HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES DENGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2013 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh: Wardatul Washilah 108104000054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama
: Wardatul Washilah
NIM
: 108104000054
Mahasiswa Program
: Ilmu Keperawatan
Tahun Akademik
: 2008
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul :
HUBUNGAN LAMA MENDERITA DIABETES DENGAN PENGETAHUAN PENCEGAHAN ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2013 Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jakarta, 20 Juni 2012
Wardatul Washilah
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Wardatul Washilah
Tempat/Tanggal Lahir
: Probolinggo, 11 Mei 1991
Agama
: Islam
Alamat
: Desa Brani Kulon RT 06/02, Kec. Maron, Probolinggo Jawa Timur
Telepon/Hp
: 085310831188
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. RA Al-Kholafiah
(1995-1996)
2. MIN Brani Kulon
(1996-2002)
3. SLTP Nurul Jadid Paiton
(2002-2005)
4. SMA Unggulan Haf-Sa Genggong
(2005-2008)
5. S-1 Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
v
(2008-2012)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat, Taufik, Hidayah serta Rizqi-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa peneliti limpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ahnya bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas rahmat dan karunia-Nya yang Maha besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik Di Puskesmas Ciputat Tahun 2013. Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai, namun Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan Hidayah-Nya dan kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya proposal skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan hamba kesempatan untuk terus belajar di bangku kuliah. 2. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Ahmad Gholib, MA, selaku dekan dan pembantu dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
3. Bapak Waras Budi Utomo, S.Kep., M.Kes. dan Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep., M.Sc., selaku ketua Program Studi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing, dengan ketulusan hati saya mengucapkan banyak terimakasih. 4. Bapak Jamaludin, S.Kep, M.Kep., selaku dosen pembimbing skripsi, yang selama ini telah meluangkan waktunya selama membimbing peneliti dengan ketulusan hati mengucapkan terimakasih atas bimbingannya. 5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kepala Puskesmas dan Seluruh Jajaran Staf Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk pengambilan data dan penelitian. Sebagai bahan rujukan Proposal Skripsi. 8. Kementerian Agama RI yang telah membiayai perkuliahan selama saya kuliah sampai sekarang, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. 9. Ucapan terimakasih peneliti haturkan kepada Ibunda tersayang ‘Sitrowati’ dan Ayahanda yang terhormat ‘Hamid’ yang senantiasa memberikan dukungan penuh berupa Nasehat yang memotivasi dan Do’a yang selalu mengiringi setiap langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.
vii
10. Adikku tersayang ‘Qotrun Nada Alawiyah’ yang turut mendoakan dan menjadi motivator peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Terimakasih penulis ucapkan pada ‘oppa’ yang sangat membantu dan mendukung penulis sampai penyelesaian skripsi ini. Terimakasih selalu mendampingi setiap tahap penelitian yang penulis lakukan. 12. Teman- teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. 13. Teman-teman, kakak-kakak dan adik-adik CSS MoRA yang super, yang telah banyak menginspirasi dan memotivasi peneliti. Akhir kata peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya
bagi
peneliti
dan
umumnya
bagi
pembaca
yang
mempergunakannya terutama untuk kemajuan proses pendidikan selanjutnya.
Jakarta, 20 Juni 2012
Wardatul Washilah
Viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………………. i LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………….. ii LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………………... iv RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………………. .. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... ix DAFTAR TABEL …………………………………………………………….….…... xii DAFTAR BAGAN ………………………………………………………………....... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xiv ABSTRAK ..................................................................................................................... xv ABSTRACT .................................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang …………………………………………………………………. 1 B. Rumusan masalah .................................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5 1. Tujuan Umum ................................................................................................. 5 2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 5 D. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................................................... 6 1. Bagi Pendidikan Keperawatan ........................................................................ 6 2. Bagi Masyarakat ............................................................................................. 6 3. Bagi Institusi ................................................................................................... 6 4. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................................ 6
ix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7 A. Pengetahuan .......................................................................................................... 7 1. Definisi ........................................................................................................... 7 2. Tingkat Pengetahuan ..................................................................................... 7 3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................................................... 8 4. Pengukuran Pengetahuan .............................................................................. 10 B. Ulkus Diabetik .................................................................................................... 11 1. Definisi ......................................................................................................... 13 2. Klasifikasi Ulkus Diabetik ............................................................................ 15 3. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetik ................................................................. 17 4. Prenatalaksanaan .......................................................................................... 17 C. Pencegahan Ulkus Diabetik ................................................................................ 18 D. Penelitian Terkait ................................................................................................ 20 E. Kerangka Teori .................................................................................................... 22
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................ 22 A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 23 B. Definisi Operasional ............................................................................................ 24 C. Hipotesis .............................................................................................................. 24 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 25 A. Desain Penelitian ................................................................................................ 25 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 25 C. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 26 D. Instrument Penelitian ........................................................................................... 27 E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ............................................................... 28 F. Pengolahan Data .................................................................................................. 29 G. Analisis Statistik .................................................................................................. 30 H. Etika Penelitian ................................................................................................... 31 BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 32
x
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 33 B. Analisa Univariat ................................................................................................. 35 C. Analisa Bivariat ................................................................................................... 40 BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 41 A. Pembahasan Variabel .......................................................................................... 42 B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 43 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 45 A. Simpulan ............................................................................................................. 45 B. Saran ................................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
No. tabel Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Diabetes Melitus pada pasien di Puskesmas Ciputat 2012 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pengetahuan pasien DM tentang pencegahan Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tabel 5.3 Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Ciputat tahun 2012
xii
DAFTAR BAGAN
No Bagan Bagan 2.1 Kerangka Teori Bagan 3.1 Kerangka Konsep
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Informed consent 2. Kuesioner 3. Output hasil uji validitas reliabilitas instrumen 4. Output hasil analisa inivariat dan bivariat 5. Grafik Scatterplot
xiv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Januari, 2013 Wardatul Washilah, NIM :108104000054 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tahun 2013 xvii + 47 halaman + 5 tabel + 2 bagan + 5 lampiran
ABSTRAK Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain tenaga kesehatan, peran pasien dan keluarga sangat penting. Penderita DM beresiko 29 kali untuk terjadi ulkus diabetika. Sehingga pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus diabetik menjadi sangat penting. Ulkus diabetik adalah infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan lama menderita DM dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Sampel yang dipilih dengan insidental sampling akan mengisi kuesioner dan evaluasi hasil penelitian dilakukan dengan melihat skor atau jumlah nilai benar dibandingkan untuk menilai pengetahuan dengan lamanya pasien menderita DM.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Dengan nilai p = 0,061. Analisis bivariat dengan Regresi Linier Sederhana didapatkan nilai slope 0,847. Hal ini berarti setiap perubahan satu satuan dari lama menderita Diabetes Melitus akan diikuti perubahan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik sebesar 0,847. Prosentase pengetahuan pasien DM yang menjawab benar semua pertanyaan dalam kuesioner hanya 6,7%. Kata Kunci : Lama Menderita DM, Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik, Daftar bacaan 24 (2002-2013)
xv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE SCHOOL OF NURSING ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduates Thesis, January 2013 Wardatul Washilah, NIM :108104000054 Relationship Between the Long-Suffering Diabetes With Diabetic Ulcer Prevention Knowledge in Year 2013 xvii + 47 pages + 5 tables + 2 charts + 5 attachments
ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that will suffer for life. In the management of the disease, in addition to health, the role of the patient and family is essential. Diabetics are at risk of going 29 times for diabetic ulcers. So knowledge about the prevention of diabetic ulcers are very important. Diabetic ulcers are infection, ulceration associated with neuropathy and peripheral vascular disease in the lower limbs. This study aims to look at the relationship long-suffering diabetes with diabetic ulcer prevention knowledge. The design of this study is Cross Sectional Study using the questionnaire as an instrument. Samples were selected by incidental sampling will fill out a questionnaire and evaluation of the results of research carried out by looking at the score or the number of true value compared to assess the knowledge of the length of patients suffering DM.result showed that there was no link between long suffered from diabetes mellitus with diabetic ulcer prevention knowledge. With a value of p = 0.061. Bivariate analysis with Simple Linear Regression slope values obtained 0.847. This means that any change in one unit of the long-suffering Diabetes Mellitus will be followed by changes in Diabetic Ulcer Prevention Knowledge of 0.847. The percentage of patients' knowledge of diabetes who answered correctly all the questions in the questionnaire only 6.7%. Keywords: Long Suffering DM, Diabetic Ulcer Prevention Knowledge, Reading list of 24 (2002-2013)
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sistem kesehatan nasional menyatakan bahwa segala upaya dalam pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi yang memungkinkan orang hidup lebih produktif baik sosial maupun ekonomi. Meningkatnya status sosial ekonomi, pelayanan kesehatan masyarakat, perubahan gaya hidup, bertambahnya umur harapan hidup, maka indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, hal ini dikenal dengan transisi epidemiologi. Kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular salah satunya adalah Diabetes Mellitus (Hastuti, 2008). Diabetes Melitus (DM) disebut juga The Great Imitator karena dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan (Suyono, 2005). DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan, penyulit DM dan penatalaksanaannya
1
2
akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki usaha hasil pengelolaan (PERKENI, 2006) . Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8.4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah india (31.7juta ), Cina(42.3 juta), Amerika Serikat (30.3 juta) dan Indonesia (21.3 juta). Jumlah penderita Diabetes melitus tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175.4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan 2030 menjadi 366 juta orang (Soegondo, 2008). Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Kemenkes, 2007). DM dibandingkan dengan non DM mempunyai kecenderungan dua kali lebih mudah mengalami trombosis serebral.
