Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TINGKAT GULA DARAH ANGGOTA DPRD PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Rr. Dewi Ngaisyah INTISARI Pergeseran pola makan tradisional ke pola makan modern berdampak pada overnutrition, kemudian berlanjut pada syndroma metabolic dan Diabetes Mellitus (DM) yang banyak meyerang kelompok masyarakat sangat penting (anggota DPRD Propinsi Kalimantan Timur), data PERKENI tahun 2002 menyebutkan prevalensi DM sebesar 1,5 – 2,3%, maka perlu penelitian mengenai hubungan pola makan dengan tingkat gula darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dengan tingkat gula darah anggota DPRD Propinsi Kalimantan Timur. Selanjutnya mengetahui variabel yang paling berhubungan dengan tingkat gula darah anggota DPRD Propinsi Kalimantan Timur. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan rancangan Cross Sectional, menggunakan sampel 45 responden. Analisa data bivariat menggunakan Uji Kai Kuadrat dan analisa data multivarit menggunakan Uji Regresi Logistik. Hasil Penelitian secara bivariat ditemukan empat variabel (Asupan Energi, Karbohidrat, Protein dan Jarak waktu makan) signifikan berhubungan dengan tingkat gula darah (p-value < 0,05). Hasil multivariat menunjukkan variabel energi memiliki hubungan paling signifikan berhubungan dengan tingkat gula darah. Disarankan kepada anggota DPRD Propinsi Kalimantan Timur yang menderita DM, hendaknya memperhatikan pola makanya, terutama berkaitan dengan asupan energi, karbohidrat, protein dan jarak waktu makan untuk menurunkan risiko komplikasi penderita DM. Kata kunci : Gula darah, pola konsumsi. meninggal tahun 2004. Pada tahun 2005 tercatat
PENDAHULUAN Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
sebanyak 581 pasien DM yang dirawat inap dan
menahun yang dewasa ini prevalensinya semakin
menempati urutan kesepuluh penyebab kematian
meningkat. Dari berbagai penelitian epidemiologis
(benjumlah 54 orang) dan pada tahun 2006 tercatat
di Indonesia didapatkan prevalensi DM sebesar 1,5
sebanyak 590 penderita (Rekam Mededik RSUD
– 2,3 % pada penduduk usia diatas 15 tahun. Angka
A.W. Sjahranie Samarinda, 2007).
seiring
Menurut penelitian Waspadji (1999), penyakit
meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
DM tidak dapat disembuhkan, namun dapat
pola peertambahan penduduk seperti saat ini,
dikendalikan
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan bertambah
komplikasi, sebab jika penderita DM tidak dikelola
penderita DM sebanyak 178 juta penduduk berusia
secara baik dapat mengakibatkan komplikasi pada
diatas 20 tahun, dengan asumsi prevalensi DM
organ serebrovaskuler, jantung koroner, pembuluh
sebesar 4,6 % akan didapatkan 8,2 juta penderita
darah tungkai, mata, ginjal, saraf dan sindroma
DM (PERKENI, 2002).
metabolik.
tersebut
cenderung
meningkat
terus
Tingkat
Jumlah kasus DM di RSUD Abdul Wahab
untuk
gula
mencegah
darah
merupaka
terjadinya
tingkat
Sjahranie pada tahun 2004 sebanyak 403 penderita
konsentrasi glukosa dalam darah yang dialirkan
yang rawat inap, dan tercatat sebagai penyakit
melalui darah yang dihunakan sebagai sumber
diurutan keenam dari data sepuluh penyakit
utama energi untuk sel-sel tubuh. Gula darah
terbesar tahun 2004 serata menjadi urutan ketujuh
meningkat setelah makan dan apabila gula darah
dalam
selalu tinggi (hiperglikemia). Hiperglikemia dalam
sepuluh
besar
penyebab
kematian
jangka
(berjumalah 18 orang) pada pasien rawat inap yang
35
panjang
dapat
meyebabkan
masalah-
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
masalah kesehatan yang berkaitan dengan DM
Kalimantan Timur pada khususnya. Padatnya
termasuk kerusakan mata, ginjal dan syaraf
kegiatan yang mereka lakukan akan berdampak
(Askandar, 2006)
buruk pada diri mereka jika tidak memperhatikan
DM
pada
banyak
kesehatan. Disamping itu kegiatan anggota dewan
menyerang kelompok masyarakat sangat penting,
yang sering menghadiri berbagai undangan yang
seperti para anggota pimpinan negara maupun
menyebabkan pola makan tidak terkontrol dengan
swasta. Penelitian tentang pola makan menurut
baik membuat mereka rentan untuk terkena DM,
Sudarminingsih (2006), gaya hidup yang dianut
maka diperlukan penelitian mengenai hubungan
masyarakat menengah atas (KaryawanUnocal Oil
pola makan dengan tingkat gula darah.
Company)
saat
adalah
sudah
semakin
pergeseran
pola
makan
METODE
tradisional ke pola makan modern menyebabkan kerusakan sel islet sehingga insulin tidak dapat
Penelitian ini termasuk observasional analitik
berfungsi secara normal. Dalam pengendalian
dengan rancangan cross sectional yang bertujuan
tingkat
diperlukan
untuk mengetahui Hubungan Pola Makan dengan
penatalaksanaan diet DM yang benar, motivasi dari
tingkat gula darah pada responden anggota Dewan
konselor gizi, dan edukasi gizi melalui perencanaan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
makan dengan memperhatikan konsumsi sesuai
Kalimanatan Timur. Sampel penelitian ini adalah
dengan yang dibutuhkan, agar gula darah DM dapat
seluruh anggota dewan yang berjumlah 45 orang.
gula
darah
normal
terkendali.
