HUBUNGAN PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK di RUMAH DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK di SEKOLAH KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Oleh :
Bella Monika NPM. A1I010032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
i
HUBUNGAN PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK di RUMAH DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK di SEKOLAH KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
Bella Monika NPM. A1I010032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015
ii
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto: Kesuksesan bukanlah perkara betapa sulitnya kau berjuang untuk itu, tapi seberapa sabar kau menghadapi proses untuk mencapai kesuksesan itu. Persembahan: Untuk semua kasih sayang yang tak ternilai Untuk tiap do’a dan motivasinya Untuk setiap air mata yang berlalu Untuk tiap kemudahan diantara kesulitan Sebuah kado kecil kupersembahkan kepada: 1. Ayah terhebat sedunia (Mahrim) dan ibu tercinta (Rosnil Hatimah), terima kasih atas semua kasih sayang, cinta, do’a, pengorbanan, perjuangan, keikhlasan dan kesabaran kalian
yang
kupersembahkan
selalu untuk
hadir Bak
untukku. dan
Mak
Skripsi sebagai
ini
wujud
bhaktiku atas setiap tetes keringatmu yang tak pernah bisa terbalaskan sampai kapanpun. 2. Adikku tercinta (Widya Wahyuni & Dafa Putra Pratama), terima kasih karena kalian lah sumber semangat dank untuk meraih mimpi. 3. RVN, seseorang yang selalu menerimaku di setiap keadaan. Terima kasih atas semua kesediaanmu. 4. Sahabatku (Enda, Mia, Nike, Santi, Rika, Wika, Yerlia) yang selalu memberi pelangi dalam hidupku. Terima kasih bestie telah bersedia menjadi sahabat disetiap keadaanku.
5. Keluarga besarku, terima kasih atas semangat, dukungan, bantuan dan do’a yang selalu tercurah untuk ku. 6. Teman-teman
mahasiswa
S1
PG-PAUD
FKIP
UNIB
angkatan 2010 (ayu, prety, hida, vika, fira, ii, retno, asri, renti,novita, elsa, indah). 7. almamaterku
HUBUNGAN PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK DI RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK DI SEKOLAH TK TUNAS HARAPAN KELOMPOK A KOTA BENGKULU Bella Monika A1I010032
Mahasiswa PG-PAUD FKIP Universitas Bengkulu ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosialemosional anak di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak didik kelompok A tahun ajaran 2014/2015 yaitu sebanyak 30 orang anak. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian tentang perkembangan sosial-emosional anak diolah menggunakan analisis statistik dengan rumus persentase dan product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan perkembangan sosial-emosional anak di rumah dari hasil penelitian yaitu sebanyak 50% telah berkembang dengan baik sedangkan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah sebanyak 60% telah berkembang dengan baik. Hasil penelitian ini menunjukkan Ada korelasi yang signifikan antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Dari perhitungan r-hitung > rtabel yaitu 0,767 > 0,367 atau hipotesis (Ha) yang telah diajukan diterima. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada orangtua hendaknya juga membantu anak untuk mengembangkan dirinya. Selain itu, guru hendaknya memberikan stimulasi untuk mengembangkan perkembangan anak sesuai pada kemampuan anak untuk berkembang.
Kata Kunci: perkembangan sosial-emosional, rumah, sekolah
x
RELATIONS SOCIAL-EMOTIONAL THE DEVELOPMENT OF A CHILD AT HOME TO THE DEVELOPMENT OF SOCIAL-EMOTIONAL SCHOOL CHILD AT TK TUNAS HARAPAN GROUP A THE CITY OF BENGKULU Bella Monika A1I010032
Student PG-PAUD Fkip University Of Bengkulu ABSTRACT The problem in this research is how the relationship between the development of social-emotional child at home against the development of socialemotional children in school . This research aims to know about the relationship between the development of social-emotional child at home against the development of social-emotional children in school. This research was conducted in TK Tunas Harapan the city of Bengkulu .Methods used in research is quantitative correlational. The sample used in this research is the son of group A of a students academic year 2014/2015 is about 30 children. Research data collected using a questionnaire .The results of research on the development of children social-emotional mixed use of statistical analysis with the formula the percentage and product moment. The results of this research shows the development of social-emotional child at home from the research that is as much as 50% have well-developed social-emotional while the development of children in school as many as 60% has been developing well. The results of this research show there is a significant correlation between the social-emotional development of children in the home of social-emotional development of children in the school. Of calculation r-hitung > r-tabel namely 0,767 > 0,367 or hypothesis (Ha) accepted that has been filed. From the results of this research was recommended to parents should also help children to develop itself. Beside that, teachers should provide stimulation to develop child development based on the ability of a child to developing.
Keyword: social-emotional developments ,home ,school
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................... Tabel 3.1 Populasi Anak Didik Kelompok A TK Tunas Harapan ........... Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah dan di Sekolah ................................................ Tabel 3.3 Tabel 3.4 Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah ..... Tabel 3.5 Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah.... Tabel 3.6 Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment ........................... Table 4.1 Skor Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah .......... Tabel 4.2 Hasil Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah ................................................................................. Tabel 4.3 Korelasi antara variable X dan variable Y ...............................
xvi
41 44 46 51 52 53 57 58 59
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Jadwal Penelitian ................................................................... Lampiran 2. Kisi-Kisi Angket Perkembangan Sosial-Emosional Anak .... Lampiran 3. Hasil Angket Orangtua .......................................................... Lampiran 4. Lanjutan Hasil Angket Orangtua ........................................... Lampiran 5. Total Skor Hasil Angket Orangtua ........................................ Lampiran 6. Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah .. Lampiran 7. Skor Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah ....... Lampiran 8. Hasil Angket Guru ................................................................. Lampiran 9. Lanjutan Hasil Angket Guru.................................................. Lampiran 10.Total Skor Hasil Angket Guru ............................................... Lampiran 11.Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah . Lampiran 12.Skor Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah ...... Lampiran 13.Hasil Skor Angket perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah .............................................................................. lampiran 14.Korelasi Product Moment ...................................................... Lampiran 15.Lembar Angket Orangtua ...................................................... Lampiran 16.Surat Pengantar Pengisian Angket Orangtua......................... Lampiran 17.Lembar Angket Guru ............................................................. Lampiran 18.Surat Pengantar Pengisian Angket Guru ............................... Lampiran 19.Lembar Judgement Uji Validitas ........................................... Lampiran 20. Lembar Validasi Angket ....................................................... Lampiran 21. Daftar Nama Guru ................................................................ Lampiran 22. Daftar Nama Anak ................................................................ Lampiran 23. Surat Permohonan Validasi Angket ..................................... Lampiran 24. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas ....................................... Lampiran 25. Surat Izin Penelitian Dari Diknas ......................................... Lampiran 26. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian .................. Lampiran 27. Surat Izin Sidang Skripsi ...................................................... Lampiran 28. Riwayat Hidup ......................................................................
xvii
68 69 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
82 83 85 87 88 90 91 93 104 105 106 109 110 111 112 113
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada,baik dalam jalur pendidikan formal maupun nonformal. Seperti yang dikemukakan dalam Yuliani (2012: 7) bahwa usia dini sejak lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Pendidikan anak usia dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa. Pendidikan anak usia dini tidak harus mengeluarkan biaya yamg mahal atau melalui suatu wadah tertentu, melainkan pendidikan anak usia dini dapat dimulai di rumah atau dalam pendidikan keluarga (Asmawati, 2008: 13).
1
2
Menurut Kartono (2007: 21) Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pad anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu, menuju kedewasaan. Sedangkan menurut Yusuf (2011: 1) perkembangan adalah suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi: meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerja sama (Budiamin, dkk. 2006: 124). Menurut Goleman dalam Triatna (2008: 7) kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (to appropiateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Pada umumnya, bentuk reaksi emosi yang dimiliki anak sama dengan orang dewasa. Perbedaannya hanya terletak pada penyebab tercetusnya reaksi emosi dan cara mengekspresikannya.
3
Kecerdasan Emosi (EQ) menjadi faktor penting dalam keberhasilan seseorang dalam lingkup pergaulan sosial. Seorang anak yang memiliki kecerdasan
emosi
mengungkapkan
yang
pikiran
baik
mempunyai
dan
perasaan
kemampuan
secara
lugas.
lebih
untuk
Keberhasilan
pengembangan aspek emosi anak merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan anak masa depan. Perkembangana emosional ini berhubungan dengan aspek emosi yang muncul pada periode anak-anak seperti rasa takut, marah dan lain sebagainya (Nugraha, 2005: 1.6). Selanjutnya dijelaskan bahwa, orangtua berperan sangat penting sebagai figur panutan dalam memperkenalkan konsep kecerdasan emosi pada anak sejak usia dini. Ada beberapa aspek kecerdasan yang perlu dimiliki oleh anak, yaitu: (1) Kecerdasan untuk mengenali emosi sendiri, (2) Kecerdasan mengelola emosi, (3) Kecerdasan memotivasi diri, (4) Kecerdasan untuk mengenali emosi orang lain, dan (5) Kecerdasan sosial. Orangtua dapat mengajarkan
aspek-aspek
kecerdasan
emosi
tersebut
sesuai
dengan
perkembangan usia anak (Nugraha, 2005: 1.6). Hubungan antara orangtua dan anak adalah hubungan dialogis yang berpengaruh timbal balik. Kasih sayang dari orangtua menjadi modal dasar yang akan berpengaruh besar pada perkembangan kepribadian anak. Anak yang hidup dalam asuhan penuh kasih sayang dan perlindungan akan berkembang menjadi peribadi yang sehat, berkepribadian dan mencintai serta menghormati oranguanya. Sebaliknya, anak yang hidup dalam tekanan,
4
kekerasan atau kebencian akan tumbuh menjadi pribadi yang bermasalah (Budiman, 1999: 7). Jadi sebagai orangtua baik itu ayah maupun ibu, sangatlah berpengaruh bagi perkembangan anak. Suasana keluarga yang tenang dan penuh cinta merupakan situasi kondusif bagi perkembangan anak. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi
yang
intensif
sangat
dibutuhkan
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik. Dalam perkembangan anak usia dini terdapat lima aspek perkembangan, yaitu perkembangan agama dan moral, perkembangan fisik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosialemosional. Dari kelima aspek perkembangan anak usia dini di atas, maka peneliti mengambil salah satu dari aspek perkembangan tersebut yaitu perkembangan sosial-emosional
anak.
Karena perkembangan sosial-emosional
sangat
berpengaruh dengan kehidupan anak sehari-hari. Masa anak-anak merupakan masa yang paling penting dalam proses perkembangan sosial-emosional. Meskipun dunia sekolah juga turut berperan dalam mengembangkan perkembangan sosial-emosional anak, keluarga tetap merupakan yang utama dalam perkembangan sosial-emosional anak.
5
Sosial-emosional pada anak penting dikembangkan. Terdapat beberapa hal mendasar yang mendorong pentingnya pengembangan sosial emosional seperti yang dikemukakan oleh Nugraha (2005: 18) tersebut, yaitu makin kompleksnya permasalahan kehidupan di sekitar anak, termasuk didalamnya perkembangan IPTEK yang banyak memberikan tekanan pada anak, dan mempengaruhi perkembangan emosi maupun sosial anak, penanaman kesadaran bahwa anak adalah praktisi dan investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya, karena rentang usia penting pada anak terbatas. Jadi, harus difasilitasi seoptimal mungkin agar tidak ada satu fasepun yang terlewatkan. Ternyata anak tidak bisa hidup dan berkembang dengan Intelectual Question (IQ) semata, tetapi Emotional Intelligent (EI) jauh lebih dibutuhkan sebagai bekal kehidupan, kelima telah tumbuh kesadaran pada setiap anak tentang tuntutan untuk dibekali dan memiliki kecerdasan socialemosional sejak dini. Menurut Feeney dalam Yamin (2013: 59) menyebutkan bahwa Taman Kanak-kanak khususnya bagi anak berusia lima tahun. Anak lahir dengan segala bakat dan kemampuan yang ada, namun kesemua hal itu tidak dapat dimanfaatkan jika tidak dikembangkan secara optimal. Menurut Coles (2003: 49) dimana anak yang mulai memasuki Taman Kanak-kanak biasanya juga membutuhkan kedekatan fisik dengan orangtua dan guru.
6
Dalam upaya pembinaan terhadap pendidikan anak usia dini tersebut, diperlukan adanya suatu upaya untuk mengoptimalkan perkembangan sosialemosional anak, sebab setiap anak merupakan individu yang mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Masa kanak-kanak sangat berbeda dengan masa remaja ataupun masa dewasa. Pada masa ini anak memiliki kecerdasan masing-masing serta memiliki naluri sebangai makhluk yang beragam sebagai fitrah yang diberikan Allah, oleh karena ini potensi yang dimiliki anak aharus dikembangkan secara optimal pada masa ini. Terdapat kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu; generasi sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosional dari pada generasi sebelumnya sehingga berdampak pada kemampuan sosialisasinya. Dengan demikian, perlu ada upaya peningkatan kecerdasan emosional, yaitu usahausaha yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas emosional anak sehingga mampu mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, mampu memotivasi diri sendiri serta mampu mengelola emosi dan perilaku sosial menjadi lebih baik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perkembangan sosial-emosional anak usia dini memang menjadi alasan bagi para orang tua dan pendidik untuk mempertimbangkan
proses
pendidikan
anak
pada
usia
prasekolah.
