HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG PUSKESMAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELAKUKAN PERAWATAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP SRAGI I KABUPATEN PEKALONGAN Muhammad Itsna Zaim Abstrak Pemerintah meningkatkan fungsi dan peran puskesmas sebagai pelayanan kesehatan rawat inap. Pemanfaatan puskesmas rawat inap saat ini masih kurang. Masyarakat cenderung memilih rumah sakit umum termasuk untuk penangan penyakit ringan. Penelitian ini mengetahui hubungan persepsi tentang puskesmas rawat inap dengan pengambilan keputusan melakukan perawatan di Puskesmas Rawat Inap Sragi I Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian menggunakan deskripsi korelasi pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 55 pasien rawat ianp. Alat pengumpulan data adalah kuesioner. Analisa data menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan 52,7% orang mempunyai persepsi kurang tentang puskesmas rawat inap dan 56,4% orang mempunyai pengambilan keputusan yang kurang dalam perawatan. Ada hubungan persepsi tentang puskesmas rawat inap dengan pengambilan keputusan perawatan di Puskesmas Rawat Inap Sragi I Kabupaten Pekalongan dengan value sebesar 0,024. Dinas Kesehatan Pekalongan perlu meningkatkan sosialisasi tentang pemanfaatan puskesmas rawat inap, sehingga masyarakat mempunyai informasi yang baik tentang puskesmas rawat inap. Kata kunci : Persepsi, Pengambilan Keputusan, Puskesmas Rawat Inap
Jawa Tengah, 2008). Pelayanan kesehatan
PENDAHULUAN Masyarakat dapat meningkatkan derajat
merupakan produk dalam bentuk jasa sehingga
kesehatan dengan menggunakan fasilitas Pusat
setiap
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pusat
ditawarkan dari satu pihak ke pihak lain (Lubis
Kesehatan
2009, h.13).
Masyarakat
(Puskesmas)
merupakan sarana pelayanan masyarakat di tingkat
dasar.
Puskesmas
tindakan
atau
perbuatan
dapat
Pemerintah mengembangkan fungsi dan
terdiri
dari
peran
puskesmas
rawat inap
puskesmas
Puskesmas
Perawatan,
Puskesmas
Non
perawatan
Perawatan,
Puskesmas
Pembantu,
dan
puskesmas yang diberikan tambahan ruangan
Puskesmas Keliling (Dinas Kesehatan Propinsi
dan fasilitas untuk menolong pasien gawat
1
atau
menjadi
yaitu
suatu
darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas
2008, h.60).
maupun rawat inap sementara (Effendi &
yang dikemukakan oleh Schuman (1998,
Makfudli 2009, h.281). Puskesmas rawat inap
dalam Notoatmodjo 2010, h.96) menekankan
saat ini pemanfaatannya masih kurang dan
pada pendekatan sosial untuk mempelajari
kurang
cenderung
perilaku sakit dengan memfokuskan pada dua
memilih rumah sakit umum termasuk untuk
faktor yaitu persepsi dan kemampuan individu
penangan penyakit ringan, sehingga rumah
melawan sakit.
dimintai.
Masyarakat
Menurut Teori Perilaku Sakit
sakit umum mengalami kelebihan pasien.
Kebutuhan akan pelayanan kesehatan
Masyarakat datang ke puskesmas rawat inap
terutama rawat inap di masyarakat cukup
hanya untuk pelayanan kesehatan dasar seperti
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien
demam, sakit gigi (Aulia, 2010).
yang
tidak
tertampung
di
rumah
sakit
Pasien dalam memanfaatkan puskesmas
pemerintah maupun swasta. Masyarakat harus
rawat inap dapat dipengaruhi oleh persepsi
melakukan waiting list untuk memperoleh
terhadap puskesmas. Rendahnya penggunaan
pelayanan rawat inap di rumah sakit. Sistem
fasilitas
puskesmas
rujukan yang ada telah disusun berjenjang dari
seringkali dipengaruhi faktor jarak antara
level puskesmas hingga ke RS provinsi.
fasilitas kesehatan dengan masyarakat yang
Sistem rujukan yang telah disusun ini tidak
terlalu jauh, tarif tinggi, pelayanan yang tidak
secara signifikan memberikan peningkatan
memuaskan dan sebagainya dan melupakan
jumlah pasien rawat inap di puskesmas.
faktor masyarakat itu sendiri, diantaranya
Pemerintah sudah mengembangkan fasilitas
persepsi (Notoatmodjo 2010, h.92).
