HUBUNGAN MAKNA RUMAH BANGSAWAN DAN FALSAFAH HIDUP MANUSIA JAWA
Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Terjadi pembangunan secara besar-besaran yang dilakukan oleh Pakubuwono X (Sunan PB X) 1893-1939
Arsitektur Jawa Falsafah hidup arsitektur tradisional merupakan identitas suatu suku bangsa, karena di dalamnya terkandung segenap nilai-nilai kehidupan dan keseharian masyarakat (Soeroto, 2003). pola pikir masyarakat Jawa yang mengungkapkan pedoman kehidupan yang implisit dalam berbagai jenis hasil cipta, rasa, karsa manusia
-Sangkan Paraning Dumadi - Manunggaling Kawula Gusti - Memayu Hayuning Buwana Makna rumah Bangsawan Jawa Arsitektur lokal dibentuk oleh berbagai elemen-elemen pembentuknya, dimana setiap elemen tersebut sarat dengan arti/pemaknaan (Idawarni, 2006).
Permasalahan Makna apa saja yang terkandung pada rumah bangsawan? Bagaimana hubungan terhadap makna dan falsafah hidup masyarakat Jawa pada rumah bangsawan?
Tujuan Penelitian Mengetahui makna yang terkandung pada rumah bangsawan Mengaitkan falsafah Jawa terhadap makna yang terkandung pada bagian-bagian pembentuk rumah bangsawan
Kajian Pustaka Charles Jencks bahwa ada dua kelompok yaitu :
Signifier yang merupakan bentukan fisik bangunan yang dihasilakan dari nilai-nilai, ide-ide dan filosofi yang melatarbelakangi konsep perwujudan hasil karya arsitektur Signified merupakan kode konten dapat berupa iconography, makna tertentu, makna estetis, ide arsitektural, konsep ruang, kepercayaan masyarakat, fungsi, aktifitas, pandangan hidup, tujuan komersial, dan lainlain
Rapoport, 2005 Culture
World views
-Organization of space and system of setting - fixed and semi fixed feature
Penyandingan teori
Falsafah Hidup Manusia Jawa Filosofis di Jawa menekankan dimana orang selalu mencari keterangan tentang arti kehidupan manusia, asal-usulnya, tujuan akhirnya, hubungan dengan Tuhan dan dunia. Yang mana sifat itu berada antara ke-Tidak-Ada-an dan ke-Ada-an mutlak yang benar, yaitu Tuhan yang terakhir ada di dalam diri pribadi dan diri sendiri (Zoetmulder, 1940 dalam Herusatoto, 1984:72).
Tiga falsafah (Endraswara, 2000) Sangkan Paraning Dumadi
manusia Jawa harus berhati-hati dalam menjalani hakekat hidup dan diharapkan mengetahui betul dari dan akan kemana hidup kita nantinya.
Manunggaling Kawula-Gusti
merupakan falsafah kunci dalam kehidupan manusia Jawa yang akan menciptakan ketenangan batin dan lewat inilah akhirnya ditemukan sebuah keharmonisan antara manusia dengan Tuhan.
Memayu hayuning bawana
perbuatan yang senantiasa mewujudkan dunia selamat, sejahtera dan bahagia. Seluruh makhluk adalah suatu komponen hidup yang harus dijaga dan diselamatkan agar tercipta hidup harmoni.
