Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KETERATURAN M EL AK U K AN AKT I VIT AS RA NG E O F MO TI O N PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH REGULARITY RANGE OF MOTION ACTIVITIES ON PATIENTS WITH NON HAEMORRAGHIC STROKE Reytha Rondonuwu, Greiska Rotti, Christy Saripin Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ABSTRACT Stroke is usually characterized by paralysis of the limbs on one side of the limb. Optimal handling for stroke patients is the primary role of the nurse. Therapy Range of Motion (ROM) is one of theraies that can help restore the state of stroke patients who suffered paralysis. This aims to determine the relationship of knowledge and attitudes with regularity perform ROM activities in non-hemorrhagic stroke patients. The study design used is a descriptive crosssectional, of 30 respondents to the Spearman Rho test. The results showed the correlation between knowledge gained regularity perform Active ROM values (P) = 0, 006; α = 0.05 with a correlation value (r) 0.494; correlation strength is rather low level of positive pattern. The correlation between knowledge of the regularity of conduct Passive ROM obtained value (P) = 0.000; α = 0.05 with a correlation value (r) 0.649; the strength of correlation on the level of positive figured enough. The correlation between attitude with regularity perform active ROM values obtained (P) = 0.004; α = 0.05 with a correlation value (r) 0.513; correlation strength at rather low levels of positive patterns. The correlation between attitude with regularity to the value obtained Passive ROM (P) = 0.003; α = 0.05 with a correlation value (r) 0.526; correlation strength is rather low level of positive pattern. The result mentioned above is smaller than α = 0.05 and thus can be said that H1 is accepted and H0 is rejected. So it can be concluded that there is a significant correlation between knowledge and attitudes with the regularity of activity ROM on non-hemorrhagic stroke patients, and it suggests that nurses working in public hospitals DR. Sam Ratulangi Tondano room physiotherapy, in order to provide an explanation in the form of appropriate health education so that non-hemorrhagic stroke patients in recovery therapy can do a ROM Passive and active on a regulary correlation. Keywords: Knowledge, Attitudes, Regularity, Activity ROM, Stroke. ABSTRAK Stroke biasanya ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak pada salah satu sisi anggota tubuh. Penanganan yang optimal untuk penderita stroke merupakan peran utama perawat. Terapi Range of Motion (ROM) merupakan salah satu terapi yang dapat membantu memulihkan keadaan penderita stroke yang mengalami kelumpuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pada pasien stroke non hemoragik. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif yang bersifat cross sectional, terhadap 30 responden dengan uji Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukkan Hubungan antara pengetahuan dengan keteraturan melakukan ROM Aktif didapatkan nilai (P) = 0, 006; α = 0,05 dengan nilai korelasi (r) 0,494; kekuatan korelasi pada tingkat agak rendah berpola positif. Hubungan antara pengetahuan dengan keteraturan melakukan ROM Pasif didapatkan nilai (P)=0,000; α = 0,05 dengan nilai korelasi (r) 0,649;kekuatan korelasi pada tingkat cukup berpola positif. Hubungan antara sikap dengan keteraturan melakukan ROM Aktif didapatkan nilai (P)=0,004; α = 0,05 dengan nilai korelasi (r) 0,513;kekuatan korelasi pada tingkat agak rendah berpola positif. Hubungan antara sikap dengan keteraturan melakukan ROM Pasif didapatkan nilai (P)=0,003; α = 0,05 dengan nilai korelasi (r) 0,526; kekuatan korelasi pada tingkat agak rendah berpola positif. Hasil tersebut diatas lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian maka dapat dikatakan H1 diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pada pasien stroke non hemoragik, dan dapat disarankan bagi perawat yang bekerja diruang fisioterapi di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano, agar dapat memberikan penjelasan dalam bentuk pendidikan kesehatan yang tepat sehingga pasien stroke non hemoragik yang dalam terapi pemulihan dapat melakukan ROM Pasif maupun Aktif secara teratur. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Keteraturan, Aktivitas ROM, Stroke.