Untuk mengetahui hubungan dan besarnya
Hasil penelitian Waspadji et al (2003), bahan
faktor resiko tingkat konsumsi energi, karbohidrat,
makanan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
protein, lemak, jenis bahan makan yang dikonsumi
kadar gula darah, sebab masing-masing bahan
responden, dan jadual makan responden terhadap
makanan memiliki sifat yang berbeda-beda, apabila
tngkat gula darah digunakan uji Chi Square dengan
memiliki kebiasaan mengkonsunsi karbohidrat
kemaknaan odds ratio (OR) dengan tingkat
sederhana melebihi 10% dari total kalori, maka
kepercayaan
berisiko memiliki penyakit DM. Hal ini dibuktikan
multivariate dengan menggunakan regresi logistic.
dengan penelitian Sudarminingsih (2006) pada
Semua data dianalisis menggunakan perangkat
karyawan Unocal Oil Company yang biasa
lunak
mengkonsumsi kudapan darai bahan makanan yang
hubungan dilakukan dengan membandingkan nilai
mengandung
refined
p value, apabila p value < 0,05 naka terdapat
sederhana),
misalnya
carbohidrat
Statistik.
dikakukan
Pengujian
analisis
tingkat
hubungan yang signifikan, akan tetapi jika p value
mengandung tepung dan olahanya serta gula murni
> 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang
dan olahanya melebihi 32 gram sehari untuk
signifikan.
dapat
makana
pengolah
dan
yang
dikonsumsi
bahan
(karbohidrat
95%,
menyebabkan
sindroma
HASIL PENELITIAN
metabolic.
1. Analisis Univariat
Pengendalian gula darah sangat diperlukan,
Berdasarkan
termasuk para anggota Dewan Propinsi Kalimantan
menyampaian
aspirasi
penelitian
beberapa karakteristik responden:
Timur, mengingat banyaknya tugas-tugas penting untuk
hasil
masyarakat
36
diperoleh
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Tabel 4. Karakteristik Respponden Penelitian 1.
Karakteristik Kelompok Umur
2.
Jenis Kelamin
3.
Tingkat Pendidikan
4.
Status Gizi
Kategori Dewasa (18-55th) Manula Laki-laki Perempuan SMA Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2) Normal Obesitas
Jumlah 24 21 38 7 10 25 10 10 35
% 53,3 46,7 84,4 15,6 22,2 55,6 22,2 22,2 77,8
Umur responden pada penelitian ini
menengah keatas (SMA) sebanyak 10 orang
sebagian besar berusia antara 18 -55 tahun
(22,3%), pendidikan tinggi strata 1 (S1)
yaitu sebesar 24 orang (53,3%) dan yang
sebanyak 25 orang (55,5%), S2 sebanyak 10
tergolong Manula > 55 sebanyak 21 orang
orang.
(46,7).
diketahui status gizi responden anggota dewan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas
Anggota
Dewan
Hasil
berdasarkan
Propinsi
indeks
2. Analisis Bivariat
kelamin perempuan sebesar 15,6%. Tingkat
a. Hubungan
sebagaian
besar
anggota
dewan
berpendidikan
sekolah
tubuh
(IMT)
(obesitas) sebanyak 35 orang (77,9%).
84,4% sedangkan anggota dewan berjenis
responden
masa
antropometri
sebagaian besar memiliki status gizi lebih
Kalimantan Timur ada lakik-laki yaitu sebesar
pendidikan
pengukuran
Asupan
Enesgi
Dengan
Tingkat Gula Darah
Tabel 5. Hubungan Asupan Energi/ Kalori Dengan Tingkat Gula Darah Responden
Asupan Energi Buruk Baik Jumlah
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n % 8 57.1 6 42,9 4 12,9 27 87,1 12 33
Jumlah n 14 31 45
% 100 100 100
p
OR 95 % CI
0,004
9.00 (2,026 – 39,97)
Dari tabel diatas, terlihat hasil recall 3 x
nilai OR=9, CI=2,026 – 39,27, yang berarti
24 jam diperoleh tingkat gula darah terkendali
responden yang memiliki asupan energi
yang memiliki asupan energi sesuai dengan
melebihi
kebutuhan
(87,1%),
dianjurkan PERKENI memiliki risiko 9 kali
sedangkan yang memiliki tingkat gula darah
lebih besar untuk mengalami peningkatan
tidak terkendali yang memiliki asupan energi
gula darah yang tidak terkendali dibandingkan
melebihi kebutuhan sebesar 8 orang (57,1%).
dengan responden yang asupan energinya
Hasil
sesuai kebutuhan yang dianjurkan.
sebesar
27
orang
analisis bivariat dari uji chi aquare
menunjukkan ada hubungan asupan energi
kebutuhan
perhitungan
yang
b. Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan
dengan tingkat gula darah (p< 0,005) dengan
Tingkat Gula Darah
Tabel 6. Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan Tingkat Gula Darah Responden
37
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n % 4 66,7 2 33,3 8 20,5 31 79,5 12 33
Asupan Karbohidrat Buruk Baik Jumlah
Jumlah n 6 39 45
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa asupan
karbohidrat
0,035
7,75 (1,198-50,127)
dengan nilai OR = 7,75, CI=1,198-50,127. Hal ini dapat dijelaskan bahwa responden
(79,5%),
dengan asupan karbohidrat melebihi dari
memiliki tingkat gula darah terkendali dan
kebutuhan yang dianjurkan terutama dari
yang melebihi kebutuhan sebesar 4 orang
refined karbohidrat memiliki risiko untuk
(66,7%)
yang
mengalami peningkatan gula darah tidak
memiliki tingkat gula darah tidak terkendali.
terkendali 7,75 kali lebih besar dibandingkan
Hasil uji chi square menunjukkan asupan
responden yang memiliki asupan kerbohidrat
karbohidrat
sesuai dengan kebutuhan yang dianjurkan.
