HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNAL DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI ALO’OA TAHUN 2014
SKRIPSI
OLEH : ELVIN PUTRI MARTHA ZENDRATO NIM: 1001075
\\
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2014
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan atau dipublikasikan dalam bentuk apapun, termasuk dalam bentuk yang sama dengan skripsi ini untuk memperoleh gelar kesarjanaan atau menempuh pendidikan disuatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 18 Juli 2014
( Elvin Putri Martha Zendrato )
iii
ABSTRAK Berdasarkan data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan, paling tidak sekali dalam hidupnya. Perawatan genitalia eksterna yang tidak baik akan menjadi pemicu terjadinya keputihan yang patologis. Faktanya banyak remaja putri yang belum mengerti dan peduli serta kurangnya pengetahuan bagaimana cara merawat organ reproduksinya dengan baik dan benar. Jenis Penelitian ini adalah menggunakan rancangan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP. N 1 Gunungsitoli alo’oa Tahun 2014. Subjek penelitian ini adalah siswi kelas VIII dan IX SMP. N 1 Gunungsitoli alo’oa dengan Jumlah 65 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner terpimpin yang telah diujicobakan. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. Angka kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP. N 1 Gunungsitoli alo’oa sangat tinggi, 84,6% responden mengalami keputihan. Data yang diperoleh diorganisasikan sedemikian rupa kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Berdasarkan hasil penelitian uji Chi-sqare pada tingkat signifikan 0.005 diperoleh hasil ada hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP. N 1 Gunungsitoli alo’oa Tahun 2014 (p = 0,000). Diharapkan Kepada seluruh remaja putri dan wanita usia dewasa agar penelitian ini dapat menjadi masukkan dalam memperhatikan kesehatan reproduksi khususnya mengenai kebersihan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan. Kata Kunci
: Perilaku, Kebersihan Genitalia Eksternal, Keputihan.
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: ELVIN PUTRI MARTHA ZENDRATO
Tempat/Tanggal Lahir
: Gunungsitoli 22 Desember 1990
Agama
: Kristen Protestan
Status
: Belum Kawin
Anak Ke
: 2 dari 4 bersaudara
Riwayat Pendidikan 1997 – 2003
: SD Negeri No. 077294 Hiligafoa Fatodano, Kec. Idanogawo.
2004 - 2006
: SMP Negeri 2 Gunungsitoli.
2007 - 2009
: SMA Negeri 1 Gunungsitoli.
2010 - 2014
: Program Studi Ilmu Keperawatan di STIKes SUMUT Medan.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan rahmatnya yang telah memberikan nafas kehidupan, karena dengan berkat dan karunia-Nya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Adapun judul dari Skripsi ini adalah “HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN
GENITALIA
EKSTERNAL
DENGAN
KEJADIAN
KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI ALO’OA TAHUN 2014” guna memenuhi salah satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Sumatera Utara. Dalam penyusunan Skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1.
Bapak Drs. Asman
R. Karo-Karo, MM, selaku ketua Yayasan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 2.
Bapak Dr. H. Paul Sirait, SKM. MM, M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan .
3.
Ibu Evawani Martalena Silitonga, SKM, M.Si , selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan.
4.
Bapak Donal Nababan, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Ketua Bidang Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan.
vi
5.
Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M.Kep selaku Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan
6.
Ibu Roslenni Sitepu, S.Kp. MARS, selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan sekaligus sebagai Dosen Penguji I.
7.
Bapak Arlis, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu dan memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan dan arahan yang sangat bermakna sehingga Skripsi ini dapat dilaksanakan.
8.
Ibu Almina Rospitaria Tarigan, S.Kep, Ns, selaku Dosen Penguji II.
9.
Seluruh Dosen dan Staf yang selama ini telah memberikan Ilmu dan pendidikan kepada penulis selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dan berharga.
10. Segala bentuk terima kasih Kepada orangtua tercinta Papa Sozaro Zendrato dan Mama Ramona Zebua yang telah senantiasa memberikan berjuta perhatian dan kasih sayang, dukungan materil, moril yang tidak terhingga. Juga Kepada abang Rona Zendrato SE, Kakak Artatina Zendrato S.Th kakak Dewi Jayanti Zendrato, kakak Rini Zendrato S.Th, kakak Jeni Zendrato, adik Boy Zendrato Adik Kharis Zendrato, serta keluarga besar lainnya yang telah senantiasa melimpahkan berjuta perhatian, kasih sayang, kepada peneliti. 11. Terima kasih kepada orang-orang yang terdekat denganku, Abang Sozanolo Mendrofa SE, yang tidak bosan-bosannya memberi semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini. Dan juga kepada teman-teman lainnya Oktoberlianis bu’ulolo, Ceria Zega, Dahliyanti Lase, Noffi Hia, Erwin, Yesti
vii
Zendrato, Ifan Waruwu, Belinda Zendrato, Yuni Zendrato, Ratna Zendrato, Nini Gulo, Riati Nazara, Astri vindari Zai, Dian Susanti Tel, Merlina Gea, Natania Ginting, abang Yoppy KTB S,pd
abang Desboy Zega SH, dan
seluruh teman seangkatan kelas Keperawatan, dan segenap kepada temanteman Travelling yg kusayangi. 12. Terima kasih juga kepada PSM STIKes Sumut terutama kepada Bapak Torang Naiborhu, bang Bonggud Tyson Sidabutar, bang David, bang Berlin, bang Desman, dan seluruh crew, kepada anggota yang telah menjadi keluarga besar saya di STIKes Sumut, menjadi sumber motivasi, dan wadah yang memberikan pelajaran kepada peneliti dan memberikan suatu hidup sosial yang bermakna dan memberikan kebanggaan kepada peneliti atas segala prestasi yang di peroleh di PSM STIKes Sumut ini. Tetap semangat dan perjuangkan PSM menjadi lebih baik lagi dengan segala prestasi. Semoga Tuhan senantiasa selalu melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik dari segi moril maupun materil kepada peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Medan, 18 Juli 1014 Penulis
(ELVIN PUTRI MARTHA ZENDRATO) viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................................... ABSTRAK .................................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................
i ii iii iv v vi ix x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1. Latar Belakang........................................................................ 1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 1.3.1. Tujuan Umum ............................................................. 1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................
1 1 7 7 7 7 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 2.1 Perilaku .................................................................................. 2.1.1. Definisi Perilaku ........................................................ 2.1.2. Batasan Perilaku Kesehatan ....................................... 2.1.3. Perilaku Kesehatan .................................................... 2.1.4. Bentuk-bentuk Perilaku ............................................. 2.2 Pengetahuan (Knowledge) ..................................................... 2.2.1. Tingkat Pengetahuan.................................................. 2.2.2. Pengukuran pengetahuan ........................................... 2.3 Sikap ...................................................................................... 2.4 Tindakan (Pratice).................................................................. 2.5 Kesehatan reproduksi ............................................................. 2.5.1. Definisi ....................................................................... 2.5.2. Tujuan Kesehatan Reproduksi ................................... 2.5.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Reproduksi ................................................................. 2.6 Alat Reproduksi Wanita......................................................... 2.6.1. Organ Reproduksi Eksternal ...................................... 2.6.2. Organ Reproduksi Internal......................................... 2.7 Keputihan ............................................................................... 2.7.1. Pengertian Keputihan ................................................. 2.7.2. Gejala Keputihan ....................................................... 2.7.3. Penyebab Keputihan .................................................. 2.8 Hubungan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksternal Dengan Kejadian Keputihan .................................................. 2.9 Kerangka Konseptual .............................................................
9 9 9 10 10 11 12 13 14 14 16 18 18 19
ix
20 20 21 21 22 22 24 25 26 26
2.10
Hipotesis Penelitian ...............................................................
26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 3.1. Jenis Penelitian ...................................................................... 3.2. Lokasi dan waktu Penelitian .................................................. 3.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 3.3.1. Populasi ..................................................................... 3.3.2. Sampel ....................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................... 3.5. Instumen Penelitian ............................................................... 3.5.1 Instrumen Pengetahuan.............................................. 3.5.2 Instrumen Sikap ......................................................... 3.5.3 Instrumen Tindakan ................................................... 3.5.4 Instrumen Keputihan ................................................. 3.6. Etika Penelitian ...................................................................... 3.7. Definisi Operasional .............................................................. 3.8. Aspek Pengukuran ................................................................. 3.8.1. Pengetahuan ............................................................... 3.8.2. Sikap .......................................................................... 3.8.3. Tindakan .................................................................... 3.8.4. Keputihan................................................................... 3.9. Metode Pengolahan Data ....................................................... 3.10. Analisa Data ..........................................................................
27 27 27 27 27 28 28 29 29 29 30 30 30 30 31 31 32 32 33 33 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 4.1. Karakteristik Responden........................................................ 4.2. Pengetahuan tentang Kebersihan Genitalia Eksternal dengan kejadian keputihan ................................................................. 4.3. Sikap tentang Kebersihan Genitalia Eksternal dengan kejadian keputihan ................................................................. 4.4. Tindakan tentang Kebersihan Genitalia Eksternal dengan 4.5. kejadian keputihan ................................................................. 4.6. Hubungan Perilaku dengan kebersihan Genitalia Eksternal dengan kejadian keputihan…………………….. .. 4.6.1. Tabulasi Silang antara Hubungan Pengetahua Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan………………………………………....... 4.6.2. Tabulasi Silang antara Hubungan Sikap Kebersihan Genitalia Eksternal Dengan Kejadian keputihan………………………………………… ... 4.6.3. Tabulasi Silang anata Hubungan Tindakan Kebersihan genitalia Eksternal dengan kejadian Keputihan……………………...................................
