HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI
OLEH: LITANI DANTI P. 802012116
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Litani Danti Pratiwi
Nim
: 802012116
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya berjudul: HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media atau mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Salatiga
Pada Tanggal : 11 Desember 2015 Yang menyatakan,
Litani Danti Pratiwi
Mengetahui,
Pembimbing Dr. Christiana Hari S, MS.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Litani Danti Pratiwi
Nim
: 802012116
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul: HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI
Yang dibimbing oleh: Dr. Christiana Hari S, MS. Adalah benar-benar hasil karya saya. Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 11 Desember 2015 Yang memberi peryataan,
Litani Danti Pratiwi
LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI
Oleh Litani Danti Pratiwi 802012116 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Disetujui pada tanggal 12 Januari 2016eptemb2015 Oleh: Pembimbing,
Dr. Christiana Hari S, MS. Diketahui Oleh,
Disahkan Oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Christiana Hari S, MS.
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PRODUK FASHION PADA KARYAWATI
Litani Danti Pratiwi Christiana Hari Soetjiningsih
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif produk fashion pada karyawati. Penelitian di lakukan di wilayah Semarang dengan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling dengan subjek berjumlah 36 orang karyawati. Pengumpulan data konsep diri diukur dengan skala Tennesse Self Concept Scale (TSCS) yang di kembangkan oleh William H. Fitts (Amaliah, 2012), sementara pengumpulan data pembelian impulsif menggunakan skala kecenderungan Pembelian Impulsif yang diadopsi peneliti dari penelitian sebelumnya berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rook (1987) yaitu aspek spontan, kekuatan impuls dan intensitas, stimuli dan kegembiraan, tidak peduli dengan konsekuensi. Teknik analisa data menggunakan Pearson. Hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah nilai koefisien korelasi r = - 0,410 dengan sig = 0,006 (p<0,05), yang berarti ada korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif produk fashion pada karyawati. Kata kunci : Konsep diri, Pembelian impulsif, Dewasa Awal.
i
Abstract
This study aims to determine the relationship between self-concept and impulsive buying behavior tendency of fashion products on the employee. Research in Semarang with sampling techniques in this study using snowball sampling technique with a total of 36 people subject employee. The collection of data is measured with a scale of self concept Tennessee Self Concept Scale (TSCS) that was developed by William H. Fitts (Amaliah, 2012), while collecting data using the impulsive buying tendency scale adopted Impulsive Purchases researchers from a previous study based on the aspects raised by Rook (1987), namely spontaneous aspects, strength and intensity of the impulses, stimuli and excitement, no matter the consequences. Data analysis techniques using Pearson. The results of these calculations is the value of the correlation coefficient r = - 0.410 with sig = 0.006 (p <0.05), which means there is a significant negative correlation between self-concept and impulsive buying behavior tendency of fashion products on the employee. Keywords: Self-concept, impulsive purchases, Adult Beginning.
ii
1 PENDAHULUAN Sebagai masyarakat modern tampak aktivitas membeli sebagai salah satu sarana pemuas kebutuhan fisiologis, Asmadi (2008) memaparkan bahwa kebutuhan fisiologis bersifat mendesak dan harus menjadi prioritas utama untuk menjaga homeostasis biologis (mekanisme pengaturan keseimbangan dalam tubuh makhluk hidup). Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, individu yang bersangkutan akan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis menjadi penting untuk dipenuhi. Kehidupan yang semakin modern ini membawa manusia semakin unik dan kebutuhan fisiologisnya semakin beragam. Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi adalah pakaian dimana kebutuhan ini sekarang tidak hanya sebagai kebutuhan biasa namun seiring berkembangnya jaman pakaian ini sebagai sarana untuk menunjukkan identitas bahkan dapat menambah kepercayaan diri pemakai jika pakaian tersebut sesuai dengan keinginannya. (Hurlock, 1974) menyatakan bahwa pakaian menentukan di kelompok mana seseorang diterima sebagai anggota. Seperti halnya seorang karyawati yang memiliki kebutuhan akan pakaian dimana mereka dituntut untuk berpenampilan menarik dan rapi saat bekerja. Keputusan pembelian melalui beberapa tahapan seperti pengenalan masalah dimana konsumen dihadapkan pada masalah atau kebutuhan yang terdapat perbedaan antara apa yang menjadi kebutuhan dan apa yang menjadi keinginannya, lalu tahap selanjutnya yaitu tahap pencarian informasi dimana secara aktif konsumen akan mencari tahu beberapa informasi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan apa yang akan dibeli, tahap penilaian alternatif dimana tahap ini konsumen sudah mengetahui beberapa merk produk dan kemudian melakukan penilaian terhadap produk tersebut, tahap yang terakhir yaitu pengambilan keputusan pada tahap ini konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan kriteria yang disukainya namun terkadang keputusan membeli juga dapat berubah karena beberapa faktor seperti kehadiran orang lain dan situasi yang mendesak.