sebesar
terdapat
31
pada
memiliki
baik
OR 95 % CI
sesuai
kebutuhan
yang
% 100 100 100
p
orang
responden
hubungan
yang
bermakna dengan tingkat gula darah pada
c. Hubungan Asupan Protein Dengan
responden yang menderita DM (p<0,05)
Tingkat Gula Darah
Tabel 7. Hubungan Asupan Protein Dengan Tingkat Gula Darah Responden
Asupan Protein Buruk Baik Jumlah
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n % 9 47,4 10 52,6 3 11,5 23 88,5 12 33
Jumlah n 19 26 45
% 100 100 100
p
OR 95 % CI
0,015
6,9 (1,535-31,011)
Tingkat asupan protein sebagian besar
nilai OR=6,9, CI=1,535-31,011, hal ini dapat
responden anggota dewan yang melebihi
dijelaskan bahwa respodeng dengan asupan
kebutuhan sebesar 9 orang (47,4%) terdapat
protein
pada responden yang memiliki tingkat gula
dianjurkan memiliki resiko untuk mengalami
darah tidak terkendali, dan yang baik sebesar
peningkatan gula darah tidak terkendali 6,9
23 orang (88,5%) pada mereka yang memiliki
kali lebih besar dibandingkan responden yang
tingkat gula darah yang terkendali.
memiliki
Dari analisis chi square menunjukkan
melebihi
dari
asupan
kebutuhan
karbohidrat
yang
sesuai
dengankebutuhan yang dianjurkan.
asupan protein memiliki hubungan yang
d. Hubungan
bermakna dengan tingkat gula darah pada
Asupan
Lemak
Dengan
Tingkat Gula Darah
responden anggota dewan (p<0m05) dengan Tabel 8. Hubungan Asupan Lemak Dengan Tingkat Gula Darah Responden Asupan Lemak Buruk Baik Jumlah
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n % 4 22,2 14 77,8 8 29,6 19 70,4 12 33
Jumlah n 18 27 45
38
% 100 100 100
p
OR 95 % CI
0,735
0,67 (0,17-2,71)
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Uji chi square menunjukkan tidak ada
lemak
bukan
merupakan
faktor
resiko
hubungan yang bermakna tingkat asupan
terhadap tingkat gula darah pada responden
lemak melebihi kebutuhan dengan tingkat
anggota dewan.
gula darah pada responden anggota dewan
e. Hubungan Konsumsi Refined Karbohidrat Dan Hasil Olahannya Dengan Tingkat Gula Darah
(p>0,05) dengan nilai OR=0,67, CI=0,17 – 2,71, hal ini dapat dijelaskan bahwa asupan Tabel 9.
Hubungan Konsumsi Refined Karbohidrat Dan Hasil Olahannya Dengan Tingkat Gula Darah Responden
Asupan Refined KH Buruk Baik Jumlah Dari
uji
square
Jumlah n 12 33 45
% 100 100 100
p
OR 95 % CI
0,254
2,65 (0,64 – 10,96)
menunjukkan
karbohidrat dan hasil olahannya > 5% bukan
sukrosa/ refined karbohidrat tidak memiliki
faktor resiko terhadap terjadinya peningkatan
hubungan yang bermakna dengan tingkat gula
gula darah responden.
darah
f. Hubungan Konsumsi Sayuran Dengan
pada
chi
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n % 5 41,7 7 58,3 7 21,2 26 78,2 12 33
responden
anggota
dewan
(p>0,05), dengan nilai OR=2,65, CI= 0,64-
Tingkat Gula Darah
10,96 hal ini berarti asupan sukrosa/refined Tabel 10. Hubungan Konsumsi Sayuran Dengan Tingkat Gula Darah Responden Konsumsi Sayuran Buruk (<2 porsi) Baik (>2 porsi) Jumlah
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n %
n
%
7
38,9
11
61,1
18
100
5
18,5
22
81,5
36
100
45
100
12
33
Jumlah
Dari uji chi square menunjukkan tidak
p
OR 95 % CI
0,175
2,8 (0,721 – 10,874)
sayuran bukan merupakan faktor resiko
ada hubungan konsumsi sayuran dengan
terhadap terjadinya peningkatan gula darah.
tingkat gula darah pada responden anggota
g. Hubungan Konsumsi Buah Dengan
dewan
(p>0,05),
dengan
nilai
OR=2,8,
Pengendalian Tingkat Gula Darah
CI=0,721 – 10,874, hal ini berarti asupan Tabel 11. Hubungan Konsumsi Buah Dengan Pengendalian Tingkat Gula Darah Konsumsi Buah Buruk (<2 porsi) Baik (>2 porsi)
Jumlah
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n %
n
%
5
50
5
50
10
100
7
20
28
80
35
100
45
100
12
33
Jumlah
39
p
OR 95 % CI
0,175
4 (0,9 – 17,7)
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
Dari
uji
chi
square
ISSN : 1907 - 3887
menunjukkan
asupan buah bukan merupakan faktor resiko
konsumsi buah tidka memiliki hubungan yang
terhadap terjadinya peningkatan gula darah
bermakna dengan tingkat gula darah pada
responden.
responden anggota dewan (p > 0,05) dengan
h. Hubungan Jarak Antar Waktu Makan
nilai OR=4, CI=0,9 – 17,7, hal ini berarti
dengan tingkat Gula Darah
Tabel 12. Hubungan Jarak Antar Waktu Makan dengan tingkat Gula Darah Responden Jarak Waktu Makan Buruk (> 3,5 jam) Baik (2,5 – 3,5 jam) Jumlah
Tingkat Gula Darah Tidak Terkendali Terkendali n % n %
n
%
8
53,3
7
46,7
15
100
4
13,3
26
86,7
30
100
45
100
12
Jumlah
33
p
OR 95 % CI
0,010
7,429 (1,722-32,047)
Jarak waktu makan penderita DM yang
1.722, CI = 1,72-32,4, hal ini berarti
baik setiap 3 jam sekali. Pada penelitian ini,
responden yang memiliki jarak waktu makan
jarak yang digunakan dalam pengendalian
< 2,5 jam atau > 3,5jam memiliki resiko untuk
gula darah 2,5-3,5 jam dikatakan baik, dan
terjadinya peningkatan gula darah tidak
dikatakan
responden
terkendali sebesar 7.429 kali lebih besar
mengkonsumsi < 2,5 jam atau > 3,5 jam. Dari
dibandingkan responden yang memiliki jarak
hasil penelitian ini, jarak waktu makan
waktu makan 2,5-3,5 jam.
