HUBUNGAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM KELUARGA TERHADAP NILAI MORAL, NORMA DAN ETIKA MAHASISWA STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Hendro Djoko Tjahjono STIKes William Booth, Jln. Cimanuk NO. 20 Surabaya ABSTRAK Pendidikan budi pekerti merupakan upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan perilaku agar anak mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, dan seimbang. Pendidikan budi pekerti bertujuan agar mereka memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk sebagai bekal bagi masa depannya. Banyaknya kasus-kasus tawuran remaja, narkoba dan bahkan kriminalisasi menjadi alasan bahwa pendidikan budi pekerti sangatlah penting, oleh karena itu pendidikan budi pekerti harus mendapat perhatian khusus dalam keluarga dan pendidikan formal seperti di kalangan kampus. Desain penelitian menggunakan metode cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa hubungan pendidikan budi pekerti dengan nilai moral, norma dan etika pada mahasiswa, metode yang digunakan adalah metode korelasional. Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa Stikes William Booth Surabaya yaitu 144 orang, dengan sampel sebanyak 63 orang. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 32 orang (51%) responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki moral baik, sebanyak 40 (64%) responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai norma yang baik, dan sebanyak 37 orang (59%) responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai etika yang baik. Diharapkan institusi pendidikan lebih memperhatikan pendidikan budi pekerti untuk meningkatkan nilai moral, norma dan etika melalui proses pembelajaran Kata kunci: pendidikan, budi pekerti, moral, norma, etika ABSTRACT Character education is the effort of forming, developing, upgrading, maintaining, and improving the behavior so that children are willing and able to carry out their life tasks in harmony, harmonious, and balanced. Character education aims to have a clean conscience, good play, and maintain morality in performing obligations towards God and towards fellow beings as a provision for the future. The number of cases of adolescent brawls, drugs and even criminalization is the reason that the education of character is very important, therefore the education of character must get special attention in the family and formal education as in the campus. The research design is using cross sectional method which aims to analyze the relationship of character education with moral, norm and ethics value to the students, the method used is correlation method. In this study population is a student Stikes William Booth Surabaya that is 144 people, with a sample of 63 people. The result of this research shows that 32 people (51%) have good character education and have good moral, as many as 40% (64%) have good character education and have good norm value and as many as 37 people (59%) of respondents have good character education and have good ethical values. It is expected that educational institutions pay more attention to moral education to improve moral values, norms and ethics through the learning process Keywords: education, character, moral, norm, ethics
PENDAHULUAN Perilaku serta budi pekerti dari para mahasiswa atau remaja saat ini perlu mendapat perhatian yang lebih dari berbagai kalangan terutama dalam dunia pendidikan. Nilai moral, norma ataupun etika mahasiswa atau remaja sangatlah memprihatinkan, tingkah laku dari seorang mahasiswa kini sudah jarang mencerminkan sebagai seorang yang terpelajar. Diantara mereka cenderung bertutur kata yang kurang baik, terkadang mereka bertingkah laku tidak sopan dan tidak lagi patuh terhadap orang tua maupun terhadap dosen. Penurunan perilaku ini tentu saja dipengaruhi oleh kondusif tidaknya pendidikan budi pekerti yang mereka dapatkan, baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, terlebih di lingkungan keluarga sebagai tempat yang pertama dan utama seseorang mendapat pendidikan. Keluarga sebagai lingkungan pertama tentu saja memiliki faktor yang penting dalam membentuk pola nilai moral, norma maupun etika seorang anak. Dalam hal ini diantaranya melalui perhatian, kasih sayang serta penerapan budi pekerti yang baik dari orang tua terhadap anaknya. Budi pekerti berasal dari 2 kata yaitu budi dan pekerti. Budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan, kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan, pelaksanaan atau perilaku, sehingga budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa Inggris disebtu ethics, sedangkan Balitbang Dikbud (1995) menjelaskan bahwa budi pekerti secara konsepsional adalah budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara. Kasus yang saat ini sering menimpa remaja seperti kasus tawuran antara pelajar,penyalahgunaan obat terlarang, pergaulan bebas, ugal-ugalan dan tindak kriminal lainnya yang makin meningkat. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan
kita sebagai bangsa Indonesia yang yang dikenal sebagai masyarakat yang beragama, beradab dan berbudaya. Hal ini membuktikan tentang menurunnya moralitas remaja yang menunjukkan kurang terserapnya pendidikan budi pekerti, sehingga pendidikan budi pekerti sebagai salah satu factor utama yang harus mendapat perhatian khusus dalam pendidikan terutama dalam keluarga, mengingat betapa pentingnya budi pekerti untuk terjaminnya moral bangsa yang baik. Pengertian pendidikan budi pekerti menurut Haidar (2004) adalah usaha sadar yang dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-nilai moral ke dalam sikap dan prilaku peserta didik agar memiliki sikap dan prilaku yang luhur dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan. Keberhasilan proses pendidikan budi pekerti harus dilakukan mulai dari lingkungan keluarga, dalam hal ini orang tua, lingkungan masyarakat memberikan ruangan kondusif bagi proses penanaman dan pembentukan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti akan membuat mahasiswa mampu untuk mengembangkan perasan,emosi yang dimiliki dan mampu mengekpresikan emosi diri sendiri,mampu menyampaikan siapa dirinya dan apa yang menjadi cita-cita hidupnya. Tiga unsur penting dalam pendidikan yaitu: (1) Pendidikan merupakan upaya pengembangan kemampuan pribadi dan prilaku, (2) Pendidikan merupakan proses sosial untuk yang ditujukan bagi penguasaan ketrampilan sosial dan perkembangan diri melalui wahana yang terselesai dan terkontrol, (3) Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memusatkan pada proses perubahan pribadi atau paling tepat pembentukan watak manusia. Pendidikan budi pekerti merupakan upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan perilaku agar anak mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, dan seimbang. Pendidikan budi pekerti bertujuan agar mereka memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk sebagai bekal bagi masa depannya. Budi pekerti merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui
kebiasaan. Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia.
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan umur Umur (thn) 17-18 > 18 Total
n 28 35 63
% 44 56 100
METODE Desain penelitian menggunakan metode cross sectional dengan tujuan peneliti untuk menganalisa hubungan pendidikan budi pekerti dengan nilai moral, norma dan etika pada mahasiswa, maka metode yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar variable Pada penelitian ini populasinya adalah mahasiswa Stikes William Booth Surabaya yaitu 144 orang, dengan sampel sebanyak 63 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bagian ini akan dipaparkan tentang hasil pengumpulan data dengan menggunakan instrument penelitian (kuesioner) yang telah dilakukan pada bulan Mei 2015. Pengambilan data dilakukan di kampus Stikes William Booth Surabaya pada mahasiswa tingkat II dan III dengan jumlah responden 63 orang. Data penelitian yang akan disajikan meliputi data umum (demografi) dan data khusus. Data umum terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, urutan anak, dan pekerjaan orang tua, sedangkan untuk data khusus meliputi pendidikan budi pekerti dalam keluarga terhadap norma, moral dan etika mahasiswa Stikes William Booth Surabaya. Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin N % Laki-laki 14 22 Perempuan 49 78 Total 63 100 Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 49 orang (78%).
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar umur responden >18 tahun sebanyak 35 orang (56%). Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan I (satu) II (dua) Total
n
%
31 32 63
49 51 100
Berdasarkan tabel diatas, responden terbanyak adalah tingkat II yaitu 32 orang (51%). Tabel 4. Karakteristik responden berdasarkan urutan anak Urutan Anak Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima Total
n 35 15 10 2 1 63
% 56 24 16 3 1 100
Berdasarkan tabel diatas, responden paling banyak adalah merupakan anak pertama yaitu 35 orang (56%).
Tabel 5. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua Pekerjaan Ortu Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Lainnya Total
n 13 41 3 5 1 63
% 21 65 4 8 2 100
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar pekerjaan orang tua responden adalah pegawai swasta yaitu 41 orang (65%).
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar nilai etika responden adalah baik yaitu 49 orang (77%).
Tabel 6. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan budi pekerti dalam keluarga Pendidikan n % Budi Pekerti Kurang 2 3 Cukup 15 24 Baik 46 73 Total 63 100
Tabel 10. Tabulasi silang pendidikan budi pekerti terhadap nilai moral Moral Kurang Cukup Baik Total Budi pekerti Kurang 0 1 0 1 (2%) (2%) Cukup 1 11 3 15 (2%) (18%) (5%) (25%) Baik 0 15 32 47 (25%) (51%) (74%) Total 1 27 35 63 (2%) (42%) (56%) (100%)
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar pendidikan budi pekerti responden adalah baik yaitu 46 orang (73%). Tabel 7. Karakteristik nilai moral Nilai Moral Kurang Cukup Baik Total
responden berdasaran n 2 28 33 63
% 3 45 52 100
Berdasarkan tabel diatas, sebagian nilai moral responden adalah baik yaitu 33 orang (52%). Tabel 8. Karakteristik responden berdasarkan nilai norma Nilai Norma n % Kurang 1 2 Cukup 15 24 Baik 47 74 Total 63 100 Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar nilai norma responden adalah baik yaitu 47 orang (74%). Tabel 9. Karakteristik responden berdasarkan nilai etika Nilai Norma n % Kurang 1 2 Cukup 13 21 Baik 49 77 Total 63 100
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai moral yang baik juga yaitu 32 orang (51%). Tabel 11. Tabulasi silang pendidikan budi pekerti terhadap nilai norma Norma Kurang Cukup Budi pekerti Kurang 0 2 (3%) Cukup 0 10 (16%) Baik 1 8 (2%) (12%) Total 1 20 (2%) (32%)
Baik
Total
0
2 (3%) 2 12 (3%) (19%) 40 49 (64%) (78%) 42 63 (66%) (100%)
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai norma yang baik juga yaitu 40 orang (64%).
