Hubungan Lama Bekerja dengan Kapasitas Vital Paru pada Operator SPBU Sampangan Semarang Oleh Rr. Vita Nur Latif (Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan
[email protected] ABSTRAK Studi ini menilik hubungan antara lama bekerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja operator SPBU Sampangan Semarang ,Berlatar belakang tingginya tingkat cemaran udara di kota Semarang yang melebihi ambang standar baku mutu udara (kadar CO mencapai 200 ppm dari rentang normal 101-199 ppm) menurut KEP.107/KABAPEDAL/11/1997. menurut penelitian Jakarta Urban Development Project, konsentrasi timbal di beberapa kota besar termasuk Semarang mencapai 1,73,5 µg/m3, hidrokarbon mencapai 4,57 ppm (baku mutu pp 41/1999:0,24 ppm), NOx mencapai 172 µg/m3 (baku mutu : 150 µg/m3). Studi ini bertujuan untuk mengetahui korelasi lama bekerja dengan kapasitas vital paru operator SPBU Sampangan Semarang. Populasi dalam studi ini menggunakan metode total sampling sebanyak 20 orang pekerja dijadikan sampel. Lama bekerja sebagai variabel bebas dan kapasitas vital paru sebagai variabel terikat. Instrumen pengukuran menggunakan spirometri Riester dan kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p>0,05) antara lama bekerja dengan kapasitas vital paru ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi Rank Spearman rs sebesar -0,434 yang mana lama bekerja tidak berpengaruh terhadap penurunan nilai kapasitas vital paru pekerja. Saran yang muncul dari studi ini adalah dilakukan upaya preventiv berupa pemeriksaan kesehatan dan fungsi paru secara berkala selain penyediaan APD masker dan pengaturan manajemen rotasi kerja pada operator SPBU. Kata kunci : Lama bekerja, kapasitas vital paru
paru.
Pendahuluan
Volume
paru
itu
sendiri
Kapasitas paru merupakan
digunakan sebagai indikator untuk
kesanggupan atau kemampuan paru
mengetahui kondisi faal paru apakah
dalam
masih dalam kondisi yang prima
menampung
udara
di
1
dalamnya . Kapasitas paru adalah
ataukah tidak.
–
Fungsi paru yang ditampilkan
atau
dalam kapasitas vital paru dan daya
menyatakan dua atau lebih volume
fisik berubah – ubah akibat sejumlah
paru
nafas,
faktor, yaitu faktor lama bekerja,
dan
usia, jenis kelamin, ukuran paru,
suatu
kombinasi
peristiwa
sirkulasi
yaitu
volume
volume
cadangan
peristiwa paru
alun ekspirasi
2
volume residu . Gangguan sistem
kelompok
etnik,
tinggi
badan,
pernafasan ini akan menurunkan
kebiasaan merokok, toleransi latihan,
kemampuan fungsi paru, dimana
kekeliruan pengamat, kekeliruan alat,
gangguan terhadap penurunan fungsi
dan suhu lingkungan sekitar1 .
paru ini dapat diketahui dari volume
1
Bekerja dalam kondisi tingkat
Semarang.
Disamping
faktor
paparan udara yang tinggi akan
manusia seperti riwayat penyakit
mengganggu kesehatan khususnya
paru, aktivitas olahraga, merokok,
kesehatan sistem pernafasan yang
penggunaan
imbasnya akan ditampilkan dalam
lingkungan
penurunan fungsi faal paru, dan
counfondingnya.sehingga hasil yang
fungsi faal paru itu sendiri dapat
diperoleh dapat memberi masukan
dilihat melalui pengukuran kapasitas
guna merancang tindakan preventif,
vital
promotif dan kebijakan manajemen
paru dengan menggunakan
masker, sebagai
pengukuran tes spirometri untuk
yang terkait.
kapasitas vital paru.