Metode Penelitian Tesis ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif
dilakukan untuk mengamati beberapa aspek yang didasarkan pada data yang tidak terukur seperti makna, perubahan bentuk bangunan, penelusuran bentuk, dan lain-lain. Penelitian kualitatif tidak sepenuhnya subjektif, karena selalu mengusahakan agar secara empirik dapat dipertanggung jawabkan melalui berbagai teknik
Variabel Dependen Rumah bangsawan Jawa (Sasono Mulyo)
Pendopo Pringgitan Dalem Ageng
Variabel Independen Falsafah hidup Organisasi ruang fixed feature : pembatas ruang ornamen semi fixed feature : furniture
Bagan Langkah Penelitian
HUBUNGAN MAKNA DAN FALSAFAH HIDUP PADA SASONO MULYO
Organisasi Ruang Pendaerahan lebih spesifik pada rumah Jawa bahwa: (Ronald, 2005:74) Publik : orang luar, orang lain termasuk tidak dikenal penghuninya Semipublik : orang luar yang dikenal dan kerabat Semiprivat : keluarga, saudara dekat dan saudara jauh Privat : dirinya sendiri dalam lingkungan fisik dan dalam Area privat: •Manusia memiliki kebutuhan privasi yang tinggi untuk menjaga keamanan diri dan sesuatu yang tidak boleh orang lain mengetahui •kegiatan manusia dengan Tuhan, hubungan ini merupakan interaksi personal yang dilakukan di sentong tengah •Sentong kiwo sebagai tempat tidur putra dan putri yang masih kecil. Sentong tengah sebagai tempat tidur orang tua • pada Sasono Mulyo sentong tengen digunakan untuk ruang dandosan/ ganti baju, sentong kiwo sebagai tempat calon pengantin. Tempat tidur di paviliun • sebagai penyimpanan barang berharga dan perlindungan perempuan
Area publik: •tempat pemberentihan kereta kuda tamu kehormatan •Penyempitan dari segi pengguna yang hanya memiliki kereta kuda menunjukkan perbedaan dari segi taraf sosial •memberikan nilai lebih dari segi bentuk bangunan, menunjukkan prestise
Area semiprivat: •Pengguna pringgitan adalah keluarga inti, kerabat ataupun tamu dengan urusan formal •penerimaan tamu di pringgitan hanya dalam jumlah terbatas • selain itu sebagai pertunjukan wayang • .Keterbukaan semu yang terhalang dengan tirai putih menandakan hubungan
komplementer pendopo dan dalem. Area semipublik: •tempat upacara dan pertemuan bangsawan dengan megarsarinya yang lebih bersifat mewadahi kegiatan keluarga. •pembinaan yang mewadahi kegiatan umum. •objek yang sangat kuat bagi pemilik menampilkan ekspresinya pengungkapan jati dirinya sebagai golongan ningrat
Rumah Jawa
Organisasi Ruang
Organisasi Ruang
Makna
Kuncung
Publik
Prestise
Pendopo
Semi Publik
Jati diri
Makna Rumah Bangsawan berdasarkan Organisasi Ruang
Ekspresi diri Pringgitan
Semi Privat
Penghubung
Dalem Ageng
Privat
Keamanan/ proteksi Kesucian
Rumah Jawa
Organisasi Ruang
Falsafah Hidup Manusia Jawa
Kuncung
Publik
-
Pendopo
Semi Publik
-
Pringgitan
Semi Privat
Sangkan Paraning Dumadi
Dalem Ageng
Privat
Manunggaling Kawula-Gusti
Hubungan Rumah Bangsawan dan Falsafah Hidup Jawa berdasarkan Organisasi Ruang
Hubungan Makna Rumah Bangsawan dan Falsafah Hidup manusia Jawa Rumah Jawa
Organisasi Ruang
Makna
Falsafah Hidup
Kuncung
Publik
Prestise
-
Pendopo
Semi Publik
Jati diri
-
Ekspresi diri Pringgitan
Semi Privat
Penghubung
Dalem Ageng
Privat
Keamanan / proteksi Kesucian
Sangkan Paraning Dumadi Manunggaling Kawula-Gusti
Prijotomo menemukan bahwa rumah Jawa sebagian besar disusun menurut pengaturan linier dan sentripetal yang masing masing bermuara pada prinsip dualitas dan pemusatan (Santosa, 2000).