buruk
jika
respoden anggota dewan dikatakan buruk
3.
sebab dengan kesibukannya, kadang-kadang
Analisis Multivariat Setelah diuji secara bivariat hasil yang
responden mengkonsumsi makanan setiap 4-5
diperoleh
jam sekali.
multivariate dengan menggunakan uji regresi
Analisis chi square menunjukkan jarak antar
waktu
makan
memiliki
kemudian
diolah
melalui
uji
logistic untuk melihat hubungan yang paling
hubungan
signifikan maka diperoleh hasil sebagai
dengan tingkat gula darah pada responden
berikut :
anggota dean (p < 0,05) dengan nilai OR = Tabel 13. Hasil bivariate antara energi, karbohidrat, protein, lemak, refinet karbohidrat, buah, sayur dan jarak makan dengan tingkat gula darah Variabel
P Value 0,00 0,03 0,01 0,81 0,17 0,06 0,13 0,00
Energi Karbohidrat Protein Lemak Refinet karbohidrat Buah Sayur Jarak Makan Dari hasil di atas lemak memiliki p value
dengan analisis multivariat dan diperoleh hasil
< 0,25 sehingga dikeluarkan dari permodelan, kemudian
dilakukan
perhitungan
sebagai
ulang
40
berikut
:
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Tabel 14. Hasil multivariat antara energi, karbohidrat, protein, refinet karbohidrat, buah, sayur dan jarak makan dengan tingkat gula darah Variabel Energi Karbohidrat Protein Refinetkarbo hidrat Buah Sayur Jarak Makan
Tahap I P Exp B Value 0,03 13,29 0,14 10,01 0,53 2,31 0,61 0,51
Tahap II P Exp B Value 0,03 12,82 0,15 9,55 0,69 1,55
Tahap III P Exp B Value 0,02 14,23 0,09 12,04
Tahap IV P Exp B Value 0,14 16,86 0,06 16,20
Tahap V P Exp B Value 0,01 19,19 0,03 20,25
0,12 0,26 0,47
0,14 0,29 0,42
0,10 0,30 0,30
0,08
9,09
0,02
0,29
2,73
9,20 2,98 2,18
7,78 2,73 2,36
Hasil pengujian secara multivarat yang
8,84 2,60 2,78
14,83
ada tiga variabel yaitu Energi, Karbohidrat
dilakukan dalam lima tahapan diperoleh hasil
dan Buah.
yang signifikan dengan nilai p value < 0,05
PEMBAHASAN
berlebihan,
1. Analisis Bivariat
terdapat pada permukaan sel kurang sehingga
a. Hubungan
Asupan
Energi
namun
reseptor
insulin
yang
jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel lebih
Dengan
sedikit (Asdie,2000)
Pengendalian Tingkat Gula Darah Energi dalam tubuh manusia dihasilkan
Dalam penelitian ini, diperoleh 12
melalui proses metabolisme beberapa zat gizi
penderita DM sebanyak 8 orang (57,1%)
antara lain karbohidrat, protein, lemak dan
dengan tingkat
sumber lain dari berbagai macam bahan
memiliki tingkat gula darah tidak terkendali,
makanan uang dikonsumsi setiap harinya.
sedangkan yang asupan energi/ kalorinya sangat
Dalam proses perubahan menjadi energi, maka
baik dan sesuai dengan kebutuhan yang
bahan makanan tersebut harus dipecah terlebih
dianjurkan bagi penderita DM sebanyak 27
dahulu menjadi bahan dasar seperti glukosa,
orang (87,1%) memiliki tingkat gula darah
dan masuk terlebih dahulu kedalam sel melalui
terkendali, hal ini terbukti dari hasil chi square
proses metabolisme. Di dalam sel, zat makanan
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
terutama glukosa dibakar melalui proses kimia
asupan energi/ kalori yang berlebihan dengan
yang sangat rumit, yang hasil akhirnya adalah
tingkat gula darah pada penderita DM.
asupan energi berlebihan,
Tidak terkendalinya tingkat gula darah
energi disebut proses metabolisme. Dalam sangat
pada penderita DM disebabkan asupan energi/
glukosa
kalori melebihi kebutuhan dianjurkan bagi
kedalam sel yang akan digunakan sebagai
penderita DM, dan rendahnya reseptor hormon
bahan bakar (Syahbudin, 2002).
insulin di permukaan sel yang berfungsi untuk
proses
metabolisme
dibutuhkan
untuk
ini,
insulin
memasukkan
Glukosa merupakan bahan dasar sebagai
membantu glukosa masuk dalam sel sehingga
energi dan proses masuknya glukosa ke dalam
glukosa yang dibentuk dari sumber energi tidak
sel
mampu
membutuhkan
hormon
insulin
yang
menuju
sel-sel
organ
yang
membutuhkan (Suyono,1999).