Metode Penelitian
sebagian
besar
SPBU
di
dan
faktor variabel
Studi ini menggunakan jenis
wilayah kota Semarang terletak di
penelitian
sepanjang badan jalan utama yang
dengan
padat kendaraan, sehingga diadakan
berdasarkan data primer yaitu data
studi
yang
dengan
permasalahan
mengangkat
adakah
hubungan
Explanatory metode
diperoleh
sumbernya,
cross
research sectional,
langsung
diamati
dan
dari dicatat
antara lama bekerja dengan kapasitas
pertama kalinya5, yaitu data hasil
vital paru pada operator SPBU
pengukuran
Sampangan
pekerja operator SPBU Sampangan
Semarang.
Adapun
kapasitas
vital
paru
Kategori Lama bekerja dibedakan
Semarang.
Dan
data
menjadi tiga yaitu : baru (0-1 th),
mengenai
lama
bekerja.Adapun
sedang (1-3 th), dan lama (>3 th)3 ,
teknik pengambilan data melalui
yang dimaksud dengan kapasitas
observasi (data kepadatan kendaraan
vital paru yaitu jumlah udara yang
di SPBU Sampangan Semarang),
masih
dikeluarkan setelah
Wawancara, dalam studi ini metode
ekspirasi maksimal 4 .Tujuan studi ini
wawancara yang digunakan yaitu
adalah
wawancara
adanya
dapat
untuk
menguji
hubungan
hipotesis
dan
lama
Dokumentasi. Prosedur penelitian
bekerja dengan kapasitas vital paru
melalui empat tahapan, yaitu : Tahap
operator
pertama mengidentivikasi variabel
SPBU
antara
terstruktur,
sekunder
Sampangan
2
penelitian, yaitu variabel bebas :
melakukan inspirasi maksimal
lama bekerja, variabel terikat :
melalui
kapasitas vital paru, dan variabel
Spirometer,
pengganggu
sebanyak tiga kali.
terdiri
dari
faktor
manusia (riwayat penyakit paru, aktivitas
olah
raga,
merokok,
penggunaan masker, dan konsumsi vitamin C), dan faktor lingkungan. Tahap kedua menetapkan subyek penelitian
menggunakan
sampling.
total
Tahap
ketiga
pengumpulan data (pengukuran nilai kapasitas vital paru), dan tahap keempat pengolahan dan analisis data
menggunakan
metode
uji
bivariat Rank Spearman.Instrumen
melalui
mouth
piece dan
mouth
Spirometer,
pada diulang
piece
dan
pada diulang
sebanyak tiga kali. Membaca
hasil
dan
menginterpretasikan. Tabel 1. Standart kapasitas dan kriteria gangguan fungsi paru menurut ATS (American Thoracic Society) 6 KVP (% Kategori Predicted) Normal > 80 Restriktif Ringan 60 – 79 Restriktif sedang 51 – 59 Restriktif Berat < 50
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan alat ukur kapasitas Riester).
vital
paru
(Spirometer
Adapun
prosedur
Hasil dan pembahasan Berdasarkan data sekunder yang
diperoleh,
deskripsi
lama
pengukuran kapasitas vital paru yaitu
bekerja operator SPBU Sampangan
:
Semarang adalah sebagai berikut :
menyiapkan alat : Spirometer Riester, Mouth piece. Menyeterilkan
mouth
piece
dengan alkohol. Menyiapkan
probandus
Tabel 2. Distribusi frekuensi lama bekerja operator SPBU Sampangan Semarang Lama Bekerja Frekuensi Prosentase 0-1 th 5 25 1-3 th 8 40 > 3 th 7 35
melakukan inspirasi maksimal. Probandus diminta meniupkan sekeras-kerasnya dapat
udara
dihembuskan
yang
Pada pengukuran kapasitas vital paru operator
SPBU
Sampangan
setelah
3
Semarang didapatkan hasil sebagai
persamaan
berikut :
bahwa tidak ada bukti signifikan
Berdasarkan hasil penelitian
bahwa
tersebut
ada
menunjukkan
hubungan
antara
terhadap 20 orang pekerja operator
kapasitas vital paru dengan faktor
SPBU
kebiasaan
Sampangan
Semarang,
merokok,
olahraga,
didapatkan hasil 5 % responden
penggunaan masker, penyakit paru
berstatus normal, 70 % responden
dan konsumsi vitamin C.
