HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan S.Kep
Disusun oleh : MONICA VIRLY NIM : 108104000003
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta TAHUN 2013
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: Monica Virly
NIM
: 108104000003
Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan Tahun akademik
: 2008
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul : HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memeperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas islam negeri (UIN) syarif hidayatullah Jakarta Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 12 Juli 2013
Monica Virly
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Juni 2013 MONICA VIRLY, NIM : 108104000003 HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN PT. SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK Kata kunci : Persepsi, Perilaku merokok (ii + 78 Halaman + 8 Tabel + 1 Bagan + 2 Gambar + 8 Lampiran)
ABSTRAK Berdasarkan RISKESDAS tahun 2010 terhadap perokok di Indonesia bahwa prevalensi perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 %. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT. Sintas Kurama Perdana kawasan industri pupuk kujang Cikampek. Metode yang digunakan adalah jenis penelitian cross sectional Penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 61 responden dengan uji statistik chi square. Penelitian ini mengunakan instrumen berupa kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 61 orang terdapat 25 (41,0 %) karyawan yang persepsi baik dan 36 (59,0 %) karyawan yang persepsi kurang baik, sedangkan 33 (54,1 %) karyawan perilaku kurang baik dan 28 (45,9 %) karyawan perilaku baik. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku merokok dengan nilai pV= 0,440 (p >0,05) dan nilai OR : 0,667. Guna untuk menurunkan angka perokok perlu dilakukan beberapa usaha oleh pihak terkait, seperti memberikan penyuluhan kesehatan terhadap bahaya merokok kepada karyawan, membuat peraturan untuk penjual rokok, sehingga tidak semua penjual dapat menjual rokok, melarang iklan rokok dan membuat peraturan larangan membeli rokok.
Daftar bacaan : 34 (1997-2010)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM Mini-Thesis, June 2013 MONICA VIRLY, NIM: 108104000003 PERCEPTION RELATIONSHIP ABOUT SMOKE HAZARD WITH SMOKING BEHAVIOR OF EMPLOYEES AT PT.SINTAS KURAMA PERDANA IN KUJANG INDUSTRIAL AREA CIKAMPEK Keywords: Perception, smoking behavior (ii + 78 Pages + 8 Tables + 1 Chart + 2 Figures + 8 Appendixes) ABSTRACT Based on RISKESDAS in 2010 that the highest prevalence of current smokers in Indonesia was found in the age group of 24-64 years old with a prevalence range between 30.7% - 32.2%.The purpose of this study was to determined the relationship between the perception about the dangers of smoking and smoking behavior in employees of PT.Sintas Kurama Perdana in Kujang Industrial area Cikampek. The method used in this study is cross-sectional, a type of research. The research used accidental sampling technique of 61 respondents with self questionnaire instrument and analized using with a chi-square statistical test. This research used a questionnaire instrument.The results showed that among those 61 people there were 25 (41.0%) employee perceptions of good and 36 (59.0%) of employees who perceived not good, whereas 33 (54.1%) employees are not good behavior and 28 (45, 9%) employees are good behavior.Based on data analysis results that there is no significant relationship between perception and smoking behavior with the P value = 0.440 (p> 0.05) and the value of OR: 0.667.In reducing the number of smokers true several efforts should be made by all relevant parties, such as we can give more education danger of cigarette to employee, then as well as make rule for seller of cigarette to conditional selling, after then make rule to limit of cigarette space edvertisement, and last make a space smoking room at a public area. Bibliography: 34 (1997-2010)
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian dengan judul:
“HUBUNGAN
PERSEPSI
TENTANG
BAHAYA
MEROKOK
DENGAN
PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK” Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta, untuk menerapkan dan mengembangkan teoriteori yang penulis peroleh selama kuliah. Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk perbaikan skripsi penelitian ini. Penulis juga menyadari selama penyusunan skripsi penelitian ini banyak bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. 2. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bpk Waras Budi Utomo S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.
iv
4. Ibu Nia Damiati S.Kp, MSN dan ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing. Terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini 5. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan. 6. Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK UIN Jakarta). 7. Karyawan dan karyawati PT Sintas Kurama Perdana yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Orang tuaku yang memelihara, mendidik, serta mencurahkan semua kasih sayang tiada tara tanpa pamrih yang senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis dan memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal penelitian ini. 9. Nenek dan Adik (Alvin Prabowo) yang selalu memberikan semangat dan do’a. 10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a dan semangat dalam menyusun proposal penelitian. Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta,
2013
Monica Virly
v
DAFTAR ISI Hal LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ I ABSTRAK ....................................................................................................
ii
ABSTRACT .................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .................................................................................
iv
DAFTAR ISI ................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii RIWAYAT HIDUP....................................................................................... xiii LEMBAR PERSEMBAHAN....................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………….................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
BAB II
C. Tujuan Penelitian .................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
5
E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi................................................................................
7
B. Perilaku ......………………………………….....................
13
C. Rokok ........………………………………………………... 15
vi
BAB III
BAB 1V
D. Perilaku Merokok ...............................................................
27
E. Kerangka Teori ...................................................................
37
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ……………………………………........
38
B. Hipotesa …………………………………………………...
39
C. Definisi Operasional ……………………………………....
39
METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ……………………………….................
40
B. Waktu Penelitian .................................................................. 40 C. Populasi dan Sampel ............................................................ 1. Populasi ……………………………...............................
40
2. Sampel ............................................................................. 40 D. Teknik Pengambilan Sampel ...............................................
43
E. Metode Pengambilan Data ...................................................
43
1. Instruman Penelitian .......................................................
44
2. Uji Validitas dan Reliabilitas ..........................................
46
F. Tahap Pengambilan Data .....................................................
48
G. Teknik Analisis Data ...........................................................
49
1. Pengolahan Data .............................................................
50
2. Analisa Data ....................................................................
51
H. Etika Penelitian ....................................................................
52
1. Prinsip Etika Penelitian ...................................................
52
2. Masalah Etika Penalitian ................................................. 53
vii
BAB V
BAB VI
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................
54
B. Visi dan Misi PT Sintas Kurama Perdana ...........................
54
C. Karakteristik Responden ......................................................
55
D. Analisa Univariat .................................................................
57
E. Analisa Bivariat ...................................................................
59
PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ......................................................
60
B. Persepsi ................................................................................
69
C. Perilaku ................................................................................
70
D. Hubungan persepsi dengan perilaku
BAB VII
merokok................................................................................
73
E. Keterbatasan Penelitian .......................................................
75
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...........................................................................
76
B. Saran .....................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Hal
Tabel
3.1
Definisi Operasional ...................................................... 39
Tabel
5.1
Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Responden di PT Sintas Kurama Perdana .................................................
Tabel
5.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di PT Sintas Kurama Perdana .................................................
Tabel
5.3
5.4
5.5
56
Distribusi Frekuensi Umur Responden di PT Sintas Kurama Perdana ............................................................
Tabel
56
Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di PT Sintas Kurama Perdana .................................................
Tabel
55
57
Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Tentang 57 Bahaya Merokok Pada Karyawan di PT Sintas 67 Kurama Perdana............................................................
Tabel
5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Tentang 58 Bahaya Merokok Pada Karyawan di PT Sintas Kurama Perdana............................................................
Tabel
5.7
Distribusi Responden Berdasarkan persepsi tentang 59 bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana kawasan industri Pupuk Kujang Cikampek..................................
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Hal
Gambar
2.1
Kerangka Teori ...........................................................
27
Gambar
2.2
Kerangka Konsep ........................................................
38
x
DAFTAR SINGKATAN BPS
: Badan Pusat Statistik
Depkes
: Departemen Kesehatan
Riskesdas
: Riset Kesehatan Dasar
WHO
: World Health Organization
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran 1. Lembar persetujuan menjadi responden 2. Lembar data demografi responden 3. Lembar kuesioner persepsi terhadap perilaku merokok 4. Lembar kuesioner perilaku merokok 5. Lembar surat izin studi pendahuluan 6. Lembar surat izin penelitian 7. Lembar hasil perhitungan analisa data
xii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Monica Virly
Tempat, tanggal, lahir
: Karawang, 14 November 1989
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Dusun Poponcol desa Dawuan Tengah Rt/Rw 002/001 Kec.Cikampek, Kab. Karawang, 41373
Anak ke
: 1 dari 2 bersaudara
Telepon
: 0856 9703 4800
E-mail
:
[email protected]
Riwayat pendidikan 1. 2. 3. 4. 5.
1995-1996 1996-2002 2002-2005 2005-2006 2008-2013
: TK Pupuk Kujang Cikampek : SD Pupuk Kujang Cikampek : SMP Pupuk Kujang Cikampek : SMAN 5 Karawang : S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiii
LEMBAR PERSEMBAHAN
“ SANG PEJUANG”
Jalan perjuangan selalu dirintis oleh orang-orang yang berilmu... Dikerjakan oleh orang-orang iklas dan dimenangkan oleh orang-orang yang berani... “PEJUANG SEJATI” tidak selalu hadir pada orang yang cerdas dan tidak pula pada orang yang hebat, Namun mereka yang TETAP BERTAHANLAH yang layak disebut pejuang sejati... Mereka akan selalu belajar dan belajar dari setiap masalah yang dihadapi, dari setiap moment yang dialami hingga suatu hari ia dapati dirinya telah berubah menjadi... LEBIH SABAR... LEBIH IKHLAS... LEBIH BERANI... & LEBIH MEMILIKI TANGGUNG JAWAB MORIL yang besar bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, karena ia sadar bahwa dirinya hanyalah seorang hamba...
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) tahun 2011 terdapat 3,8 milyar perokok di dunia. Sedangkan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat. Prevalensi kelompok umur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari pada 5 provinsi di Indonesia tertinggi ditemukan di propinsi Kalimantan tengah (36,0 %), diikuti dengan kepulauan Riau (33,4 %), Sumatera Barat (33,1 %), NTT dan Bengkulu masing-masing (33 %). Disisi lain 5 provinsi dengan prevalensi perokok terendah dijumpai di provinsi Sulawesi tengah (22 %), DKI Jakarta (23,9 %), Jawa timur (25,1 %), Bali (25,1 %) dan Jawa tengah (25,3 %) (RISKESDAS, 2010). Dari data
RISKESDAS tahun 2010 terhadap perokok di Indonesia
memperlihatkan bahwa prevalensi perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 % Kelompok umur 25-34 tahun (31,1 %), umur 35-44 tahun (30,7 %), umur 45-54 tahun (32,2 %) dan pada umur 55-64 (31,0 %) (RISKESDAS, 2010). Data WHO terhadap perokok di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensi perokok laki-laki jauh lebih tinggi daripada perokok wanita. Demikian juga halnya di propinsi Jawa barat. Presentase perokok laki-laki yang merokok adalah 71,1 % sedangkan perokok wanita adalah 6,2 % (RISKESDAS, 2007). 1
2
Dan dari hasil prevalensi perokok saat ini lebih tinggi pada laki-laki (54,1 %) dibandingkan perempuan (4,2 %) (RISKESDAS 2010). Jika di uraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi menurut hasil Riskesdas tahun 2010 adalah pada umur 24-64 tahun. Di dalam rokok terdapat kandungan 4.000 zat kimia antara lain Nikotin yang bersifat kasinogenik, yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit yaitu gangguan pencernaan, gangguan kehamilan dan janin, impotensi, bronchitis, emphysema, penyakit jantung, serangan otak, dan kanker (Maba,2008). Pada perokok aktif, faktor resiko penyakit yang diderita adalah penyakit jantung koroner, diabetes dan masalah yang berkaitan dengan kehamilan seperti : berat badan bayi lahir rendah, prematur dan rusaknya plasenta, sedangkan pada perokok pasif di lingkungan asap rokok bisa berdampak kanker paru dan penyakit pada saluran pernafasan (Baequni dan Nasir, 2004). Bahaya merokok tidak hanya menyerang perokok aktif saja, tetapi bisa menyerang orang yang berada disekitar, bahkan perokok pasif cenderung terkena kadar racun yang lebih besar dari pada perokok itu sendiri (Hikmat, 2007). Perokok pasif juga bisa terkena penyakit kardiovaskular dan berbagai macam penyakit yang dapat menimbulkan kematian. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baequni dan Nasir (2005) pada civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah” terdapat 34,3 % responden adalah perokok dari 100 % jumlah responden mahasiswa. Dalam hal ini Perilaku merokok pada karyawan bisa disebabkan oleh adanya persepsi. Persepsi merupakan pandangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap orang merasakan, menginterpretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda (Potter & Perry, 2005).
