HUBUNGAN PRILAKU MENJAGA GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 KECAMATAN PANGKALAN KOTO BARU TAHUN 2012 Yunefit Ulfa* ABSTRAK Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Salah satu gejala terjadinya kelainan atau penyakit pada organ reproduksi adalah Keputihan. Lebih dari 70% wanita Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana populasi adalah siswi kelas XI SMA N 1 Kec.Pangkalan Koto Baru yang berjumlah 103 orang, dan sampel diambil sebanyak populasi yang ada. Dari 103 responden yang diteliti menunjukkan lebih dari separoh yaitu sebanyak 61,2 % ( 63 orang ) berprilaku buruk dalam menjaga genitalia eksternanya dan lebih dari separoh sebanyak yaitu 60,2 % (62 orang) mengalami keputihan patologis. Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan p = (0,000) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p ≤ 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan. Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan upaya penyuluhan dan konseling tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang keputihan dan personal hygiene. Disarankan pagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang perawatan genetalia eksterna. Kata Kunci : Prilaku, Genetalia Eksterna, Keputihan.
ABSTRACT Reproductive organ is one of the organs that are sensitive and need special care. Knowledge and good care is a decisive factor in maintaining reproductive health. One of the symptoms of the disorder or disease of the reproductive organs is leukore. More than 70% of Indonesian women experience vaginal discharge caused by fungi and parasites such as pinworm or protozoa (Trichomonas vaginalis). This study aims to determine the behavior of keeping the relationship with the incidence of external genital discharge. This research is analytic survey with cross sectional approach, where the population is a student of class XI Senior High School 1 Pangkalan Koto Baru, amounting to 103 people, and the sample was taken as the existing population. Of the 103 respondents surveyed showed more than half as many as 61.2% (63 people) behave badly in keeping external genetalia and more than half as much as that is 60.2% (62 people) have pathological vaginal discharge. After statistical test Chi-Square was obtained p = (0.000) which means Ha accepted, with a degree of confidence p ≤ 0.05. Concluded that there is a significant correlation between the behavior of the external genitalia keeping with the incidence of vaginal discharge. Expected health workers can improve outreach efforts and counseling on reproductive health, especially about leukore and personal hygiene. Suggested further research to examine the knowledge and attitudes of adolescents about the treatment of the external genitalia. Keywords: Behavior, external genitalia, vaginal discharge
*
Dosen STIKes Prima Nusantara, Bukittinggi Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.3 No.2 Juli 2012
31
PENDAHULUAN Berdasarkan data kesehatan Indonesia tahun 2011, menunjukkan bahwa remaja rentang usia 10-24 tahun masih dalam kelompok dengan jumlah paling besar, yaitu 64,8 juta orang. Dari data tersebut, jumlah perempuan berjumlah 32.006.267 orang dan laki-laki adalah 32.839.984 orang. Jumlah remaja yang begitu besar ini akan menjadi kelompok yang rentan terhadap permasalahan kesehatan reproduksi. Persoalan terkait kesehatan reproduksi di kalangan remaja terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun ( Rima ; Herman 2011). Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza). Rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan Median usia kawin pertama perempuan relatif rendah yaitu 19.8 (SDKI 2007). Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Kesehatan bagi wanita adalah lebih dari kesehatan reproduksi. Wanita memiliki kebutuhan kesehatan khusus yang berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi. Wanita mempunyai sistem reproduksi yang sensitive terhadap kerusakan dan dapat terjadi disfungsi atau penyakit ( Kusmaran, 2004 ). Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Salah satu gejala terjadinya kelainan atau penyakit pada organ reproduksi adalah Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Keputihan dapat fisiologis ataupun patologis. Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sedangkan dalam keadaan patologis akan sebaliknya, terdapat cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak dan disertai gatal dan rasa panas atau nyeri, dan hal itu dapat dirasa mengganggu. Beberapa penyakit penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita yang dapat menimbulkan keputihan adalah dapat berupa trikomoniasis, vaginosis bacterial, kandidiasis vulvovaginitis, gonore, klamidia dan sifilis(Prawirohardjo 2010). Semua wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan. Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan, paling tidak sekali dalam hidupnya. Sedangkan wanita Indonesia sendiri 75% pasti mengalami keputihan
minimal satu kali dalam hidupnya. Lebih dari 70% wanita Indonesia mengalami keputihan yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans yang merupakan salah satu penyebab keputihan (Donatila, 2011). Jamur dan bakteri banyak tumbuh dalam kondisi tidak bersih dan lembab. Organ reproduksi merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga lebih mudah untuk berkeringat, lembab dan kotor. Perilaku buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas vagina secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, tidak sering mengganti celana dalam, menggunakan pembalut yang terlalu lama lebih dari 6 jam dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan tersebut. Jadi, perilaku dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor penting dalam pencegahan keputihan (Donatila, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Rita purnama sari pada siswi kelas XI SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara didapatkan hasil bahwa dari 72 responden 40 orang berprilaku buruk dalam menjaga hygienitas organ reproduksinya dan 32 orang memiliki prilaku yang baik dalam menjaga hygienitas organ reproduksinya. Selanjutnya studi pendahuluan melalui kuesioner angket yang penulis lakukan pada 15 siswi kelas XI SMAN 1 Kec.Pangkalan Koto Baru didapatkan hasil bahwa 14 siswi mengalami keputihan dan 1 orang dari 15 siswi tidak mengalami keputihan. Dari 14 siswi yang mengalami keputihan 10 diantaranya mengalami keputihan yang patologis seperti keputihan yang berbau, gatal, keputihan yang menggumpal dan keputihan yang disertai rasa panas saat kencing. Kemudian 4 dari 14 siswi mengalami keputihan yang fisiolgis yaitu keputihan yang tidak berbau, gatal, dan sebagainya. Selanjutnya hasil survei awal tentang prilaku didapatkan hasil bahwa 53% siswi berprilaku buruk dalam menjaga genitalia eksternanya dan 47% siswi berprilaku baik dalam menjaga genitalia eksternanya. Survei awal yang penulis lakukan di SMA yang berbeda yaitu SMA N 1 Kec.Kapur IX melalui kuesioner angket didapatkan hasil bahwa dari 15 siswi yang diwawancara 12 siswi mengalami keputihan dan 3 siswi lainnya tidak mengalami keputihan. Dari 12 siswi yang mengalami keputihan 6 diantaranya mengalami keputihan yang patologis seperti keputihan yang berbau, gatal dan keputihan yang disertai rasa panas dan 6 siswi lainnya mengalami keputihan yang
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.3 No.2 Juli 2012
32
fisiologis. Kemudian survei awal tantang prilaku didapatkan hasil bahwa 60% siswi berprilaku baik dalam menjaga genitalia eksternanya dan 40% siswi berprilaku buruk dalam menjaga genitalia eksternanya Melihat permasalahan dari uraian latar belakang diatas penulis ingin meneliti hubungan prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi SMA N 1 Kecamatan Pangkalan Koto Baru karena di sekolah ini jarang dilakukan penelitian tentang kesehatan dan belum pernah dilakukan penelitian tentang “hubungan prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan“ untuk itu penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan serta prilaku yang baik dalam menjaga genitalia eksterna pada remaja putri.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan prilaku remaja dalam menjaga genitalia eksternal dengan kejadian keputihan Penelitian ini dilakukan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data yang dilakukan sekaligus pada satu saat yang artinya tiap objek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmojo, 2010). Populasi dari penelitian ini adalah siswi kelas XI SMA N 1 Kecamatan Pangkalan Koto Baru yang berjumlah 103 orang. Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2010). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh dimana seluruh populasi dijadikan sampel yaitu seluruh siswi kelas XI SMA N 1 Kec. Pangkalan Koto Baru yang berjumlah 103 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Prilaku Tabel 1. Distribusi frekuensi prilaku menjaga genitalia eksterna pada siswi SMA N 1 Kec. Pangkalan Koto Baru Tahun 2012 Distribusi Prilaku baik Prilaku buruk Jumlah
