Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
HUBUNGAN MOTOR EDUCABILITY, INDEKS MASSA TUBUH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES
Myrza Akbari*) Abstrak: Prestasi belajar pendidikan jasmani dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan psikologis. faktor fisiologis yaitu keadaan fisik yakni, motor educability dan indeks massa tubuh, sedangkan psikologis yakni motivasi dan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar tergambar baik baik, ini diketahuidari nilai rata-rata pendidikan jasmani siswa yang mampu melewati KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 7,5. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Motor Educability (X1), Indeks Massa Tubuh (X2) dan motivasi belajar (X3) dengan prestasi belajar (Y) Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini penelitian deskriptif korelasional. Sampel 34 siswa SUPM Negeri Ladong. Instrumen yang digunakan motor educability test, indeks massa tubuh,, instrument motivasi belaja serta nilai raport siswa. Hasil analisis diperoleh terdapat hubungan X1 dengan Y dengan koefisien korelasi sebesar 0,48. Terdapat hubungan X 2 dengan Y dengan koefisien korelasi sebesar 0,65. Terdapat hubungan antara X3 dengan Y dengan koefisien korelasi sebesar o,35. Koefisien korelasi secara bersama-sama X1, X2, X3 dengan Y sebesar 0,88. Dengan rtabel=0.339 dapat disimpulkan bahwa rhitung> rtabel (0,88>0,339), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Motor Educability, Indeks Massa Tubuh dan Motivasi Belajar dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Kata Kunci: Motor Educability, Indeks Massa Tubuh, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar Pendahuluan Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah memiliki peranan yang relatif besar dalam membantu dan mengembangkan kemampuan siswa seperti kemampuan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Lutan (1988:15) menjelaskan bahwa: “Penjasorkes adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif” Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat digambarkan bahwa Penjasorkes merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju kebulatan pribadi yang seutuhnya. Penjasorkes juga memberi sumbangan positif dan efektif dalam membantu mewujudkan tujuan-tujuan yang menyangkut kerjasama, pengambilan keputusan, keterampilan motorik, kebugaran jasmani dan pengetahuan tentang gerakan manusia. Ciri khas dalam pembelajaran Penjasorkes yaitu proses pembelajaran melalui gerak atau keterampilan gerak. Gerak yang bermakna proses pendidikan dalam bentuk pembelajaran gerak yang berdimensi luas tidak hanya pada pembekalan kemampuan gerak, tetapi juga pembelajaran gerak dalam dimensi kebugaran jasmani, pertumbuhan dan perkembangan, dan gerak dalam dimensi sosial termasuk pada upaya-upaya pencapaian kualitas hidup para siswa, sehingga untuk dapat menguasai gerak-gerak baru yang cepat, siswa harus memiliki Motor Educability yang baik, ini sesuai dengan pendapat Lutan (1988:115) “Motor Educability adalah suatu istilah yang cukup populer,
30 30
Myrza Akbari
karena berkenaan langsung dengan pengungkapan cepat lambatnya seseorang menguasai suatu keterampilan baru secara cermat”. Motor Educability dapat dijadikan acuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mempelajari keterampilan gerak yang baru, sehingga kedudukannya dalam suatu kerangka pembelajaran Penjasorkes menjadi penting, terutama dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi kemampuan gerak siswa, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar Penjasorkes siswa tersebut. Kualitas gizi seseorang berpengaruh terhadap komposisi tubuh, komposisi tubuh juga berpengaruh terhadap kesehatan Hughes (2002:18) “Perubahan komposisi tubuh juga menyebabkan sakit dan memiliki keterbatasan untuk melakukan kegiatan sehari-hari”. kesehatan siswa kurang baik akan mengakibatkan kurang produktifnya siswa tersebut dalam beraktifitas fisik pada saat pembelajaran Penjasorkes yang pada akhirnya tentu saja berpengaruh terhadap prestasi belajar Penjasorkes siswa tersebut. Komposisi tubuh dapat diketahui dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau komposisi tubuh dan status gizi seseorang, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Pengukuran Indeks Massa Tubuh sangat penting dilakukan dan dipahami oleh guru Penjasorkes, dengan melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dengan cermat dan sistematis guru penjasorkes juga
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