Komplikasi menahun DM di
Indonesia untuk terjadinya ulkus diabetika sebanyak 15% (Soegondo, 2008). Penderita DM beresiko 29 kali terjadi ulkus diabetika. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan adanya makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati. Ulkus
3
diabetika mudah sekali menjadi infeksi karena masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang tinggi menjadi tempat strategis untuk pertumbuhan kuman (Riyanto, 2007 dalam Hastuti, 2008) Ulkus diabetik merupakan luka dengan angka kejadian paling sering muncul dibandingkan tukak lain dari keseluruhan pasien yang mengalami tukak. Dari 202 pasien yang mengalami tukak, 184 di antaranya merupakan pasien tukak diabetik. Sementara, sisanya adalah tukak dekubitus, tukak vena, dan tukak arteri (Divisi Bedah Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009). Ulkus diabetik terutama terjadi pada penderita DM yang telah menderita 10 tahun atau lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi darah dan adanya robekan/luka pada kaki Penderita diabetik yang sering tidak dirasakan (Hastuti, 2008) Penelitian di USA oleh Boyko (1999) pada 749 penderita DM dengan hasil bahwa lama menderita DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetika dengan RR-nya sebesar 3 (95 % CI : 1,2 – 6,9) (Hastuti, 2008). Ulkus diabetika jika tidak segera mendapatkan pengobatan dan perawatan maka akan meningkatkan resiko infeksi yang dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi (Misnadiarly, 2006 dalam Hastuti, 2008). Di RSCM tahun 2003, masalah ulkus diabetika merupakan masalah serius, sebagian besar penderita DM dirawat katena mengalami ulkus diabetika.
4
Angka kematian dan angka amputasi cukup tinggi, masing-masing sebesar 32.5% dan 23.5% penderita DM paska amputasi sebanyak 14.3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan meninggal dalam 3 tahun (PERKENI, 2006). Ulkus diabetik merupakan komplikasi DM yang dapat dicegah atau diminimalkan kejadiannya. Hal ini dapat dilakukan dengan pencegahan ulkus diabetik, seperti perawatan kaki dan pemakaian alas kaki yang tepat. Sehingga pengetahuan pencegahan ulkus menjadi sangat penting. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan pasien tentang perawatan DM diperoleh 53,1% pengetahuan pasien kurang (Saputra, 2011). Pasien dengan ulkus diabetik dan yang berisiko tinggi harus diajarkan mengenai faktor risiko dan manajemen yang tepat. Pasien yang beresiko harus memahami implikasi dari hilangnya sensasi protektif, pentingnya pemeriksaan kaki setiap hari, perawatan yang tepat pada kaki, termasuk kuku dan perawatan kulit,dan pemilihan alas kaki yang sesuai. Untuk mengontrol komplikasi ulkus diabetik, pengetahuan pasien dan praktek dapat berkontribusi untuk mencegah ulkus diabetik (Pollock, Unwin, & Connolly, 2003). Menurut penelitian Sayeed (2005), perawatan kaki dapat menurunkan masalah kaki sebesar 40% pada pasien Diabetes melitus.
5
B. Rumusan masalah Meningkatnya penderita DM yang berisiko tinggi terjadi ulkus semakin meningkat setiap tahunnya. Lama menderita Diabetes melitus merupakan faktor resiko terjadinya ulkus diabetik. Terjadinya ulkus diabetik dapat dicegah dengan perawatan kaki yang baik dan pemilihan sepatu yang tepat. Pencegahan ini dapat dilakukan jika pengetahuan pasien memadai. Menurut Notoatmodjo pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman (lamanya menderita Diabetes), sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat seberapa erat hubungan lama menderita Diabetes Melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara lama menderita diabetes dengan pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetik. 2. Tujuan khusus a. Melihat lama menderita Diabetes Melitus b. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang pencegahan ulkus diabetik c. Mengetahui hubungan lama menderita diabetes dengan tingkat pengetahuan pasien tentang pencegahan ulkus diabetik
6
D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Untuk memberikan informasi bahwa penderita ulkus diabetik yang lama dan yang baru pengetahuannya tentang pencegahan ulkus diabetik sama atau berbeda. Sehingga institusi dapat membuat program lebih baik agar peningkatan pengetahuan ini dapat tercapai. 2. Masyarakat Mengetahui pentingnya pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Sehingga masyarakat akan mempunyai keinginan untunk mengetahui lebih banyak tentang pencegahan ulkus diabetik ini. 3. Peneliti Sebagai bahan masukan untuk peneliti berikutnya. 4. Ilmu Pengetahuan Sebagai bahan kepustakaan tentang hubungan lama menderita terhadap pengetahuan pasien DM terhadap pencegahan ulkus diabetik.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2007). Menurut Bloom dan skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan ataupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan ataupun tulisan. 2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif a). Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang sudah diterima sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b). Memahami berarti mampu menjelaskan secara benar tentang objek yan diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c). Aplikasi adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.
