HUBUNGAN PELAKSANAAN KONSELING ASI TERHADAP ANGKA CAKUPAN ASI EKSKLUSIF DI KOTA TEGAL TAHUN 2014 Vinka Aennie Widiastuti Program Studi Diploma IV STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT Counseling is a process of giving assistance to others in making decision making or solving a problem through understanding the facts, expectations, needs and feelings of a client. The standard of counseling about exclusive breastfeeding is a step by providing counseling to the patient sequentially. To increase the target of coverage number of exclusive breastfeeding ,a midwife's role is to give breastfeeding counseling, but it is not all midwives provide counseling and care activities of breastfeeding care have not been implemented. The purpose of this study is to determine the relationship between the implementation of breastfeeding counseling with the coverage number of exclusive breastfeeding integral in 2014. This study used analytical study, by using cross sectional approach. Statistical analysis used Chi Square. The population in this study was all midwives in Tegal as many as 53 midwives, the samples were determined by using total sampling as many as 53 respondents and data collecting used the questionnaires. The results showed that most midwives carried out less counseling of breastfeeding and the coverage number of exclusive breastfeeding was in less category of 42 midwives (93.3%), in good category of 3 midwives (6.7%). The midwives who implemented good in counseling of breastfeeding and the coverage number of exclusive breastfeeding was in less category of 4 midwives (50%), in good category of 4 midwives (50.0%). The results of the analysis using Fisher Exact test showed that pvalue was 0.007. Therefore, p-value = 0.007<α (0.05) Thus, there was a relationship between the implementation of breastfeeding counseling with the coverage number of exclusive breastfeeding in Tegal. The suggestion for midwives is to be able to improve the quality in providing counseling of exclusive breastfeeding systematically and based on Standard Operating Procedures to include attractive media so that the mothers can be enthusiastic in receiving counseling from midwives. Keywords : Midwives’ Behavior, exclusive breastfeeding, Counseling, Counseling of exclusive breastfeeding
PENDAHULUAN Pemerintah mencanangkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan melanjutkan sampai usia 2 tahun. Peraturan tersebut termuat dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, PP No. 33 tahun 2013 tentang ASI Eksklusif, PERMENKES No. 15 tahun 2013 tentang tata cara penyediaan fasilitas menyusui, dan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 3 tahun 2010 tentang penerapan sepuluh langkah keberhasilan menyusui. Pemberian ASI Eksklusif perlu mendapat perlindungan dari pemerintah karena ASI
mempunyai banyak manfaat bagi ibu, bagi bayi maupun bagi Negara (PERINASIA, 2011). Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Wewenang tersebut meliputi Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak, Pelayanan Keluarga Berencana, Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Kepmenkes No. 900 /Menkes /SK / VII/ 2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/ VI/ 1996. Tugas bidan yaitu melakukan kolaborasi, konsultasi dan
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
1
merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya (Mufdillah, 2012). Bidan sebagai tenaga kesehatan mempunyai andil sangat besar terhadap tercapainya program ASI eksklusif. Bidan sangat popular di kalangan ibu-ibu. Wanita melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan mengandalkan bidan untuk membantu proses kelahiran. Bidan lebih dikenal ibu hamil dibandingkan dengan dokter kandungan, sehingga dukungan bidan cukup penting di dalam mensosialisasikan program pemberian ASI Eksklusif. Sebagai bagian dari tenaga kesehatan bidan diwajibkan memberikan pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif dengan melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan tindak lanjut dukungan pemberian ASI eksklusif (Harian Analisa, 2013). Pencapaian manfaat yang optimal dalam pemberian ASI Eksklusif mengalami beberapa hambatan.Faktor yang menghambat pemberian ASI Eksklusif yaitu rendahnya pengetahuan ibu dan anggota keluarga lainnya tentang manfaat ASI, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan tenaga kesehatan terutama bidan, social budaya, ibu bekerja, dengan caranya pemasaran susu formula (Dinkes Jateng, 2012). Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada factor perilaku ini sangat strategis. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Perilaku pemberian ASI Eksklusif secara global masih rendah, dilihat dari cakupan pemberian ASI. Berdasarkan data dari WHO pada bulan februari 2014 secara umum kurang dari 40% bayi di bawah 6 bulan diberikan ASI Eksklusif. Konseling dan dukungan yang adekuat perlu diberikan kepada ibu dan keluarga untuk memulai dan mempertahankan praktik pemberian ASI Eksklusif. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap system pelayanan