akan mengetahui perkembangan dan perubahan fisik baik itu anak didiknya yang dapat dilihat dari peningkatan berat badan ataupun tinggi badan. Selain itu, guru dapat pula mengetahui tentang tipe tubuh muridnya seperti: kekurangan berat badan, normal, kelebihan berat badan, dan kegemukan. Selain faktor jasmaniah, Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yaitu faktor psikis yang dalam hal ini adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006:1) bahwa, “motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah di tetapkan sebelumnya.” Motivasi ini sangat menarik untuk dipelajari dan diterapkan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam Penjasorkes Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan tertentu. Gagne (2006:10) mengemukakan bahwa “belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabiltas baru”, Siswa belajar secara rutin, monoton, dan tidak ada variasi dalam proses pembelajaran akan mengakibatkan rasa jenuh, sehingga motivasi belajar siswa menjadi berkurang. Kejenuhan yang timbul sering membuat siswa merasa malas dan kurang bersemangat dalam hal belajar, untuk mengatasi timbulnya kejenuhan siswa, maka diharapkan guru atau pihak sekolah melakukan usahausaha yang dapat membangkitkan kembali motivasi siswa dalam belajar Berdasarkan uraian tersebut faktor-faktor seperti Motor Educability, Indeks Massa Tubuh dan motivasi belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran penjas, ini dikarenakan Motor Educability, Indeks Massa Tubuh dan motivasi belajar mempengaruhi performa seorang anak dalam beraktifitas jasmani karena pada hakikatnya Penjasorkes adalah pendidikan yang berfokus pada aktifitas jasmani dan rohani, faktor tersebut pada akhirnya akan berpengaruh terhadap menentukan prestasi belajar penjas Prestasi belajar adalah gambaran keberhasilan seseorang dalam mewujudkan kemampuan yang dimilikinya. Prestasi belajar tersebut dapat berupa perubahan perilaku, perubahan dalam pola kepribadian. Sebagai wujud konkrit dapat dilihat dalam bentuk nilai atau angka-angka seperti halnya dalam laporan hasil prestasi belajar siswa (raport).
Prinsip belajar tuntas yang berlaku pada saat sekarang ini merupakan gambaran awal dari prestasi belajar minimal yang harus dicapai oleh siswa pada tiap semesternya yakni dengan adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk setiap mata pelajaran, begitu pula dengan pelajaran Penjasorkes. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong Aceh Besar adalah sekolah kejuruan yang khusus mendidik siswa untuk memiliki keahlian pada jurusan perikanan, sekolah tipe boarding school (sekolah berasrama) ini mempunyai tiga jurusan yaitu Teknologi Budidaya Perikanan, Teknika Perikanan Laut dan Nautika Perikanan Laut. Alasan penulis memilih sekolah ini sebagai sekolah sampel adalah karna faktor letak geografis sekolah tersebut yang memudahkan penulis menjangkau sekolah tersebut dan juga merujuk dari observasi awal penulis dilapangan dimana peneliti melihat minat siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar dalam mengikuti pembelajaran Penjasorkes sangat baik dan prestasi belajar Penjasorkes mereka secara umum juga sangat baik. Siswa mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan ketuntasan belajar Penjasorkes secara langsung, dengan kata lain siswa tidak harus menempuh proses remedial untuk ketuntasan pembelajarannya, hal ini terjadi karena siswa mampu memahami dan mahir dalam melakukan gerak-gerak yang diajarkan dalam materi-materi Penjasorkes, hal ini terjadi karena siswa-siswa tersebut rata-rata memiliki porsi tubuh yang proporsional, proporsionalitas ini diperoleh karena siswa-siswa dibiasakan dalam kegiatan sehariharinya selalu berhubungan dengan aktifitas fisik hal ini sesuai dengan yang dikatakan kepala sekolah sekolah tersebut bahwa pola pendidikan di SUPM lebih dekat ke semi militer, sedangkan prestasi belajar itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain faktor psikologis faktor fisiologis juga sangat menentukan. Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong, dapat di gambarkan bahwa prestasi belajar Penjasorkes siswa sangat baik, ini tergambar dari nilai rata-rata Penjasorkes siswa yang mampu melewati KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 7,5. hasil yang baik ini tidak terlepas dari faktor fisiologis dan psikologis yang mempengaruhinya, hal ini juga sesuai dengan pendapat Syah (2010:129) bahwa prestasi belajar ditentukan oleh faktor fisiologis yaitu keadaan/kondisi fisik dan psikologis yang didalamnya terdapat aspek motivasi. tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan Motor Educability, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan motivasi belajar dengan prestasi belajar
Myrza Akbari
31 31
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013. Prosedur Penelitian Rancangan penelitian dapat dilihat dari gambar berikut ini
(X1 (X2
Y
(X3
Keterangan: X1 = Motor Educability X2 = Indeks Massa Tubuh X3 = Motivasi Belajar Y = prestasi belajar = Korelasi Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong Aceh Besar tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 336 siswa dengan perincian 236 siswa lakilaki dan 100 siswa perempuan. . Mengingat jumlah populasi yang besar, maka peneliti mengambil 10 % subyek dari keseluruhan populasi”. Berdasarkan acuan ini jumlah sampel diambil berdasarkan persentase tersebut sehingga didapat sampel 24 siswa laki laki dan 10 siswa perempuan sehingga jumlah sampel secara keseluruhan adalah 34 siswa. Teknis pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah memilih sampel secara acak baik pada kelompok siswa putera maupun puteri dari kelas X-XII sehingga diharapkan penelitian ini dapat merepresentasikan keadaan siswa SUPM ladong secara keseluruhan. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis, sehingga lebih mudah diolah Arikunto (1998:91). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Motor Educability: Data Motor Educability siswa diperoleh dari tes Motor Educability dari Iowa Brace Tes yang terdiri dari 21 jenis item tes. Adapun macam-macam tes motor educability tersebut (Nurhasan 2000:109-114). 2. Indeks Massa Tubuh (IMT): Penentuan IMT dilakukan dengan mengukur berat badan, dan tinggi badan. Berat badan diukur dengan timbangan berat
