HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT PELAKSANA DALAM MELAKSANAKAN PERAWATAN LUKAPOST OPERASI SESUAIDENGAN SOP DI RSUD BATANG
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
DEVI NIM : 09.0386.S WIJAYANTI NIM : 09.0476.S
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAHPEKAJANGAN PEKALONGAN 2013
Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Melaksanakan Perawatan Luka Post Operasi Sesuai dengan SOP Di RSUD Batang Devi dan Wijayanti Nur Izzah Priyogo, Zulfa Atabaki Kepatuhan seorang perawat dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti usia, pendidikan, pengetahuan, masa kerja, dan motivasipelaksanaan pelayanan. Motivasi merupakan faktor pendukung penting yang harus dimiliki oleh setiap perawat karena motivasi yang baik dapat membawa seseorang melakukan suatu tindakan yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP di RSUD Batang. Desain penelitian menggunakan deskriptif corelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 34 responden yang merupakan perawat pelaksana yang melakukan perawatan luka post operasi di RSUD Batang. Hasil uji chisquare diperoleh ada hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP di RSUD Batang (ρ = 0,009). Bagi institusi rumah sakit diharapkan perlu adanya kebijakan untuk meningkatkan motivasi dan kepatuhan perawat seperti in house training perawatan luka post operasi sehingga perawat dapat mengaplikasikan tindakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Kata kunci : Kepatuhan Perawat Pelaksana, Motivasi, SOP Daftar pustaka : buku 34 (2003-2012) + 9 jurnal + 3 website
PENDAHULUAN Parameter pelayanan keperawatan yang berkualitas di rumah sakit salah satunya adalah terkendalinya infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial menjadi demikian penting karena semakin canggihnya peralatan – peralatan rumah sakit, namun disisi yang lain semua upaya pemeriksaan cenderung dilakukan dengan prosedur invasif. Perawat profesional yang bertugas di rumah sakit semakin diakui eksistensinya dalam setiap tatanan pelayanan kesehatan, sehingga dalam memberikan pelayanan secara interdependen tidak terlepas dari kepatuhan perawat dalam setiap prosedural yang bersifat invasif dan non invasif tersebut seperti halnya perawatan luka operasi (Setiyawati & Supratman 2008).
Penyebab infeksi diperkirakan masih banyaknya perawat yang mengabaikan standar operasional prosedur khususnya dalam perawatan luka. Hal ini disebabkan oleh rendahnya motivasi perawat dalam melaksanakan suatu tindakan khususnya perawatan luka post operasi. Faktor ketidakpatuhan dari perawat yaitu perawat yang melakukan perawatan luka post operasi ditunjukkan dengan belum menggunakan prosedur dengan benar. Dari ketidakpatuhan perawat melakukan perawatan luka yang tidak sesuai dengan SOP maka akan mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial (Djusmalinar & Andriani, 2010). World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa infeksi nosokomial merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di dunia. Di Amerika Serikat infeksi ini menempati posisi pembunuh keempat dan terdapat 20.000 kematian tiap tahunnya akibat infeksi nosokomial ini (Marwoto, 2007). Di Indonesia, dalam penelitian di 11 rumah sakit di Jakarta pada tahun 2004 menunjukkan 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial. Di RSUP Fatmawati 2010 kejadian infeksi nosokomial luka operasi menempati rangking tertinggi dibanding infeksi lainnya yaitu infeksi luka operasi (ILO) 2,3 %, ventilator asosiated pneumonia (VAP) 1,5 %, infeksi aliran darah primer (IADP) 1,7 % , dan infeksi saluran kemih (ISK) 1,9% (Kompas, 2011 ).
