Hendresta: Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma
Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma Hendresta, Yessy S Sabri, Masrul Basyar, Oea Khairsyaf Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Abstrak
Latar Belakang: Magnesium pada asma bronkial memiliki peranan penting dalam pencegahan bronkokonstriksi yaitu sebagai kompetitor kalsium yang menyebabkan relaksasi otot polos pernapasan. Hipomagnesemia mengakibatkan hiperresponsif bronkus yang mengarah pada bronkokonstriksi sehingga penyakit asma menjadi tidak terkontrol. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan konsentrasi magnesium serum pasien asma stabil dengan tingkat kontrol asma. Metode: Penelitian ini merupakan cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan di Poli Paru RSUP M. Jamil dan RS Paru Lubuk Alung September 2014-Januari 2015 pada semua subjek mencakup umur, jenis kelamin, lama riwayat asma, eksaserbasi sebelumnya, riwayat atopi, keteraturan kontrol, terapi dan skor asthma control test dan konsentrasi magnesium. Data dianalisis dengan uji statistik Chi-square, kruskall wallis, dan uji korelasi Spearman’s Rho. Hasil: Total subjek penelitian 90 orang, terbagi 52 pasien asma tidak terkontrol dengan 44,2% hipomagnesemia, 21 pasien asma terkontrol sebagian dengan 14,3 % hipomagnesemia dan 17 pasien asma terkontrol penuh tanpa hipomagnesemia. Nilai mean magnesium paling rendah pada asma tidak terkontrol (1,992±0,35 mg/dl). Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistika antara konsentrasi magnesium kelompok tidak terkontrol dengan terkontrol penuh (p 0.001), dan riwayat kontrol berobat teratur dengan tingkat kontrol asma. Kesimpulan: Keteraturan kontrol berobat mempengaruhi tingkat kontrol asma. Terdapat perbedaan kadar magnesium pada asma tidak terkontrol dan terkontrol penuh. Terdapat hubungan penurunan kadar magnesium serum dengan tingkat kontrol asma, semakin rendah kadar magnesium serum maka asma menjadi tidak terkontrol. (J Respir Indo. 2015; 35: 223-9) Kata kunci: Hipomagnesemia, tingkat kontrol asma, asma bronkial.
Association Magnesium Serum With Level Control Asthma Abstract
Background: Magnesium has important rule to prevent bronchoconstriction in asthma, effected smooth muscle relaxation. Hipomagnesemia related to hiperresponsif brochus that can lead to poor control asthma. The aim of this study is to determine association between serum magnesium and level control asma serum. Methods: The study use Cross sectional study. We noted age, sex, history of asthma, exacerbation, atopy, regularly control, therapy, asthma control test score and magnesium. Data analyzed using statistic Chi-square test, Kruskall wallis and Spearman’s Rho Results: The total 90 of study subjects divided in three groups, 52 uncontrolled asthma patients with 44.2 % hipomagnesemia, 21 partly control asthma patiens with hipomagnesemia 14.3 % and 17 controlled asthma patients without hipomagnesemia. The mean of magnesium value for uncontrolled asthma is lowest between group (1.992±0.35 mg/dl). Significantly differences between mean value magnesium between uncontrolled asthma grup and controlled asthma group (p value 0.001), and regularly control patients with level control asma. Conclusion: Regularly visit control effect level control asthma. There are Significantly differences for magnesium serum in uncontrolled asthma and fully control asma. We found association between decreasing of magnesium serum with level control asthma, more low magnesium serum lead to uncontrol asthma. (J Respir Indo. 2015; 35: 223-9) Key words: Hipomagnesemia, level control asthma, bronchial asthma.
