Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 7 No.1 April 2009
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA DENGAN GANGGUAN STRESS PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI POLI R.S. DR.ERNALDI BAHAR PALEMBANG TAHUN 2008 Muchlis Riza1
Abstract Stress is respon body which is not specifik to body requirement annoyed, a universal phenomenon that happened in life one days and cannot refraining from, every people experiencing of it. Cause stress in general because of physical pressure existence, psikologis, and social. Departemental of health tell soul trouble amount in Indonesia reach 2,5 million people. This research aim for knowing relation of among knowledge, attitude, and the family action with occurrence stress, of at soul trouble patient in polyclinic of hospital dr. Ernaldi Bahar year 2008. This research using quantitative paradigma with the descriptive analysis. Sample is taken with technique accidental sampling that is family having family member suffering soul trouble which come medicinize in polyclinic of hospital dr. Ernaldi Bahar year 2008 amounting to 103 people. At this research is got by a relation existence of among family knowledge with occurrence stress (p value = 0,037), and got also the relation existence of between family attitude with occurrence stress (p value = 0,011). Besides that got also the relation existence of between family action with occurrence stress. (p value = 0,037). As for suggestion from researcher is namely expected from part of mental hospital perform effort of counselling to peoples of about stress and socialize more participating in improving knowledge, attitude, and action of family of about stress to minimize the happening of occurrence stress. Keyword : Knowledge, attitude, action, and occurrence stress.
Kondisi keluarga yang kondusif, nyaman,
LATAR BELAKANG seseorang
saling mendukung, memiliki rasa humor,
mengalami gangguan jiwa adalah adanya
rileks, memiliki hubungan sosial dan
stress, baik secara psikologis mapun
spiritual yang baik, saling terbuka dan
psikososial. Karena tidak semua orang
saling membantu mengatasi masalah
mampu
masing-masing
Salah
satu
penyebab
menanggulangi
stress
baik
anggota
keluarganya,
secara psikologis maupun psikososial,
cenderung berhasil membantu anggota
maka timbul keluhan dibidang kejiwaan
keluarganya
berupa gangguan kejiwaan dari yang
dialaminya.
ringan
mendapat penanganan yang baik dapat
berat.
sampai
gangguan
jiwa
yang
(1)
penanggulangan
keadaan
stress yang dialami anggota keluarganya. 1
stress
yang
Keadaan stress yang tidak
berlanjut menjadi gangguan kejiwaan.
Keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap
mengatasi
Gejala stress dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu gejala fisik dan gejala psikis.
Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Palembang Jl. Merdeka No. 76 – 78 Palembang Telp. 08127843766
Gejala fisik berupa sakit
Muchlis Riza : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Dengan Gangguan Stress pada Pasien Gangguan Jiwa di Poli R.S. Dr.Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008
kepala, tekanan darah tinggi, jantung
berfungsinya salah satu anggota tubuh,
berdebar,
merasa rendah diri, dan sebagainya.
sulit
tidur,
sakit
lambung, dingin,
Stressor sosial yaitu penyebab yang
kurang nafsu makan, serta sering buang
berasal dari lingkungan sekitar dirinya,
mudah
lelah,
air kecil.
(2)
keluar
keringat
Sedangkan gejala psikis
seperti tidak hamonisnya hubungan antar
berupa gelisah atau cemas, kurang bisa
anggota
berkonsentrasi
perlakuan
ketika
bekerja
atau
keluarga, yang
teman,
tidak
mendapat
adil,
himpitan
belajar, sering melamun, bersikap masa
ekonomi, kondisi fisik lingkungan yang
bodoh, hilang rasa humor, mudah marah,
buruk, dan sebagainya.
sering bersikap agresif seperti berkata
Mengatasi stress merupakan usaha
kasar dan menghina, membanting pintu,
untuk meniadakan rasa tidak enak karena
suka
stress dan membebaskan diri rasa tidak
memecahkan
sebagainya.
barang,
dan
(1)
enak
Mengurangi stress dan menambah
tersebut.