2 Dalam memenuhi kebutuhan fisiologis tersebut sering kali, konsumen memutuskan untuk membeli suatu barang pada saat berada di dalam toko, dan tidak merencanakan apa saja yang akan dibeli sebelum pergi ke toko. Seperti yang dikemukakan oleh Whidya (2010) bahwa 70-80% pembelian dilakukan di tempat belanja pada saat memeriksa barang. Dampak dari perilaku tersebut dapat mengembangkan pola perilaku yang tidak produktif serta pola perilaku konsumtif dimana pembelian tidak berdasarkan pada kebutuhan. Serta dapat memunculkan perilaku tidak terduga saat aktivitas konsumsi berlangsung misalnya membeli barang berlebihan, tidak mementingkan kebutuhan yang mendesak saat itu dan membeli berdasarkan keinginan atau bahkan hanya coba-coba. Dalam kehidupan sehari-hari memang tidak bisa dipisahkan dari aktivitas konsumsi karena seseorang membutuhkan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi apabila dilakukan secara berlebihan dapat mengindikasikan sebagai suatu perilaku yang merugikan menurut Schiffman dan Kanuk pada tahun 2004. Tidak semua konsumen melakukan pembelian secara rasional, terkadang muncul pembelian yang lebih didasari oleh faktor emosi. Hal itu bertentangan dengan paradigma manusia sebagai makhluk yang rasional. Seperti yang dilakukan oleh seorang karyawati bank swasta. Ini merupakan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap salah satu pengunjung mall di Salatiga, yang mengatakan bahwa ketika dia masuk kedalam outlet baju dan melihat banyak barang yang menarik perhatiannya dia akan cenderung tertarik bahkan tidak jarang membeli lebih dari 1 jenis barang padahal sebelumnya dia hanya berencana membeli 1 barang saja. Hal ini juga sama dirasakan oleh karyawati dealer motor, yang menyatakan bahwa saat berada di toko pakaian dia tidak segan mencoba beberapa dan bahkan membeli sesuai dengan keinginan dia. Berbeda dengan yang dialami oleh seorang karyawati asuransi di Salatiga, yang mengatakan ketika berada di pusat perbelanjaan seperti mall awalnya hanya ingin makan dan menonton film namun saat sampai di pusat
3 perbelanjaan minat untuk membeli barang muncul dan memutuskan untuk membeli barang tersebut. Jadi hasil dari wawancara yang dilakukan pada beberapa karyawati dapat dikatakan ada kecenderungan pembelian impulsif pada beberapa karyawati. Menurut Utami dan Sumaryono (2008), pada proses pembelian yang bersifat rasional, konsumen melakukan pertimbangan yang cermat dan mengevaluasi sifat produk secara fungsional. Namun melihat fenomena diatas menimbulkan kondisi yang berbeda yang dapat memicu terjadinya kecenderungan perilaku pembelian impulsif, dan kecenderungan perilaku pembelian impulsif ini banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia (Verplanken and Herabadi, 2001). Assael (1993) mengatakan bahwa belanja impulsif dilakukan oleh masyarakat dari status sosial ekonomi manapun dan tanpa kontrol diri. Rook & Gardner (1993) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai tindakan tanpa pertimbangan, dan disertai dengan respon emosi yang kuat. Dalam penelitian ini pembelian impulsif masih bersifat kecenderungan, sehingga variabelnya disebut kecenderungan pembelian impulsif. Aspek-aspek dari kecenderungan perilaku pembelian impulsive dari Rook’s (1987) yaitu aspek spontan dimana spontanitas merupakan pembelian yang tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, hal ini ditunjukkan dalam perilaku pembeli yang secara tiba-tiba melakukan pembelian karena tertarik pada penampilan barang yang dijual. Kekuatan impuls dan intensitas, kekuatan/kompulsi dan intensitas dalam membeli barang terjadi karena keinginan yang kuat untuk memiliki barang, mungkin ada motivasi pembeli untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak seketika. Stimuli dan kegembiraan, stimulasi yaitu tingkat dorongan atau rangsangan untuk segera memasuki tempat penjualan produk fashion. Serta
tidak peduli dengan konsekuensi dimana
ketidakpedulian akan akibat sering dicirikan dengan desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.