Kenyataannya saat ini masih banyak anak usia prasekolah yang belum memiliki perkembangan sosial emosional yang optimal dalam melakukan kegiatan di sekolah. Begitu pula yang terjadi di TK Tunas harapan Kota
7
Bengkulu dimana masih banyak anak yang belum bisa bersosialisasi dengan baik terhadap semua yang ada di lingkungan sekolahnya. B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini meneliti perkembangan sosial-emosional anak yang terdiri dari perkembangan pemahaman diri, perkembangan hubungan sosial, perkembangan kemampuan mengatur diri sendiri dan perkembangan perilaku sosial. Aspek perkembangan sosial-emosional anak belum berkembang dengan baik terlihat dari masih banyak anak yang belum mandiri, masih banyak anak yang tidak mau berbagi dan bermain dalam kelompok. Masih ada anak yang acuh dengan lingkungan sosial. Untuk itu perkembangan sosial-emosional anak kelompok A di TK Tunas Harapan Kota Bengkulu perlu diteliti. C. Batasan Masalah Penelitian yang dilakukan adalah pada aspek perkembangan sosialemosional anak usia dini yaitu: 1.
Penelitian ini dibatasi pada perkembangan sosial-emosional anak di rumah.
2.
Penelitian ini dibatasi pada perkembangan sosial-emosional anak di sekolah
3.
Penelitian ini terbatas pada hubungan perkembangan sosial-emosional anak di rumah dengan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah.
8
D. Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimanakah perkembangan sosial-emosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di rumah?
2.
Bagaimanakah perkembangan sosial-emosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di sekolah?
3.
Apakah ada hubungan yang signifikan perkembangan sosial-emosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di sekolah?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalaham diatas, adapun tujuan penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Untuk mendeskripsikan perkembangan sosial-emosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di rumah. 2. Untuk mendeskripsikan perkembangan sosial-emosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di sekolah. 3. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara perkembangan sosialemosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di rumah dengan perkembangan sosial-emosional anak kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu di sekolah.
9
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dilakukan, sesuai dengan tujuan penelitian diatas, dapat memberikan manfaat bagi: a.
Orang tua: untuk mengetahui perkembangan sosial-emosional anak di rumah dengan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah.
b.
Guru: data penelitian ini bermanfaat untuk memperbaiki tingkat perkembangan sosial-emosional anak.
c.
Peneliti sendiri: peneliti dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial emosional anak di sekolah. Penelitian ini juga sebagai bukti dan implementasi dari ilmu yang diterima disaat kuliah sekaligus untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana.
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskriptif Teoritik 1.
Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini a. Definisi Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Menurut Muhibbin dalam Nugraha (1999 : 35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa dan seterusnya. Menurut Aisyah (2008 : 9.35) perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Sedangkan menurut Hurlock dalam Nugraha (1978: 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Selanjutnya menurut Yusuf (2011: 65) perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial yaitu perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat tempat anak berada. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. 10
11
Dalam perkembangan sosial anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial dimana ia berada. Yaitu anak
dapat
bersosialisasi
dengan
baik
sesuai
dengan
tahap
perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak yang mudah bergaul. Secara kronologis, anak yang baru lahir belum memiliki sifat sosial. Kehidupan awal seorang anak diwarnai oleh kehidupan yang sangat egosentris. Piaget menunjukkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Anak hanya memikirkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain. Ia memandang persoalan dari satu sisi, yaitu dari dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain bisa berpandangan berbeda dengan dirinya. Segala hal yang ia lakukan tentu demi diri sendiri, bukan untuk orang lain. Anak-anak kemudian mulai bermain bersama orang lain, terutama dengan keluarga dan anak-anak yang sebaya dengannya, dengan sifat individual yang masih sangat tampak. Dari aktivitas tersebut, tanpa sadar mereka belajar berinteraksi dengan subyek di luar dirinya, yakni keluarga dan orang-orang disekitarnya. Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak tumbuh dari hubungan mereka yang erat dengan orang tua atau pengasuh di rumahnya, terutama anggota keluarga. Interaksi sosial kemudian diperluas dari rumah tangga ke tetangga, dan dari tetangga ke taman kanak-kanak. Perkembangan
12
sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua ini lazim disebut sosialisasi. Menurut Rahman (2002:35) perkembangan sosial mulai agak kompleks ketika anak menginjak usia empat tahun (awal masuk TK). Pada masa-masa tersebut mereka sudah mulai belajar bersama temanteman di luar rumah. Bersama teman-temannya ia memulai permainan sejenis (soliter play), bermain sambil melihat temannya bermain (on looking play), kemudian bermain bersama (cooperative play). Pola-pola bermain secara sosial tersebut menurut Vygotsky dan Bandura dapat menentukan perkembangan kognitif, sehingga melahirkan teori belajar sosial. Bagi anak usia TK (4-6 tahun), perkembangan sosial sudah mulai berjalan. Hal ini tampak dari kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan secara berkelompok. Kegiatan bersama tersebut membuat mereka lebih menikmati permainan. Misalnya, bermain “Pasar-pasaran” membuat mereka berlatih untuk berkomunikasi, berperilaku jujur, dan meningkatkan kemampuan kognitif (berhitung, mengelompokkan, dan sebagainya). Dari sisi sosial-emosional, melalui kegiatan tersebut mereka mulai berlatih memahami perasaan temanteman yang lain di kala setuju atau tidak setuju, senang atau tidak
13
senang. Konflik di antara mereka juga berfungsi sebagai media agar seorang anak tahu bahwa temannya juga mempunyai pikiran, perasaan, dan pandangan yang berbeda. Begitu pentingnya perkembangan sosial tersebut sehingga sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang populer adalah anak yang kurang keterampilan sosial. Perkembangan sosial dapat dipetakan ke dalam beberapa aspek tertentu. Menurut Kostelnik, Soderman, dan Waren, perkembangan sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kompetensi sosial dan tanggung jawab sosial. Kompetensi sosial menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya menginginkan mainan yang sedang ia gunakan, ia mau bergantian. Sementara, tanggung jawab sosial antara lain ditunjukkan dengan komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan individual, memperhatikan lingkungannya, dan mampu menjalankan fungsinya sebagai warga yang baik. Perkembangan sosial anak diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons lingkungan terhadap anak. Perkembangan sosial yang optimal diperoleh dari respons tatanan sosial yang sehat dan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan konsep diri yang positif. Dengan kegiatan bermain, minat dan sikap anak terhadap orang lain dapat dikembangkan. Sebaliknya, kegiatan belajar yang didominasi oleh aktivitas verbal dari guru cenderung membuat anak bosan. Mereka juga merasa tidak
14
dihargai oleh guru, sehingga menghambat perkembangan emosi dan sosial mereka. b. Perkembangan Emosional Anak Usia Dini Menurut
Goleman
(2006:
13)
mendefinisikan
bahwa
perkembangan emosional yaitu suatu proses yang terjadi pada diri anak untuk memahami, merasakan, memahami makhluk lain di luar dirinya. Sedangkan menurut Hurlock (1978: 91) perkembangan emosional adalah suatu pergolakan yang merangsang mudah atau tidaknya perasaan seseorang terpengaruh oleh suatu kesan. Dengan demikian, perkembangan emosional adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Emosi memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku manusia, emosi juga turut mempengaruhi anak-anak. Untuk mempelajari emosi anak memang agak sulit karena anak sudah dapat memberi respon dengan menunjukkan rasa marah dan bahagianya terhadap orang lain, tetapi hal itu bisa dipahami dengan cara menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, karena perkembangan emosi anak sangat dipengaruhi dengan keadaan lingkungan. Ada beberapa keadaan emosi yang mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak: Emosi menambahkan rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari, emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan
15
tindakan, ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik, emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, emosi mengganggu aktivitas mental, emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial, emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan, emosi mempengaruhi interaksi sosial, emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah, emosi mempengaruhi suasana psikologis, reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Perkembangan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Sebagian pakar menyatakan bahwa EQ disebut juga sebagai kecerdasan bersikap. Untuk itu anak-anak perlu dibantu dalam menjalin hubungan dengan lingkungannya agar mereka dapat menyesuaikan diri secara emosional, menemukan kepuasan dalam dirinya, dan sehat secara mental dan fisik. Dalam pembelajaran, kompetensi emosional mewujud dalam ranah afektif, mendampingi kompetensi intelektual (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik). Menurut taksonomi Bloom, ranah afektif tersebut dapat dievaluasi melalui lima perilaku berikut: a) Penerimaan (receiving) Maksudnya yaitu kesediaan anak didik untuk memperhatikan rangsangan atau stimuli. Misalnya, anak didik mendengarkan dengan
sungguh-sungguh;
menunjukkan
kesadaran
akan
16
pentingnya belajar (melalui bermain); dan aktif terhadap kegiatan kelas. b) Partisipasi (respondsing) Maksudnya yaitu anak didik mau dan aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Pada tingkat ini, anak didik tidak hanya mengikuti suatu kegiatan, tetapi juga bereaksi terhadap sesuatu dengan beberapa cara. Misalnya, dalam sentra main peran anak-anak mampu berimproviasasi
secara baik,
menunjukkan dengan
sungguh-sungguh peran yang ia mainkan. c) Penilaian/penentuan sikap (valuing) Dalam aspek ini anak didik diharapkan mampu memberi penilaian terhadap perilakunya maupun teman-temannya. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu tindakan atau perkataan. Misalnya, dalam bermain peran seorang anak mampu menghargai dan memuji temannya yang bermain peran secara baik. d) Organisasi (organization) Maksudnya yaitu kemampuan anak untuk menengahi konflik di antara mereka. Misalnya, anak melakukan debat kecil untuk menyusun balok sehingga menjadi susunan balok yang rapi dan sesuai dengan instruksi dari guru.
17
e) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex) Maksudnya yaitu kemampuan anak dalam membangun karakter mereka. Misalnya, kegiatan bermain secara berkelompok di tiap sentra membuat mereka merindukan kegiatan yang bersifat kelompok atau bekerja sama. Menurut Hurlock (1978: 94) emosi anak memiliki karakteristik sebagai berikut : a) Emosi yang kuat Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulusi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang sulit. Anak belum mampu menunjukkan reaksi emosional yang sebanding terhadap stimulasi yang dialaminya. b) Emosi sering kali tampak Anak-anak seringkali tidak mampu menahan emosinya, cenderung emosi anak nampak dan bahkan berlebihan. c) Emosi bersifat sementara Emosi anak cenderung lebih bersifat sementara, artinya dalam waktu yang relatif singkat emosi anak dapat berubah dari marah kemudian tersenyum, dari ceria berubah menjadi murung. Hal ini disebabkan karena tiga faktor yaitu : (1) kemampuan merubah system emosi yang terpendam menjadi emosi yang terus terang, (2) adanya kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena
18
ketidakmatangan intelektual dan pengalaman yang terbatas, dan (3) rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian mudah teralihkan. d) Reaksi emosi mencerminkan individualitas Semasa bayi, reaksi emosi yang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap, dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai emosi anak semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari ke luar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis atau menjerit. e) Emosi berubah kekuatannya Dengan meningkatnya usia, emosi anak pada usia tertentu berubah kekuatannya. Emosi anak yang tadinya kuat berubah menjadi lemah, sementara yang tadinya lemah berubah menjadi emosi yang kuat. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dorongan, perkembangan intelektual dan perubahan minat dan sistem nilai. f)
Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Emosi yang dialami anak dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti: melamun, gelisah, menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yang gugup seperti menggigit kuku atau menghisap jempol.