3
Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan Nurlailah (2010) tentang persepsi dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah pada 120 responden, peneliti membuat 2 kategori yaitu negatif dan positif. Skor persepsi responden mengenai dampak merokok terhadap kesehatan berkisar pada kategori negatif sebanyak 62 orang dengan presentase 51,7 % sedangkan kategori positif sebanyak 58 orang dengan presentase 48,3 %. PT Sintas Kurama Perdana merupakan suatu perusahaan industri yang berbahan baku gas alam, dalam hal ini perusahaan telah menerapkan aturan terhadap larangan keras untuk tidak merokok dan selalu memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok baik untuk kesehatan maupun lingkungan kerja pabrik karena bisa mengakibatkan kebakaran yang diakibatkan oleh puntung rokok karena banyaknya bahan kimia dan gas yang ada di sekitarnya, namun masih saja terdapat beberapa karyawan yang melanggar peraturan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Mengapa hal ini masih saja terjadi, karena merokok diasumsikan sebagai cara untuk mengurangi reaksi negatif seperti cemas, tegang dan stress, namun pada dasarnya merokok tidak ada kaitannya dengan stres, depresi ataupun masalah psikologis lainnya. Jika ada orang yang merokok untuk mengatasi stres maka perilaku merokok itu sebenarnya hanya sebuah pelarian. Merokok hanya melupakan sementara saja stresor (penyebab stres) karena untuk sementara waktu konsentrasi beralih pada rokok dan stresor terlupakan tetapi setelah selesai merokok, konsentrasi akan kembali lagi pada stresor tersebut. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Febuari 2012 di PT Sintas Kurama Perdana terhadap 95 karyawan diberbagai unit kerja dan didapatkan 20 karyawan yang merokok. Penelitian ini dilakukan dengan
4
menanyakan langsung kepada responden dengan cara melakukan observasi pada saat jam istirahat karyawan. Pada saat ini telah diketahui bahwa merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya terhadap kesehatan manusia dan perilaku merokok tidak hanya merugikan perokok itu sendiri melainkan untuk orang lain. Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan persepsi tentang bahaya merokok dan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana di Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek”. B. Rumusan Masalah Organisasi kesehatan dunia WHO (2011) mengatakan bahwa terdapat 3,8 milyar perokok didunia, sedangkan di Indonesia perokok menurut laporan nasional dalam RISKESDAS pada tahun 2007 yang mengatakan bahwa presentase perokok laki-laki yang merokok adalah 71,1 % sedangkan perokok wanita adalah 6,2 %, sedangkan dari data RISKESDAS tahun 2010 berdasarkan usia perokok tertinggi saat ini terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % - 32,2 %. Adapun efek yang disebabkan dari rokok adalah mengalami resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru, kanker mulut, kanker esofagus, kanker kandung kemih, serangan jantung dan berbagai penyakit lainnya, hal ini disebabkan pada sebatang rokok memiliki 4.000 bahan kimia dalam partikel dan gas yang bersifat racun. Dari hasil awal penelitian yang dilakukan pada bulan Februari 2012 di PT Sintas Kurama Perdana pada 95 karyawan diberbagai unit kerja didapatkan 20 karyawan PT Sintas Kurama Perdana yang merokok.
Pada dasarnya karyawan sudah
mengetahui bahwa merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya
5
terhadap kesehatan manusia dan perilaku merokok tidak hanya merugikan perokok tetapi lingkungan sekitarnya dan bahkan dapat menyebabkan kematian. C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana. 2. Tujuan Khusus. Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : a.
Mengetahui bagaimana persepsi karyawan akan bahaya dari merokok pada PT Sintas Kurama Perdana.
b. Mengetahui bagaimana perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana. c. Mengetahui bagaimana data demografi merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana. D. Manfaat Penelitian. 1. Manfaat Ilmiah. Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya bagi karyawan yang perokok, dan mengenai dampak buruk yang terjadi pada kesehatan karyawan akibat merokok yang dapat mengancam jiwanya maupun menurunkan produktifitas bekerja.
6
2. Manfaat Praktis. a. Bagi Peneliti. Penelitian ini dapat memberi ilmu, wawasan dan pengalaman baru yang sangat berharga terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang kesehatan di komunitas
baik secara konten maupun
metodologi penelitiannya. b. Bagi Perusahaan. Menjadikan bahan masukkan dalam rangka membuat program pencegahan dan penanggulangan agar karyawan tidak menjadi perokok, sehingga produktifitas kerja karyawan maupun kinerja perusahaan meningkat. c. Bagi Masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna untuk masyarakat dalam mengetahui informasi tentang bahaya merokok sehingga masyarakat lebih mengetahui bahaya yang disebabkan oleh merokok.
E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Sample yang diambil dalam penelitian ini adalah karyawan yang merokok dan tidak merokok diberbagai unit kerja PT Sintas Kurama Perdana. Tehnik pengambilan sample menggunakan accidental sampling, sedangkan metode pengambilan data dengan menggunakan kuesioner.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Pengertian persepsi menurut para ahli : Menurut Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya
tetapi
juga
individu
7
sebagai
satu
kesatuan
dengan
8
pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan
stimulus
ini
biasanya
dipengaruhi
pula
oleh
pengalaman dan proses belajar individu. 1. Jenis-jenis Persepsi Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.
9
a. Persepsi visual Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari. b. Persepsi auditori Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz.
10
c. Persepsi perabaan Persepsi perabaan didapatkan dari inderal yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi, serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. d. Persepsi penciuman Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. e. Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun.
11
Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, asam, dan pahit. Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epitelium faring dan epiglotis. 2. Faktor yang mempengaruhi Persepsi Persepsi setiap orang dalam memandang atau mengartikan objek akan berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi pada individu. Persepsi individu tergantung pada apa yang individu harapkan, pengalaman, dan motivasi (Davidoff,2000). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi (shaleh, 2004) adalah: 1. Faktor eksternal a. Perhatian yang selektif Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya, untuk itu individu memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan. b. Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang paling besar
12
diantara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya paling kuat. c. Nilai dan kebutuhan individu Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatan dibanding seorang bukan seniman. d. Pengalaman dahulu Pengalaman-pengalaman terdahulu akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. 2. Faktor internal Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi, impresi dan konteks. a. Emosi Akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu saat, karena sebagian energi dan perhatiannya adalah emosinya tersebut. Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan. b. Impresi Stimulus yang menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari
13
persepsinya. Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia dipandang selanjutnya. c. Konteks Walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik. Konteks sangat menentukan bagaimana cara pandang. Fokus pada pandangan yang sama, tetapi dalam gambar yang berbeda, mungkin akan memberikan makna yang berbeda. B. Perilaku Perilaku adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Baik yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo,2003). Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Gerakan-gerakan reflektif dalam perilaku, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: perilaku yang tampak, perilaku batin, perilaku asli, perilaku yang didapatkan, perilaku normal dan perilaku yang menyimpang. Guilford (1971) dalam Zakaria Ahmad (2009) seorang psikologi moderen, mempelajari perilaku manusia dibagi atas 3 aktifitas yaitu : pertama aktifitas akal/rasio, menyatakan bahwa aktifitas akal berbeda dengan aktifitas
14
lain, dengan aktifitas ini seseorang dapat merealisasikan kesempurnaan serta jati dirinya. Kedua aktifitas psikologis, aktifitas ini mencakup mayoritas pembentukan perilaku dan praktek-praktek yang menghasilkan respon-respon yang khusus dalam perilaku. Ketiga struktur keperibadian, yaitu bangunan psikologis manusia, beserta segala aktifitas pembentuk struktur keperibadian, diantaranya anggota tubuh, rasio untuk mengetahui, gerakan-gerakan insting dan sosiologi. Skinner
(1938)
dalam
Notoatmodjo
(2003)
seorang
ahli
psikologi,merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan organisme tersebut merespon. Skinner membedakan dua respon perilaku terhadap suatu rangsangan, yaitu: 1. Responden Respons atau reflexive respon adalah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan
tertentu.
Contohnya
makanan
lezat
menimbulkan keluarnya air liur. Respondent respons (responden behavior) ini mencakup juga emosi respon atau emotional behavior, yang timbul karena hal yang kurang mengenakan organisme yang bersangkutan. 2. Operant respon atau instrumental respon adalah respon yang ditimbul dan berkembang diikuti rangsangan tertentu. Perangsangan tersebut atau semacamnya disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena perangsangperangsang tersebut memperkuat respon yang dilakukan oleh orang. Didalam kehidupan sehari-hari, respon jenis pertama (responden respon atau respondent behavior) sangat terbatas keberadaanya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respon
15
Psikologi perkembangan adalah pengkajian ilmu yang berhubungan dengan perkembangan manusia bermula ketika adanya kegidupan mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, lansia, dan akhirnya kematian. Berdasarkan psikoanalitik kontemporer menurut Erik H. Erikson tahun 1994 tahap perkembangan dewasa dibagi dua yaitu dewasa awal dan dewasa. 1. Dewasa awal (20-30 tahun ) Pengalaman adolsen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality), keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri. Cinta adalah kesetiaan sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain disamping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing pasangan tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, dan ikatan kerja. 2. Dewasa (32-65 tahun ) Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik pada tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagi kekuatan dasar orang dewasa. Generasonal adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung
16
pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi. C. Rokok
Menurut Kesowo (2003), rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisnya. Sedangkan menurut Aditama (2006) asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan infeksi pada paru dan telinga serta kanker paru. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Wiki, 2000). 1. Bahaya merokok Merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya kepada kesehatan manusia, dan kebiasaan merokok tidak hanya merugikan perokok itu sendiri, tetapi juga mengancam masyarakat disekitarnya. Asap rokok yang dihirup oleh perokok atau mereka yang berada di sekelililngnya, akan memasuki rongga mulut dan hidung melalui kerongkongan, bronkus, dan paru-paru. Kandungan asap rokok akan menyebabkan kerusakan tisu di sepanjang perjalanan di ruang ini, dan boleh menyebabkan berbagai penyakit di mulut seperti periodontitis (infeksi pada gusi), penyakit kerongkongan seperti faringitis (infeksi faring),dan laringitis (infeksi laring
17
atau pita suara), penyakit di bronkus seperti bronkitis (infeksi bronkus), dan penyakit pada paru-paru seperti kanker paru, penyakit paru obstruktif, dan emfisema (Martin,2008) a. Bahaya merokok secara fisik Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronchitis kronik, emfisema dan berbagai penyakit paru lainya. Selain itu adalah kanker mulut, tenggorokan,
pankreas dan kandung kencing,
penyakit pembuluh darah, ulkus peptikum dan lain-lain.Satu-satunya penyakit yang menunjukan asosiasi negatif dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru,bronchitis kronik dan emfisema, penyakit jantung iskemik dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum, kanker mulut, kanker tenggorokan,penyakit pembuluh darah otak dan gangguan janin dalam kandungan(Aditama, 1997). a. Penyakit kardiovaskuler Menurut
jurnal
kardiologi
Indonesia
tahun
1995
penyakit
kardiovaskuler meduduki urutan penyebab utama kematian di Indonesia,hal ini dapat dilihat pada peningkatan presentase penyebab kematian kardiovaskuler dari 9,7% pada tahun 1992 menjadi 16% pada tahun 2000. Merokok adalah salah satu resiko utama timbulnya morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler yaitu meningkatnya kadar kolesterol serum, penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah perifer (Sitepoe, 2000).