Tabel 12. Tabulasi silang pendidikan budi pekerti terhadap nilai etika Norma Budi pekerti Kurang
Kurang
Cukup
0
Baik Total
0
1 (2%) 1 (2%)
Cukup
1 (2%) 6 (9%) 8 (12%) 15 (23%)
Baik
0 11 (16%) 37 (59%) 48 (75%)
Total
1 (2%) 17 (25%) 46 (73%) 63 (100%)
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai etika yang baik juga yaitu 37 orang (59%).
Pendidikan Budi Pekerti Dalam Keluarga Nilai Terhadap Moral Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai moral yang baik juga yaitu 32 orang (51%). Berdasarkan uji stastistik Chi Square Tests didapatkan nilai signifikasi p= 0,02 yang berarti H0 ditolak atau ada hubungan antara pendidikan budi pekerti dengan nilai moral. Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita, keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan dikeluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti (Suprajitno, 2004). Keluarga bertujuan menciptakan dan mempertahankan nilai-nilai moral sehingga anak akan terbekali sejak dini akan nilai-nilai moral tersebut dan ketika masuk dalam hubungan sosial anak menjadi lebih siap. Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi sosial dan individu tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat invidu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar moral, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan didalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari – hari manusia mempunyai ikatan yang tidak dapat di pisahkan dengan lingkungannya dan masyarakat sekitarnya untuk memenuhi untuk memenuhi keperluan
hidupnya. Ada berbagai norma, pola tingkah laku dan sistem nilai yang berlaku sebagai pengatur hubungan dalam sebuah keluarga, sehingga tercipta suasana kekeluargaan yang harmonis, penuh kesadaran, tanggung jawab, dan kesetiaan untuk berkorban serta penuh kasih sayang satu sama lainnya. (Soetjiningsih, 1995). Keberhasilan pendidikan anak tidak tergantung pada latar belakang kehidupan maupun status sosial, tetapi sangat dipengaruhi oleh peran keluarga yang menjadi montivator utama dalam menanamkan seperangkat keberhasilan yang perlu direncanakan demi masa depan. Peran keluarga dalam memberikan pendidikan budi pekerti pada anak sangat besar pengaruhnya terhadap nilai moral yang dia pegang, sehingga sejak dini orang tua sudah harus menanamkan nilai-nilai moral melalui pendidikan budi pekerti kepada anakanaknya.
Pendidikan Budi Pekerti Dalam Keluarga dengan Nilai Norma Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai norma yang baik juga yaitu 40 orang (64%). Berdasarkan uji stastistik Chi Square Tests didapatkan nilai signifikasi p= 0,02 yang berarti H0 ditolak atau ada hubungan antara pendidikan budi pekerti dengan nilai norma. Sikap, prilaku dan pola prilaku kehidupan yang baik melalui nilai-nilai norma terbentuk dengan latihan, tidak terjadi secara instan. Demikian juga dengan nilai norma yang dianut perlu dibiasakan dan dilatih, untuk itu pendidikan budi pekerti oleh keluarga perlu dilakukan sejak dini sehingga anak akan terbiasa dengan penanaman nilai norma oleh keluarga. Pedidikan budi pekerti yang diterapkan di masing-masing keluarga akan memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik,oleh karena itu dengan pendidikan budi pekerti seseorang akan terbiasa mengikuti,mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya dan berperan dalam membangun pribadi yang baik. Pendidikan budi pekerti dalam keluarga berguna untuk menyadarkan anak bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang
berlaku,sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. Pendidikan budi pekerti dalam keluarga adalah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Pendidikan budi pekerti dalam keluarga merupakan usaha mendukung proses yang diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang individu sehingga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian, akal dan pembentukan sikap serta nilai norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan budi pekerti dalam keluarga baik mampu memberikan dampak pada individu sehingga terciptanya pola pikir dan sikap yang baik, dan pada akhirnya akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang individu dalam bermasyarakat melalui nilai norma yang dimilikinya. Faktor utama pendidikan budi pekerti dalam keluarga adalah orangtua. Bentuk pendidikan budi pekerti melalui pengasuhan, dukungan, sikap orangtua terhadap anak semuanya dapat mempengaruhi proses berperilaku anak kedepannya. Pendidikan budi pekerti