4 Pembelian impulsif dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terbagi menjadi faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal terdiri dari perilaku pembelajaran, motivasi, kepribadian, kepercayaan, usia, sumber daya konsumen, dan gaya hidup. Faktor lingkungan terdiri dari situasi, kelompok dan budaya (Engel dkk, 1995). Menurut Loudon & Bitta (Widawati, 2011), faktor-faktor mempengaruhi perilaku impulse buying adalah karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen meliputi pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri atau citra diri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yoan Wahyu Pricilia pada tahun 2011 menemukan adanya hubungan positif terhadap motivasi, persepsi, memori dan pembelajaran sebagai faktor dari perilaku pembelian impulsif. Penelitian yang dilakukan oleh Dittmar pada tahun 1995, konsep diri dapat memengaruhi pembelian impulsif pada jenis kelamin yang berbeda. Kacen & Lee pada tahun 2002 (dalam Muruganantham & Shankar Bhakat, 2013) menjelaskan bahwa budaya dapat memengaruhi pembelian impulsif. Pembelian impulsif merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan citra diri dan konsep diri seseorang (Phau & Lo 2004). Penelitian lain menunjukkan hubungan negatif antara konsep diri dan pembelian impulsif pada mahasiswa (Khoirotun, 2015). Dari beberapa penelitian tersebut, tidak dilakukan pada karyawati berusia 20-40 tahun dan dengan status belum menikah. Maka penelitian ini dilakukan pada karyawati dengan karakteristik berusia 20-40 tahun dengan status belum menikah. Wood (1998) menemukan bahwa pembelian impulsif meningkat pada usia 18 hingga 39 tahun dan menurun setelahnya. Dan usia sebagai salah satu faktor perilaku pembelian impulsif. Pada usia 18 hingga 39 merupakan rentang usia pada tahapan perkembangan dewasa awal. Sebagai seorang karyawati yang memiliki kemandirian ekonomi serta memiliki usia yang tergolong matang dan peneliti mengambil sampel karyawati yang tergolong dewasa awal yaitu usia 18-40 tahun menurut Hurlock (1980). Dimana konsep diri dan citra tubuh relative stabil pada masa ini. Menurut Anderson (dalam Fatimah, 2012) konsep diri pada
5 dewasa awal berorientasi pada tugas bukan pada diri atau ego, berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi. Fitts (dalam Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Baik yang bersifat fisik, sosial dan psikologis diperoleh melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain. Menurut Dodgson & Wood (2007), mengatakan bahwa individu yang mempunyai konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa tidak mampu dan mempunyai pandangan yang buruk tentang dirinya. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang keadaan dirinya. Adapun aspek konsep diri yang dikemukakan oleh Fitts (dalam Agustiani, 2006, h.139-142) yaitu diri identitas (identity self), Identitas diri merupakan aspek yang paling mendasar dari konsep diri. Didalam identitas diri terdapat seluruh label dan simbol yang digunakan untuk menggambarkan dirinya. Diri perilaku (behavioral self),
diri perilaku
merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala kesadaran “apa yang dilakukan oleh diri”. Diri yang adekuat akan menunjukkan keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga dia dapat mengenali dan menerima baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Diri penerimaan/penilai (judging self) dimana merupakan interaksi antara identity self dan behavioral self serta integrasinya pada keseluruhan konsep diri. Aspek ini berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, pembanding dan yang penting adalah sebagi penilai/evaluasi diri. Judging self juga mencakup kepuasan murni dari pemenuhan dorongan (rasa lapar, agresi, seks) atau rasa bangga dalam menahan diri terhadap dorongan yang berbahaya, diri fisik (physical self), merupakan persepsi individu terhadap keadaan fisik, kesehatan, penampilan, gerak motorik, dan kualitasnya. Diri moral etik (moral-ethical self), merupakan persepsi individu tentang dirinya yang ditinjau dari standar pertimbangan moral, etika, dan aspek religius dari diri. Diri pribadi (personal self),