36 36
x
37 37 38 39
39
40
41
BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 5.1. Perilaku Kebersihan Genitali Eksternal dengan Kejadian Keputihan……………………………………………….... ... 5.1.1. Pengetahuan Kebersihan Genitali Eksternal dengan Kejadian keputihan………………………….... ..... 5.1.2. Sikap Kebersihan genitalia Eksternal dengan kejadian Keputihan……………………………... ..... 5.1.3. Tindakan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan…………………………….. ..... 5.2. Kejadian Keputihan………………………………………. .. 5.3. Hubungan Pengetahuan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan………………………………. .. 5.4. Hubungan Sikap Kebersihan Genitalia Eksternal Dengan Kejadian keputihan………………………………. .. 5.5. Hubungan Tindakan Kebersihan genitalia Eksternal dengan kejadian Keputihan……………………………….. .. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 5.6. Kesimpulan ............................................................................ 5.7. Saran ...................................................................................... 6.2.1. Bagi Responden ......................................................... 6.2.2. Bagi Institut Pendidikan............................................. 6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya ........................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
42 42 42 44 45 46 47 48 49 51 51 52 52 53 53
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan karakteristik ..........
35
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan ..........
36
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Sikap .....................
36
Tabel 4.5. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan ...............
37
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Keputihan..............
37
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus merupakan
investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah Indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan Negara. Pencapaian ini meliputi 3 indikator yaitu tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Pemeliharaan kesehatan masyarakat
akan memacu produktifitas
kinerja
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Dinkes, 2009). Kesehatan reproduksi secara umum menunjuk pada kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosila secara utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi, termasuk hak dan kebebasan untuk bereproduksi secara aman efektif dan tidak melawan hukum (Imron 2012). Berdasarkan data (WHO, 2010) tentang kesehatan reproduksi wanita di dunia menunjukkan 75% wanita pasti menderita keputihan, paling tidak sekali dalam hidupnya. Dan sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau lebih. Di Eropa wanita yang mengalami keputihan sebanyak 25%. Angka Prevalensi kejadian keputihan di dunia, 25%-50% diakibatkan oleh jamur candidas, 20%40% bacterial vaginosis dan 5%-15% bacterial Gardnella.
1
2
Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa wanita Indonesia 75% mengalami keputihan. pada tahun 2002 sebanyak 50 % wanita Indonesia mengalami keputihan, kemudian tahun 2004 meningkat menjadi 60 % dan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi hampir 70 % (Katharini, 2009). Data keputihan di salah satu SMA Negeri Semarang didapatkan dari 50 siswi yang diwawancarai terdapat 48 (96%) siswi yang mengalami keputihan. Sebanyak 23 (47,9%) siswi yang mengalami keputihan karena ketidaktahuan tentang merawat organ genetalia eksternal dan 25 (52,1%) siswi karena ketidak seimbangan hormone (Wiwit, 2008). Wanita Indonesia banyak mengalami keputihan karena Negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur mudah tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan banyaknya kasus keputihan (Nurul dkk, 2001). Data keputihan di salah satu SMA Negeri di kota Medan didapatkan 72% siswi mengalami keputihan yang disebabkan oleh berbagai faktor. (Ningsih, 2009). Strategi kesehatan Nasional dalam rangka menuju Indonesia sehat 2010 adalah menempatkan pembangunan kesehatan artinya setiap upaya program berdampak positif dalam bentuk sehat. Pada tanggal 1 maret 1999 Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Paradigma sehat tersebut dijabarkan dan dioperasionalkan antara lain dalam bentuk perilaku hidup sehat (DepKes RI, 2009). Saat ini masih banyak dijumpai penyakit infeksi yang mengganggu alat reproduksi wanita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja Indonesia
3
beresiko untuk terkena infeksi PMS/HIV/AIDS. Survei surveilans perilaku yang diadakan Universitas Indonesia (PPK-UI) menunjukan bahwa 2,8% pelajar SMP wanita melaporkan adanya gejala-gejala PMS (Utomo, 2006). Kesehatan reproduksi secara umum menunjuk pada kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi, termasuk hak dan kebebasan untuk bereproduksi secara aman, efektif, tepat terjangkau dan tidak melawan hukum (WHO, 1992). Departemen kesehatan telah merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan ( DepKes RI, 2009). Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu. Agar terwujudnya derajat kesehatan yang optimal bagi semua masyarakat. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak bias dipisahkan dari pembangunan nasional. Karena kesehatan menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Pembangunan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh aspek demografi. Serta keadaan dan perkembangan lingkungan, baik fisik maupun biologik (DepKes RI, 2002).
4
Organ Reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Perilaku dalam perawatan yang baik merupakan faktor penentu untuk memelihara kesehatan reproduksi (Ratna , 2010). Perawatan area genital sangat jarang dilakukan dan dibicarakan khususnya oleh masyarakat Indonesia karena terkesan tabu dan jorok. Perawatan kebersihan yang dibicarakan biasanya hanya menyangkut hal umum saja, sedangkan untuk kesehatan alat reproduksi sangat jarang didapatkan karena kurang nyaman untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2009). Faktor utama timbulnya masalah kesehatan genitalia adalah kondisi di sekitar vagina yang sangat rentan terhadap infeksi. Infeksi mudah terjadi karena letaknya yang sangat dekat dengan uretra dan anus, sehingga mikroorganisme (jamur, bakteri, parasit, virus) mudah masuk ke vagina. Area genitalia yang lembab, tertutup, terlipat dan tidak steril juga merupakan tempat yang cocok bagi berkembangnya mikroorganisme yang tidak menguntungkan bagi tubuh (Sharma et, 2008). Salah satu gejala terjadinya keputihan.
penyakit pada organ reproduksi adalah
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering
dialami oleh
sebagian besar wanita. Keputihan dapat berupa fisiologis ataupun patologis (Wiknjosastro, 2005). Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Sedangkan dalam keadaan patologis akan sebaliknya, terdapat cairan berwarna, berbau, jumlahnya banyak dan disertai gatal dan rasa panas atau nyeri, dan hal itu dapat dirasa sangat mengganggu (Vorvick, Let all, 2011).
5
Pemahaman remaja akan kesehatan
reproduksi menjadi bekal remaja dalam
berperilaku sehat dan tanggung jawab, namun tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman ini dapat membawa remaja kearah perilaku berisiko. Dalam hal inilah bagi para ahli dalam bidang ini memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan
dari
lingkungan dan sekitarnya agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembanga yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani rohani dan sosial (Ariyani, 2009). Bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan siswa dan guru yang berorientasi sehat bertujuan untuk meningkatkan memelihara dan melindungi kesehatan baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, siswa dan guru dengan membuka jalur komunikasi informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku sehingga siswa sadar mau mempraktekkan perilaku hidup sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy) bina suasana (social support) . dengan demikian siswa dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri (DepKes RI, 2002). Usaha pencegahan keputihan memerlukan dasar pengetahuan yang baik (Ratna, 2009) sebab perilaku yang didasari pengetahuan
lebih tahan lama
dibandingkan perilaku yang tidak disadari (Maulana, 2009) oleh karena itu perlu
6
adanya pemberian informasi yang lengkap pada remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan
dan
perilaku mereka akan pentingya menjaga kebersihan diri
terutama area genitalia termasuk resiko bila tidak dijaga (Handayani, 2011). Sebagian besar masalah kesehatan dalam hal penyakit yang timbul pada manusia, disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Tindakan buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai sabun antiseptik secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan sehingga mempermudah masuknya bakteri, virus dan parasit penyebab PMS ke dalam vagina. Pengetahuan dan tindakan dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan faktor penting dalam pencegahan keputihan (Suryopotro, 2006). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di SMPN 1 Gunungsitoli Alo’oa pada tanggal 16 November - 19 November 2013 didapatkan siswi kelas VIII sebanyak 52 orang. Laki-laki berjumlah 7 orang dan perempuan berjumlah 45 orang. dan siswa kelas IX sebanyak 48 orang, Laki-laki 28 orang dan perempuam berjumlah 20 orang. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMPN 1 Gunungsitoli Alo’oa, diketahui 3 orang belum mengalami menstruasi. 8 orang mengatakan mengalami keputihan yang berlebihan sebelum dan sesudah mentruasi, karena memakai celana dalam yang terlalu ketat dan tidak berbahan katun, kemudian jarang mengganti pembalut disaat menstruasi, kurangnya berolahraga, dan pola
7
makan yang tidak teratur. dan 4 orang lainnya
melakukan upaya kebersihan
genitalia eksternal yang kurang tepat karena belum mengetahui sebelumnya. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian terkait “ hubungan
perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014” . 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah pada peneliti ini adalah apakah ada Hubungan Perilaku
kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMPN 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Tujuan
umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui Hubungan Perilaku Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMPN 1 Gunugsitoli Alo’oa Tahun 2014 1.3.2
Tujuan Khusus Tujuan khusus pada penelitian ini adalah
1.
Untuk mengetahui hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal pada siswi SMPN 1 Gunugsitoli Alo’oa Tahun 2014.
2.
Untuk mengetahui kejadian keputihan pada siswi SMPN 1 Gunugsitoli Alo’oa Tahun 2014.
3.
Untuk mengetahui Hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi SMPN 1 Gunugsitoli Alo’oa Tahun 2014.