Orientasi
Makna Rumah Bangsawan berdasarkan Orientasi Sumbu imajiner
Rumah Jawa
Makna
Linier
-Selatan
-menjaga unsur kehidupan
-Vertikal/titik pertemuan B-T
- Tuhan
- Timur
-kelahiran, awal, kehidupan
- Barat
- kematian, kepasrahan
laut selatan memiliki keterkaitan dengan salah satu unsur kehidupan manusia, yaitu air barat
timur
adanya arah yang harus ditempuh manusia adanya dengan harapan kehidupan menuju akhir pencapaiannya.
Orientasi Makna Rumah Bangsawan berdasarkan Orientasi Ruang Sumbu imajiner
Rumah Jawa
Makna
sentripetalitas
- Dalem ageng
- Keharmonisan dengan Tuhan
- Pendopo
-
Dalem ageng
• perkawinan antara ibu bumi dengan bapak langit yang bersatu, titik ini menjadi sakral di depan sentong tengah. • Titik bertemunya dua sumbu horizontal ini membentuk gerakan vertikal yang berkaitan dengan Sang Pencipta.
(sumber: Tjahjono, 1989:164)
Pendopo
•sebagai sarana berkomunikasi dengan sesama manusianya, perhelatan sosial dan meletakkan pemilik rumah (micro cosmos) sebagai pusatnya. • bangsawan sebagai tempat ngenget bagi masyarakat
Orientasi Hubungan Rumah Bangsawan dan Falsafah Hidup Jawa berdasarkan Orientasi Sumbu imajiner Linier
Rumah Jawa
Falsafah hidup
-Selatan
-
-Vertikal/titik pertemuan B-T
- manunggaling kawulo lan gusti
- Timur
- B-T: sangkan paraning dumadi
- Barat sentripetalitas
- Dalem ageng
manunggaling kawulo lan gusti
- Pendopo
-
Hubungan Makna Rumah Bangsawan dan Falsasfah Hidup manusia Jawa Sumbu imajiner Linier
sentripetalitas
Rumah Jawa
Makna
Falsafah hidup
-Selatan
-menjaga unsur kehidupan
-
-Vertikal/titik pertemuan B-T
- Tuhan
- manunggaling kawulo lan gusti
- Timur
-kelahiran, awal, kehidupan
- B-T: sangkan paraning dumadi
- Barat -Dalem ageng - Pendopo
- kematian, kepasrahan - Keharmonisan dengan Tuhan -
manunggaling kawulo lan gusti -
Pembatas Ruang Pendopo Atap Bentuk joglo mempunyai makna yang lebih dalam, karena atap joglo menunjukkan pada satu pusat vertikal menuju pada satu titik Yang Maha Kuasa (Hidayatu, 1999)
Dinding “sebagai hall yang digunakan oleh masyarakat banyak.” (Gusti Poeger, 2 April 2010) “Keterbukaan ini menumbulkan sikap sungkan, ini berhubungan dengan perwatakan lebih menekankan psikologi manusia.” Gusti Dipo, 10 April 2010)
Lantai Peninggian lantai di pendopo juga tergantung pada strata sosial pemilik Letak pendopo pada ketinggian tertentu dari tanah, keadaan ini dibuat karena kemudahan menerima tamu
Atap
Pringgitan
“Atap pringgitan kebanyakan limasan karena memenuhi dari segi denah.” (Gusti Poeger, 2 April 2010) Bentuk limasan secara makna filosofis dapat dikatakan hampir tidak ada. (Hidayatun, 1999)
Dinding “Sisi ke area pendopo terbuka karena pringgitan berorientasi ke pendopo bukan berorientasi ke dalem ageng.” (Bapak Asrori, 15 April 2010) Pringgitan sebagai ruang transisi dan juga mengakomodasi kegiatan yang masih bersifat terbuka seperti menerima tamu
Lantai “Peninggian antara pringgitan dan pendopo sebagai penunjuk hirarki.” (Bapak Asrori, 15 April 2010) Bentukan tlundak sebagai simbol atas peralihan ruang yang berbeda dari segi organisasi ruang
Dalem Ageng
Pembatas Ruang
Atap
Atap dalem ageng Sasono Mulyo memiliki kesamaan dengan pendoponya tapi lebih disederhanakan “Perbedaan karena pertimbangan teknis struktur konstruksi. karena perbedaan luasan.” (Bapak Asrori, 15 April 2010) Dalem merepresentasikan kekuatan langit yang secara langsung menunjukkan pusat dan berhubungan langsung dengan vertikalisasi ke area tertinggi.