2
kesehatan baik system pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan (Wawan, 2010). Konsep umum menurut Lawrence Green (1990), dalam buku Mufdillah (2012), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) perilaku meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan persepsi. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) perilaku meliputi lingkungan dan fasilitas dari sarana kesehatan. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) perilaku meliputi perilaku bidan. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, WHO (World Health Organization) merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) seharusnya diberikan setelah bayi berumur 6 bulan dan pemberian ASI disarankan untuk dilanjutkan hingga bayi berumur 2 tahun. Definisi menurut WHO tentang ASI Eksklusif menyebutkan pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (Maryunani, 2010). Pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/ MENKES/ IV/ 2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia ditetapkan bahwa “ Pemberian ASI Eksklusif bagi bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai”. Kajian UNICEF Indonesia yang tertulis pada Profil Jateng pada Oktober 2012, menunjukkan bahwa kurang dari tiga bayi di bawah enam bulan diberi ASI Eksklusif. Cakupan pemberian ASI di Indonesia ditunjukkan dengan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 bahwa cakupan ASI Eksklusif di Indonesia saat ini masih mencapai 61,5% dari target nasional seharusnya 80%. Perilaku pemberian ASI Eksklusif cenderung menurun terbukti dengan Profil Kesehatan Jawa Tengah (2012) yang menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif di Jawa
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
Tengah hanya sekitar 25,6%, menurun dibandingkan tahun 2011 yaitu 45,18% jauh dari target Jawa Tengah yaitu 80%. Keberhasilan cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal dibandingkan angka Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2010 dimana target bayi mendapat ASI Eksklusif adalah 80% hasilnya masih cukup jauh yaitu 38,89% (Dinas Kesehatan Kota Tegal, 2012). Cakupan pemberian ASI pada tahun 2012 di Kota Tegal 38,89%, meningkat jika dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2011 sebesar 11,6% namun masih di bawah target nasional sebesar 80%. Kota Tegal terdiri dari 4 Kecamatan dengan 8 Puskesmas. Dari 8 Puskesmas terdapat cakupan ASI Eksklusif sebagai berikut: Puskesmas Tegal Barat (66,67%), Puskesmas Debong Lor (44,86), Puskesmas Tegal Timur (60,24), Puskesmas Slerok (41,29), Puskesmas Tegal Selatan (54,55%), Puskesmas Bandung (35,07%), Puskesmas Margadana (36,23%), dan Puskesmas Kaligangsa (44,44%). Berdasarkan wawancara kepada salah satu informan seorang bidan yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Maret 2014 didapatkan informasi bahwa tidak semua bidan melakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif, kegiatan peduli ASI pun belum dilaksanakan sepenuhnya sehingga ibu yang mempunyai bayi selalu memberikan susu formula. Ibu tidak memberikan ASI Eksklusif didasari dengan pengetahuan ibunya yang kurang sehingga ibu mencukupi kebutuhan bayinya dengan memberikan susu formula. Berdasarkan dari fenomena di atas peneliti ingin menggali lebih dalam tentang perilaku bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif, sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI Terhadap Angka Cakupan Asi Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014“. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek penelitian hanya dilakukan satu kali saja pengamatan selama penelitian. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kota Tegal pada bulan Desember 2014. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan di desa Kota Tegal sejumlah 53 bidan desa. Sampel Pengumpulan sampel pada penelitian ini menggunakan tehnik total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel yaitu seluruh bidan di desa Kota Tegal sebanyak 53 bidan. Variabel Penelitian Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel independen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan konseling ASI Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah angka cakupan ASI Eksklusif. Analisis Data Analisa Univariat Analisis ini digunakan untuk menggambarkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu pelaksanaan konseling ASI dan angka cakupan Asi Eksklusif. Analisa Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan adalah tabulasi silang antara dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Analisis bivariat yang digunakan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan konseling ASI terhadap angka cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2015 adalah menggunakan Chi Square. Penentuan diterima atau tidaknya uji statistik, dengan cara membandingkan nilai p dengan α (0,005 atau 5%).
