HUBUNGAN PERAWATAN KAKI DAN PENGGUNAAN ALAS KAKI DENGAN KEJADIAN ULKUS DIABETIKUM (STUDI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016)
Siti Rohilah Aspia1) Nurlina, S.KM., M.Kes dan Siti Novianti, S.KM., M.KM 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi1) Universitas Siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Ulkus Diabetikum adalah salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian jaringan setempat. Pencegahan merupakan langkah pertama dalam menyelamatkan kaki diabetisi. Prinsip umum pencegahan masalah kaki diabetisi yaitu memilih alas kaki yang tepat dan nyaman bagi diabetisi untuk menghindari kulit menjadi kasar dan perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 5060% yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan perawatan kaki dan penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetikum. Metode penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 100 dari 620 populasi. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan usia termuda responden adalah 20 tahun dan usia tertua 80 tahun, responden yang mengalami Ulkus Diabetikum sebesar 36%, responden dengan perawatan kaki tidak baik sebesar 69,4%, responden dengan penggunaan alas kaki tidak tepat 61,1%. Analisis menggunakan chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara perawatan kaki dengan kejadian ulkus diabetikum dengan nilai p ≤ 0,05 (0,000), nilai OR = 8,117 serta ada hubungan antara penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetikum dengan nilai p ≤ 0,05 (0,001), nilai OR = 4,345. Disarankan kepada RSUD dr. Soekardjo untuk meningkatkan pemberian informasi kepada diabetisi mengenai cara perawatan kaki yang baik dan dalam memilih alas kaki yang tepat untuk digunakan.
Kata Kunci
: Perawatan, Alas Kaki, Ulkus Diabetikum
Kepustakaan
: 55 (1994 - 2015)
1
RELATIONSHIP BETWEEN FOOT CARE AND FOOT WEAR WITH THE INCIDENT OF DIABETES ULCER (STUDY TO MEDICAL PATIENT OF DIABETES MELITUS TYPE 2 IN RSUD DR SOEKARDJO TASIKMALAYA 2016) Siti Rohilah Aspia1) Nurlina, S.KM., M.Kes dan Siti Novianti, S.KM., M.KM 2) College Student Faculty of Health Majoring Epidemiology1) Siliwangi University Tasikmalaya (
[email protected]) Lecturer of Majoring Epidemiology Faculty of Health2) Siliwangi University Tasikmalaya (
[email protected])
ABSTRACT
Diabetes ulcer is one of chronicle complication diabetes melitus, that is fair injury on the surface of the skin that can be accompanied by local tissue death. Preventive is first step to save diabetes’s feet. General principle of preventive problem for diabetes’s is choose proper and comfortable foot wear for diabetes’s feet to keep of skin become rough and foot care on a reguler basis can decrease diabetic feet diseases in the amount of 50-60% which is a affect life’s quality. This study aimed to analyze the relationship between foot care and foot wear with the incident of diabetes ulcer. Survey research methods using analytic metods with cross sectional approach and took 100 from 620 population. Analysis univariate consist of frequency distribution and analysis bivariate by chi square. The results showed the youngest age of respondents was 20 years old and the oldest 80 years of age, respondents who had diabetes ulcer are 36%, respondents who had poor foot care are 69,4%, respondents who usaged of the poor foot wear are 61,1%. Using chi-square analysis showed that there is a relationship between foot care with the incident of diabetes ulcer with p ≤ 0,05 (0,000), OR = 8,117 and there is a relationship between foot wear with the incident of diabetes ulcer with p ≤ 0,05 (0,001), OR = 4,345. Suggested to the RSUD dr. Soekardjo to improve giving information to diabetes’s patient about how to do foot care good and choosing foot wear which will be used.
Key Words
: Foot Care, Foot Wear, Diabetic Ulcer
Reference
: 55 (1994 – 2015)
2
1.
PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian di dunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Sedangkan angka kesakitan diabetes melitus pada tahun 2000 telah mencapai 171 juta di dunia dan diperkirakan akan mencapai 366 juta pada tahun 2030 (WHO, 2000). Diabetes melitus menduduki peringkat ke 7 dari total kematian penyakit tidak menular. Peningkatan kasus ini akan melebihi 40% di negara maju dan 170% di negara berkembang (WHO, 2005). WHO menyatakan bahwa Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah kasus diabetes melitus sebanyak 12,4 juta jiwa pada tahun 2025, naik dua tingkat dibanding tahun 1995 (Rosyid, 2010). Angka kejadian diabetes melitus pada tahun 2013, menunjukkan penderita diabetes melitus akan meningkat sebanyak 592 juta dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun, dan 5,1 juta orang meninggal karena penyakit ini. Dari pasien yang terkena diabetes melitus, 80% pasien berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Indonesia menempati peringkat ke 7 terbesar dengan angka kejadian diabetes melitus sebanyak 8,5 juta orang pada 2013 (International Diabetic Federation, 2013). Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (PERKENI, 2006). Hiperglikemi terjadi apabila kadar gula darah lebih dari 250 mg% dan gejala yang muncul yaitu poliuri, polidipsi, pernafasan kussmaul, mual muntah, penurunan kesadaran sampai koma (Soewondo, 2006). Black and Hawks (2009) juga menjelaskan bahwa hiperglikemi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, bisa memperburuk kondisi kaki diabetes yang memungkinkan meningkatnya risiko ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum adalah salah satu komplikasi DM yang paling serius dan melumpuhkan. Ulkus Diabetikum adalah penyebab paling umum amputasi kaki nontraumatik di seluruh dunia. Penderita diabetes dari 15 sampai 20 kali lebih mungkin memerlukan amputasi daripada mereka yang tidak menderita DM. Berdasarkan data dari National Diabetes Fact Sheet (2011), sekitar 60-70% diabetes mengalami komplikasi neuropati tingkat ringan sampai berat, yang akan berakibat pada hilangnya sensori dan kerusakan ekstremitas bawah. Menurut data dari WHO (2008) menyebutkan bahwa amputasi tungkai terjadi 10 kali lebih
3
banyak pada diabetisi dibandingkan non diabetisi. Hampir 14-24% pasien dengan ulkus diabetikum memerlukan amputasi, yang berarti bahwa setiap 30 detik ekstremitas bawah seseorang hilang karena diabetes. The Global Lower Extremity Amputation Study Group memperkirakan bahwa 25-90% dari semua amputasi dikaitkan dengan diabetes. American Diabetes Assosiation (ADA) memperkirakan bahwa amputasi kaki ulkus akan terus meningkat. Sebanyak 15% orang dengan DM akan mengalami ulkus selama hidup mereka dan 24% orang dengan ulkus kaki akan memerlukan amputasi (Lott et al., 2012). Saat ini, prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia sebesar 15% dari penderita DM (Waspadji, 2007). Di Indonesia sendiri, menurut data dari Perkumpulan endokrin Indonesi (PERKENI) (2009), di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, hampir 70% dari pasien DM dirawat dengan diagnosis ulkus kaki diabetikum. Berdasarkan data dari bagian rekam medis RSUD dr. Soekardjo tercatat jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2014 sebanyak 580 kasus (RSUD dr. Soekardjo, 2014). Pada tahun 2015, mengalami kenaikan sebesar 6,4% dengan jumlah 620 kasus (RSUD dr. Soekardjo, 2015). Dengan prevalensi penderita diabetes melitus yang mengalami ulkus diabetikum pada tahun 2015 sebanyak 15% dari penderita diabetes melitus. Brookes
dan
O’Leaary
(2006)
menyebutkan
bahwa
pencegahan