meningkatnya
Kecenderungan
gangguan
jiwa
mental
kemampuan menangkal dampak negatif
psikiatri di dunia saat ini dan yang akan
stress adalah sangat penting sebagai
datang, akan terus menjadi masalah
penunjang terapi penyembuhan.
sekaligus tantangan bagi semuanya baik
Tanpa
usaha mengurangi stress dan menambah
tenaga
daya
masyarakat.
tahan
terhadap
stress,
maka
kesehatan, Data
keluarga dari
dan
Epidemiologi
gangguan kesehatan akibat stress akan
Psikiatri Indonesia tahun 2004 yang
mudah kambuh lagi sesudah pengobatan.
menyebutkan
(1)
Indonesia
Untuk mengatasi stress kita perlu tahu
penyebab keadaan stress.
Penyebab
stress atau pemicu stress dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : stressor
ditemukan
di
11
18,5
kota %
di dari
penduduk dewasa menderita gangguan jiwa. (3) Berdasarkan
psikologis, stressor fisik biologis, dan
peneliti
stressor sosial.(2)
Pengetahuan,
Stressor psikologis
bahwa
perlu
data
di
atas,
meneliti Sikap
dan
maka
“Hubungan Tindakan
antara lain adanya rasa kecewa karena
keluarga dengan Kejadian stress pada
gagal
keinginannya,
pasien gangguan jiwa di poliklinik rumah
memiliki keinginan diluar kemampuan,
sakit dr.Ernaldi Bahar Palembang tahun
memelihara sikap bermusuhan, iri hati
2008.
mendapatkan
cemburu,
dendam,
sebagainya.
penasaran,
dan
Stressor fisik antara lain
TUJUAN PENELITIAN
mengeluhkan penyakit yang tak kunjung
Untuk
sembuh, mengeluhkan keadaan fisik yang
pengetahuan,
kurang
keluarga dengan kejadian stress pada
sempurna
atau
kurang
mengetahui sikap
dan
hubungan tindakan
Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 7 No.1 April 2009
pasien gangguan jiwa di poliklinik rumah
pertanyaan
sakit dr. Ernaldi Bahar Palembang tahun
jawabannya ya (stress) dan nilai 0 jika
2008.
jawabannya tidak (tidak stress). Variabel
akan
diberi
nilai
1
jika
independent yaitu : pengetahuan, sikap, dan
METODOLOGI Penelitian penelitian
ini
survey
merupakan
analitik
tindakan.
Pengetahuan
keluarga
tentang stress diukur dengan pertanyaan
dengan
pilihan ganda dimana masing-masing
menggunakan rancangan potong lintang
pertanyaan diberi nilai 1 bila jawabannya
atau cross sectional yaitu observasi dan
benar dan nilai 0 bila jawabannya salah.
pengumpulan data variable dependen
Responden dengan skor diatas median
dan variable independent dalam waktu
kategori
(4)
bersamaan atau sekaligus.
Populasi
pengetahuan
tinggi
dan
responden dengan skor dibawah median
penelitian yang diambil adalah seluruh
kategori pengetahuan rendah.
keluarga
keluarga terhadap stress diukur dengan
yang
mempunyai
anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa
pernyataan
dengan rawat jalan di rumah sakit dr.
jawaban ; sangat setuju(SS), setuju(S),
Ernaldi Bahar Palembang.
tidak
Pengambilan
pilihan
ganda
Sikap
setuju(TS),
sangat
sampel penelitian dilakukan secara non
setuju(STS). Jawaban diberi skor
random sampling dengan menggunakan
Likert.
metode
median
accidental
yaitu
sampling
dengan tidak skala
Responden dengan skor diatas kategori
sikap
positip
dan
pasien
responden dengan skor dibawah median
dengan gangguan jiwa yang berobat jalan
kategori sikap negatip. Tindakan keluarga
mengambil
semua
keluarga
yang ditemui saat penelitian dilakukan. Jumlah
responden
yang
ada
(4)
saat
terhadap pertanyaan
stress
diukur
dengan
ganda,
dimana
pilihan
masing-masing pertanyaan diberi nilai 1
penelitian adalah 103 orang. Data yang digunakan adalah data
bila jawabannya ya (melakukan) dan nilai
primer hasil wawancara langsung dengan
0
responden menggunakan kuesioner dan
melakukan).