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
3
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Pelaksanaan Konseling ASI Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pelaksanaan Konseling ASI pada Bidan Desa di Kota Tegal Tahun 2014 Pelaksanaan Frekuensi Persentase Konseling ASI (%) Kurang 45 84,9 Baik 8 15,1 Jumlah 53 100,0 Berdasarkan Tabel 1 di atas hasil penelitian menunjukkan frekuensi pelaksanaan konseling ASI pada bidan desa di Kota Tegal Tahun 2014 didapatkan sebagian besar pelaksanaan konseling ASI kategori kurang sebanyak 45 bidan (84,9%). Sisanya hanya 8 bidan (15,1%) menunjukan bahwa sebagian kecil pelaksanaan konseling ASI dalam kategori baik.
Cakupan ASI Eksklusif Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Angka Cakupan ASI Eksklusif pada Bidan Desa di Kota Tegal Tahun 2014 Angka Cakupan Frekuensi Persentase ASI Eksklusif (%) Kurang 46 86,8 Baik 7 13,2 Jumlah 53 100,0 Berdasarkan Tabel 2 di atas hasil penelitian menunjukkan frekuensi angka cakupan ASI Eksklusif pada bidan desa di Kota Tegal Tahun 2014 didapatkan sebagian besar angka cakupan ASI Eksklusif dalam kategori kurang sebanyak 46 bidan (86,8%). Sisanya hanya 7 bidan (13,2%) menunjukkan bahwa sebagian kecil angka cakupan ASI Eksklusif dalam kategori baik. Hal ini sesuai dengan patokan standar angka cakupan ASI Eksklusif yang dituliskan di Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014) bahwa target angka cakupan ASI Eksklusif di Indonesia yaitu 80%.
Analisis Bivariat Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI dengan Angka Cakupan ASI Eksklusif Tabel 3. Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI dengan Angka Cakupan ASI Eksklusif pada Bidan Desa di Kota Tegal Tahun 2014 Angka Cakupan ASI Eksklusif Total Pelaksanaan Konseling p-value ASI Kurang Baik f % f % f % Kurang 42 93,3 3 6,7 45 100 0,007 Baik 4 50,0 4 50,0 8 100 Jumlah 46 86,8 7 13,2 53 100 Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitian tentang Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI Terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif Di Kota Tegal Tahun 2014 didapatkan hasil bahwa bidan yang melaksanakan konseling ASI kurang dan angka cakupan ASI eksklusif dalam kategori kurang sejumlah 42 bidan (93,3%) dan dalam kategori baik sejumlah 3 bidan (6,7%). Pada bidan yang melaksanakan konseling ASI baik dan angka cakupan ASI eksklusif dalam kategori kurang sejumlah 4 bidan (50%) dan dalam kategori baik sejumlah
4
4 bidan (50,0%). Ini menunjukkan bahwa angka cakupan ASI eksklusif dalam kategori baik lebih banyak terjadi pada bidan yang melaksanakan konseling ASI dengan baik dibandingkan yang kurang. Berdasarkan uji Fisher Exact diperoleh pvalue 0,007. Oleh karena p-value = 0,007< α (0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan konseling ASI terhadap angka cakupan ASI eksklusif pada bidan desa di Kota Tegal.