81
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
PENDAHULUAN Masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat stroke sangat bervariasi, salah satu diantaranya adalah gangguan mobilitas. Di klinik, pasien stroke diperkenalkan dengan suatu aktivitas rentang gerak atau ROM dimana aktivitas ini dapat membantu memulihkan gejala sisa yang dialami pasien stroke non hemoragik, berupa gangguan mobilitas fisik (Sofwan, 2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di 33 provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variable kesehatan masyarakat. Hasilnya adalah penyakit stroke merupakan penyebab utama kematian dikalangan penduduk perkotaan (Anonim, 2010d). Di Sulawesi Utara, jumlah penderita stroke periode 1999-2001 adalah 2780 dari 138.112 total penderita rawat inap (Anonim, 2010b). Studi kasus pada bulan AgustusNopember 2010, jumlah pasien stroke non hemoragik yang melakukan aktivitas Rom di ruangan fisioterapi RSUD Dr. Samratulangi Tondano mencapai 99 orang. Stroke biasanya ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak atas maupun bawah pada salah satu sisi anggota tubuh. Pasien dengan stroke kan mengalami gejala – gejala yang bersifat fungsional. Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikologis dan perilaku. Gejala fisik yang paling khas adalah hemiparalisis dan kelemahan ekstremitas sesisi. Latihan (exercise) pada penderita stroke non hemoragik sangatlah penting selain terapi farmakologis dan terapi dengan modalitas alat, bahkan boleh dikatakan merupakan yang terpenting dari yang lain. Sesaat setelah seseorang mengalami stroke, ia akan mengalami kelumpuhan pada satu sisi badan. Apabila hal ini tidak ditanggulangi secara baik dan benar, akan menimbulkan cacat fungsional dari alat – alat gerak tubuh, dan lama – kelamaan akan lumpuh secara total dan kaku (Sofwan,2010). Untuk meminimalkan terjadinya kecacatan pada penderita stroke, diperlukan penanganan yang cepat, tepat, dan cermat (Fatimah, 2009). Pasien stroke harus melakukan latihan pada bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan. Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan kekuatan otot dan sendi, agar supaya dapat beraktivitas kembali mendekati normal. Penanganan yang optimal untuk para penderita sroke merupakan peran utama perawat. Terapi Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu terapi yang dapat membantu memulihkan keadaan penderita stroke yang mengalami kelumpuhan. Range Of Motion adalah
gerakan sendi melalui rentang sepenuhnya dalam semua bidang yang sesuai. Untuk mempertahankan atau meningkatkan gerakan sendi, aktivitas ROM dilakukan secepat mungkin ketika kondisi pasien memungkinkan (Brunner & Suddarth, 2001).
METODE Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bersifat cross sectional yaitu menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variable independen dan dependen satu kali pada satu saat. Bertujuan untuk memperoleh prevalensi atau efek suatu fenomena (variable dependen) dihubungkan dengan penyebab (variable independen) (Nursalam, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke non hemoragik di ruangan fisioterapi di RSUD Dr. Samratulangi Tondano, dengan teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling yaitu semua populasi sebanyak 30 responden. Pengumpulan Data Untuk melakukan pengumpulan data, peneliti membuat instrument sebagai pedoman pengumpulan data berupa kuesioner dan lembar observasi untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan keteaturan melakukan aktivitas Range of Motion pada pasien stroke non hemoragik di RSUD Dr. Samratulangi Tondano. Analisa Data Analisa Univariat : Dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan setiap variable yang digunakan dalam penelitian untuk melihat distribusi, frekuensi untuk memperoleh informasi secara umum tentang variable penelitian. Analisa Bivariat : Dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variable dengan menggunakan uji statistik Spearman Rho (x2) pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05), dengan menggunakan computer program SPSS. Penilaian angka korelasi menentukan kuat dan lemahnya hubungan variable yaitu dengan menggunakan pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ( Arikunto, 2001 ).
82
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
HASIL PENELITIAN Analisa Univariat
Mean Median
Mode
SD
Umur
61,26 63.50
56.00
9,83
Gambar1:
Minimal Maksimal SUM
Variabel (n=30)
Distribusi Menurut Umur Responden
40 80
Gambar 3:
1838.00
Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano Februari 2011
Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SMA sederajat sebanyak 22 orang (73,3%).