f
%
40 63 103
38,8 61,2 100
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 103 orang sampel siswi SMA kelas XI ditemukan lebih dari separoh sebanyak 61,2 % (63 orang) berprilaku buruk dalam menjaga genitalia eksternanya Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 1 dapat dilihat dari 103 sampel siswi SMA kelas XI 40 yang berprilaku baik dalam menjaga genitalia eksternanya dan 63 siswi berprilaku buruk dalam menjaga genitalia eksternanya. Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). Interest (ketertarikan) terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini sikap subyek sudah mulai timbul. Evaluation (penilaian) terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial, dimana subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus. Adoption, dimana subyek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus. Dari hasil penelitian sebelumnya, Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap–tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap tersebut maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eliya Rohmah dkk dengan judul Hubungan Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi (Vagina) dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas XI dan XII IPA SMAN 1 SOOKO Ponorogo, bahwa dari 33 responden yang diteliti didapatkan sebagian kecil 6 responden (18,18%) baik dalam menjaga kesehatan organ reproduksi (vagina), hampir setengahnya 10 responden (30,30%) cukup dalam menjaga kesehatan organ reproduksi (vagina), dan sebagian besar 17 responden (51,52%) kurang dalam menjaga kesehatan organ reproduksi (vagina). Dari uaraian diatas penulis berasumsi bahwasannya lebih dari separoh siswi yang berprilaku buruk dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang perawatan genetalia ekterna. Pada survei awal sebelumnya saat diwawancara banyak yang tidak mengetahui tentang perawatan genetalia eksterna yang benar terutama dalam penggunaan pembalut, penggunaan pembilas vagina, dan cara mencuci vagina yang benar. Guru di sekolah tersebut juga mengatakan bahwasannya jarang sekali diadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.3 No.2 Juli 2012
33
tentang perawatan genetalia eksterna, sehingga siswi tidak memilki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Mengingat sebagian besar siswi merupakan siswi dari jurusan IPS, mereka tidak mempelajari tentang reproduksi apalagi tentang perawatan genetalia eksterna yang benar.Sementara mereka yang sebagian kecil dari IPA mendapatkan pelajaran tentang reproduksi tetapi tidak sepenuhnya juga mendapatkan pengetahuan tentang perawatan genetalia eksterna yang benar. Sehinga dengan tidak adanya pengetahuan tentang perawatan genetalia eksterna ini responden tidak dapat mengadopsi perilaku yang baik dalam menjaga genetalia eksterna dengan langgeng (long lasting). Keputihan Tabel 2. Distribusi frekuensi kejadian keputihan pada siswi SMA N 1 Kecamatan Pangkalan Koto Baru Tahun 2012 Distribusi Keputihan fisiologis Keputihan patologis Jumlah
f
%
41 62 103
39,8 60,2 100
Tabel 2 menunjukan bahwa dari 103 orang sampel siswi SMA kelas XI ditemukan lebih dari separoh sebanyak 60,2 % (62 orang) mengalami keputihan patologis. Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 2 menunjukan bahwa kejadian keputihan pada siswi SMAN 1 Kecamatan Pangkalan tinggi yaitu 100% mengalami keputihan. Artinya setiap siswi pernah mengalami keputihan dimana dari 103 orang sampel ditemukan sebanyak 60,2 % (62 orang) keputihan patologis dan 39,8 % (41 orang) mengalami keputihan fisiologis. Hal itu tidak jauh berbeda dengan data penelitian dimana 75% wanita di dunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup. Keputihan tersebut dapat bersifat fisiologis dan patologis. Dari penelitian didapatkan beberapa ciri keputihan patologis yang dialami oleh siswi SMA N 1 Pangkalan, yaitu keputihan yang bewarna keruh dan kental dialami 13,59% responden, kemungkinan disebabkan oleh bakteri gardnerella vaginalis. Keputihan yang bewarna kuning kehijauan dialami oleh 10,68% responden kemungkinannya adalah Trikomoniasis. Keputihan yang bewarnah putih dan menggumpal dan disertai rasa gatal dialami oleh 38,83% responden mungkin disebabkan oleh jamur kandida dimana dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kandidosis vaginalis. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Donatila dengan