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
PEMBAHASAN Analisis Univariat Pelaksanaan Konseling ASI Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pelaksanaan konseling ASI pada bidan desa di Kota Tegal Tahun 2014 didapatkan sebagian besar pelaksanaan konseling ASI kategori kurang sebanyak 45 bidan (84,9%). Sisanya hanya 8 bidan (15,1%) menunjukkan bahwa sebagian kecil pelaksanaan konseling ASI dalam kategori baik. Pelaksanaan konseling ASI kategori kurang sebanyak 45 bidan (84,9%) dikarenakan responden dalam menyampaikan konseling kurang jelas. Hal ini diperkuat dari jawaban responden tentang pengertian ASI Eksklusif sebanyak (65,09%), tentang zat kekebalan dalam ASI sebanyak (50,94%), tentang komposisi ASI sebanyak (50,94%), tentang cara memperbanyak produksi ASI sebanyak (50%), tentang cara penyimpanan ASI sebanyak (50%), tentang cara penerapan ASI Eksklusif pada ibu bekerja sebanyak (47,16%), tentang melakukan evaluasi dengan menanyakan kembali yang sudah dijelaskan sebanyak (39,62%), tentang menjelaskan secara sistematis sebanyak (52,83%) dan tentang pendokumentasian sebesar (5,66%). Pentingnya bidan memberikan penjelasan yang adequate berkaitan dengan konseling ASI Eksklusif, bertujuan untuk merubah pandangan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif yang akan diberikan untuk bayi dari berumur 0-6 bulan. Maka secara simulatif akan menumbuhkan sikap dan motivasi ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif. Responden yang tidak jelas dalam menjelaskan pengertian ASI Eksklusif yang di berikan kepada bayi dari umur 0-6 bulan tanpa makanan/ minuman tambahan, ibu menyusui bisa saja tidak mengerti tentang ASI Eksklusif sehingga ibu menyusui tidak menyusui bayi nya secara ASI Eksklusif. Responden yang tidak jelas dalam menjelaskan zat kekebalan dalam ASI sangat berpengaruh terhadap ibu menyusui dikarenakan ibu menyusui beranggapan bahwa bayi yang diberikan ASI Eksklusif saja akan mudah sakit dan tidak gemuk padahal hal ini zat kekebalan ASI mengandung zat bifidus untuk proses perkembangan bakteri yang menguntungkan, mencegah bakteri yang
merugikan, mengandung zat anti polio dan mengandung zat-zat yang merugikan yang masuk ke dalam peredaran darah. Responden tidak jelas dalam menjelaskan komposisi ASI sangat berpengaruh kepada ibu menyusui dikarenakan pengetahuan ibu yang kurang tentang komposisi ASI sehingga ibu menyusui beranggapan bahwa lebih baik bayi diberikan susu formula dibandingkan diberikan ASI saja padahal hal ini komposisi ASI mengandung kolostrum, air susu masa peralihan, dan air susu matur. Kurangnya penjelasan responden tentang cara memperbanyak ASI sangat berpengaruh terhadap ibu menyusui sehingga ibu menyusui yang payudaranya kurang lancar mengeluarkan ASI akan memberikan susu formula kepada bayinya. Responden kurang menjelaskan tentang cara menyimpan ASI sehingga ibu menyusui tidak mengerti tentang cara menyimpannya sehingga kebanyakan ibu menyusui membuang ASI begitu saja apabila ASI sudah lama. Responden tidak jelas dalam menjelaskan cara penerapan ASI Eksklusif pada ibu bekerja sehingga ibu yang bekerja tidak memberikan ASI kepada bayinya secara ASI Eksklusif. Responden tidak mengevaluasi apakah klien sudah mengerti tentang ASI Eksklusif sehingga sebagian ibu menyusui yang pengetahuannya kurang dan kurang mengerti tentang ASI Eksklusif tidak bertanya kembali kepada responden. Responden kurang sistematis dalam menyampaikan konseling ASI Eksklusif sehingga ibu menyusui bingung pada saat responden melakukan konseling. Responden tidak melakukan pendokumentasian padahal pendokumentasian sangat penting untuk bahan laporan yang akan disetorkan ke Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Menurut IBI (2006) salah satu perilaku profesional dari bidan yaitu penggunaan keterampilan berkomunikasi dan pemberian penjelasan yang menyeluruh kepada pasien tentang kondisi kesehatannya dan upaya peningkatan derajat kesehatannya. Pelaksanaan konseling ASI kategori baik sebanyak 8 bidan (15,1%) dikarenakan responden dalam menyampaikan konseling jelas. Hal ini diperkuat dari jawaban responden tentang menyambut klien dan keluarga sebanyak (100%), tentang memperkenalkan diri sebanyak (71,69%), tentang mempersilahkan duduk dan komunikatif sebanyak (73,58%), tentang tujuan dan maksud konseling sebanyak (69,81%), tentang
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
5