18
b. Kanker paru Penyakit kanker paru ini lebih berbahaya dai pada penyakit TBC paru. Apalagi bila kanker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak ditemukan dan paling sering ditemukan pada kaum pria. Di Amerika Serikat diperkirakan bahwa 80-90% kanker paru pada pria dan 70% pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penelitian di Inggris menunjukan bahwa sekitar 87% kematian akibat kanker paru. Sementara itu, paparan asap rokok pada mereka yang tidak merokok atau perokok pasif ternyata meningkatkan terjadinya kanker paru sampai 30% lebih tinggi. penyakit kanker paru ini sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di dalam dan di luar negeri (Aditama, 1997). c. Kehamilan Menurut Aditama (1997), “ berat badan bayi dan ibu yang merokok, rendah dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang bukan perokok. sekitar 7% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan prosentase ini meningkat menjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus rokok sehari”. Penurunan berat badan bayi dapat terjadi karena beberapa hal, rokok yang dihisapsi ibu akan mengganggu oksigenisasi ditubuh janin dan adanya gangguan enzim-enzim pernafasan janin dalam kandungan. Nikotin juga merupakan zat vasokonstriktor yang berikatan mengganggu metabolisme
19
protein dalam tubuh janin yang sedang berkembang, serta nikotin dapat menyebabkan jantung janin berdenyut lebih lambat dan menyebabkan gangguan pada system saraf. Kelainan bawaan pada bayi yang baru lahir seperti kelainan kantup kantung, ternyata juga lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang perokok dibanding yang tidak merokok. Para ahli mulai mendeteksi adanya kecendrungan gangguan tumbuh kembang anak dari ibu perokok, baik dari sudut fisik, emosi maupun kecerdasan. Semua keadaan tersebut terjadi karena pengaruh bahan-bahan dalam asap rokok seperti gas CO, sianida, tiosianat, nikotin dan karbonik anhidrase, selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat menembus plasenta dan mengganggu kesehatan janin dalam kandungan (Aditama,1997). d. Penyakit gangguan perkembangbiakan Seperti yang dikatakan oleh Chanoine J.P (1991), merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi atau memiliki anak, fertilitas pria ataupun wanita perokok akan mengalami penurunan, wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok. Merokok juga dapat menimbulkan impotensi (Sitepoe, 2000). e. Gangguan alat pencernaan Seperti yang dikatakan oleh Harisson (1987), sakit maag atau gastritis lebih banyak dijumpai pada mereka yang merokok,dibandingkan dengan yang bukan perokok. merokok mengakibatkan penurunan tekanan pada ujung bawah dan atas lambung sehingga mempercepat terjadinya sakit
20
maag. Pencernaan protein terhambat bagi mereka yang merokok. Merokok juga mengurangi rasa lapar atau nafsu makan (Sitepoe, 2000). b. Bahaya merokok secara emosional Silvan Tomkins (dalam Sarafino, 2002) menyebutkan empat tipe perilaku merokok yaitu : 1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect smoking) adalah orang yang merokok untuk memperoleh persaan yang positif dimana dengan merokok individu merasakan adanya penambahan persaaan yang bersifat positif, misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan
untuk
membentuk
image-image
yang
diinginkan.
Kemudian
ditambahkan lagi sub tipe ini (dalam Prihatiningsih, 2007), yaitu : f. Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah makan kenyang atau minum kopi. g. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. h. Pleasure of handing cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokok dengan jari-jarinya. 2. Perilaku merokok pada orang yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negatif affect smoking), yaitu orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan yang kurang menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.
21
3. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking) yaitu individu yang sudah ketagihan pada rokok akan senderung menambah dosis rokok yang akan digunakan berikutnya karena efek rokok sebelumnya telah mulai berkurang sesaat setelah rokoknya habis dihisap, individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya individu merasa gelisah bila dirumahnya tidak tersedia rokok. 4. Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking), dalam hal ini perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan dalam individu. Merokok bukan lagi untuk mengendalikan perasaannya secara langsung, melainkan karena sudah terbiasa. Gilchrist, Schinke, Bobo dan Snow (dalam Sweeting, 1990) membedakan perokok dalam 3 tipe, yaitu: a. Experimental smoker, yaitu orang yang pernah mencoba rokok tetapi tidak menjadi kebiasaan. Orang yang termasuk dalam kelompok ini biasanya tidak atau belum mengalami kecanduan nikotin. b. Regular smoker, yaitu orang yang merokok secara teratur dan telah menjadi kebiasaan. Seseorang yang menjadi perokok reguler karena telah mengalami kecanduan nikotin. c. Non smoker, yaitu orang yang tidak pernah mencoba merokok. Pada dasarnya perilaku merokok merupakan sebuah perilaku yang kompleks yang melibatkan beberapa tahap. Perilaku merokok umumnya melalui serangkaian tahapan yang ditandai oleh frekuensi dan intensitas merokok yang berbeda pada setiap tahapnya (Mathew dkk dalam
22
Richardson, 2002), dan seringkali puncaknya adalah menjadi tergantung pada nikotin. c. Bahaya merokok secara ekonomi Penelitian dari World Bank telah membuktikan bahwa rokok merupakan kerugian mutlak bagi hampir seluruh negara. Pemasukan yang diterima negara dari industri rokok (pajak dan sebagainya) mungkin saja berjumlah besar, tapi kerugian langsung dan tidak langsung yang disebabkan konsumsi rokok jauh lebih besar. Biaya tinggi harus dikeluarkan untuk membayar biaya penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh rokok, absen dari bekerja, hilangnya produktifitas dan pemasukan, kematian prematur, dan juga membuat orang menjadi miskin lebih lama karena mereka menghabiskan uangnya untuk membeli rokok. Biaya besar lainnya yang tidak mudah untuk dijabarkan termasuk berkurangnya kualitas hidup para perokok dan mereka yang menjadi perokok pasif. Selain itu penderitaan juga bagi mereka yang harus kehilangan orang yang dicintainya karena merokok. Semua ini merupakan biaya tinggi yang harus ditanggung.(Astuti lindia ,2004) 2. Bahan – Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok Tembakau merupakan kandungan rokok yang terdiri dari campuran ratusan zat kimiawi. Yang khas dari tembakau adalah nikotin dan eugenol, yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang dihasilkan. Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap
23
bersama-sama dengan komponen lainnya. Dengan menganalisa asap yang dihasilkan ditemukan bahwa sekitar 60%-nya adalah gas dan uap yang terdiri dari 20 jenis gas, diantaranya: karbon monoksida, hidro sianida, nitrit acid, nitrogen dioksida fluorocarbon, asetone dan amonia. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic Aromatic hydrokarbon yang mngandung zat – zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar, byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (Pdpersi, 2003). a. Nikotin Menurut Husaini (2007) Nikotin adalah sebuah zat yang bersifat zat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk bisa selalu merokok. Zat ini sangat berbahaya, bagi kesehatan tubuh manusia maupun binatang. Selain itu, nikotin adalah suatu penyebab penyakit jantung koroner dan kanker. Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin bersifat toksik terhadap saraf dengan stimulasi atau depresi. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan jarang adanya
24
jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (PDPERSI, 2003). Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan, lamanya isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak. b. Karbon Monoksida Menurut Ibrahim (2011) Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Jadilah, hemoglobin yang berikatan dengan gas CO. Karbon
monoksida
yang
dihisap
oleh
perokok
tidak
akan
menyebabkan keracunan CO, sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok, sedangkan
25
CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Sitepoe, 1997). c. Tar Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Menurut Ibrahim (2011) Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru(Sitepoe, 1997). d. Timah Hitam (Pb) Merupakan Partikel Asap Rokok
26
Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikro gram. Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikro gram per hari. Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok perhari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh. (Ibrahim, 2011). Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar tetapi perlu waspada terhadap pemajanan jangka panjang. Gangguan kesehatan yag diakibatkan bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan hemoglobin. Gejala keracunan akut didapati bila tertekan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan. Konstipasi, lelah, sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, kejang dan gangguan penglihatan (Depkes, 2010). D. Perilaku Merokok Menurut Oskamp 1984 (dalam susmiati,2003) mengatakan perilaku merokok adalah menghisap asap tembakau yang telah menjadi cerutu kemudian disulut api. Menurutnya ada dua tipe merokok. Pertama adalah menghisap rokok secara langsung yang disebut perokok aktif, dan yang kedua mereka yag secara tidak langsung menghisap rokok. Namun turut menghisap asap rokok disebut perokok pasif. Bermacam-macam perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya,
27
salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin disebabkan karena rokok biasa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga. 1. Kategori Perokok Menurut Sitepoe (1997) membagi perokok menjadi dua kategori perokok berdasarkan asap yang dihisapnya, yaitu : a. Perokok Pasif Perokok pasif adalah orang-orang yang disekitar perokok aktif yang menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok aktif (asap sidestream). Sama halnya yang diungkapkan dengan sitepoe, menurut Bustan (2000) perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh
28
perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin. b. Perokok Aktif Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok melalui mulut langsung dari rokok yang dibakar (asap mainstream). Sedangkan menurut Bustan (2000) perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. 2. Jumlah Rokok Yang Dihisap Menurut Bustan (2000), jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Kategori perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : a. Perokok Ringan Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari dengan selang waktu setelah 60 menit dari bangun pagi. b. Perokok Sedang Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.
29
c. Perokok Berat Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang dalam selang waktu setelah bangun pagi sekitar 6-30 menit Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Sitepoe, 1997). 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Lawrence dalam Notoatmodjo (2003) faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh tiga faktor yaitu : 1. Faktor predisposisi (predisposing faktor) Merupakan faktor utama dalam mempermudah terwujudnya perilaku. Faktor predisposisi dari perilaku merokok diantaranya adalah usia dan pendidikan. a. Usia Terbentuknya perilaku merokok pada usia dewasa dikarenakan stres kerja dan gaya hidup. Menurut Stephen Wearing dan Betsy Wearing tahun 1990-an, merokok adalah kebiasaan yang seing dikaitkan dengan gaya hidup dan konsumsi yang menarik perhatian maupun identitas diri.
30
Penampilan dan citra identitas dinilai berdasarkan pada simbol yang digunakan, barang yang dipakai dan aktifitas yang sedang dilakukan, terutama aktifitas-aktifitas yang sedang populer pada masa tertentu (Muzdalifah 2003). Stres merupakan suatu keadaan yang
mebuat
seseorang tertekan dalam hal pekerjaan dan berusaha untuk menangani dan menguasai situasi yang menekannya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. (Mu’tadin,2002). Salah satu bentuk perilaku tersebut adalah merokok. b. Pendidikan Tingkat pendidikan di Indonesia sangat beragam, mulai dari SD, SLTP, SMU, Perguruan Tinggi, bahkan ada yang tidak bersekolah. Karena perilaku merokok akan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap rokok, dan pendidikan menjadi latar belakangnya (Jamal, 2006). Jamal menambahkan survey secara nasional menunjukan bahw pria yang tidak bersekolah/ tidak tamat SD merupakan perokok terbanyak. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin sedikit yang jadi perokok. 2. Faktor Pendukung (enabling faktor ) Faktor pendukung terwijud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasiltas atau sarana-sarana. Misalnya iklan tentang rokok baik melalui media elektronik maupun media masa, dan banyaknya sarana yang menjual rokok ( warung).
31
a. Iklan Iklan yang merupakan media untuk mempromosikan suatu produk atau barang dibuat untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Iklan rokok yang saat ini begitu menarik perhatian konsumen. Perusahaan rokok saat ini menarik konsumen pria dengan menayangkan gambar seorang pria yang gagah dan berani seolah-olah menggambarkan sosok pria perokok. Sekain itu perusahaan juga menariak konsumen wanita dengan cara merubah pandangan tentang rokok. Iklan rokok yang ada megalami pergeseran nilai-nilai dari wanita yang modern dengan kebiasaan merokok. Agar kegiatan periklanan mampu secara efektif mempengaruhi konsumen maka dalam penyampaikan ikaln harus memperhatikan pesan iklan yang mudah diingat, bintang iklan yang terkenal sehingga mampu mempengaruhi konsumen dengan ekspresi isyarat, pakaia, perawakan, potongan rambut dan setting. (Novia, 2008). b. Saran (warung) Akses untuk mendapatkan rokok tersebar luas, diwarung kecil, toko, mini market, hingga supermarket. Dan pembeli dengan mudah bisa mendapatkan rokok dimanapun. 3. Faktor Pendorong (reinforcing faktor) Faktor pendorong terwujud dalam lingkungan sosialnya pengaruh teman dan orang tua.
32
a. Teman Teman adalah sahabat atau kawan (kamus bahasa Indonesia, 2005). Teman merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan seseorang. Karena seseorang akan merasakan kenyamanan dengan teman yang dianggap sebagai orang tua yang dapat memahami dirinya. Kenyamanan yang dirasakan membuat seseorang cenderung mengikuti temannya. Termasuk didalamnya adalah perilaku merokok, ini sejalan dengan penemuan data yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco Survey yang dilakukan pada tahun 2000 (Gatra, 2003). b. Orang tua Orang tua dalah faktor yang sangat berpengaruh, karena figur orang tua akan ditiru oleh anaknya. Dalam hal ini jika orang tuanya seorang perokok, maka anaknya pun seorang perokok karena kebiasaan tersebut akan ditiru oleh anaknya. (Buletin RSKO, tahun 1991). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan : a.
