1
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL
Manuscript
Oleh : Christiana Nindya Timur G2A210005
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik Perawatan Rambut pada Lansia di Desa Patalan Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang, April 2012
Pembimbing I
Ns. Siti Aisah, M.kep,Sp.Kom
Pembimbing II
H. Ali Rosidi, SKM, M.Si
3
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL Christiana Nindya Timur1, Siti Aisah2, Ali Rosidi3 Abstrak
Perawatan rambut merupakan salah satu komponen perawatan kebersihan diri, sehingga bila tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebersihan diri lansia. Untuk mendapatkan praktik perawatan rambut yang baik pada lansia dibutuhkan pengetahuan yang baik dan sikap yang mendukung dalam perawatan rambut . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik perawatan rambut pada lansia di Desa Patalan, Kecamatan Jetis,Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan disain deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 89 Lansia yang berada di Desa Patalan. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportioned cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48 (53,9%) lansia memiliki pengetahuan kurang dan 41(46,1%) lansia memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian sikap menunjukkan 54 (60,7%) lansia memiliki sikap tidak mendukung dan 35( 39,3%) lansia memiliki sikap mendukung. Hasil penelitian praktik perawatan rambut menunjukkan bahwa 51(57,3%) lansia memiliki praktik perawatan rambut kurang dan 38 ( 42,7%) lansia memiliki praktik perawatn rambut baik. Hasil pengujian hipotesis dengan Rank Spearman menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan praktik perawatan rambut dan ada hubungan sikap dengan praktik perawatan rambut pada lanjut usia di Desa Patalan, kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan sikap lansia terhadap perawatan rambut melalui penyuluhan tentang prosedur mencuci rambut dan menyisir rambut agar kualitas praktik perawatan rambut lansia menjadi lebih baik. Kata kunci: pengetahuan, sikap, praktik perawatan rambut , lanjut usia
Abstract Hair care is one component of personal hygiene care. If hair care is not done properly, it will be affect to personal hygiene of elderly. To get a good hair care practices in elderly, requires a good knowledge and attitudes. The purpose of this study was to detect the correlation of knowledge and attitudes with hair care practices in elderly at Patalan Village, Jetis Subdistrict, Bantul District. This research used a descriptive corelation design with cross sectional approach. Samples were 89 elderly and were taken by using proportionate cluster random sampling. The result showed that 48 (53,9%) elderly had less knowledge and 41(46,1%) elderly had good knowledge. 54(60,7%) elderly had less attitude and 35(39,3%) elderly had good attitude. 51(57,3%) elderly had less hair care
4
practices and 38(42,7%) elderly had good hair care practice. The result of hypotheshes with rank spearman test showed that there are correlation of knowledge with hair care practice in elderly and there are correlation of attitudes with hair care practices in elderly. Based on the result of research is recommended that knowledge and attitudes of hair care in elderly need to be improved by teaching about washing and combing hair to increase hair care practice in elderly. Keywords: knowledge, attitude, hair care practice, elderly Perawatan rambut merupakan salah satu komponen dari perawatan kebersihan diri sehingga bila perawatan rambut tidak terpenuhi akan mempengaruhi kebersihan diri seseorang. Perawatan rambut yang baik harus dilakukan rutin untuk memenuhi kebutuhan kebersihan rambut. Rambut yang tidak bercahaya, kusut, kotor mengindikasikan perawatan rambut yang tidak tepat. Rambut yang tidak disisir mungkin karena kurangnya minat, depresi atau ketidakmampuan fisik untuk merawat rambut. Rambut yang tidak dibersihkan akan menjadi kotor karena debu dan kotoran yang lain akan melekat di rambut dan kulit kepala (Potter,2005).
Struktur penduduk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Proporsi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 juta jiwa ( 4,48 % dari total keseluruhan penduduk Indonesia ) pada tahun 1971 menjadi 19,3 juta jiwa
( 8,37 % dari total
keseluruhan penduduk Indonesia ) pada tahun 2009 dan di tahun 2010 meningkat menjadi 23,9 juta jiwa ( 9,77 % dari total keseluruhan penduduk indonesia ( Komnas Lansia, 2010 ; BPS, 2011 ).
Di Indonesia Keadaan ini belum didukung oleh adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada lansia. pengetahuan perawatan lansia, baik oleh keluarga, lansia itu sendiri maupun lembaga sosial lainnya masih sangat kurang memadai ( Mubarak, 1999 ). Upaya peningkatan kesehatan ( health promotion ) dilakukan dengan meningkatkan perilaku hidup sehat yang didalamnya terdapat upaya perawatan kebersihan rambut. Kebersihan rambut
perlu mendapat
perhatian dalam perawatan, karena akan mempengaruhi kesehatan lanjut usia
5
( Nugroho, 2008 ). Penelitian yang dilakukan oleh Zein
( 2011 ), menunjukkan
bahwa sebagian besar lansia belum dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan baik yang didalamnya mencakup perawatan kebersihan rambut.