merespon reaksi klien sebanyak (79,24%), tentang apersepsi ASI Eksklusif sebanyak (75,47%), tentang manfaat ASI Eksklusif sebanyak (66,98%), tentang cara pemerasan ASI sebanyak (74,52%), tentang menggunakan bahasa yang mudah dipahami sebanyak (98,11%), tentang memberikan kesempatan klien untuk bertanya sebanyak (67,92%) dan tentang percaya diri dan ragu-ragu sebanyak (70,75%). Responden dengan ramah menyambut klien dan keluarga, responden dengan jelas memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga, responden mempersilakan duduk dan sangat berkomunikatif terhadap klien dan keluarga sangat berdampak positif sehingga klien dan keluarga merasa senang. Responden dengan jelas menjelaskan tujuan dan maksud konseling ASI Eksklusif sehingga klien mengerti bahwa tujuan dan maksud konseling ASI Eksklusif yang akan diberikan oleh responden akan berdampak baik untuk klien mengenai ASI Eksklusif. Responden dengan tepat merespon klien sehingga klien mengerti tentang penjelasan yang baik dan benar dari responden. Responden dengan jelas menanyakan apersepsi tentang ASI Eksklusif terhadap klien sehingga responden mengerti sejauh mana responden mengerti tentang pentingnya ASI Eksklusif. Responden dengan jelas memberikan konseling tentang manfaat ASI Eksklusif bahwa ASI Eksklusif bermanfaat untuk daya tahan tubuh bayi, nutrisi bayi, meningkatkan kecerdasan bayi, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi sehingga ibu menyusui memberikan ASI Eksklusif terhadap bayi dari bayi berumur 0-6 bulan. Responden dengan jelas menjelaskan cara pemerasan ASI sehingga ibu menyusui mengerti tentang cara pemerasan ASI dan klien akan mempraktekkannya di rumah. Responden menjelaskan konseling ASI Eksklusif kepada klien menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga klien dapat mengerti tentang konseling yang telah disampaikan oleh responden. Responden menanyakan kembali kepada klien apabila klien tidak mengerti tentang konseling yang telah diberikan. Responden percaya diri dan tidak ragu-ragu dalam memberikan konseling ASI Eksklusif sehingga klien dengan jelas mengerti apa yang telah disampaikannya. Hal ini sesuai dengan teori Wulandari (2009) yaitu konseling adalah proses
6
pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Nur fitriyani (2012) tentang adanya hubungan antara peran bidan dengan pemberian ASI secara eksklusif menggunakan uji Chi Square dengan p value 0,033. Dari hasil penelitian Yesie Aprillia (2009) hasil uji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan uji chi-square menghasilkan pvalue sebesar 0,235 (p>0,05), berarti Ho diterima dan Ha ditolak yang dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel sikap dengan variabel persepsi proses sosialisasi program IMD dan ASI eksklusif. Angka Cakupan ASI Eksklusif Dari hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi Berdasarkan tabel 4.2 di atas hasil penelitian menunjukkan frekuensi angka cakupan ASI Eksklusif pada bidan desa di Kota Tegal Tahun 2014 didapatkan sebagian besar angka cakupan ASI Eksklusif dalam kategori kurang sebanyak 46 bidan (86,8%). Sisanya hanya 7 bidan (13,2%) menunjukkan bahwa sebagian kecil angka cakupan ASI Eksklusif dalam kategori baik. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan angka cakupan ASI Eksklusif kurang. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden bahwa 86,8,8% dengan angka cakupan ASI Eksklusif kurang dan 13,2% dengan angka cakupan ASI Eksklusif baik. Faktor-faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa angka cakupan ASI Eksklusif dikatakan kurang dengan ditunjukkan dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden bahwa 46 bidan (86,8%) yang angka cakupan ASI Eksklusifnya kurang dari 80% disebabkan karena kurangnya ibu yang menyusui bayinya secara ASI Eksklusif, bidan tidak memberikan konseling tentang ASI Eksklusif secara jelas, pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif, banyaknya promosi tentang susu formula sehingga ibu yang mempunyai bayi tidak memberikan ASI secara Eksklusif dan kurangnya kesadaran ibu tentang pentingnya pemenuhan zat yang terdapat di dalam ASI. Faktor-faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa angka cakupan ASI
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
