatan yaitu sebagai bagian dari upaya institusi (Puskesmas) untuk lebih meningkatkan upaya pelayanan kesehatan terhadap penderita penyakit kusta yang pada akhirnya berdampak pada semakin banyaknya penemuan penderita kusta 286
baru sebelum kecacatan terjadi dan untuk tercapainya program eliminasi kusta. Diharapkan dari hasil penelitian ini masyarakat mampu merawat dirinya sendiri untuk mengurangi kacacatan pada pasien penderita penyakit kusta.
SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Dipenogoro Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :Rineka Cipta Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 2. Jakarta :Salemba Medika Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan edisi 3. Jakarta : Salemba Medika Nursita Mahanani. 2011. Judul Tesis “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perawatan Diri Kusta Pada Penderita Kusta Di Puskesmas Kunduran Kecamatan Kuduruan Kabupaten Blora”. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2014. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Tempo. 2013. Penderita Kusta Di Indonesia Tertinggi Ketiga Di Dunia. (online) Wahit Iqbal Mubarok, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. WHO. 2014. Penderita Kusta Di Jatim Terbanyak. (online), (http://www. Kanalsatu.com)diakses 10 November 2014. Wiyarni, dkk. 2013. Judul Jurnal ”Hubungan Kepatuhan Minum Obat Kusta Dan Dukungan Keluarga Dengan Kecacatan Pada Penderita Kusta Di Kabupaten Kudus”. Diakses pada tanggal 2 November 2014.
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2001. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XIV. Jakarta: Depkes Depkes RI. 2003. Kusta. Jakarta: Depkes Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta.Jakarta: Depkes Desi Ariyana Rahayu. 2011. Judul Jurnal “Dukungan Psikososial Keluarga Penderita Kusta Di Kabupaten Pekalongan”. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan.2006. Kelompok Perawatan Diri. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. Drs. Nasrul Effendy. 2012. DasarDasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Euis Rahayuningsih. 2012. Judul Tesis “Analisi Kualitas Hidup Penderita Kusta Di Puskesmas Kedaung Wetan Kota Tangerang”. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014. FKUI. 2003. Kusta. Cetakan II. Jakarta: FKUI Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknis Penulisaan Ilmiah Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika Imam Ghozali, 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program 287