8
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan
peneliti terkait hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan pada siswi. Selain itu, dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan ilmu keperawatan
dan sebagai informasi bagi perawat dalam meningkatkan
penyuluhan kesehatan dan konseling kepada remaja putri pentingnya menjaga kebersihan genitalia untuk mencegah keputihan. Penelitian ini juga berguna sebagai sarana dalam berlatih mengembangkan konsep berpikir kritis peneliti. 1.4.2
Bagi SMP Negeri 1 Guungsitoli Alo’oa Manfaat Penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai bahan masukan bagi
SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa agar dapat memberikan pengetahuan tentang cara menjaga kebersihan genitalia yang baik sebagai dasar tindakan untuk mencegah keputihan. 1.4.3
Bagi Institut Pendidikan Manfaat penelitian ini bagi institusi pendidikan adalah sebagai bahan
referensi dalam pengembangan keilmuan khususnya di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara Medan. 1.4.4
Bagi Peneliti Selanjutnya Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya adalah dapat dimanfaatkan
sebagi referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah hubungan perilaku kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perilaku
2.1.1
Defenisi Perilaku Perilaku adalah tindakan atau perbuatan yang merupakan hasil dari segala
macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan dan sikap. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan seperti berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif ( melakukan tindakan) (Saswono, 2010). Perilaku adalah kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan baik yang diamati secara langsung maupun tidak langsung. berperilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, berpikir, berpresepsi dan emosi. Perilaku peningkatkan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relefan. Maka dari situ siswa diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin, dengan berperilaku yang baik dan bebas dari penyakit (Notoatmodjo, 2007). Perubahan perilaku diupayakan melalui tiga cara, yaitu promosi perilaku kesehatan yang positif : pendidikan kesehatan reproduksi dan program perbaikan gizi, peningkatan peran wanita dalam kesehatan reproduksi, serta pelatihan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dan eradikasi praktik yang berbahaya
9
10
termasuk dasar hukum yang kuat untuk menghapus praktik yang membahayakan kesehatan wanita (Tinker, 2000 dikutip dari Wilopo, 2010). 2.1.2
Batasan Perilaku Kesehatan Dari aspek biologis semua makhluk hidup mulai dari binatang sampai
dengan manusia, mempunyai aktivitas masing-masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan oleh manusia tersebut. Secara singkat aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi 2 yakni: a.
Aktivitas–aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya : berjalan, bernyanyi, tertawa dan sebagainya.
b.
Aktivitas yang tidak dapat diamati oleh orang lain, misalnya : berpikir, berfantasi, bersikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
2.1.3
Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan menurut
stimulus
atau
objek
yang
Skiner adalah respon seseorang terhadap
berkaitan
dengan
sehat-sakit.
Faktor
yang
mempengaruhi sehat sakit seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. (Notoatmodjo, 2010). Becker (1979) dalam notoatmodjo (2010). Membuat Klarifikasi lain tentang perilaku kesehatan, yang membedakan menjadi tiga, yakni:
11
1. Perilaku hidup sehat (healthy behavior) Perilaku hidup sehat adalah perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. 2. Perilaku sakit (illness behavior) Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang
sakit
atau
mengalami
masalah
kesehatan
untuk
mencari
penyembuhan. 3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior) Dari segi sosiologi, orang yang sedang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-haknya dan kewajiban sebagai orang sakit. 2.1.4
Bentuk-bentuk Perilaku Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan teori Skiner tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: 1.
Perilaku Tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. 2.
Perilaku Terbuka (Overt behavior)
Perilaku tertutup tejadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau covert behavior.
12
Dari penjelasan diatas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu: a.
Faktor Eksternal
Yaitu stimulus yang merupakan factor dari luar diri seseorang dan juga merupakan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik. b.
Faktor Internal
Yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, sugesti dan sebagainya. dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007). 2.2
Pengetahuan ( Knowledge) Secara umum, pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Dengan sendirinya pada waktu penginderaan
akan menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Nooatmodjo, 2010).
13
2.2.1
Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatanm yaitu: 1.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3.
Penerapan (Aplication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real. 4.
Analisis (Analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5.
Sintesis (sintesys)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
14
6.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2007). 2.2.2
Pengukuran pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) cara mengukur pengetahuan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: 1.
wawancara (interview)
wawancara adalah suatu bentuk metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang. Penelitian terhadap responden yang dilakukan dengan cara wawancara dan berhadapan muka dengan responden (face to face) 2.
Angket
Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek penelitian untuk mendapatkan tanggapan, informasi, dan jawaban lainnya yang dibutuhkan peneliti. 2.3
Sikap Sikap adalah reksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
15
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2011). Sikap juga merupakan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan suatu tindakan dan aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau suatu perilaku (Notoatmodjo, 2007). Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu: 1.
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3.
Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap juga dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : 1.
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2.
Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
16
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3.
Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah suatu indikasi tingkat sikap juga.
4.
Bertanggung Jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2010). Ciri-ciri sikap adalah :
1.
Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya.
2.
Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek, pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja, melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan-deretan objek yang serupa.
3.
Sikap pada umumnya mempunya segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal ini tdak ada.
2.4.
Tindakan (Pratice) Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over
behavior). Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
17
fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007). Tingkatan-tingkatan praktik itu adalah: 1.
Persepsi (percepcion) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2.
Respon terpimpin (guided response) yaitu bila seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar.
3.
Mekanisme (mecaqnism) yaitu apabila seseorang melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaaan
4.
Adaptasi (adaptation) yaitu suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran, tindakan tersebut.
5.
Modal kepercayaan kesehatan (Healt believe modal) Sebagai kesimpulan, apabila individu bertindak untuk melakukan
pengobatan dan pencegahan penyakitnya ada tiga hal yang berpengaruh terhadap upaya yang akan diambil yaitu : 1.
Kerentanan yang dirasakan. Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasa bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.
2.
Keseriusan yang dirasakan.
18
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakitnya akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat. 3.
Manfaat dan rintangan yang dirasakan. Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat atau serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan tersebut tergantung pada manfaat dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Apabila terjadi suatu inovasi atau programprogram pembangunan di dalam masyarakat maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003).
4.
Perilaku hidup sehat pada siswa. Yang terpenting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang programprogram kesehatan. Berdasarkan asumsi yang mengatakan bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkominukasi dengan organisme (Notoatmodjo, 2007).
2.5
Kesehatan Reproduksi
2.5.1
Defenisi Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
19
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO, 1992 dikutip dari Pinem, 2009). Menurut WHO
defenisi kesehatan reproduksi yang telah disepakati
adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan disegala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi. dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat memiliki kemampuan untuk bereproduksi, serta memiliki kebebasan untuk menetapkan seberapa sering mereka ingin bereproduksi (Pinem, 2009). Dari beberapa defenisi diatas jelaslah bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya menyangkut kehamilan saja tetapi mencakup area yang jauh lebih luas. Kesehatan reproduksi bukanlah sekedar masalah biomedik saja, tetapi lebih merupakan masalah sosial karena dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial seperti bagaimana masyarakat mempresepsikan peran perempuan dalam masyarakat. 2.5.2
Tujuan Kesehatan Reproduksi
1.
Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi yang komprehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya yang pada akhirnya dapat membawa pada peningkatan kualitas kehidupannya. 2.
Tujuan khusus Kesehatan Reproduksi
a.
Meningkatkan kemandirian perempuan, khususnya dalam peranan dan fungsi reproduksinya
20
b.
Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial perempuan
c.
Menciptakan dukungan laki-laki dalam membuat keputusan, mencari informasi dan pelayanan yang memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi. (Pinem, 2009)
2.5.3
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan reproduksi meliputi,
faktor demografis/sosial ekonomi, faktor budaya dan lingkungan, faktor psikologis dan biologis. 1.
Faktor demografis dapat dinilai dari data : usia pertama menikah, usia pertama hamil. Sedangkan faktor sosial ekonomi dapat dinilai dari tingkat pendidikan, akses terhadap pelayanan kesehatan, status pekerjaan, tingkat kemiskinan, rasio remaja tidak bersekolah.
2.
Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama, status perempuan, ketidaksetaraan jender, lingkungan tempat tinggal dan bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik.
3.
Faktor biologi meliputi: gizi buruk kronis, kondisi anemia, kelainan bawaan organ reproduksi, kelainan akibat radang panggul. (Pinem, 2009).
2.6
Alat Reproduksi Wanita Alat reproduksi wanita terdiri dari dua bagian utama yaitu: organ
reproduksi bagian luar dan organ reproduksi bagian dalam.
21
2.6.1
Organ reproduksi Eksternal
1.
Mons veneris adalah bagian yang menonjol diatas simfisis.
2.
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri dari bagian dan kiri, lonjong mengecil kebawah.
3.
Labia minora ( bibir-bibir kecil) adalah lipatan tipis dari kulit dalam bibir labia mayora.
4.
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder. terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, ukurannya kecil terdiri dari glans dan korpus klitoridis. Saat perempuan terangsang secara seksual, glans dan korpus klitoridis membesar. Glans klitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan persyarafan membuat klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
5.
Vulva berbentuk lonjong, memanjang dari muka kebelakang. Dikanan dan dikiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum. Vulva sama dengan skrotum pada pria.
6.
Perinium, terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm.
2.6.2
Organ Reproduksi Internal
1.
Vagina (liang kemaluan) terletak didepan rektum dan dibelakang kandung kemih atau uretra yang menghubungkan introitus dan uterus. Bagian dalam vagina berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Fungsi vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.
22
2.
Uterus adalah organ yang berdinding tebal, muscular dan pipih. Tampak seperti buah pir terbalik. Uterus terletak dipanggul kecil diantara rectum dan uretra. Fungsi uterus adalah siklus haid dengan peremajaan endometrium kehamilan dan persalinan.
3.
Tuba fallopi adalah sepasang tuba fallopi yang melekat pada fundus uteri, memanjang kearah lateral.
4.
Ovarium Ovarium adalah tempat ovulasi dan penghasil hormon seks steroid (estrogen, progesterone dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita normal. Wanita pada umumnya mempunya dua ovuarium, terletak dikiri dan kanan antara uterus oleh ligamentuminfundibulum pelvikum. (Pinem, 2009).
2.7
Keputihan
2.7.1
Pengertian Keputihan Istilah keputihan tentu saja tidak asing bagi banyak orang, terutama untuk
kaum hawa. Menurut perkiraan, 75% wanita di dunia pernah mengalami keputihan, setidaknya sekali seumur hidup. Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir. Keputihan tidak selamanya merupakan penyakit karena ada keputihan yang normal. Oleh sebab itu, keputihan dibagi menjadi dua yaitu keputihan normal dan keputihan abnormal. 1.