Korespondensi: Hendresta Email:
[email protected]; Hp: 082383474117
J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
223
Hendresta: Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma
PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) mem per kirakan 235 juta orang penduduk dunia menderita asma dan angka tersebut akan terus bertambah.1 Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemennya.2 Respons inflamasi merupakan penyebab hiperesponsif bronkus, konsep ini yang sampai pada saat ini diteliti bahwa kontrol atau regulasi mediator inflamasi untuk mengatasi masalah asma.1,2 Mediator inflamasi dalam perjalanannya akan membutuhkan mineral, penelitian saat ini telah meneliti pentingnya magnesium sebagai regulator pada patofisiologi biokimia asma.3 Rolla dan Rowe menemukan prevalensi hipomagnesemia tinggi pada penderita asma. Hipomagnesemia pada asma diketahui berhubungan dengan meningkatnya sesak napas dan gangguan fungsi paru.4,5 Pengukuran kadar magnesium serum pada pasien asma stabil, diperlukan untuk mengetahui hipomagnesemia berhubungan dengan asma yang sulit untuk terkontrol.6 Tujuan penelitian ini yaitu ; mengetahui karakteristik pasien asma terkontrol, terkontrol sebagian dan tidak terkontrol. Mengetahui kadar magnesium serum pada asma terkontrol, terkontrol sebagian dan tidak terkontrol . Mengetahui apakah ada hubungan penurunan kadar magnesium dengan tingkat kontrol asma. Hipomagnesemia merupakan salah satu gang guan elektrolit pada pasien asma, awalnya banyak penelitian yang terfokus pada nilai kalium serum akibat terapi beta 2 agonis. Hipokalemia juga merupakan gangguan awal dari kelainan elektrolit pada pasien asma yang biasanya bersamaan dengan hipomag nesemia yang berhubungan dengan penggunaan beta 2 agonis dan aminophillin.1 Mekanisme menurunnya kadar magnesium intrasel pada otot polos pernafasan yaitu melalui: kalsium magnesium ATPase, pertukaran sodium-kalsium dan pengambilan kalsium melalui retikulum sarkoplasma dan mitokondria.7 Magnesium menghambat kontraksi otot polos pernafasan dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui voltage dependent calcium channel. Mekanisme kontraksi otot polos dimulai dengan peningkatan kadar kalsium
224
intraseluler selanjutnya kalsium masuk kedalam sel dan berikatan dengan kalmodulin, ikatan ini akan merangsang myosin light chain kinase yang selanjutnya akan mengaktifkan ATP-ase sehingga terjadi kontraksi otot polos.8 METODE Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional, variabel penelitian diukur dalam waktu yang sama, untuk mengetahui hubungan kadar magnesium terhadap tingkat kontrol asma pada pasien asma yang datang ke poli paru RSUP M. Djamil dan RS Paru Lubuk Alung, bulan September 2014 sampai Januari 2015. Sampel adalah pasien asma stabil yang terkontrol penuh, terkontrol sebagian, dan tidak terkontrol, yang telah diketahui menderita asma yang mendapatkan terapi sesuai GINA. Pasien diminta mengisi dan menandatangani lembar persetujuan (inform consent). Kriteria inklusi yaitu pasien sudah didiagnosis asma, tidak dalam serangan dalam 4 minggu terakhir. Pasien dinilai tingkat kontrol asma dengan
Asthma control test. Kemudian dilakukan
pengambilan darah vena 2 ml untuk diperiksakan serum magnesium menggunakan alat Cobas Integra di laboratorium patologi klinik Dr. M. Djamil Padang. Penderita asma adalah penderita asma yang telah didiagnosis asma dengan pemeriksaan spirometri. Normomagnesemia jika kadar magnesium ≥1,8 mg/ dL pada laki laki dan ≥ 1,9mg/dL pada perempuan. Hipomagnesemia adalah jika nilai magnesium serum ≤ 1,8 mg/dL pada laki laki dan ≤ 1.9 mg/dL untuk perempuan. Hipomagnesemia berat bila kadar magnesium serum kurang dari 1,2 mg/dL. Asma stabil adalah asma tidak dalam serangan yaitu tidak sedang mengalami episode peningkatan progresif sesak napas, batuk, wheezing, atau rasa sempit didada atau kombinasinya dalam 4 minggu terakhir. Tingkat kontrol asma ditentukan berdasarkan jumlah skor dari kuesioner Asthma Control Test (ACT). Kontrol teratur adalah keteraturan pasien datang untuk pemeriksaan sesuai jadwal, setiap 1-3 bulan setelah memulai pengobatan awal, setiap 3-12 bulan pemeriksaan selanjutnya. Seluruh prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini sudah J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
Hendresta: Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma
mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian
jenis kelamin, riwayat asma, riwayat eksaserbasi,
RSUP M Djamil Padang.