Perawatan rambut pada lansia bertujuan untuk membersihkan rambut dan kulit kepala dari debu, kotoran, dan dari kulit kepala yang telah mati ; memperbaiki penampilan dan harga diri ; merangsang sirkulasi kulit kepala; serta dapat memberikan relaksasi pada lansia ( Suarti, 2009 ). Masalah kesehatan yang biasanya muncul pada lansia akibat kurangnya perawatan rambut adalah munculnya ketombe, gatal – gatal pada kulit kepala dan pediculosis capitis atau kutu kepala ( Potter, 2005 ). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati ( 2007 ), yang menyimpulkan bahwa kurangnya kebiasaan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan rambut menyebabkan tingginya angka kejadian terjangkit pediculosis capitis.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional . Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan proportionate random sampling . Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 89 lansia yang berada di Desa Patalan. Alat pengumpul data berupa kuesioner dan lembar observasi yang telah diujicobakan sebelumnya. Proses penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji rank spearman karena data berdistribusi tidak normal.
HASIL Hasil analisis univariat didapatkan bahwa nilai terendah pengetahuan adalah 9 dan yang tertinggi adalah 29 dengan rata-rata 15.72 ± 4,736.Hasil pengkategorian pengetahuan lansia tentang perawatan rambut adalah 48
(53, 9%) lansia
berpengetahuan kurang dan 41 (46,1%) berpengetahuan baik. Nilai terendah sikap
6
adalah 8 dan yang tertinggi adalah 23 dengan rata-rata 12,75 ± 3,782.Hasil pengkategorian sikap lansia terhadap perawatan rambut adalah 54 (60, 7%) lansia memiliki sikap tidak mendukung dan 35 (39,3%) memiliki sikap tidak mendukung. Nilai tertinggi praktik perawatan rambut pada lansia adalah 22 dan yang terendah adalah 8 dengan rata-rata 12.44 ± 4.051. Hasil pengkategorian praktik perawatan rambut pada lansia adalah 51 ( 57.3% ) lansia memiliki praktik perawatan rambut kurang dan 38 ( 46,1% ) lansia memiliki praktik perawatan rambut baik.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Pengetahuan Lansia tentang Perawatan Rambut di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul Tahun 2012 Kategori Kurang Baik Total
n 48 41 89
% 53.9 46.1 100.0
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Sikap Lansia Terhadap Perawatan Rambut di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul Tahun 2012 Kategori Tidak mendukung mendukung Total
n 54 35
% 60.7 39.3
89
100.0
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Praktik Perawatan Rambut pada Lansia di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul Tahun 2012 Kategori Kurang Baik Total
n 51 38 89
% 60.7 39.3 100.0
7
Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik perawatan rambut pada lansia dan ada hubungan antara sikap dengan praktik perawatan rambut pada lansia.hasil analisis bivariat dapat dilihat pada grafik di bawah ini . Grafik 1 Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Perawatan Rambut di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul Tahun 2012
Grafik 2 Hubungan Sikap dengan Praktik Perawatan Rambut di Desa Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul tahun 2012
8
PEMBAHASAN Pengetahuan tentang perawatan rambut yang kurang pada lansia terbanyak pada aspek prosedur perawatan rambut dimana lansia belum mengetahui cara menyisir rambut yang sangat kusut dan tidak melakukan pemijatan ringan saat keramas. Cara lansia menyisir rambut kusut adalah dengan menyisir rambut dari arah pangkal rambut ke ujung rambut dan menyisirnya dengan kuat. Secara teori, menyisir dengan cara demikian dapat menyebabkan kerontokan rambut dimana kondisi rambut lansia itu sendiri rapuh dan mudah rontok ( Potter, 2005). Penyisiran rambut kusut yang benar adalah dengan menyisir dari ujung rambut ke pangkal rambut secara perlahan dan rambut terlebih dahulu diuraikan dengan tangan ( Potter, 2005).
Pemijatan ringan saat keramas dilakukan untuk membantu merangsang sirkulasi darah pada kepala sehingga kepala akan terasa lebih nyaman dan sirkulasi darah bisa menjadi tidak lancar bila tidak dilakukan pemijatan (Suarti, 2009). Tidak dilakukannya pemijatan ringan pada saat keramas oleh lansia di desa ini dikarenakan ketidaktahuan akan prosedur mencuci rambut yang baik. Cara mencuci rambut didapatkan dari kebiasaan turun temurun dan belum pernah ada petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan tentang cara mencuci rambut yang benar.