data sekunder yang diperoleh
diatas median kategori tindakan baik, dan
dari
jawabannya
tidak
(tidak
Responden dengan skor
responden dengan skor dibawah median
catatan medis. Instrumen
bila
dalam
penelitian
ini
kategori tindakan buruk.
menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan–pertanyaan (5)
untuk
setiap
HASIL PENELITIAN
Variabel dependent (kejadian
Pada hasil analisis univariat terhadap
stress) diukur dengan pertanyaan pilihan
103 responden diperoleh data sebagai
ganda,
berikut :
variable.
dimana
dari
masing-masing
Muchlis Riza : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Dengan Gangguan Stress pada Pasien Gangguan Jiwa di Poli R.S. Dr.Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008
Tabel 1.1 Distribusi Responden Menurut Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Kejadian Stress di Poliklinik Rumah Sakit dr.Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008
responden sebagian besar ≤ SMA (94,2 %). Sebagian besar responden memiliki pekerjaan
(58,3
%).
Pengetahuan
responden tentang Stress sebagian besar dengan kategori tinggi (74,8 %).
No
1 2
Variabel Frek Umur Responden ≤ 30 tahun 70 >S30 tahun 33 Total 103
%
responden
terhadap
68 % 32 % 100%
Tindakan
responden
40 17 40 6
38,8 % 16,5 % 38,8 % 5,8 %
103
100%
Bekerja 60 Tidak bekerja 43 Total 103 Pengetahuan
58,3 % 41,7 % 100%
1 2
Tinggi Rendah
74,8 % 25,2 % 100%
77 26 Total 103
Sikap Positif Negatif
55 48 Total 103
53,4 % 46,6 % 100%
Tindakan 1. 2.
Baik Buruk
76 27 Total 103 Kejadian Stress
73,8 % 26,2 % 100%
Ada 85 Tidak Ada 18 Total 103
82,6 % 17,4 % 100%
1. 2.
sebagian
Sebagian besar responden
besar
berumur ≤ 30 (68 %).
(82,6 %). Pada hasil analisis bivariat terhadap pengetahuan responden tentang stress dengan kejadian stress dapat dilihat pada tabel silang seperti dibawah ini yaitu : Tabel 1.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Stress pada pasien di Poli RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008 Kejadian Stress Ada Tdk.Ada
responden Pendidikan
p valu e
Penge tahuan
n
%
n
%
n
%
Tinggi
60
77,9
17
22 ,1
7 7
10 0 % 10 0 %
Total
Renda h
25
96,2
1
3, 8
2 6
Total
85
-
18
-
1 0 3
0,03 8
-
Tabel 1.2 menunjukkan hasil analisis persentase
Berdasarkan hasil Tabel 1.1, dapat dilihat
Stress
memiliki keluarga dengan keluhan Stress
1 2
1 2
terhadap
sebagian besar dengan kategori baik (73,8 %).
SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total Pekerjaan
sebagian
besar dengan kategori positip (53,4 %).
Pendidikan 1 2 3 4
Stress
Sikap
pengetahuan
hubungan keluarga
antara
tentang
stress
dengan kejadian stress yaitu ; kejadian stress lebih banyak terjadi pada keluarga yang
memiliki
pengetahuan
tentang
stress dengan kategori rendah (96,2 %) dibandingkan
dengan
keluarga
yang
Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 7 No.1 April 2009
memiliki
pengetahuan
tentang
Tabel 1.4 Hubungan Tindakan Keluarga Dgn Kejadian Stress pada pasien di Poli RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008
stress
dengan kategori tinggi (77,9 %). Dari hasil uji chi square diperoleh p value
(0,038)
<
α
(0,05).