7
8
d). Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. e). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003) 3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Menurut Notoatmodjo (2003: 18) faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan Faktor internal yaitu Jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang sedang faktor Rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitif individu. Faktor internal dan eksternal ini jika diperluas lagi akan terbagi sebagai berikut: a. Intelegensi Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara commonsence dapat dikatakan bahwa orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi ntinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya. b. Pendidikan Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan ataumeningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan,
9
sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan formal dan non formal. Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuanmelalui pola tertentu (Notoatmodjo: 2003; 18). Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. c. Pengalaman Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO, menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaankepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman oranglain (Notoatmodjo: 2003; 143) d. Informasi Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilainilaitertentu (Notoatmodjo: 2003; 102). Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau
10
majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide, dan film serta papan (billboard) (Notoatmodjo: 2003; 99) e. Kepercayaan Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek tertentu. f. Umur Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan menerima informasi. g. Sosial budaya Sosial budaya termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penerapan nilainilai keagamaan untuk memperkuat super egonya. h. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya .Individu yang berasal dari keluarga yang bestatus sosial ekonomi baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. 4. Pengukuran Pengetahuan Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu, mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara pengukuran pengetahuan dalam penalitian bisa menggunakan angket dan biasanya dituliskan dalam prosentase. Baik = 76-100%; Cukup = 56-75%; Kurang = ≤55% (Nursalam, 2003: 124).
11
Hidayat (2007) menjelaskan bahwa salah satu skala yang dapat digunakan dalam mengukur pengetahuan adalah menggunakan skala Guttman. Skala guttman terdiri dari benar-salah atau ya-tidak. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran pengetahuan klien tentang pencegahan ulkus diabetik. B. Diabetes Melitus 1. Definisi Diabetes Melitus (DM) disebut juga The Great Imitator karena dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan (Suyono,2005) Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis serius yang disebabkan oleh faktor keturunan atau lingkungan. DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau absolut kerja insulin yang ditandai dengan hiperglikemia (powers AC, 2005 dalam eva, 2008) 2. Komplikasi Diabetes melitus DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung. Bentuk- bentuk komplikasi itu bisa berupa masing-masing pada sistem: 1. Sistem kardiovaskuler: hipertensi, infark miokard, insufisiensi koroner. 2. Mata: retinopati diabetika, katarak. 3. Saraf: neuropati diabetika 4. Paru-paru: TBC 5. Ginjal: pielonefritis, glumerulosklerosis 6. Hati: sirosis hepatik 7. Kulit: gangren, ulkus, furunkel(Bustan, 2007).
12
C. Ulkus Diabetik 1. Definisi Ulkus diabetik adalah infeksi, ulserasi, atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah. Hiperglikemia pada DM yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi kronis yaitu neuropati perifer dan angiopati. Dengan adanya angiopati perifer dan neuropati, trauma ringan dapat menimbulkan ulkus pada penderita DM. Ulkus DM mudah terinfeksi karena respon kekebalan tubuh pada penderita DM biasanya menurun. Ketidaktahuan pasien dan keluarga membuat ulkus bertambah parah menjadi gangren yang terinfeksi (Waspadji, 2006). Ulkus diabetik adalah salah satu bentuk komplikasi kronik DM berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai kematian jaringan setempat (Frykberb R. G., 2002, dalam Rini, 2008) Ulkus diabetik merupakan pennyebab tersering dilakukannya amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik. Resiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan dengan non DM. Sebagian besar amputasi pada ulkus diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan pengobatan yang adekuat akan mengurangi kejadian tindakan amputasi. Ironisnya evaluasi dini dan penanganan yang adekuat di rumah sakit tidak optimal (Darcoli, 2007). 2. Etiologi Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetik dibagi menjadi faktor endogen dan eksogen; a. Faktor endogen ; genetik, metabolik, angiopati diabetik dan neuropati diabetik. b. Faktor eksogen ; trauma, infeksi, obat. 3. Patofisiologi
13
Terjadinya ulkus diabetik diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang lebih luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes. Berikut gambar patofisiologi terjadinya ulkus diabetik: Diabetes melitus Hiperlipidemia merokok neuropati
Penyakit vaskular periperal
Neuropati
Autonomic neuropathy
Somatik
Pain sensasion menurun
Masalah Ortopedi
Limited joint movement
Plantar pressure
Otot hipotropik
Keringat menurun
Dry skin fissura
Altered blood flow
Engorged vein, warm foot
Callus
Ulkus pada kaki
Infeksi
Ischemic limb
14
Bulton AJM. Diabetic Med. Dalam Waspadji, 2006
4. Klasifikasi Klasifikasi Ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus menurut Wagner dikutip oleh Rini, terdiri dari 6 tingkatan : a. Tingkatan 0 = Tidak ada luka terbuka, kulit utuh. b. Tingkatan 1 = Ulkus superfisialis, terbatas pada kulit. c. Tingkatan 2 = Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan. d. Tingkatan 3 = Ulkus yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses. e. Tingkatan 4= Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki, bagian depan kaki atau tumit. f. Tingkatan 5 = Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki. Suatu klasifikasi lain yang juga praktis dan erat dengan pengelolaan adalah klasifikasi yang berdasar pada perjalanan alamiah ulkus diabetik (Edmonds 20042005): a. Stage 1: Normal Foot b. Stage 2 : High Risk Foot c. Stage 3 : Ulcerated Foot d. Stage 4: Infected Foot e. Stage 5 : Necrotic Foot f. Stage 6 : Unsavable Foot Untuk stage 1 dan 2, pencegahan primer sangat penting, dan semuanyadapat dikerjakan dalam pelayanan kesehatan primer baik oleh podiatrist, dokter umum atau dokter keluarga.
15
Untuk stage 3 dan 4 kebanyakan sudan memerlukan perawatan di tingkat pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan spesialistik. Untuk stage 5, apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali memerlukan kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter bedah, terutama bedah vaskular/ ahli bedah plastik dan rekonstruksi. 5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ulkus diabetik yaitu: a. Sering kesemutan. b. Nyeri kaki saat istirahat. c. Sensasi rasa berkurang. d. Kerusakan jaringan (nekrosis). e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea. f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. g. Kulit kering (Misnadiarly, 2006). 6. Penatalaksanaan Lebih dari 90% ulkus akan sembuh apabila diterapi secara komprehensif dan multidisipliner,
melalui
upaya;
mengatasi
penyakit
komorbid,
menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab (moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik, kuratif atau emergensi sesuai dengan indikasi. Pengelolaan ulkus diabetik dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang lebih parah.
16
7. Pencegahan ulkus diabetik A. Pencegahan Primer Pencegahan primer ini merupakan kiat kiat untuk pencegahan terjadinya ulkus diabetik. Penyuluhan mengenai terjadinya ulkus diabetik sangat penting untuk mencegah ulkus diabetik. Penyuluhan ini harus dilakukan pada setiap kesempatan pertemuan pada penyandang DM, dan harus diingatkan kembali tanpa bosan. Halhal kecil yang harus diketahui diantaranya adalah perawatan kaki, yaitu bagaimana perawatan kaki yang baik. Kejadian yang tampak sepele dapat mengakibatkan kejadian yang mungkin fatal. Demikian pula pemeriksaan yang nampak sepele dapat memberikan manfaat yang sangat besar. Periksalah selalu kaki penderita DM setiap setelah melepaskan sepatu dan kausnya (Waspadji, 2006). Misnadiarly (2006) mengatakan pencegahan ulkus dapat dilakukan dengan melakukan hal berikut: 1) Memperbaiki kelainan vaskuler. 2) Memperbaiki sirkulasi. 3) Pengelolaan pada masalah yang timbul. 4) Edukasi perawatan kaki ; kaki harus dicuci dengan teratur setiap hari. Sesudah dicuci keringkan dengan seksama dan beri perhatian khusus pada sela-sela jari kaki. 5) Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi dan vaskularisasi, obat penurunan gula darah maupun menghilangkan keluhan dan penyulit DM. 6) Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal. 7) Menghentikan kebiasaan merokok 8) Merawat kaki secara teratur setiap hari dengan cara: a) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih
17
b) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan menggunakan air suam-suam kuku dengan memakai sabun dan mengeringkan secara sempurna terutama diantara jari-jari kaki. c) Memakai krem kaki yang baik pada kulit dan tumit kaki yang retakretak, supaya kulit tetap mulus dan jangan menggosok antara sila-sela jari kaki. d) Tidak memakai bedak sebab ini akan membuat kulit menjadi kering dan retak. e) Kuku sebaiknya jangan digunting tapi dikikir. Rasa nyeri pada kaki dapat berkurang, sehingga bila kulit disekitar kuku terluka tidaka akan teerasa. Jangan kikir kuku terlalu pendek, atau terlalu dalam pada tepi kanan kirinya. Bila penglihatan kurang terang mintalah oranglain untuk merawat kaki, jangan lupa informasikan bahwa pasien penyandang DM, dan oleh karena itu rasa sakit dikaki berkurang. f) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula, luka atau lecet g) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas. 9). Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara: a) Jangan berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir. b) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu yang nyaman untuk kaki dan dipakai. c) Sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu atau lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi dan lukka terhadap kulit.