Keputihan Normal (Fisiologis)
Keputihan normal biasanya terjadi menjelang dan sesudah menstruasi, mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stress berat, sedang hamil, atau
23
mengalami kelelahan. Adapun cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau. Selain itu, keputihan jenis ini juga tidak disertai rasa gatal dan perubahan warna, sehingga tidak diperlukan tindakan medis tertentu. 2.
Keputihan Abnormal (Patologis)
Keputihan abnormal bisa dikategorikan sebagai penyakit. Keputihan jenis ini ditandai dengan keluarnya lendir dalam jumlah banyak. Selain itu, lendir tersebut berwarna putih atau kekuningan dan memiliki bau yang sangat menyengat. Wanita yang mengalami keputihan abnormal juga merasakan gatal dan terkadang terasa nyeri dirasakan jika berhubungan seksual (Purwanto, 2005). Berikut adalah cirri-ciri keputihan yang abnormal ditinjau dari warna cairannya: a.
Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau keruh. Keputihan seperti ini bisa merupakan tanda adanya infeksi pada gonorhea. Akan tetapi hal tersebut harus didukung oleh tanda-tanda lainnya seperti pendarahan diluar masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
b.
Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan sedikit kental menyerupai susu. Keputihan seperti ini disebabkan oleh adanya infeksi jamur pada organ kewanitaan, yang ditandai dengan nyeri pada bibir vagina, rasa gatal yang berlebihan.
c.
Keputihan dengan cairan berwarna cokelat dan disertai sedikit darah. Keputihan semacam ini layak diwaspadai. Sebab, keputihan ini sering terjadi karena masa menstruasi yang tidak teratur. Dan sering disertai dengan rasa nyeri pada panggul.
24
d.
Keputihan dengan cairan berwarna kuning, hijau, berbusa dan memiliki bau yang sangat menyengat. Biasanya, keputihan seperti ini diserta rasa nyeri dan gatal ketika buang air kecil. Dan kemungkinan terkena infeksi trikomoniasis.
e.
Keputihan dengan cairan yang terlalu banyak, bau busuk, sering disertai darah tidak segar. Dan bisa dicurigai adanya kanker leher rahim.
f.
Keputihan dengan cairan berwarna abu-abu dan kuning yang disertai bau amis. Keputihan seperti ini menunjukkan adanya infeksi bakteri pada vagina, dan disertai dengan rasa panas seperti terbakar, gatal, kemerahan, dan bengkak pada bibir vagina atau vulva (Bahari, 2012). Tahun 2002 pengembangan program kesehatan remaja lebih diperluas dan
dimantapkan dengan memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dengan pendekatan yang berbeda dimana puskesmas diberikan keleluasaan untuk meningkatkan remaja melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). (kebijakan dan strategi nasional kesehatan reproduksi di Indonesia, 2005). 2.7.2
Gejala Keputihan Sesuai dengan faktor penyebabnya, gejala yang timbul akibat keputihan
yang beraneka ragam. Sebagian penderita keputihan mengeluhkan rasa gatal pada kemaluan, rasa panas di bibir vagina, serta rasa nyeri ketika buang air kecil dan berhubungan seksual. Hal ini diakibatkan oleh kondisi yang lembab pada daerah kewanitaan. Keputihan juga berpengaruh besar pada psikologis seseorang yang
25
menderitanya. Akibatnya banyak yang kehilangan rasa percaya diri dalam pergaulan maupun dalam kehidupan sosial lainnya (Bahari, 2009). 2.7.3
Penyebab Keputihan Secara umum, keputihan disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1.
Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat, sehingga tidak memberikan ruang yang memadai. Akibatnya menimbulkan iritasi pada organ kewanitaan.
2.
Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan.
3.
Sering menggunakan WC yang kotor, sehingga memungkinkan adanya bakteri yang dapat menempel pada organ kewanitaan.
4.
Jarang mengganti pembalut disaat menstruasi.
5.
Membersihkan organ kewanitaan kearah yang salah, yang dilakukan dari arah belakang kedepan.
6.
Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurangnya berolahraga, pola makan yang tidak teratur, dan kurang tidur.
7.
Menggunakan sabun pembersih organ kewanitaan secara berlebihan. Sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu.
8.
Sering mengalami tekanan atau stress.
9.
Aktifitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh melemah.
10.
Kondisi cuaca, khususnya cuaca lembab di daerah tropis. (Bahari, 2012).
26
11.
Tidak mencukur rambut kemaluan, yang menyebabkan pertumbuhan bakteri.
12.
menaburkan bedak dibagian genitalia eksternal.
2.8
Hubungan Perilaku dengan Kejadian Keputihan. Yang diperoleh dari Hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia
eksternal dengan kejadian keputihan, dengan kata lain bahwa semakin baik perilaku responden terhadap kejadian keputihan maka semakin baik pula tindakan dalam menjaga kebersihan alat reproduksi eksternalnya. Pertayaan mengenai Perilaku kebersihan Genitalia eksternal meliputi cara membersihkan bagian kewanitaan dengan menggunakan celana dalam berbahan katun atau dapat menyerap keringat dan penggunaan pembalut disaat mestruasi. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan. 2.9
Kerangka Konseptual Variabel Independen Perilaku hidup sehat 1. Baik 2. Buruk
Variabel dependen Kejadian keputihan 1. Terjadi 2. Tidak terjadi
Skema 2.1 Kerangka konsep penelitian hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2013. 2.10
Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara perilaku hidup sehat dengan kejadian keputihan di
SMPN 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Analitik Korelasi dengan
pendekatan cross sectional subjek penelitian ini adalah Siswi SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun ajaran 2013-2014. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner terpimpin yang telah diujicobakan. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa. Waktu
penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2014 dan 25 Januari 2014. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian adalah karena SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa belum pernah dilakukan penelitian mengenai Hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi serta fenomena yang ada. 3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII sebanyak 45
orang dan kelas IX sebanyak 20 orang di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 65 orang .
27
28
3.3.2
Sampel Menurut Zaluchu (2011) sampel adalah bagian dari populasi. Jika
penelitian memiliki populasi yang kecil, maka seluruh unit dalam populasi bisa diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total population yaitu seluruh populasi yang menjadi sampel penelitian sebanyak 65 siswi. 3.4
Metode Pengumpulan Data Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1.
Peneliti mengajukan permohonan surat izin penelitian dari institusi pendidikan yaitu program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Sumatera Utara.
2.
Surat permohonan izin penelitian yang diperoleh, dikirim kepada Kepala Sekolah SMPN 1 Gunungsitoli Alo’oa.
3.
Setelah mendapat izin Penelitian, Pengumpulan data di lakukan pada responden.
4.
Peneliti kemudian menemui calon responden dan menjelaskan tentang penelitian serta hasil penelitian nantinya.
5.
Peneliti
kemudian
meminta
kesediaan
calon
responden
untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Setelah calon responden bersedia, maka
29
calon responden di minta untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent). 6.
Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden agar responden memahami dan mengerti dalam mengisinya.
7.
Peneliti membagikan kuesioner kepada responden dan memberikan kesempatan mengisi kuesioner selama 30 menit. Setelah itu peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah di isi responden.
8. 3.5
Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan analisa data. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian untuk kebersihan genitalia eksternal menggunakan
kuesioner tertutup yang diisi oleh responden. Kuesioner tertutup adalah sejumlah pertanyaan tertulis dimana unit analisis sudah dibatasi sehingga memudahkan dalam perhitungan (Zaluchu, 2011). 3.5.1
Instrumen Pengetahuan Kuesioner tertutup dengan tipe Multiple Choice Question (Nursalam,
2008) yang terdiri dari 10 pertanyaan. Pertanyaan yang dijawab dengan benar akan diberi skor 1 dan pertanyaan yang dijawab dengan salah akan diberi skor 0. Nilai yang tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. 3.5.2
Instrumen Sikap Kuesioner sikap dibuat dengan skala Lickert ( Sugiyono, 2010).
Kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS). Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). (Sugiyono, 2010).
30
3.5.3
Instrumen Tindakan Kuesioner Tindakan terdiri dari 10 pernyataan dengan pilihan jawaban Ya
dan Tidak. Peryataan dengan jawaban Ya diberi nilai 1, pernyataan dengan jawaban Tidak diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan nilai terendah adalah 0 (Sugiyono, 2010). 3.5.4
Instrumen Keputihan
Kuesioner keputihan dibuat dengan kuesioner pernyataan dengan pilihan jawaban Ya tidak. Jika jawaban Ya diberi nilai 1, jika jawaban Tidak diberi nilai 0.
3.6
Etika Penelitian Adapun yang menjadi etika dalam penelitian ini adalah :
1.
Informed consent Lembar persetujuan yang akan diberikan responden dan disertai judul serta tujuan penelitian.
2.
Anonymity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3.
Confidential (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.
3.7
Defenisi Operasional Defenisi operasional yaitu menjelaskan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga memudahkan
31
pembaca atau penguji dalam mengingatkan makna penelitian. Defenisi Operasional dalam penelitian ini adalah : 1.
Perilaku Perilaku merupakan reaksi responden dalam menjaga kebersihan genitalia eksternal dalam mencegah keputihan.
2.
Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang keputihan dan kebersihan genitalia eksternal.
3.
Sikap Sikap adalah respon yang ada dalam diri responden untuk memahami apa yang dimaksud dengan keputihan serta bagaimana pencegahannya.
4.
Tindakan. Tindakan adalah cara responden membersihkan daerah genitalia eksternal secara langsung seperti, mencuci bagian genitalia eksternal dari depan kebelakang.
5.
Genitalia Eksternal Genitalia eksternal adalah bagian terluar dari kemaluan responden.
3.8
Aspek Pengukuran
3.8.1
Pengetahaun Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengukuran ordinal. Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan yang telah disediakan. Berdasarkan nilai yang diperoleh maka tingkat pengetahuan responden dikategorikan apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar
32
sebanyak 8-10 maka pengetahuan responden dikategorikan Baik. Apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 5-7 maka pengetahuan responden dikategorikan Cukup. Apabila responden menjawab pertanyaan dengan benar sebnayak 1-4 maka pengetahuan responden dikategorikan Kurang (Machfoedz, 2010).