Distribusi Menurut Umur Responden Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano Februari2011
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa rerata umur responden adalah 61,26 (62 tahun) dengan standar deviasi 9,83. Umur yang paling banyak muncul 56 tahun. Umur terendah 40 tahun dan umur tertinggi 80 tahun. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Gambar 4:
Gambar2:
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano Februari2011
Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan pekerjaan sebagai pensiunan sebanyak 11 orang (36,7%).
DistribusiIRespondenMenurut Jenis Kelamin Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano Februari2011
Distribusi Responden Menurut Diagnosa Medis
Gambar 2 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (53,3%).
hemipar ese sinistra 7 orang = hemipar23,3%
Distribusi Responden Menurut Pendidikan
SNH 2 orang = 6,7 %
ese dextra 15 orang = 50%
hemiparese dextra hemiparese sinistra
83
post stroke 6 orang = 20%
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
Gambar 5:
Distribusi Responden Menurut Diagnosa Medis Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi TondanoFebruari2011
Gambar 8:
Gambar 5 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan diagnosa medis hemiparese dextra sebanyak 15 orang (50%). Hemiparese sinistra sebanyak 7 orang (23,3%). Pasien dengan diagnose post stroke sebanyak 6 orang (20 %) dan pasien dengan diagnose stroke non hemoragik sebanyak 2 orang (6,7%).
Distribusi Responden Menurut Penilaian Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif Di Ruang Fisioterapi RSUDDR.Sam RatulangiTondanoFebruari2011
Gambar 8 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan menunjukkan keteraturan melakukan aktivitas ROM Aktif dalam kategori cukup sebanyak 16 orang (53.33%).
Distribusi Responden Menurut Penilaian Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Pasif
Di st rib us i Re sp ond e n M enur ut P eng et ahu an Baik 18 orang = 59.9%
Cukup 12 orang = 40.1% baik
Gambar 6:
Distribusii Responden Menurut Pengetahuan Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi TondanoFebruari2011
Gambar 9:
Gambar 9 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan menunjukkan keteraturan melakukan aktivitas ROM Pasif dalam kategori baik sebanyak 18 orang (59.9%).
Distribusi Responden Menurut Sikap
ANALISA BIVARIAT
Baik 11 orang = 36.7%
baik
Distribusi Responden Menurut Penilaian Keteraturan Melakukan AktivitasROM Pasif Di Ruang Fisioterapi RSUD
DR. Sam Ratulangi Tondano Februari2011
Gambar 6 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan pengetahuan baik sebanyak 19 orang (63.3%).
cukup 19 orang = 63.3%
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas Range of Motion pada pasien Stroke Non Hemoragik.
cukup
Tabel1: Gambar 7:
cukup
Distribusi Responden Menurut Sikap Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano Februari 2011
Gambar 7 menunjukkan bahwa dari 30 responden dalam penelitian ini sebagian besar responden dengan sikap cukup sebanyak 19 orang (63.3%).
Pengetahuan Baik
Distribusi Responden Menurut Penilaian Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif
Cukup Total
Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi TondanoFebruari2011 Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif Baik Cukup 10 9 33.3% 30.0% 4 7 13.34% 23.33% 14 16 46.67% 53.33%
Total 19 163.3% 11 36.7% 30 100%
Signifikan (P) = 0,006 Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,494 Berdasarkan Tabel 1, dijelaskan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM Aktif baik sebanyak 10 orang (33.3%), cukup sebanyak
84
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
9 orang (30.3%). Responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM Aktif baik sebanyak 4 orang (13.34%), cukup sebanyak 7 orang (23.33%). Hasil uji statistik Spearman’s rho dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 melalui pengujian SPSS didapatkan nilai Signifikan (P) = 0, 006 yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian maka dapat dikatakan H1 diterima dan H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM Aktif pada pasien stroke non haemorargi di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,494 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu agak rendah. Tabel2:
Pengetahuan Baik Cukup Total
menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu cukup. Tabel3:
Sikap
Baik Cukup Total
Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif Baik Cukup 5 6 16.6% 20.1% 9 10 36.73% 26.57% 14 16 46.67% 53,33%