Dengan
demikian terbukti bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang
Tinda kan
Kejadian Stress Ada Tdk.Ada N % n %
N
%
stress dengan kejadian stress di keluarga
Baik
59
22, 4 %
76
100 %
tersebut. Tabel 1.3 Hubungan Sikap Keluarga Dengan Kejadian Stress pada pasien di Poli RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008 Sikap N Positif
Kejadian Stress Ada Tdk.Ada % N %
40
72,7 %
15
p value
Total
27,3 %
N
%
55
100 %
Negati f
45
93,8 %
3
6,3 %
48
100 %
Total
85
-
18
-
103
-
Buruk
26
Total
85
p value
Total
77, 6 %
17
96, 3 % -
1
3,7 %
27
100 %
18
-
103
-
0,037
Tabel 1.4 menunjukkan hasil analisis persentase hubungan antara tindakan keluarga terhadap stress dengan kejadian stress yaitu ; kejadian stress lebih banyak
0,011
terjadi
pada
keluarga
yang
memiliki
tindakan terhadap stress dengan kategori buruk (96,3 %) dibandingkan dengan
Tabel 1.3 menunjukkan hasil analisis persentase
hubungan
antara
sikap
keluarga terhadap stress dengan kejadian stress yaitu ; kejadian stress lebih banyak terjadi pada keluarga yang memiliki sikap terhadap stress dengan kategori negatif (93,8 %) dibandingkan dengan keluarga yang memiliki sikap terhadap stress dengan kategori positif (72,7 %). Dari hasil uji chi square diperoleh p value
(0,011)
<
α
(0,05).
Dengan
demikian terbukti bahwa ada hubungan antara sikap keluarga terhadap stress dengan tersebut.
kejadian
stress
di
keluarga
keluarga yang memiliki tindakan terhadap stress dengan kategori baik (77,6 %). Dari hasil uji chi square diperoleh p value
(0,037)
<
α
(0,05).
Dengan
demikian terbukti bahwa ada hubungan antara tindakan keluarga terhadap stress dengan
kejadian
stress
di
keluarga
tersebut.
PEMBAHASAN Pengetahuan Keluarga Tentang Stress dengan kejadian Stress Dari hasil penelitian ini dapat diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden memiliki pengetahuan tentang stress dengan kategori tinggi (74,8 %), dan sebagian besar responden memiliki
Muchlis Riza : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Dengan Gangguan Stress pada Pasien Gangguan Jiwa di Poli R.S. Dr.Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008
keluarga dengan keluhan Stress (82,6 %).
bahwa pengetahuan keluarga tentang
Hasil
hubungan
stress masih perlu ditingkatkan, baik
antara pengetahuan keluarga tentang
kualitas maupun kuantitas, karena dalam
stress dengan kejadian stress yaitu ;
penelitian ini ditemukan hubungan antara
kejadian stress lebih banyak terjadi pada
pengetahuan dengan kejadian stress.
analisis
keluarga
yang
persentase
memiliki
pengetahuan
tentang stress dengan kategori rendah
Sikap
(96,2 %) dibandingkan dengan keluarga
dengan kejadian Stress
yang
memiliki
pengetahuan
Dari hasil uji chi square terbukti bahwa ada
hubungan
antara
pengetahuan
Terhadap
Stress
Dari hasil penelitian ini dapat
tentang
stress dengan kategori tinggi (77,9 %).
Keluarga
diketahui
bahwa
sebagian
besar
responden memiliki sikap terhadap stress dengan kategori positif (53,4 %), dan
keluarga tentang stress dengan kejadian
sebagian
stress di keluarga tersebut.
keluarga dengan keluhan Stress (82,6 %).
menyatakan
bahwa
kejadian
Hal ini stress
Hasil
besar
analisis
responden persentase
memiliki hubungan
disuatu keluarga berbeda antara keluarga
antara sikap keluarga terhadap stress
yang
tentang
dengan kejadian stress yaitu ; kejadian
stress yang tinggi dengan keluarga yang
stress lebih banyak terjadi pada keluarga
memiliki
yang memiliki sikap terhadap stress
memiliki
pengetahuan
pengetahuan
tentang
stress
yang rendah. Bersesuaian dengan teori
dengan
Lawrence
dibandingkan
2003,
(4)
Green yang
pengetahuan
dalam
Notoatmojo,
menyatakan merupakan
bahwa faktor
kategori
negatip
dengan
(93,8
keluarga
%) yang
memiliki sikap terhadap stress dengan kategori positif (72,7 %).