3.8.2
Sikap Skala yang digunakan pada pengukuran sikap dalam penelitian ini adalah
skala Lickert. Sikap responden diukur dengan menggunakan 10 pernyataan yang telah disediakan. Berdasarkan nilai yang diperoleh maka sikap responden dikategorikan Positif dan Negatif. (Hidayat, 2009). Untuk pernyataan Positif (ada 6 soal) Sangat setuju (SS)
: diberi nilai 4
Setuju (S)
: diberi nilai 3
Tidak Setuju (TS)
: diberi nilai 2
Sangat tidak Setuju (STS)
: diberi nilai 1
Untuk pernyataan Negatif (ada 4 soal) Sanagat setuju (SS)
: diberi nilai 1
Setuju (S)
: diberi nilai 2
Tidak Setuju (TS)
: diberi nilai 3
Sangat tidak Setuju (STS)
: diberi nilai 4
Nilai tertinggi adalah 60 dan nilai terendah adalah 15.
33
3.8.3
Tindakan Untuk mengukur tindakan digunakan skala pengukuran ordianal tindakan
siswi diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan yang telah disediakan. Berdasarkan nilai yang diperoleh maka tindakan responden dikategorikan apabila responden memperoleh nilai 6-10 maka tindakan responden dikategorikan Baik dan apabila responden memperoleh nilai 1-5 maka tindakan responden dikategorikan Buruk (Arikunto, 2009). 3.8.4
Keputihan Untuk mengukur keputihan digunakan lembar Observasi. Lembaran
tersebut akan diberikan kepada responden untuk mengetahui terjadi atau tidak terjadinya keputihan, dengan mengajukan pertanyaan apakah responden mengalami keputihan. 3.9
Metode Pengolahan Data Setelah data terkumpul kemudian data akan diolah melalui beberapa
tahapan sebagai berikut : 1.
Editing
Pada tahap ini data yang telah terkumpul kemudian diedit terlebih dahulu, bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data atau dalam pengeditan, akan diperbaiki dengan melakukan pemeriksaan ulang. 2.
Coding
Pemeriksaan kode atau tanda pada setiap data yang telah lengkap atau yang telah diperbaiki kesalahannya jika sebelumnya data tersebut terjadi kesalahan oleh pengisian responden.
34
3.
Scoring
pengolahan data adalah memberikan skor berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. 4.
Tabulating
Memasukkan data yang telah diberi kode atau tanda kedalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah saat menganalisa data. 3.10. Analisa Data 1
Univariat Analisis
data
univariat
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
menampilkan distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel. dsitribusi frekuensi masing-masing variabel ditentukan dengan rumus persentase (Machfoeds, 2010). 𝐹
𝑃 = N x100% Keterangan : P=Presentase F=Frekuensi sampel N= Jumlah Sampel Total 2.
Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel independent dengan dependent. Variabel independent dan dependent memiliki skala ukur ordinal sehingga hubungan antar variabel dapat dianalisis dengan program komputer (SPSS) menggunakan uji x2 (chi-square) dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006).
35
X2=
Keputusan hasil
(𝑓0 − 𝑓 ℎ )2 𝑓ℎ
uji x2
(chi=square) tersebut
dilakukan dengan
membandingkan nilai p dengan nilai α (0,05), dengan ketentuan H0 ditolak jika nilai p < α, berarti Ha di terima (ada hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi) Jika P > 0,05 H0 diterima berarti Ha ditolak (tidak ada hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan).
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan di SMP N. 1 Gunungsitoli Alo’oa Kabupaten Nias pada tanggal 22 Januari 2014 dan 25 Januari 2014 tentang Hubungan perilaku kebersihan Genitali ekternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas kelas VIII dan IX di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut. 4.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian, maka karakteristik responden di SMP N. 1
Gunungsitoli Alo’oa adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik Responden di SMP N. 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014 (n=65) No Karakteristik Frekuensi Presentase (%) 1 Umur a. 12 5 7,7 b. 13 28 43.1 c. 14 18 27.7 d. 15 14 21.5 Total 65 100.0 2 Sumber Informasi a. Media Cetak 34 52,3 b. Media Elektronik 19 29,2 c. Media Kesehatan 12 18,5 Total 65 100,0
36
37
Berdasarkan table 4.1 diketahui bahwa dari 65 responden, umur 12 tahun 5 orang (7,7%), umur 13 tahun 28 orang (43,1%), umur 14 tahun 18 orang (27,7%), dan umur 15 tahun 14 orang (21,5%). Sumber informasi dari media cetak sebanyak 34 orang (52,3%), media elektronik sebanyak 19 orang (29,2%), dan media kesehatan 12 orang (18,5%). 4.2.
Pengetahuan
tentang
Kebersihan
Genitalia
Eksternal
dengan
kejadian keputihan. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Siswi Di SMP N. 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014 No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 1 Baik 4 6,2 2 Cukup 14 21,5 3 Kurang 47 72,3 Total 65 100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa kategori jawaban responden dengan tingkat Pengetahuan baik sebanyak 4 orang (6,2%) pengetahuan cukup sebanyak 14 orang (21,5%) dan kurang mayoritas adalah 47 orang (72,3%). 4.3.
Sikap tentang Kebersihan Genitalia Eksternal dengan kejadian keputihan.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Siswi SMP N. 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014 NO Sikap Frekuensi Presentase (%) 1 Poitif 10 15,4 2 Negatif 55 84,6 Total 65 100,0
38
Berdasarkan table 4.3 diketahui bahwa responden memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 10 orang (15,4%), dan minoritas responden bersikap Negatif sebanyak 55 0rang (84,6%). 4.4.
Tindakan tentang Kebersihan Genitalia Eksternal dengan kejadian keputihan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Siswi SMP N. 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014 No Tindakan Frekuensi Presentase (%) 1 Baik 15 23,1 2 Buruk 50 76,9 Total 65 100,0
Berdasarkan table 4.4 kategori jawaban responden dengan tindakan Baik sebanyak 15 orang (23,1%). Dan tindakan buruk sebanyak 50 orang (76,9%) 4.5.
Kejadian Keputihan
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Keputihan Siswi SMP N. 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014 No Kejadian Keputihan Frekuensi Presentase (%) 1 Ya 55 84,6 2 Tidak 10 15,4 Total 65 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 kategori jawaban responden dengan kejadian keputihan, mayoritas responden memiliki yawaban ya sebanyak 55 orang (84,6%) dan kategori jawaban tidak sebanyak 10 orang ( 15,4%).
39
4.6.
Hubungan Perilaku Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan Tahun 2014.
4.6.1 Tabulasi Silang antara Hubungan Pengetahuan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan. Tabel 4.6.1 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan Tahun 2014 Pengetahuan Kejadian Keputihan Total P Kebersihan Tidak Keputihan Keputihan No Genitalia n % n % N % Eksternal 1 Baik 4 6,2 0 0 4 6,2 0,000 2 Cukup 6 9,2 8 12,3 14 21,5 3 Kurang 0 0 47 72,3 47 72,3 Total 10 15,4 55 84,6 65 100,0 *Signifikan p <0,05 Dari hasil penelitian pada 65 responden, frekuensi responden yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 4 responden (6,2%) dari 4 responden dengan tingkat pengetahuan yang baik tersebut yang mengalami kejadian keputihan yang berjumlah 4 responden (6,2%) sedangkan yang mengalami kejadian keputihan yang cukup berjumlah 14 responden (72,3%).dari 14 responden dengan tingkat pengetahuan cukup, yang tidak mengalami kejadian keputihan berjumlah 6 (9,2%) responden dan yang mengalami kejadian keputihan sebanyak 8 (12,3%) responden. Pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 47 responden (72,3%). Hasil uji statistik didapatkan p=0,000 ternyata lebih kecil dari 0.05. ini menunjukkan bahwa Ada Hubungan Antara pengetahuan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP N 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014.
40
4.6.2. Tabulasi Silang antara Hubungan Sikap Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan. Tabel 4.6.2 Tabulasi Silang Antara Sikap Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan Tahun 2014 Sikap Kejadian Keputihan Kebersihan Tidak Keputihan Total P No Genitalia Keputihan Eksternal n % n % N % 1 Positif 10 15,4 0 0 10 15,4 0,000 2 Negatif 0 0 55 84,6 55 84,6 Total 10 15,4 55 84,6 65 100,0 *Signifikan p <0,05 Hasil penelilitian pada 65 responden, fekuensi yang memiliki sikap positif sebanyak 10 responden (15,4%) sedangkan
frekuensi sikap negatif adalah
sebanyak 55 responden (84,6%). Dari 10 responden dengan sikap yang positif tersebut yang tidak mengalami kejadian keputihan sebanyak 10 responden (15,4%). Pada responden yang memiliki sikap yang negatif mengalami kejadian keputihan sebanyak 55 responden (84,6%). Hasil uji statistik didapatkan p=0,000 ternyata lebih kecil dari 0.05. ini menunjukkan bahwa Ada Hubungan Antara Sikap Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP N 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014.
41
4.6.3. Tabulasi Silang antara Hubungan Tindakan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan. Tabel 4.6.3 Tabulasi Silang Antara Tindakan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan Tahun 2014 Tindakan Kebersihan No Genitalia Eksternal 1 Baik 2 Buruk Total *Signifikan p <0,05
Kejadian Keputihan Tidak Keputihan Keputihan n % n % 10 15,4 5 7,6 0 0 50 76,9 10 15,4 55 84,6
Total N 10 50 65
% 15,4 76,9 100,0
P
0,000
Hasil penelilitian pada 65 responden, frekuensi yang memiliki Tindakan yang baik sebanyak 10 responden (15,4%) sedangkan frekuensi Tindakan buruk adalah sebanyak 50 responden (76,9%). Dari 10 responden dengan tindakannya baik tersebut yang mengalami kejadian keputihan sebanyak 5 responden (7,6%). Pada responden yang memiliki tindakan buruk mengalami kejadian keputihan sebanyak 50 responden (76,9%). Hasil uji statistik didapatkan p=0,000 ternyata lebih kecil dari 0.05. ini menunjukkan bahwa Ada Hubungan Antara Tindakan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP N 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014.