Pada penelitian ini sikap lansia yang tidak mendukung terbanyak pada aspek faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terkait dengan penampilan. Lansia yang menjadi responden penelitian berpandangan bahwa penampilan tidak penting lagi untuk lansia. hal ini terlihat dari sikap lansia yang membiarkan saja rambut yang telah kusut dan kotor. Penampilan menggambarkan kebersihan diri seseorang. Penampilan rambut yang tidak rapi bisa diakibatkan karena menurunnya minat. Lansia mengalami perubahan dalam minat dimana miinat lansia terhadap penampilan semakin berkurang dalam hal ini minat terhadap penampilan rambut, namun minat terhadap uang semakin meningkat ( Mubarak, 2009 ).
9
Lansia di desa ini juga tidak memiliki keyakinan yang mendukung bahwa mencuci rambut dengan rutin dapat membantu menghilangkan kutu rambut. Hal ini tercermin dari sikap lansia yang memiliki kutu rambut, tidak melakukan keramas dengan baik ( hanya membasahi rambut dengan air tanpa menggunakan shampo ). Kutu rambut bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan kulit kepala akibat gigitan kutu rambut dan rasa gatal pada kulit kepala (Potter, 2005). Rasa gatal memberikan stimulus untuk menggaruk yang dapat mengakibatkan perlukaan pada kulit kepala dan dapat berujung pada infeksi. Kutu rambut dapat menyebar ke orang lain ( Potter, 2005) dengan demikian keluarga atau orang disekitar lansia dengan kutu rambut yang tidak ditangani dengan baik dapat tertular kutu rambut.
Pada penelitian ini praktik perawatan rambut yang kurang baik tertinggi pada aspek praktik mencuci rambut yaitu lansia tidak melakukan pemijatan pada kulit kepala saat mencuci rambut. Tidak dilakukannya pemijatan pada kulit kepala berkaitan dengan pengetahuan lansia yang kurang dalam hal mencuci rambut yang benar. Pemijatan berfungsi untuk merangsang sirkulasi dan memberikan efek relaksasi sehingga meningkatkan rasa nyaman lansia ( Suarti, 2009 ). Pemijatan yang tidak dilakukan pada saat mencuci rambut bisa berakibat tidak lancarnya peredaran darah dikulit kepala sehingga dapat mengurangi kenyamanan dan tidak dapat merelaksasi kepala.
Pada aspek menyisir rambut ditemukan lansia tidak melakukan penyisiran seharihari. Keadaan ini tampak dari rambut yang tidak rapi dan kusut. Sebagian besar lansia wanita memiliki rambut yang panjang. Rambut yang panjang mudah menjadi kusut bila tidak dilakukan penyisiran sehari-hari ( Kozier, 2005 ).
Praktik perawatan yang kurang baik dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap yang tidak memadai. Tidak tersedianya fasilitas perawatan rambut seperti shampo atau sisir dan juga dukungan keluarga untuk memotivasi lansia juga menjadi penyebab praktik perawatan rambut yang kurang baik pada lansia didesa ini. Hal ini sejalan
10
dengan teori Green yang menyatakan bahwa praktik dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, nilai-nilai, tradisi, ketersidiaan fasilitas dan contoh dari orang-orang yang memiliki pengaruh.
Pengetahuan tentang pemeliharaan kebersihan rambut dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik perawatan rambut, meski demikian pengetahuan saja tidaklah cukup. Motivasi juga diperlukan untuk meningkatkan kebersihan diri seseorang ( Potter, 2005 ), hal ini sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati ( 2010) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang kurang baik dalam perawatan rambut dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran diri dalam memelihara kebersihan rambut.
Berdasarkan analisis hasil penelitian setelah dikategorikan, dari 40 responden yang memiliki pengetahuan baik terdapat 20 responden yang memiliki praktik perawatan rambut yang buruk dan dari 49 responden dengan pengetahuan kurang, 18 responden memiliki praktik perawatan yang baik. Dari analisa tersebut dapat dijelaskan bahwa meskipun seorang lansia memiliki pengetahuan yang baik dalam merawat rambut, namun karena kurangnya motivasi dari keluarga dan fasilitas yang kurang memadai seperti penyediaan shampo, air bersih, minyak rambut akan mempengaruhi praktik perawatan rambut. Usia responden dalam penelitian ini yaitu antara 60 tahun hingga 80 tahun juga mempengaruhi sikap dalam hubungannya dengan praktik perawatan rambut. Usia memiliki pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Pada lanjut usia terjadi penurunan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar. Keadaan ini menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Lansia juga mengalami perubahan dalam minat. Minat lansia terhadap penampilan semakin berkurang dalam hal ini minat terhadap penampilan
rambut,
( Mubarak, 2009 ).
namun
minat
terhadap
uang
semakin
meningkat
11
Hurlock ( 1990 ) dalam Mubarak ( 2009 ) mengemukakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Sikap yang memuaskan atau tidak memuaskan akan bergantung pada perubahan peran dan pengalaman pribadi. pada lansia, apa yang telah dan sedang dialaminya akan ikut membantu dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus yang ada ( Azwar, 2011 ).