Eksklusif dikatakan baik ditunjukkan dari hasil kuesioner yang diisi oleh responden bahwa 7 bidan (13,2%) yang angka cakupan ASI Eksklusifnya ≥ 80% disebabkan karena bidan memberikan konseling tentang ASI Eksklusif secara jelas sehingga ibu menyusui bayinya secara ASI Eksklusif, pengetahuan ibu yang mengerti tentang ASI Eksklusif dan mendapat dukungan atau motivasi dari suami dan keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, angka cakupan ASI Eksklusif baik dikarenakan ibu menyusui mendapatkan informasi selain dari bidan yang memberikan konseling tentang ASI Eksklusif tetapi ibu menyusui mendapatkan informasi dari radio, televisi, surat kabar, dan ibu bekerja yang menyusui mendapatkan informasi lewat internet. Hal ini sesuai dengan patokan standar angka cakupan ASI Eksklusif yang dituliskan di Kementrian Kesehatan Republik Indonesia(2014) bahwa target angka cakupan ASI Eksklusif di Indonesia yaitu 80%. Analisis Bivariat Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI Terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif Di Kota Tegal Tahun 2014 Berdasarkan uji Fisher Exact didapat p-value 0,007. Oleh karena p-value (0,007)< α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan pelaksanaan konseling ASI terhadap angka cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling ASI yang baik cenderung akan memiliki angka cakupan ASI Eksklusif yang baik pula. Hasil penelitian tentang hubungan pelaksanaan konseling ASI Terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif Di Kota Tegal Tahun 2014 didapatkan hasil bahwa bidan yang melaksanakan konseling ASI kurang dan angka cakupan ASI eksklusif dalam kategori kurang sejumlah 42 bidan (93,3%) dan dalam kategori baik sejumlah 3 bidan (6,7%). Pada bidan yang melaksanakan konseling ASI baik dan angka cakupan ASI eksklusif dalam kategori kurang sejumlah 4 bidan (50%) dan dalam kategori baik sejumlah 4 bidan (50,0%). Ini menunjukkan bahwa angka cakupan ASI eksklusif dalam kategori baik lebih banyak terjadi pada bidan yang melaksanakan konseling ASI dengan baik dibandingkan yang kurang.
Disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan konseling ASI terhadap angka cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014. Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan konseling ASI terhadap angka cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014, karena bidan yang baik dalam menyampaikan KIE ASI Eksklusif akan memberikan motivasi kepada ibu yang mempunyai bayi untuk memberikan ASI secara ASI Eksklusif. Hal ini secara simulatif menjelaskan bahwa pada saat bidan tidak memberikan KIE konseling tentang ASI Eksklusif dengan jelas maka ibu yang mempunyai bayi akan menganggap bahwa ASI Eksklusif tidak penting untuk dikonsumsi secara rutin selama bayi berumur 0-6 bulan. Angka cakupan ASI Eksklusif dikatakan kurang disebabkan karena kurangnya ibu yang menyusui bayinya secara ASI Eksklusif. Bidan tidak memberikan konseling tentang ASI Eksklusif dengan jelas, pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI Eksklusif, banyaknya promosi tentang susu formula sehingga ibu yang mempunyai bayi tidak memberikan ASI secara Eksklusif dan kurangnya kesadaran ibu tentang pentingnya pemenuhan zat yang terdapat didalam ASI. Penelitian ini juga menunjukkan adanya angka cakupan ASI Eksklusif yang baik walaupun mendapatkan pelaksanaan konseling ASI kurang yaitu 3 bidan (6,7%). Sedangkan pelaksanaan konseling ASI yang baik dan angka cakupan ASI Eksklusif dalam kategori baik sebanyak 4 bidan (50%) dan kategori kurang sebanyak 4 bidan (50%). Hal itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sesuai teori Laurance Green dalam Mufdillah (2012) yang menyebutkan bahwa perilaku dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, persepsi, lingkungan, fasilitas dari sarana kesehatan dan perilaku bidan. Perilaku petugas kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan individu, kelompok, atau masyarakat. Dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku masyarakat menuju arah derajat kesehatan lebih baik. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberi informasi, memberikan kesadaran,
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
7
dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan oleh petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010) Bidan seharusnya memberikan kepekaan yang tinggi dalam masyarakat. Bidan akan sangat dihormati oleh masyarakat karena bidan sebagai referensi kesehatan dalam masyarakat. Apa yang dikatakan oleh bidan akan dilakukan oleh ibu, termasuk dalam memberikan konseling ASI sehingga angka cakupan ASI Eksklusif baik. Salah satu bentuk perilaku yang dapat dilakukan bidan dalam memberikan konseling ASI Eksklusif adalah dengan pemberian motivasi dan konseling kesehatan secara sistematis yang berdasarkan Standar Operasional Prosedur tentang konseling ASI Eksklusif, sehingga ibu menyusui bayi dari bayi berumur 0-6 bulan. Konseling dari bidan berupa informasi yang adekuat dan terus menerus tentang pentingnya ASI Eksklusif maka akan mendapatkan angka cakupan ASI Eksklusif yang baik dibandingkan dengan bidan yang jarang memberikan konseling ASI Eksklusif dan tidak memberikan konseling dengan jelas akan mendapatkan angka cakupan ASI Eksklusif yang kurang. Faktor-faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa konseling ASI kurang tetapi angka cakupan ASI Eksklusif kurang sebanyak 42 bidan (93,3) yaitu bidan memberikan konseling yang tidak jelas, bidan yang tidak melakukan pelatihan konseling ASI Eksklusif, pengetahuan bidan yang kurang dalam memberikan ASI Eksklusif ada hubungannya dengan angka cakupan ASI Eksklusif yang kurang karena ibu menyusui tidak memberikan secara ASI Eksklusif memberikan ASI kepada bayinya, pengetahuan ibu menyusui yang kurang tentang ASI Eksklusif dan ibu menyusui beranggapan bahwa bayi yang diberikan susu formula lebih sehat dan gemuk daripada bayi yang diberikan ASI saja. Faktor-faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa konseling ASI kurang tetapi angka cakupan ASI Eksklusif baik sebanyak 3 bidan (6,7%) yaitu bidan memberikan konseling yang tidak berdasarkan standar konseling ASI Eksklusif, bidan yang tidak melakukan pelatihan konseling ASI Eksklusif, pengetahuan bidan yang kurang dalam memberikan ASI Eksklusif tetapi didapatkan angka cakupan ASI Eksklusif yang baik dikarenakan ibu menyusui tidak
8
mendapatkan informasi dari bidan tentang ASI Eksklusif tetapi ibu menyusui mendapatkan informasi dari radio, televisi, surat kabar, dan ibu bekerja yang menyusui mendapatkan informasi lewat internet. Faktor-faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa konseling ASI baik tetapi angka cakupan ASI Eksklusif kurang sebanyak 4 bidan (50%) yaitu bidan dalam memberikan konseling ASI berdasarkan standar konseling ASI Eksklusif, bidan dalam memberikan konseling menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh ibu, bidan melakukan pelatihan konseling ASI Eksklusif tetapi didapatkan angka cakupan ASI Eksklusif yang kurang dikarenakan ibu menyusui tidak melakukan program ASI Eksklusif untuk menyusui bayi nya dari berumur 0-6 bulan, pengetahuan ibu menyusui yang kurang tentang ASI Eksklusif dan ibu menyusui beranggapan bahwa bayi yang diberikan susu formula lebih sehat dan gemuk daripada bayi yang diberikan ASI saja. Faktor-faktor yang didapatkan peneliti yang mengatakan bahwa konseling ASI baik dan angka cakupan ASI Eksklusif baik sebanyak 4 bidan (50%) yaitu bidan dalam memberikan konseling ASI berdasarkan standar konseling ASI Eksklusif, bidan dalam memberikan konseling menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh ibu, bidan melakukan pelatihan konseling ASI Eksklusif dan didapatkan angka cakupan ASI Eksklusif yang baik dikarenakan ibu menyusui mendapat informasi dari bidan tentang ASI Eksklusif, ibu menyusui mengerti tentang pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi, ibu menyusui mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif tidak hanya dari bidan saja tetapi ibu menyusui mendapatkan informasi tentang ASI Eksklusif dari radio, televisi, surat kabar, internet dan ibu tidak beranggapan bahwa tanpa ASI bayi akan tidak sehat dan tidak gemuk. Ada hubungan apabila bidan dalam memberikan konseling tentang ASI Eksklusif baik akan didapatkan angka cakupan ASI Eksklusif baik. Hal ini sesuai dengan teori Wulandari (2009) yaitu konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien. Hal ini juga sesuai dengan patokan standar angka cakupan ASI Eksklusif yang
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