merupakan salah satu bentuk dukungan keluarga. Dukungan keluarga perlu diterapkan untuk terbentuknya perilaku sosial anak yang baik. (Hethrington & Parke,1999). Nilai norma yang ditanamkan orang tua melalui pendidikan budi pekerti sangat berguna untuk mengembangkan perilaku sosial yang baik. Melalui nilai norma yang ada perkembangan perilaku pada anak diarahkan untuk dapat kerjasama, tolong menolong, berbagi simpati, empati, dan saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu penerapan nilai norma yang perlu ditekankan adalah untuk ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan memiliki rasa senang dan periang, menjalin persahabatan, memiliki tata krama yang baik. Nilai norma yang paling penting diterapkan pada anak yakni untuk penyesuaian sosial yang memungkinkan anak dapat bergaul dengan teman-temannya. Kehangatan dari orang tua dalam mengasuh anak sangat penting dalam proses pendidikan budi pekerti dalam keluarga. Orangtua yang hangat dan penuh kasih, akan membuat anak merasa aman dan berusaha untuk mengerti, memahami dan menerapkan nilai norma yang diajarkan orang tua. Melalui pendidikan budi pekerti
akan membuat anak akan merasa nyaman dan menjalin hubungan yang baik dengan orang tua. Tujuan pendidikan budi pekerti ini salah satunya juga membuat anak mampu untuk mengatur dan memilih perilaku yang tepat dalam berhubungan sosial. Peran kontrol keluarga juga sangat berperan dalam menjaga hubungan sosial anak. Apabila orang tua konsisten dalam menerapkan nilai norma maka anak juga akan menerima dan menginternalisasi aturan-aturan yang berlaku dengan baik. Dalam penelitian ini pendidikan budi pekerti merupakan agen terbesar dan paling awal dalam perkembangan anak-anak, dimana pihak yang berpengaruh adalah orangtua. Pendidikan budi pekerti dalam keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan nilai norma yang membuat perkembangan perilaku pada anak. Keluarga memiliki hubungan yang relatif lama dengan anak sehingga pendidikan budi pekerti orang tua kepada anak sangat mempengaruhi nilai norma pada anak.
Pendidikan Budi Pekerti Dalam Keluarga dengan dan Nilai Etika Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan budi pekerti baik dan memiliki nilai etika yang baik juga yaitu 37 orang (59%). Berdasarkan uji stastistik Chi Square Tests didapatkan nilai signifikasi p= 0,02 yang berarti H0 ditolak atau ada hubungan antara pendidikan budi pekerti dengan nilai etika. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam suatu usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran itu sendiri, sedangkan pengertian pendidikan budi pekerti berdasarkan badan Pertimbangan Pendidikan Nasional diartikan sebagai sikap dan perilaku sehari-hari baik individu, keluarga, maupun masyarakat, bangsa yang mengandung nilai-nilai yang berlaku yang dianut dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan, integritas, dan kesinambungan masa depan dalam suatu sistem moral, dan yang menjadi pedoman perilaku manusia Indonesia untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan bersumber pada falsafah pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia. Pendidikan budi pekerti juga merupakan bantuan yang
nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat memberikan pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam pendidikan budi pekerti sebaiknya orang tua memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi dependent (ketergantungan) ke posisi independent (bersikap mandiri). Penerapan etika merupakan kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, nilai etika pada anak ini diarahkan untuk mengembangkan potensi diri anak dalam melakukan suatu hubungan dengan oranglain atau bermasyarakat, terutama juga mengenai etika profesi dimana mahasiswa akan menjadi seorang perawat yang berhubungan dengan pasien, keluarga, teman sejawat ataupun anggota team kesehatan lainnya yang memerlukan bentuk kerja sama yang baik. Nilai penerapan etika akan berkembang dengan baik ketika sejak dini anak telah dibekali dengan pendidikan budi pekerti oleh orang tua dalam keluarganya. Perkembangan nilai etika juga menyangkut perilaku sosial dimana menurut Bar-Tal dalam Martini Jamaris (2004) dalam buku Susanto 2012 Perilaku sosial diartikan sebagai perilaku yang dilakukan secara sukarela (voluntary), yang dapat menguntungkan atau menyenangkan orang lain tanpa antisipasi reward eksternal. Perilaku sosial ini dilakukan dengan tujuan yang baik seperti menolong, membantu, berbagi