Dinding Dikelilingi dinding karena merupakan tempat keluarga inti beristirahat dan juga sebagai tempat ritual yang sakral.” (Gusti Poeger, 2 April 2010) Terang menuju ke kegelapan sepanjang sumbu tersebut membangkitkan rasa saral dan misteri (Tjahjono, 1989:126) Tingkatan intensitas cahaya yang juga berhubungan dengan hirarki ketiga ruang inti serta kesakralannya.
Lantai “Peninggian lantai untuk menjaga kesakralan area tersebut.” (Gusti Poeger, 2 April 2010) Hirarki pada ruang digunakan sebagai penenda adanya sesuatu yang ditinggikan.
Makna Rumah Bangsawan Jawa
pendopo Atap/ceiling
Titik
pringgitan
tertinggi; -
Dalem ageng Tuhan
Tuhan
Dinding
Keterbukaan
-
Proteksi Misteri
lantai
- Penerimaan
Tlundak:
Tingkatan Kesakralan
- Status sosial
keamanan
Falsafah Hidup Manusia Jawa berdasarkan Pembatas Ruang pendopo
pringgitan
Dalem ageng
Atap/ceiling
-manunggaling kawulo lan gusti
-
manunggaling kawulo lan gusti
Dinding
-
-
- manunggaling kawulo lan gusti
lantai
-
-
-
Hubungan Makna Rumah Bangsawan dan Falsasfah Hidup manusia Jawa Elemen
Makna P
Falsafah
Makna Pr
Falsafah
Makna DA
Falsafah
arsitektur Atap / ceiling
Dinding
-Titik
manunggaling
tertinggi;Tuhan
kawulo lan gusti
-Keterbukaan
-
-
-
-Tuhan
manunggaling kawulo lan gusti
-
-
-Proteksi -Misteri
-
manunggaling
kawulo lan gusti Lantai
- Penerimaan - Status sosial
-
-
Tlundak: -
keamanan
-Kesakralan
-
Furniture “Penggunaan furniture tergantung starta yang dimiliki, jika strata pemilik rumah lebih rendah dari tamunya maka pemilik rumah lesehan , tamu duduk di kursi. Jika strata pemilik rumah lebih tinggi dari pada tamu maka tamu menggunakan kursi ataupun tamunya duduk lesehan. Tamu keluarga lebih fleksibel memasuki rumah. Tetangga bisa langsung masuk kedalam, area gadri.” (Gusti Dipo, 10 April 2010) “Sehari-harinya pendopo yaa kosong.” (Gusti Dipo, 10 April 2010) “Megarsari haus lesehan, sedangkan lainnya tergantung pada pemilik rumah untuk mempersilakan duduk baik di lesehan maupun kursi” (Gusti Poeger, 2 April 2010)
Perpindahan furniture yang dapat terjadi kapan saja tidak dapat terungkapkan dengan data yang mengkuatkan dimana saja diletakkan sehari-harinya baik dari pustaka maupun stekholder karena jauhnya masa yang diteliti (Pakubuwono X)
Keosongan pendopo
Makna Rumah Bangsawan berdasarkan Furniture Furniture
Makna
Pendopo Pringgitan
-
Dalem Ageng
-
Hubungan Makna Rumah Bangsawan dan Falsafah Hidup Manusia Jawa berdasarkan Furniture Furniture Pendopo
Makna
Falsafah hidup -
Pringgitan
-
Dalem Ageng
-
-
-
Ornamen
“Mayangkoro adalah melambangkan Yang Maha Kuasa.” (Gusti Poeger, 2 April 2010) “Mayangkoro simbol struktur hubungan soko dan blandar.” (Bapak Asrori, 15 April 2010) -dianalogikan sebagai dunia atas, yaitu dunia dewa-dewi pada masa masuknya Hindu di Jawa. -titik temu antara dua struktur penopang dan penahan ini.