dihasilkan kelenjar pancreas. Pada penderita
Tidak terkendalinya tingkat gula darah
DM tipe 2 memiliki jumlah insulin normal atau
pada penderita DM disebabkan tingginya
41
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
produksi glukosa yang berasal dari asupan
penderita DM yang asupan karbohidratnya
energi yang melebihi kebutuhan sehingga tidak
sesuai kebutuhan. Hasil penelitian ini sesuai
mampu diserap dan diedarkan ke dalam sel-sel
dengan penelitian Waspadji et al. (2003) bahwa
yang membutuhkan, sebab rendahnya reseptor
setiap bahan makanan memiliki pengaruh yang
insulin. Pda penelitian ini, diperoleh hasil 9 kali
berbeda terhadap peningkatan gula darah, sebab
lebih besar untuk mengalami peningkatan gula
bahan makanan itu sendiri memiliki struktur
darah tak terkendali dibandingkan dengan
kimiawi yang berbeda, baik cara memasak dan
responden yang memiliki asupan energinya
menyajikannya
sesuai
kimiawinya.
kebutuhan
yang
dianjurkan
oleh
PERKENI.
dapat
mempengaruhi
sifat
Pada penelitian ini, diperoleh responden yang
b. Hubungan Asupan Karbohidrat Dengan
memiliki
asupan
karbohidrat
buruk
sebesar 2 orang (33,3%) dari kebutuhan dapat
Tingkat Gula Darah Mekanisme penurunan glukosa darah oleh
terkendali
tingkat
insulin melalui peningkatan laju penggunaan
responden
yang
glukosa menjadi oksidasi glikogenesis yaitu
kebutuhan sebesar 1 orang (16,65%), hal ini
proses pembentukan glikogen dari glukosa.
disebabkan status gizi responden dalam status
Pada penderita DM memiliki kekurangan
gizi lebih/obesitas sehingga simpananglukosa
reseptor insulin yang menyebabkan rendahnya
yang berupa lemak tubuh dapat digunakan,
jumlah glukosa yang masuk kedalam sel dan
sehingga responden masih dapat mengenalikan
rendahnya laju oksidasi glikogenesis untuk
tingkat gula darah sebab lemak tubuh dipecah
merubah glukosa menjadi glikogen yang akan
lalu responden mengalami penurunan berat
disimpan di hati dan otot sebagai cadangan
badan. Menurut penelitian Heilbron et al,
energi. Tingginya asupan karbohidrat dan
(2002) penurunan berat badan pada penderita
rendahnya resptor insulin menyebabkan glukosa
DM dengan status obsetitas dapat mengontrol
yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat
tingkat
yang dikonsumsi dalam jumlah yang melebihi
lipoproteinnya, atau asupan karbohidrat kurang
kebutuhan
meningkat
namun asupan lemaknya lebih dari kebutuhan
dipembuluh darah dan tidak dapat dikendalikan
maka tingkat gula darah akan tetap dapat
dalam batas-batas normal. Hal ini sesuai dengan
terkendali dengan diubahnya lemak menjadi
penelitian yang menunjukkan bahwa penderita
glukosa.
DM
c. Hubungan
yang
akan
asupan
semakin
karbohidrat
melebihi
kebutuhan memliki risiko 7,75 lebih besar tidak dapat
darah
Asupan
dan
kurang
dari
metabolisme
Protein
Dengan
Tingkat Gula Darah
dibandingkan dengan penderita DM yang
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, untuk
asupan karbohidratnya sesuai kebutuhan. Hasil
proses pertumbuhan dan sebagai sumber energi
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
selain karbohidrat dan lemak. Protein terdiri
menunjukkan bahwa penderita DM yang asupan
dari 2 jenis yaitu protein hewani dan protein
karbohidrat melebihi kebutuhan memiliki risiko
nabati. Pada masyarakat indonesia sumber
7,75 lebih besar tidak dapat mengendalikan
utama protein dari jenis nabati yang berupa
darah
gula
asupannya
terdapat
Protein merupakan sumber asam amino
gula
tingkat
darahnya
darah
tingkat
mengendalikan
gula
gula
dibandingkan
dengan
42
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
kacang-kacangan yang relatif murah harganya
sehingga tingkat gula darah penderita DM
dan mudah didapat.
semakin
meningkat.
Sedangkan
menurut
Pada penelitian ini, diperoleh hasil pada
Almatsier (2003), pada penederita DM yang
responden penderita DM mengkonsumsi protein
mengkonsumsi protein melebihi kebutuhan
lebih dari kebutuhan yang dianjurkan 9 orang
yang dianjurkan, maka protein yang berlebihan
(47,4%). Sehingga memiliki tingkat gula darah
akan disimpan dalam bentuk lemak dalam
yang tidak terkendali, dan yang terkendali
tubuh, dan digunakan sebagai subtrat untuk
sebanyak 23 orang (88,5%), dari uji chi square
untuk proses glikoneogenesis. Pada penelitian
menunjukkan
bermakna
ini, responden dengan asupan protein melebihi
terhadap tingkat asupan protein dengan tingkat
kebutuhan dan memiliki tingkat gula darah
gula darah. Adanya hubungan yang bermakna
terkendali sebanyak 10 orang (52,6%), hal ini
antara tingkat konsumsi protein dengan tingkat
disebabkan asupan protein responden melebihi
gula darah disebabkan protein digunakan
kebutuhan
sebagai sumber energi jika ketersediaan sumber
mencukupi kebutuhan yang dianjurkan terutama
energi dari sumber lain seperti dari karbohidrat
dari karbohidrat dan lemak.
dan lemak tidak mencukupi lewat proses
d. Hubungan
hubungan
yang
glikoneogenesis.
namun
asupan
Asupan
energi/kalorinya
Lemak
Dengan
Tingkat Gula Darah
Menurut Djojosoebagio (1996) bahwa
Fungsi utama lemak sebagai sumber
pencernaan protein menghasilkan asam amino,
energi dan memiliki nilai kalori yang paling
dan sebagian besar asam amino digunakan
tertinggi dibandingkan dengan zat gizi yang lain
untuk pembangunan protein tubuh. Jika energi
yaitu mengandung 9 kilo kalori setiap 1 gram
tidak cukup tersedia dari sumber karbohidrat
lemak.