19
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidak-senangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang. c. Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini Perkembangan sosial yaitu perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat tempat anak berada. Sedangkan perkembangan emosional adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Perkembangan sosial-emosianal adalah perolehan kemampuan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial pada suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Ketahanan mental yang kuat ditandai oleh kemampuan individu untuk mampu menghadapi berbagai permasalahan dan mampu memecahkannya dengan baik, dengan kata lain individu harus mampu bertahan dan tetap eksis dalam kehidupannya. Kemampuan seperti itu
20
tidak bisa dicapai begitu saja, tetapi perlu upaya yang dilakukan sejak anak masih kecil. Penguasaan berbagai kemampuan yang memadai akan menghantarkan individu meraih keberhasilan dalam kehidupan. Untuk menunjang keberhasilan individu dalam hidup maka sejak kecil anak perlu menguasai berbagai kemampuan terutama kemampuan sosial-emosional yang baik, karena menurut Goleman (1995: 83) keberhasilan hidup seseorang lebih ditentukan oleh kemampuan
emosionalnya
dibandingkan
dengan
kemampuan
intelektual. Kemampuan sosial-emosional merupakan fondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas. Dalam berinteraksi dengan orang lain, individu tidak hanya dituntut untuk mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain, tetapi terkait juga didalamnya bagaimana ia mampu mengendalikan dirinya secara baik. Ketidakmampuan individu mengendalikan dirinya dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-emosional dengan orang lain. Seperti disebutkan di atas bahwa perkembangan sosialemosional meliputi perkembangan pemahaman diri, perkembangan hubungan sosial, perkembangan kemampuan mengatur diri sendiri, dan perkembangan perilaku sosial. Menurut Hildayani (2006: 2.1) prestasi akademis anak, yang amat sering menjadi tuntutan utama orangtua, memang bukanlah satusatunya hal yang membuat anak berhasil dalam kehidupannya. Nilai
21
yang baik disekolah, tanpa diikuti oleh sikap sosial dan emosional yang baik, tidak akan membuat anak berhasil,. Apabila anak mempunyai sikap sosial dan emosional yang buruk, ia justru akan dijauhi oleh temannya. Anak yang mempunyai kemampuan sosial dan emosional yang baik akan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap terhadap lingkungannya, keluarga, sekolah dan teman-temannya. Menurut Hildayani, dkk (2006: 10.20) sosial-emosional anak usia dini meliputi: 1) Perkembangan Pemahaman Diri Menurut Harter dalam Hildayani dkk, (2006: 10.20) anak usia kanak-kanak awal umumnya cenderung menerima penilaian orang dewasa yang sering kali memberi umpan balik yang positif tidak mengkritik, bahkan terkadang melebih-lebihkan sehingga anak merasa jadi tidak punya kelemahan. Penilaian diri yang selalu jadi positif juga dapat disebabkan oleh ketidak mampuan anak untuk membedakan antara diri yang sebenarnya (real self) dan diri yang diinginkan (ideal self). Ketidak mampuan ini membuat anak tidak selalu menggambarkan dirinya sebagai seorang yang memiliki kualitas dan kemampuan yang lebih baik. Papalia dalam Hildayani, dkk (2006: 10.20) berpendapat bahwa, pemahaman diri anak dimasa kanak-kanak awal berada pada tahap single representation dan representational mapping. Pada tahap pertama, pernyataan tentang diri merupakan single represention, artinya
22
pernyataan-pernyataaan yang dibuat anak merupakan satu dimensi yang terpisah-pisah. Pada tahap ini, bahwa ia bisa mempunyai dua emosi dalam satu waktu karena anak tidak dapat melihat dua aspek sekaligus karena
kapasitas
ingatannya
yang
terbatas
dan
juga
karena
ketidakmampuannya untuk mempertimbnagkan aspek-aspek yang berbeda dalam satu waktu. Pemikirannya masih bersifat hitam putih, demikian pula cara dirinya menilai diri. Pada tahap kedua, yaitu representational mapping. Pada tahapan yang kedua ini hubungan logis yang dibuat antara bagian-bagian dari gambaran dirinya masih diekspresikannya dalam cara yang sepenuhnya positif dan bersifat hitam putih. Karena baik dan buruk adalah dua hal yang bertentangan, anak masih belum dapat melihat bagaimana ia menjadi baik dalam beberapa hal dan kurang dalam beberapa hal lainnya. Adapun aspekaspek pemahaman diri pada anak usia sekolah menurut Papalia dalam Hildayani, dkk (2006: 10.13) kemajuan kognitif dan bahasa yang dicapai anak pada masa ini membuat mereka mampu memahami serta menggunakan konsep-konsep yang lebih luas dan kata-kata yang lebih beragam untuk menggambarkan diri mereka dan orang lain. Pada masa usia sekolah, penilaian diri anak secara berangsur-angsur juga menjadi realistis dan lebih umum. Di usia sekolah anak dapat berfokus pada satu dimensi tentang diri. Mereka juga mengakui keberadaan atribut positif dan atribut negative serta tidak lagi membuat definisi diri secara hitam putih.
23
Menurut Hildayani, dkk (2006: 10.20) beberapa ciri-ciri pemahaman diri yaitu : (1) Mengenal diri sendiri, (2) Memehami perasaan yang timbul, (3) Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan. 2) Perkembangan Hubungan Sosial Durkin dalam Hildayani, dkk (2006: 10.13) berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal, hubungan sosial dengan teman sebaya menjadi meningkat, terutama dalam konteks bermain. Menurut Berk dalam Hildayani, dkk (2006: 10.13).Salah satu bentuk hubungan sosial yang mulai terbentuk pada masa kanak-kanak awal adalah hubunganan persahabatan. Di masa ini anak memandang anak sebagai teman bermain. Aspek perkembangan hubungan sosial anak pada masa usia sekolah, yaitu interaksi dengan teman sekolah menjadi lebih kompleks, lebih selektif, dan secara subjektif lebih menonjol. Kelompok teman sebaya menjadi ciri penting dalam kehidupan sosial. Penyesuian diri anak usia sekolah terhadap psikologis orang lain, seperti kepribadian dan emosi orang lain, sudah semakin baik. Kesadaran mereka pun meningkat terhadap perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima oleh teman-temannya. Adapun karakteristik yang dimiliki oleh hubungan sosial antara lain: (1) Memiliki rasa tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain, (2) Memiliki sikap bersahabat dengan teman sebaya, (3) Dapat
24
menyelesaikan konflik dengan orang lain, (4) Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama, (5) Bersikap demokratis dalam bermain dengan teman, (6) Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya, (7) Dapat menunjukan rasa kasih sayang, (8) Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, (9) Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan, (10) Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggunya (Hildayani, dkk, 2006: 10.13). 3) Perkembangan Kemampuan Mengatur Diri Sendiri (selfRegulation) Pada usia 3-4 tahun, anak memperoleh strategi dan rencana yang lebih fleksibel untuk mengatur dirinya sesuai dengan aturan dan larangan orang dewasa. Ada dua karakteristik yang dimiliki oleh kemampuan mengatur diri sendiri, yaitu: (1) Mampu mengendalikan diri sendiri dan tidak bersifat impulsive, (2)mampu memusatkan pada tugas yang dikerjakan (Hildayani, dkk: 2006: 10.20). Kemampuan
mengontrol
diri
sendri
berkaitan
dengan
kemampuan mengatur diri. Dapat dikatakan bahwa kemampuan mengatur diri merupakan kemampuan anak untuk mengatur perilakunya sendiri tanpa diingatkan oleh orang tua atau orang lain. Ada beberapa fase yang dilalui oleh seorang anak untuk sampai pada kemampuan mengatur diri sendiri yaitu:
25
(a) Fase kontrol (12-18 bulan) Pada fase ini, anak menunjukan kesadarannya terhadap tuntutan tugas dan tuntutan sosial yang diberikan oleh orang dewasa disekitarnya dan ia akan mulai, mempertahankan, menyesuaikan diri, atau menghentikan perilakunya sesuai dengan tuntutan yang diberikan. Selama periode ini, anak mulai mampu mengikuti perintah sederhana atau aturan tertentu, misalnya aturan dalam kegiatan bermain kooperatif. (b) Fase kontrol diri Pada fase ini anak memiliki kepatuhan sesuai dengan harapan orang dewasa di sekitarnya tanpa adanya pengawasan eksternal (pengawasan secara langsung) perkembangan berpikir dan memori anak membuat mereka dapat mengingat aturan keluarga dan rutinitas yang ada dalam kegiatan yang umum, seperti makan, bermain,
dan
kemampuan
berpakaian.
verbal,mereka
Sejalan pun
dengan
mulai
meningkatnya
melakukan
self-talk
(berbicara pada diri sendiri) untuk mencegah dirinya terlibat dalam perilaku yang dilarang. (c) Fase kemampuan mengatur diri sendiri Pada fase ini anak mampu menggunakan strategi-strategi dan rencana yang dimilikinya untuk mengarahkan perilakunya serta membantunya untuk menunda keinginan dan bertahan terhadap godaan. Selama tahun-tahun sekolah dasar, anak mengalami
26
peningkatan dalam mematuhi aturan yang ada di masyarakat (Hetherington & Parke dalam Hildayani 2006: 10.20). 4) Perkembangan Perilaku Sosial Pada sebagian anak usia kanak-kanak awal, perilaku berbagi dengan orang
sejumlah perilaku lain di pandang sebagai suatu
kewajiban yang terbentuk dari kombinasi antara kesadaran berempati dan dukungan orng dewasa, terutama orangtua. Kebanyakan anak usia 4-5 tahun mengawali perilaku prososial dengan berbagai alasan kepuasan untuk diri sendiri (hedonestik), adanya respon-respon sosial tertentu terhadap perilaku prososial yang anak lakukan., smapai dengan alasan-alasan yang berfokus pada kebutuhan orang lain (Hildayani dkk, 2006: 10.26-10.27). Perilaku sosial ini memiliki dua karakteristik, yaitu: (1) memiliki empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain, dan (2) mampu mendengarkan orang lain (Hildayani, dkk, 2006: 10.27). Menurut Hurlock dalam Nugraha (2005: 1.13), mengutarakan bahwa perkembangan sosial merupakan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan norma, nilai, ataupun harapan sosial. Untuk menjadi individu yang mampu bermasyarakat diperlukan tiga proses sosialisasi. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah tetapi sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu sebagai berikut:
27
1) Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat 2)
Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat
3) Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap inndividu lain dan aktivitas sosial yang ada di masyarakat. Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi kedalam kedua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan ketiga proses sosial diatas. Sedangkan kelompok individu nonsosial adalah orang-orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga proses sosial diatas. Selain keluarga dan guru, teman sebaya juga memainkan peran penting dalam perkembangan sosial-emosional anak. Dalam konteks perkembangan sosial-emosional anak, teman sebaya adalah anak-anak dengan usia atau tingkat kedewasaan yang kurang lebih sama. Interaksi teman sebaya yang memiliki usia yang sama memainkan peran khusus dalam perkembangan sosial-emosional anak. Salah satu fungsi yang paling penting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga. Ketika mulai usia sekolah mereka maka semakin besar juga minatnya untuk mengurangi keikutsertaan dalam keluarga. Peranan teman sebaya sangat berpengaruh untuk perkembangan sosial anak misalnya, anak bisa beajar bertingkah laku dengan orang lain agar dapat
28
diterima oleh orang lain, anah sudah bisa mengembangkan nilai-nilai sosial lain diluar nilai orangtua, serta mengembangkan kepribadian dengan mendapatkan kepuasan emosional dan rasa berkawan. Sejak anak-anak usia TK masalah-masalah sosial-emosional sudah dapat kita identifikasi dari berbagai perilaku yang ditampakkan anak, diantaranya anak selalu ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat marah, setiap keinginannya selalu harus dituruti, membangkang bahkan menarik diri dari lingkungannya dan tidak mau bergaul dengan teman-temannya. Di sekolah anak-anak menghabiskan bertahun-tahun sebagai anggota dari satu masyarakat kecil yang memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan sosial-emosional mereka. Konteks perkembangan sosial mengalami perubahan sejak masa kanak-kanak awal hingga masa remaja. Kehidupan kanak-kanak awal adalah lingkungan yang batasannya ruangan kelas. Di dalam keadaan sosial yang terbatas ini, anak-anak berinteraksi dengan satu atau dua guru. Anak-anak juga berinterkasi dengan teman-teman sebaya dalam kelompok kecil. d. Karakteristik Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini Perkembangan sosial individu mengikuti suatu pola, yaitu urutan perilaku sosial yang teratur, di mana pola tersebut sama untuk setiap anak secara normal. Dalam perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya.
29
Secara
umum
ada
20
karakteristik
perkembangan
sosial/penyesuaian diri yang baik (Rachmawati, 2004: 67): 1) dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya 2) menikmati pengalamannya 3) menerima tanggung jawab sesuai dengan perannya 4) mampu memecahkan masalah dengan segera 5) mampu mengatasi hambatan untuk merasa bahagia 6) mampu membuat keputusan dengan resiko konflik minimum 7) tetap pada pilihannya, sampai menyadari bahwa pilihannya itu salah 8) merasa puas dengan kenyataan 9) mampu menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak 10) belajar dari kegagalan tidak mencari alasan atas kegagalannya 11) tahu bagaimana saat belajar dan bermain pada saat bermain 12) dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggunya 13) dapat berkata ya pada situasi yang membantunya 14) dapat menunjukkan kemarahan secara tepat 15) dapat menunjukkan kasih sayang 16) dapat menahan rasa sakit dan frustrasi 17) mampu berkompromi 18) mampu mengkonsentrasikan energi pada tujuan 19) mampu menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan 20) mampu menerima dirinya
30
2.
Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah a. Pengertian Orangtua Orangtua
adalah
setiap orang
yang
bertanggung
jawab
dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan
ibu (Nasution,1986: 1).
Mengenai pengertian orangtua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu“ (Poerwadarmita, 1987: 688). Sedangkan menurut Kartono (1982: 27) orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang telah diutarakan
di
atas dapat diperoleh pengertian bahwa orang tua orangtua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anaknya baik dari segi psikologis maupun pisiologis. Kedua orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasigenerasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. b. Aspek Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah Ada empat aspek perkembangan sosial-emosional anak di rumah yaitu: 1) Perkembangan Pemahaman Diri Pemahaman diri berubah secara pesat dari mendefinisikan diri melalui karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan diri melalui
31
karakteristik internal. Anak – anak tidak hannya menyadari perbedaan – perbedaan antara keadaan – keadaan dalam dan luar, tetapi juga lebih cenderung mencakup keadaan dalam yang subjektif dalam definisi mereka tentang diri sendiri. Di tahap ini anak sudah mengembangkan aspek – aspek sosial dan perbandingan sosial. Perkembangan pemahaman diri anak di rumah yaitu anak menyadari akan kehadiran dirinya di dalam suatu keluarga, arti penting dirinya terhadap orang-orang disekelilingnya yang berada di rumah. 2) Perkembangan Hubungan Sosial Perkembangan Hubungan Sosial yang terjadi pada anak usia dini di rumah yaitu anak memiliki rasa tenggang rasa dan perhatian terhadap orangtua dan saudaranya, anak dapat menunjukkan rasa kasih sayang kepada anggota keluarganya, anak mampu berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan keluarga di rumah, anak dapat berkompromi dengan orangtua ketika mendapatkan suatu kesulitan dan tidak bersedia diganggu pada situasi yang menghalangi kesenangaannya. 3) Perkembangan Kemampuan Mengatur Diri Sendiri Perkembangan mengatur diri anak usia dini di rumah meliputi anak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan mampu memusatkan diri pada tugas yang diberikan oleh orangtua yang sedang ia kerjakan. 4) Perkembangan Perilaku Sosial Konteks sosial tempat anak-anak tinggal merupakan hal penting yang
mempengaruhi
perkembangan
sosial-emoisonal
anak.