BAB V PEMBAHASAN
5.1.
Perilaku Kebersihan Genitali Eksternal dengan Kejadian keputihan.
5.1.1. Pengetahuan Kebersihan Genitali Eksternal dengan Kejadian keputihan. Pengetahuan merupkan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2005). Notoadmodjo (2003) mengemukakan pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman,rasa dan raba. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Masing-masing responden adalah masih berusia remaja. Umur merupakan salah satu variable yang diteliti terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan responden.
Bertambahnya
usia
seseorang
akan
berhubungan
dengan
perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psikososial yang artinya semakin dewasa usia seseorang maka pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 kategori jawaban responden dengan tingkat pengetahuan, mayoritas responden berpengetahuan Kurang sebanyak 47 responden (72,3%). Dan minoritas responden berpengetahuan baik
42
43
sebanyak 4 0rang (6,2%). Dari hasil tersebut didapatkan bahwa nilai distribusi frekuensi responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang lebih banyak dibandingkan dengan responden berpengetahuan baik. Kondisi tersebut dapat diasumsikan bahwa pengetahuan responden terhadap kebersihan Genitalia eksternal dengan kejadian keputihan sebagian besar dikatakan kurang, disebabkan oleh sumber informasi yang diperoleh siswi tentang kebersihan Genitalia eksternal kurang. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pertanyaan
pengetahuan
dalam
kuesioner
mengenai
pengetahuan
kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan yaitu pilihan ganda. Pertanyaan tersebut meliputi : pengertian dan penyebab keputihan, pencegahan keputihan
dengan
menjaga
kebersihan
genitalia
eksternal,
yaitu
cara
membersihkan genitalia eksternal, pemakaian dan kebersihan celana dalam, pemakaian pembalut saat menstruasi, penggunaan pantyliner dan bedak, Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu dimana makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (over behavior). Karena ternyata perilaku yang didsari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).
44
5.1.2. Sikap Kebersihan Genitali Eksternal dengan Kejadian keputihan. Menurut Sukidjo (2005) sikap adalah keadaan mental dan kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Berdasarkan teori Blumn (Zahrah, 2011) terdapat empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan dalam masyarakat, yaitu faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor biologi dan faktor pelayanan kesehatan. Untuk memperoleh status ataupun pelayanan kesehatan, seseorang harus memiliki sikap ataupun reaksi terhadap situasi dan kondisi tersebut, dimana seseorang dapat saja bersifat menerima artinya mau memperhatikan stimulus yang diberikan objek, merespon (responding). Dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Dengan kata lain sikap seseorang akan berpengaruh dengan ketiga hal tersebut diatas (Mardiana, 2008). Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.3 diketahui jumlah responden yang memiliki sikap yang Negatif Mayoritas sebanyak 55 orang (84,6%).dan yang bersikap Positif minoritas adalah 10 orang (15,4%) . Menurut Peneliti, hal ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap kebersihan genitalia ekstenal sangat kurang, dikarenakan pendidikan responden masih menengah pertama sehingga
pembentukan
sikap
dan
perilaku
dalam
menjaga
kesehatan
45
reproduksinya sendiri sangat rendah dan mereka masih belum mengerti pentingnya menjaga daerah kewanitaan supaya terhindar dari berbagai penyakit yang berbahaya. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk bersikap positif.
5.1.3. Tindakan Kebersihan Genitali Eksternal dengan Kejadian keputihan. Notoadmodjo (2007) mengatakan tindakan merupakan suatu bentuk nyata yang dilakukan seseorang dalam bentuk prakteknya. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tindakan ini mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu persepsi dengan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan, respon terpimpin yang dapat dilakukan sesuai dengan ukuran yang benar, mekanisme yaitu jika seseorang telah melakukan hal benar secara otomatis akan menjadi sebuah kebiasaan dan adopsi dimana tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan yang dilakukan (Notoadmodjo, 2003). Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui mayoritas responden yang memiliki tindakan Buruk adalah 50 orang (76,9%). Dan minoritas responden memiliki tindakan baik sebanyak 15 orang (23,1%). hal ini diasumsikan peneliti, disebabkan oleh faktor pendidikan, dan sumber informasi yang kurang. Tingkat pendidikan responden sangat mempengaruhi pengetahuan dalam bertindak untuk
46
menjaga kebersihan genitalia responden sendiri. Tindakan buruk dalam menjaga kebersihan genitalia, seperti mencucinya dengan air kotor, memakai sabun antiseptik secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut dapat menjadi pencetus timbulnya infeksi yang menyebabkan keputihan sehingga mempermudah masuknya bakteri. Ini diakibatkan karna kurangnya informasi baik dari pihak sekolah seperti tidak pernah diadakan penyuluhan kesehatan reroduksi bagi siswinya kemuadian minimnya informasi yang terkait kesehatan reproduksi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. (Muji Sulistyowati, 2008). Menurut Notoadmodjo (2007) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Tindakan merupakan aturan yang mengadakan bahwa sikap merupakan pandangan atau kecenderungan untuk bertindak.
5.2.
Kejadian Keputihan Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui jumlah responden
yang mengalami keputihan mayoritas sebanyak 10 orang (84,6%). dan jumlah minoritas responden yang tidak mengalami keputihan adalah 55 orang (15,4%) Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa tngkat kejadian keputihan dalam menjaga
47
kebersihan genitalia eksternal pada siswi kelas VIII dan IX SMP N. 1 Gunungsitoli Alo’oa tahun 2014, lebih banyak dibanding yang tidak mengalaminya. Karna kurangnya pengetahuan yang diperoleh baik dari sekolah maupun diluar sekolah dan dari media informasi. sebagai sumber informasi mengenai kesehatan reproduksi dapat diperoleh dari petugas kesehatan, media cetak dan media elektronik.
5.3.
Hubungan Pengetahuan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan. Usaha pencegahan keputihan memerlukan dasar pengetahuan yang baik
(Ratna, 2009) sebab perilaku yang didasari pengetahuan
lebih tahan lama
dibandingkan perilaku yang tidak disadari (Maulana, 2009). Oleh karena itu perlu adanya pemberian informasi yang lengkap pada remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan
dan
perilaku mereka akan pentingya menjaga kebersihan diri
terutama area genitalia termasuk resiko bila tidak dijaga (Handayani, 2011). Berdasarkan hasil penelitian pada 65 responden, diperoleh pengetahuan kebersihan genitalia eksternal kategori baik dengan kejadian tidak keputihan 4 orang (6,2%), dan dengan kejadian keputihan 0 (0%). Pengetahuan genitalia eksternal kategori cukup dengan kejadian keputihan tidak keputihan 6 orang (9,2%) dan dengan kejadian keputihan 8 orang (12,3%). Pengetahuan kebersihan genitalia eksternal kategori kurang dengan kejadian tidak keputihan 0 (0%), dan dengan kejadian keputihan 47 orang (72,3%).
48
Hasil uji statistik didapatkan p=0,000 ternyata lebih kecil dari 0.05. ini menunjukkan bahwa Ada Hubungan Antara pengetahuan Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP N 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014. Menurut peneliti hal ini menunjukkan bahwa, dengan pengetahuan yang kurang maka akan menimbulkan kejadian keputihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Donatila (2011) tentang Hubungan antara Pengetahuan dan perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA Semarang Negeri
Semarang, dengan
analisa chi square signifikasi 0,05 didapatkan hasil penelitian sebagai berikut : Ada hubungan antara pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna dengan kejadian keputihan (p=0,027). 5.4.
Hubungan Sikap Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan. Menurut Sukidjo (2005) sikap adalah keadaan mental dan kesiapan yang
diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Berdasarkan hasil penelitian pada 65 responden, diperoleh sikap genitalia eksternal dengan kejadian tidak keputihan 10 orang (15,4%), dengan kejadian keputihan 0 (0%). Sikap kebersihan genitalia ekternal kategori negative dengan kejadian tidak keputihan 0 (0%), dan dengan kejadian keputihan 55 orang (84,6). Hasil uji statistik didapatkan p=0,000 ternyata lebih kecil dengan 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP N 1 Gunungsitoli
49
Alo’oa tahun 2014. Menurut peneliti, hal ini menunjukkan bahwa jika sikap negatif maka akan menimbulkan kejadian keputihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Budiman dkk (2013) tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan menjaga kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 3 Manado, dengan pendekatan Chi-Square tingkat signifikasi 0,05 didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: ada hubungan antara sikap menjaga kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan ( P=0,024). 5.5.
Hubungan
Tindakan
Kebersihan
Genitalia
Eksternal
dengan
Kejadian Keputihan. Notoadmodjo (2007) mengatakan tindakan merupakan suatu bentuk nyata yang dilakukan seseorang dalam bentuk prakteknya. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tindakan ini mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Berdasarkan hasil penelitian pada 65 responden, diperoleh tindakan kebersihan genitalia eksternal kategori baik dengan kejadian tidak keputihan 10 orang (15,4%), dan dengan kejadian keputihan 5 orang (7,6%). Tindakan kebersihan genitalia eksternal kategori buruk dengan kejadian tidak keputihan 0 (0%), dan dengan kejadian keputihan 50 orang (76,9%). Berdasarkan hasil uji statistic didapatkan p=0,000 ternyata lebih kecil dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tindakan kebersihan genitalia
50
eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP N 1 Gunungsitoli Alo’oa tahun 2014. Menurut peneliti hal ini menunjukkan bahwa tindakan yang buruk akan menimbulkan kejadian keputihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Budiman dkk (2013) tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan menjaga kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 3 Manado, dengan pendekatan Chi-Square tingkat signifikasi 0,05 didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: ada hubungan antara tindakan menjaga kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan ( P=0,01). Dari data diatas dapat dilihat bahwa rata-rata responden memiliki Perilaku yang kurang baik dalam kebersihan Genitalia eksternal dengan kejadian keputihan. baik itu dilihat dari Pengetahuan, Sikap dan Tindakan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 65 responden dan hasil analisis data
dalam pembahasan
yang mencakup Pengetahuan, Sikap dan tindakan dalam
Hubungan Perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa Tahun 2014 Sebagai berikut : 1. Tingkat Pengetahuan responden tentang kebersihan genitalia eksternal di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa didapatkan hasil pengetahuan kurang sebanyak 47 orang (72,3%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan masih kurang. 2. Sikap responden tentang tentang kebersihan genitalia eksternal di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa didapatkan hasil sikap Negatif sebanyak 55 0rang (84,6%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden terhadap kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan masih Negatif. 3. Tindakan responden tentang tentang kebersihan genitalia eksternal di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa didapatkan hasil tindakan buruk sebanyak 50 orang (76,9%). Hal ini menunjukkan bahwa tindakan
responden
terhadap kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan masih buruk.