“Umpak melambangkan memperkuat, meyakinkan, didorong, disemangati.” (Gusti Poeger, 2 April 2010) Pemimpin itu tidak akan kuat jika tidak dilapisi yang di bawahnya, atau sering disebut “benere wong akeh” sehingga menjadi satu kesatuan yang kuat.
“Ornament pada tengah tumpang sari berbentuk jilatan api yang melambangkan perjalanan hidup, harus optimis.” (Gusti Poeger, 2 April 2010) Dalam menjalankan suatu usaha seharusnya dengan sikap yang optimis karena perjalanan hidup berliku-liku
“Tebeng pada bagian suluran adalah alam/lingkungan yang merupakan sumber kehidupan, crown merupakan lambang penguasa karena hidup ini ada yang mengatur” (Gusti Poeger, 2 April 2010) Kekuasaan yang dibina dengan saling kepercayaan dan kejujuran inilah yang mengatur lingkungan tetap terjaganya keberlanjutan kehidupan.
Ornamen Makna ornamen
Ornamen Ornamen Soko/mayangkoro Ornamen Tumpang Sari
Makna Kepala Yang Maha Kuasa
Umpak
Ornamen Bovenlicht/ Tebeng
Perjalanan hidup, harus optimis dalam menjalani hidup - memperkuat, meyakinkan, didorong, disemangati - Kokoh - Dasar keyakinan - Pegasus : kejujuran - crown : kekuasaan - suluran: sumber kehidupan
Hubungan Makna Ornamen dan Falsasfah Hidup manusia Jawa Ornamen
Makna
Ornamen Kepala Yang Maha Kuasa Soko/mayangkoro Ornamen Tumpang Sari Perjalanan hidup, harus optimis dalam menjalani hidup Umpak -memperkuat, meyakinkan, didorong, disemangati - Kokoh - Dasar keyakinan Ornamen Bovenlicht/ Tebeng - Pegasus : kejujuran - crown : kekuasaan - suluran: sumber kehidupan
Falsafah hidup Manunggaling kawula Gusti Sangkan Paraning Dumadi -
Memayu hayuning bawana
Simpulan Bentuk dan ruang yang sarat akan nilai-nilai yang harus tetap terjaga dan dipertahankan memiliki makna yang lebih utuh pada beberapa variable seperti organisasi ruang, orientasi ruang dan bentukan ornamen. Bahkan pada ornament memiliki makna yang sama dari beberapa sumber, sehingga menunjukkan pakem yang kuat dan telah dimengerti secara objektif.
Elemen kecil pada rumah bangsawan Jawa juga sarat akan makna
yang dapat
dikaji.
Hasil dari pembacaan makna tidak semuanya dapat dihubungkan dengan tiga falsafah yang dikaji dalam studi ini, yaitu Manunggaling Kawula lan Gusti, Sangkang Paraning Dumadi dan Memayu Hayuning Bawana.Hubungan makna dan falsafah hidup manusis Jawa tergaris kuat
pada area yang memiliki hirarki tinggi serta ornamentasi yang memiliki pakem dalam pembuatannya.
Saran Dari segi objek,
objek yang digunakan pada penelitian ini hanya terbatas pada tiga ruang besar dalam rumah bangsawan Jawa. Objek kajian dapat diperluas lagi pada ruang-ruang domestic lainnya
Dari segi substansi, Diharapkan dapat meninjau rumah bangsawan Jawa dengan menghubungkan falsafah yang berbeda untuk mengeksplorasi sejauh mana falsafah yang melekat pada rumah bangsawan Jawa Diharapkan adanya pendalaman kajian pada variable fixed dan semi-fixed elements untuk melihat sejauh mana eksistensinya dalam rumah bangsawan Jawa.
Terima kasih…..