Berdasarkan analisis hasil penelitian setelah dikategorikan, dari 34 responden yang memiliki sikap mendukung terhadap perawatan rambut, 18 responden memiliki praktik perawatan rambut yang buruk dan dari 55 responden yang memiliki sikap tidak mendukung terhadap perawatan rambut 22 responden memiliki praktik perawatan yang baik.
Hasil analisis tersebut dapat dijelaskan bahwa meskipun seorang lansia memiliki sikap yang mendukung terhadap perawatan rambut namun bila minat terhadap penampilan berkurang maka praktik perawatan rambut akan menjadi kurang baik, sebaliknya meskipun seorang lansia tidak memiliki sikap yang mendukung terhadap perawatan rambutnya namun pengalamannya dalam merawat rambut baik akan menghasilkan praktik perawatan rambut yang baik.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan menggunakan pendekatan cross sectional
dimana data pengetahuan, sikap dan praktik diambil
dalam waktu yang bersamaan sehingga hasil yang didapatkan hanya menggambarkan kondisi saat pengambilan data saja.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil lansia yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 48 (53,9%) dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 41 (46,1%). Lansia yang memiliki sikap tidak mendukung sebanyak 54 (60,7%) dan yang memiliki sikap mendukung sebanyak 35 (60,7%). Lansia yang memiliki praktik perawatan rambut kurang sebanyak 51 (57,3%) dan yang memiliki praktik
12
perawatan rambut baik sebanyak 38 (42,7%) lansia. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan praktik perawatan rambut dan ada hubungan antara sikap dengan praktik perawatan rambut pada lansia.
Perawat yang bekerja di puskesmas diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan lansia terutama pada aspek prosedur perawatan rambut, meningkatkan sikap lansia terkait penampilan rambut dan sikap menjaga rambut dari masalah kutu rambut sehingga praktik perawatan rambut lansia menjadi lebih baik dengan memberikan penyuluhan pada perkumpulan lansia yang sudah ada dimasyarakat. Masyarakat dilingkungan tempat tinggal lansia terutama keluarga diharapkan untuk lebih memotivasi lansia dalam melakukan perawatan rambut dengan tepat terutama pada aspek prosedur mencuci rambut tentang pemijatan kulit kepala dan menyisir rambut yang kusut, karena lingkungan keluarga merupakan tempat utama dan pertama dalam membentuk perilaku perawatan rambut pada lansia. Peneliti lain yang tertarik dengan topik yang sama diharapkan menggunakan pendekatan longitudinal sebab penelitian ini berkaitan dengan perilaku sehingga hasil penelitian lebih relevan.
1.
Christiana Nindya Timur : Mahasiswa Program Studi S1 keperawatan FIKKES Universitas Muhammadiyah Semarang.
2.
Siti Aisah : Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
3.
Ali Rosidi : Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
13
KEPUSTAKAAN
Azwar, S. ( 2011 ). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. BPS. ( 2011 ). Data SP2010 menurut kelompok umur. http://bps.go.id/download_file/data_SP2010_menurut_kelompok_umur_ pdf Diunduh 12 November 2011. Komisi Nasional Lanjut Usia. ( 2010 ). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta : Komisi Nasional lanjut Usia. Kozier, B. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC. Maryam, R., Ekasari, M., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. ( 2008 ). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Mubarak, I.,Chayatin, N., & Santoso, B. ( 2009 ). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S.( 2010 ). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, W. ( 2008 ). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC Potter, P.A., & Perry, A.G. ( 2005 ). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik ( Vol. 2 ). Jakarta : EGC
Setiyowati, R. ( 2007 ). Survai pediculosis humanus capitis dan perilaku menjaga kebersihan rambut pada anak sekolah dasar negeri 01 jimbaran, kecamatan bandungan, kabupaten semarang. http://digilib.unimus.ac.id. Diunduh 24 Desember 2011. Suarti, N. ( 2009 ). Panduan Praktik Keperawatan Lansia. Yogyakarta : Citra Aji Parama. Zein. ( 2011 ). Gambaran pemenuhan personal higiene pada lansia di sambiroto RT 25/RW 04, desa sambibulu. http://share.yarsis.ac.id/elib/main/dok/00469 Diunduh 20 november 2011.
14