Total 11 36.7% 19 63.3% 30 100%
Signifikan (P) = 0,004 Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,513
Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Pasif Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano Februari 2011 Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Pasif Baik Cukup 16 3 53.33% 10.00% 2 9 6.67% 30.00% 18 12 40.00% 53.34%
Tabulasi Silang Hubungan Sikap Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi TondanoFebruari2011
Total 19 63.3% 11 36.7% 30 100%
Signifikan (P) = 0,000 Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,649
Berdasarkan Tabel 2, dijelaskan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pasif baik sebanyak 16 orang (53.33%),cukup sebanyak 3 orang (10.00%). Responden yang memiliki pengetahuan cukup dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pasif baik sebanyak 2 orang (6.67%), cukup sebanyak 9 orang (30.00%). Hasil uji statistik Spearman’s rho dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 melalui pengujian SPSS didapatkan nilai Signifikan (P) = 0, 000 yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian maka dapat dikatakan H1 diterima dan H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM Pasif pada pasien stroke non haemoragik di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,649
Berdasarkan Tabel 3, dijelaskan bahwa responden yang memiliki sikap baik dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM Aktif baik sebanyak 5 orang (16.6%), cukup sebanyak 6 orang (20.1%). Responden yang memiliki sikap cukup dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM aktif baik sebanyak 9 orang (36.73%), cukup sebanyak 10 orang (26.57%). Hasil uji statistik Spearman’s rho dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 melalui pengujian SPSS didapatkan nilai Signifikan (P) = 0, 004 yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian maka dapat dikatakan H1 diterima dan H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM Aktif pada pasien stroke non haemorargi di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,513 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu agak rendah. Tabel4:
Sikap Baik Cukup Total
85
Tabulasi Silang Hubungan Sikap Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Pasif Di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi TondanoFebruari2011 Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Pasif Baik Cukup 9 2 30.00% 6.66% 9 10 30.00% 33.3% 18 12 60.00% 40.00%
Total 11 36.7% 19 63.3% 30 100%
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
Hal tersebut di atas didukung oleh pendapat Sofwan (2010) yang mengatakan pada kenyataannya pasien stroke belum melakukan aktivitas ROM ini dengan maksimal dan salah satu faktor yang berhubungan dengan hal tersebut adalah kurangnya pengetahuan serta sikap pasien stroke non hemoragik tentang pentingnya aktivitas rentang gerak tersebut. Adapun pendapat Achmad (1994, yang mengatakan pengetahuan merupakan pengamatan terhadap keseluruhan benda atau peristiwa. Pengetahuan adalah hasil suatu proses berpikir, pengetahuan adalah gambaran subjektif tentang apa yang ada dalam alam yang sesungguhnya. Pengetahuan dalam hal ini sebaiknya pada tingkat aplikasi dimana, harapan untuk memiliki keteraturan melakukan aktivitas ROM didasar kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari atau diketahui pada kondisi yang sebenarnya yaitu mendemonstrasikan materi tersebut dalam bentuk ketrampilan.
Signifikan (P) = 0,003 Koefisien Korelasi Spearman Rho (r) = 0,526
Berdasarkan Tabel 4, dijelaskan bahwa responden yang memiliki sikap baik dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pasif baik sebanyak 9 orang (30.00%), cukup sebanyak 2 orang (6.66%). Responden yang memiliki sikap cukup dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pasif baik sebanyak 9 orang (30.00%), cukup sebanyak 10 orang (33.3%). Hasil uji statistik Spearman’s rho dengan nilai kemaknaan (α) = 0,05 melalui pengujian SPSS didapatkan nilai Signifikan (P) = 0, 003 yang lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian maka dapat dikatakan H1 diterima dan H0 ditolak artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM Pasif pada pasien stroke non haemorargi di Ruang Fisioterapi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. Selanjutnya nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,526 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu agak rendah.
2.
PEMBAHASAN 1.