merupakan langkah pertama dalam menyelamatkan kaki diabetisi. Prinsip umum pencegahan masalah kaki diabetisi diuraikan oleh Day (2001) antara lain dengan mengontrol kadar gula darah dan menghindari rokok. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah ke kaki dan tungkai, menganjurkan untuk memilih alas kaki yang tepat dan nyaman bagi diabetisi untuk menghindari kulit menjadi kasar. Teknik pencegahan lainnya antara lain menjaga kelembaban kaki, membasuh kaki dan mengeringkannya dengan tepat, memotong kuku dilakukan saat kuku lembab dan tidak terlalu pendek, dan memeriksa kaki sendiri dengan menggunakan cermin untuk melihat adanya luka pada tungkai. Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (2009) bahwa perawatan kaki secara teratur dapat mengurangi penyakit kaki diabetik sebesar 50-60% yang mempengaruhi kualitas hidup. Kemauan melakukan perawatan kaki diabetik penderita harus mempunyai niat tinggi karena perawatan kaki diabetik ini harus dilakukan secara teratur jika ingin benar-benar mendapatkan kualitas hidup yang baik. Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes merupakan semua aktivitas
4
khusus yang dilakukan individu yang berisiko sebagai upaya dalam mencegah timbulnya ulkus diabetikum. Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh pasien diabetes melitus tipe II yang berobat jalan di RSUD dr. Soekardjo, diantaranya tiga orang responden mengalami ulkus diabetikum dan tujuh orang responden tidak mengalami ulkus diabetikum. Dua orang responden mengaku merasakan kesemutan, kram kaki seperti kesetrum namun tidak pernah melakukan perawatan pada saat keluhan itu muncul dan membiarkannya hingga keluhan hilang, tiga orang responden merasakan pegal di kaki, kulit kaki terasa dingin selalu melakukan perawatan kaki seperti memijat kaki, menggunakan alas kaki dan mencuci kaki dengan air hangat, tiga orang responden merasakan kaki lemah sulit untuk berjalan, panas di kaki namun tidak melakukan perawatan kaki dan tidak menggunakan alas kaki, dan dua orang pasien tidak merasakan keluhan pada kaki tetapi selalu menggunakan alas kaki, rajin mencuci kaki, mengeringkan kaki setelah dicuci dan menggunakan pelembab kaki. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perawatan kaki dan penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. 2.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 sebanyak 620 orang di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 2 yang menjalani perawatan di RSUD dr. Soekardjo sebanyak 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Convenience sampling (Accidental sampling). Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis Bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisis Univariat Analisis univariat menggambarkan subjek penelitian serta memberikan gambaran dari frekuensi variabel-variabel yang diteliti.
5
a.
Karakteristik Responden Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi, didapatkan 100 orang responden yang memenuhi kriteria. Jumlah responden tersebut merupakan pasien diabetes melitus tipe II di RSUD dr. Soekardjo. 1) Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016 Statistik Max Min Mean Median Std. Deviasi
Frekuensi 80 20 57,19 58,00 11,355
Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa responden yang berumur paling muda adalah umur 20 tahun, responden yang berumur paling tua adalah umur 80 tahun, rata-rata umur responden adalah 57,19 tahun.
2)
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut : Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016 No 1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
N 40 60 100
Frekuensi Persentase (%) 40,0 60,0 100.0
Berdasarkan Tabel 3.2 diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak yaitu 60 orang responden (60,0%), dibandingkan responden laki-laki yaitu 40 orang responden (40,0%).