predisposisi dalam mewujudkan perilaku
Dari hasil uji chi square terbukti bahwa
pencegahan terhadap kejadian stress
ada hubungan antara sikap keluarga
disuatu keluarga.
terhadap stress dengan kejadian stress di
Sedangkan Bloom
dalam Notoatmojo, 2003,(4) menyatakan
keluarga tersebut.
bahwa pengetahuan sendiri merupakan
bahwa kejadian stress disuatu keluarga
unsur
dalam
berbeda antara keluarga yang memiliki
mewujudkan perilaku pencegahan stress,
sikap terhadap stress yang positif dengan
pengetahuan tentang stress memegang
keluarga yang memiliki sikap terhadap
peranan penting.
Ternyata walaupun
stress yang negatif. Bersesuaian dengan
keluarga dengan pengetahuan tentang
teori Lawrence Green dalam Notoatmojo,
stress yang tinggi cukup banyak (74,8 %),
2003,(4) yang menyatakan bahwa sikap
ternyata kejadian stress masih cukup
merupakan
besar (82,6 %).
mewujudkan
perilaku.
Artinya
Hal ini menunjukkan
faktor
Hal ini menyatakan
predisposisi
perilaku
dalam
pencegahan
Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 7 No.1 April 2009
terhadap
kejadian
stress
disuatu
keluarga. Sikap
Tindakan Keluarga Terhadap Stress dengan kejadian Stress
adalah
penilaian
Dari hasil penelitian ini dapat
seseorang
terhadap stimulus-stimulus atau objek.
diketahui
Setelah seseorang mengetahui stimulus
responden melakukan tindakan terhadap
dan objek, proses lanjutnya akan menilai
stress dengan kategori baik (73,8 %), dan
atau bersikap terhadap stimulus atau
sebagian
objek kesehatan.
(4)
bahwa
besar
sebagian
responden
besar
memiliki
keluarga dengan keluhan Stress (82,6 %).
Apabila individu memiliki sikap yang
Hasil
analisis
persentase
hubungan
positif terhadap suatu stimulus atau objek
antara tindakan keluarga terhadap stress
kesehatan maka ia akan mempunyai
dengan kejadian stress yaitu ; kejadian
sikap
atau
stress lebih banyak terjadi pada keluarga
memperlihatkan, menerima, mengakui,
yang melakukan tindakan terhadap stress
menyetujui serta melaksanakan norma-
dengan
norma yang berlaku dimana individu
dibandingkan
tersebut
melakukan
yang
menunjukkan
berada.
Sebaliknya
bila
ia
memilki sikap yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan memiliki sikap yang menunjukkan penolakkan terhadap
atau atau
memperlihatkan tidak
norma-norma
menyetujui
yang
dimana individu tersebut berada.
berlaku (6)
buruk
dengan tindakan
(96,3
%)
keluarga terhadap
yang stress
dengan kategori baik (77,6 %). Dari hasil uji chi square terbukti bahwa ada hubungan antara tindakan keluarga terhadap stress dengan kejadian stress di keluarga tersebut.
Hal ini menyatakan
bahwa kejadian stress disuatu keluarga
Sedangkan Bloom dalam Notoatmojo, (4)
kategori
berbeda antara keluarga yang melakukan tindakan
terhadap
stress
yang
merupakan unsur perilaku. Artinya dalam
dengan
keluarga
yang
melakukan
mewujudkan perilaku pencegahan stress,
tindakan terhadap stress yang buruk.
sikap
Bloom
2003,
menyatakan bahwa sikap sendiri
terhadap
peranan penting.
stress
memegang
Walaupun keluarga
dalam
Notoatmojo,
baik
2003,(4)
menyatakan bahwa tindakan merupakan
dengan sikap terhadap stress yang positif
unsur
cukup banyak (53,4 %), ternyata kejadian
mewujudkan perilaku pencegahan stress,
stress masih cukup besar (82,6 %). Hal
tindakan
ini menunjukkan bahwa sikap keluarga
peranan penting.
terhadap stress masih perlu ditingkatkan,
keluarga dengan tindakan terhadap stress
baik kualitas maupun kuantitas, agar
yang
kejadian
ternyata kejadian stress masih cukup
diturunkan.
stress
di
keluarga
dapat
perilaku. terhadap
baik
cukup
besar (82,6 %).