pelayanan kesehatan rawat inap di Puskesmas
kesehatan
Perilaku memanfaatkan
seperti
seseorang puskesmas
dapat
dalam
namun pada kenyataannya warga enggan
dilihat
datang dengan berbagai sebab dan alasan.
menggunakan Health Belief Model (HBM) yaitu
suatu
model
mendorong
Rawat Inap Kabupaten Pekalongan tahun 2015
masyarakat melakukan tindakan ke arah
sebanyak 7.025 orang terdiri dari Puskesmas
kesehatan yang positif. Model ini menekankan
Kesesi I sebanyak 3.299 orang (46,96%),
peranan persepsi kerentaan terhadap suatu
Puskesmas Sragi I sebanyak 1.275 orang
penyakit dan keefektifan potensial dalam
(18,14%), Puskesmas Doro I sebanyak 1.078
pengobatan (Bensley 2005, h.8). Pemanfaatan
orang (14,34%), Puskesmas Karangdadap
layanan kesehatan masyarakat ditentukan oleh
sebanyak 673 orang (9,62%), Puskesmas
proses
Paninggaran sebanyak 337 orang (4,79%),
pengambilan
untuk
Jumlah pasien rawat inap di Puskesmas
keputusan
(Sudarma
2
Puskesmas Kadangserang sebanyak 275 orang
puskesmas rawat inap dengan pengambilan
(3,91%)
keputusan
dan
Puskesmas
Petungkriyono
sebanyak 88 orang (1,25%).
melakukan
perawatan
di
Puskesmas Rawat Inap Sragi I Kabupaten
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Pekalongan.
Sragi I, walaupun secara peringkat jumlah
.
pasien rawat inap di Puskesmas Sragi I berada
METODE PENELITIAN
pada urutan kedua setelah Puskesmas Kesesi I,
Penelitian
namun bila dilihat dari lokasi geografis
mengetahui
Puskesmas Sragi I lebih jauh dari pusat
yang
dilakukan
hubungan
untuk
persepsi
tentang
puskesmas rawat inap dengan pengambilan
pemerintahan Kabupaten Pekalongan yang
keputusan
menyediakan fasilitas kesehatan seperti rumah
melakukan
perawatan
di
Puskesmas Rawat Inap Sragi I Kabupaten
sakit umum daerah namun jumlah pasien rawat
Pekalongan, sehingga desain penelitian yang
inap di Puskesmas Sragi I lebih sedikit
digunakan
daripada Puskesmas Kesesi I. Jumlah pasien di
adalah
deskriptif
korelasi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
Puskesmas Sragi I pada tahun 2015 sebanyak
ini adalah cross sectional.
3.308 orang terdiri dari 1.275 orang (38,54%) yang menjalani rawat inap dan 2.033 orang
POPULASI DAN SAMPEL
(61,45%) menjalani rawat jalan.
Populasi dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
seluruh pasien rawat inap di Puskesmas Sragi I
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
Kabupaten Pekalongan. Jumlah pasien rawat
judul “Hubungan Persepsi Tentang Puskesmas dengan
inap pada tahun 2015 sebanyak 1.275 orang
Pengambilan Keputusan Melakukan
atau rata-rata sebanyak 107 orang setiap
Perawatan di Puskesmas Rawat Inap Sragi I
bulannya.
Kabupaten Pekalongan” Sampel dalam penelitian adalah pasien
Rumusan masalah penelitian ini adalah
rawat inap di Puskesmas Sragi I Kabupaten
“Apakah terdapat hubungan persepsi tentang
Pekalongan sebanyak 55 orang.
puskesmas rawat inap dengan pengambilan keputusan
melakukan
perawatan
Teknik
di yaitu
Pekalongan?”
persepsi
pengambilan
mengambil
Tujuan umum penelitian ini untuk hubungan
sampel
menggunakan teknik accidental sampling
Puskesmas Rawat Inap Sragi I Kabupaten
mengetahui
pengambilan
kasus
sampel atau
dengan
cara
responden
yang
kebetulan tersedia (Notoatmodjo 2010, h.125).
tentang
Peneliti mengambil sampel penelitian yang 3
tersedia
pada
saat
dilakukan
penelitian
HASIL PENELITIAN DAN
sebanyak 55 orang selama 2 (dua) minggu.