Pendidikan Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992 dalam Nursalam, 2011). Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih
33
rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Notoatmodjo, 2003). b.
Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh (Notoatmodjo, 2003).
c.
Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, majalah, koran dan buku. Sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang (Notoatmodjo, 2003).
d.
Ekonomi Untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder (Notoatmodjo, 2003).
34
e.
Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi (Notoatmodjo, 2003). 4. Pencegahan Merokok
Ada beberapa upaya pencegahan merokok yaitu dengan upaya kampanye, memang sangat sulit menghentikan kebisaan merokok. Dengan cara menumbuhkan motivasi dalam diri berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media masaa atau kebiasaan keluarga dan lingkungan (Zainun mu’tadin,2002). Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Hal ini disadari baik oleh perokok maupun bukan perokok. Karena itu dikatakan bahwa 90% perokok pernah mencoba untuk berhenti merokok tetapi sangat kurang berhasil untuk menghentikannya (Buston,1997). Berhenti merokok mungkin dengan cara hipnotis atau akupuntur. Berhenti cold turkey yaitu berhenti secara bertahap kemudian berhenti total selama 3 bulan dengan rokok. Dengan 3 tahapan: tahap persiapan, tahap berhenti berangsur-angsur, tahap berhenti total dengan cara mencarikan bentuk pengantiannya, misalnya makan permen, atau bahkan menghisap es batu dan cara lain untuk menghentikan merokok adalah dengan berolah raga jalan sebelum berangkat kerja. Menarik nafas panjang jika keinginan untuk merokok dalam diri muncul, usahakan agar selalu sibuk dalam melakukan kegiatan dikantor, hindari makanan dan
35
minuman yang bisa dimakan/ diminum setelah merokok, buat jari-jari tangan sibuk dengan mengetik atau dengan memegang pulpen. Menurut Didy Purwanto(2003) ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk berhenti merokok yakni berhenti mendadak, menunda merokok dan mengurangi merokok. 1. Cara berhenti mendadak adalah perokok berhenti sepenuhnya pada saat tertentu, jika perokok memiliki niat berhenti merokok maka berhentilah saat itu juga, jangan ditunda. Cara ini patut dicoba sebelum mencoba 2 cara berikutnya. 2. Cara berhenti dengan stategi menunda adalah perokok bisa memilih untuk menunda merokok beberapa menit setiap kali dia berkeinginan untuk merokok atau menunda menghisap rokok yang pertama untuk jangka waktu yang semakin panjang. Diharapkan dia bisa bertahan tanpa rokok sepanjang hari. 3. Cara berhenti denga stategi mengurangi adalah si perokok hanya menghisap setengah atau sedikit setiap batang rokok. Atau merokok hanya pada saat-saat tertentu atau ditempat-tempat tertentu saja. Menurut Majid Ezzati (2003) sebenarnya untuk berhenti merokok tidak sulit, bila ada niat dan kesungguhan. Berikut cara praktis berhenti merokok, yang dicanangkan oleh gerakan indonesia sehat 2010, antara lain: 1.
Mempunyai niat yang kuat untuk berhenti merokok.
2. Cari alasan yang kuat untuk berhenti merokok, contohnya mengikuti saran keluarga.
36
3. Tetapkan tanggal untuk berhenti merokok dalam waktu kurang dari 2 minggu. 4. Silahkan memilih mau berhenti seketika, mengurangi jumlahnya secara bertahap, atau menunda waktu merokok. 5. Mintalah dukungan teman dan keluarga 6. Hindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan merokok. Dan menikmati keuntungan tidak merokok, antara lain badan sehat dan bugar, nafas lega, kulit tidak keriput dan tidak berbau rokok, terhindar dari berbagai penyakit akibat rokok, menghemat pengeluaran.
37
1.4 Kerangka Teori FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Pengetahuan -
Bahaya merokok 1. Secara fisik 2. Secara emosional 3. Secara ekonomi PERSEPSI
-
Usia
-
Jenis kelamin
-
Pendidikan
-
Penghasilan
-
Kandungan berbahaya dalam rokok
-
Media komunikasi
PERILAKU MEROKOK
Peraturan larangan merokok NB : garis putus-putus menandakan faktor yang akan diteliti. Bagan kerangka teori berdasarkan Teori Lawrence Green (1980) dan Teori sistem Sumber : Notoatmodjo (2005)
38
BAB III KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS,DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat kuantitatif yaitu untuk mengidentifikasi adanya hubungan persepsi bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan. Dimana perilaku merokok sebagai perilaku dependen sedangkan persepsi merokok sebagai variabel independen. Jenis rancangan penelitian ini mengunakan penelitian diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (cross sectional), dimana variabel sebab atau variabel bebas (independent) yaitu persepsi karyawan terhadap bahaya merokok dan variabel akibat atau variabel terikat (dependent) yaitu perilaku merokok yang diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (Bhisma Murti,2003). VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Perilaku karyawan
Persepsi karyawan
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
38
39
3.2
HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesa dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara persepsi merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana.
3.3
NO 1.
2.
DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Penelitian Persepsi karyawan tentang bahaya merokok
Perilaku merokok
Definisi Operasional Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indra terhadap bahaya merokok. Perilaku adalah respon atau reaksi perokok terhadap stimulus yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Cara ukur
Alat ukur
Hasil Ukur
Skala
Lembar pertanyaan terdiri dari 14 pertanyaan jawaban antara: sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
kuesioner
0. kurang baik, jika jumlah skor ≤ nilai median(<38) 1. Baik, jika jumlah skor > nilai median(>38)
Ordinal
Lembar pertanyaan terdiri dari 16 pertanyaan jawaban antara: (sering, kadangkadang ,jarang dan tidak pernah)
kuisioner
0. kurang baik , jika jumlah skor ≤ nilai median(<36) 1. Baik, jika jumlah skor > nilai median(>36)
Ordinal
40
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan “cross sectional study”. Desain penelitian isi digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada titik waktu, dimana variable dependen dan variabel independen diteliti sekaligus pada saat yang sama (Budiarto, 2002). B. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Sintas Kurama Perdana di Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek pada bulan Januari 2013 C. Populasi dan Sample 1. Populasi Populasi adalah subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono dalam Hidayat, 2007).
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
karyawan PT Sintas Kurama Perdana dengan populasi seluruh jumlah karyawan yang merokok dan yang tidak merokok. 2. Sample Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang telah diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993 dalam Setiadi, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang menjadi karyawan di PT. Sintas Kurama Perdana. Sampel yang di ambil secara
41
purposive sampling, dimana kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti mengenai subyek yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel (Nasir dkk, 2011). Terdapat dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini diambil berdasarkan pada kriteria inklusi, diantaranya: 1.
Karyawan PT Sintas Kurama Perdana
2.
Laki-laki
3.
Perempuan
4.
Perokok
5.
Tidak merokok
6.
Mampu berkomunikasi dengan baik
b. Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu : 1.
Bila bukan karyawan PT Sintas Kurama Perdana
2.
Mengalami gangguan kejiwaan.
⁄
√
√
Keterangan : n
= jumlah sampel yang dibutuhkan
Z 1-α/2
= 1,96 (derajat kemaknaan 95 % dengan α sebesar 5 %)
Z 1-β
= 0,84 (kekuatan uji sebesar 80%)
42
P1 = 0,477 ( 86.8% hasil dari studi pendahuluan, dari hasil penelitian sebelumnya oleh Yeni Fitriyani) P2 = (P1 - 20%) 0,477 - 0,3 = 0,177
⁄
√
√
√
√
√
√
Kemudian sample dikali 2 karena uji beda dua proporsi yaitu: 28x2=56 Jumlah responden 56 orang Untuk menjaga drop out perlu ditambah 10% maka 56+5,6= 61,1 Jadi jumlah sample minimal yang diambil adalah 61 responden. D. Tehnik Pengambilan Sample Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
43
E. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara langsung memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data megenai HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK dengan prosedur sebagai berikut: 1. Instrumen Penelitian Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Arikunto,2006). Peneliti menggunakan lembar kuisioner yang disusun secara terstuktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1. Bagian (A) berisi variabel nama, umur,jenis kelamin, unit kerja, dan pendidikan, dengan mengisi pada kolom atau lembar yang tersedia. 2. Bagian (B) kuisioner untuk persepsi berisi 14 pertanyaan tertutup tentang persepsi merokok mengunakan skala likert. Pertanyaan pada variabel persepsi terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pertanyaan positif
Skor
Alternatif jawaban
Pertanyaan negatif Alternatif jawaban
Sangat setuju
4
Sangat tidak setuju
Setuju
3
Tidak setuju
44
Tidak setuju
2
Setuju
Sangat tidak setuju
1
Sangat setuju
Keterangan : a. Sangat tidak setuju : 0-25 % b. Tidak setuju : 26-50 % c. Setuju
: 51-75 %
d. Sangat setuju
: 76-100 %
3. Bagian (C) kuisioner untuk perilaku merokok pada karyawan berisi 16 pertanyaan tertutup tentang perilaku merokok mengunakan skala
Likert.
Pertanyaan pada variabel perilaku terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan negatif. Pertanyaan positif
Skor
Alternatif jawaban
Pertanyaan negatif Alternatif jawaban
Sering
1
Sangat setuju
Kadang-kadang
2
Tidak setuju
Jarang
3
Setuju
Tidak pernah
4
Sangat tidak setuju
Keterangan : a. Sangat tidak setuju : 0-25 % b. Tidak setuju
: 26-50 %
c. Setuju
: 51-75 %
d. Sangat setuju
: 76-100 %
45
2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas a. Uji Validitas Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Uji validitas dapat mengunakan rumus Pearson Product Moment , setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.2 Rumus Pearson Product Moment :
rxy
∑ =
√
∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
Keterangan : r = koefisien korelasi x = skor pertanyaan y = skor total N = jumlah subjek Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai Product Moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata signifikan (P value > 5%) atau r hitung lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan (P value < 5%) atau r hitung lebih kecil dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak valid. Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid dan jika nilai t hitung < t tabel berarti tidak valid. Uji validitas ini dilakukan pada tanggal 3 Januari 2013 sampai
46
4 Januari 2013 bertempat di PT Sintas Kurama Perdana. Perhitungan uji validitas tentang hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek diselesaikan dengan menggunakan SPSS 16,0 dan diperoleh hasil r tabel yaitu 0,380. Dari beberapa item dalam kuesioner didapatkan ada 5 item pertanyaan yang dinyatakan tidak valid (r hasil < 0,380) yaitu nomor 15 dari variabel persepsi serta no 5,12,18 dan 20 dari variable perilaku. Untuk itu, peneliti merubah merubah redaksional tanpa merubah konten ( maksud dari pertanyaan). b. Uji Reliabilitas Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas adalah pengukuran yang mengukur tingkat korelasi dari beberapa item, hal itu hanya dapat diperkirakan dengan satu skala yang mengukur beberapa item. Tehnik pengujian pada penelitian ini menggunakan alpha cronbach (a), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable. Hasil uji reliabilitas menunjukan nilai alpha crombach dari masing-masing instrumen. Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada 14 pertanyaan dalam instrumen persepsi, telah menunjukan hasil yang reliable dengan alpha crombach sebesar 0,888. Sedangkan pada 16 pertanyaan dalam instrumen perilaku menunjukan hasil yang reliable dengan alpha crombach sebesar 0, 875.
47
F.
Tahapan Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tahapan, yaitu :
1.
Peneliti melakukan penelitian dengan mendatangi rumah-rumah warga dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dengan meminta persetujuan kepada responden apakah berkenan mengisi kuesioner.
2.
Peneliti mulai membagikan kuesioner kepada responden yang bersedia diteliti dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian.
3.
Pada saat pengisian kuesioner berlangsung peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan jika responden tidak memahami tentang pertanyaan yang diajukan.
4. Responden yang tidak dapat mengisi kuesiner akan dibantu oleh peneliti dalam pengisian kuesioner. 5. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh sampel dan meneliti kembali apakah seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh sampel penelitian. 6. Persetujuan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pengisian seluruh pertanyaan yang disediakan dalam kuesioner penelitian dan penandatanganan lembar penelitian (informed consent). 7. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data. G. Teknik Analisis Data Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa univariat yaitu analisa dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Rumus yang digunakan menurut Machfoedz (2008) adalah:
48
P = F x 100% N Keterangan :
P = Prosentase F = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah Soal
Penentuan tingkat penetahuan dengan cara mengkonversikan nilai sub variabel maupun variabel kedalam kategori sebagai berikut: Nilai 76-100%
: Baik
Nilai 56-75%
: Cukup
Nilai 40-55%
: Kurang (Arikunto, 2006)
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Pengolahan Data Pada pengolahan data, penulis mengunakan alat perangkat lunak, sedangkan kuisioner yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data dapat segera dilengkapi. 2. Coding Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data mengunakan komputer.