Artinya stress
dalam
memegang
Ternyata walaupun banyak
(73,8
%),
Hal ini menunjukkan
Muchlis Riza : Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Dengan Gangguan Stress pada Pasien Gangguan Jiwa di Poli R.S. Dr.Ernaldi Bahar Palembang Tahun 2008
bahwa tindakan keluarga terhadap stress
bertujuan untuk merubah perilaku individu
masih perlu ditingkatkan baik kualitas
atau masyarakat sehingga sesuai dengan
maupun kuantitas, agar kejadian stress di
norma-norma hidup sehat.
keluarga dapat diturunkan. perlu
terus
diberi
Keluarga
dorongan
untuk
KESIMPULAN
kondusif,
1. Ada hubungan yang bermakna antara
nyaman, rileks, terbuka, saling membantu
pengetahuan keluarga tentang stress
mencari
dengan kejadian stress pada anggota
menciptakan
suasana
jalan
yang
keluar
dari
setiap
keluarganya dengan p value = 0,038.
permasalahan hidup yang dihadapi oleh
2. Ada hubungan yang bermakna antara
anggota keluarganya.
sikap keluarga terhadap stress dengan
Perubahan perilaku atau tindakan baru itu akan terjadi melalui tahap-tahap
kejadian
atau
keluarganya dengan p value = 0,011.
proses
perubahan
yaitu
pengetahuan, sikap dan tindakan, artinya
stress
pada
anggota
3. Ada hubungan yang bermakna antara
apabila pengetahuan sudah tinggi dan
tindakan
sikapnya positif secara otomatis tindakan
dengan kejadian stress pada anggota
seseorang
keluarganya dengan p value = 0,037.
Namun,
tersebut
pasti
beberapa
membuktikan
akan
penelitian
bahwa
proses
baik.
keluarga
terhadap
stress
juga
tersebut
SARAN - SARAN
tidak selalu melalui tahap-tahap tersebut,
Kepada masyarakat khususnya keluarga
bahkan dalam praktek sehari-hari terjadi
agar lebih meningkatkan pengetahuan
sebaliknya, artinya seseorang berperilaku
tentang stress melalui fasilitas rumah
baik meskipun pengetahuan dan sikapnya
sakit
(4)
maupun
media
yang
ada
di
masyarakat baik media cetak maupun
masih negatif.
bidang
kesehatan
media elektronik, lebih bersikap positif
khususnya
pendidikan
terhadap stress, dan melakukan tindakan
kesehatan, mempelajari perilaku adalah
yang baik terhadap stress, agar kejadian
sangat
stress pada keluarga dapat diturunkan
Dalam masyarakat
penting.
Karena
pendidikan
kesehatan sebagai bagian dari kesehatan
atau berkurang.
masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sehingga
individu
sedemikian atau
rupa
DAFTAR PUSTAKA 1.
Hawari, Dadang, 2001, Pendekatan Holistik pada gangguan jiwa Schizofrenia, Balai Penerbit FKUI,Jakarta.
2.
Hartono, LA, 2007, Stres dan stroke, Kanisius, Yogyakarta.
masyarakat
berperilaku melakukan tindakan sesuai dengan
norma-norma
hidup
sehat.
Dengan kata lain pendidikan kesehatan
Jurnal Pembangunan Manusia Vol. 7 No.1 April 2009
3.
Salih, Ilham, 2008, Cara Mengendalikan Stres, http//www .smart co.id.(diakses April 2008)
4.
Notoatmojo, S, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
5.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Rineka Cipta: Jakarta.
6.
Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
.