32 32
Myrza Akbari
badan dan Tinggi badan di ukur dengan meteran pengukur tinggi berat badan. Berat badan dan tinggi badan dapat digunakan untuk mengukur tingkat Overweight responden dengan menggunakan standar BMI (Body Mass Index) sebagaimana yang dikutip oleh Nurhasan (2000:53) ��� ���� Berat badan kg = Tinggi Badan m . Tinggi Badan(m)
Batas berat badan normal pada anak dapat kemudian di interpretasikan menggunakan kurva Indeks Massa. Tubuh The Centers for Disease Control(CDC) yang di buat berdasarkan usia dan jenis kelamin TabelKlasifikasi Indeks Massa Tubuh Terhadap Umur Kategori IMT Kegemukan > 95 persentil Kelebihan Berat Badan 85 < 95 persentil Normal 5 - 85 persentil Kekurangan Berat Badan < 5 persentil
Data motivasi belajar siswa diperoleh dari instrumen motivasi belajar siswa dalam bentuk angket yang disebar kepada sampel penelitian untuk diisi. Sebelum menyusun instrumen motivasi belajar penulis terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen untuk mengungkap motivasi belajar siswa yang dikembangkan oleh penulis dengan berdasarkan definisi operasional motivasi belajar dengan merujuk pada teori Uno (2006:23) yang terlebih dahulu divalidasi oleh pakar yang dalam hal ini adalah Dr. Saifuddin, M.Pd dan Dr. M. Ikhsan, M.Pd.
Hasil dan Pembahasan Penelitiian Berdasarkan analisis data maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. 1. Berdasarkan tabel korelasi di atas, maka koefisien korelasi yang ditemukan sebesar r= 0,48. Harga rhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel. Untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 34 yaitu 0,339, maka rhitung=0,48 dan rtabel=0,339. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rhitung>rtabel (0,48 > 0,339) berarti ada hubungan variabel motor educability (X1) dan prestasi belajar penjasorkes (Y). 2. Berdasarkan tabel korelasi di atas, maka koefisien korelasi yang ditemukan sebesar r= 0,65. Harga rhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel. Untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 34 yaitu 0,339, maka rhitung=0,65 dan rtabel=0,339. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rhitung>rtabel (0,65>0,339) berarti terdapat hubungan indeks massa tubuh (X2) dan prestasi belajar penjasorkes (Y). 3. Berdasarkan tabel korelasi di atas, maka koefisien korelasi yang ditemukan sebesar r = 0,35. Harga
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
rhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel Untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 34 yaitu 0,339, maka rhitung=0,35 dan rtabel=0,339. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rhitung>rtabel(0,35>0,339) berarti Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar (X3) dan prestasi belajar penjasorkes (Y). 4. Berdasarkan tabel korelasi di atas, maka korelasi yang ditemukan sebesar 0,88 dan termasuk pada kategori Kuat. Jadi terdapat hubungan yang kuat antara motor educability, indeks massa tubuh dan motivasi belajar dengan prestasi belajar penjasorkes pada Siswa-siswi SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013. Harga r hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel Untuk taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 34 yaitu 0,339 maka rhitung = 0,88 dan rtabel= 0,339. Hal ini dapat disimpulkan bahwa rhitung>rtabel (0,88 >0,339) berarti Terdapat hubungan yang signifikan motor educability, indeks massa tubuh dan motivasi belajar dengan prestasi belajar penjasorkes pada Siswa-siswi SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, kemudian penulis menginterpretasikan data-data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata motor educability Siswa SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 7,97 dan berdasarkan tabel kategori motor educability, motor educability Siswa SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 termasuk kedalam kategori baik, kemudian rata-rata indeks massa tubuh Siswa putra SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 20,07 dan rata-rata Indeks Massa Tubuh Siswa putri SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 22,517 berdasarkan grafik presentil Indeks Massa Tubuh berdasarkan usia dan jenis kelamin, siswa putra mempunyai kategori tubuh yang normal dan siswa putri juga berada pada kategori tubuh normal, ini bermakna bahwa siswa SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 mempunyai keadaan tubuh yang normal. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 97,72 dan berdasarkan tabel kategori Motivasi Belajar siswa, Motivasi Belajar Siswa SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 termasuk kedalam kategori baik. Kemudian berdasarkan pengumpulan data nilai raport untuk melihat prestasi belajar Penjasorkes siswa menunjukkan bahwa rata-rata nilai Penjasorkes Siswa SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah 8,40 jika mengacu pada nilai KKM yang telah dibuat oleh sekolah yaitu 7,50 berarti Siswa SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013 mempunyai prestasi belajar penjasorkes yang baik.