32
Perkembangan perilaku sosial anak usia dini di rumah merupakan kemampuan anak untuk mengatur perilakunya sendiri tanpa diingatkan oleh orangtua. Anak memiliki rasa empati atau kepekaan terhadap perasaan orangtua maupun anggota keluarga yang lainnya. Anak juga mampu mendengarkan dengan baik ketika anggota keluarganya menceritakan sesuatu. c. Peran Orangtua dalam Perkembangan Sosial-Emosional Anak Menurut Munandar (1999: 53) dijelaskan tentang berbagai hal yang terkait dengan peranan orang tua dan lingkungan keluarga dalam mengembangkan potensi anak. Diawali dengan hasil penelitian Dacey mengenai beberapa faktor lingkungan keluarga yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak: (a) Faktor genetisdan pola asuh yang mempengaruhi kebiasaan anak; (b) Aturan perilaku orangtua sebaiknya tidak banyak menentukan aturan perilaku dalam keluarga. Mereka menentukan dan meneladankan (model) seperangkat nilai yang jelas, dan mendorong anak-anak mereka untuk menentukan perilaku apa yang mencerminkan nilai-nilai tersebut; (c) Sikap orang tua yang humoris, suka bercanda sebagai lelucon yang biasa terjadi pada kehidupan sehari-hari diakui cukup memberikan warna dalam kehidupan anak; (d) Pengakuan dan penguatan pada usia dini, dengan memperhatikan
tanda-tanda
seperti
pola
pikiran
khusus
atau
kemampuan memecahkan masalah yang tinggi sebelum anak mencapai umur tiga tahun. Tapi kebanyakan anak mengatakan mereka merasakan
33
mendapat dorongan yang kuat dari orangtua mereka; (e) Gaya hidup orangtua, pada cukup banyak keluarga, anak mempunyai minat yang sama seperti orangtuanya; (f) Trauma, anak yang lebih banyak mengalami trauma mempunyai kemampuan belajar dari pengalaman yang dilalui. Bagaimanapun perbedaan lingkungan keluarga yang ditemukan cukup menjadi petunjuk kuat bahwa keluarga merupakan kekuatan yang penting, dan merupakan sumber pertama dan yang paling utama dalam perkembangan sosial-emosional anak (Rogers dalam Vernon, 1982: 79). 3.
Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah a. Perkembangan Sosial-Emosional Anak Usia Dini di Sekolah Anak usia prasekolah mulai dituntut untuk memahami situasi sosial di lingkungannya. Anak mulai belajar untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh orang lain. Selain itu, anak juga mulai belajar untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya (Patmonodewo, 2008: 19). Pada usia prasekolah, anak juga dituntut untuk mulai melepaskan ketergantungannya terhadap ibu. Anak harus mulai dapat lepas dari keberadaan ibu secara fisik dan dapat melakukan kegiatan-kegiatannya secara mandiri, tanpa harus selalu didampingi ibunya. Anak juga dituntut untuk mulai mentaati peraturan-peraturan yang berlaku, termasuk kedisiplinan.
34
Anak usia prasekolah memiliki emosi yang lebih luas dibandingkan dengan anak usia awal. Ia telah memiliki perasaan marah, takut, sedih dan jengkel. Perkembangan emosinya disebabkan karena ia telah mampu memahami lingkungan sosialnya. Pada masa ini anak masih mengekspresikan perasaannya dengan cara spontan. Akan menangis keras jika marah dan tertawa terbahak-bahak jika sedang gembira. Melalui proses belajar dari orangtua dan lingkungannya anak mulai mengerti bagaimana cara yang tepat untuk mengekspresikan emosinya. b. Aspek Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah Ada empat aspek perkembangan sosial-emosional anak di sekolah yaitu: 1) Perkembangan Pemahaman Diri Pemahaman diri berubah secara pesat dari mendefinisikan diri melalui karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan diri melalui karakteristik internal. Anak – anak tidak hannya menyadari perbedaan – perbedaan antara keadaan – keadaan dalam dan luar, tetapi juga lebih cenderung mencakup keadaan dalam yang subjektif dalam definisi mereka tentang diri sendiri. Di tahap ini anak
sudah
mengembangkan
aspek
–
aspek
sosial
dan
perbandingan sosial. Perkembangan pemahaman diri anak di sekolah
yaitu anak
menyadari akan kehadiran dirinya di dalam suatu lingkungan
35
sekolah, arti penting dirinya terhadap orang-orang disekelilingnya yang berada di sekolah. 2) Perkembangan Hubungan Sosial Perkembangan Hubungan Sosial yang terjadi pada anak usia dini di sekolah yaitu anak memiliki rasa tenggang rasa dan perhatian terhadap guru dan teman-temannya, anak dapat menunjukkan rasa kasih sayang kepada anggota guru dan teman-temannya, anak mampu berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan sekolahnya, anak dapat berkompromi dengan guru ataupun temannya ketika mendapatkan suatu kesulitan dan tidak bersedia diganggu pada situasi yang menghalangi kesenangaannya bermain di sekolah. 3) Perkembangan Kemampuan Mengatur Diri Sendiri Perkembangan mengatur diri anak usia dini di sekoalh meliputi anak
mampu
mengendalikan
dirinya
sendiri
dan
mampu
memusatkan diri pada tugas yang diberikan oleh guru yang sedang ia kerjakan. 4) Perkembangan Perilaku Sosial Konteks sosial tempat anak-anak tinggal merupakan hal penting yang
mempengaruhi
perkembangan
sosial-emoisonal
anak.
Perkembangan perilaku sosial anak usia dini di sekolah merupakan kemampuan anak untuk mengatur perilakunya sendiri tanpa diingatkan oleh guru. Anak memiliki rasa empati atau kepekaan terhadap perasaan guru ataupun temannya. Anak juga mampu
36
mendengarkan dengan baik ketika anggota guru maupun temannya menceritakan sesuatu. c. Peran Guru dalam Perkembangan Sosial-Emosional Anak Dalam mengembangkan sosial-emosional anak didik, hendaklah guru menguasai tindakan-tindakan prinsip berikut: 1) Menjadi contoh yang baik 2) Mengajarkan pengenalan emosi 3) Menanggapi perasaan anak 4) Melatih pengendalian diri 5) Melatih pengelolaan emosi 6) Menerapkan disiplin dengan konsep empati 7) Melatih keterampilan komunikasi 8) Mengungkapkan emosi dengan kata-kata 9) Memperbanyak permainan dinamis 10) Memperdengarkan musik indah dengan ritme teratur 11) Marah, sedih, dan cemas bukan hal tabu 12) Menyelimuti dengan iklim positif 4.
Hubungan Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah dengan Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah Perkembangan sosial-emosional anak usia dini di lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan sosial-emosional anak. Perkembangan sosial-emosional anak dari perlakuan orangtua terhadap anak dan hubungan yang baik dalam keluarga. Keluarga sangat berperan
37
dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi. Jika secara umum ekspresi emosi cenderung ditolak oleh lingkungan keluarga maka hal tersebut memberi isyarat bahwa emotional security yang ia dapatkan dari keluarga kurang memadai. Hal ini sependapat dengan Arya (2008: 34) yaitu bagaimanapun perbedaan lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah cukup menjadi petunjuk penting dan merupakan sumber utama dalam mengembangkan sosial-emosional anak. Perkembangan sosial-emosional anak di sekolah TK Tunas Harapan Kota Bengkulu yang terjadi pada anak meliputi pengalaman yang dialami anak di lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perkembangan sosial-emosional anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun dengan guru. Hubungan yang hangat antara orangtua dengan anak mampu mendukung
perkembangan
sosial-emosional
anak
di
rumah
dan
perkembangan sosial-emosional anak di sekolah sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyalurkan potensinya dari proses perkembangan yang baik. Artinya semakin berkembang kemampuan sosial-emosional anak di rumah, maka akan diikuti di sekolah. Sebaliknya jika semakin tidak berkembang perkembangan sosial-emosional anak di rumah maka akan diikuti pula di sekolah.
38
Hubungan perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah meliputi aspek: a. Perkembangan Pemahaman Diri Hubungan perkembangan pemahaman diri anak di rumah terhadap perkembangan pemahaman diri anak di sekolah terlihat dari Perkembangan pemahaman diri anak yang terjadi di rumah yaitu anak menyadari
akan
kehadiran
dirinya
di
dalam
suatu
keluarga
mempengaruhi perkembangan pemahaman diri yang terjadi pada anak di sekolah, arti penting dirinya terhadap orang-orang disekelilingnya yang berada di rumah juga mempengaruhi arti penting dirinya terhadap orang-orang di sekelilingnya yang berada di sekolah. b. Perkembangan Hubungan Sosial Hubungan dari perkembangan Hubungan Sosial yang terjadi pada anak usia dini di di rumah terhadap hubungan sosial yang terjadi pada anak di sekolah yaitu jika anak memiliki rasa tenggang rasa dan perhatian terhadap orangtua dan anggota keluarganya, maka anak juga memiliki rasa tenggang rasa dan perhatian terhadap guru dan teman-temannya, anak dapat menunjukkan rasa kasih sayang kepada keluarganya di rumah juga mempengaruhi rasa kasih sayang yang diberikan anak kepada guru dan teman-temannya, anak yang mampu berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan keluarga juga mampu berkomunikasi dengan baik di sekolahnya, anak dapat berkompromi dengan orangtuanya ataupun anggota keluarga lainnya di rumah, maka nak
39
dapat berkompromi dengan baik terhadap guru ataupun temannya anak juga akan menunjukkan penolakannya pada suatu gangguan. c. Perkembangan Kemampuan Mengatur Diri Sendiri Hubungan perkembangan mengatur diri anak usia dini di rumah terhadap perkembangan mengatur diri anak usia dini di sekolah meliputi jika anak mampu mengendalikan dirinya sendiri di rumah, maka anak akan mampu mengendalikan dirinya di sekolah, di rumah mampu memusatkan diri pada tugas yang sedang ia kerjakan maka ia akan mampu memusatkan diri pada tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. d. Perkembangan Perilaku Sosial Hubungan perkembangan perilaku sosial anak usia dini di rumah terhadap Perkembangan perilaku sosial anak di sekolah merupakan kemampuan anak untuk mengatur perilakunya sendiri tanpa diingatkan oleh orangtua di rumah ataupun guru di sekolah. Anak memiliki rasa empati atau kepekaan terhadap perasaan orangtua dan anggota keluarga lainnya di rumah makan anak akan memiliki rasa empati atau kepekaan terhadap perasaan guru ataupun temannya di sekolah. Anak juga mampu mendengarkan dengan baik ketika orangtuanya ataupun anggota keluarga lainnya bercerita maka di sekolah anak juga mampu mendengarkan
dengan
menceritakan sesuatu.
baik
ketika
guru
maupun
temannya
40
B. Penelitian yang Relevan Pada dasarnya semua penelitian yang dibuat dapat memperhatikan penelitian lain yang relevan yang dapat dijadikan sebagai bahan pembanding. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulistiani
yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Anak,
Keberadaan Orang Tua, Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial, Emosional Dan Moral Pada Usia Sekolah“ hasil penelitiaanya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik anak, keberadaan orang tua, dan pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial, emosional dan moral anak. Hasil penelitian tersebut walaupun ada perbedaan tetapi masih berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah mengetahui hubungan perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Pratisto “hubungan perkembangan sosia-emosional anak dalam
keluarga
terhadap
perkembangan
sosial-emosional
anak
di
lingkungannya” dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perkembangan sosial-emosional anak dalam keluarga dengan perkembangan sosial-emosional anak di lingkungannya.
41
C. Kerangka Berpikir Sekaran dalam sugiyono (2012: 60) mengungkapkan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Sugiyono (2012: 60) mengatakan bahwa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan dapat menggunakan kalimat: jika begini maka begitu. Perkembangan sosial-emosional anak di rumah mempengaruhi perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Artinya semakin berkembang kemampuan sosial-emosional anak di rumah, maka akan diikuti di sekolah. Sebaliknya jika semakin tidak berkembang perkembangan sosial-emosional anak di rumah maka akan diikuti pula di sekolah. Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah: Tabel 2.1 Kerangka Berpikir Variabel X Perkembangan sosialemosional anak di rumah
Variabel Y Perkembangan sosialemosional anak di sekolah
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah bahwa terdapat korelasi yang positif antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah (variabel X) terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah (variabel Y). Dengan kriteria sesuai hipotesis dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel pada tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,005, sebagai berikut:
42
1. Jika r-hitung > r-tabel, maka Hₐ diterima, artinya perkembangan sosialemosional anak di rumah berhubungan positif dengan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. 2. Jika r-hitung < r-tabel, maka Hₒ ditolak, artinya perkembangan sosialemosional anak dirumah tidak terdapat hubungan positif terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode adalah cara yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Sugiyono (2012:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan menurut Nazir (1988:51) metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Metode penelitian korelasional adalah metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih dalam penelitian (Arikunto, 2010:4). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan korelasi sederhana, yaitu hubungan antara satu variabel independen dan satu dependen. Untuk itu teknik yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Jadi dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara
perkembangan
sosial-emosional
anak
di
rumah
terhadap
perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Eliza (2005: 25) populasi adalah sekumpulan kasus yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, benda, binatang, hal
43
44
atau peristiwa. Sedangkan menurut Arikunto (2002: 108) populasi adalah keseluruhan subyek dari suatu penelitian. Menurut Fathoni (2006: 103), populasi adalah keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2008 : 61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasinya adalah semua anak kelompok A di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 30 orang anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk tabel berikut ini : Tabel 3.1 Populasi Anak Didik TK Tunas Harapan Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2014/2015 No 1. 2.