riwayat atopi dan terapi asma pada kelompok asma
Data yang diperoleh dicatat dalam formulir
tidak terkontrol, terkontrol sebagian terkontrol penuh.
penelitian yang telah dibuat. Dilakukan Uji statistik
Nilai p sebesar 0,045 pada riwayat kontrol berobat
Chi-square test, Kruskal Wallis, dan uji korelasi
pasien, terdapat hubungan yang bermakna secara
pearson. Kriteria kemaknaan yang digunakan adalah
signifikan antara riwayat keteraturan kontrol berobat
nilai p dengan ketentuan apabila p≤0,05 adalah
pasien dengan kelompok tingkat kontrol asma. Nilai
signifikan atau bermakna secara statistik, dan p>0,05
rerata kadar magnesium dari 90 sampel adalah
tidak signifikan atau tidak bermakna secara statistik.
2,064 ± 0,32. Nilai rerata kadar magnesium pada
Tabel 1, merupakan karakteristik pasien antara
asma tidak terkontrol 1,992 ± 0,35 mg/dl, terkontrol
kelompok pasien asma tidak terkontrol, terkontrol
sebagian 2,118±0,23 mg/dl dan terkontrol penuh
sebagian dan terkontrol penuh. Tidak terdapat per
2,218±0,21mg/dl. Setelah dilakukan uji statistik
bedaan yang signifikan secara statistika antara umur,
diketahui nilai p 0,026.
HASIL Tabel 1 Karakteristik subjek penelitian Variabel Umur (Mean + SD) Jenis kelamin Laki Perempuan Lama menderita asma (tahun) (Mean + SD) Eksaserbasi Sebelum nya (bulan) (Mean + SD) Kontrol teratur Ya Tidak Riwayat Atopi Rhinitis Urtikaria Tidak Ada Terapi Beta 2 agonis Beta 2 agonis + steroid Beta 2 agonis + steroid + teofilin
Tidak terkontrol (N=52)
Tingkat Kontrol Asma Terkontrol Sebagian (N=21)
Terkontrol penuh (N=17)
Nilai p
43,79 ± 14,55
46,24 ± 12,64
46,18 ± 9,6
0,697
22 (42,3%) 30(57,7%)
8 (38,1%) 13 (61,9%)
8 (47,1%) 9 (52,9%)
0,857
7,79 ± 9,46
10,52 ± 12,01
11,47±14,68
0,407
8,058 ± 5,42
17,69 ± 31,86
12,76 ±21,78
0,125
27 (51,9%) 25 (48,1%)
17 (81,0 %) 4 (19,0%)
8 (47,1%) 9 (52,9%)
0,046**
8 (15,4%) 13 (25,0%) 31 (59,6%)
6 (28,6%) 5 (23,8%) 10 (47,6%)
7 (41,2%) 4 (23,5%) 6 (35,3%)
0,235
4 (-7,7%) 42 (80,8%) 6 (-11,5%)
5 (-23,8%) 13 (-61,9%) 3 (-14,3%)
3 (-17,6%) 13 (76,5%) 1 (-5,9%)
0,339
Tanda ** menunjukkan nilai p signifikan atau bermakna secara statistika. Tabel 2 Hubungan kadar magnesium serum dengan tingkat kontrol asma Kadar magnesium Normomagnesemia Hipomagnesemia Total
J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
Tingkat Kontrol Asma Tidak Terkontrol 29 (55,8%) 23 (44,2%) 52
Terkontrol Sebagian 18 (-85,7%) 3 (-14,3%) 21
Terkontrol Penuh 17 (-100%) 0 (0%) 17
Nilai p 0,001**
225
Hendresta: Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma
Tabel 2, nilai proporsi untuk kadar magnesium
Prevalensi hipomagnesemia dan rerata kadar
berdasarkan nilai normal magnesium pada kelompok