PEMBAHASAN
Etika penelitian terdiri dari 1) Informed
Hasil Penelitian
Consent, 2) Anonimity dan 3) Confidentiality Penelitian
ini
menggunakan
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Persepsi Tentang Puskesmas Rawat Inap di Puskesmas Sragi I Kabupaten Pekalongan
alat
pengumpulan data berupa kuesioner. Peneliti dalam melakukan pengumpulan menggunakan teknik
angket
dengan
kuesioner
pada
responden
untuk
cara
memberikan
responden dan mengisi
Persepsi Baik Kurang Total
meminta
jawaban
pada
kuesioner Pengolahan
data
melalui
Frek (n) 26 29 55
(%) 47,3 52,7 100
langkahTabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengambilan Keputusan Perawatan di Puskesmas Sragi I Kabupaten Pekalongan
langkah editing, coding, processing dan cleaning Notoatmodjo (2010, hh. 176-177). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat meliputi
Pengambilan Keputusan Baik Kurang Total
distribusi frekuensi tentang persepsi dan pengambilan keputusan dan bivariat untuk untuk mengetahui hubungan persepsi tentang
Frek (n)
(%)
24 31 55
43,6 56,4 100
puskesmas rawat inap dengan pengambilan keputusan
melakukan
perawatan
di
Puskesmas Rawat Inap Sragi I Kabupaten
Tabel 5.3. Hubungan Persepsi Tentang Puskesmas Rawat Inap dengan Pengambilan Keputusan Perawatan di Puskesmas Sragi I Kabupaten Pekalongan
Pekalongan. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square yaitu semua hipotesis untuk variabel kategorik tidak berpasangan (Dahlan 2010, h.19). Hasil uji chi square diperoleh ρ value 0,024 < 0,05 yang berarti ada hubungan persepsi tentang puskesmas rawat inap dengan pengambilan keputusan melakukan perawatan di
Puskesmas Rawat
Inap Sragi I Kabupaten Pekalongan. Hasil Pembahasan 1. Persepsi Tentang Puskesmas Rawat Inap 4
Hasil penelitian menunjukkan lebih
Pengalaman
seseorang
dari separuh (52,7%) orang mempunyai
puskesmas
perspsi kurang tentang puskesmas rawat
diperoleh dari diri sendiri tetapi dapat juga
inap.
tentang
diperoleh dari orang lain. Pasien yang
jenis
mempunyai persepsi yang baik tentang
pelayanan rawat inap yang dapat diberikan
puskesmas rawat inap telah mengetahui
oleh puskesmas rawat inap. Hal ini dapat
dari pengalaman orang lain yang sudah
diketahui dari distribusi frekuensi bahwa
memanfaatkan puskesmas untuk perawatan
terdapat 11 orang (20%) yang menjawab
rawat inap.
Persepsi
puskesmas
setuju
yang
rawat
bahwa
kurang
inap
pasien
seperti
tidak
tidak
hanya
2. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Rawat Inap
seperti tipes atau diare. Persepsi yang kurang tentang puskesmas rawat inap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dapat disebabkan kurangnya intensitas
lebih
pemberian stimulus berupa informasi.
dari
separuh
(56,4%
orang
mempunyai pengambilan keputusan yang
Pemerintah daerah saat ini masih
kurang
kurang memberikan sosialisasi tentang
baik
dalam
puskesmas rawat inap.
pemanfaatan puskesmas sebagai rawat
perawatan
di
Pengambilan
keputusan yang kurang dalam perawatan di
inap, di sisi lain masyarakat masih
puskesmas rawat inap dapat disebabkan
mempunyai persepsi bahwa puskesmas
responden masih dalam tahap pengalaman
hanya memberikan perawatan bagi pasien
atau pengenalan gejala. Hasil penelitian
rawat jalan.
menunjukkan bahwa 14 orang (25,5%)
Pasien yang mempunyai persepsi
tidak merasakan bahwa gejala penyakit
yang baik tentang puskesmas rawat inap disebabkan
pengalaman
yang sedang diderita membutuhkan rawat
dari
inap.
keluarga atau orang-orang di sekitar dalam memanfaatkan
puskesmas
diketahui bahwa setuju
yang
sedang
sakit
membutuhkan pengobatan atau perawatan di puskesmas rawat inap atau tidak. Gejala
30 orang (54,5%) bahwa
Seseorang
mengenali gejala penyakit dalam tubuhnya
sebagai
puskesmas rawat inap. Hasil penelitian
menyatakan
inap
dapat
memberikan penanganan pada penyakit
dapat
rawat
tentang
penyakit dapat dianggap sebagai ancaman
responden
namun belum membutuhkan pengobatan
mendapatkan informasi tentang puskesmas
seperti perawatan di puskesmas rawat inap.
rawat inap dari tetangga.