18
d) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki dan tidak buleh dipakai tanpa kaos kaki). e) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati. f)
Pakailah kaos kaki bila dingin dan ganti setiap hari.
g) Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun, jangan memakai dari bahan sintetis karena akan menyebabkan kaki berkeringat. 10). Menghindari obat-obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin, ikotin. 11). Hindari trauma berulang. 12). Memeriksa diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol walaupun ulkus diabetik sudah sembuh (Misnadiarly, 2006). B. Pencegahan Sekunder Dalam pengelolaan ulkus diabetik, kerjasama multi-disipliner sangat diperlukan. Berbagai hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh dasil pengelolaan yang maksimal dapat digolongkan sebagai berikut dan semuanya harus dikelola bersama-sama: a. Kontrol Metabolik Keadaan umum paien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah diusahakan selalu senormal mungkin, untuk mempengaruhi berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. b. Kontrol Vaskular Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat penyembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dilakukan sesuai kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti : warna dan suhu kulit, perabaan arteri Dorsalis Pedis dan arteri Tibialis Posterior serta ditambah pengukuran tekanan darah
19
c. Wound Control Perawatan luka sejak pertama kali klien datang merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridemen yang adekuat.saat ini banyak sekali macam dressing yang masing-masing tentu dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka, dan juga letak luka tersebut. Dressing yang digunakan mengandung komponen zat penyerap seperti carbonate dressing, alginete dressing akan bermanfaat pada keadaan luka yang masih produktif. Tetapi tindakan debridemen tetap menjadi syarat mutlak yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum mengklasifikasikan luka. Beberapa terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka seperti cairan salin sebagai pembersih luka dan lain lain. demikian pula berbagai cara debridemen non suurgikal dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti preparat enzim. Jika luka sudah lebih baik dan tidak terinfeksi lagi, dressing seperti hydrocolloid dressing yang dapat dipertahankan beberapa hari dapat digunakan. Tentu saja untuk penyembuhan luika kronik seperti ulkus diabetik, suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka selalu dalam keadaan optimal dengan demikian penyembuhan luka akan terjadi sesuai dengan tehapan penyembuhan luka yang harus selalu dilewati dalam rangka proses penyembuhan. d. Microbiological Control Data mengenai pola kuman harus diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda. Di RSCM data terakhir menunjukan bahwa pada pasien yang datang dari luar, umumnya didapatkan infeksi bakteri yang multipel, anaerob, dan aerob. Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan hasil resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004 di RSCM, umumnya
20
didapatkan pola kuman polimikrobial, campuran gram positif dan gram negatif serta kuman anaerob untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama lpemberian antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas(misalnya golongan sefalosparin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol). e. Pressure Control Jika tetap dipakai untuk berjalan berarti kaki dipakai untuk menyanggah bada, luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat menyembuh, apalagi jika luka terletak dibagian pelantar seperti luka kaki charcot. Peran jajaran rehabilitasi medis pada usaha preassure control ini juga sangat mencolok. f. Education Control Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan ulkus diabetik. Dengan penyuluhan yang baik pasien dan keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. D. Penelitian Terkait Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama menderita DM ≥ 10 tahun dengan kejadian ulkus diabetika (p=0,0001) dan lama DM ≥ 10 tahun merupakan faktor risiko untuk terjadinya ulkus diabetika (OR=6,0; 95% CI=2,216,7), yang artinya bahwa lama DM ≥ 10 tahun mempunyai risiko terjadi ulkus diabetika sebesar 6,0 kali dibandingkan dengan lama DM < 5 tahun (Hastuti, 2008). Dari hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan bermakna antara merawatan kaki secara rutin dengan kejadian ulkus diabetik. Hal ini berarti pasien DM yang memiliki kebiasaan buruk dalam pemeriksaan visual kakinya maka resiko kejadian ulkus diabetiknya semakin besar. Dalam penelitian ini juga disebutkan pasien yang <10tahun menderita diabetes sebanyak 47,6% dan yang tidak mengidap ulkus diabetik 66,7%,
21
sedangkan pada responden yang ≥10 tahun menderita DM sebanyak 52,4% menderita ulkus diabetik, dan 33,3%tidak menderita ulkus diabetik (Arlina, 2006).
DM
6. Kerangka Teori Hiperglikemia
Angiopati diabetik
Makroangiopati
mikroangiopati
Terganggunya aliran darah ke kaki Rohani
Jasmani
Neuropati perifer
Ekonomgangguan sensori motoriki
Penurunan asupan O2
Pengetahuan
Pengalaman (Lama)
Trauma Pendidikan
Ekonomi
Uklus diabetik
Sumber : Smeltzer, 2001, Doengoes 2000 dan Notoatmodjo, 2003 dengan modifikasi. 22
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel terikat (dependen) yaitu pengetahuan pasien diabetes tentang pencegahan ulkus diabetik. Sedangkan variabel bebas (independen) adalah lamanya pasien menderita diabetes dalam hitungan tahun. Maka kerangka konsep penelitian terlihat pada Bagan 3.1
Variabel Independen
Variabel Dependen
Lama Menderita Diabetes Melitus (Pengalaman)
Pengetahuan Tentang Pencegahan Ulkus Diabetik
Bagan 3.1 (kerangka konsep)
22
23
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala ukur
Lama
Lamanya
Kuesioner; dalam Kuesioner
Data
menderita
subyek
kuesioner akan ada penelitian
dalam Tahun :
DM
menderita
pertanyaan berapa
(pengalama
DM
n)
awal pertama menderita
sejak lama
pasien DM,
kali
lalu peneliti akan
didiagnosis
mencocokan
terkena oleh
DM dengan
melihat
dokter rekam
sampai saat
Numerik Rasio
medis
pasien.
dilakukan penelitian, dihitung dalam satuan tahun. Pengetahuan Kemampuan klien
Kuesioner;
untuk kuesioner
Kuesioner untuk
Data Numerik :
Rasio
jawaban
memahami
pengetahuan klien
responden dilihat
informasi
berisi
jumlah
yang
pertanyaan,
diperoleh
terdiri
atas
tentang
bagian
kuesioner
12 yang tiga
benar
jawaban lalu
dilakukan skoring. Semakin
24
pencegahan
yaitu : kuesioner a
banyak
ulkus
berisi 2 pertanyaan
benar
diabetik.
tentang pengertian
baik pengetahuan
ulkus
responden.
diabetik.
nilai semakin
Kuesioner b berisi 6
pertanyaan
tentang perawatan kaki,
dan
kuesioner c berisi 4
pertanyaan
tentang pemakaian dan
pemilihan
sepatu
pada
penderita DM.