6 merupakan perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadinya terlepas dari keadaan fisik dan hubungannya dengan orang lain dan sejauh mana merasa adekuat sebagai pribadi. Diri keluarga (family self), merupakan persepsi diri dan perasaan individu sebagai bagian dari keluarganya dan sejauh mana ia merasa berharga dan merupakan bagian dari keluarga tersebut. Diri sosial (social self), merupakan persepsi individu terhadap dirinya dengan lingkungan sosialnya. Brooks & Emmert (dalam Rakhmat, 2000, h.105) menjelaskan lima ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri yang positif dan negatif. Individu dengan konsep diri yang positif ialah, pertama, merasa yakin akan kemampuannya. Kedua, merasa setara dengan orang lain. Ketiga, menerima pujian tanpa rasa malu. Keempat, menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat. Kelima, mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Sedangkan ciri-ciri individu dengan konsep diri negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, tidak pandai dan tidak sanggup dalam mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang lain atau hiperkritis, merasa tidak disenangi oleh orang lain dan bersikap pesimistis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganan untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Masa dewasa awal merupakan pembentukan kemandirian seseorang secara pribadi maupun ekonomi, seperti perkembangan karir, pemilihan pasangan, dan memulai keluarga (Santrock, 2002). Dilihat dari perkembangan kognitifnya, sebagai individu dalam tahap dewasa awal seharusnya sudah dapat berpikir reflektif dan menekankan pada logika kompleks serta melibatkan intuisi dan juga emosi (Papalia; Olds & Feldman, 2009). Dengan kata lain tidak hanya menekankan pada emosi saja. Pada masa ini, individu juga mulai
7 mandiri secara ekonomi, kemandirian secara ekonomi tersebut dapat mendorong individu menjadi konsumtif dan melakukan pembelian impulsif. Perkembangan dewasa awal memiliki identitas diri berupa konsep diri dan citra diri yang relatif stabil. Serta mengambil keputusan berdasakan logika. Dari fenomena yang terjadi dimana karyawati memunculkan perilaku pembelian impulsif, yang dapat dilihat dari beberapa orang yang diwawancarai mereka cenderung untuk tidak berpikir secara rasional, dan hanya menggunakan emosi saat mengambil keputusan untuk membeli barang. Maka peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh konsep diri terhadap pembelian impulsif terhadap produk fashion pada wanita dewasa awal. Dari latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut apakah ada hubungan konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif terhadap produk fashion pada karyawati? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif terhadap produk fashion pada karyawati. Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini seperti hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan psikologi konsumen dan psikologi perkembangan mengenai hubungan konsep diri terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada wanita dewasa awal. Bagi Wanita dewasa awal hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi konsumen wanita terhadap pembelian. Menurut Dodgson & Wood (2007), mengatakan bahwa individu yang mempunyai konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa tidak mampu dan mempunyai pandangan yang buruk tentang dirinya. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang keadaan dirinya. Ketika seseorang karyawati memiliki konsep diri yang rendah maka kecenderungan perilaku pembelian impulsif akan tinggi karena perilaku pembelian impulsif ini dapat sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan konsep dirinya, begitu juga sebaliknya ketika karyawati
8 memiliki konsep diri yang tinggi maka kecenderungan perilaku pembelian impulsif akan rendah. Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif produk fashion pada karyawati? Dengan pertanyaan penelitian apakah ada hubungan negatif signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif produk fashion pada karyawati?