Analisis data untuk menemukan korelasi menunjukkan bahwa korelasi X1 dengan Y sebesar 0,48 dengan t Hitung=3,081>ttabel=1,694 menunjukkan bahwa terdapat hubungan Motor Educability dengan prestasi belajar Penjasorkes, dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar Penjasorkes perlu memperhatikan aspek Motor Educability karena tingkat Motor Educability berhubungan dengan prestasi belajar Penjasorkes. Kemudian analisis data korelasi juga menunjukkan koefisien korelasi X2 dengan Y sebesar 0,65 dengan tHitung=4,832>ttabel=1,694 menunjukkan bahwa terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh dengan prestasi belajar Penjasorkes, sehingga untuk meningkatkan prestasi belajar Penjasorkes juga perlu memperhatikan aspek Indeks Massa Tubuh siswa karena Indeks Massa Tubuh berhubungan dengan prestasi belajar Penjasorkes. Selanjutnya koefisien korelasi X3 dengan Y sebesar 0,35 dengan tHitung=2,088>ttabel=1,694 menunjukkan bahwa terdapat hubungan Motivasi Belajar dengan prestasi belajar Penjasorkes, dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajar Penjasorkes perlu memperhatikan Motivasi Belajar siswa karena Motivasi Belajar berhubungan dengan prestasi belajar Penjasorkes. Sedangkan koefisien korelasi X1, X2, X3, denganY sebesar 0,88 dengan Fhitung = 33,01 > dan nilai Ftabel,= 2,92 (Fhitung lebih besar dari Ftabel) hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan Motor Educability, Indeks Massa Tubuh dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Penjasorkes pada Siswa-siswi SUPM Negeri Ladong Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil analisis data yang telah penulis lakukan maka dapat dideskripsikan bahwa bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar Penjasorkes Siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong Aceh Besar Tahun pelajaran 2012/2013 berhubungan dengan tingkat Motor Educability, keadaan Indeks Massa Tubuh, dan Motivasi Belajar siswa dan hal tersebut sesuai denga teori Syah (2010:129) bahwa “prestasi belajar ditentukan oleh faktor fisiologis yaitu keadaan fisik dan kondisi fisik. Prestasi belajar juga ditentukan oleh faktor psikologis yang didalamnya terdapat aspek motivasi” Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis mengenai hubungan motor educability, indeks massa tubuh dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013, maka penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi motor educability dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun
Myrza Akbari
33 33
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 4. No. 1. April 2014
Pelajaran 2012/2013 adalah sebesar 0,48 sehingga dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan motor educability dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tingkat hubungan yang sedang. 2. Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi indeks massa tubuh dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah sebesar 0,65 sehingga dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tingkat hubungan yang cukup. 3. Berdasarkan analisis data, koefisien korelasi motivasi belajar dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 adalah sebesar 0,35 sehingga dapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tingkat hubungan yang rendah. 4. Berdasarkan analisis data, Koefisien korelasi secara kolektif motor educability, indeks massa tubuh dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Penjasorkes adalah sebesar 0,88 Sehingga terdapat disimpulkan bahwa “terdapat hubungan motor educability, indeks massa tubuh dan motivasi belajar dengan prestasi belajar Penjasorkes siswa SUPM Negeri Ladong Aceh Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan tingkat hubungan yang tinggi.
34 34
Myrza Akbari
Daftar Pustaka Agung, Sunarto (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Asdi Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. B. Uno (2011) Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa Calhoun dan Desmita (2009) Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dalyono, M et al (1997) Psikologi Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press Desmita (2009) Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Siswa Rosdakarya Effendi,J.S.P (1984) Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa. Mahendra, A (2009) Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI. Makmun, A (2005) Psikologi dan Pendidikan. Bandung: UPI. Makmun, A. (2010) PsikologiPendidikan. Bandung: UPI. Purwanto, N (1999). Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda. Rogers, S (2005) Teaching Through Play. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia. Sobur (2003 ) Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Soemanto, W (1987)Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana, (1992). Metode Statistka. Bandung: Tarsito. Sunaryo, E (2004). FisafatPendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi. FPOK UPI. Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta. Uno H. B (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.