magnesium serum pada asma stabil dipenelitian
asma. Berdasarkan analisis statistika didapatkan
ini hampir sama dengan penelitian lainnya, Sibesh
hubungan kadar magnesium dengan tingkat kontrol
Kumar dkk di India menemukan hipomagnesemia
asma (p= 0,001). Uji korelasi kadar magnesium
pada 28 % penderita asma, dengan nilai mean
dengan kontrol asma didapatkan koefisien korelasi (r)
2,161 ± 0,35. 12 Penelitian yang dilakukan oleh Omer
sebesar 0,403, terdapat korelasi positif tingkat kekua
dkk di Arab Saudi dan Emad dkk di Mesir yang
tan hubungan sedang. Dengan uji Bonferroni untuk
menemukan hipomagnesemia pada pasien asma
mengetahui hubungan kadar magnesium terhadap
stabil dengan proporsi 27% dan 31,7%.9,13 Prevalensi
masing masing tingkat kontrol asma. Perbandingan
hipomagnesemia bervariasi pada beberapa penelitian,
kelompok asma tidak terkontrol dengan terkontrol
telah dilaporkan ditemukan prevalensi yang tinggi pada
penuh didapatkan p 0,032 (p<0,05), terdapat per
asma eksaserbasi dan asma stabil yang dibandingkan
bedaan yang bermakna signifikan secara statistika.
dengan populasi yang bukan asma, namun penelitian lebih lanjut yang mengkonfirmasi belum ada. Penelitian
PEMBAHASAN
lain menemukan kadar magnesium serum yang
Jumlah sampel adalah 90 orang pasien, 52 orang
asma tidak terkontrol, 21 orang asma
rendah pada otot rangka dan lekosit polimorfonuclear pasien asma.
terkontrol sebagian dan 17 orang asma terkontrol
Nilai rerata kadar magnesium 90 sampel adalah
penuh. Hipomagnesemia ditemukan pada 26 orang.
sebesar 2,064 ± 0,32. Nilai rerata kadar magnesium
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara
pada asma tidak terkontrol 1,992 ± 0,35 mg/dl, asma
statistika antara umur pasien, jenis kelamin, riwayat
terkontrol sebagian 2,118±0,23 mg/dl dan asma
asma, riwayat eksaserbasi, riwayat atopi dan terapi
terkontrol penuh 2,218± 0,21mg/dl, tidak ditemukan
pada kelompok tingkat kontrol asma. Beta 2 agonis
hipomagnesemia berat pada penelitian ini. Setelah
kombinasi steroid terbanyak di semua kelompok,
dilakukan uji statistik diketahui nilai p 0,026 artinya
asma tidak terkontrol sebanyak 42 pasien (80,8%)
signifikan atau bermakna secara statistik perbedaan
lebih banyak dibandingkan kelompok lainnya, namun
proporsi kadar magnesium antara kelompok asma
tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada
tidak terkontrol, terkontrol sebagian dan terkontrol
pemakaian obat obatan dengan tingkat kontrol
penuh. Nilai rerata kadar magnesium serum lebih
asma pada penelitian ini (p 0,339). Pemakaian obat
rendah pada kelompok asma yang tidak terkontrol
kombinasi paling sering pada kelompok asma tidak
dibandingkan dengan kelompok lain.