C. Hipotesa Hipotesa dalam penelitian ini adalah, Ada hubungan lama menderita diabetes dengan pengetahuan terhadap pencegahan Ulkus diabetik.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Desain penelitian ini adalah jenis desain kuantitatif dengan metoda “cross sectional study” yaitu desain penelitian yang meneliti suatu kejadian pada titik waktu, dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang sama. Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau efek fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel independen) (Setiadi, 2007). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah ciputat pada juli 2012. Karena masih banyaknya warga yang melakukan berobat jalan di puskesmas tersebut. Selain itu data rekam medis dan kegiatan posbindu di Puskesma Ciputat juga sudah terorganisir, sehingga lebih memudahkan dalam validasi lamanya pasien menderita diabetes. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas di daerah yang sama namun orang yang berbeda dengan responden. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada juni 2012 didapatkan jumlah penderita DM selama tahun 2011 terdapat 475 orang, sedangkan tahun 2012 terhitung mulai Januari sampai bulan Mei 2012 terdapat 218 orang.
25
26
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2006) “Populasi adalah sekelompok objek yang akan diselidiki”. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus baik yang tidak terkena ulkus diabetik maupun yang sudah terkena ulkus di kelurahan ciputat. 2. Sampel Arikunto (2006) menjelaskan “Sampel adalah sebagian atau wakilpopulasi yang akan diselidiki”. Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai sampel yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. a. Besarnya sampel Besarnya sampel menggunakan rumus uji hipotsis beda dua proporsi sebagai berikut: √
√
Keterangan : n
: Jumlah sample yang dibutuhkan : 1,96 (Derajat Kepercayaan 95%, derajat kemaknaan 5%) : 1,28 (kekuatan Uji 90%) : 0,33 (Proporsi pasien diabetes melitus yang ≥ 10 tahun dan tidak
menderita ulkus diabetik, dalam penelitian Arlina dewi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, tahun 2005). p1-30%=0,03
= 0,33+0,03/2=0,34
27
√
√
n= 41,33= 41 Responden. Peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal, untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan. Cadangan 10% x 41 = 4 = 45 responden. Jadi total responden pada penelitian kali ini adalah 41+4 = 45 Responden. b. Teknik sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Insidental Sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Sugiyono, 2004). Keuntungan dari pada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002). 1) Kriteria inklusi : a) Penderita Diabetes melitus b) Penderita Diabetes melitus yang berobat jalan di puskesmas ciputat dan bersedia menjadi responden dengan informed consent. 2) Kriteria eksklusi : a) Penderita
diabetes
melitus
dengan
memungkinkan b) Tidak bersedia menjadi responden
sakit/
kondisi
tidak
28
3) Pengambilan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a) Peneliti datang ke puskesmas dan mencari pasien DM yang berobat ke puskesmas b) Pasien yang sesuai dengan kriteria sampel akan dipilih menjadi responden c) Peneliti
melihat
data
rekam
medis
pasien
untuk
melihat/mencocokkan lama menderita DM. d) D. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dan mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang harus dijawab responden. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembar kuesioner untuk pengetahuan klien berisi 12 pertanyaan, yang terdiri atas tiga bagian kuesioner yaitu : kuesioner a berisi 2 pertanyaan tentang pengertian ulkus diabetik. Kuesioner b berisi 7 pertanyaan tentang perawatan kaki, dan kuesioner c berisi 3 pertanyaan tentang pemakaian dan pemilihan sepatu pada penderita DM. Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman dan Scoring. Pertanyaan peneliti terdiri dari pertanyaan positif dan negatif. Responden menjawab dengan jawaban benar atau salah (Hidayat, 2007). Pernyataan positif pada responden menjawab benar diberi nilai 1,dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif, pada responden menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi nilai 1.
29
E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk penelitian. Uji validitas yang dilakukan di puskesmas ciputat timur yang mempunyai data kunjungan klien diabetes melitus. Uji validitas dilakukan bulan Juli 2012, dan sampel yang akan diambil sebanyak 30 responden. Validitas adalah suatu indeks yang ditunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Sesuatu instrumen dikatakan valid atau shahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t table (0,361) (Hidayat, 2007). Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali. Atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus alpha cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha cronbach > 0,60 (Hidayat, 2007). Hasil dari uji validitas dan reliabilitas kuesioner pada 30 orang responden didapatkan nilai alpha cronbach sebesar 0,815.
F. Pengolahan Data Dalam proses pengolahan data peneliti menggunakan langkah-langkah pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya:
30
1) Editing Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data atau formulir koesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2) Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3) Entry data Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. 4) Cleaning data Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisa.
G. Analisis Statistik 1. Analisa Univariat Analisis univariat bertujuan
menggambarkan deskriptif karakteristik
responden dan faktor risiko ulkus diabetika pada penderita DM, dilakukan dengan menyajikan distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui proporsi masingmasing variabel yang akan diteliti.
31
2. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independennya, yaitu lama menderita Diabetes melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Teknik analisa menggunakan Regresi Linier Sederhana dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5%. Sehingga jika P (p value) ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila p-value > 0,05 berarti perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan satu atau lebih variabel bebas (independen, prediktor, X). Apabila banyaknya variabel bebas hanya ada satu, disebut regresi linier sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas, disebut sebagai regresi linier berganda. Analisis regresi linear sederhana dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Persamaan umumnya adalah: Y = a + b X. Dengan Y adalah variabel terikat dan X adalah variabel bebas. Koefisien a adalah konstanta (intercept) yang merupakan titik potong antara garis regresi dengan sumbu Y pada koordinat kartesius.
H. Etika Penelitian Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus diperhatikan karena manusia memiliki
32
hak asasi dalam penelitian (Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika penelitian yang meliputi: 1. Lembar persetujuan ( informed consent ) Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. 2. Tanpa Nama (anonimity) Untuk
menjaga
kerahasiaan
identitas
responden,
peneliti
tidak
akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Kerahasiaan ( confidentally) Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
BAB V HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.
Gambaran Umum Puskesmas ciputat terletak 6 km sebuah Utara kota Tangerang Selatan. Luas wilayah kecamatan Ciputat kir-kira 13.311 Ha dengan sebagian besar berupa tanah darat/kering (93,64%) sisanya adalah tanah rawa/danau. Puskesmas ciputat adalah salah satu dari 3 puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat. Letaknya berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah
Sebelah selatan
: Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Sebelah Barat
: Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
Sebelah Timur
: Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat terletak di jalan Ki Hajar Dewantara No. 7 Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Dibangun diatas tanah seluas 693 m² dengan luas bangunan kurang lebih 1200 m² terdiri dari 2 (dua) lantai. Kegiatan pelayanan di puskesmas di lantai 1 (satu) sedangkan lantai 2 difungsikan sebagai ruang pimpinan, staf, data dan ruang rapat. Di lantai dua juga terdapat pelayanan pengobatan TB paru, klinik sanitasi, klinik PTRM (Pusat Terapi Rumatan Metadon) dan laboratorium. Wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Cipayung.
33
34
2. Visi dan Misi Puskesmas Ciputat a. Visi: Unggul dalam pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2012. b. Misi: 1) Meningkatkan sember daya manusia. 2) Mewujudkan pelayanan prima. 3) Menggalang kemitraan dengan melihat program, lintas sektoral dan swasta. 4) Mendorong kemandirian masyarakat. 3. Program Pokok Puskesmas Ciputat a. Program Kesehatan Dasar 1) Promosi Kesehatan 2) Kesehatan Lingkungan 3) Kesehatan Ibu dan Anak 4) Perbaikan Gizi 5) P2PL 6) pengobatan b. Program Pengembangan Wajib 1) Usaha Kesehatan Sekolah 2) Lnjut Usia 3) NAPZA c. Program Pengembangan Pilihan 1) Kesehatan Jiwa 2) UKGMD 3) Laboratorium
35
B.