judul hubungan antara pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi sma negeri 4 Semarang yaitu 96,9% responden mengalami keputihan dengan mayoritas keputihan yang dialami responden yaitu keputihan dengan cairan keputihan yang keluar berwarna putih seperti susu sebesar 50%, dan yang terbanyak kedua adalah tidak berwarna atau bening, sebesar 42,2%. Sedangkan yang berwarna kuning kehijauan sebesar 3,1% dan keruh 1,6%. Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwasannya keputihan dapat dialami oleh siapa saja. Sebagian wanita pernah mengalami keputihan dikarenakan secara fisiologis pada saat menjelang menstruasi dan waktu disekitar ovulasi wanita akan mengalami keputihan akibat pengaruh hormon estrogen. Secara fisiologis keputihan seperti ini normal tapi pada beberapa keadaan tertentu keputihan akan menjadi patologis dan membuat tidak nyaman hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hygiene yang jelek, stress, penggunaan obat obatan tertentu, penurunan daya tahan tubuh dan sebagainya. Analisa Bivariat Tabel 4. Hubungan prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi SMAN 1 Kec. Pangkalan Koto Baru Tahun 2012
Prilak u Baik Buruk Total
Keputihan Keputihan Keputihan fisiologis patologis n % n % 35 85,1 5 8,1 6 14,6 57 91,9 41 100 62 100
Jumlah N 40 63 103
% 38,8 61,2 100
P. Va lue 0,0 00
Tabel 4 menunjukan bahwa dari 40 siswi yang berprilaku baik dalam menjaga genitalia eksternanya 35 orang diantaranya mengalami keputihan yang fisiologis sedangkan 5 orang lainnya mengalami keputihan patologis. Sementara dari 63 orang yang berprilaku buruk 6 orang diantaranya mengalami keputihan yang fisiologis sedangkan 57 orang lainnya mengalami keputihan yang patologis. Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan p = (0,000) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi kelas XI SMA N 1 Kec. Pangkalan Koto Baru tahun 2012. Tabel 4 menunjukan bahwa dari 40 siswi yang berprilaku baik dalam menjaga genitalia eksternanya 35 diantaranya mengalami keputihan yang fisiologis sedangkan 5 orang lainnya mengalami keputihan patologis. Sementara dari 63 siswi yang berprilaku buruk 6 diantaranya mengalami keputihan
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.3 No.2 Juli 2012
34
yang fisiologis sedangkan 57 lainnya mengalami keputihan yang patologis. Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square didapatkan p = (0,000) yang berarti Ha diterima, dengan derajat kepercayaan p ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan pada siswi kelas XI SMA N 1 Kec. Pangkalan Koto Baru tahun 2012. Hal ini sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor resiko terjadinya keputihan yaitu faktor hygiene kurang (Cakul Obgin, 2000). Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Prilaku menjaga genitalia eksterna tersebut meliputi cara cebok yang benar, gerakan cara membersihkan adalah dari daerah vagina ke arah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina, menghindari penggunaan pembilas vagina, penggunaan pembalut ≤ 6 jam, menggunaka celana dalam yang menyerap keringat, dan prilaku hygiene lainnya seperti mandi 2x sehari dan menjaga vagina tetap kering (Kusmiran, 2011). Kondisi vagina yang lembab dapat terjadi ketika setelah buang air kecil, daerah kemaluan tidak dikeringkan sehingga celana dalamnya basah dan menimbulkan kelembaban di sekitarnya (Sabardi, 2009). Kondisi ini menyebabkan bakteri mudah berkembang biak dan secara umum menyebabkan terjadinya gangguan pada vagina, baik berupa bau tidak sedap maupun infeksi (Wulandari, 2011). Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Rita Purnama Sari dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Prilaku Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan Di Kelas XII SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2010, bahwa ada hubungan antara perilaku remaja putri Terhadap Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Negeri I Seunuddon Kabupaten Aceh , dengan nilai p-value 0,000 dimana dari 72 responden yang diteliti 39 orang berprilaku buruk dan mengalami keputihan sebanyak 38 orang, kemudian 33 orang berprilaku baik dan hanya 2 orang yang mengalami keputihan. Dari uraian diatas penulis berasumsi bahwa perilaku mempengaruhi kejadian keputihan, dimana perilaku yang buruk dalam menjaga genitalia eksterna dapat menyebabkan keputihan.Seperti yang telah dijelaskan keputihan patologis dapat terjadi karena infeksi oleh jamur atau bakteri yang berkembang pada keadaan vagina yang lembab.Sementara itu Kecamatan Pangkalan merupakan daerah yang panas sehingga menyebabkan mudah berkeringat dan menyebabkan vagina rentan dengan keadaan lembab untuk itu diperlukan perawatan genitalia eksterna yang rutin untuk menjaga vagina tetap bersih dan
kering sehingga dapat terhindar dari jamur dan bakteri yang menyebabkan keputihan patologis. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian terhadap responden yang mengalami kejadian keputihan di SMA N 1 Kec. Pangkalan Koto Baru maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari 103 orang responden ditemukan 61,2% (63 orang) berprilaku buruk dalam menjaga genitalia eksternanya. 2. Dari 103 orang responden ditemukan 100% (103) mengalami keputihan dan 60,2% (62 orang) mengalami keputihan patologis. 3. Ada hubungan yang bermakna antara prilaku menjaga genitalia eksterna dengan kejadian keputihan. Saran 1. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan upaya penyuluhan dan konseling tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang keputihan dan personal hygiene. 2. Bagi Institusi Pendidikan Agar karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman bagi mahasiswa kebidanan dan dapat dijaga atau digunakan dengan sebaikbaiknya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Agar karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang kesehatan reproduksi khusunya tentang keputihan, dan perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap remaja tentang perawatan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan dengan penegakan diagnosis keputihan yang atas dasar gambaran klinis maupun pemeriksaan penunjang untuk menentukan keputihan fisiologis atau patologis dengan variasi karakteristik yang lebih luas dan lokasi yang lebih luas, sehingga dapat menambah informasi yang lebih akurat DAFTAR PUSTAKA Alimul hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Ari kunto suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : RinekaCipta Bagian Obstetri Gynekologi. Obstetri Fisiologi. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung Budiarto eko. 2002. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.3 No.2 Juli 2012
35
Kusmiran Eny. 2011. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta : Salemba Medika Marjono Budi. 2000. Cakul obgin plus + FKUI. Jakarta; FTMB Notoadmojo soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta: RinekaCipta . 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Novrita, Ayuningtyas, Donatila. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi Sma Negeri 4 Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: BinaPustaka. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BinaPustaka. Rohmah Eliya, Nurjayanti Dwi & Ana Indah T.L.2012. Hubungan Menjaga Kesehatan Organ Reproduksi (Vagina) dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas XI dan XII IPA SMAN 1 SOOKO Ponorogo.Ponorogo Sari, Purnama Putri. 2011. Hubungan Pengetahuan Dan Prilaku Remaja Putri Dengan KejadianKeputihan Di Kelas XII SMA Negeri I SeunuddonKabupaten Aceh Utara.STIKes U’Budiyah BandaAceh Sugiono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta: CV Alfabeta. Varney Helen. 2003. Buku Ajar AsuhanKebidanan, Jakarta: Bukukedokteran EGC Wulandari, A. 2011. Cara JituMengatasiNyeriHaid. Yogyakarta:ANDI http://www.rimanews.com/read/20131113/126274 /remaja-dan-masalah-kesehatan-reproduksi http://sumbar.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?Berita ID=622
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.3 No.2 Juli 2012
36