49
3. Entry Data Data Entry adalah kegiatan memasukan data dari kuesioner kedalam paket program komputer agar dapat dianalisis, Kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. 4. Cleaning Data Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan sehingga data siap dianalisa (Hidayat,2008). 2. Analisa Data Analisa data dibantu mengunakan perangkat lunak dengan analisa yang digunakan adalah : a. Analisa univariat Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yag dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu persepsi dan variabel dependennya adalah perilaku merokok. b. Analisa Bivariat Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen yaitu persepsi bahaya merokok dengan perilaku pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana. Dalam analisa bivariat pada penelitian ini mengunakan uji statistik dengan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95%. Uji Chi-Square yaitu membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi) untuk melihat kemaknaan perhitungan sistem dengan membandingkan nilai p < a (0.05) maka ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen.
50
Sebaliknya jika p > a (0.05) maka tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen. H. Etika Penelitan 1. Prinsip Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami antara lain: a. Prinsip Manfaat Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat mengalami dilema etik. b. Prinsip Menghormati Manusia Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek penelitian. c. Prinsip Keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.
51
2. Masalah Etika Penelitian a) Informed consent (lembar persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2007). b) Anonimity (tanpa nama) Anonimity merupakan masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007). c) Confidentiality (kerahasiaan) Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua infomasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).
54
BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pengumpulan data dari tanggal 9 januari 2013 di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari gambaran umum tempat penelitian, karakteristik responden, analisis univariat yang terdiri dari persepsi bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT Sintas Kurama Perdana, serta analisis bivariat yaitu hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pad karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. A. Gambaran umum tempat penelitian PT. Sintas Kurama Perdana didirikan tanggal 28 januari 1986. Sintas merupakan produsen asam formiat pertama dan satu-satunya di Indonesia, dibangun dengan tujuan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah dalam upaya diversifikasi bidang industri, khususnya industri kimia dasar untuk memenuhi kebutuhan asam formiat didalam negeri, meningkatkan pendapatan ekspor
dan menghemat devisa negara serta
membantu menciptakan lapangan kerja. Jumlah keseluruhan karyawan yang terdapat di PT Sintas Kurama Perdana adalah sebanyak 95 karyawan. B. Visi dan Misi PT. Sintas Kurama Perdana a. Visi PT. Sintas Kurama Perdana Menjadi perusahaan yang efisien, kompetitif dan menguasai pasar dalam negeri, serta berupaya terus untuk meningkatkan nilai perusahaan.
54
55
b. Misi PT. Sintas Kurama Perdana 1. Mendukung industri dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada produk import. 2. Memelihara keselamatan dan kesehatan lingkungan. 3. Memaksimalkan nilai tambah bagi para pemegang saham, pelanggan, pekerja dan pemangku kepentingan. c. Nilai-nilai PT. Sintas Kurama Perdana 1. Integritas 2. Profesional 3. Kejujuran 4. Konsisten 5. Kepemimpinan C. Karakteristik Responden Tabel.5.1. Distribusi Frekuensi jenis kelamin Responden di PT Sintas Kurama Perdana Januari 2013 (n=61)
Jenis kelamin
Jumlah (n)
Persen (%)
LAKI-LAKI
59
96.7
PEREMPUAN
2
3.3
Total
61
100.0
Dari tabel 5.1 diketahui berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 61 responden yang terkumpul, 96,7 % responden berjenis kelamin laki-laki dan 3,3 % reponden yang berjenis kelamin perempuan.
56
Tabel.5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di PT Sintas Kurama Perdana Januari 2013 (n=61)
PENDIDIKAN
JUMLAH (n)
PERSEN (%)
Dasar
17
27.9
Menengah
25
41.0
Tinggi
19
31.1
Total
61
100.0
Berdasarkan tabel 5.2 ditemukan responden terbanyak berpendidikan menengah yaitu 25 orang (41,0 %), berpendidikan dasar yaitu 17 orang (27,9%) dan berpendidikan tinggi yaitu 19 orang (31,1 %). Tabel.5.3 Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di PT Sintas Kurama Perdana Januari 2013 (n=61)
PENGHASILAN
JUMLAH (n)
PERSEN (%)
18
29.5
>UMR
43
70.5
Total
61
100.0
Berdasarkan tabel 5.3 ditemukan responden yang memiliki penghasilan < dari UMR sebesar < Rp 2.400.000 yaitu sebanyak 18 orang (29,5 %) dan responden yang memiliki penghasilan > dari UMR sebesar > Rp 2.400.000 yaitu sebanyak 43 orang ( 70,5 %).
57
Tabel.5.4 Distribusi Frekuensi umur Responden di PT Sintas Kurama Perdana Januari 2013 (n=61)
UMUR
JUMLAH (n)
PERSEN (%)
< 32 t ahun
24
39.3
> 32 tahun
37
60.7
Total
61
100.0
Berdasarkan tabel 5.4 ditemukan responden yang memiliki umur < 32 tahun yaitu sebanyak 24 orang (39,3 %) dan responden yang memiliki umur > 32 tahun yaitu sebanyak 37 orang (60,7 %).
D. Analisis Univariat Tabel.5.5 Distribusi Responden Berdasarkan persepsi tentang bahaya merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana januari 2013 (n=61)
PERSEPSI
JUMLAH (n)
PERSEN (%)
kurang baik
36
59.0
Baik
25
41.0
Total
61
100.0
58
Berdasarkan tabel 5.5 ditemukan distribusi responden berdasarkan tingkat persepsi tentang bahaya merokok paling banyak responden mempunyai persepsi kurang baik yaitu 36 orang (59,0 %). Dan Responden yang memiliki persepsi tentang bahaya merokok yang baik yaitu 25 orang (41,0 %).
Tabel.5.6 Distribusi Responden Berdasarkan perilaku tentang bahaya merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana januari 2013 (n=61)
PERILAKU
JUMLAH (n)
PERSEN (%)
kurang baik
33
54.1
Baik
28
45.9
Total
61
100.0
Berdasarkan tabel 5.6 ditemukan distribusi responden berdasarkan tingkat perilaku tentang bahaya merokok paling banyak responden mempunyai perilaku kurang baik yaitu 33orang (54,1 %). Dan Responden yang memiliki persepsi tentang bahaya merokok yang baik yaitu 28 orang (45,9 %).
59
E. Analisa Bivariat Tabel.5.7 Distribusi Responden Berdasarkan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek (n=61) Perilaku Merokok OR 95 % Persepsi
Kurang
Kurang Baik
Total
P
(n)
Value
CI
Baik
N
%
N
%
N
%
18
50,0 %
18
50,0 %
36
100,0 %
0,440
Baik
0,667 (0,237 1,873
Baik
15
60,0 %
Jumlah (n)
33
54,1 %
10
28
40,0 %
25
45,9 %
61
100,0 %
100,0 %
Hasil analisis hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok diperoleh bahwa untuk responden yang persepsinya kurang baik dengan perilaku merokok yang kurang baik sebanyak 18 orang (50,0 %), sedangkan persepsi kurang baik dengan perilaku merokok yang baik sebanyak 18 orang (50,0 %) dan persepsi yang baik dengan perilaku merokok kurang baik sebanyak 15 orang (60,0 %), sedangkan persepsi yang baik dengan perilaku yang baik sebanyak 10 orang (40,0 %).
60
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (a > 0,05) antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT. Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek dengan pvalue 0,440. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,667 (95 % CI; 0,237-1,873).
61
BAB VI PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Pembahasan meliputi karakteristik responden, persepsi, perilaku, dan hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. Sebelum dilakukan pembahasan hasil penelitian akan mengemukakan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, selanjutnya akan diuraikan pembahasan hasil penelitian. A. Karakteristik responden Persepsi dan perilaku yang dialami oleh responden dipengaruhi oleh banyak faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya faktor internal
dan
faktor
eksternal
(shaleh,
2004).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi perilaku yaitu faktor yang mempermudah (predisposing faktor) seperti : pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, persepsi, karakteristik demografi seperti : umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan ukuran keluarga, lalu faktor pemungkin (enabling faktor) dan faktor penguat (reinforcing faktor).(Nursalam, 2008).
61
62
Dalam penelitian ini beberapa predisposisi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dijadikan sebagai data demografi responden. Namun faktor dari data demografi responden tidak dihubungkan dengan persepsi dan perilaku terhadap merokok. Karena peneliti hanya menghubungkan antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok. 1.
Jenis Kelamin Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan
antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor sosial yang penting dalam mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena jenis kelamin berkaitan dengan cara pandang seseorang. Berdasarkan
hasil
penelitian
responden
terbanyak
pada
responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 96,7 % dari 61 responden. Dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 59 orang sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukan bahwa Jumlah orang yang merokok di dominasi oleh laki-laki (Pitaloka, 2006) dan adanya ketidak seimbangan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal ini karena jenis kelamin berkaitan dengan prevalensi merokok pada karyawan, khususnya pada karyawan laki-laki. dan hampir semua perokok menyatakan bahwa merokok dapat menimbulkan ketenangan dan hidup terasa tanpa beban.
63
Hal ini di dukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh jamal (2006). Menyebutkan bahwa hasil survei yang telah dilakukan menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak menjadi perokok daripada wanita. Laki-laki berpeluang lebih besar untuk merokok karena beberapa faktor, salah satunya karena anggapan bahwa dengan rokok membuat tenang dan merasa lebih jantan. Kemungkinan penyebab hal ini terjadi adalah kebanyakan laki-laki berpersepsi negatif tetang bahaya merokok sedangkan perempuan berpersepsi positif. Hal ini menunjukan bahwa laki-laki memiliki anggapan yang salah terhadap merokok. Laki-laki dan perempuan mempunyai anggapan yang berbeda terhadap bahaya merokok. Laki-laki menganggap bahwa rokok sebagai simbol kejantan laki-laki. Berhenti merokok bagi laki-laki ternyata lebih sulit daripada perempuan, perempuan lebih menjaga diri dari rokok. Perempuan kebanyakan menganggap bahwa rokok itu berbahaya karena rokok bisa menimbulkan kematian janin, infertilitas, dan gangguan kehamilan. Hal inilah yang menyebabkan perokok dikalangan perempuan lebih sedikit daripada laki-laki. Walaupun di dalam kehidupan sehari-hari masih ada perokok wanita yang merokok di tempat umum (Zakaria, 2009). Adapun penelitian yang terkait menurut Sitepoe (2000) terdapat jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok mulai dari bagian kepala sampai dengan kaki. Merokok juga akan mengurangi terjadinya konsepsi/memiliki anak, fertilitas wanita perokok akan
64
mengalami penurunan, wanita perokok akan mengalami masa menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang bukan perokok. (Chanoine J.P,1991 dikutip dari Sitepoe,2000). Hasil ini sangat memprihatinkan bangsa Indonesia apabila jumlah perokok terus bertambah setiap harinya. Hal yang lebih memprihatinkan lagi adalah perokok di Indonesia sebgian besar terdiri dari usia peroduktif hal ini sesuai dengan Laporan Nasional dalam Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 bahwa prevalensi merokok pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Pada tahun 2007 prevalensi merokok laki-laki dewasa meningkat dari 62,2 % tahun 2001 menjadi 65,6 % ditahun 2007. Berdasarkan kelompok umur, menunjukan prevalensi perokok meningkat dengan bertambahnya umur, sampai kelompok umur 55-59 tahun. 2.
Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian dilakukan pada 61 responden di
PT Sintas Kurama Perdana distribusi tingkat pendidikan presentase terbanyak pada pendidikan menengah sebanyak 25 orang (41,0 %), lalu pada pendidikan tinggi sebanyak 19 orang ( 31,1% ) dan pada pendidikan rendah sebanyak 17 orang (27,9 %). Pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi daya serapnya terhadap informasi, sehingga informasiinformasi yang didapatkan dapat dipahami dengan baik (Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu mengubah
65
perilaku seseorang dari tidak melakukan sesuatu menjadi melakukan sesuatu (Sunaryo, 2004). Seseorang yang berpendidikan tinggi lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan. Keadaan ini disebabkan cara berpikir seseorang yang berpengetahuan tinggi lebih rasional, lebih terbuka dalam menerima informasi. Sehingga wawasan dan pengetahuannya lebih luas dan menghasilkan sikap yang lebih positif dalam menghadapi suatu permasalahan Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya tanggap tentang bahaya merokok, serta mempunyai minat dan peduli tentang kesehatan dan tanggap dalam memecahkan masalah yang ada pada dirinya serta adanya keinginan untuk menggali ilmu pengetahuan dari sumber-sumber lain. Sedangkan seseorang dengan pendidikan rendah masih kurangnya informasi tentang bahaya merokok, baik yang diperoleh dari media cetak dan elektronik, karena selama ini merokok mempunyai banyak efek negatif yang berbahaya kepada kesehatan. Hal ini sejalan dengan dengan teori menurut Notoatmodjo (2003) yang menjelaskan bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana ia hidup. Adapun menurut Astawa (1995) dalam Hasbasiah (2000) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah untuk menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
66
Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Istyawati (2008) mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang dilakukan di Kelurahan Mampang Prapatan Jakarta Selatan mengenai pengetahuan tentang dampak merokok dan persepsi peraturan larangan merokok yang menyatakan bahwa hasil data tingkat pendidikan menunjukan perokok dengan tingkat pendidikan akhir perguruan tinggi memiliki jumlah responden merokok lebih banyak. Hal tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan tinggi.
Responden dengan pendidikan akhir
perguruan tinggi sebagian besar cenderung menunjukkan jumlah sebanyak 56 orang (56%) sedangkan responden dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 44 orang (44%) daru jumlah keseluruhan responden sebanyak 100 orang (100%). Responden perokok aktif dengan pendidikan akhir perguruan tinggi mengerti pada tujuan peraturan larangan merokok sedangkan responden tidak sekolah seluruhnya tidak mengerti pada tujuan peraturan larangan merokok. Hal ini menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan antara responden tidak sekolah dengan responden berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi dimana sama-sama memiliki persepsi tidak setuju pada peraturan larangan merokok.
67
3.
Penghasilan Hasil penelitian yang dilakukan pada 61 responden sebanyak 18
orang (29,5 %) memiliki penghasilan < dari UMR (Rp 2.400.000,-) dan sebanyak 43 orang (70,5 %) memiliki penghasilan > dari UMR (Rp. 2.400.000,-). Atas dasar hal tersebut, maka hasil penelitian pada penghasilan karyawan menunjukan bahwa presentase terbanyak memiliki penghasilan > UMR atau > 2.400.00 yaitu sebanyak 43 orang (70,5 %) dan jumlah penghasilan < UMR atau < 2.400.000 yaitu sebanyak 18 orang ( 29,5 %). Pendapatan seseorang identik dengan mutu sumber daya manusia, sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang relatif tinggi pula. Pendapatan keluarga juga tergantung pada jenis pekerjaan. Pendapatan keluarga akan relatif lebih besar jika suami dan istri bekerja di luar rumah. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Istyawati (2008) bahwa pendapatan yang diperoleh para responden yang memiliki pendapatan > Rp 1.000.000 sebanyak 43 %, lalu reponden yang memiliki pendapatan antara Rp 500.000-1.000.000 sebanyak 40 % dan responden yang memiliki pendapatan rendah dibawah Rp 500.000 perbulan sebanyak 17 %. Dapat disimpulkan hasil penelitian pada pendapatan menunjukan bahwa presentase perokok tertinggi yang memiliki pendapatan yang tinggi. Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan
permintaan terhadap berbagai barang atau jasa.
68
Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang. Hubungan antara keduanya diselidiki pertama kali oleh Ernst Engel (1857) dalam Rosyidi (2006). Ada hubungan khusus yang harus dicatat antara pendapatan dan jumlah barang yang diminta. Jika pendapatan naik, jumlah barang yang diminta mungkin naik dan mungkin turun. Jika jumlah barang yang diminta bergerak searah dengan perubahan pendapatan, maka barang yang bersangkutan disebut barang normal. Namun, jika berlawanan arah, maka barang bersangkutan disebut barang bermutu rendah atau inferior good. Oleh karena itu, ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan tembakau, terutama dalam hal hasil olahan tembakau berupa rokok. Jika pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser sehingga jumlah rokok yang diminta meningkat. Kelompok
masyarakat
berpendapatan
tinggi (high-income)
mengkonsumsi lebih banyak rokok dibandingkan dengan kelompok masyarakat
berpendapatan
rendah
(low-income),
meskipun
fakta bahwa kelompok berpendapatan tinggi memiliki pendidikan yang lebih baik. Di negara berkembang seperti Indonesia, informasi tentang bahaya kesehatan dari merokok belum disebarluaskan secara efektif. Pendapatan yang tinggi mencerminkan daya beli tinggi, dan berhubungan dengan konsumsi rokok yang lebih besar. (Jha and Chaloupka, 2000 dalam Adioetomo, 2005)
69
4.
Usia Berdasarkan hasil penelitian responden sebanyak 61 orang,
responden yang memiliki usia < 32 tahun yaitu sebanyak 24 orang (39,3 %) dan responden yang memiliki umur > 32 tahun yaitu sebanyak 37 orang (60,7 %) dari jumlah responden keseluruhan sebanyak 61 orang. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian pada usia menunjukan presentase terbanyak pada responden yang merokok memiliki usia > 32 tahun yaitu sebanyak 37 orang (60,7 %). Menurut Levison ( dalam potter dan perry, 2005) bahwa usia 33 tahun termasuk ke dalam masa dewasa awal, yakni masa tenang merupakan masa ketika seseorang mengalami stabilitas yang lebih besar. Tugas perkembangan masa ini sudah mulai membentuk keluarga, memilih menjadi orang tua dan mengasuh anak. Namun perlu ditekankan bahwa berhenti merokok lebih baik pada usia sedini mungkin, karena semakin cepat berhenti merokok maka fungsi paru akan menjadi semakin baik, kematian dan kecacatan karena penyakit akibat rokok dapat dicegah dengan peningkatan umur pada perokok yang berhenti merokok dan bukan perokok Hal ini sejalan dengan data RISKESDAS tahun 2010 terhadap perokok bahwa prevalensi perokok tertinggi saat itu terdapat pada kelompok umur 24-64 tahun dengan rentang prevalensi antara 30,7 % – 32,2 %. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nursalam & Pariani (2001), semakin tua usia
70
seseorang maka semakin konstruktif dalam menerima informasi yang didapat dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki. Dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. B. Persepsi Persepsi merupakan proses seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti ( Kotler, 2000). Persepsi pada setiap orang berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses persepsi pada individu, tergantung pada apa yang individu harapkan, pengalaman dan motivasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya : faktor eksternal dan faktor internal (Shaleh,2004). Persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yang dalam hal ini adalah perilaku merokok. Hal ini sesuai dengan teori perilaku Notoatmodjo (2003) dimana persepsi merupakan faktor internal yang mempengaruhi perilaku seseorang. Persepsi seseorang terhadap perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh iklan media massa baik cetak maupun elektronik. Hasil penelitian Winarni (2003) menyatakan bahwa media massa sangat mempunyai kekuatan besar didalam membentuk pola pemikiran masyarakat. Media telah menjadi sumber dominan bagi masyarakat untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial. Iklan rokok di media massa selalu ditampilkan secara menarik dan kreatif dengan mengkombinasikan gambar, suara, dan gerak sehingga masyarakat selalu ingat kata dalam iklan
71
walaupun iklan tersebut tidak pernah menampilkan seseorang yang sedang merokok. Adapun persepsi yang salah ternyata dapat membawa dampak yang besar bagi seseorang. Persepsi tentang bahaya merokok ternyata penting bagi seseorang untuk berperilaku merokok atau tidak. Seharusnya pemerintah juga dapat berperan dalam hal mencegah karyawan merokok. Misalnya dengan membuat peraturan penjualan rokok. Selain itu, dari perusahaan rokok itu sendiri yang tidak boleh mensponsori kegiatan keolahragaan. Selama ini yang terjadi adalah sebagian besar sponsor kegiatan olahraga disponsori oleh perusahaan rokok. Usaha lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah dengan memberlakukan pajak yang sangat tinggi terhadap perusahan rokok Berdasarkan hasil penelitian dilakukan pada 61 responden di PT. Sintas Kurama Perdana mengenai tingkat persepsi yang mempunyai persepsi kurang baik tentang bahaya merokok yaitu sebanyak 36 orang (59,0 %) dan responden yang memiliki persepsi tentang bahaya merokok yang baik yaitu sebanyak 25 orang (41,0 %). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa responden yang memiliki persepsi kurang baik tentang bahaya merokok lebih tinggi dari pada responden yang memiliki persepsi baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurlailah (2010) mengenai persepsi dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Peneliti menyatakan bahwa persepsi
mengenai dampak merokok terhadap
kesehatan yang dilakukan pada 120 responden, pada kategori negatif
72
sebanyak 62 orang dengan presentase 51,7 % sedangkan kategori positif sebanyak 58 orang dengan presentase 48,3 %. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian pada distribusi tingkat pesepsi menunjukan presentase terbanyak pada persepsi mengenai dampak merokok pada kesehatan yang berkategori negatif yaitu sebanyak 62 orang (51,7 %). Adapun faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan pengunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok. Faktor lain yang menyebabkan seseorang merokok adalah pengaruh iklan. Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua / teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi terhadap penampilan dan manfaat merokok. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak yang merokok maka semakin besar juga kemungkinan teman-temannya sebagai perokok. C. Perilaku Menurut
Robert
Kwick
(1974)
dalam
Notoadmodjo
(2007)
mengatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Skinner (1938) dalam Notoadmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Green (1980) mengatakan bahwa untuk membentuk suatu perilaku diperlukan 3 faktor, yaitu faktor predisposisi (faktor pendukung), faktor pemungkin dan faktor penguat. Penelitian ini berfokus pada salah satu faktor, yaitu faktor pendukung yang meliputi pengetahuan, sikap dan
73
praktek. Pengetahuan yang tinggi, sikap yang positif, jika tidak diimbangi dengan praktek yang baik maka tidak akan membentuk suatu perilaku baru. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseornag dalam hal ini frekuensi merokok adalah emosi (Notoatmodjo, 2003). Faktor emosi yang dimaksud seperti perasaan cemas, marah, dan depresi. Pada saat karyawan menghadapi masalah atau beban pikiran yang berat karena masalah perusahaan, karyawan akan mencari pelarian dengan merokok karena mereka menganggap rokok dapat membuat santai, melepaskan kebosanan, dan mengurangi ketegangan yang dirasakan. Faktor
penting
untuk
mengurangi
frekuensi
merokok
atau
menghentikan kebiasaan merokok menurut Aditama (1999) adalah kemauan atau motivasi yang kuat dari perokok itu sendiri khususnya karyawan. Jika tidak ada kemauan yang kuat, metode apapun yag dipakai tidak akan berhasil. Hal ini mungkin terjadi pada karyawan PT. Sintas Kurama Perdana, terbukti dengan sebagian karyawan terpengaruh terhadap merokok. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Sintas Kurama Perdana, yang memiliki perilaku merokok sebanyak 33 orang (54,1 %) dan responden yang tidak perilaku merokok sebanyak 28 orang (45,9 %). Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar responden merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani (2010) bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakrta, yang merokok sebanyak 38 responden (44,2 %), dan
74
yang tidak merokok sebanyak 48 responden (55,8 %). Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar mahasiswa merokok. Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan
Rizkiani (2002)
mengenai hubungan antara stres dengan perilaku merokok pada pegawai negeri sipil laki-laki terhadap 109 responden, terdapat responden dengan perilaku merokok sebanyak 55 orang (50,5 %) dan responden yang tidak merokok sebanyak 54 orang (49,5 %). Dari hasil penelitian pada distribusi tingkat perilaku menunjukan bahwa presentase terbanyak pada responden yang perilaku merokok sebanyak 55 orang ( 50,5 %). Silvan Tomkins dalam Sarafino (1994) telah mengemukakan 4 alasan psikologis yang menyebabkan orang merokok, yaitu karena mendapat pengaruh positif dari rokok, relaksasi dan kesenangan, menganggap rokok dapat menghilangkan kecemasan atau ketegangan, tanpa sadar merokok sudah
otomatis
dilakukan
dan
pada
akhirnya
perokok
memiliki
ketergantungan pada rokok. Perilaku merokok pada saat stress didukung oleh hasil yang dirasakan setelah menghisap rokok. Hal-hal yang paling dirasakan ketika atau setelah merokok adalah kenikmatan, kepuasan, dan merasakan ketenangan. Seorang perokok
dapat
kembali
merokok
bahkan
meningkatkan
intensitas
merokoknya ketika dalam keadaan stress. Semakin tinggi tingkat stress maka semakin tinggi perilaku merokok. Salah satu tipe perilaku merokok yaitu perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan positif. Rasa positif ini menjadikan seseorang lebih tenang dan bahagia (Tomkins, 1991 dikutip dari Trim, 2006). Perilaku
75
merokok responden juga lebih dipengaruhi persaan positif. Terbukti sebanyak 10,3 % responden sangat setuju dan 40, 6 % responden setuju dengan pernyataan merokok membuat tenang dan rileks. Selain tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, ada tipe perokok yang dipengaruhi perasaan negatif (Tomkins, 1991 dikutip dari Trim, 2006). Sebagian reponden memiliki perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif, 43,4 % responden tidak setuju dan 31,4 % sangat tidak setuju dengan pernyataan bahwa reponden tidak akan merokok walaupun stres. Ini berarti bahwa responden menganggap rokok sebagai penyelamat saat responden stres sehingga stres tersebut dapat berkurang. Tipe perilaku merokok antara lain perilaku merokok yang sudah menjadi rutinitas (Tomkins, 1991 dikutip dari Trim, 2006). Responden juga ada yang berperilaku merokok karena sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas. Terlihat dari 10,3 % reponden setuju dan 38,9 % responden sangat setuju terhadap pernyataan merokok sudah menjadi rutinitas dalam kehidupan. Ini berarti bahwa sudah menjadi perilaku responden yang otomatis, tanpa dipikirkan dan disadari. D. Hubungan persepsi dengan perilaku merokok Berdasarkan hasil pengolahan data uji statistik dengan mengunakan uji chi square dengan bantuan program SPSS 16 for windows menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna (a > 0,05) antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT.Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek dengan Pvalue
76
0,440. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh OR = 0,667 (95 % CI; 0,237-1,873). Nilai tersebut seharusnya dapat menjadi arahan untuk menyimpulkan adanya hubungan antara persepsi bahaya merokok dengan perilaku merokok responden. Ketidaksesuaian nilai ini dengan hasil analisa statistik diperkirakan karena ada faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini. Peneliti berasumsi faktor tersebut, antara lain : perbedaan persentase antara reponden yang berjenis kelamin laki-laki dan responden berjenis kelamin perempuan dimana jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, adanya perbedaan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi masing-masing responden, dan perbedaan responden dalam ketelitian dalam pengisian kuesioner dan kemungkinan lain memang benar bahwa persepsi merokok tidak berhubungan dengan perilaku merokok. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Nurlailah (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi tentang dampak merokok dengan perilaku merokok di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun hasil penelitian Istyawati (2008) menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang dampak merokok dengan persepsi peraturan larangan merokok. Yang didapatkan dari nilai p value <0,05. Dikarenakan tingkat pengetahuan perokok aktif tentang dampak merokok tinggi, namun hal ini tidak membuat perokok berkeinginan untuk berhenti merokok. Hal ini menunjukan bahwa nilai p value 0,857 atau lebih dari 0,005 (p>0,05).