9 METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian Variabel Terikat
: Kecenderungan perilaku pembelian impulsif
Variabel Bebas
: Konsep Diri
Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah karyawati dengan karakteristik yaitu berusia 20 – 40 tahun, belum menikah dan tidak menjadi tulang punggung keluarga, jumlah penghasilan lebih dari upah minimum regional serta bekerja sebagai karyawati swasta. Penelitian ini dilakukan di wilayah Semarang, teknik sampel yang digunakan menggunakan teknik snowball sampling dilakukan. Partisipan berjumlah 36 orang dengan sesuai karakteristik. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan skala pengukuran psikologi. Terdapat 2 skala yaitu : Skala Konsep Diri Alat ukur konsep diri yang digunakan pada penelitian ini adalah Tennesse Self Concept Scale (TSCS) yang di kembangkan oleh William H. Fitts (Amaliah, 2012). TSCS merupakan alat ukur untuk mengukur konspe diri individu secara umum yang berada dalam usia 12 tahun keatas. Skala ini terdiri dari dua aspek. Aspek-aspeknya meliputi diri identitas (identity self), diri perilaku (behavioral self), diri penerimaan/penilai (judging self), diri fisik (physical self), diri moral etik (moral-ethical self), diri pribadi (personal self), diri keluarga (family self), dan diri sosial (social self). Setiap
item
memiliki
alternatif
jawaban
yang
menunjukan
derajat
kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan diri subjek. Pemberian skor terhadap jawaban subjek dilakukan dengan mempertimbangkan jenis item, apakah item favorabel atau item
10 unfavorabel. Adapun penilaian pada masing – masing jawaban responden dilakukan dengan cara skoring. Terdapat 5 alternatif jawaban yaitu SS (sangat sesuai) dengan skor 4, S ( sesuai) dengan skor 3, TP (tidak pasti) dengan skor 2, TS (tidak sesuai) dengan skor 1 dan STS (sangat tidak sesuai dengan skor 0. Skala ini terdiri dari 60 item dengan 5 alternatif jawaban yaitu dari sangat tidak setuju, tidak setuju, tidak pasti, setuju dan sangat setuju. Selanjutnya, pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji kembali alat ukur ini dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian Hasil uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,30. Apabila jumlah item yang valid ternyata masih tidak mencakup jumlah yang diinginkan, maka dapat menurunkan kriteria dari ≥ 0,30 menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2004). Maka peneliti menggunakan standart pengukuran validitas item yaitu ≥ 0,25. Setelah peneliti menguji ulang kemudian diperoleh realibilitas sebesar 0,862 dengan corrected item total corelation bergerak dari 0,383-0,756. Dan dari 60 item terdapat 21 item yang gugur yaitu item 5, 10, 21, 26, 27, 31, 33, 34, 37, 38, 41, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 55, 56, 59, 60. Pengujian kedua didapati reliabilitas sebesar 0,913 dan dari 39 item terdapat 5 item yang gugur yaitu 6, 17, 44, 45, 58. Setelah dilakukan uji yang ke 3 dengan reliabilitas 0,916 dengan corrected item total corelation bergerak dari 0,271-0,822 dan terdapat 1 item gugur yaitu no item 50.