6
3)
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menderita Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama menderita DM dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut : Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016 No 1 2
Lama Menderita DM <10 tahun ≥10 tahun Jumlah
N 73 27 100
Frekuensi Persentase (%) 73,0 27,0 100.0
Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa responden yang menderita DM <10 tahun lebih banyak yaitu 73 orang responden (73,0%) dibandingkan dengan responden yang menderita DM ≥10 tahun yaitu 27 orang responden (27,0%). b. Variabel Penelitian 1) Variabel Tingkat Perawatan Kaki Berdasarkan hasil wawancara melalui kuesioner mengenai perawatan kaki yang dilakukan responden dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016
No 1 2 3 4. 5 6 7 8 9 10 11
Perawatan Kaki Memeriksa kaki setiap hari Mencuci kaki menggunakan air bersih Mencuci kaki menggunakan air bersih yang hangat Mencuci kaki menggunakan sabun Mengeringkan kaki sampai sela jari-jari kaki Menggunakan lotion/pelembab Menggunakan lotion/pelembab di seluruh permukaan atas dan bawah kaki Memotong kuku setelah mandi Memotong kuku tidak terlalu pendek Memotong kuku sejajar dengan ujung jari dan lurus Tidak menyilangkan kaki ketika duduk
7
Frekuensi Ya Tidak N % N % 58 58 42 42 84 84 16 16 32
32
68
68
75
75
25
25
40
40
60
60
40
40
60
60
21
21
79
79
48 83
48 83
52 17
52 17
78
78
22
22
48
48
52
52
12 13
Menggerakkan sendi kaki Memeriksakan kaki atau kakinya diperiksa dokter/perawat
46
46
54
54
24
24
76
76
Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa perawatan kaki yang tidak dilakukan oleh >50% responden yaitu 68% responden mencuci kaki
menggunakan
mengeringkan menggunakan
kaki
air
bersih
sampai
sela
lotion/pelembab,
yang
hangat,
jari-jari 79%
kaki,
60%
responden
60%
responden
responden
menggunakan
lotion/pelembab di seluruh permukaan atas dan bawah kaki, 52% responden memotong kuku setelah mandi, 52% responden tidak menyilangkan kaki ketika duduk, 54% responden menggerakkan sendi kaki dan 76% responden memeriksakan kaki atau kakinya diperiksa dokter/perawat. Sedangkan perawatan kaki yang dilakukan oleh >50% responden yaitu 58% responden memeriksa kaki setiap hari, 84% responden mencuci kaki menggunakan air bersih, 75% responden mencuci kaki menggunakan sabun, 83% responden memotong kuku tidak terlalu pendek, 78% responden memotong kuku sejajar dengan ujung jari dan lurus. Pengelompokan perawatan kaki responden berdasarkan kriteria dari Sihombing (2009), didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No 1 2
Kategori Perawatan Kaki Perawatan Kaki Baik Perawatan Kaki Tidak Baik Jumlah
N 61 39 100
Frekuensi Persentase (%) 61 39 100
Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui bahwa jumlah responden yang perawatan kaki baik sebanyak 61 orang responden (61%) dan responden yang perawatan kaki tidak baik sebanyak 39 orang responden (39%).
8
2) Variabel Tingkat Penggunaan Alas Kaki Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner mengenai penggunaan alas kaki yang digunakan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Alas Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016
No
Penggunaan Alas Kaki
1
Berjalan menggunakan alas kaki Alas kaki masih dapat menggerakkan ujung jari kaki Menggunakkan alas kaki yang tertutup Membersihkan bagian dalam terhadap benda-benda asing Menggunakan alas kaki pada area yang panas Menggunakan alas kaki yang rata tanpa hak Menggunakan kaos kaki berbahan wol/katun Menggunakan kaos kaki yang kering dan menyerap keringat Mengganti kaos kaki setiap hari Melepas/mengganti alas kaki/kaos kaki jika basah
2 3 4. 5 6 7 8 9 10
Frekuensi Ya Tidak N % N % 88 88 12 12 68
68
32
32
30
30
70
70
71
71
29
29
68
68
32
32
44
44
56
56
62
62
38
38
52
52
48
48
19
19
81
81
73
73
27
27
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa penggunaan alas kaki yang tidak digunakan oleh >50% responden yaitu 70% responden menggunakan alas kaki yang tertutup, 56% responden menggunakan alas kaki yang rata tanpa hak, 81% responden mengganti kaos kaki setiap hari. Penggunaan alas kaki yang digunakan oleh >50% responden yaitu 88% responden berjalan menggunakan alas kaki, 68% responden menggunakan alas kaki yang masih dapat menggerakkan ujung jari kaki, 71% responden membersihkan bagian dalam terhadap benda-benda asing, 68% responden menggunakan alas kaki pada area yang panas, 62% responden menggunakan kaos kaki berbahan wol/katun, 52% responden menggunakan kaos kaki yang kering dan menyerap keringat, dan 73% responden melepas/mengganti alas kaki/kaos kaki jika basah.
