HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DIKELURAHAN MABAR HILIR LINGKUNGAN III MEDAN TAHUN 2012 RUTH DONDA ELEONORA PANGGABEAN ABSTRAK Gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak mulai ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi atau diekresikan sebagai sisa. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Perkembangan motorik yang lambat, akan mengalami keterlambatan bicara, dan berjalan. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perekembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Hubungan orang tua dengan anak akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya anak menerima asupan gizi, yang pada akhirnya menentukan bagaimana jaringan otak anak akan dibentuk. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar hubungan tingkat penegtahuan ibu tentang gizi terhadap perkembangan motorik anak pada anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari responden ibu yang menjawab pertanyaan pada kuesioner dan anak dengan menggunakan alat instrument DDST (Denver Development Screening Test) yang dilakukan pada bulan Juni-Juli di Lingkungan III Mabar Hilir. Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun dilingkungan III sebanyak 23 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa 78,3% tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun mayoritas cukup. Sedangkan pada perkembangan motorik anak ditemukan 52,2% anak mayoritas dengan kategori meragukan. Dari hasil uji statistikyang di peroleh bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi terhadap perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun dimana nilai p= 0,047 (p>0,050).Kesimpulannya semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi maka perkembangan motorik anak akan lebih cepat berkembang, baik dalam perkembangan motorik kasar dan halusnya. Disarankan khususnya kepada ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun agar lebih sering memberikan rangsangan motorik halus dan motorik kasar kepada anaknya seperti mengajak anak bermain, berbicara, agar perkembangan motoriknya dapat berkembang sesuai dengan usianya.
Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Perkembangan Motorik
1
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal karena gizi yang dimakan akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan hasil kematangan kemampuan motorik dan latihan, pertumbuhan fisik dan mental ditentukan pula oleh kematangan individu dan latihan dengan cara bermain (Danis, 2008). Perkembangan motorik yang lambat akan mengalami keterlambatan bicara, dan berjalan. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai keterlambatan bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun (Santrock, 2007). Berdasarkan penelitian Hardiono Pusponegoro, di Jawa tengah, 2006, setiap 2 dari 1000 balita mengalami gangguan perkembangan motorik, dan 3-6 balita dari 1000 balita juga mengalami gangguan pendengaran serta 1 dari 100 balita mempunyai kecerdasan kurang dan kelambatan bicara. Serta 16% dari anak dibawah 5 tahun di Indonesia mengalami gangguan perkembangan motorik (Cahyadari, 2006). Upaya orangtua dan para pengasuh di Indonesia dalam memberi rangsangan terhadap balitanya, masih perlu di tingkatkan. Hal itu terlihat dari sebuah hasil penelitian para ahli 30,8% anak berumur 0-13 bulan di Indonesia mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasarnya, anak-anak di Indonesia mulai berjalan umumnya pada usia 14.02 bulan,
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten, karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi. Di tahun pertama kehidupan, panjang bayi bertambah sebanyak 50%, tetapi tidak berlipat setelah usia bertambah sampai 4 tahun. Perkembangan mental anak dapat dilihat dari kemampuannya mengatakan “tidak” terhadap makanan yang ditawarkan. Penolakan itu tentu saja tidak boleh dijadikan alasan oleh para orangtua untuk memulai perang di meja makan, karena ketegangan justru akan memicu dan memacu sikap yang lebih defensif. Ada baiknya diadakan kompromi, anak diberi pilihan satu atau dua macam makanan (Arisman, 2007). Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan nutrisi yang dikonsumsi. Kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi, setiap hari menentukan status gizi anak. Status gizi yang baik mampu meningkatkan daya tahan tubuh yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk memudahkan timbulnya penyakit. Oleh karena itu, makan bukan hanya kebutuhan fisik utama semata namun juga diperlukan sebagai faktor penunjang pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu merupakan langkah awal bagi perkembangan (Santrok, 2007). Bayi yang dilahirkan dari pasangan suami istri yang sehat dan senantiasa dijaga kesehatannya, akan
2
sedangkan di Riau anak mulai berjalan pada umur 14.4-15.3 bulan. Namun, besar kemungkinan bahwa faktor gizi, pola pengasuhan anak dan lingkungan ikut berperan (Endah, 2008). Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Medan, dari 55 orang ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun terdapat 23 orang ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun yang mengalami gangguan motorik kasar dan motrik halus, diantaranya 6 orang anak setelah usia 2 tahun baru dapat berjalan, yang seharusnya sudah dapat berjalan usia 12-13 bulan, 5 orang anak usia 2 tahun belum bisa menggenggam dengan baik yang seharusnya sudah dapat menggenggam dengan baik usia 12-19 bulan, 5 orang anak usia 3 tahun belum bisa menyusun menara dari kubus yang seharusnya sudah dapat menyusun menara dari kubus usia 24-26 bulan, 7 orang anak usia 3 tahun belum bisa membuat garis vertikal. Data tersebut menunjukkan status gizi anak yang kurang memadai, yang mengakibatkan perkembangan sensor motoriknya tidak sesuai dengan pertambahan usia sebagai mana pertumbuhan anak secara normal. Status gizi anak tentu tidak terlepas dari beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor pengetahuan ibu tentang pemberian makanan yang cukup gizi kepada anaknya. Oleh karena itu penting dilakukan suatu kajian seperti apa pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun mengenai asupan makanan yang bergizi tinggi di lingkungan III kelurahan Mabar Hilir.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Medan Tahun 2012”. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi terhadap perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Medan Tahun 2012. Sedangkan khusus : 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang gizi pada anak usia 1-3 tahun 2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun. 3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun. 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Bagi Masyarakat Agar masyarakat khususnya ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun dapat memberikan makanan yang bergizi pada anaknya dengan benar. 1.3.2 Bagi Instansi Diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa bidan dalam memberikan
3
asupan gizi untuk perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun.
dan kurang sehat (Departemen Kesehatan RI, 1992). Kebiasan makan dibentuk sejak bayi. Begitu juga dengan kesehatan pada usia anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut ditentukan sejak bayi. Departemen Kesehatan RI (1995) menjelaskan bahwa kebiasaan memberi makanan pada bayi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat bayi itu di lahirkan. Pengaturan pemberian makanan yang baik, kasih sayang yang diterima, dan lingkungan yang sehat akan menjadikan bayi tumbuh kembang dan berkembang dengan baik (Aslis, 2009). 2.1.3 Gizi Seimbang Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Sejak konsepsi sampai dengan dua tahun pertama kehidupan, sel-sel otak tumbuh amat cepat sedemikian rupa, sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan sel-sel otaknya sudah mencapai lebih dari 80%. Periode ini merupakan masa kritis bagi komponen otak yang bertanggungjawab terhadap kecerdasan anak, yang hanya terjadi sekali seumur hidup dan tak akan berulang. Bila dalam periode ini anak mengalami kekurangan gizi yang di butuhkan otak, perkembangan otak dan kecerdasannya akan terpengaruh (Dedeh, 2010). Pola makan dengan gizi seimbang sangat dibutuhkan bayi.
INJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Anak Usia 1-3 Tahun 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007). ` 2.1.2 Gizi Gizi adalah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak mulai ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi atau diekresikan sebagai sisa. Pengertian ini kemudian berkembang seiring dengan tujuan akhir ilmu gizi yaitu untuk mencapai, memperbaiki, dan mempertahankan kesehatan tubuh melalui konsumsi makanan. Defenisi ilmu gizi yang digunakan sekarang adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dikaitkan dengan kesehatan tubuh. Defenisi ini memungkinkan kajian dan ruang lingkup ilmu gizi menjadi lebih luas, tidak terbatas pada makanan yang dikonsumsi (Hariyani, 2011). Akibat kekurangan gizi, bayi yang dilahirkan berat badannya kurang
4
Dengan pola makan bergizi seimbang, bayi akan tumbuh dan berkembang optimal, termasuk kecerdasannya. Jika orang tua tidak memerhatikan perode kritis ini, kegagalan tumbuh kembang optimal akan terjadi di usia itu dan berlangsung permanen, yang akan terbawa terus hingga akhir hayat (Dedeh, 2010). 2.1.4 Kebutuhan Zat Gizi Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan kesehatan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi. Umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah (malnutrition). Yang menonjol adalah kurang kalori dan kurang protein dan kekurangan vitamin A, yodium, zat besi, vitamin, dan mineral lainnya (Soegeng, 2004). Pentingnya pengetahuan ibu tentang kualitas dan kuantitas nutrisi yang dibutuhkan oleh setiap anak sesuai dengan usianya mengenai standar kecukupan nutrisi yang diperlukan oleh anak balita agar dapat tumbuh kembang optimal dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kalori b. Protein c. Lemak d. Vitamin e. Mineral f. Kalsium g. Besi h. Yodium i. Air
2.1.4. Prinsip Gizi Seimbang Melalui makanan, manusia mendapat zat makanan atau zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Ada berbagai zat gizi yang amat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Besar pengaruh ini tampak jelas bila konsumsi zat gizi tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh sesorang dalam hal kuantitas maupun kualitasnya, lebih maupun kurang. Masalah kesehatan gizi dapat timbul dalam bentuk penyakit, dalam berbagai tingkat sesuai kekurangan atau kelebihan zat gizi yang dikonsumsi. Pada umumnya masyarakat di Indonesia mengalami penyakit gizi kurang pada berbagai golongan masyarakat terutama golongan anak yang berada pada masa peka akan kecukupan zat gizi bagi tumbuh kembangnya (Soegeng, 2004). 2.2 Perkembangan Motorik Anak Usia 1- 3 Tahun 2.2.1. Perkembangan Motorik Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ- organ, dan sistemnya yang terorganisasi. Keterampilan motorik adalah gerakangerakan tubuh atau bagian -bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan - gerakan ini merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot rumit ( Desmita, 2008 ).
5
Keterampilan motorik berdasarkan teori sistem dinamik Thelen perkembangan motorik sebagai perakitan perilaku berpersepsi dan bertindak. Menurut teori ini perkembangan keterampilan motorik bergantung pada perkembangan system saraf, fisik tubuh dan kemungkinan gerakan tujuan yang ingin dicapai anak, dan dukungan lingkungan terhadap keterampilan anak tersebut. Dalam pandangan system dinamik, perkembangan motorik jauh lebih kompleks dari pada sekitar hasil cetak biro genetik : bayi atau anak menggabungkan keterampilan untuk mencapai tujuan dalam lingkup yang terbatasi oleh tubuh dan lingkungan, maka menurut teori lompat system dinamik, perkembangan motorik bukanlah proses pasif dimana gen menentukan penyempurnaan urutan keterampilan seiring berjalannya waktu. Sebaliknya, anak secara aktif membangun keterampilan mencapai tujuan dalam batas yang ditentukan oleh tubuh anak dan lingkungannya. Alam dan belajar, anak dan lingkungan, sama-sama bekerja sama sebagai bagian dari system yang terus menerus berubah ( Santrock, 2008 ). 2.2.2 Keterampilan Motorik kasar Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia batita, yaitu diawali dengan kemampuan berjalan, lari, lompat, kemudian melempar. Modal dasar untuk perkembangan ini ada tiga dan berkaitan dengan sensoris utama, yaitu keseimbangan (vestibuler), rasa sendi (propriosepsi), dan raba (taktil). Berkaitan dengan ini, orangtua harus
bijak melihat kesiapan anak. (Hasan M, 2009). Ada empat macam stimulasi motorik kasar pada anak, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Jalan 2. Lari 3. Lompat 4. Lempar 2.2.3 Pentingnya Perkembangan Motorik kasar anak Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut: 1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. 2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, kekondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. 3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelaskelas awal Sekolah Dasar (SD), anak sudah dapat dilatih menulis,