terkontrol dimana juga ditemukan kadar magnesium
Nilai rerata pada penelitian ini lebih tinggi dari
paling rendah pada kelompok yang sama. Penelitian
pada penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan
oleh Omer dkk menemukan terapi kombinasi beta2
oleh Hala dkk yang meneliti gangguan elektrolit pada
agonis dan steroid berbeda bermakna secara statistika
50 orang penderita asma stabil menemukan kadar
dengan
magnesium pada asma stabil dengan nilai mean 1.83
kadar magnesium
serum di bandingkan
±0.44.14 Khosrow dkk melaporkan hipomagnesemia
dengan terapi asma dengan obat tunggal.
9
Terdapat perbedaan yang signifikan riwayat
terjadi pada 40,5% pasien asma kronik stabil dan nilai
pada keteraturan kontrol berobat dengan tingkat kontrol
mean kadar magnesium pasien 1,85 ± 0,28 mg/dL.15
asma, diketahui sebelumnya dimana kontrol teratur
Perbedaan kadar magnesium serum pada pasien asma
dapat mempengaruhi tingkat kontrol asma dan resiko
dapat disebabkan karena kadar magnesium dipengaruhi
eksaserbasi.
Penelitian George juga menemukan
beberapa faktor seperti asupan magnesium. Literatur
bahwa rendahnya keteraturan pengobatan pasien asma
juga menyebutkan magnesium adalah ion intraseluler,
berhubungan dengan asma yang tidak terkontrol.
nilai Mg++ kurang mencerminkan total ketersedian
10
226
11
J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
Hendresta: Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma
magnesium tubuh, Mg++ dapat terlihat normal
adalah asma yang tidak terkontrol. Berdasarkan uji
walaupun terjadi penurunan ketersedian magnesium
korelasi derajat kadar magnesium serum dengan
tubuh, penilaian magnesium dalam red blood cell
tingkat kontrol asma, didapatkan koefisien korelasi (r)
(RBC) dan white blood cell (WBC) atau dalam tulang
sebesar 0,403 menandakan terdapatnya hubungan
lebih stabil untuk menilai kadar magnesium tubuh, namun pemeriksaan ini lebih mahal dan keterbatasan sarana. Faktor lain yang mempengaruhi kadar mag
yang positif dengan tingkat kekuatan hubungan
nesium pasien asma stabil seperti pemakaian
antara kadar magnesium kelompok tidak terkontrol
bronkodilator dan kortikosteroid. Fernando berpendapat hipomagnesemia berhubungan dengan penggunaan beta 2 agonis dan aminophillin8. Literatur dan penelitian
sedang. Uji bonferoni dilakukan untuk mengetahui perbandingan hubungan kadar magnesium antar kelompok asma, ditemukan perbedaan yang signifikan dengan terkontrol penuh dengan p 0,032 (p< 0,05), perbedaan rata rata magnesium antara kelompok
hipomagnesemia dengan pemakaian bronkodilator
tidak terkontrol dengan terkontrol sebagian tidak bermakna secara statistika. Hasil peneltian Kazak dkk juga mendapatkan
yang dikombinasikan dengan kortikosteroid, selain
hubungan hipomagnesemia dengan tingkat kontrol
itu juga dipengaruhi oleh lama pemberian. Beberapa
asma, Kazak kemudian menyimpulkan pasien dewasa
peneliti menyatakan hubungan tersebut bermakna,
yang mendapatkan magnesium oral memperlihatkan
namun hasil penelitian lain menyimpulkan hubungan
perbaikan bronchial reactivity, kontrol asma dan
tersebut tidak bermakna. Mekanisme aminophilin
kualitas hidup.6 Data epidemiologi juga memperlihatkan
atau beta 2 agonis menyebabkan hipomagnesemia
kadar magnesium yang rendah berhubungan dengan
melalui induksi katekolamin yang mengakibatkan
insiden dan perburukan gejala asma. Diet dan nutrisi
pengambilan magnesium melalui membrane adipose
penting untuk mengurangi gejala penyakit obstruksi
untuk terjadinya lipolisis. Adanya stimulasi beta
saluran napas seperti asma.18 Penelitian sebelumnya
adrenergik akan mempengaruhi kalium dan secara
telah dilakukan, namun dengan memakai variabel
tidak langsung akan mempengaruhi magnesium
derajat asma, penelitian Alamoudi dkk di Arab Saudi
mengakibatkan pengambilan kalium dan magnesium
tahun 2000 dengan 93 orang penderita asma stabil
ke intrasel terutama di hepar dan otot.