dan menyumbang. Dengan demikian, jelas bahwa pendidikan budi pekerti dalam keluarga sangat diperlukan untuk membentuk pribadi yang baik dari segi nilai moral, nilai norma maupun etika karena anak belajar pertama kali mengenai perilaku yang benar dan salah dari lingkungan rumah. Interaksi dalam keluarga memberikan makna pada latihan moral, norma maupun etikal mereka. Jika masuk ke dalam suatu hubungan, anak harus mentaati aturan misalnya kejujuran. Tugas orang tua dalam melakukan pendidikan budi pekerti adalah memperkenalkan aturan-aturan permainan dan memberikan teguran kepada anak ketika anak melanggar aturan tersebut. Dengan interaksi tersebut anak akan menyadari bahwa dirinya akan diterima oleh kelompok masyarakat ketika dia mentaati nilai-nilai
yang dimiliki oleh kelompok tersebut. Tugas orang tua: Membantu mengenali potensi dan kemampuan anak. Memberikan latihanlatihan tertentu jika anak merasa tidak mampu. Memberikan penjelasan tentang manfaat berbuat baik, dan menjelaskan akibat bila berbuat tidak baik. Penanaman nilai-nilai melalui pendidikan budi pekerti keluarga begitu penting untuk meletakkan dasar-dasar kepribadian yang akan memberi warna ketika seorang anak kelak menjadi dewasa. Karena itu, kualitas pada pola-pola pendidikan oleh orang tua sangat penting, sehingga pemahaman orang tua akan hal tersebut harus menjadi perhatian. Keluarga memiliki peranan utama didalam mengasuh anak, di segala norma dan etika yan berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budayanya dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari generasi-generasi yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Keluarga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan, moral individu juga menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan. Keluarga, kembali mengmbil peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pendidikan budi pekerti dalam keluarga terhadap nilai moral mahasiswa serta ada hubungan pendidikan budi pekerti dalam keluarga terhadap nilai norma mahasiswa Stikes William Booth Surabaya. Begitu juga dengan pendidikan pekerti keluarga dan etika terdapat hubungan.
SARAN Diharapkan dengan adanya penelitian mengenai hubungan pendidikan budi pekerti dalam keluarga terhadap nilai moral, nilai norma dan nilai etika mahasiswa bagi institusi dapat sebagai bahan masukan agar sebagai institusi pendidikan lebih memperhatikan pendidikan budi pekerti untuk meningkatkan nilai moral, norma dan
etika melalui proses pembelajaran. Sedangkan bagi orang tua dengan adanya penelitian ini diharapkan orang tua dapat lebih meningkatkan kualitas pendidikan budi pekerti kepada anaknya sehingga terbentuk kepribadian anak yang baik dari segi nilai moral, norma dan etika. Bagi peneliti selanjutnya, dengan adanya penelitian hubungan pendidikan budi pekerti dalam keluarga terhadap nilai moral, nilai norma dan nilai etika mahasiswa Stikes William Booth Surabaya diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang sama dengan memperbaiki keterbatasan yang dimiliki peneliti sebelumnya serta dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Agustiani, Dr. Hendriani, 2006, Psikologi Perkembangan Bandung: PT Refika Aditama Alimul, Azis. 2003. Riset Keperawatan Sebuah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:Salemba media. Arikunto, S . 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka cipta. Azwar, Syaifuddin, 2013, Penyusunan Skala psikologi, Yogyakarta, Pustaka pelajar Bandman, Elsie L, 1995, Nursing Ethics Through The life Span 3ᵈ Edition, America Tage Publishing Service Bishop, Ane dan John Scudder, 2006, Etika Keperawatan, Jakarta; EGC Daroeso, Drs. Bambang, 1998, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, Semarang; Aneka Ilmu Effendy, Drs. Nasrul, 1997, Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta; EGC Friedman, Marilyn M, 1995, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Jakarta, ECG Gunarasa, Prof, Dr Singgih, 2000, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Airlangga Hurlock, Elizabeth B, 1980, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Airlangga Ismani, SKM, Hj.Nila, 2001, Etika Keperawatan Apikasi Pada Praktek, Jakarta Widya Medika Muchtar, Odang, 1989, Dasar-dasar Kependidikan, Bandung, Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.: Jakarta: Salemba Media. Suhaemi, Dra.Hj Mimin Emi, 2004, Etika Keperawatan, Jakarta, ECG Suprajitno,Skp, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktek, Jakarta, EGC