6
menggambar, melukis, dan barisberbaris. 4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan). 5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak. Stimulasi yang bisa diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan motorik anak adalah: a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis (huruf arab dan latin ) dan menggambar. b. Keterampilan berolahraga (seperti : senam ) atau menggunakan alat-alat olahraga. c. Gerakan –gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari. d. Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban. e. Gerakan-gerakan ibadah shalat.( Endah, 2008). 2.2.4 Perkembangan Motorik Halus Perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot - otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini di pengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, mengenal
bentuk dan huruf, mencuci tangan dan kaki serta mengeringkannya sendiri, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.Kemampuan motorik harus diharapkan sudah muncul pada saat anak usia sekitar 3 tahun. 2.2.5 Deteksi Perkembangan Penilaian perkembangan anak memiliki banyak model dan macamnya. Meskipun demikian, perlu ada parameter – parameter atau patokan – patokan tertentu sehingga dapat dilakukan perbandingan secara konsisten. Ada banyak parameter atau tes untuk perkembangan anak, misalnya : tes IQ (intelegentcy question), tes psikomotorik, tes prestasi, dan lain-lain. Terkait dengan upaya memberikan asuhan kesehatan pada balita, supaya dapat melakukan deteksi perkembangan anak, seseorang lebih dahulu harus memahami aspekaspek dalam perkembangan anak. Seperti : 1. Kepribadian / tingkah laku sosial ( personal social ), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. 2. Motorik Halus ( fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya, memasukkan manik-manik ke dalam botol, menempel, dan menggunting.
7
3. Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otototot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya, berjalan dan berlari. 4. Bahasa ( language), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara secara spontan. Pada masa bayi, kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan akan perasaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan dan gerakan. Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan berbicara.
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak 1-3 tahun dan anaknya di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Medan Tahun 2012 yaitu sebanyak 23 orang. 3.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi ( total sampling ), yaitu 23 orang ibunya dan 23 orang anaknya yang berusia 1-3 tahun. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner untuk ibu, dimana peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan singkat tentang pengisian kuesioner yang telah disediakan dan melakukan test pada anak usia 1-3 tahun dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. 3.5 Defenisi Operasional 1. Pengetahuan ibu tentang gizi adalah sejauh mana ibu dapat mengetahui jenis, kandungan dan porsi makanan yang harus diberikan kepada anak usia 1-3 tahun, agar memenuhi kecukupan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak yang sesuai dengan perkembangan motor sensoriknya. 2. Perkembangan motorik adalah kesesuaian usia anak terhadap standar DDST (Denver Development Screening Test) yang di gunakan.
2.3 Kerangka Konsep Variabel bebasVariabel Terikat Pengetahuan ibu tentang gizi pada anak usia 1-3 tahun.
Perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif Korelasi. 3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Mabar Hillir Lingkungan III Medan 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari-Juli 2012.
3.6 Aspek Pengukuran Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Medan, Pada
8
Tanggal 10 Februari Tahun 2012, maka peneliti memiliki 2 aspek pengukuran yaitu : terhadap ibu yang mempunyai anak 1-3 tahun dan anak yang berusia 1-3 tahun. 3.6.1 Pengetahuan Untuk menilai pengetahuan, peneliti memberikan 20 pertanyaan kepada responden dengan pertanyaan terbuka. a Skor jawaban yang benar adalah 1 (skor maksimum dari aspek jawaban kali jumlah pertanyaan) = 1 x 20 = 20 ( 100 % ). b Skor jawaban yang salah adalah 0 ( skor maksimum dari aspek jawaban kali jumlah pertanyaan) = 0 x 20 = 0 ( 0% )
Keluarga (KK). Lingkungan III mempunyai 1 puskesmas yang berdiri di lingkungan IV. Adapun batasan lingkungan III di mulai dari perbatasan jalan tol Mabar hingga jalan Rumah Potong Hewan Ujung. Lingkungan III juga mempunyai 5 posyandu, dimana setiap awal bulan, posyandu dilaksanakan oleh ibu bidan puskesmas, kader, ibu PKK serta Bapak Kepala Lingkungan. 4.2. Hasil 4.2.1. Karateristik Responden Tabel 4.2.1. Distrribusi Frekuensi Karateristik Responden di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Tahun 2012.