Kelas Jumlah Anak A1 15 anak A2 15 anak Jumlah 30 anak Sumber : Rekapitulasi Data Anak Didik TK Tunas Harapan T.A 2014/2015 2. Sampel Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan suatu data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel berarti himpunan dari bagian populasi. Sampel
45
(disimbolkan dengan n) selalu mempunyai ukuran yang kecil jika dibanding dengan ukuran populasi (Anggoro, 2008: 43). Menurut Arikunto (2005:
25), menyatakan bahwa dalam
penelitian yang subyeknya kurang dari 100, sebaiknya digunakan sampel total dan apabila sampelnya dapat diambil 10 % ,15 %, 20 %, 25 % atau lebih, sesuai dengan kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga, dan dana yang dibutuhkan. Sedangkan menurut Sukardi dalam Dimyati (2013 : 56) sampel adalah sebagai bagian dari jumlah populasi yang akan diambil datanya. Dalam penelitian ini akan diambil sampel secara total mengingat jumlah populasi sedikit yaitu 30 orang anak. C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan jalan Dempo Raya No. 02 RT. 17 RW. 05 Kel. Sawah Lebar Kec. Ratu Agung Kota Bengkulu. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Desember 2014 (jadwal rencana kegiatan penelitian terlampir). D. Data dan Sumber Data 1) Data tentang perkembangan sosial-emosional anak di rumah diperoleh dari orangtua anak dengan menggunakan keusioner. 2) Data tentang sosial emosional anak di sekolah diperoleh dari guru dengan menggunakan angket atau keusioner.
46
E. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur atau teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan menggunakan alat/instrumen untuk memperoleh data dan informasi yangdiprlukan dalam penelitian ini. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menyusun angket a) Persiapan menyusun angket 1) Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, dan kategorisasi variabel. 2) Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner. 3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan tunggal. 4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk teknik analisisnya (Narbuko dan Ahmadi, 2007: 78-79). b) Kisi-kisi angket Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah dan di Sekolah No
1.
Perkembangan Aspek SosialEmosional Perkembanga 1) Mengenal n Pemahaman Diri Sendiri Diri
2) Memahami perasaan yang timbul
Karakteristik Perilaku
a. Memperkenalkan dirinya kepada orang lain b. Mengutarakan berapa umurnya sekarang c. Memberitahukan dimana alamat rumahnya d. Menjelaskan dimana ia bersekolah e. Mengutarakan cita-citanya a. Menjawab dengan benar ketika ditanya nama ayah dan ibunya b. Menjawab dengan benar ketika ditanya nama kakak/adiknya c. Menjawab dengan benar ketika ditanya
Item Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
47
3) Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan 2.
Perkembanga n hubungan sosial
1) Memiliki rasa tenggang rasa dan perhatian 2) Memiliki sikap bersahabat dengan teman 3) Dapat menyelesai kan konflik dengan orang lain 4) Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama 5) Bersikap demokratis dalam bermain 6) Dapat menerima tanggung jawab 7) Dapat menunjukk an rasa kasih sayang 8) Memiliki kemampua n berkomunik asi dengan orang lain 9) Dapat berkompro mi ketika mengalami kesulitan 10) Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggun ya
nama kakek/neneknya d. Menjawab dengan benar ketika ditanya nama paman/bibinya a. Mencuci tangan sendiri b. Mengelap tangan sendiri c. Mencuci kaki sendiri d. Mengambil minum sendiri tanpa tumpah e. Mengambil makan sendiri a. Menunggu giliran ketika bermain tanpa ada pengawasan b. Menyelesaikan tugasnya dengan baik c. Ikut sedih ketika mendengar temannya sedang sakit d. Mematuhi perintah orang tua a. Bekerja sama dengan kelompoknya/temannya b. Berkomunikasi dengan baik kepada orang lain
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
a. Bermusyawarah ketika mendapat kesulitan belajar b. Mengembalikan benda milik temannya tanpa bantuan
21
a. Menunjukkan sesuatu atau memperagakan sambil menjelaskan
23
a. Menerima cerita dari orang lain dengan baik b. Meminjam benda milik temannya tanpa bantuan a. Menunggu giliran saat melakukan antrian b. Mengerti intruksi dari orang lain
24
a. Menceritakan pengalamannya sendiri b. Mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan dari cerita tersebut c. Menunjukkan rasa kasih sayang kepada keluarganya a. Memberikan informasi dalam kelompok
28 29
a. Memberikan jawaban yang tepat ketika ditanya apa yang harus dilakukan ketika lelah, dingin atau lapar b. Menanyakan segala sesuatu seperti apa, mengapa, dimana atau kapan a. Mengatakan tidak ketika ada teman yang mengganggunya b. Menunjukkan rasa tidak suka/protes ketika bermain tidak direspon
32
22
25 26 27
30 31
33 34 35
48
3.
4.
Perkembanga 1) Mampu n Kemampuan mengendali Mengatur Diri kan diri Sendiri (self sendiri regulation) 2) Mampu memusatka n pada tugas yang dikerjakan Perkembanga 1) Memiliki n Perilaku empati atau Sosial kepekaan terhadap perasaan orang lain
2) Mampu mendengar kan orang lain
a. Menyatakan keinginannya atau tidak dengan ya/tidak b. Mengendalikan rasa marah dengan bujukan orang lain
36
a. Menghilangkan rasa takut dengan bantuan orang lain b. Meredam rasa sedih dengan bantuan orang lain
38
a. Merespon dengan ekspresi bila diberi benda yang baru dikenalnya b. Mengalah terhadap temannya ketika bermain c. Menunjukkan rasa kasih sayang terhadap teman-temannya seperti memberikan perhatian d. Meminta maaf kepada teman apabila bersalah a. Mendengarkan dengan baik ketika orang lain bercerita
40
37
39
41 42
43 44
c) Uji Coba Angket Melalui Pakar Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang baik, adalah dengan melakukan proses uji coba. Responden yang diambil untuk keperluan uji coba adalah responden dari tempat penelitian, yaitu orangtua anak. Dalam uji coba, responden diberikan kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi keusioner yang diuji cobakan itu. Situasi sewaktu uji coba dilaksanakan harus sama dengan situasi kapan penelitian yang sesungguhnya dilaksanakan. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat keandalan atau keampuhan instrumen. 1) Validitas Menurut Arikunto (2002: 145), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesasihan
49
suatu instrumen. Suatu insrtumen yang kurang valid mempunyai validitas rendah. Sebuah instumen dikatakan valid apabila mampu mangukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari ganbaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2002: 145). Sedangkan Menurut Taniredja dan Mustafidah (2011: 43) validitas dapat diuji dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara bekonsultasi dengan pakar permasalahn yang diteliti, sampai mengahasilkan suatu instrumen penelitian yang benar-benar mantap. 2) Reliabilitas Menurut Arikunto (2002: 154), reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliable akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkatketerandalan sesuatu. Reliable artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan
50
d) Revisi angket Setelah dilakukan uji coba akan diketahui kekurangan atau kesalahan dalam keusioner yang telah dibuat. Untuk itu peneliti merevisi
kembali
keusioner
dengan
memperbaiki
item-item
pertanyaan yang salah atau kurang benar. e) Penyebaran angket Setelah angket direvisi, peneliti menyebar angket kepada responden yang sama pada saat uji coba. f) Pengolahan data Lembar kuesioner yang telah disebarkan kepada responden selanjutnya akan diolah dengan menggunakan teknik persentase. F. Teknik Analisis Data Untuk data perkembangan sosial-emosional anak akan diolah dengan teknik persentase, dengan rumus: P=
F x 100% N
Keterangan : P : Prsentase yang dicari F : Frekuensi N : Number of cases (Anggoro,2008 : 6.12) 1) Data perkembangan sosial-emosional anak di rumah diperoleh dengan menggunakan teknik Skala Likert, TB = 1, BB = 2, MB = 3, BSH=4 dan BSB = 5. Keterangan :
51
TB
= Tidak Berkembang
BB
= Belum Berkembang
MB = Mulai Berkembang BSH = Berkembang Sesuai Harapan BSB = Berkembang Sangat Baik Untuk mengetahui perkembangan sosial-emosional anak di rumah yang diberikan oleh masing-masing orangtua anak menggunakan ketentuan sebagai berikut:
No.
Tabel 3.3 Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah Nilai Kriteria
1.
145-180
Sangat Sering
2.
109-144
Sering
3.
73-108
Kadang-kadang
4.
37-72
Jarang
5.
1-36
Jarang Sekali
Sumber: Hasil Kuesioner Perkembangan Sosial-Emosional Anak Di Rumah 2) Data perkembangan sosial-emosional anak di sekolah diperoleh dengan menggunakan teknik Skala Likert, JS= 1, J = 2, KK= 3, S=4 dan SS = 5. Keterangan : JS
= Jarang Sekali
J
= Jarang
KK
= Kadang-kadang
S
= Sering
SS
= Sangat Sering
52
Untuk mengetahui perkembangan sosial-emosional anak di sekolah yang diberikan oleh guru menggunakan ketentuan sebagai berikut: Tabel 3.4 Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah No.
Nilai
Kriteria
1.
145-180
Sangat Sering
2.
109-144
Sering
3.
73-108
Kadang-kadang
4.
37-72
Jarang
5.
1-36
Jarang Sekali
Sumber: Hasil Kuesioner Perkembangan Sosial-Emosional Anak Di Sekolah 3) Data hubungan antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah dan
perkembangan
sosial
emosional
anak
di
sekolah
penulis
menggunakan analisa statistik dengan rumus Korelasi Product Moment (Arikunto, 2002 : 243). Karena data ini membahas dua variabel yang berhubungan. Secara operasional analisis data teknik korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus : rxy =
N XY ( X )( Y)
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y2 ( Y) 2 ]
Keterangan : Rxy : Angka indeks “r” product moment (antara variabel X dan Y) N
: Jumlah responden
ΣXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ΣX
: Jumlah seluruh skor X
ΣY
: Jumlah seluruh skor Y
53
Setelah itu memberi interpretasi terhadap rxy, interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment. Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan (proses komputasi) dapat diberikan interprestasi atau penafsiran tertentu. Dalam memberikan interprestasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy), menggunakan pedoman sebagai berikut : Tabel 3.5 Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment Bersarnya “r” Product Moment 0,00 – 0,199
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau rendah sehingga korelasi itu diabaikan ( di anggap tidakl ada korelasi antar variabel X dan variabel Y ).
0,20 – 0,399
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau yang rendah.
0,40 – 0,599
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
0,60 – 0,799
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,80 – 1,000
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat dan sangat tinggi.
Sumber : Sugiyono, 2008: 231
54
G. Konsep dan Pengukuran Variabel Berdasarkan penelitian ini, variabel penelitian terdiri atas dua variabel, yaitu: 1.
Variabel Bebas (variabel independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perkembangan sosial-emosional anak di rumah (X).
2.
Variabel
terikat
(variabel
dependen)
merupakan
variabel
yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikst dalam penelitian ini adalah perkembangan sosialemosional anak di sekolah (Y). Skala likert digunakan untuk untuk mngukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2011:134). Instrumen penelitian yang menggunakan skal likert dapat dibuat dalam bentuk check list ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2010 :134-135). Peneliti menggunakan instrumen kuesioner yang disebarkan kepada orang tua anak dan guru yang dijadikan sampel penelitian. Instrumen terdiri dari lima
55
alternatif jawaban, yaitu: (a) sangat sering dengan nilai 5, (b) sering dengan nilai 4, (c) kadang-kadang dengan nilai 3, (d) jarang dengan nilai 2, dan (e) tidak pernah dengan nilai 1.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian kuantitatif korelasional ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu. Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelompok A yakni sebanyak 30 orang anak. Data diperoleh dari angket yang disebarkan kepada 30 orangtua/wali anak didik untuk memperoleh data tentang perkembangan sosial-emosional anak di rumah dan kepada 2 orang guru untuk memperoleh data tentang perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Hasil penelitian yang telah diperoleh dideskripsikan secara rinci untuk masing-masing variabel. Pembahasan variabel dilakukan dengan data kuantitatif, maksudnya adalah data yang diolah berbentuk angka atau skor yang kemudian ditafsirkan secara kualitatif. Data variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini meliputi: (1) perkembangan sosial-emosional anak di rumah (X), (2) perkembangan sosial-emosional anak di sekolah (Y). Berikut dijelaskan secara rinci mengenai deskripsi data hasil penelitian untuk masing-masing variabel. Pada angket variabel X yaitu perkembangan sosial-emosional anak terdapat beberapa indikator yang dijadikan pedoman untuk membuat angket sebagai instrumen penelitian. Adapun indikator yang diteliti dalam variabel perkembangan sosial-emosional anak adalah: (1) mengenal diri sendiri, (2) membantu diri sendiri, (3) kemampuan untuk berkelompok, (4) kemampuan mengatur diri, (5) perilaku sosial.
56
57
Berdasarkan indikator penelitian tersebut dilakukan penyebaran angket perkembangan sosial-emosional anak pada kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu dengan jumlah angket sebanyak 36 butir pertanyaan. Soal tersebut tersebut berbentuk pilihan ganda dengan lima kategori jawaban. Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah: 1) Deskripsi data perkembangan sosial-emosional anak di rumah (variabel X) Tabel 4.1 Skor Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah No.
1.
Jumlah Skor Kriteria Perkembangan Perkembangan Sosial Emosional Anak Frekuensi Persentase Sosial (f) (%) Emosional Anak 145-180 Sangat Sering -
2.
109-144
Sering
15 Anak
50%
3.
73-108
Kadang-kadang
15 Anak
50%
4.
37-72
Jarang
-
-
5.