dan lemak, maka kebutuhan energi dipenuhi
Dari uji chi square menunjukkan tidak ada
dari sebagian asam amino yang dipecah melalui
hubungan terhadap asupan lemak dengan
jalur glikoneogenesis dimana glukosa dipecah
tingkat gula darah. Dari hasil penelitian tidak
menjadi energi sehingga terdapat kejadian pada
menunjukkan hubungan yang nyata, meskipun
responden penderita DM yang mengkonsumsi
demikian secara teori dijelaskan bahwa asupan
protein melebihi kebutuhan yang dianjurkan
lemak berlebihan akan menimbulkan suplai
PERKENI memiliki tingkat gula darah yang
lemak yang berlebihan dalam hati, dan melalui
tidak terkendali, hal ini disebabkan asupan
proses lipogenesis dengan bantuan very low
protein yang berlebihan dapat menyebabkan
density
degradasi asam amino yang berlebihan dan
disimpan
mengakibatkan precursor glukosadan asetil-
gliserol diubah menjadi glukosa melalui proses
CoA yang akan digunakan sebagai sumber
glikoneogenesis (Almatsier, 2003).
energi (Linder, 1985).
lipoprotein di
(VLDL)
jaringan
lemak
adiposa,
akan
sedangkan
Pada penelitian ini, responden yang
Menurut Asdie (2000), penderita DM
menderita DM dengan asupan lemak sesuai
yang tidak dapat mengendalikan tingkat gula
kebutuhan memiliki tingkat gula darah tidak
darahnya, maka protein tubuh akan dipeceh
terkendali sebanyak 4 orang (22,2%) hal ini
menjadi asam amino, yang akan digunakan
disebabkan
sebagai substrat untuk proses glikoneogenesis
kelainan patologis yang berupa rendahnya
43
pada
penderita
DM
dijumpai
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
reseptor insulin, yang dapat menimbulkan
dengan nilai OR=2,65, CI=0,64-10,96, hal ini
rendahnya tingkat gula darah dalam sel-sel
berarti asupan refinet karbohidrat adalah bukan
tubuh, hal ini yang mendorong terjadinya proses
merupakan faktor resiko terjadinya tingkat gula
glikoneogenesis untuk memobilisasi cadangan
darah tidak terkendali pada responden.
lemak tubuh dakam menghasilkan glukosa yang
Meskipun
demikian
secara
teori
sangat dibutuhkan oleh sel-sel tubuh, sehingga
menyebutkan bahwa Refined karbohidrat adalah
dalam proses ini terjadi peningkatan kadar
bahan makanan yang mengandung indeks
glukosa
glikemik tertinggi dan diserap tubuh langsung
darah
responden
dalam
yang
tubuh.
lemak
menjadi lemak, bahan ini disebut sukrosa/gula
buruk/berlebih dan tingkat gula darah terkendali
murni. Dalam 100 gram gula mengandung 351
terdapat 5 orang (41,6%) hal ini disebabkan
kalori. Gula dalam proses pencernaan cepat
asupan
diabsorpsi
lemak
memiliki
Sedangkan
berlebih
asupan
namun
asupan
oleh
saluran
pencernaan
dan
karbohidrat kurang maka tingkat gula darah
langsung diserap oleh tubuh masuk ke dalam
akan tetap dapat terkendali dengan diubahnya
aliran darah, sehingga kadar glukosa dalam
lemak menjadi glukosa. Pada penelitian ini juga
darah meningkat dengan cepat. Pada penderita
diperoleh responden yang
menderita DM
DM, terjadi kelainan patalogis sebagai efek dari
memiliki asupan lemak buruk/kurang dari
kurangnya insulin yang berakibat berkurangnya
kebutuhan
gula
pemachian glukosa oleh sel-sel tubuh, jika
darahnya sebesar 2 orang 16,6%. Hal ini sesuai
responden menyuchi konsumsi gula dan hasil
dengan penelitian yang dilakukan Heilbronn, et
olahannya akan menyebabkan peningkatan
al,
kadar glukosa darah (Soegondo, et al., 2002).
dapat
(2002)
terkendali
yang
tingkat
membuktikan
dengan
pemberian diet rendah lemak dan tinggi
Dari hasil recall 3x 24 jam, responden
karbohidrat komplek, serta menghindari bahan
anggota dewan mengkonsumsi sukrosa > 5%
makanan yang tinggi indeks glikemiknya, dapat
yang melebihi kebutuhan sebesar 26 orang
menurunkan tingkat gula darah pada responden
(78,8 %) pada mereka yang memiliki tingkat
penderita DM yang memiliki tingkat gula darah
gula darah yang terkendali, hal ini disebabkan
tidak terkendali.
responden diimbangi dengan asupan sayur dan
e. Hubungan Konsumsi Refined Karbohidrat Dan Hasil Olahannya Dengan Tingkat Gula Darah
buah sebagai sumber serat, Hal ini menurut Linder (1985), meningkatnya konsumsi serat menguntungkan tubuh dalam menggunakan
Dari hasil recall 3x24 jam, responden
jenis karbohidrat sebagai sumber energi sebab
anggota dewan mengkonsumsi sukrosa > 5%
serat dapat memperlambat gerak laju glukosa
yang melebihi kebutuhan sebesar 5 orang
dari lambung ke usus kecil dan melawan
(41,7%) terdapat pada responden yang memiliki
peningkatan konsentrasi gula darah yang cepat
tingkat gula darah tidak terkendali, dan yang
setelah makan gula murni.