5
Pengambilan
keputusan
tentang
yang
mempunyai
persepsi
kurang
perawatan yang baik dapat disebabkan
berpeluang sebesar 4,3 kali mempunyai
responden sudah mencapai pada tahap
pengambilan keputusan yang kurang dalam
membutuhkan pelayanan kesehatan untuk
perawatan
mengatasi gejala penyakit yang dirasakan.
dibandingkan orang
Pasien yang sudah mencapai tahap ini
persepsi baik. Hasil penelitian ini sesuai
dapat disebabkan
dengan teori Health Belief Model (HBM)
adanya
pengalaman
di
puskesmas yang
inap
mempunyai
sebelumnya dalam memperoleh pelayanan
dalam
rawat inap atau dari pengalaman orang
menyatakan bahwa suatu model untuk
lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mendorong
37 orang (67,3%) mencari informsi tentang
tindakan ke arah kesehatan yang positif.
puskesmas rawat inap. Terdapat 39 orang
Model ini menekankan peranan persepsi
(70,9%) yang mendapatkan informasi dari
terhadap suatu penyakit dan keefektifan
keluarga dan disarankan oleh keluarga
potensial dalam pengobatan.
untuk melakukan rawat inap. Pasien akan mencari
informasi
tentang
(Bensley
rawat
2005,
h.8)
masyarakat
yang
melakukan
Pasien yang mempunyai persepsi
pelayanan
yang baik tentang puskesmas rawat inap
kesehatan yang dapat digunakan untuk
seperti jenis pelayanan, jenis penyakit yang
melakukan perawatan terhadap penyakit
dapat diberikan perawatan dan fasilitas
baik kepada petugas kesehatan, tetangga
pendukung,
atau keluarga.
pertimbangan dalam pencarian pemecah
dapat
digunakan
sebagai
masalah perawatan kesehatan. 3. Hubungan Persepsi Tentang Puskesmas Rawat Inap dengan Pengambilan Keputusan Perawatan
SIMPULAN 1. Persepsi tentang puskesmas rawat inap
menunjukkan bahwa lebih dari separuh
value sebesar 0,024 < 0,05, yang berarti H0
(52,7%) orang mempunyai persepsi kurang
ditolak, sehingga ada hubungan persepsi
tentang puskesmas rawat inap.
Hasil uji chi square diperoleh
2. Pengambilan
tentang puskesmas rawat inap dengan
keputusan
perawatan
di
menunjukkan bahwa lebih dari separuh
Puskesmas Rawat Inap Sragi I Kabupaten
(56,4%) orang mempunyai pengambilan
Pekalongan.
keputusan
pengambilan
keputusan
Nilai
odd
perawatan
ratio
(OR)
yang
kurang
baik
perawatan di puskesmas rawat inap.
diperoleh 4,2 (1,3-13,) yang berarti orang
6
dalam
3. Ada hubungan persepsi tentang puskesmas
Bensley, Robert, 2009, Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Penerbit PT EGC, Jakarta
rawat inap dengan pengambilan keputusan perawatan di Puskesmas Rawat Inap Sragi
Dahlan, Sopiyudin, 2010, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
I Kabupaten Pekalongan dengan value sebesar 0,024.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2008, Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2007, http://www.dinkesjatengprov.go.id
SARAN 1. Dinas Kesehatan Pekalongan Dinas
Kesehatan
Pekalongan
Efendi & Makhmudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
disarankan lebih meningkatkan sosialisasi tentang pemanfaatan puskesmas rawat
Lubis, Ade Fatma, 2013, Ekonomi Kesehatan, Penerbit USU Press, Medan
inap, sehingga masyarakat mempunyai informasi yang baik tentang puskesmas
Notoatmodjo, Soekidjo,, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
rawat inap. 2. Puskesmas Rawat Inap
Sudarma, Momon, 2008, Sosiologi Kesehatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Rumah sakit sebaiknya memotivasi perawat untuk dapat menerapkan standar operasional prosedur (SOP) untuk pasien jantung yang menjalani rawat inap agar dapat
digunakan
untuk
mengurangi
kecemasan pasien jantung yang menjalani rawat inap. 3. Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis dengan desain dan variabel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Aulia, Destanul, 2010, Puskesmas Rawat Inap Kurang Diminati Warga Medan, http://www.medanbisnisdaily.com. 7