1-36
Jarang Sekali
-
-
30 Anak
100%
Jumlah
Sumber: lampiran halaman 76 Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari 30 orang responden tentang perkembangan sosial-emosional anak di rumah, yakni: 0 (0%) anak perkembangan sosial-emosionalnya di sekolah sangat sering terjadi, 15 (50%) anak yang perkembangan sosialemosionalnya sering terjadi dengan jumlah skor berkisar 109-144, 15 Anak (50%) yang perkembangan sosial-emosionalnya kadang-kadang
58
terjadi dan 0 (0%) perkembangan sosial-emosional anak jarang terjadi. Tidak ada anak yang perkembangan sosial-emosional nya di sekolah jarang sekali terjadi. 2) Deskripsi Data Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah (variabel Y) Tabel 4.2 Hasil Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah No.
1.
Jumlah Skor Kriteria Perkembangan Perkembangan Sosial Emosional Anak Frekuensi Persentase Sosial (f) (%) Emosional Anak 145-180 Sangat Sering 3 Anak 10 %
2.
109-144
Sering
16 Anak
53,3 %
3.
73-108
Kadang-kadang
10 Anak
33,4%
4.
37-72
Jarang
1 Anak
3,3%
5.
1-36
Jarang Sekali
-
-
30 Anak
100 %
Jumlah
Sumber: lampiran halaman 81 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari 30 orang responden tentang perkembangan sosial-emosional anak di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu, yakni: 3 (10%) anak perkembangan sosial-emosionalnya di sekolah sangat sering terjadi, 16 (53,3%) anak yang perkembangan sosial-emosionalnya sering terjadi dengan jumlah skor berkisar 109-144, 10 Anak (33,4%) yang perkembangan sosial-emosionalnya kadang-kadang terjadi dan 1 (3,3%)
59
jarang terjadi perkembangan emosionalnya. Tidak ada anak yang perkembangan sosial-emosional nya di sekolah jarang sekali terjadi. 3) Deskripsi Data Hubungan Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah Terhadap Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah (variabel X) terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah (variabel Y), maka peneliti menggunakan rumus product moment dengan memasukkan data yang diperoleh ke dalam tabel, yaitu:
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Tabel 4.3 Korelasi antara variabel X dan variabel Y X Y X² Y² 116 113 13456 12769 106 104 11236 10816 113 109 12769 11881 114 111 12996 12321 117 147 13689 21609 113 116 12769 13456 113 120 12769 14400 108 107 11664 11449 109 114 11881 12996 108 108 11664 11664 99 74 9801 5476 103 100 10609 10000 104 109 10816 11881 109 108 11881 11664 106 115 11236 13225 106 114 11236 12996 118 151 13924 22801 108 119 11664 14161 103 99 10609 9801 107 106 11449 11236 107 123 11449 15129
XY 13108 11024 12317 12654 17199 13108 13560 11556 12426 11664 7326 10300 11336 11772 12190 12084 17818 12852 10197 11342 13161
60
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
108 105 100 107 98 71 112 127 113 110 110 125 119 166 113 118 116 108 3276 3404 Sumber: lampiran halaman 82
11664 10000 9604 12544 12769 12100 14161 12769 13456 358634
11025 11449 5041 16129 12100 15625 27556 13924 11664 396244
11340 10700 6958 14224 12430 13750 19754 13334 12528 374012
Berdasarkan data diatas, maka koefisien korelasi product moment adalah sebagai berikut:
rₓy rₓy rₓy rₓy rₓy rₓy rₓy
0,767 Dari hasil perhitungan diatas, ternyata nilai koefisien korelasi product
moment (r) antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah (X) terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah (Y) rₓy sebesar 0,767.
61
Untuk menguji hasil koefisien korelasi (r) peneliti juga menghubungkan dengan tabel korelasi product moment (r-tabel) tetapi sebelumnya peneliti mencari derajat bebas (db) terlebih dahulu dengan menggunakan rumus db = N-1, oleh karena N = 30, maka db = 30-1 = 29. Pada r-tabel dengan taraf signifikan 5% terhadap db = 29 adalah 0,367 sehingga perhitungan antara rhitung dengan r-tabel dengan taraf signifikan 5% pada N=30 maka r-hitung > r-tabel yaitu 0,767 > 0,367 atau hpotesis (Ha) yang telah diajukan diterima artinya berdasarkan data perkembangan sosial-emosional anak di rumah dan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah dapat diketahui ada hubungan. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dari pengisian kuesioner perkembangan sosial-emosional anak di rumah memiliki kategori baik. Perhitungan besarnya pengaruh keluarga terhadap perkembangan sosial-emosional anak cukup besar. Lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan sosialemosional anak. Perkembangan sosial-emosional anak dari perlakuan orangtua terhadap anak dan hubungan yang baik dalam keluarga. Keluarga sangat berperan dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi. Jika secara umum ekspresi emosi cenderung ditolak oleh lingkungan keluarga maka hal tersebut memberi isyarat bahwa emotional security yang ia dapatkan dari keluarga kurang memadai.
62
Hal ini sependapat dengan Arya (2008: 34) yaitu bagaimanapun perbedaan lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah cukup menjadi petunjuk penting dan merupakan sumber utama dalam mengembangkan sosialemosional anak. Rata-rata perkembangan sosial-emosional anak di sekolah TK Tunas Harapan Kota Bengkulu berada pada kategori berkembang sesuai harapan. Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi pengalaman yang dialami anak di lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap perkembangan sosial-emosional anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun dengan guru. Hubungan yang hangat antara orangtua dengan anak mampu mendukung perkembangan sosial-emosional anak di rumah dan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyalurkan potensinya dari proses perkembangan yang baik. Perhitungan korelasi perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah, sebelumnya dijelaskan bahwa perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah memiliki hubungan dengan taraf signifikan yang kuat dan berdasarkan pengujian hipotesis membuktikan bahwa perkembangan sosial-emosional anak di rumah berhubungan positif terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Artinya semakin berkembang kemampuan sosial-emosional anak di rumah, maka akan diikuti di
63
sekolah. Sebaliknya jika semakin tidak berkembang perkembangan sosialemosional anak di rumah maka akan diikuti pula di sekolah. Walaupun anak sangat mendambakan penerimaan kelompok, arti keluarga tetaplah penting bagi anak usia sekolah. Anak tetap menginginkan perhatian dari orangtuanya dan menilai hal tersebut sebagai hal yang sangat berharga (Gustian, 2004: 34). Koefisien korelasi product moment (r) dapat diketahui sebesar 0,767 jika diinterpretasikan pada kriteria penilaian korelasi maka nilai korelasi (r) terletak diantara 0,60-0,799 dengan tingkat hubungan yang signifikan kuat atau tinggi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Perkembangan sosial-emosional anak di rumah dari hasil penelitian yaitu sebanyak 50% sudah cukup dilaksanakan. 2. Perkembangan sosial-emosional anak di sekolah kelompok A di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu sebanyak 60% sudah cukup dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu sebanyak 10% sudah dilaksanakan dengan baik dan sebanyak 50% sudah cukup dilaksanakan di sekolah. 3. Ada korelasi yang sangat kuat antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Dari perhitungan r-hitung > r-tabel yaitu 0,767 > 0,367 atau hipotesis (Ha) yang telah diajukan diterima artinya berdasarkan data perkembangan sosial-emosional anak di rumah dan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah dapat diketahui ada hubungan.
64
65
B. Saran Berdasarkan
kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa
saran sebagai berikut: 1. Perkembangan anak perlu ditingkatkan di lingkungan keluarga. Agar tercapai perkembangan anak yang optimal. 2. Perkembangan sosial-emosional anak di sekolah masih perlu adanya peningkatan untuk pengoptimalan perkembangan anak. 3. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan/korelasi yang kuat/tinggi antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah, oleh karena itu disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut tentang perkembangan sosial-emosional anak.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Siti. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Anggoro, Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Arikunto, Suahrsimi. 2002. Prosedur Jakarta : Renika Cipta
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Asrori,mohammad.2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Budiman, Laela CH. 1999. Menjadi Orangtua Idaman. Jakarta : Kompas Cepi, Triatna. 2008. EQ power:panduan meningkatkan kecerdasan emosional. Bandung: CV Citra Praya Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Fathoni, Abdurrahmmat. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : PT. Rineka Cipta Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelligence (Terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Gustian, Edi. 2004. Mempersiapkan anak masuk sekolah. Jakarta: Puspa Swara Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Hildayani, Rini dkk. 2006. Psikologi perkembangan anak. Jakarta : Universitas Terbuka Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Mustafidah, Hidayati. 2011. Penelitian Kuantitatif: Sebuah Pengantar. Bandung: Alfabeta Martinis yamin. 2013. Panduan paud. Jakarta: Gaung Persada press group Narbuko, cholid dan Ahmadi, Abu. 2007. Medologi Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
66
67
Nugraha, Ali dkk. 2005. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka Patmonodewo, Soemiarti. 2008. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta Pratisto. 2012. Perkembangan Sosial-Emosional Anak. Skripsi: Universitas Terbuka Rahman, Hibana S. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Grafindo Litera Media Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Jakarta: Alfabeta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Suyono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi belajar. Jakarta: Rajawali pers Syamsu yusuf L.N. dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RajaGrafindo Yulistiani, Mustiah. 2010. Pengaruh Karakteristik Anak, Keberadaan Orangtua Dan Pola Asuh Orangtua Terhadap Perkembangan Social-Emosional Anak Dan Moral Pada Usia Sekolah. Skripsi: IKIP PGRI Semarang
Jadwal Penelitian Hubungan Pembelajaran Moving Class Dengan Perkembangan Sosial Emosional Anak di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu Bulan/Minggu No
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
September
Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1
Penyusunan Proposal
2
Seminar proposal
3
Perbaikan proposal
4
6
Uji validitas instrumen penelitian Perbaikan insrtrumen penelitian Pelaksanaan penelitian
7
Pengolahan data
8
Penyusunan Laporan
9
Perbaikan Laporan
10
Ujian Skripsi
11
Perbaikan Laporan/ Skripsi
5
Desember
2
3
4
Nama NPM Prodi Judul Skripsi Pembimbing
: Bella Monika : A1I010032 : S1 PG PAUD : hubungan Pembelajaran Moving Class dengan Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kelompok A Kota Bengkulu : 1. Drs. H. M. Nasirun, M.Pd 2. Drs. H. Norman Syam, M.Pd KISI-KISI ANGKET ORANG TUA TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
No 1.
Aspek
Karakteristik Perilaku
Mengenal Diri 1. Memperkenalkan dirinya Sendiri kepada orang lain
2. Mengutarakan berapa umurnya sekarang 3. Memberitahukan dimana alamat rumahnya 4. Menjelaskan dimana ia bersekolah 5. Mengutarakan cita-citanya 6. Menjawab dengan benar ketika ditanya nama ayah dan ibunya 7. Menjawab dengan benar ketika ditanya nama kakak/adiknya 8. Menjawab dengan benar ketika ditanya nama kakek/neneknya
Pertanyaan
Apakah anak bapak/ibu sering memperkenalkan dirinya kepada orang lain ? Apakah anak bapak/ibu sering mengutarakan berapa umurnya sekarang ? Apakah anak bapak/ibu sering memberitahukan dimana alamat rumahnya ? Apakah anak bapak/ibu seirng menjelaskan dimana ia bersekolah ? Apakah anak bapak/ibu sering mengutarakan citacitanya ? Apakah anak bapak/ibu sering menjawab dengan benar ketika ditanya nama ayah dan ibunya? Apakah anak bapak/ibu sering menjawab dengan benar ketia ditanya nama kakak/adiknya ? Apakah anak bapak/ibu sering sering menjawab dengan benar ketia ditanya nama kakek/neneknya ?
Setuju
Tidak Setuju
Judgement Saran/Perbaikan
9. Menjawab dengan benar ketika ditanya nama paman/bibinya 1. Mencuci tangan sendiri 2. Mengelap tangan sendiri 3. Mencuci kaki sendiri 4. Mengambil minum sendiri tanpa tumpah 5. Mengambil makan sendiri
2.
Membantu Diri Sendiri
3.
Kemampuan 1. Bekerja sama dengan Untuk kelompoknya/temannya Berkelompok 2. Berkomunikasi dengan baik kepada orang lain 3. Bermusyawarah ketika mendapat kesulitan belajar 4. Mengatakan tidak ketika ada teman yang mengganggunya 5. Menunggu giliran ketika bermain tanpa ada pengawasan 6. Menyelesaikan tugasnya dengan baik 7. Ikut sedih ketika mendengar temannya sedang sakit 8. Mendengarkan dengan baik ketika orang lain bercerita 9. Mematuhi perintah orang tua
Apakah anak bapak/ibu sering menjawab dengan benar ketia ditanya nama paman/bibinya ? Apakah anak bapak/ibu sering mencuci tangan sendiri ? Apakah anak bapak/ibu sering mengelap tangan sendiri? Apakah anak bapak/ibu sering mencuci kaki sendiri ? Apakah anak bapak/ibu sering mengambil minum sendiri tanpa tumpah ? Apakah anak bapak/ibu sering mengambil makan sendiri ? Apakah anak bapak/ibu sering bekerja sama dengan kelompokmya ? Apakah anak bapak/ibu sering berkomunikasi dengan baik kepada orang lain ? Apakah anak bapak/ibu sering bermusyawarah ketika mendapat kesulitan ketika belajar ? Apakah anak bapak/ibu sering mengatakan tidak ketika ada temannya mengganggunya ? Apakah anak bapak/ ibu sering menunggu giliran dalam bermain tanpa pengawasan ? Apakah anak bapak/ibu sering menyelesaikan tugasnya dengan baik ? Apakah anak bapak/ibu sering ikut sedih ketika mendengar temannya sedang sakit ? Apakah anak bapak/ibu sering mendengarkan dengan baik saat orang lain bercerita ? Apakah anak bapak/ibu sering mematuhi perintah orang tua ?