51
52
4. kejadian keputihan responden di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa didapatkan hasil sebanyak 55 orang (15,4%) mengalami keputihan. 5. Analisis hubungan perilaku kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan pada siswi kelas VIII dan kelas IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa tahun 2014 adalah : a. ada hubungan pengetahuan dengan kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa tahun 2014 dengan nilai p=0,000<0,05. b. Ada hubunagan sikap dengan kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa tahun 2014 dengan nilai p=0,000<0,05. c. Ada hubunagan tindakan dengan kebersihan genitalia eksternal dengan kejadian keputihan di SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alo’oa tahun 2014 dengan nilai p=0,000<0,05.
6.2
Saran
6.2.1. Bagi Responden Diharapkan kepada responden untuk menjaga kebersihan genitalia eksternal dengan Memakai celana dalam berbahan katun dan bisa menyerap keringat, mengganti pembalut disaat menstruasi minimal 2 kali sehari, melakukan olahraga dengan teratur, mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mencari
53
informasi sebanyak-banyaknya tentang kesehatan reproduksi baik dari media masa, media elektronik maupun dari petugas kesehatan.. 6.2.2. Bagi Institut Pendidikan Sebagai referensi perpustakaan Program Studi S-1 Keperawatan STIKes SUMUT dan sebagai pengembangan potensi dan kompetensi dalam studi keperawatan Anak. disarankan juga bagi Mahasiswa/i Ilmu keperawatan agar banyak mengetahui pentingnya kesehatan reproduksi supaya terhindar dari penyakit keputihan. 6.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini hendaknya berguna untuk penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih luas lagi dengan jumlah sampel yang lebih besar dan ditempat yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Ayuningtyas, 2011. Hubungan antara pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan genitalian eksternal dengan kejadian keputihan pad siswi SMA Negeri 4 Semarang. Jurnal Kedokteran Vol.5 nomor 2. Afriani, 2005. Faktor yang mempengaruhi Kejadian Keputihan ddi SMAN 1 Salatiga.Jurnal Kesehatan,volume 3 nomor 1 tahun 2005, hal : 30-62. Andari,WA. 2008. Hubungan perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putrid kelas X di SMU Negeri 2 Ungaran semarang. Jurnal Kebidanan dan keperawatan Vol.4 No 2. Bahari, Hamid. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Edisi 1. Jogjakarta: Buku Biru Febiliawati IA, 2009. Kenali cirri keputihan abnormal. [internet].[cited 2011 feb 1].Available From:http://Kesehatan.kompas.com/read/2009/10/26/1412589/kenali.ciri.keputiha n.vagina.abnormal. Kumalasari, Intan dkk. 2013. Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Murni. 2010. Hubungan tingakat pengetahuan Penyakit Menular Seksual dengan sikap dan tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat reproduksinya untuk mencegah keputihan, Jurnal Kesehatan Masyarakat, volume 5 nomor 3 tahun 2010, Hal: 89-120. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Edisi 1. Jakarta: Trans Info Media. Rahyani, Yuni. 2013. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Ratna DP. 2010. Pentingnya menjaga organ kewanitaan. Jakarta: Indeks. Sarwono, SW. 2011. Sikap dan Tindakan Perilaku. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.
Yusuf, S. 2007. Kesehatan Reproduksi Remaja. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Zalukhu, F. 2011. Praktis Penelitian Kesehatan. Medan: Perdana Publising.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bernama ELVIN PUTRI MARTHA ZENDRATO, NIM 1001075 adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara (STIKes SUMUT) Program Studi Ilmu Keperawatan. Penelitian ini diberikan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Perilaku Kebersihan Genitalia Eksternal dengan Kejadian Keputihan pada siswi Kelas VIII dan IX SMP Negeri 1 Gunungsitoli Alooa tahun 2014. Saya mengharapkan partisipasi dari adek/siswi dalam memberikan jawaban atas pertanyaan kuesioner penelitian yang diberikan. dalam hal ini saya menjamin kerahasiaan identitas dari adek /siswi serta informasi yang diberikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud yang lain. Partisipasi adek/siswi dalam penelitian ini bersifat sukarela, adek/siswi bebas menerima atau menolak untuk menjadi peserta penelitian tanpa ada sanksi apapun. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya capkan terimakasih dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi kita.
Gunungsitoli, 22 Januari 2014 Penelitian
(Elvin Putri Martha Zendrato)
Responden
(
)
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNAL DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS VIII DAN IX SMP NEGERI I GUNUNGSITOLI ALO’OA TAHUN 2014
1.
Pengkajian Data Demografi Petunjuk pengisian a. Jawablah pertanyaan yang menurut anda benar b. Beri tanda (X) pada pilihan ganda dan tanda (√) untuk soal pernyataan. Identitas Responden.
A.
Kelas
:
………………………
Umur
:
………………………
Kuesioner Pengetahuan
Baca dengan cermat dan teliti. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar. 1.
Apa yang dimaksud dengan keputihan? a.
kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir yang berwarna putih.
b.
Cairan yang keluar dari vagina berwarna merah hanya keluar disaat menjelang haid dan saat menstruasi.
c.
2.
3.
4.
Cairan yang keluar dari dubur berwarna putih.
Jenis Keputihan ada berapa macam? a.
1
b.
2
c.
3
Jenis Keputihan adalah a.
Keputihan sehat dan tidak sehat
b.
Keputihan normal dan tidak normal
c.
Keputihan yang tidak berbau
Gejala keputihan yang normal adalah a.
Cairan kental berwarna putih susu, hijau, berbau terasa gatal
b.
Cairan encer, bening, terasa gatal berbau
c.
Cairan yang keluar berwarna jernih atau kekuningan dan tidak berbau dan tidak disertai rasa gatal.
5.
Gejala keputihan yang abnormal adalah a.
Cairan encer, terasa gatal dan berbau
b.
Cairan bening dan kekuningan, berbau, terasa gatal keluarnya terlalu banyak
c. 6.
Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau, jumlahnya sedikit
Yang termasuk penyebab keputihan adalah a.
Infeksi jamur
b.
Berganti-ganti pakaian
c. 7.
Keturunan
Dibawah ini mikroorganisme yang menyebabkan keputihan berwarna putih kekuningan dan sedikit kental menyerupai susu, yang ditandai dengan nyeri pada bibir vagina, rasa gatal yang berlebihan.
8.
a.
Bakteri
b.
Parasit
c.
Jamur
Jika didapatkan tanda cairan terlalu banyak, bau busuk, sering disertai darah tidak segar, maka anda harus curiga adanya penyakit.
9.
a.
Kanker leher rahim
b.
Kanker payudara
c.
Tumor
Penggunaan pembersih vagina yang berlebihan dapat mengakibatkan a.
flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu.
10.
b.
Mematikan flora yang tidak normal
c.
Membuat flora menjadi subur untuk berkembang biak
Dibawah ini yang termasuk cara mengatasi keputihan adalah a.
Sering mengganti celana dalam dengan bahan sintesis
b.
Membasuh organ kewanitaan dari arah belakang kedepan.
c.
Memakai celana dalam yang berbahan katun dan sering mengganti pembalut disaat menstruasi.
B. Kuesioner Sikap Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda Checklis ( √ ) pada tabel yang telah di sediakan untuk jawaban yang anda anggap benar. No 1 2 3 4
5 6 7
8 9 10
PERNYATAAN Sebaiknya Memakai celana dalam yang dapat menyerap keringat. Membasuh daerah kewanitaan dari depan kebelakang. Memakai cairan pembersih vagina sangat penting. Sering mengganti pembalut saat menstruasi sangat baik untuk kesehatan daerah kewanitaan Membersihkan daerah kewanitaan dengan menggunakan sabun sangat baik untuk mencegah keputihan. Keputihan yang abnormal dapat sembuh dengan sendirinya. Saat mengalami keputihan yang sangat mengganggu genitalia eksternal, maka harus di biarkan saja. bila mengalami keputihan yang tidak normal, maka akan berbahaya bagi kebersihan genitalia eksternal. Membersihkan genitalia eksternal dengan cara yang benar. Mengganti celana dalam bila sudah basah.
SS
S
ST
STS
C.
Kuesioner Tindakan
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda Checklis ( √ ) pada tabel yang telah di sediakan untuk jawaban yang anda anggap benar! NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pernyataan Membersihkan genitalia eksternal setiap buang air kecil Membersihkan genitalia eksternal dari depan kebelakang Menggunakan cairan pembersih seperti sabun sirih pada daerah kewanitaan Memakai celana dalam yang bisa menyerap keringat dan tidak terlalu ketat Mencukur rambut kemaluan pada genitalia eksternal Mengganti pembalut disaat menstruasi Menggunakan tisu untuk membersihkan genitalia eksternal Menggaruk daerah genitalia eksternal ketika mengalami rasa gatal karena keputihan Mengganti celana dalam dua kali sehari
10 Menggunakan bedak pada genitalia eksternal.
Ya
Tidak
D.