Analisa Univariat Pada analisa univariat akan mendeskripsikan variabel lama menderita
diabetes melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lama Menderita Diabetes Melitus (th) Pada Pasien di Puskesmas Ciputat 2012
Variabel
Minimal
Maksimal
Mean
Median SD
Lama
1
19
7.71
5
5,19
Menderita DM
Hasil analisa data untuk variabel lama menderita diabetes melitus diperoleh nilai median 5. Dalam melihat lama menderita diabetes ini peneliti tidak menggolongkan dengan kategori apapun, tetapi menggunakan angka numerik pertahun. Hasil yang di dapatkan adalah rata-rata pasien lama menderita diabetes melitus adalah 7,71 tahun, dengan nilai minimal 1 tahun dan maksimal 19 tahun. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi skor pengetahuan pasien DM tentang pencegahan Ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat:
Variabel Skor
Minimal Pengetahuan 25
pencegahan ulkus diabetik
Maksimal
Mean
Median
100
73,89
66
SD
36
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulus diabetik setelah di skoring yaiu sebesar 73,89. Nilai terendah dari skor pengetahuannya adalah 25 dan Skor tertinggi adalah 100. Tabel 5.4 Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Pengetahuan Pengertian Ulkus Diabetik : Jawaban Pertanyaan
Benar N
1.Ulkus
Diabetik
merupakan 40
Salah %
n
%
88,9
5
11,1
84,4
7
15,5
komplikasi dari Diabetes Melitus 2.Ulkus diabetes merupakan luka 38 pada kaki penderita diabetes melitus yang terjadi karena aliran darah ke kaki tidak lancar
Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien DM menjawab benar yaitu pertanyaan nomor 1 sebesar 88,9% menjawab benar dan pertanyaan nomor 2 sebesar 84,4% menjawab benar. Hal ini menunjukkan pengetahuan tentang pengertian ulkus diabetik baik.
pasien DM
37
Tabel 5.5 Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Perawatan Kaki Pada Pasien DM : Jawaban Pertanyaan
Benar n
1.Penderita
diabetes
harus
selalu 32
Salah %
n
%
72,1
13
28,9
66,7
15
33,3
51,1
22
48,9
73,3
12
26,7
48,9
23
51,1
membersihkan dan mencuci kaki setiap hari
dengan
memakai
mengeringkan
secara
sabun
dan
sempurna
terutama diantara jari-jari kaki, hal ini dapat mengurangi pertumbuhan bakteri dan jamur pada kaki. 2.Kuku sebaiknya tidak digunting tapi 30 dikikir karena Rasa nyeri pada kaki dapat berkurang, sehingga bila kulit disekitar kuku terluka tidak akan terasa 3.Tidak
meng-kikir
kuku
terlalu 23
pendek, atau terlalu dalam pada tepi kanan kirinya. 4.Menghindari penggunaan air panas 33 atau bantal panas pada kaki 5.Penderita diabetes melitus PERLU
TIDAK
memeriksa kaki dan celah kaki
setiap hari apakah terdapat pengerasan,
22
38
luka atau lecet 6.Berjalan tanpa alas kaki, termasuk di 35
77,7
10
22,2
80
9
20
pasir dapat mengakibatkan lecet atau luka di kaki yang tidak terasa sehingga menjadi ulkus diabetik. 7.Pasien
diabetes
melitus
TIDAK 36
PERLU memeriksa diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol.
Pada tabel 5.5 dapat dilihat pengetahuan pasien DM tentang perawatan kaki masih kurang ini dapat dilihat hanya satu item pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 7 yang mencapai 80% jawaban benar. Tabel 5.6 Distribusi Prosentase Jawaban Tentang Pengetahuan Penggunaan Alas Kaki (Sepatu) : Jawaban Pertanyaan
Benar n
1.Sepatu harus terbuat dari kulit, 40 kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki dan tidak buleh dipakai tanpa kaos kaki).
Salah %
n
%
88,9
5
11,1
39
2.Sebelum
memakai
sepatu, 39
86,7
6
13,3
73,3
12
26,7
memeriksa sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu atau lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi dan luka terhadap kulit 3.Kaos kaki terbuat dari bahan wol 33 atau katun, jangan memakai dari bahan
sintetis
karena
akan
menyebabkan kaki berkeringat.
Pada tabel 5.6 dapat dilihat pengetahuan pasien dalam pemilihan dan penggunaan alas kaki tergolong baik pada item nomor 1 dan 2, sedang pada item nomor 3 masih banyak yang belum menjawab benar item pertanyaan tersebut. A.
Analisa Bivariat Analisis bivariat adalah hubungan lama menderita diabetes melitus dengan
pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Ciputat tahun 2012 Variabel
r
R2
Persamaan garis
Lama
0,282
0,080
pengetahuan
menderita DM
=
P value 67,750
0,847lama menderitaDM
+ 0,061
40
Hubungan lama menderita Diabetes Melitus dengan Pengetahuan pencegahan Ulkus Diabetik menunjukkan hubungan yang sedang dengan nilai r = 0,282. Nilai koefisien determinasi 0,080 artinya garis regresi yang kita peroleh menunjukkan 8% kontribusi atau pengaruh lama menderita Diabetes Melitus terhadap pengetahuan pencegahan ulkus diabetik sangat kecil. Nilai p pada penelitian ini adalah 0,061 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik. Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disusun persamaan regresinya yaitu : Y = 67,750 + 0,847X1 pada penelitian ini dapat disusun seperti ini pengetahuan =67,750 + 0,847 lama menderita DM. Nilai 0,847 adalah slope perubahan garis regresi. Hal ini berarti setiap perubahan satu satuan dari lama menderita Diabetes Melitus akan diikuti perubahan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik sebesar 0,847.