Hubungan Sikap Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif Pada Pasien Stroke Non Haemoragik
Berdasarkan Tabel 1 (Uji Spearman Rho), sikap berhubungan dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik. Adapun asumsi peneliti tentang hubungan sikap dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik adalah kemampuan responden untuk melakukan aktivitas tersebut pada dasarnya responden sudah mendapat informasi sebelumnya sehingga memiliki kesiapan meresponden terhadap informasi tentang aktivitas ROM Aktif. Hal ini akan berdampak pada kemampuan responden melakukan teknik ROM Aktif dengan benar. Sikap responden dalam penelitian ini ditemukan adanya sikap dalam kategori baik, dimana dapat menggambar keadaan kesiapan responden dalam melakukan ROM Aktif, yaitu responden memiliki keinginan untuk melakukan ROM Aktif, dan juga ada responden yang tidak merasa perlu melakukan aktivitas tersebut. Namun kepedulian responden dalam penelitian terhadap proses penyembuhan masih dalam kategori cukup, responden hanya sampai pada tingkatan menerima, yang berarti responden mau dan memperhatikan objek, akan tetapi responden tidak menyadari bahwa program melatih sendi dan kemampuan otot dapat meningkatkan status kesehatan responden menjadi lebih produktif atau menjadi mandiri. Adapun hasil penelitian yang dilakukan pada 30 orang responden, ditemukan pasien dengan kategori baik sebanyak 19 orang (63,3%) dan
Hubungan Pengetahuan Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Aktif Pada Pasien Stroke Non Haemoragik
Berdasarkan Tabel 1 (Uji Spearman Rho), pengetahuan berhubungan dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pada pasien stroke non hemoragik. Adapun asumsi peneliti tentang hubungan pengetahuan dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM aktif pada pasien stroke non hemoragik adalah pasien pada dasarnya sebelum melakukan aktivitas tersebut sudah mendapatkan penjelasan tentang konsep aktivitas ROM. Sehingga pada saat kegiatan melakukan aktivitas ROM aktif, responden mampu melakukan aktivitas tersebut. Penilaian terhadap kemampuan responden melakukan aktivitas ROM aktif yaitu gerakan – gerakan yang dapat mempertahankan atau memelihara kekuatan otot serta memperlancar sirkulasi darah dimana responden sebagai pasien dapat melakukan aktivitas tersebut tanpa bantuan perawat. Adapun hasil penelitian yang dilakukan pada 30 orang responden ditemukan pasien dengan kategori baik sebanyak 19 orang (63,3%) dan kategori cukup sebanyak 11 orang (36,7%). Dengan koefisien korelasi Spearman Rho 0,494, yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi agak rendah.
86
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
kategori cukup sebanyak 11 orang (36,7%). Dengan koefisien korelasi 0,649, menunjukkan bahwa kekuatan korelasi cukup. Adapun pendapat Notoatmojo S. (1997), yang menjelaskan bahwa sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1999), sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten.
perawat akibat ketidakmampuan melakukan gerakan tersebut atau materi baru dalam aktivitas tersebut, tetapi pengetahuan yang baik tentang aktivitas ROM Pasif serta manfaat aktivitas tersebut dapat berdampak pada kemampuan melakukan aktivitas ROM Pasif yang ditunjukkan dalam bentuk kooperatif melakukan intruksi.
4. 3.
Hubungan Pengetahuan Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Pasif Pada Pasien Stroke Non Haemoragik
Hubungan Sikap Dengan Keteraturan Melakukan Aktivitas ROM Pasif Pada Pasien Stroke Non Haemoragik
Berdasarkan Tabel 1 (Uji Spearman Rho), sikap berhubungan dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pasif pada pasien stroke non hemoragik. Adapun asumsi peneliti tentang hubungan sikap dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pasif pada pasien stroke non hemoragik adalah dimana kemampuan responden untuk melakukan aktivitas tersebut pada dasarnya responden sudah mendapat informasi dan informasi tersebut sedang berlangsung diberikan pada saat perawat melatih aktivitas ROM Pasif. Pada penelitian ini ditemukan semua responden memiliki sikap baik karena pada saat melatih keteraturan melakukan aktivitas ROM Pasif, responden memberikan respon yang positif terhadap tindakan yang dilakukan perawat, dan responden ikut serta aktif dalam melakukan aktivitas ROM Pasif tersebut. Hal ini berdampak pada responden yang dengan sendirinya memiliki keteraturan melakukan aktivitas ROM Pasif dalam kategori baik. Adapun hasil penelitian yang dilakukan pada 30 orang responden ditemukan pasien dengan kategori baik sebanyak 11 orang (36,7%) dan kategori cukup sebanyak 19 orang (63,3%). Dengan koefisien korelasi 0,526, yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi agak rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Bimo Walgito (2001) yang mengatakan bahwa sikap merupakan organisasi pendapat,keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang dipilihnya.