baik sebesar 7 orang (58,3%) pada mereka yang
f. Hubungan Konsumsi Sayuran Dengan
memiliki tingkat gula darah yang terkendali. Dari
uji
sukrosa/refined
chi
square
karbohidrat
Tingkat Gula Darah
menunjukkan tidak
Sayuran
memiliki
merupakan
sumber
vitamin,
mineral dan serat. Serat makanan sering disebut
hubungan yang bermakna dengan tingkat gula
sebagai
darah pada responden anggota dewan (p>0,05)
44
karbohidrat
analog
yang
resisten
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus
penderita DM seperti serat (Harland, et al,.
halus dengan fermentasi lengkap atau partial
2001).
pada usus besar. Serat makanan meliputi pati,
g. Hubungan
polisakarida, oligoshakarida, lignin dan bagian
Konsumsi
Buah
Dengan
Tingkat Gula Darah
tanaman yang lainnya. Secara fisik serat terbagi
Dari uji chi square menunjukkan konsumsi
2 yaitu serat bentuk larut dan serat tidak larut.
buah tidak memiliki hubungan yang bermakna
Hasil penelitian pada anggota dewan
dalam mengendalikan tingkat gula darah pada
dengan tingkat gula darah tidak terkendali
responden anggota dewan (p>0,05) dengan nilai
memiliki tingkat konsumsi sayuran kurang dari
OR=4, CI=0,9 – 17.7, walaupun secara teori
kebutuhan yang dianjurkan sebanyak 7 orang
menurut pendapat Waspadji, et al (2003) bahwa
(38,9%) dan responden yang memiliki tingkat
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat gula
gula darah yang terkendali sebanyak 11 orang
darah adalah kandungan serat, adanya zat anti
(61,1%). Dari hasil uji chi square tidak terdapat
nutrien, bentuk fisik bahan makanan, cara
hubungan yang bermakna antara konsumsi
pengolahan bahan makanan, besar partikel pada
sayuran dengan tingkat gula darah responden.
pati, dan adanya interaksi antara protein dengan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
zat pati. Bahan makanan yang memiliki indeks
serat tidak memiliki pengaruh langsung kepada
glikemik
peningkatan Gula Darah setelah dikonsumsi,
dibandingkan bahan makanan yang lain, lalu
namun demikian memiliki peranan dalam
diikuti dari golongan kacang-kacangan.
pengendalian tingkat gula darah.
paling
rendah
adalah
buah
Pada penelitian ini, dari hasil recall
Pada penelitian ini pada anggota dewan
diperoleh responden yang Asupan buah < 2
dengan tingkat gula darah terkendali, memiliki
porsi setiap hari dengan kadar gula darah
asupan sayuran sesuai dengan kebutuhan yang
terkendali sebesar 5 orang (50%) hal ini
dianjurkan sebanyak 22 orang (81,5%), hal ini
dimungkinkan responden juga mengkonsumsi
dapat dijelaskan bahwa mekanisme serat yang
serat yang berasal dari suplement karena dalam
tinggi dapat memperbaiki tingkat gula darah
recall tidak ditanyakan tentang penggunaan
sebab serat dapat mempengaruhi kecepatan
suplement.
penyerapan makanan (karbohidrat) masuk ke
asupan buah sesuai dianjurkan dengan tingkat
dalam aliran darah yang dikenal dengan indeks
gula darah yang tidak terkendali sebesar 7 orang
glykemik (GI) yang memiliki angka dari 0-100,
(20 %) hal ini dapat dijelaskan bahwa
dimana makanan yang cepat dirombak dan
responden juga memiliki asupan yang tinggi
cepat diserap masuk ke aliran darah memiliki
berasal
angka
dapat
selingan yang memiliki kandungan lemak yang
meningkatkan tingkat gula darah seperti bahan
sangat tinggi, sehingga kadar gula darahnya
makanan yang berasal dari tepung-tepungan dan
tidak terkendali.
gula murni serta hasil olahannya. Sebaliknya
h. Hubungan Jarak Antar Waktu Makan
GI
yang
tinggi,
sehingga
bahan makanan yang lambat dirombak dan
Sedangkan
dari
responden
refinedkarbohidrat
dan
dengan
jenis
Dengan Tingkat Gula Darah
lambat diserap masuk ke dalam aliran darah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
memiliki angka GI yang sangat rendah sehingga
dalam rangka mempertahankan tingkat gula
dapat membantu menurunkan tingkat gula darah
darah penderita DM adalah melalui pengaturan
45
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
makanan yang meliputi jumlah zat gizi, jenis
memerlukan tenaga / energi. Energi yang
makanan yang dikonsumsi dan jadual makan.
diperlukan itu didapat dari energi potensial
Dalam penelitian ini, diperoleh responden
yaitu energi yang tersimpan dalam bahan-bahan
penderita DM memiliki tingkat gula darah tidak
makanan berupa energi kimia, dimana energi
terkendali disebabkan jarak waktu makan yang
tersebut
dianut tidak sesuai dengan anjuran PERKENI.
mengalami proses metabolisme dalam tubuh.
Dari hasil uji chi square tidak menunjukkan
Karbohidrat
hubungan secara nyata antara tingkat gula darah
memenuhi keperluan akan energi. Karbohidrat
dengan jarak antar waktu makan. Hal ini
akan diabsorbi tubuh dalam bentuk glukosa
disebabkan jadual makan yang baik tidak
dalam proses metabolisme.
akan
akan
adalah
dilepaskan
makanan
setelah
yang
dapat
diikuti dengan jumlah porsi makan yang
Dalam proses metabolisme ini insulin
dianjurkan, dapat mengakibatkan asupan zat
sangat dibutuhkan untuk memasukkan ke dalam
gizi seperti energi, karbohidrat dan lemak
sel yang akan digunakan sebagai bahan bakar.
melebihi kebutuhan yang dianjurkan. Penderita
Insulin menyebabkan glukosa dan bahan nutrisi
DM sebaiknya makan secara teratur, dengan
lain masuk kedalam sel hati dan otot atau
frekuensi makan lebih sering dan porsi kecil
dibakar menjadi energi. Jadi bisa dipahami bila
yang dibagi 3 kali makanan pokok dan 3 kali
insulinkurang atau sel resisten terhadap insulin,
makan delingnan/snack, hal ini untuk mencegah
kadar gula darah akan meningkat.
fluktuasi tingkat gula merah. (Asdie, 2000).