BAB VI PEMBAHASAN
Pada pembahasan akan di uraikan makna hasil penelitian yang dilakukan tentang lama menderita Diabetes dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik di Puskesmas Ciputat. Dalam pembahasan ini kegiatan yang akan dilakukan adalah membandingkan hasil penelitian dengan konsep teoritis dan penelitian sebelumnya. Pada bab ini juga akan di jelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan. A. Pembahasan variabel penelitian Menurut Bloom dan skinner (2003), pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan ataupun tulisan. Jawaban tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan ataupun tulisan. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang diketahui oleh pasien diabetes melitus tentang pencegahan ulkus diabetik. Dalam hal ini peneliti memperoleh informasi tentang pengetahuan responden dengan kuesioner pengetahuan pencegahan ulkus diabetik dan wawancara dengan responden. Dari hasil pengisian kuesioner akan dihitung jumlah jawaban benar dari responden lalu akan di skoring. Semakin banyak jawaban benar maka akan semakin tinggi skor, ini menunjukkan semakin baik pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus diabetik. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus diabetik secara keseluruhan, yang mencakup tiga bagian yaitu pengetahuan tentang pengertian ulkus diabetik, perawatan kaki dan pemilihan dan pemakaian alas kaki. Skor 41
42
minimal pada penelitian adalah 25 sebanyak satu orang. Sedang nilai maksimal skor yang dicapai adalah 100 yang berarti responden menjawab benar semua item pertanyaan dalam kuesioner, namun sayangnya yang mendapat nilai 100 ini hanya 3 orang atau 6,7% dari seluruh responden. Paling banyak responden memperoleh nilai 58 dan 91 dengan prosentase sebesar 22,2 atau sebanyak masing masing 10 orang. Di lihat dari masing masing topik pertanyaan, pada topik pertama yaitu pengetahuan pasien tentang pengertian ulkus diabetik pengetahuan responden tergolong baik yaitu ≥80% responden menjawab benar, baik pada item pertanyaan ke1 dan ke 2. Pengetahuan pasien DM tentang perawatan kaki masih tergolong kurang dari 7 item pertanyaan mengenai perawatan kaki hanya satu item pertanyaan dimana ≥80% pasien menjawab benar yaitu pada item ke 7 mengenai perlu atau tidaknya pasien DM memeriksakan diri secara rutin ke dokter. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan pasien tentang perawatan kaki. Topik terakhir dari kuesioner penelitian ini adalah pengetahuan pasien DM tentang penggunaan dan pemilihan alas kaki baik sepatu atau sandal. Dari hasil penelitian didapatkan hasil terdapat dua item pertanyaan dimana pasien DM ≥80% menjawab benar. yaitu pada item ke 1 tentang pemilihan ukuran, bahan dan kenyamanan dalam memilih sepatu, dan item ke 2 yaitu tentang ketelitian pasien sebelum memakai sepatu harus mengecek ada tidaknya batu atau lain-lain yang dapat melukai kaki. Hasil diatas menunjukkan pengetahuan pasien DM tentang pencegahan ulkus diabetik masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah pertanyaan yang dijawab benar oleh ≥ 80% pasien DM lebih sedikit dari pada item pertanyaan yang dijawab benar < 80% oleh pasien DM. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2008) menunjukkan bahwa lama menderita diabetes merupakan faktor resiko terjadinya ulkus diabetik. Yaitu bahwa lama DM
43
≥ 10 tahun mempunyai risiko terjadi ulkus diabetika sebesar 6,0 kali dibandingkan dengan lama DM < 5 tahun. Sehingga pengetahuan pencegahan ulkus diabetik harus diketahui sejak dini oleh para penderita DM. Lama menderita DM pada 45 responden dalam penelitian ini terlama adalah 19 tahun, sedang paling sedikit adalah satu tahun. Dengan rata-rata 7 tahun, peneliti tidak membatasi lamanya mendeerita DM pada reponden. Pasien dengan ulkus diabetik dan yang berisiko tinggi harus diajarkan mengenai faktor risiko dan manajemen yang tepat. Pasien yang beresiko harus memahami implikasi dari hilangnya sensasi protektif, pentingnya pemeriksaan kaki setiap hari, perawatan yang tepat pada kaki, termasuk kuku dan perawatan kulit,dan pemilihan alas kaki yang sesuai. Untuk mengontrol komplikasi ulkus diabetik, pengetahuan pasien dan praktek dapat berkontribusi untuk mencegah ulkus diabetik (Pollock, Unwin, & Connolly, 2003). Menurut penelitian Sayeed (2005), perawatan kaki dapat menurunkan masalah kaki sebesar 40% pada pasien Diabetes melitus. John Locke (1672-1704) bapak empirisme manyatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman pancaindra. Pengalaman disini bersifat lahiriah (sensation) ataupun bathiniah (reflection). Berlainan dengan kaum tasionalis maka kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkrit. Menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1991) pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata. Pengalaman dalam penelitian ini adalah pengalaman (lamanya) pasien menderita diabetes melitus. Dari hasil uji statistik didapatkan hasil tidak ada hubungan antara Lamanya
44
Menderita Diabetes Melitus dengan Pencegahan Ulkus diabetik, dengan nilai p = 0,061. Meskipun pada nilai koefisien determinasi terdapat pengaruh lamanya menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik namun hasilnya sangat kecil, Hal ini bisa dibuktikan dari nilai slope (0,847), yang berarti setiap perubahan satu satuan dari Lama menderita Diabetes Melitus akan diikuti perubahan Pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik sebesar 0,847. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah pengalaman. Namun dalam penelitian ini tidak didapatkan hasil yang menyatakan ada hubungan antara lama menderita Diabetes Melitus dengan pengetahuan Pencegahan Ulkus Diabetik, Sebab, meski semakin lama responden menderita diabetes melitus belum tentu pengetahuannya bertambah, ini juga berhubungan dengan faktor lain (confounding; pendidikan, media, sosial ekonomi dll) yang tidak dibahas dalam penelitian kali ini. Terkait dengan pengetahuan yang dipengaruhi oleh pengalaman peneliti belum menemukan berapa prosentase kontribusi pengalaman dalam pengaruh terhadap pengetahuan. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. Sehingga semakin banyak pengalaman seseorang, maka akan semakin tinggi juga pengetahuannya (Ari Kunto, Suhartini, 1997; Notoatmodjo,2003). Keterbatasan penelitian 1. Tidak meneliti variabel confounding ; tingkat pendidikan, intelegensi, informasi, kepercayaan, umur, sosial budaya, status sosial ekonomi. 2. Instrumen penelitian hanya menggunakan kuesioner tentang pengetahuan pencegahan ulkus, belum ada wawancara mendalam tentang pengetahuan ulkus secara keseluruhan dan sumber pengetahuan responden. 3. Jumlah dan karakteristik sampel masih belum terlalu homogen.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Hasil yang di dapatkan adalah rata-rata pasien lama menderita diabetes melitus adalah 7,71 tahun, dengan nilai minimal 1 tahun dan maksimal 19 tahun. 2. Pengetahuan penderita DM tentang pencegahan ulkus diabetik hanya 6,7% yang menjawab dengan benar semua item pertanyaan yang terlampir dalam kuesioner penelitian. 3. Dari hasil uji statistik di dapatkan tidak ada hubungan antara lama menderita diabetes melitus dengan pengetahuan pencegahan ulkus diabetik dengan nilai p=0.061. artinya semakin lama menderita DM belum tentu pengetahuan pencegahan ulkus diabetiknya semakin baik. B. Saran 1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang pengetahuan ulkus diabetik. 2. Penderita diabetes melitus harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mencari tau lebih banyak tentang komplikasi diabetes melitus berikut cara pencegahannya 3. Petugas kesehatan seharusnya meningkatkan sosialisasi tentang ulkus diabetik pada masyarakat khususnya penderita diabetes melitus. Hal ini untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencegahan ulkus diabetik khususnya pada penderita DM.
45
DAFTAR PUSTAKA
Alimun Hidayat Aziz. A., Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. 2007. American Diabetes Association, exercise, In : Phician’s Guide to Insulin Dependen (Tipe 1) Diabetes : Diagnosis and Treatment, America Diabetes. Begum, Shaule. Dkk, Knowlege and Practice of Prevention of Foot Ulcer Among Patient With Diabetes Melitus. Faculty of Nursing, Prince of Songkla University. 2010. Dep.Kes RI. Diabetes Merupakan Masalah yang Serius, diakses tanggal 25 januari 2012. http;//www.depkes.go.id/index.php. Dercoli, Eva, dkk. Majalah Kedokteran Indonesia Volume: 58, Nomor: 1, Januari 2008. Hastuti, Rini Tri. Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabetes Melitus. Universitas
Diponegoro
Semarang.
Eprints.undip.ac.id/1886/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf.2008. Kementrian Kesehatan RI. File:///F:/DM/414-tahun2030-prevalensi-diabetes-melitus-diindonesia-mencapai-213-juta-orang.html diakses tanggal 12 februari 2012. Manaf A. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu pPenyakit Dalam, jilid III, edisi keempat., Jakarta: Penerbit FK UI. 2006. Medika. Jurnal Kedokteran Indonesia. Penanganan Tukak Diabetik Menggunakan Dressing Modern.
http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2010/edisi-no-06-vol-xxxvi-
2010/202-kegiatan/323-penanganan-tukak-diabetik-menggunakan-dressing-modern. Diakses tanggal 6 februari2012. Misnadiarly. Diabetes Melllitus : Ulcer, Infeksi, Gangren. Jakarta: Penerbit Populer Obor. 2006. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Keehatan. Jakarta :Rineka Cipta. 2010. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Eka Cipta 2007.