METODE Metode dalam penelitian ini adalah descriptif corelational dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif korelasional yaitu untuk melihat hubungan korelatif antara variabel satu dengan yang lainnya, peneliti dapat mencari, menjelaskan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam 2008, h. 82). Sedangkan pendekatan cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independent dan dependent dilakukan pada satu waktu (Nursalam
2008, h. 83). Pada penelitian ini, Peneliti mengobservasi perawat dalam melakukan perawatan luka post operasi dengan menggunakan lembar observasi (SOP) Rumah sakit Batang. Pengumpulan datanya menggunakan lembar observasi (SOP) Rumah saki Batang dan alat kuesioner. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data yang selanjutnya peneliti menganalisa sejauh mana hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post operasi di RSUD Batang. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan keseluruhan perawat pelaksana yang bekerja di Ruang rawat inap RSUD Batang sebanyak 134 perawat, Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, Berdasarkan teori dari Nursalam (2008, h. 91) menyatakan jumlah sampel jika besar populasi ≤ 1000, maka sampel bisa diambil 20-30%, maka peneliti mengambil sampel 25 % dari jumlah populasi 134 yaitu sebanyak 34 perawat pelaksana. Analisis data pada penelitian ini peneliti menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Motivasi perawat pelaksana di RSUD Batang dapat dilihat bahwa dari 34 responden lebih dari separuh yaitu 20 responden (58,8%) mempunyai motivasi rendah dan kurang dari separuh yaitu 14 responden (41,2%) mempunyai motivasi tinggi. Dari data tersebut artinya lebih dari separuh responden menyatakan bahwa perawat pelaksana di RSUD Batang motivasinya rendah dalam melaksanakan perawatan luka post operasi. Kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post operasi di RSUD Batang. Menunjukkan hasil bahwa dari 34 responden, sebanyak 22 responden (64,7%) menyatakan tidak patuh. Dan sebanyak 12 responden (35,3%) menyatakan patuh. Dari data tersebut artinya bahwa sebagian besar responden tidak patuh dalam melaksanakan perawatan luka post operasi di RSUD Batang.
Sedangkan analisa bivariat menggambarkan motivasi dan kepatuhan perawat pelaksana diperoleh ρ value = 0,009 (ρ lebih kecil dari alpha yaitu 0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksankan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP di RSUD Batang. Teori motivasi menurut Douglas Mc Gregor bahwa motivasi itu penting untuk mendorong seseorang dalam bekerja karena motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Siagian 2009, h.106). Pencapai tujuan menurut Hakcman dan Oldham (1989) menyebutkan bahwa pencapai tujuan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi kerja yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil pekerjaan yang dilakukan (Suyanto, 2009 h.63). Kepatuhan perawat merupakan perilaku perawat yang dapat di observasi dan dapat langsung diukur (Prihatiningsih 2010, h. 15). Katz dan Green (1992) dalam Akrodhana (2004), menyebutkan ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan antara lain kemampuan, motivasi, masa kerja, latar belakang pendidikan, fasilitas atau peralatan, serta kejelasan prosedur. Melihat hasil penelitian ini diharapkan para kader untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam kegiatan posyandu lansia, dan melakukan tugas-tugasnya di luar posyandu, seperti melakukan kunjungan rumah, mengajak para lansia untuk datang pada kegiatan posyandu, serta melaksanakan kegiatan yang menunjang kegiatan posyandu lansia agar minat lansia yang datang ke posyandu meningkat
Melihat hasil penelitian ini diharapkan perawat pelaksana lebih meningkatkan kepatuhan dan motivasinya dalam melaksanakan perawatan luka post operasi untuk mencegah terjadinya infeksi maka perawatan luka harus dilakukan sesuai dengan SOP untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
SIMPULAN DAN SARAN Dapat disimpulkan bahwa di RSUD Batang, Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap di RSUD Batang lebih dari separuh responden (58,8%) menyatakan motivasi rendah. Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap di RSUD Batang sebagian besar responden (64,7%) menyatakan kurang patuh terhadap SOP perawatan luka post operasi. Ada hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam melaksanakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP di RSUD Batang, karena didapatkan ρ value = 0,009. Saran bagi institusi rumah sakit perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi perawat pelaksana yaitu dengan pemberian insentif, supervisi teknis yang baik, in house training dan mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan bagi profesi keperawatan agar meningkatkan motivasinya dalam memberikan pelayanan perawatan luka post operasi. Selain itu perawat harus mampu meningkatkkan kemapuan dan lebih memahami konsep tentang perawatan luka post operasi agar sesuai dengan SOP yang ada di rumah sakit.
ACKNOWLEDGEMENT AND REFERENCES
Djusmalinar & Andriani. (2010). Gambaran Motivasi Perawat dalam Implementasi Perawatan Luka Post Operasi sesuai Standar Operasional Prosedur di Ruang Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta. Praptianingsih, S. (2007). Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di rumah sakit. Jakarta: Raja Grafindo. Setiyawati & Supratman. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Moewardi. Suyanto. (2009). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit. Yogyakarta : Mitra Cendekia,.
.