Kuesioner Keputihan
Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda Checklis ( √ ) pada tabel yang telah di sediakan untuk jawaban yang anda anggap benar. No 1.
Pernyataan Nyeri dan panas serta gatal pada daerah genitalia eksternl/kemaluan.
2.
Mengeluarkan cairan berupa lendir yang sangat banyak, dan disertai bau menyengat.
Ya
Tidak
Lampiran 3 KUNCI JAWABAN KUESIONER PENGETAHUAN
1. A 2. B 3. B 4. C 5. B 6. A 7. B 8. A 9. A 10. C
MASTER TABEL HUBUNGAN PERILAKU KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNAL DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP NEGERI 1 GUNUNGSITOLI ALO'OA TAHUN 2014 No.R
U
Pengetahuan
SI
Sikap
Jlh K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tindakan
Jlh K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jlh K
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Keputihan 1
2
Jlh
K
1
13
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
3
3
1
4
3
4
1
1
3
1
3
3
24
2 1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
4
2
1
1
2
1
2
13
3
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
5
2
1
1
3
4
1
1
1
1
2
1
16
2 0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
2
2
1
1
2
1
3
13
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
4
3
2
1
3
4
1
2
1
1
1
1
17
2 0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
4
2
1
1
2
1
4
14
3
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
5
2
1
4
3
4
3
1
1
3
1
3
24
2 0
1
1
0
0
0
1
1
0
0
4
2
1
1
2
1
5
13
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
3
3
1
1
4
3
4
3
2
1
3
1
23
2 1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
4
2
1
1
2
1
6
13
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
4
3
2
3
3
2
2
2
2
3
2
2
23
2 0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
4
2
1
1
2
1
7
13
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
4
3
2
1
3
1
3
1
1
2
1
2
17
2 1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
4
2
1
1
2
1
8
15
1
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
5
2
1
1
2
4
2
2
1
3
3
3
22
2 0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
3
2
1
1
2
1
9
14
3
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
3
3
3
3
2
3
2
1
1
3
3
2
23
2 0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
4
2
1
1
2
1
10
14
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
4
3
1
1
3
1
2
1
2
1
2
3
17
2 0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
3
2
0
1
1
1
11
13
2
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
3
3
1
1
3
4
2
1
2
3
1
4
22
2 0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
3
2
0
1
1
1
12
12
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
4
3
4
3
3
2
2
1
1
3
2
1
22
2 0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
4
2
1
1
2
1
13
13
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
7
1
3
2
3
3
1
2
3
4
2
3
26
1 1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
8
1
0
0
0
2
14
13
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
3
3
2
3
3
2
2
1
2
1
3
1
21
2 0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
2
1
1
2
1
15
13
2
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
6
2
2
1
4
3
1
1
1
2
3
3
21
2 0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
3
2
1
1
2
1
16
12
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
3
3
1
1
1
2
2
4
1
1
2
1
16
2 0
0
1
1
0
1
0
1
0
1
5
1
1
1
2
1
17
15
3
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
9
1
4
4
2
3
3
3
1
2
3
4
29
1 1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
6
1
0
0
0
2
18
13
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
5
2
2
1
4
3
2
2
1
1
3
4
23
2 0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
2
2
1
1
2
1
19
13
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
0
5
2
2
4
4
2
2
1
1
1
3
2
22
2 0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
2
2
1
1
2
1
20
12
2
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
4
3
4
2
3
3
1
1
2
1
1
2
20
2 1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
4
2
1
1
2
1
21
13
3
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
5
2
2
2
2
3
2
3
1
3
1
2
21
2 0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
4
2
1
1
2
1
22
14
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
3
3
1
1
1
2
1
1
3
4
2
2
18
2 0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
3
2
1
1
2
1
23
15
3
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
8
1
2
2
2
4
2
3
4
2
2
3
26
1 0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
6
1
0
0
0
2
24
13
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
6
2
3
1
3
1
2
2
2
2
2
3
21
2 0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
3
2
1
0
1
1
25
13
2
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
6
2
1
4
3
1
1
2
2
1
1
2
18
2 0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
5
2
1
1
2
1
26
14
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
5
2
1
1
1
2
3
4
4
2
2
4
24
2 1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
4
2
1
1
2
1
27
14
1
1
1
0
1
0
1
1
0
0
0
5
2
2
2
2
4
1
2
2
3
3
3
24
2 0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
4
2
1
1
2
1
28
12
2
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
3
3
1
1
1
2
3
1
2
3
3
4
21
2 1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
3
2
1
1
2
1
29
13
2
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
5
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
4
18
2 1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
4
2
1
1
2
1
30
13
3
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
7
1
4
1
4
3
3
2
1
1
4
3
26
1 0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
6
1
0
0
0
2
31
15
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
5
2
4
1
2
3
2
3
1
2
1
3
22
2 0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
4
2
1
1
2
1
32
15
2
0
0
1
1
1
0
0
0
1
1
5
2
2
4
3
2
2
2
1
1
2
3
22
2 0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
3
2
1
1
2
1
33
14
3
1
0
0
1
1
1
0
0
1
1
6
2
4
4
1
4
2
2
2
2
1
4
26
1 1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
8
1
0
0
0
2
34
14
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
3
3
2
3
3
2
2
3
2
1
2
4
24
2 0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
3
2
1
1
2
1
35
13
2
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
6
2
1
3
4
3
1
2
1
3
3
1
22
2 0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
2
2
1
1
2
1
36
13
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
3
3
2
3
3
3
2
2
2
1
2
4
24
2 1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
4
2
1
1
2
1
37
15
3
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
6
2
1
4
2
3
4
1
1
3
3
1
23
2 0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
4
2
1
1
2
1
38
15
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
4
3
3
3
1
4
2
2
1
4
2
1
23
2 0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
3
2
1
1
2
1
39
13
2
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
4
3
2
1
3
2
2
2
2
2
2
4
22
2 1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
2
2
1
1
2
1
40
15
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
4
3
2
3
1
2
4
2
1
1
2
4
22
2 1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
4
2
1
1
2
1
41
13
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
7
1
1
2
3
4
3
2
1
2
3
1
23
2 0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
2
2
0
1
1
1
42
14
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
6
2
2
1
4
3
1
1
1
1
2
4
20
2 0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
4
2
1
1
2
1
43
14
3
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
5
2
4
3
3
2
2
1
1
2
2
3
23
2 1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
4
2
1
0
1
1
44
14
2
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
6
2
3
2
3
1
3
4
3
1
2
1
22
2 0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
3
2
1
1
2
1
45
13
2
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
8
1
3
2
1
3
1
2
2
3
4
4
25
1 0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
8
2
0
0
0
2
46
13
2
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
5
2
4
4
2
2
3
3
1
1
3
1
24
2 0
0
1
1
0
0
0
1
1
0
4
2
1
1
2
1
47
13
1
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
4
3
2
4
4
2
2
3
3
1
1
1
23
2 0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
3
2
1
1
2
1
48
14
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
1
1
4
2
3
3
1
1
3
3
22
2 0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
4
2
1
1
2
1
49
13
2
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
7
1
1
4
3
4
3
3
2
2
2
3
27
1 0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
7
1
0
0
0
2
50
14
3
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
4
3
2
3
3
4
2
1
1
2
2
4
24
2 1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
3
2
1
1
2
1
51
15
2
0
0
1
0
1
0
0
1
1
1
5
2
1
1
4
2
3
1
2
3
2
3
22
2 0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
4
2
1
1
2
1
52
15
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
3
3
1
1
1
4
2
1
1
1
1
3
16
2 0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
3
2
1
1
2
1
53
14
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
2
3
1
2
2
3
2
2
1
2
2
3
20
2 1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
4
2
1
1
2
1
54
14
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
5
2
2
3
2
2
4
3
3
1
1
2
23
2 1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
2
2
1
1
2
1
55
13
1
0
0
0
1
1
0
0
1
1
0
4
3
4
3
2
2
2
1
2
4
2
1
23
2 1
0
1
1
0
0
0
1
0
1
5
1
1
1
2
1
56
14
3
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
7
1
3
4
2
4
1
3
3
1
3
2
26
1 1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
8
1
0
0
0
2
57
14
2
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
4
3
2
2
2
1
1
1
4
2
2
1
18
2 1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
3
2
0
1
1
1
58
13
2
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
5
2
2
1
1
4
1
1
2
1
3
3
19
2 0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
2
2
1
1
2
1
59
13
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
0
5
2
3
1
1
1
4
3
1
2
3
2
21
2 0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
4
2
1
1
2
1
60
15
2
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
3
3
1
3
1
3
2
1
2
4
1
2
20
2 0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
3
2
1
1
2
1
61
15
2
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
4
3
4
1
2
3
3
2
1
1
3
3
23
2 1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
4
2
1
1
2
1
62
14
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
2
3
3
3
1
4
1
3
1
1
3
3
22
2 0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
3
2
1
1
2
1
63
15
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
7
1
3
4
3
1
3
2
1
4
3
3
27
1 1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
7
1
0
0
0
2
64
12
2
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
8
1
3
3
3
4
1
2
4
2
3
3
28
1 1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
6
1
0
0
0
2
65
15
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
5
2
2
1
1
1
4
4
2
1
1
3
20
2 0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
4
2
1
1
2
1
51
53
104
65 27 36 27 36 35 31 35 37 33 31 311 Ket: Pengetahuan
ket:
148 151 163 183 153 125 109 132 146 178 1363 Sumber Informasi
23 37 27 29 17 18
Sikap
34 25 20 23 257 Tindakan
Keputihan
1
Skor 8-10 = Baik
1 : Media Cetak
1 Skor 25 - 40 = Positif
1 Skor 6 - 10 = Baik
1 Skor 1-2 = ya
2
Skor 5 - 7 = Cukup
2 : Media Elektronik
2 Skor 10 - 24 = Negatif
2 Skor 1 - 5 = Buruk
2 skor 0 = Tidak
3
Skor 1 - 4 = Kurang
3 : Media Kesehatan