Nursalam. Knsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. 2008. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : 2006. Peter J. Watkins, dkk., Diabetes and Its Management. Penerbit Blackwell Publishing. 2004. Riyanto B. Infeksi Pada Kaki Diabetik. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam dalam Rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan penerbit Universitas Diponegoro Semarang. 2007. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007. Subekti I. Neoropati Diabetik. Dalam : Ari W, dkk, , editors, Ilmu pPenyakit Dalam, jilid III, edisi keempat., Jakarta: Penerbit FK UI. 2002. The
Diabetic
Foot
Journal,
2010.
Vol
13.
No
2.
Pages
100-103
http://www.diabeticfootjournal.co.uk/journal-content/view/severe-thermal-injury-ofthe-neuropathic-diabetic-diabetic-foot-a-case-report/preview diakses tanggal 22 maret 2012. Waspadji, S. Kaki Diabetes. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI. 2006. WHO. Prevention of Diabetes Mellitus. Technical Report Series 844, Geneva, 2000. Petra christian university library. Pengalaman Audit Akuntan. Petra christian university library-/Jiunkpe/s1/eakt/2007/Jiunkpns-s1-2007-32402074-8929-akuntan-pemeriksachapter2.pdf. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20589/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 1 januari 2013 http://arokhman.unsoed.ac.id/files/2009/06/iv-statistik-parametrik.pdf. Diakses pada tanggal 3 januari 2013
A.
Data Demografi/Identitas :
1.
Nomor Responden
:
2.
Inisial Responden
:
3.
Lama Menderita DM
:
A.
Kuesioner pengetahuan Klien Terhadap Upaya
Pencegahan Ulkus
Diabetik No.
Pertanyaan a. Pengertian Ulkus Diabetik
1.a 2.a
1.b
2.b
3.b 4.b 5.b
6.b
7.b
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi dari Diabetes Melitus Ulkus diabetes merupakan luka pada kaki penderita diabetes melitus yang terjadi karena aliran darah ke kaki tidak lancar b. Perawatan kaki Penderita diabetes harus selalu membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan memakai sabun dan mengeringkan secara sempurna terutama diantara jari-jari kaki, hal ini dapat mengurangi pertumbuhan bakteri dan jamur pada kaki. Kuku sebaiknya tidak digunting tapi dikikir karena Rasa nyeri pada kaki dapat berkurang, sehingga bila kulit disekitar kuku terluka tidak akan terasa tidak meng-kikir kuku terlalu pendek, atau terlalu dalam pada tepi kanan kirinya. Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas pada kaki Penderita diabetes melitus TIDAK PERLU memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat pengerasan, luka atau lecet Berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dapat mengakibatkan lecet atau luka di kaki yang tidak terasa sehingga menjadi ulkus diabetik. Pasien diabetes melitus Tidak perlu memeriksa diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap kontrol. c. Penggunaan Sepatu
Benar
Salah
1.c
2.c
3.c
Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki dan tidak buleh dipakai tanpa kaos kaki). Sebelum memakai sepatu, memeriksa sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu atau lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi dan luka terhadap kulit Kaos kaki terbuat dari bahan wol atau katun, jangan memakai dari bahan sintetis karena akan menyebabkan kaki berkeringat.
Hasil uji validitas dan reliabilitas SPSS
Output hasil analisa Univariat dan Bivariat
Univariat Descriptive Statistics N lamanya menderita DM
Minimum 45
dalam tahun Valid N (listwise)
Maximum 1
19
Mean
Std. Deviation
7.51
5.194
45
Bivariat
b
Model Summary
Model
R
1
.282
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.080
.058
15.140
a. Predictors: (Constant), lamanya menderita DM dalam tahun b. Dependent Variable: nilai pengetahuan ttg pencegahan ulkus DM
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
851.483
1
851.483
9856.961
43
229.232
10708.444
44
a. Predictors: (Constant), lamanya menderita DM dalam tahun b. Dependent Variable: nilai pengetahuan ttg pencegahan ulkus DM
F 3.715
Sig. .061
a
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) lamanya menderita DM dalam tahun
Std. Error 67.750
3.998
.847
.439
a. Dependent Variable: nilai pengetahuan ttg pencegahan ulkus DM
Coefficients Beta
t
.282
Sig.
16.944
.000
1.927
.061
Grafik Scatterplot
KEMENTERHN AGAMA trNryERsITAS rSLAM r\EGERT ( UIN ) SYARIF HIDAYATTJLLAH JAKARTA FAKT]LTAS KEDOKIERAN DAN ILMU KESEIIATAN l.
Kertamukti No. 5 pisansan cipurat
r54re
S"h;;t.
Nomor : Un.0llFl0/KM.}t.zlwt$ t}ltz
;ffi.'#jfJ::ill *;{iffiP#1ifl?.r. Ciputatfl,f, luli20l2
Lampiran : -
Hal
:
Permohonan Izin Penelitian Kepada Yang Terhormat Kepala Puskesmas Ciputat Jl. Ki Hajar Dewantoro No.7 Ciputat
di Ciputat-Tangerang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir perkuliahan mahasiswa diperlukan penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan l-ama Menderita Diabetes Melitus Dengan Pengetahuan pencegahan ulkus Diabetik di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan 2012" sehubungan dengan
itu kami mohon diberikan izin
melaksanakan
penelitian atas nama: Nama
Wardatul Washilah
NIM
108104000054
Semester
VIil
Program Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Demikian atas perhatian dan bantuan saudara kami ucapkan terima kasih.
\Massalamu'alaikum Wr. Wb.
Tembusan: Dekan FKIK
PEMERTNTAH KOTA TANGERANG SELATAI{
m
DINAS KESEHIffAN Jl. Witana Harja Komp. Sasmita Jaya No. 27
Telp.02l -7M1557,Fax.021 -7441236 - Pamulang
Pamulang, 25 Juni 2012
|ow"il
l Yl 1 2012
Kepada Yth,
Nomor
800
Lampiran
I Berkas
Dekan
Perihal
Pemilerian lzin Pengambilan Data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dinkes
Fakultas l(edokteran dan Ilmu l(esehatan
diTEMPAT
Sehubungan dengan adanya surat dari UIN Syarif Hida5,atullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Nomor: Un.0l / F.l0 / KM.0l .21
1445 12012, perihal
Permohonan lzin Studi Pendahuluan atas nama. Nama
: Wardatul Washilah
tlNIM
:108104000054
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Judul
: "Huburgan
Lama Menderita Diabetes dengan Pengelu-
huan Pencegahan Ullrus Diabetik" Pada dasarnya karni tidak keberatan untuk memberikan Izin Studi Pendahuluan
yang dilakukan olelr Mahasiswa UIN--Syarif Hidayatullah Jakarta, adapun dalam hal pelaksanaannya harap untuk berkoordinasi kepada Kepala UPT Puskesmas yang akarr
dikunjungi dan nama-nama mahasiswa terlampir. Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
SEKRETARIS DINAS KESEHATAN KOTA TAN NG SELATAN
' NIP."19571220 198901 2 001
Tembusan :Yth
l. 2. 3.
Ibu Wali kota Tangerang Selatan, (sebagai laporan); Kepala UPT Puskesmas Ciputat di Kota Tangerang Selatanl Yang Bersanskutan.