dituliskan di Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014) bahwa target angka cakupan ASI Eksklusif di Indonesia yaitu 80%. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Nur fitriyani (2012) tentang adanya hubungan antara peran bidan dengan pemberian ASI secara eksklusif menggunakan uji Chi Square dengan p value 0,033. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang ditemui dalam penelitian adalah keterbatasan waktu responden untuk menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner yang menjadikan responden menjawab pertanyaan tidak teliti dikarenakan pada saat peneliti memberikan kuesioner dan bidan mengisi kuesioner, bidan melayani pasien terlebih dahulu baru melanjutkannya, peneliti tidak melihat secara langsung responden dalam memberikan konseling ASI Eksklusif, dan kuesioner masih menggunakan bahasa yang baku. KESIMPULAN Sebagian besar pelaksanaan konseling ASI kurang yaitu sebanyak 45 bidan (84,9%). Untuk angka cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal tahun 2014 didapatkan bahwa sebagian besar angka cakupan ASI Eksklusif kurang yaitu sebanyak 46 bidan (86,8%). Ada hubungan antara Pelaksanaan Konseling ASI Terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif Di Kota Tegal Tahun 2014 diperoleh hasil p value 0,007 ( SARAN Institusi pendidikan hendaknya dapat menjadi wacana atau acuan dalam persiapan untuk mahasiswa berikutnya dalam menyusun skripsi serta menambah referensi dan sumber pustaka di perpustakaan kampus mengenai hubungan pelaksanaan konseling ASI terhadap angka cakupan ASI Eksklusif. Bidan hendaknya dapat membantu atau memotivasi ibu menyusui dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayi dari bayi berumur 0-6 bulan dengan memberikan konseling tentang ASI Eksklusif sehingga ibu menyusui lebih antusias dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan untuk pedoman dalam meneliti
lebih lanjut tentang hubungan pelaksanaan konseling ASI terhadap angka cakupan ASI Eksklusif dengan mengkaji aspek atau variabel yang lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Aprillia, Yosie. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten.
. [2] Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. [3] Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. [4] Ariwati, Dili. 2014. Hubungan Dukungan Bidan Tentang Pemberian Asi Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang. < http: // perpus nwu. web. id /karya ilmiah/ documents/ 3995. pdf >. [5] Dahlan, Sopiyudin. 2011. Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. [6] Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun 2012.Semarang : Dinkes Jateng. [7] Dinas Kesehatan Kota Tegal.2012. Profil Kesehatan Kota Tegal Tahun 2012. Tegal: Dinkes Tegal. [8] Fitriyani, Nur. 2012. Hubungan Antara Peran Bidan Dengan Pemberian ASI Secara Eksklusif Di Kabupaten Semarang.< http: // eprints. undip. ac. id / file? file = digital/ 20318879-S-PDFFitriani % 20 Nur. pdf >. [9] Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan Cetakan ke VII. Jakarta : Pengurus IBI Pusat. [10] Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. [11] Kementrian Kesehatan RI. 2010. Reaksi Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014
9
[12] Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.
[21] Prayitno dan Erman Amti. 2009. DasarDasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
[13] Mufdillah, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
[22] Proverawati, Atikah. 2010. Asi dan Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.
[14] Mugiarso, dkk. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.
[23] Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
[15] Murti, Tridjoko Wisnu. 2010. Berkat Asi, Bayi Sehat dan Cerdas.Yogyakarta : Citra Aji Parama.
[24] Sugiyono.2007. Statistika Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Untuk
[25] Sugiyono. 2010. Statistika Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Untuk
[16] Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [17] ___________. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [18] ___________. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [19] ___________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [20] Perinasia. 2011. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta: Rineka Cipta.
10
[26] Walgito, B. 2010. Bimbingan Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta : ANDI. [27] Wawan dan Dewi. 2011. Teori & Pengkuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. [28] Wiji, Rizki Natia. 2013. Asi dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. [29] Wulandari, Diah. 2009. Komunikasi Dan konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Hubungan Pelaksanaan Konseling ASI terhadap Angka Cakupan ASI Eksklusif di Kota Tegal Tahun 2014