Skala Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Skala yang digunakan untuk mengungkapkan kecenderungan pembelian impulsif adalah Skala kecenderungan Pembelian Impulsif yang diadopsi peneliti dari penelitian sebelumnya berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Rook (1987) yaitu aspek spontan, kekuatan impuls dan intensitas, stimuli dan kegembiraan, tidak peduli dengan
11 konsekuensi. Jumlah item sebangak 32 butir yang terdiri dari 16 item favorabel dan 16 item unfavorabel. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsif yang dimiliki oleh subjek, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang dimiliki subjek maka semakin rendah kecenderungan pembelian impulsif yang diperoleh subjek. Skala ini terdiri dari 32 item dan menggunakan format likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban yakni Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Tidak Pasti (TP), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Selanjutnya, pada penelitian ini peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji kembali alat ukur ini dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Hasil uji seleksi item dan reliabilitas penentuan-penentuan item valid menggunakan ketentuan dari Azwar yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,30. Apabila jumlah item yang valid ternyata masih tidak mencakup jumlah yang diinginkan, maka dapat menurunkan kriteria dari ≥ 0,30 menjadi ≥ 0,25 (Azwar, 2004). Maka peneliti menggunakan standart pengukuran validitas item yaitu ≥ 0,25. Setelah peneliti menguji diperoleh realibilitas sebesar 0,939 dengan corrected item total corelation bergerak dari 0,353-0,814. Dan dari 32 item terdapat lima item yang gugur yaitu item 7, 8, 17, 25, dan 27.
Teknik Analisis Data Metode analisis data adalah metode untuk mengolah data, menganalisis data, dan menguji kebenarannya, kemudian dapat disimpulkan dari penelitian tersebut (Hadi, 2004). Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan metode statistik, karena data yang diperoleh berwujud angka-angka sehingga metode statistik dapat memberikan hasil yang objektif. Selain itu, dengan metode statistik dapat ditarik kesimpulan
12 yang dapat dipertanggungjawabkan, karena berdasarkan perhitungan yang teratur, tepat, dan teliti (Nurgiyantoro, dkk., 2009). Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel penelitian adalah korelasi product moment dari Pearson. Dalam penelitian ini, analisis data akan dilakukan dengan bantuan program khusus komputer statistik yaitu SPSS seri 16.0 for windows. HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Penelitian Konsep Diri dan Kecendurungan Perilaku Pembelian Impulsif Data Deskriptif Tabel 1. Statistik Deskriptif Skala Konsep Diri dan Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Pada Karyawati
N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Konsepdiri
36
95.6111
16.94239
35.00
118.00
Impulsif
36
65.8056
17.38278
35.00
93.00
Tabel 1 merupakan statistik deskriptif dari skor hipotesis partisipan untuk setiap variabel. Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 4 kategori mulai dari “sangat rendah” “rendah” ke “tinggi” hingga “sangat tinggi”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan dengan menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000). Tabel 2 dan 3 menunjukkan jumlah partisipan untuk setiap kategori pada masing-masing variabel.
13 Tabel 2. Kriteria Skor Konsep Diri No.
Interval
Kategori
Frekuensi
Presentase
1.
0 ≤ x < 33
Sangat Rendah
0
0
2.
33 ≤ x < 66
Rendah
3
8,33 %
3.
66 ≤ x < 99
Tinggi
15
41,67 %
4.
99 ≤ x < 103
Sangat Tinggi
18
50 %
36
100 %
Jumlah x = skor konsep diri
Tabel 3. Kriteria Skor Pembelian Impulsif No.
Interval
Kategori
Frekuensi
Presentase
1.
0 ≤ x < 27
Sangat Rendah
0
0%
2.
27 ≤ x < 54
Rendah
10
27,78 %
3.
54 ≤ x < 81
Tinggi
16
44,44 %
4.
81 ≤ x < 108
Sangat Tinggi
10
27,78 %
100
100 %
Jumlah x = skor pembelian impulsif
Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan (50 %) memiliki tingkat konsep diri pada kategori sangat tinggi, dan sebagian partisipan (44,44 %) memiliki tingkat kecenderungan pembelian impulsif berada pada kategori tinggi.