77
Didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Nurlailah (2010) menyebutkan juga bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok menunjukan nilai sebesar -0,132 dengan nilai signifikan sebesar 0,149. Hal ini menunjukan bahwa nilai p value kurang dari 0,05 (p<0,05). Dan adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Rizkiani (2002) mengenai hubungan antara stress dan perilaku merokok menunjukan p value sebesar 0,252 dengan taraf signifikasi (tingkat kesalahan) sebesar 0,05 sehingga Ha ditolak dan Ho diterima. Kesimpulan dari hasil tersebut adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stress dengan perilaku merokok pada pegawai negeri laki-laki. Persepsi tentang perilaku merokok penting bagi seseorang untuk berperilaku merokok atau tidak (Jamal, 2006). Seseorang memiliki perbedaan persepsi megenai perilaku merokok, ada yang baik dan buruk, keduanya tetap merokok. Hal ini dimungkinkan karena masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya demografi, sosiopsikologis, dan perasaan terancam oleh penyakit (Potter dan Perry, 2005). Hal ini membuktikan bahwa karyawan yang merokok karena dipengaruhinya perasaan yang negatif memiliki persepsi yang negatif pula tentang dampak merokok terhadap kesehatan, dapat disimpulkan bahwa karyawan yang merokok karena ingin menghilangkan perasaan yang tidak menyenangkan pada dirinya memiliki persepsi bahwa merokok tidak berbahaya bagi kesehatan.
78
Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan, yaitu faktor kepuasan psikologis, pengaruh dari lingkungan keluarga dan memiliki ketergantungan terhadap merokok. Peningkatan konsumsi rokok bisa dipengaruhi adanya faktor, salah satunya anggota keluarga yang juga merokok. Hal ini berarti bahwa faktor lingkungan, yaitu keluarga memberikan sumbangan yang berarti pada peningkatan perilaku merokok pada subjek penelitian (Sarafino,1994). E. Keterbatasan penelitian Selama proses penelitian masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang terjadi : 1. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami peneliti,
ada
beberapa
responden
disaat
dilakukan
wawancara
penerimaan kurang bersahabat sehingga peneliti mengalami kesulitan namun peneliti menyadari bahwa tidak adanya waktu khusus pada responden dan waktu pengisian kuesioner pada saat jam kerja sehingga cukup menggangu reponden. Hal ini yang menyebabkan reponden tergesa-gesa saat pengisian kuesioner. 2. Dari segi intrumen penelitian juga mempunyai keterbatasan karena instrumen berupa kuesioner dalam bentuk objektif dan sudah disediakan alternative jawabannya, sehingga jawaban yang diberikan oleh responden kurang memuaskan jika dibandingkan dengan instrumen yang bersifat terbuka.
76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian serta saran tentang persepsi tentang dampak merokok dengan perilaku merokok pada karyawan di PT. Sintas Kurama Perdana Kawasan Pupuk Kujang Cikampek.
A. Kesimpulan 1. Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu : a. Dari data demografi responden diperoleh data terbanyak yaitu responden berjenis kelamin laki-laki (96,7%), berpendidikan menengah
(41,0
%),
memiliki
penghasilan
>
UMR
atau
Rp 2.400.000 (70,5%), dan usia >32 tahun (60,7%). b. Berdasarkan hasil analisa uji statistik didapatkan bahwah tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan. Dengan r hitung Pvalue 0,440.
76
77
B. Saran Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu: a. Untuk mencegah meningkatnya prevalensi merokok dimasa mendatang perlu penanganan dari Dinas Kesehatan yaitu: 1. Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap bahaya merokok secara menyeluruh kepada karyawan di Kawasan Industri PT. Sintas Kurama Perdana. 2. Menegakan secara hukum terhadap orang-orang yang merokok di fasilitas umum. b. Kebiasaan merokok sudah sangat meluas dikalangan masyarakat, maka untuk menanggulanginya melalui media cetak dan elektronik perlu dikembangkan persepsi tentang buruknya kebiasaan merokok. c. Untuk menurunkan konsumsi rokok, maka pemerintah harus melakukan beberapa hal yaitu: 1. Membuat peraturan untuk penjual rokok, sehingga tidak semua penjual dapat menjual rokok. 2. Melarang iklan rokok secara keseluruhan. 3. Membuat peraturan larangan membeli rokok, sehingga tidak semua orang dapat mebeli rokok.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama.Rokok dan kesehatan, edisi 3.Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta. 2009. Alamsyah, R.M. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit periodontal remaja di kota medan.” Skripsi Mahasiswa Universitas Sumatra Utara. 2007. Amelia, Adisti. “Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki.” Skripsi Mahasiswa Keperawatan Universitas Indonesia. 2009. Angela, s. “Hubungan pengethuan perokok aktif tentang bahaya merokok dengan frekuensi merokok mahasiswa UI.” Riset tidak diterbitkan. Depok : fakultas ilmu keperawtan Universitas Indonesia. 2008. Astuti,Lindia. “Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang perokok aktif untuk berhenti merokok.”Skripsi Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia” Jakarta.2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2010. Diakses pada tanggal 20April 2011 dari http://www.diskes.jabarprov.go.id/download.php?title=RISKESDAS%202010 &source=data/download/201121152334.pdf. 2010.
Baequni, dan Nasir, NM. Islam dan kesehatan : UIN Press. 2004. Baequni, dan Nasir, NM. Gambaran perilaku merokok civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Medika islamika : julnal kedokteran, kesehatan, dan keislaman. Vol.2. No 1. 16-27. 2005.
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medical Bedah. edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC. 2002. Depkes. 2011. Mediakom : Info Sehat Untuk Semua. Edisi XXVIII Februari 2011. Endrawanch. 10 negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Diakses pada tanggal 7 Maret 2001 dari http://www.lintasberita.com/Dunia/BeritaDunia/10_Negara_dengan_Jumlah_Perokok_Terbesar_di_Dunia. 2009.
Fitriyani, Yeni. “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Merokok Dengan Perilaku Merokok.” Skripsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah . Jakarta.2010. Hidayat. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. 2007. Hidayat, A.Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Husaini, Aiman. Tobat Merokok. Depok: Pustaka Iman. 2007.
Ibrahim, Zaim. Dampak bagi Kesehatan bila anda suka merokok. Diakses tanggal 05 April 2012 dari http://blog.elearning.unesa.ac.id Istyawati, Dyah. “Pengetahuan tentang dampak merokok dan persepsi peraturan larangan merokok”. Skripsi mahasiswa Institut Pertanian Bogor. 2008. Jamal, S. Pria desa berpendidikan rendah terbanyak. Medika julnal kedokteran indonesia no 03 tahun ke XXXII, Maret 2006. Diakses tanggal 10 november 2007 dari http://www.pdpersi.co.id. 2006. Komalasari,D&AvinFadillaHelmi.Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja.Diakses tanggal 20 April 2011 dari http://avin.staff.ugm.ac.id. 2000.
Mangku, Sitepoe. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia. 1997. Maramis, Willy F. Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan. Surabat Airlangga Univernity Press: Jakarta. 2006. Meliono, Irmayati. “ MPKT Modul 1”. Lembaga Penerbitan FEUI: Jakarta. 2007. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Notoatmodjo, S. Promosi kesehatn, teori dan aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. 2005. Notoadmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta:Jakarta. 2007.
Nurlailah, Neneng. “Hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku merokok mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah”. Skripsi mahasiswa fakultas psikologi UIN syarif hudayatullah Jakarta. 2010. Nursalam, Manajemen keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2011. Nursalam, Efendi, Fery. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba .Medika. 2008. Notoadmojo. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka cipta. 2003.
Potter, P. A. & Perry, A. G. Fundamental keperawatan: konsep proses, dan praktek edisi II. 2005. Rizkiani, Melly.”Hubungan antara stress dengan perilaku merokok pada pegawai negeri sipil laki-laki”. Skripsi mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang. 2002. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha ilmu. 2007. Siahaan, Jarar. Jenis Rokok dan Statistik Rokok. 2008. Trihono,. Fakta Tembakau : Permasalahannya di Indonesia Tahun 2010. Jakarta. Tobacco Control Support Center (TCSC)-IAKMI. 2010. Winarni. Komunikasi massa : suatu pengantar. Universitas Muhamadiyah Malang. 2003. World Health Organization.WHO Report on the Global Tobacco Epidemic,2008,The power Package. Diakses tangga l6 desember 2012 dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/mpower_report_full_2008/_eng_fu ll.pdf. 2008.
Zakaria, Ahmad.dkk. Perilaku Manusia Dalam Pandangan Islam dan Ilmu PsikologiModeren. Miitsaq Pustaka: Yogyakarta. 2009.
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK
A. Data Responden Petunjuk pengisian : Isilah lembar biodata responden dengan lengkap dan beri tanda (√ ) pada kolom yang tersedia 1. Nama :
2. Umur :
< 32 tahun
> 32 tahun
3. Jenis Kelamin :
Pria
Wanita
4. Penghasilan :
< UMR
>UMR
5. Pendidikan Terakhir :
SMA
D III
SI
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK
B.Persepsi Petunjuk pengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat berikan tanda checklist (√ ) pada kolom jawaban yang telah disediakan. Ket : SS S
: Sangat Setuju
KS
: Kurang Setuju
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
No
PERNYATAAN
1.