Kategori pengukuran pengetahuan adalah : 1. Baik : jika responden memperoleh skor : 14 – 20 ( 70 - 100% ) 2. Cukup : jika responden memperoleh skor : 7 – 13 ( 35 – 65 % ) 3. Kurang : jika responden memperoleh skor : 0 – 6 ( 0 – 30 % ) ( Aziz , 2007).
No
Karateristik
1
Pendidikan Ibu SD SLTP SLTA PT Jumlah Pekerjaan Ibu IRT Wiraswasta Jumlah
2
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Kelurahan Mabar Hilir mempunyai XII lingkungan, dimana tiap-tiap lingkungan mempunyai perangkat-perangkat seperti: Kepala lingkungan, Kader, dan ibu PKK. Begitu juga dengan lingkungan III yang berada di jalan rumah potong hewan Mabar, yang mempunyai penduduk sebanyak 369 Kepala
Frekuensi (F)
Persentase (%)
3 6 11 3 23 Frekuensi
13,0 26,1 47,8 13,0 100,0 Persentase (%) 39,1 60,9 100
9 14 23
Dari tabel 4.2.1. diatas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan mayoritas SLTA sebanyak 11 responden (47,8%), berdasarkan pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 14 responden (60,9%).
9
4.2.2. Analisa Univariat Tabel 4.2.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Tahun 2012. No 1 2 3
Kategori Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi (F) 2 18 3 23
Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Tahun 2012.
Persentase (%) 8,7 78,3 13,0 100
No
Kategori
1 2 3 4
Normal Abnormal Meragukan Tidak dapat di tes Jumlah
Frekuensi (F) 6 5 12 0
Persentase (%) 26,1 21,7 52,2 0
23
100
Berdasarkan tabel 4.2.3. diatas dapat dilihat bahwa perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun mayoritas meragukan sebanyak 12 responden (52,2%). 4.2.4. Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel 4.2.2. diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang gizi mayoritas cukup sebanyak 18 responden (78,3%). Tabel 4.2.3
Tabel 4.2.4. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Tahun 2012. No Pengetahuan ibu tentang gizi 1 2 3
Baik Cukup Kurang Total
Perkembangan motorik anak 1-3 tahun Normal Abnormal Meragukan Tidak dapat di tes F % F % F % F % 0 0 1 4,3 1 4,3 0 0 6 26,1 3 13,0 9 39,1 0 0 0 0 1 4,3 2 8,7 0 0 6 26,1 5 21,7 12 52,2 0 0
10
Jumlah
F 2 18 3 23
% 8,7 78,3 13,0 100
P
0,047
Berdasarkan tabel 4.2.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 78,3% responden yang berpengetahuan cukup mengatakan perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun meragukan sebanyak 39,1%. Dari hasil uji statistik yang diperoleh bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun dimana nilai p = 0,047 (p<0,05).
gizi. Pengetahuan ibu yang cukup saja tentang pemberaian asupan gizi, akan berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun, akibatnya perkembangan motorik anak akan lambat (Wardani, 2009). Menurut asumsi peneliti, kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian asupan gizi dapat disebabkan karena pendidikan ibu yang masih rendah, dimana mayoritas responden berpendidikan SLTA. Hal ini menunjukkan bahwa dengan rendahnya pendidikan ibu mengakibatkan kurang mengetahui bahwa pemberian gizi sejak dini sangat penting diperoleh anak demi perkembangan motoriknya. 1.2. Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun Berdasarkan hasil analisa univarians pada tabel 4.2.3. diatas diperoleh bahwa perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Mabar Hilir III mayoritas meragukan sebanyak 52,2%. Perkembangan motorik anak yang meragukan akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak atau perkembangan self-concept. Sedangkan perkembangan motorik anak yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya, bahkan anak akan terkucilkan atau menjadi anak yang terpinggirkan (Endah, 2008).