4
5.
Kemampuan Mengatur Diri
Perilaku Sosial
10. Menceritakan pengalamannya sendiri 11. Menerima cerita dari orang lain dengan baik 12. Meminjam benda milik temannya tanpa bantuan 13. Mengembalikan benda milik temannya tanpa bantuan 14. Menunggu giliran saat melakukan antrian 15. Mengerti intruksi dari orang lain 16. Memberikan informasi dalam kelompok 17. Mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan dari cerita tersebut 18. Menunjukkan sesuatu atau memperagakan sambil menjelaskan 1. Menyatakan keinginannya atau tidak dengan ya/tidak 2. Mengendalikan rasa marah dengan bujukan orang lain 3. Menghilangkan rasa takut dengan bantuan orang lain 4. Meredam rasa sedih dengan bantuan orang lain 1. Merespon dengan ekspresi bila diberi benda yang baru dikenalnya
Apakah anak bapak/ibu sering menceritakan pengalamannya sendiri ? Apakah anak bapak/ibu sering menerima cerita dari orang lain dengan baik ? Apakah anak bapak/ibu sering meminjam benda milik temannya tanpa bantuan ? Apakah anak bapak/ibu sering mengembalikan benda milik temannya tanpa bantuan ? Apakah anak bapak/ibu sering menunggu giliran saat melakukan antrian ? Apakah anak bapak/ibu sering mengerti intruksi dari orang lain ? Apakah anak bapak/ibu sering memberikan informasi dalam kelompok ? Apakah anak bapak/ibu sering mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan dari cerita tersebut ? Apakah anak bapak/ibu sering menunjukkan sesuatu atau memperagakan sambil menjelaskan ? Apakah anak bapak/ibu sering menyatakan keinginannya atau tidak dengan ya/tidak ? Apakah anak bapak/ibu sering mengendalikan rasa marah dengan bujukan orang lain ? Apakah anak bapak/ibu sering menghilangkan rasa takut dengan bantuan orang lain ? Apakah anak bapak/ibu sering meredam rasa sedih dengan bantuan orang lain ? Apakah anak bapak/ibu sering merespon dengan ekspresi bila diberi benda yang baru dikenalnya ?
2. Menunjukkan rasa tidak suka/protes ketika bermain tidak direspon 3. Memberikan jawaban yang tepat ketika ditanya apa yang harus dilakukan ketika lelah, dingin atau lapar
Apakah anak bapak/ibu sering menunjukkan rasa tidak suka /protes ketika bermain tidak direspon ?
4. Menanyakan segala sesuatu seperti apa, mengapa, dimana atau kapan 5. Mengalah terhadap temannya ketika bermain 6. Menunjukkan rasa kasih sayang terhadap temantemannya seperti memberikan perhatian 7. Meminta maaf kepada teman apabila bersalah 8. Menunjukkan rasa kasih sayang kepada keluarganya
Menanyakan segala sesuatu seperti apa, mengapa, dimana atau kapan
Apakah anak bapak/ibu sering memberikan jawaban yang tepat ketika ditanya apa yang harus dilakukan jika lelah, dingin atau lapar ?
Apakah anak bapak/ibu sering mengalah terhadap temannya ketika bermain ? Apakah anak bapak/ibu sering menunjukkan rasa kasih sayang terhadap teman-temannya seperti memberikan perhatian ? Apakah anak bapak/ibu sering meminta maaf kepada temannya apabila bersalah ? Apakah anak bapak/ibu sering menunjukkan rasa kasih sayang kepada keluarganya ?
72 Lampiran 3
HASIL ANGKET ORANG TUA/WALI ANAK DI TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A Res (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
1 5 5 4 4 4 4 4 5 4 3 3 3 3 4 4 4 5 4 3 4 3 5 5 3 4 5 4 5 4 4 121
Nilai Masing-masing Butir Angket 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 4 3 5 3 2 2 4 3 3 3 2 3 3 3 5 3 3 3 5 3 2 3 5 3 4 2 2 2 4 2 4 3 4 3 5 3 2 1 4 3 3 3 1 2 4 3 5 2 3 3 4 3 1 2 4 4 3 2 2 3 3 3 5 3 2 2 4 2 3 2 4 3 3 2 1 3 3 4 4 2 3 3 4 3 2 2 4 2 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 5 1 2 2 4 4 4 3 1 4 2 2 3 2 3 3 5 2 2 2 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2 1 3 3 4 3 4 1 2 2 3 4 3 4 3 3 3 1 2 4 3 3 2 1 2 2 4 4 3 2 2 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 1 2 2 1 3 2 3 3 1 3 2 4 4 3 3 2 3 3 2 1 4 2 4 3 2 3 1 3 3 3 3 3 1 1 1 3 4 3 3 2 2 1 2 4 4 3 4 4 4 3 1 2 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 4 4 3 2 1 2 3 2 4 3 2 3 4 3 4 3 3 4 2 1 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 1 2 3 3 4 4 3 2 1 3 2 3 3 3 4 3 1 3 3 1 4 3 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 3 1 2 1 3 3 3 2 1 2 1 3 4 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 1 4 3 4 2 4 4 3 3 1 2 3 4 4 3 3 1 3 4 2 3 3 3 4 2 2 1 3 4 4 3 2 1 3 3 4 2 2 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 4 2 2 3 2 4 4 2 3 2 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 96 88 93 65 56 67 110 91 100 80 49 85 79 96 103 81
∑X 18 4 3 3 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 2 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 4 89
60 52 55 55 61 53 55 52 53 49 42 47 44 48 47 50 54 51 48 52 47 52 45 51 56 54 50 56 52 54 1545
73
Lampiran 4
LANJUTAN HASIL ANGKET ORANG TUA/WALI ANAK DI TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A Res (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
19 20 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3
21 22 23 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 2 2 5 2 3 4 3 2 2 2 2 4 3 3 5 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3
Nilai Masing-masing Butir Angket 24 25 26 27 28 29 30 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 3 2 5 3 4 3 4 4 3 5 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 5 3 4 3 4 3 3 5 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 5 4 2 5 3 4 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 3 2 3 4 5 4 4 3 2 3 3 4 4 5 3 3 4 2 5 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 1 4 1 4 2 3 4 3 3 2 5 3 3 3 3 4 3 5 4 5 4 3 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 5 3 4 4 3 4 3 5 3 4
84
101 87 81
100 98
89
109 86
126
100
110
∑X 31 32 33 34 35 36 3 4 2 3 3 4 3 3 2 2 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 4 3 4 2 2 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 2 2 3 3 4 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 2 4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 3
106 89 77 98 97 108 1731
56 54 58 59 56 60 58 56 56 59 57 56 60 61 59 56 64 57 55 55 60 56 55 47 56 59 60 63 61 62
74
Lampiran 5
TOTAL SKOR HASIL ANGKET ORANG TUA/WALI ANAK DI TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A Res (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nilai Masing-masing Butir Angket ∑X 1-18 ∑X 19-36 60 56 52 54 55 58 55 59 61 56 53 60 55 58 52 56 53 56 49 59 42 57 47 56 44 60 48 61 47 59 50 56 54 64 51 57 48 55 52 55 47 60 52 56 45 55 51 47 56 56 54 59 50 60 56 63 52 61 54 62 TOTAL SKOR X
∑X 116 106 113 114 117 113 113 108 109 108 99 103 104 109 106 106 118 108 103 107 107 108 100 98 112 113 110 119 113 116 3276
75
Lampiran 6
KRITERIA PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK DI RUMAH BERDASARKAN TOTAL SKOR Responden (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total Skor 116 106 113 114 117 113 113 108 109 108 99 103 104 109 106 106 118 108 103 107 107 108 100 98 112 113 110 119 113 116
Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Sering Kadang-kadang Sering Sering Sering Sering Sering Kadang-kadang Sering Kadang Kadang Kadang Kadang Sering Kadang Kadang Sering Kadang Kadang Kadang Kadang Kadang Kadang Kadang Sering Sering Sering Sering Sering Sering
76
Lampiran 7
Skor Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Rumah Jumlah Skor Kriteria No. Perkembangan Perkembangan Sosial Frekuensi Persentase Sosial Emosional Anak (f) (%) Emosional Anak 1. 145-180 Sangat Sering 2.
109-144
Sering
15 Anak
50%
3.
73-108
Kadang-kadang
15 Anak
50%
4.
37-72
Jarang
-
-
5.
1-36
Jarang Sekali
-
-
30 Anak
100%
Jumlah
77
Lampiran 8 HASIL ANGKET GURU DI TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A Res (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
Nilai Masing-masing Butir Angket 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 5 3 4 4 3 3 5 4 4 5 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 1 2 3 2 3 2 1 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 5 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 5 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 2 3 1 3 2 3 1 2 3 1 3 2 2 5 3 4 3 4 5 3 4 3 4 5 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 5 3 4 3 4 3 4 3 5 4 3 4 3 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 123 90 95 91 92 93 94 96 88 98 94 96 93 91 89
∑Y 16 17 3 4 3 3 3 3 2 3 3 5 3 3 3 2 4 2 3 3 4 3 2 1 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 5 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 1 1 4 4 3 3 3 4 4 5 4 3 3 3 92 90
18 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 81
56 53 55 51 69 57 58 55 58 51 38 48 53 52 56 60 77 57 46 48 61 53 58 37 68 54 66 79 57 55 1686
78
Lampiran 9 LANJUTAN HASIL ANGKET GURU DI TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A Res (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
19 20 21 22 4 2 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 5 4 5 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 4 3 4 3 4 4 3 3 5 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 3 4 3 2 95 109 100 103
23 3 2 3 4 5 3 4 3 3 2 1 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 5 3 3 89
Nilai Masing-masing Butir Angket ∑Y 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 57 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 51 4 3 2 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 54 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 60 5 4 4 5 5 4 5 5 4 3 4 3 3 75 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 59 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 62 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 52 4 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 56 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 57 3 2 2 2 3 2 2 1 1 3 1 2 2 36 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 52 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 56 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 56 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 59 2 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 55 4 5 4 5 4 5 4 4 4 3 5 3 3 74 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 62 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 53 2 3 2 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 51 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 62 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 52 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 49 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 1 2 3 34 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 59 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 56 4 3 3 5 4 4 5 4 5 3 4 3 3 69 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 87 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 61 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 53 96 101 89 106 96 88 102 96 94 90 89 87 91 1719
79
Lampiran 10 TOTAL SKOR HASIL ANGKET GURU DI TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A Res (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nilai Masing-masing Butir Angket ∑Y 1-18 ∑Y 19-36 56 57 53 51 55 54 51 60 69 75 57 59 58 62 55 52 58 56 51 57 38 36 48 52 53 56 52 56 56 59 60 55 77 74 57 62 46 53 48 51 61 62 53 52 58 49 37 34 68 59 54 56 66 69 79 87 57 61 55 53 TOTAL SKOR Y
∑Y 113 104 109 111 147 116 120 107 114 108 74 100 109 108 115 114 151 119 99 106 123 105 107 71 127 110 125 166 118 108 3404
80
Lampiran 11 KRITERIA PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK DI SEKOLAH BERDASARKAN TOTAL SKOR Responden (N) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total Skor 113 104 109 111 147 116 120 107 114 108 74 100 109 108 115 114 151 119 99 106 123 105 107 71 127 110 125 166 118 108
Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Sering Kadang-kadang Sering Sering Sangat sering Sering Sering Kadang-kadang Sering Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang Sering Kadang-kadang Kadang-kadang Sering
Sangat sering Sering Kadang-kadang Kadang-kadang Sering Kadang-kadang Kadang-kadang Jarang Sering Sering Sering Sangat sering Sering Kadang-kadang
81
Lampiran 12 Hasil Kriteria Perkembangan Sosial-Emosional Anak di Sekolah No.
1.
Jumlah Skor Kriteria Perkembangan Perkembangan Sosial Emosional Anak Frekuensi Persentase Sosial (f) (%) Emosional Anak 145-180 Sangat Sering 3 Anak 10 %
2.
109-144
Sering
16 Anak
53,3 %
3.
73-108
Kadang-kadang
10 Anak
33,4%
4.
37-72
Jarang
1 Anak
3,3%
5.
1-36
Jarang Sekali
-
-
30 Anak
100 %
Jumlah
82
Lampiran 13 HASIL SKOR DARI ANGKET PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK DI RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK DI SEKOLAH No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
X 116 106 113 114 117 113 113 108 109 108 99 103 104 109 106 106 118 108 103 107 107 108 100 98 112 113 110 119 113 116 3276
Y 113 104 109 111 147 116 120 107 114 108 74 100 109 108 115 114 151 119 99 106 123 105 107 71 127 110 125 166 118 108 3404
X² 13456 11236 12769 12996 13689 12769 12769 11664 11881 11664 9801 10609 10816 11881 11236 11236 13924 11664 10609 11449 11449 11664 10000 9604 12544 12769 12100 14161 12769 13456 358634
Y² 12769 10816 11881 12321 21609 13456 14400 11449 12996 11664 5476 10000 11881 11664 13225 12996 22801 14161 9801 11236 15129 11025 11449 5041 16129 12100 15625 27556 13924 11664 396244
XY 13108 11024 12317 12654 17199 13108 13560 11556 12426 11664 7326 10300 11336 11772 12190 12084 17818 12852 10197 11342 13161 11340 10700 6958 14224 12430 13750 19754 13334 12528 374012
83
Lampiran 14 KORELASI PRODUCT MOMENT
1. Perhitungan Product Moment Hipotesis yang diajukan adalah: Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara
perkembangan
sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara perkembangan sosialemosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Berdasarkan hipotesis di atas, maka koefisien korelasi product moment adalah sebagai berikut:
rₓy rₓy rₓy rₓy rₓy rₓy rₓy
0,767
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka indeks korelasi product moment
rₓy = 0,767. 2. Uji Hipotesis
84
Untuk menguji hasil koefisien korelasi (r) product moment, peneliti menghubungkan dengan tabel product moment (r-tabel) tetapi terlebih dahulu dicari derajat bebas (db). db = N-1 maka db
= 30-1 = 29
Pada r-tabel dengan taraf signifikan 5% untuk db= 29 adalah 0,367. Maka r-hitung > rtabel yaitu 0,767 > 0,367. Ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain antara perkembangan sosial-emosional anak di rumah terhadap perkembangan sosial-emosional anak di sekolah terbukti ada hubungan yang signifikan.