Berdasarkan Tabel 1 (Uji Spearman Rho), pengetahuan berhubungan dengan keteraturan melakukan aktivitas ROM pasif pada pasien stroke non hemoragik. Adapun asumsi peneliti tentang hubungan pengetahuan dengan keteaturan melakukan aktivitas ROM pasif pada pasien stroke npn hemoragik adalah kemampuan responden untuk melakukan aktivitas tersebut dibantu oleh perawat dalam melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa selang berlangsung proses pengajaran dan pemberian imformasi yang sekaligus mendemontrasikan gerakan-gerakan aktivitas ROM Pasif. Tentunya secara tidak langsung responden akan lebih mampu menggunakan materi tersebut untuk meningkatkan keteraturan melakukan aktivitas ROM Pasif. Adapun hasil penelitian yang dilakukan pada 30 orang responden ditemukan pasien dengan kategori baik sebanyak 11 orang (36,7%) dan kategori cukup sebanyak 19 orang (63,3%). Dengan koefisien korelasi 0,513, yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi agak rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Koentjoroningrat yang dikutip dalam Nursalam dan Siti Pariani (2001), bahwa makin tinggi pendidikan seseorang main mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Adapun pendapat Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Aktivitas ROM Pasif merupakan aktivitas yang dilakukan oleh responden dengan bantuan
87
Buletin Sariputra, Februari 2015 Vol. 2 (1)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Dengan demikian dapar disimpulkan bahwa, pengetahuan, sikap dan keteraturan melakukan aktivitas ROM aktif dan pasif pasien stroke non hemoragik sebagian besar baik. Serta ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan ketaturan melakukan aktivitas ROM aktif dan pasif pasien stroke non hemoragik di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano.
Anonim.(2010a).http://bidanlia.blogspot.com/konse pketeraturan.html Anonim.(2010b).http://epidemiologi/stroke/sulut Anonim.(2010c).http://www.strokebethesda.com/ Anonim.(2010d).http://www.scribd.com/doc/ROM Arikunto,Suharsimi.(1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Rineka Cipta. Jakarta.
SARAN
Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
1. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan literatur bagi perawat yang masih mengikuti pendidikan dan dapat dikembangkan dimasa yang akan datang melalui penelitian keperawatan. 2. Institusi Tempat Penelitian Perawat yang bekerja diruang fisioterapi di RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano, agar dapat memberikan penjelasan dalam bentuk pendidikan kesehatan atau pembelajaran yang tepat sehingga pasien stroke non haemorargi yang dalam terapi pemulihan dapat melakukan ROM Pasif maupun Aktif secara teratur.
Fatimah.D.N, (2009). Mencegah dan Mengatasi Stroke. Kujang Press. Yogyakarta. Hidayat. A.A.A dan Uliyah. M, (2004). Kebutuhan Dasar Manusia. Buku Kedokteran,EGC. Jakarta. Hidayat. A.A.A, (2007). Metodologi Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika. Jakarta. Hidayat. A.A.A, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia “Aplikasi dan Konsep Keperawatan”. Salemba Medika. Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Bersama ini perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1.
2.
3. 4.
5.
6.
Lukman
dan Ningsih. N, (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Salemba Medika. Jakarta.
Lumbantobing, (1994). Stroke Bencana Perdarahan Otak. FKUI. Jakarta.
Fanny Runtuwene, SE., selaku Ketua Yayasan Dharma Bakti Indonesia Tomohon yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas sarana dan prasarana. Bhikku DR. Dharma Surya Maha Stavira, MA, Msi, selaku Rektor UNSRIT yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas sarana dan prasarana. Moudy Lombogia, S.Kep.Ns., selaku Dekan Fakultas Keperawatan UNSRIT Reytha Rondonuwu, S.Kep.Ns., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Greiska Rotti, S.Kep. Ns., sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Dr. Maryani Suronoto,M.Biomed sebagai Direktur RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.
Mulyatsih dan Ahmad. A,( 2008). Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di rumah. FKUI. Jakarta. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Rasyid dan Soertidewi. L, (2007). Unit Stroke Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Suratum. Heryati dkk, 2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Sofwan. Rudianto,( 2010). Stroke dan Rehabilitasi Pasca Stroke. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
88