memiliki
gangguan
fungsi
paru
kategori ringan (mild restrictive), dan 25 % responden memiliki gangguan
Dalam riset ini mengalami beberapa hambatan, diantaranya : 1. keterbatasan jumlah sampel
fungsi paru berat (severe restrictive).
yang
Melalui
sampel
uji
nonparametrik
analisis Rank
bivariat Spearman,
digunakan, yang
jumlah digunakan
hanya mencakup satu lokasi
didapat nilai rs sebesar -0,434 dengan
SPBU,
p>0,05
mengurangi hasil akurasi data
yang
hubungan
berarti
antara
tidak
lama
ada
hal
ini
bekerja
yang diperoleh.
dengan kapasitas vital paru operator
2. ketidakpatuhan
SPBU Sampangan Semarang. Hubungan antara kapasitas
akan
responden
dalam mengikuti pengukurna dan rangkaian tes pengukuran
vital paru dengan faktor yang lain
akan
melalui uji regresi dapat dijelaskan
dalam hasil yang diperoleh.
dari persamaan di bawah ini : KVP = 70,726 – 7,466 merokok +
menyebabkan
3. penggunaan manual
instrumen
sehingga
2,576 olah raga – 1,090
memungkinkan
penggunaan masker + 4,078
akuratnya
riwayat penyakit paru – 6,924
diperoleh.
konsumsi vitamin C.
bias
hasil
dapat kurang yang
4. variabel pengganggu tidak
R = 0,481
sepenuhnya
F = 0,843
dikendalikan
P = 0,541
dimungkinkan
dapat sehingga dapat
4
mempengaruhi
hasil
yang
diperoleh.
paparan
pencemar
terhadap
fungsi paru pekerja. b. setelah
dilakukan
upaya
preventif
primer,
dapat
yang diperoleh dapat disimpulkan
dilakukan
upaya
bahwa tidak ada korelasi
yang
sekunder
melalui
signifikan
lama
pengendalian
kontak
Simpulan dan saran Berdasar hasil analisa data
(P>0,05)
antara
preventif
bekerja dengan kapasitas vital paru
langsung terhadap paparan
pada
pekerja
Sampangan
operator
SPBU
melalui
Semarang.
Hasil
masker.
penelitian terhadap 20 orang pekerja lapangan
didapat
hasil
5
%
penyediaan
c. Pencegahan
tersier
ditempuh
APD
dapat melalui
responden normal, 70 % responden
pembenahan
dengan gangguan fungsi paru ringan
kebijakan rotasi kerja secara
(mild
proporsional
restrictive)
dan
25
%
dengan
responden dengan hasil pengukuran
pengaturan waktu istirahat
menunjukkan gangguan paru berat
yang baik guna mengurangi
(severe restrictive).
paparan partikulat pencemar
Saran yang dapat diberikan
pada pekerja.
dari studi ini adalah : a. Bagi
SPBU
Sampangan
semarang dapat melakukan upaya
preventif
primer
melalui : Pelaksanaan kesehatan bekerja
pemeriksaan pekerja
yaitu
cek
up
pra
paru). Pelaksanaan pemeriksaan berkala mengetahui
Tulaekha, Rokhim A. 2000. Toxicologi. Jakarta : Gramedia. Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.
sebelum
karyawan (meliputi tes fungsi
untuk
DAFTAR PUSTAKA
pajanan
Handoko, T.Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta : BPFE. Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC.
5
Sugiyono. 2001. Statistik Nonparametrik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Ikhsan, Mukhtar. 2001. Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta : Gramedia.
6