9
Pengelompokan
penggunaan
alas
kaki
responden
berdasarkan kriteria dari Sihombing (2009), didapatkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Penggunaan Alas Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016 No
Kategori Penggunaan Alas Kaki
1 2
Penggunaan Alas Kaki yang Tepat Penggunaan Alas Kaki yang Tidak Tepat Jumlah
Frekuensi N (%) 61 61 39 39 100 100
Berdasarkan Tabel 3.7 diketahui bahwa jumlah responden dalam penggunaan alas kaki yang tepat sebanyak 61 orang responden (61%) dan responden dalam penggunaan alas kaki yang tidak tepat sebanyak 39 orang responden (39%). 3) Variabel Kejadian Ulkus Diabetikum Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner mengenai kejadian ulkus diabetikum, dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Frekuensi Kejadian Ulkus No Persentase Diabetikum N (%) 1 Ulkus Diabetikum 36 36 2 Tidak Ulkus Diabetikum 64 64 Jumlah 100 100 Berdasarkan Tabel 3.8 diketahui bahwa responden yang mengalami Ulkus Diabetikum sebanyak 36 orang responden (36%) dan responden yang tidak mengalami Ulkus Diabetikum sebanyak 64 orang responden (64%).
b. Analisis Bivariat Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu hubungan perawatan kaki dan penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetikum. Hubungan antara Perawatan Kaki dengan kejadian Ulkus Diabetikum diuraikan dalam Tabel 3.9. 10
Tabel 3.9 Hubungan Perawatan Kaki dengan Kejadian Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Ulkus Diabetikum OR Total Kategori No Ya Tidak p 95% Perawatan Kaki CI N % N % N % Perawatan Kaki 1 25 69,4 14 21,9 39 39 Tidak Baik Perawatan Kaki 0,000 8,117 2 11 30,6 50 78,1 61 61 Baik Jumlah 36 100 64 100 100 100 Berdasarkan Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa responden yang melakukan perawatan kaki tidak baik, lebih banyak yang mengalami ulkus diabetikum (69,4%), dibandingkan yang tidak mengalami ulkus diabetikum (21,9%). Pada responden yang melakukan perawatan kaki baik, lebih banyak yang tidak mengalami ulkus diabetikum (78,1%), dibandingkan yang mengalami ulkus diabetikum (30,6%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 (p ≤ 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara perawatan kaki dengan kejadian ulkus diabetikum. Nilai OR=8,117 yang berarti responden yang perawatan kaki yang tidak baik memiliki risiko 8,117 kali mengalami ulkus diabetikum dibandingkan responden yang perawatan kaki yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dari 352 responden diabetes, 30,1% memiliki pengetahuan baik tentang perawatan kaki dan 10,2% memiliki praktik yang baik dalam perawatan kaki. Mayoritas 78,4% dari 352 responden praktek perawatan kaki buruk, karena memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kaki (Desalu, dkk, 2011). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2013) di RSUD dr. Moewardi menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna perawatan kaki yang tidak rutin dengan kejadian ulkus diabetikum dengan OR= 12,936 yang berarti perawatan kaki tidak rutin pada responden memiliki kemungkinan 12, 936 kali terjadi ulkus diabetikum. Berdasarkan penelitian yang lain, lima dari enam responden berkembang menjadi ulkus yang memiliki riwayat ulkus sebelumnya. Setelah dilakukan program perawatan kaki yang baik. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan, yaitu ulkus diabetikum ditemukan lebih banyak pada responden yang perawatan kaki tidak baik.