Pada
menemukan derajat asma berhubungan dengan
penelitian ini tidak dilakukan uji statistik untuk
kadar magnesium yang lebih rendah (p 0,04), dan
mengetahui pengaruh obat obatan tersebut terhadap
pada asma yang derajat berat berhubungan dengan
kadar magnesium serum penderita asma. Pedoman
hipomagnesemia, dari pada asma derajat yang lebih
GINA pada asma stabil tidak ada rekomendasi
ringan. 9 Penelitian Hala dkk tahun 2010 menemukan
pemberian magnesium oral, dan pemeriksaan kadar magnesium pada asma stabil. Hipomagnesemia ditemukan pada asma stabil,
hipomagnesemia pada 56,2% penderita asma stabil
pasien dengan kadar magnesium yang rendah
sarkan nilai rujukan normal magnesium serum dimana
kita gunakan dalam penelitian ini, sementara itu penelitian sebelumya belum menggunakan Asthma Control Test. Kepustakaan menjelaskan bahwa magnesium
hipomagnesemia pada kelompok asma tidak terkontrol
berperan penting dalam relaksasi otot polos bronkus,
sebanyak 44,2%, asma terkontrol sebagian 14,3%
magnesium berfungsi mengurangi jumlah kalsium
dan tidak ditemukan hipomagnesemia pada kelompok
dengan mengeluarkan kalsium dari dalam sel, dan
asma terkontrol penuh (Tabel 2). Berdasarkan uji
berperan mengikat kalsium ke sarcoplasmic reticulum
statistika, pasien asma dengan hipomagnesemia
protein sehingga membantu terjadi relaksasi otot polos
dengan tingkat kontrol asma yang sering timbul
bronkus. Defisiensi magnesium dapat meningkatkan
lain juga menyatakan terdapat hubungan antara
16,17
berhubungan dengan derajat asma. Penelitian ini mene mukan penurunan kadar magnesium ber da
J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
dengan derajat berat.14 GINA merekomendasikan penggunaan Asthma Control Test seperti yang
227
Hendresta: Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma
hiperreaktifitas saluran napas, ion magnesium berperan
assessment of asthma control and quality of
dalam berbagai proses biokimia dan fisiologis yang
life in men and women with mild to moderate
secara langsung mempengaruhi fungsi paru dan gejala
asthma: a randomized placebo controlled trial. J
pernapasan. Hipomagnesemia meningkatkan iritabilitas
Asthma.2010;47;1:83-92.