Sedangkan buah dalam analisis multivariat juga memiliki hubungan yang
2. Analisis Multivariat
signifikan
Hasil analisis multivariat menunjukkan
terhadap tingkat gula darah karena buah selain
terdapat 3 variabel yang mempengaruhi tingkat
memiliki indeks glikemik sangat rendah, juga
gula darah, yaitu variabel energi, karbohidrat
memiliki kandungan serat yang sangat tinggi,
dan bauah. Kombinasi tiga variabel ini terbukti
sehingga dapat menimbulkan rasa kenyang dan
memberikan pengaruh terhadap tingkatgula
puas yang membantu pengendalian nafsu
darah dengan p value <0,05. Hal ini dapat
makan dan dapat membantu menghindari
dijelaskan bahwa responden dengan asupan
asupan energi yang berlebihan (Soegondo et al,
karbohidrat melebihi dari kebutuhan akan
2002). Pada penelitian ini, responden yang tidak
semakin meningkatkan tingkat gula darah dan
terkendali tingkat gula darahnya cenderung
tidak dapat dikendalikan dalam batas normal.
memiliki asupan energi yang berlebihan dari
Keadaan seperti di atas dibenarkan dengan
perhitungan, sebab responden ini cenderung
penelitian yang dilakukan oleh Waspadji et al
merasa lapar akibat sel-sel yang kekurangan
(2003) bahwa setiap bahan makanan memiliki
glukosa. Hal ini juga Menurut Linder (1985)
pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan
meningkatnya
gula adarah sebab bahan makanan itu sendiri
menguntungkan tubuh dalam menggunakan
memiliki struktur kimia yang berbeda.
karbohidrat sebagai sumber energi sebab serat
Variabel energi, karbohidrat
dan buah
konsumsi
serat
akan
dapat memperlambat gerak laju glukosa dari
memiliki hubungan yang signifikan terhadap
lambung
kadar gula darah, hal ini dapat di jelaskan
peningkatan konsentrasi gula darah.
bahwa dalam melakukan fungsinya tubuh
46
ke
usus
kecil
dan
melawan
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S, (2003), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Jakarta Asdie, A.H, (2000), Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. Edisi 1, cetakan 1, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta Direktur Gizi Masyarakat Direktorat Jendral Bina Kesehatan RI, Peran Diit Penanggulan Pekan Diabetes Tanggal 25-27 Maret 2003. Gsianturi, Kelebihan Karbohidrat Penyebab Diabetes, Hhttp://www.Suarapembaharuan.co.id, Senin 21 Februari 2005. Hiswani (2007), Peranan Gizi Diabetes, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Harland, B.F. Oberleas, D (2001), Effect Of Diatary Fiber and Phytate on the Homeostasis and Bioavailability Of Mineral, CRC Press, Boca Raton Heilbronn, L.K Noakes, M. Clifton, P.M (2002) The Effect Of High and Low Glycemic Indekx Energy Restricted Diet on Plasma Lipid and Glucose Profile in Type 2 Diabetic Subject with Varying Glycemic Control, Journal of the American College of Nutrition, Vol. 21, No. 2, pp 120-127 Hu, F.B. Manson, J.E, Stampfer, M.J Colditz, G.Liu, S. Solomom, C.G. Willett, W.C (2001), Diet Lifestyle and the Risk of Type 2 Diabetes Mellitus in Women, Origin Article, Vol 345: pp 790-797 Karyadi, E (2002) Kiat Mengatasi Penyakit Diabetes, Hiperkolesterolemia, Stroke, Cetakan pertama, PT Intisari, Mediatama, Jakarta. Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia (2002), Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Semarang, Oktober, 2002. Murtiwi S, (2003). Terapi Oad dan Insulin pada Diabetes Melitus, Modul Pelatihan Edukator Diabetes Melitus bagi Dokter Puskesmas, Perawat dan Ahli Gizi Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2002), Konsensus Pengolahan Diabates Melitus di Indonesia. Posted, G.J (2002) Manfaat serat makanan bagi kesehatan, makalah falsafah Sains, Institut Pertanian Bogor, Mei 2002. Pranoto A, 2003. Olahraga pada Diabetes Melitus. Modul Pelatihan Edukator Diabetes Melitus bagi Dokter Puskesmas Soegondo, S Sukardji, K (2002) Sukrosa dan Diabetes Melitus, cetakan 2, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Dr. Cipto Mangunkusomo FKUI, Jakarta Suyono, S (2002) Pengaturan Makan dan Pengendalian Glukosa Darah, cetakan 2, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo FKUI, Jakarta
Sudarminingsih, S (2006) Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Sindroma Matabolik pada Karyawan PT Unocal Oil Company di Offshore, Prosiding Temu Ilmiah Asdie, Semarang Siswono (2003), Bawang merah dan makanan sarat serat, untuk tururnkan kadar gula darah . Tjokroprawinoto (2006). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Waspadji, S (1999) Diabetes Melitus, mekanisme dasar dan pengelolaan yang rasional, Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Dr Cipto Mangunkusumo FKUI, Jakarta Waspadji, S, Suyono, S, Sukardji, K, Moenarko, M (2003), Indeks Glikemik berbagai makanan Indonesia , Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Wibisono S (2003) Perawatan Kaki Penderita Diabetes Melitus. Modul Pelatihan Edukator Diabetes Melitus bagi dokter puskesmas, perawat dan ahli gizi
Vol. X Nomor 2 April 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887