85
Lampiran 15 LEMBAR ANGKET ORANG TUA TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU Nama Kelas Usia Anak No.
:.................................... :.................................... :.................................... Pernyataan
Alternatif Jawaban Sangat sering
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15
Apakah anak bapak/ibu menjawab ketika ditanya namanya oleh orang lain? Apakah anak bapak/ibu menjawab ketika ditanya umurnya oleh orang lain? Apakah anak bapak/ibu menjawab ketika ditanya alamat rumahnya oleh orang lain? Apakah anak bapak/ibu menyebutkan tempat ia bersekolah ketika ditanya orang lain? Apakah anak bapak/ibu menyebutkan citacitanya? Apakah anak bapak/ibu menjawab dengan benar ketika ditanya nama ayah dan ibunya? Apakah anak bapak/ibu menjawab dengan benar ketika ditanya nama kakak/adiknya? Apakah anak bapak/ibu mencuci tangan sendiri? Apakah anak bapak/ibu mengelap tangan sendiri? Apakah anak bapak/ibu mencuci kaki sendiri? Apakah anak bapak/ibu mengambil minum sendiri tanpa tumpah? Apakah anak bapak/ibu mengambil makan sendiri? Apakah anak bapak/ibu bekerja sama dengan teman-teman kelompoknya? Apakah anak bapak/ibu berkomunikasi dengan baik kepada orang lain? Apakah anak bapak/ibu bermusyawarah ketika mendapat kesulitan ketika belajar?
16 Apakah anak bapak/ibu mengatakan tidak ketika ada teman yang mengganggunya?
17 Apakah anak bapak/ ibu sabar menunggu 18
giliran dalam bermain tanpa pengawasan? Apakah anak bapak/ibu menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik ?
19 Apakah 20
anak bapak/ibu menunjukkan ekspresi sedih ketika mendengar temannya sedang sakit? Apakah anak bapak/ibu mendengarkan
Sering
Kadangkadang
Jarang
Jarang sekali
86
21 22 23 24 25
dengan baik saat orang lain bercerita? Apakah anak bapak/ibu mematuhi perintah orang tua? Apakah anak bapak/ibu menceritakan pengalamannya sendiri? Apakah anak bapak/ibu menerima cerita dari orang lain dengan baik? Apakah anak bapak/ibu meminjam benda milik temannya tanpa bantuan orang lain? Apakah anak bapak/ibu menunggu giliran dengan sabar saat melakukan antrian?
26 Apakah 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
anak bapak/ibu menyatakan keinginannya atau tidak dengan ya/tidak ? Apakah anak bapak/ibu mengendalikan rasa marah setelah dibujuk orang lain? Apakah anak bapak/ibu menghilangkan rasa takut dengan bantuan orang lain? Apakah anak bapak/ibu meredam rasa sedih dengan bantuan orang lain? Apakah anak bapak/ibu merespon dengan ekspresi bila diberi benda yang baru dikenalnya? Apakah anak bapak/ibu protes ketika tidak diajak bermain? Apakah anak bapak/ibu Menanyakan segala sesuatu dengan kata apa, mengapa, dimana atau kapan? Apakah anak bapak/ibu mengalah terhadap temannya ketika bermain ? Apakah anak bapak/ibu menunjukkan rasa kasih sayang terhadap teman-temannya? Apakah anak bapak/ibu meminta maaf kepada temannya apabila bersalah ? Apakah anak bapak/ibu menunjukkan rasa kasih sayang kepada keluarganya ?
Bengkulu, Oktober 2014 Orang tua/wali
……………………………
87
Lampiran 16 SURAT PENGANTAR PENGISIAN ANGKET ORANG TUA/WALI ANAK Assalamualaikum wr. wb Dengan adanya surat pengantar ini peneliti berharap agar orangtua atau wali anak didik TK Tunas Harapan Kota Bengkulu dapat memberikan jawaban yang sebenar-benarnya atas pertanyaan yang tertera dalam angket pengisian ini. Angket pengisian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perkembangan sosial-emosional anak di rumah dengan perkembangan sosial-emosional anak di sekolah. Atas jawaban dan partisipasi Bapak/Ibu selaku orangtua atau wali anak didik, peneliti mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya partisipasi Bapak/Ibu dapat memberikan nilai positif terhadap perkembangan sosial-emosional pada anak. Wassalamualaikum, wr. wb
Bengkulu, Oktober 2014 Peneliti,
Bella Monika
88
Lampiran 17 LEMBAR ANGKET GURU TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK KELOMPOK A TK TUNAS HARAPAN KOTA BENGKULU Nama Kelas Usia Anak No.
:.................................... :.................................... :.................................... Pernyataan
Alternatif Jawaban Sangat sering
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Apakah anak menjawab ketika ditanya namanya oleh orang lain? Apakah anak menjawab ketika ditanya umurnya oleh orang lain? Apakah anak menjawab ketika ditanya alamat rumahnya oleh orang lain? Apakah anak menyebutkan tempat ia bersekolah ketika ditanya orang lain? Apakah anak menyebutkan cita-citanya? Apakah anak menjawab dengan benar ketika ditanya nama ayah dan ibunya? Apakah anak menjawab dengan benar ketika ditanya nama kakak/adiknya? Apakah anak mencuci tangan sendiri? Apakah anak mengelap tangan sendiri? Apakah anak mencuci kaki sendiri? Apakah anak mengambil minum sendiri tanpa tumpah? Apakah anak mengambil makan sendiri? Apakah anak bekerja sama dengan temanteman kelompoknya? Apakah anak berkomunikasi dengan baik kepada orang lain? Apakah anak bermusyawarah ketika mendapat kesulitan ketika belajar? Apakah anak mengatakan tidak ketika ada teman yang mengganggunya? Apakah anak sabar menunggu giliran dalam bermain tanpa pengawasan? Apakah anak menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik ? Apakah anak menunjukkan ekspresi sedih ketika mendengar temannya sedang sakit? Apakah anak mendengarkan dengan baik saat orang lain bercerita? Apakah anak mematuhi perintah orang tua?
22 Apakah anak menceritakan pengalamannya 23
sendiri? Apakah anak menerima cerita dari orang lain dengan baik?
Sering
Kadangkadang
Jarang
Jarang sekali
89
24 Apakah 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
anak meminjam benda milik temannya tanpa bantuan orang lain? Apakah anak menunggu giliran dengan sabar saat melakukan antrian? Apakah anak menyatakan keinginannya atau tidak dengan ya/tidak ? Apakah anak mengendalikan rasa marah setelah dibujuk orang lain? Apakah anak menghilangkan rasa takut dengan bantuan orang lain? Apakah anak meredam rasa sedih dengan bantuan orang lain? Apakah anak merespon dengan ekspresi bila diberi benda yang baru dikenalnya? Apakah anak protes ketika tidak diajak bermain? Apakah anak Menanyakan segala sesuatu dengan kata apa, mengapa, dimana atau kapan? Apakah anak mengalah terhadap temannya ketika bermain ? Apakah anak menunjukkan rasa kasih sayang terhadap teman-temannya? Apakah anak meminta maaf kepada temannya apabila bersalah ? Apakah anak menunjukkan rasa kasih sayang kepada keluarganya ?
Bengkulu, Oktober 2014 Orang tua/wali
……………………………
90
Lampiran 18 SURAT PENGANTAR PENGISIAN ANGKET GURU Assalamualaikum wr. wb Dengan adanya surat pengantar ini peneliti berharap agar guru kelompok A TK Tunas Harapan Kota Bengkulu dapat memberikan jawaban yang sebenar-benarnya atas pertanyaan yang tertera dalam angket pengisian ini. Angket pengisian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perkembangan sosial-emosional anak di rumah dengan perkembangan sosialemosional anak di sekolah. Atas jawaban dan partisipasi Ibu selaku guru, peneliti mengucapkan terima kasih. Semoga dengan adanya partisipasi Ibu dapat memberikan nilai positif terhadap perkembangan sosial-emosional pada anak. Wassalamualaikum, wr. wb
Bengkulu, Oktober 2014 Peneliti,
Bella Monika
91
Lampiran 19 LEMBAR JUDGEMENT UJI VALIDITAS TENTANG PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL ANAK No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16 17. 18 19 20 21 22 23 24. 25. 26.
Pernyataan
Judgement Pakar Pakar Pakar I II III
Keterangan
Apakah anak menjawab ketika ditanya namanya oleh orang lain? Apakah anak menjawab ketika ditanya umurnya oleh orang lain? Apakah anak menjawab ketika ditanya alamat rumahnya oleh orang lain? Apakah anak menyebutkan tempat ia bersekolah ketika ditanya orang lain? Apakah anak menyebutkan cita-citanya?
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Valid
Apakah anak menjawab dengan benar ketika ditanya nama ayah dan ibunya? Apakah anak menjawab dengan benar ketika ditanya nama kakak/adiknya? Apakah anak menjawab dengan benar ketika ditanya nama kakek/neneknya? Apakah anak menjawab dengan benar ketika ditanya nama paman/bibinya? Apakah anak mencuci tangan sendiri? Apakah anak mengelap tangan sendiri? Apakah anak mencuci kaki sendiri? Apakah anak mengambil minum sendiri tanpa tumpah? Apakah anak mengambil makan sendiri? Apakah anak bekerja sama dengan temanteman kelompoknya? Apakah anak berkomunikasi dengan baik kepada orang lain? Apakah anak bermusyawarah ketika mendapat kesulitan belajar? Apakah anak mengatakan tidak ketika ada teman yang mengganggunya? Apakah anak sabar menunggu giliran dalam bermain tanpa pengawasan? Apakah anak menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik ? Apakah anak menunjukkan ekspresi sedih ketika mendengar temannya sedang sakit? Apakah anak mendengarkan dengan baik saat orang lain bercerita? Apakah anak mematuhi perintah orang tua? Apakah anak menceritakan pengalamannya sendiri? Apakah anak menerima cerita dari orang lain dengan baik? Apakah anak meminjam benda milik
Setuju
Setuju
Tidak Setuju Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju Setuju Setuju Setuju
Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
Tidak Setuju Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
Setuju Setuju
Setuju Setuju
Setuju Setuju
Valid Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju Setuju
Setuju Setuju
Setuju Setuju
Valid Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Tidak
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Valid
92
27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
temannya tanpa bantuan orang lain? Apakah anak mengembalikan benda milik temannya tanpa bantuan? Apakah anak menunggu giliran dengan sabar saat melakukan antrian? Apakah anak mengerti intruksi dari orang lain? Apakah anak memberikan informasi dalam kelompok? Apakah anak mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan dari cerita tersebut? Apakah anak menunjukkan sesuatu atau memperagakan sambil menjelaskan? Apakah anak menyatakan keinginannya atau tidak dengan ya/tidak ? Apakah anak mengendalikan rasa marah setelah dibujuk orang lain? Apakah anak menghilangkan rasa takut dengan bantuan orang lain? Apakah anak meredam rasa sedih dengan bantuan orang lain? Apakah anak merespon dengan ekspresi bila diberi benda yang baru dikenalnya? Apakah anak protes ketika tidak diajak bermain? Apakah anak memberikan jawaban ketika ditanya apa yang harus dilakukan jika lelah, dingin atau lapar? Apakah anak Menanyakan segala sesuatu dengan kata apa, mengapa, dimana atau kapan? Apakah anak mengalah terhadap temannya ketika bermain ? Apakah anak menunjukkan rasa kasih sayang terhadap teman-temannya? Apakah anak meminta maaf kepada temannya apabila bersalah ? Apakah anak menunjukkan rasa kasih sayang kepada keluarganya ?
Setuju Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Valid Valid
Tidak Setuju Setuju
Tidak Valid Valid
Setuju
Tidak Setuju Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju
Setuju
Valid
Setuju Setuju
Tidak Valid Valid
Setuju
Valid
Setuju
Valid
Setuju
Tidak Setuju Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Tidak Setuju Tidak Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Tidak Setuju Setuju
Setuju
Valid
Setuju
Setuju
Setuju
Valid
Tidak Setuju Setuju Setuju Setuju
Setuju
Setuju Setuju
RIWAYAT HIDUP Bella Monika, lahir di Desa Tepi Laut Kecamatan Air Napal Kabupaten Bengkulu Utara pada tanggal 20 Mei 1992, anak pertama dari ayah yang bernama Mahrim
dan ibu bernama Rosnil Hatimah.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 01 Air Napal, Bengkulu Utara
tahun 2004.
Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 01 Kota Bengkuu tahun 2007 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 6 Kota Bengkulu tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Bengkulu melalui jalur SNMPTN. Penulis pernah mengikuti program magang mahasiswa S1 Program Studi PG-PAUD di PAUD Delia Kota Bengkulu pada tahun 2012. Pada tahun 2013 Penulis melaksanakan KKN di Desa Bajak 1 Bengkulu Tengah dari tanggal 1 Juli1 September 2013. Penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu tahun ajaran 2013/2014 dan melaksanakan penelitian di Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu Oktober 2014.