11
Hasil analisis bivariat yang dilakukan oleh Hastuti (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara perawatan kaki dengan kejadian ulkus diabetikum (p= 0,001) dan perawatan kaki buruk merupakan faktor risiko untuk terjadinya ulkus diabetikum (OR= 7,2) yang artinya bahwa perawatan kaki buruk mempunyai risiko terjadi ulkus diabetikum sebesar 7,2 kali dibandingkan dengan yang perawatan kaki baik. Kemampuan perawatan kaki yang baik mampu dilakukan oleh orang dewasa, dimana usia dewasa menurut WHO >18 tahun. Perawatan kaki yang buruk pada diabetisi akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, diantaranya amputasi kaki. American Diabetes Association merekomendasikan pemeriksaan kaki tahunan oleh tenaga kesehatan dan pemeriksaan kaki harian oleh diabetisi atau keluarganya. Tindakan awal ini bisa mencegah dan mengurangi sebesar 50% dari seluruh amputasi yang disebabkan diabetes (Rowland, 2009). Hubungan antara Penggunaan Alas Kaki dengan kejadian Ulkus Diabetikum diuraikan dalam Tabel 3.10. Tabel 3.10 Hubungan Penggunaan Alas Kaki dengan Kejadian Ulkus Diabetikum Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2016
No
1 2
Kategori Penggunaan Alas Kaki Penggunaan Alas Kaki yang Tidak Tepat Penggunaan Alas Kaki yang Tepat Jumlah
Ulkus Diabetikum Ya Tidak N % N %
N
%
22
61,1
17
26,6
39
39
14
38,9
47
73,4
61
61
36
100
64
100
100
100
Total
P
OR 95% CI
0.001
4,345
Berdasarkan Tabel 3.10 dapat diketahui bahwa responden yang menggunakan alas kaki tidak tepat lebih banyak yang mengalami ulkus diabetikum (61,1%), dibandingkan yang tidak mengalami ulkus diabetikum (26,6%). Pada responden yang menggunakan alas kaki tepat, lebih banyak yang tidak mengalami ulkus diabetikum (73,4%), dibandingkan yang mengalami ulkus diabetikum (38,9%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,001 (p ≤ 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetikum. Nilai OR=4,345 yang
12
berarti responden yang penggunaan alas kaki tidak tepat memiliki risiko 4,345 kali mengalami ulkus diabetikum dibandingkan responden yang penggunaan alas kaki tepat. Hasil analisis bivariat yang dilakukan oleh Hastuti (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetikum (p= 0,013) dan penggunaan alas kaki tidak tepat merupakan faktor risiko untuk terjadinya ulkus diabetikum (OR= 6,2) yang artinya bahwa penggunaan alas kaki tidka tepat mempunyai risiko terjadi ulkus diabetikum sebesar 6,2 kali dibandingkan dengan yang penggunaan alas kaki yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gayle (2002) tentang tekanan pada kaki karena penggunaan alas kaki yang tidak tepat menyebabkan tekanan yang tinggi pada kaki sehingga risiko terjadi ulkus diabetikum 3 kali dibandingkan dengan penggunaan alas kaki yang tepat. Hasil kedua penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, yaitu ulkus diabetikum ditemukan lebih banyak pada responden yang penggunaan alas kaki tidak tepat. Day (2001) menganjurkan untuk memilih alas kaki yang tepat dan nyaman bagi diabetisi untuk menghindari kulit menjadi kasar. Seibel (2009) menjelaskan bahwa diabetisi tidak diperbolehkan bertelanjang kaki saat bepergian. Sepatu yang dianjurkan adalah sepatu tanpa “hak” tinggi, menampakkan jari-jari dan tumit. Saat membeli sepatu baru, harus mencoba terlebih dahulu dengan menggunakan kaos kaki yang biasa dipakai dan pemakaian sepatu harus dilakukan secara bertahap. Sepatu baru disarankan tidak dipakai secara terus-menerus sampai lebih dari satu jam. Hal ini untuk melihat apakah sepatu tersebut nyaman dan sesuai dengan kaki diabetes. Penggunaan kaos kaki dianjurkan yang tidak ketat dan dari bahan yang mampu menyerap keringat dengan baik (katun atau wool). 4.