Menurut saya asap rokok mengakibatkan infeksi paru bagi perokok.
2.
Menurut saya kandungan didalam rokok dapat mengganggu kesehatan.
3.
Menurut saya merokok membahayakan kesehatan diri sendiri maupun lingkungan.
4.
Menurut saya merokok dapat menimbulkan penyakit contohnya kanker paru.
5.
Menurut saya sakit maag lebih banyak terjadi pada perokok daripada yang bukan perokok.
6.
Menurut saya nikotin yang membuat seseorang menjadi ketagihan.
7.
Menurut saya merokok merupakan lambang dari kedewasaan.
8.
Menurut saya tar dapat menyebabkan warna gigi menjadi kecoklatan.
9.
Menurut saya merokok dapat menyebabkan kehilangan nafsu makan.
10.
Menurut saya merokok dapat menimbulkan banyak kerugian.
11.
Menurut saya iklan rokok mempunyai pengaruh besar terhadap motivasi untuk merokok.
12.
Menurut saya faktor seseorang untuk merokok karena harga rokok yang relatif murah.
13.
Menurut saya merokok merupakan salah satu cara untuk mencari jati diri.
14.
Menurut saya merokok dapat menenangkan jiwa dan menghilangkan kecemasan.
SS
S
KS
TS
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK
C. perilaku Petunjuk pengisian : Beri tanda Checklist (√ ) pada kolom jawaban yang telah disediakan yang menurut anda benar. Ket: S KK NO
: Sering
J
: Jarang
: Kadang-kadang
TP
: Tidak pernah
PERNYATAAN
1.
Saya menghabiskan hampir satu bungkus rokok setiap harinya.
2.
Saya menghisap satu batang rokok dalam waktu yang tidak terlalu lama.
3.
Saya tidak membatasi jumlah batang rokok yang saya hisap setiap harinya.
4.
Saya merasa terganggu jika tidak menghisap satu batang rokok saja dalam satu hari.
5.
Saya merokok setiap kali saya ingin merokok.
6.
Saya tidak membatasi waktu untuk merokok.
7.
Saya merokok dengan rutin pada waktu-waktu tertentu, misalnya setelah makan dan sebelum tidur.
8.
Saya berniat untuk tidak merokok selamanya.
9.
Merokok sudah menjadi rutinitas dalam kehidupan saya
10.
Saya tetap merokok meskipun sedang berada di tempat kerja.
11.
Saya tidak merokok dalam angkutan umum seperti: angkot,bus,kereta dll.
12.
Saya merokok dimanapun yang saya inginkan.
13.
Saya bisa mengganti rokok dengan permen-permen pengganti rokok.
14.
Saya tidak akan merokok bila disekitar saya banyak orang.
15.
Saya belum berniat untuk berhenti merokok dalam waktu dekat.
16.
Saya kurang menghiraukan bahaya merokok yang tercantum pada bungkus rokok itu sendiri.
S
KK
J
TP
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI PT SINTAS KURAMA PERDANA KAWASAN INDUSTRI PUPUK KUJANG CIKAMPEK
KISI- KISI KUESIONER
B. KUESIONER PERSEPSI MEROKOK NO
DIMENSI
JUMLAH
NO ITEM
1
Bahaya merokok
5
1,3,4,5,10
2
Kandungan dalam rokok
5
2,6,7,8,9
3..
Faktor-faktor penyebab merokok
4
11,12,13,14
Jumlah 14
C. KUESIONER PERILAKU MEROKOK NO
DIMENSI
JUMLAH ITEM
NO ITEM
1.
Kategori merokok
6
1,2,3,4,5
2.
Jenis rokok
5
7,8,10,11
3.
Dampak merokok
3
9,13,14,6
4.
Pencegahan merokok
4
12,15,16
Jumlah
16
Hasil Uji Validitas Persepsi Case Processing Summary N Cases
%
Valid a
Excluded Total
20
100.0
0
.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items 0.888
15
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
3.20
.951
20
P2
3.30
.733
20
P3
3.30
.733
20
P4
3.25
.786
20
P5
2.60
.821
20
P6
3.10
.852
20
P7
1.55
.826
20
P8
3.05
.759
20
P9
2.40
.883
20
P10
3.10
.718
20
P11
2.40
1.095
20
P12
2.25
1.118
20
P13
1.80
1.005
20
P14
2.05
1.050
20
P15
2.25
.967
20
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1
36.40
59.832
.661
.876
P2
36.30
61.589
.725
.876
P3
36.30
61.589
.725
.876
P4
36.35
60.345
.778
.873
P5
37.00
61.474
.646
.878
P6
36.50
60.158
.725
.874
P7
38.05
63.313
.492
.884
P8
36.55
62.576
.609
.880
P9
37.20
63.326
.453
.885
P10
36.50
62.474
.658
.878
P11
37.20
60.800
.495
.885
P12
37.35
57.924
.663
.876
P13
37.80
61.747
.488
.884
P14
37.55
62.576
.408
.889
P15
37.35
68.345
.074
.902
Scale Statistics Mean
Variance
39.60
70.463
Std. Deviation
N of Items
8.394
15
Hasil Uji Validitas Perilaku Case Processing Summary N Cases
Valid
% 20
100.0
0
.0
20
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
0.875
20
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
2.55
1.191
20
P2
2.65
.933
20
P3
2.80
1.005
20
P4
2.65
1.137
20
P5
3.15
.988
20
P6
2.15
1.089
20
P7
2.60
.995
20
P8
2.30
1.174
20
P9
2.75
1.209
20
P10
2.95
1.050
20
P11
3.00
.973
20
P12
3.00
.973
20
P13
2.85
1.182
20
P14
2.95
.999
20
P15
2.60
1.095
20
P16
2.70
1.031
20
P17
2.80
1.105
20
P18
2.45
1.050
20
P19
2.25
1.293
20
P20
2.95
1.050
20
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Deleted
P1
51.55
118.997
.701
.861
P2
51.45
122.682
.729
.862
P3
51.30
122.221
.692
.863
P4
51.45
119.313
.725
.861
P5
50.95
130.261
.327
.874
P6
51.95
118.471
.800
.858
P7
51.50
127.842
.435
.871
P8
51.80
119.221
.703
.861
P9
51.35
126.345
.398
.873
P10
51.15
122.345
.653
.864
P11
51.10
128.305
.425
.871
P12
51.10
136.411
.056
.882
P13
51.25
127.250
.374
.874
P14
51.15
128.450
.405
.872
P15
51.50
125.737
.476
.870
P16
51.40
122.042
.681
.863
P17
51.30
121.905
.635
.864
P18
51.65
138.134
-.025
.886
P19
51.85
122.450
.507
.869
P20
51.15
140.134
-.105
.888
Scale Statistics Mean 54.10
Variance 138.621
Std. Deviation 11.774
N of Items 20
ANALISA UNIVARIAT
Frequencies Statistics PERSEPSI N
Valid
PERILAKU
61
61
0
0
Mean
37.51
39.84
Median
38.00
36.00
32
35
8.072
10.433
Missing
Mode Std. Deviation
Frequency Table persepsi_kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang baik
36
59.0
59.0
59.0
baik
25
41.0
41.0
100.0
Total
61
100.0
100.0
perilaku_kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang baik
33
54.1
54.1
54.1
baik
28
45.9
45.9
100.0
Total
61
100.0
100.0
ANALISA BIVARIAT Crosstabs
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
persepsi_kat * perilaku_kat
61
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 61
100.0%
persepsi_kat * perilaku_kat Crosstabulation perilaku_kat kurang baik persepsi_kat
kurang baik
Count % within persepsi_kat
baik
Count % within persepsi_kat
Total
Count % within persepsi_kat
baik
Total
18
18
36
50.0%
50.0%
100.0%
15
10
25
60.0%
40.0%
100.0%
33
28
61
54.1%
45.9%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.441
.260
1
.610
.596
1
.440
.594 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.602 .584
1
.445
61
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,48. b. Computed only for a 2x2 table
.306
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for persepsi_kat (kurang baik / baik) For cohort perilaku_kat = kurang baik For cohort perilaku_kat = baik N of Valid Cases
Lower
Upper
.667
.237
1.873
.833
.527
1.317
1.250
.699
2.234
61
DATA KATEGORIK RESPONDEN JKKat Cumulative Frequency Valid
LAKI-LAKI PEREMPUAN Total
Percent
Valid Percent
Percent
59
96.7
96.7
96.7
2
3.3
3.3
100.0
61
100.0
100.0
PendidikanKat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Dasar
17
27.9
27.9
27.9
Menengah
25
41.0
41.0
68.9
Tinggi
19
31.1
31.1
100.0
Total
61
100.0
100.0
PenghasilanKat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
18
29.5
29.5
29.5
>UMR
43
70.5
70.5
100.0
Total
61
100.0
100.0
umur_kat Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
< 35 tahun
24
39.3
39.3
39.3
> 35 tahun
37
60.7
60.7
100.0
Total
61
100.0
100.0
UJI NORMALITAS Regression Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Method
a
PERSEPSI
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PERILAKU
Model Summaryb Model
R
1
.170a
R Square
Adjusted R Square
.029
Std. Error of the Estimate
.013
10.367
a. Predictors: (Constant), PERSEPSI b. Dependent Variable: PERILAKU
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression
df
Mean Square
189.156
1
189.156
Residual
6341.204
59
107.478
Total
6530.361
60
a. Predictors: (Constant), PERSEPSI b. Dependent Variable: PERILAKU
F 1.760
Sig. .190a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
48.087
6.359
PERSEPSI
-.220
.166
Beta
t
-.170
Sig.
7.562
.000
-1.327
.190
a. Dependent Variable: PERILAKU
Residuals Statisticsa Minimum Maximum Predicted Value
Mean
Std. Deviation
N
36.21
45.01
39.84
1.776
61
-13.608
21.152
.000
10.280
61
Std. Predicted Value
-2.043
2.912
.000
1.000
61
Std. Residual
-1.313
2.040
.000
.992
61
Residual
a. Dependent Variable: PERILAKU
Charts
Regression
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
PERILAKUa
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PERSEPSI
Model Summaryb Model
R
1
.170a
R Square
Adjusted R Square
.029
Std. Error of the Estimate
.013
8.021
a. Predictors: (Constant), PERILAKU b. Dependent Variable: PERSEPSI
ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression
df
Mean Square
113.234
1
113.234
Residual
3796.012
59
64.339
Total
3909.246
60
a. Predictors: (Constant), PERILAKU b. Dependent Variable: PERSEPSI
F 1.760
Sig. .190a
Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
42.754
4.085
PERILAK U
-.132
.099
Beta
t
-.170
Sig.
10.465
.000
-1.327
.190
a. Dependent Variable: PERSEPSI
Residuals Statisticsa Minimum Maximum Predicted Value
Mean
Std. Deviation
N
34.85
39.20
37.51
1.374
61
-20.853
15.855
.000
7.954
61
Std. Predicted Value
-1.933
1.230
.000
1.000
61
Std. Residual
-2.600
1.977
.000
.992
61
Residual
a. Dependent Variable: PERSEPSI
UJI NORMALITAS PERSEPSI Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
PERSEPSI
61
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 61
100.0%
Descriptives Statistic PERSEPSI
Mean
37.51
95% Confidence Interval for Lower Bound
35.44
Mean
Upper Bound
Std. Error 1.033
39.58
5% Trimmed Mean
37.89
Median
38.00
Variance
65.154
Std. Deviation
8.072
Minimum
14
Maximum
54
Range
40
Interquartile Range
10
Skewness
-.691
.306
Kurtosis
2.105
.604
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic PERSEPSI
df
.198
a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk
Sig. 61
.000
Statistic .903
df
Sig. 61
.000
UJI NORMALITAS PERILAKU
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
PERILAKU
61
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 61
100.0%
Descriptives Statistic PERILAKU
Mean
39.84
95% Confidence Interval for Lower Bound
37.16
Mean
Upper Bound
Std. Error 1.336
42.51
5% Trimmed Mean
39.43
Median
36.00
Variance
108.839
Std. Deviation
10.433
Minimum
27
Maximum
60
Range
33
Interquartile Range
14
Skewness Kurtosis
.804
.306
-.595
.604
Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic PERILAKU
df
.184
a. Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk
Sig. 61
.000
Statistic .868
df
Sig. 61
.000