neuromuskular, sehingga membuat beberapa orang lebih rentan terhadap bronkospasme. 7,19,20 Kelemahan penelitian ini tidak dilakukan penilaian asupan magnesium sebagai faktor yang mempengaruhi kadar magnesium dalam darah. Diet rendah magnesium ditemukan berhubungan dengan hiperresponsif bronkus dan gangguan fungsi paru subjek normal, disamping itu suplementasi magnesium dapat mengurangi gejala asma. 21,22 KESIMPULAN Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa riwayat tingkat keteraturan kontrol berobat mem pengaruhi tingkat kontrol asma. Ditemukan perbe daan kadar magnesium serum pada asma tidak terkontrol, dan terkontrol penuh. Terdapat hubungan penurunan kadar magnesium dengan tingkat kontrol asma, semakin rendah kadar magnesium maka asma menjadi semakin tidak terkontrol. DAFTAR PUSTAKA 1. Asthma and Allergy Foundation Of America. Asthma facts and Figure. Morbidity and Mortality Report. NCHS, U.S. CDC. 2003. 2. Global initiative for asthma: Global strategy for management and prevention. GINA publication 2011.p5. 3. Demoly P, Annunziata K, Gubba E, Adamek LRepeated. Cross-sectional survey of patientreported asthma control in Europe in the past 5 years. PMID.2011;121:14-24. 4. Rolla G, Bucca C. Hypomagnesemia and bronchial reactivity. Allergy.1989;44;7:519-21. 5. Rowe B, Bretziaff J, Bordan C, camargo, Maning G. Magnesium sulfat for treating asthma .Cochrane data base.2000;2-16. 6. Kazaks A, Uriu-Adams J, Albertson T, Shenoy S, Stern J. Effect of oral magnesium supplementation on measures of airway resistance and subjective
228
7. Knox AJ, Tattersfield AE. Airway smooth muscle Relaxation. Thorax J.1995;50: 895-901 8. Fernando G, Carmen B, Martha R. Severe hypo magnesemia and low grade inflammation in metabolic syndrome. Magnesium Research.2011; 24:45-53. 9. Alamoudi O. Hypomagnesemia in chronic, stable asthmatic: prevalence, correlation with severity and hospitalization. European respiratory journal. 2000;16:427-31. 10. Global Initiative for Asthma (GINA) : Global strategy for management and prevention. GINA publication 2012: p 2-128. 11. George M, Keddem S, Barg FK, Green S, Glanz K.Urban adults’ perceptions of factors influencing asthma control. J Asthma.2015;52:98-104. 12. Sibes Kumar Das AKH, Indranath Ghosh, Samirendra Kumar Saha, Anirban Das, Saurabh Biswas. Serum magnesium and stable asthma : Is there a link? Lung India.2010;27:205-8. 13. Emad H. Ahmed Y. Electrolytes Disturbance: The Effect of Different Forms of B-Stimulants Chest. 2005;128-246. 14. Hala A, Mohammad, Mohammad T. Abdulfttah, Ali O, Abdulazez. A study of electrolyte disturbances in patients with chronic stable asthma and with asthma attacks; Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis.2014;4:1-6. 15. Khosrow Agin HRJD. Blood serum magnesium values in chronic stable asthmatic patients: A case-control study. Tanaffos.2005;413:27-32. 16. Maha A, Fattah M, Zaghloul SS. Magnesium concentration in acute asthmatic children. Iran J Pediatr.2012;22(4):463-7. 17. Anupam K, Raj K. A randomized controlled trial of intravenous magnesium sulphate as an adjunct to standard therapy in acute severe asthma. Iran J Allergy Asthma Immunol.2008;7(4):221-9.
J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
Hendresta: Hubungan Magnesium Serum dengan Tingkat Kontrol Asma
18. Albion research human nutrition. Magnesium a role in therapy for asthma. Magnesiun in asthmatic. Michigan, US. 2004 19. Spivey W, Skobelof E, Levin R. Effect of magnesium chloride on rubbit bronchial smooth nuscle. Ann Emerg Med.1990;19:1107-12. 20. Clinton RW. Smooth muscle contraction and relaxation. Advance in physiologi education.
21. Husemoen L,Glumer C, Lau C. Association of obesity and insulin resistance with asthma and aeroallergen sensitization. Allergy Journal. 2008;63:575–82. 22. Ramsay S, Dagg K, McKay I. Investigations on the renin-angiotensin system in acute severe asthma. Eur Respir J.1997;2766–71.
2004;27:201-6.
J Respir Indo Vol. 35 No. 4 Oktober 2015
229