Simpulan a. Responden yang melakukan perawatan kaki tidak baik sebanyak 69,4% dan responden yang menggunakan alas kaki tidak tepat sebanyak 61,1%. b. Responden yang mengalami Ulkus Diabetikum sebanyak 36 orang responden (36%). c. Ada hubungan antara perawatan kaki dengan kejadian ulkus diabetikum.
13
d. Ada hubungan antara penggunaan alas kaki dengan kejadian ulkus diabetikum. 5.
Saran a. Bagi RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) bahwa pentingnya sikap preventif dalam mencegah terjadinya ulkus diabetikum agar tumbuhnya kesadaran dalam diri diabetisi untuk lebih peka terhadap resiko yang mungkin bisa terjadi apabila tidak melakukan perawatan kaki dengan baik dan menggunakan alas kaki yang tepat, baik secara langsung melalui face to face antara diabetisi dengan petugas kesehatan ataupun tidak langsung melalui media yang lebih interaktif misalnya video yang berbentuk audio visual, bisa bekerjasama dengan stasiun televisi lokal sebagai media partner maupun diputar di RSUD dr. Soekardjo itu sendiri. b. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan cara meneliti varibel lain yang merupakan faktor risiko dalam terjadinya ulkus diabetikum.
DAFTAR PUSTAKA Black, J.M & Hawks, J.H. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Management For Positive Outcomes (8thed). Singapore: Elsevier Pte Ltd Brookes, S., O Leary, B. 2006. Feet First: A Guide To Diabetes Foot Services. British Journal of Nursing Day, J.L. 2001. Living with Diabetes: The Diabetes UK Guide For Those Treated With Diet and Tablets. London: WILEY Desalu O. O, Salawu F.K, Jimoh A. K, Adekoya A. O, Busari O. A, Olokoba A. B. 2011. Diabetic Foot Care : Self Reported Knowledge and Practice Among Patients Attending Three Tertiary Hospital In Nigeria. Ghana Medical Jurnal. Gayle ER. Footwear used by individuals with diabetes and a history of foot ulcer, Departments of Health Services, Joslin Diabetes Center at Swedish Medical Center, Seattle, 2002. Hastuti Tri, Rini. 2008. Faktor-Faktor Risiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang, PhD Thesis. Diakses pada tanggal 25 Mei 2016/ http://eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf 14
International Diabetic Federation. (2013). Executive Summary. 1-16 National Diabetes Facts Sheet. 2011. Fast Facts on Diabetes
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia PERKENI. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kaki Diabetik. Jakarta: PB, PERKENI Rowland, K. 2009. Wound Healing Perspectives: Diabetic Foot Ulcers. National Healing Coorporation, 6:(4) Sihombing, Dhora, dkk. 2009. Gambaran Perawatan Kaki dan Sensasi Sensorik Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik DM RSUD. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. Bandung Soewondo P. 2006. Ketoasidosis Diabetik Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI. Jakarta. Purwanti, Okti Sri. 2012. Hubungan Faktor Risiko Neuropati Dengan Kejadian Ulkus Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Moewardi Surakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Surakarta Subekti I. 2006. Neuropati Diabetik. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta Waspadji, S. 2007. Diabetes Melitus di Indonesia, Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi 4, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
15