14 UJI ASUMSI Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada karyawati. Namun, sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non parametrik yang akan digunakan untuk uji korelasi. 1. Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala konsep diri (K-S-Z = 1,299 p = 0,068 > 0,05) menunjukkan data-data normal dan skala pembelian impulsif (K-S-Z = 0,781 p = 0,575 > 0,05) menunjukkan data-data yang didapat berdistribusi normal. 2. Uji Linearitas Dari hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan linear antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif dengan deviation from linearity sebesar 0,483 (p > 0,05). Uji Hipotesis Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, diketahui bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan variabel-variabel penelitian linear, sehingga uji korelasi dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson. Lihat tabel 4
15 Tabel 4. Hasil Uji Korelasi antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Correlations
Konsepdiri Konsepdiri
Pearson Correlation
Impulsif
1
-.410
Sig. (1-tailed)
Impulsif
**
.006
N
36
36
Pearson Correlation
-.410
Sig. (1-tailed)
.006
N
36
**
1
36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Hasil dari uji korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada karyawati di wilayah Semarang, r = - 0,410 dengan p < 0,05. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan adanya korelasi negatif antara antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif di wilayah Semarang. antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif di wilayah Semarang berada pada kisaran 0,3-0,69.
16 PEMBAHASAN Penelitian ini ingin melihat apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan pembelian impulsif pada karyawati. Dimana menurut Dodgson dan Wood (2007), bahwa individu dengan konsep diri negatif akan merasa dirinya selalu gagal, merasa tidak mampu dan mempunyai pandangan yang buruk tentang dirinya. Sebaliknya individu yang mempunyai konsep diri positif mempunyai pandangan yang menyenangkan tentang keadaan dirinya. Hal ini yang memengaruhi apakah inidividu akan melakukan perilaku pembelian impulsif atau tidak. Pembelian impulsif merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan konsep diri seseorang (Phau & Lo, 2004). Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi memiliki r = - 0,410 dengan signifikansi sebesar 0,006 (p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif memiliki hubungan negatif yang signifikan. Artinya semakin tinggi konsep diri yang dimiliki karyawati maka, semakin rendah kecenderungan perilaku pembelian impulsif begitu pula sebaliknya, semakin rendah konsep diri yang dimiliki oleh karyawati maka semakin tinggi kecenderungan perilaku pembelian impulsifnya. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan Khoirotun (2015) yang menunjukkan hubungan negatif antara konsep diri dan pembelian impulsif, dengan korelasi sebesar -0,609 dengan nilai signifikan 0,000. Artinya semakin positif konsep diri pada karyawati maka kecenderungan perilaku pembelin impulsif (impulsive buying) rendah, sebaliknya semakin negatif konsep diri pada mahasiswi maka kecenderungan perilaku pembelian impulsif (impulsive buying) akan semakin tinggi. Serta penelitian yang dilakukan oleh Dittmar (1995) yang menunjukkan konsep diri dapat memengaruhi perilaku pembelian impulsif. Sejalan dengan hasil yang telah ditemukan peneliti tentang hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif yaitu menunjukkan adanya korelasi
17 negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada karyawati swasta di wilayah Semarang. Dimana konsep diri menunjukkan kategori tinggi dengan persentase 50 % dari 36 karyawati, serta kecenderungan perilaku pembelian impulsif menunjukkan kategori sedang dengan persentase 44,44 %. Banyak faktor yang memengaruhi kecenderungan perilaku pembelian impulsif dan konsep diri merupakan salah satu faktornya. Hasil pengujian melihat bahwa konsep diri karyawati berada pada kategori sangat tinggi dan kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi. Beberapa pembelian dilakukan secara selektif oleh karyawati ketika mereka memiliki konsep diri yang tinggi namun terdapat pula karyawati yang memiliki konsep diri yang tinggi namun tetap memiliki kecenderungan pembelian impulsif karena adanya keinginan untuk menunjukkan diri serta tuntutan untuk mereka menjadi sama seperti kelompoknya terlebih karyawati dalam penelitian ini merupakan karyawati di kota besar dan mereka belum menikah serta tidak memiliki tanggungan terhadap keluarga. Konsep diri memberikan sumbangan efektif yang diberikan konsep diri terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif memberikan kontribusi sebesar 16,8 % dan ada sekitar 83,2 % faktor lain yang memengaruhi. Ada pun faktor personal terdiri dari perilaku pembelajaran, motivasi, kepribadian, kepercayaan, usia, sumber daya konsumen, dan gaya hidup. Faktor lingkungan terdiri dari situasi, kelompok dan budaya (Engel dkk, 1995).