4.3. Pembahasan 1. Analisa Univariat 1.1. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Pada anak usia 1-3 Tahun Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4.2.2. diatas diperoleh pengetahuan ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III adalah mayoritas cukup sebanyak 78,3%. Untuk tumbuh kembang optimal setiap anak memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap anak memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan, dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Menu seimbang diberikan untuk tumbuh kembang anak yang dilakukan oleh ibu, untuk membantu anak tumbuh kembang dan berkembang sesuai dengan usianya serta sangat penting dalam menentukan kecerdasan anak (Nursalam, 2008). Peran seorang ibu khususnya sangat penting dalam menentukan perkembangan anak, sehingga ibu harus memiliki pengetahuan tentang
11
2. 1.3.
Analisa Bivariat Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Tahun 2012 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu terhadap perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun mayoritas cukup sebanyak 78,3%. 2. Perkembangan motorik pada anak usia 1-3 kategori meragukan sebanyak 52,2%. 3. Ada hubungan yang signifikan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun, dengan nilai p = 0,047 dimana (p<0,05) atau 0,047 < 0,05.
Berdasarkan tabel 4.2.4. diatas menunjukan bahwa hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi terhadap perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III mayoritas cukup sebanyak 78,3%. Dari hasil uji statistik didapat p = 0,047 dimana (p<0,05) yang artinya ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun. Hubungan orangtua dengan anak akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya anak akan menerima gizi, oleh sebab itu, pengetahuan ibu yang cukup saja untuk memberikan gizi kepada anaknya tidak cukup, karena akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, baik secara motorik kasar dan halus, perkembangan sosial dan bahasanya (Endang, 2008). Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku anak. Psikologi perkembangan dapat membantu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan arti dan sumber pola pikir, perasaan, dan tingkah laku anak. Perkembangan dapat membantu kita mengenal kapan perkembangan normal yang sesungguhnya di mulai(Desmita, 2008).
5.2.
Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Terhadap Perkembangan Motorik Pada Anak Usia 1-3 Tahun Di Kelurahan Mabar Hilir Lingkungan III Tahun 2012, maka peneliti menyarankan : 1. Diharapkan kepada ibu hamil untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi dan berimbang guna meningkatkan kesehatan ibu dan janin, seperti sayuran hijau, buah-buahan, tempetahu, daging, telur, dan minum susu dua kali satu hari.
12
2.
Disarankan kepada ibu yang memiliki anak yang berusia khususnya 1-3 tahun, dapat meluangkan waktunya untuk mengajak anak bermain bersama demi meningkatkan perkembangan motorik kasar dan halusnya, serta memberikan kecukupan makanan yang bergizi dan berimbang.
Hidayat,
A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis, Salemba Medika, Jakarta.
Hurlock, B. Elizabeth, 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Kurniasih, Dedeh, 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, Kompas Gramedia, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Novaria, 2008. Menjaga Kesehatan Balita, Tugu Publisher, Jakarta.
Cahyandari, 2006. Melatih Anak Berani Dan Mandiri, http://www.tabloidnikita.com. Dariyo,
Desmita,
Nursalam,
Agoes, 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, Refika Aditama, Bandung.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
2008. Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Endah, 2008. Kecerdasan Motorik Anak, http://www.parentingislami. wordpress.com. Hasan,
2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk perawat dan bidan ), Salemba Medika, Jakarta.
Santrock,
W. John, Perkembangan Erlangga, Jakarta.
2007. Anak,
Sulistyoningsih, Hariyani, 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Maimunah, 2009. PAUD, Rineka Cipta, Jakarta.
Hayati, Wirda, 2009. Buku Saku Gizi Bayi, EGC, Jakarta.
13