18 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada karyawati di wilayah Semarang, maka dapat disimpulkan : 1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif pada karyawati. 2. Sebagian besar partisipan memiliki konsep diri yang dikategorikan tinggi dan sebagian besar partisipan memiliki kecenderungan perilaku pembelian impulsif yang berada pada kategori sedang. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut: a. Bagi Karyawati Bagi karyawati yang memiliki konsep diri yang tinggi harus dipertahankan karena dengan konsep diri yang tinggi akan berpengaruh terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif yang ketika dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan efek yang negatif. Dan bagi karyawati yang memiliki konsep diri yang rendah, hendaknya meningkatkan konsep dirinya dengan mengubah pandangan serta penilain tentang dirinya agar lebih menjadi positif supaya kecenderungan perilaku pembelian impulsif tidak meningkat. Karena pembelian impulsif sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan konsep diri.
19 b. Bagi peneliti selanjutnya Kontribusi variabel konsep diri sebesar 16,8 % terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada karyawati bisa menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya lebih memperhatikan akses untuk bertemu dengan subjek yaitu karyawati karena tidak banyak karyawati yang bersedia untuk diberi quesioner serta ada beberapa yang kurang memiliki waktu untuk pengisian quesioner dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan sampel dalam jumlah yang lebih besar agar lebih menggambarkan kepuasan hidup yang menyeluruh dalam suatu populasi. Pemilihan metode penelitian kualitatif, juga dirasa mampu memberikan gambaran yang lebih mendalam dalam penelitian dengan topik ini serta menghilangkan bias yang bisa terjadi saat pengisian angket.
20 DAFTAR PUSTAKA Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan: pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: Refika Aditama. Amaliah. (2012). Gambaran konsep diri pada dewasa muda yang bermain erepublik. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Astrid, Fatihana. (2014). pengaruh shopping lifestyle terhadap impulse buying universitas pendidikan indonesia. Retrieved from http://repository.upi.edu. Assael, H. (1987). Consumer behavior and marketing action third edition, pws-kent. Boston : Publishing Company. Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika. Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Christina, Widya U. (2010). Manajemen Ritel (edisi 2). Jakarta: Salemba Empat. Cozby, P. C. (2009). Methods in behavioral research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender identity and material symbols: Objects and decision considerations in impulse purchases. Journal of Economic Psychology, 16(3), 491-511. Retrieved rom http://dx.doi.org/10.1016/0167-4870(95)00023-H. Dwi, R.A. (2014). Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa sekolah dasar negeri mendungan 1 yogyakarta. Skripsi. Uninersitas Negeri Yogyakarta. Engel, J.F., Blackwell, RD & Miniard, P.W. 1995. Consumer behavior. International ed. Florida. Dryden. J, Gumulya & Widiastuti M. (2013). Pengaruh konsep diri terhadap perilaku konsumtif mahasiswa universitas esa unggul. Jurnal Psikologi, 11, 50-65. Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Hurlock, E.B. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. edisi kelima. terjemahan istiwidayanti dan soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Ilmalana. (2012). Analisis motivasi konsumen online dalam melakukan impulsive buying pada transaksi c2c commerce. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia.
21 Janda, L. H. (1998). Psychological testing: theory and applications icludes software. Massachusetts: A Viacom Company. Khoirotun, L. N. (2015). Hubungan konsep diri dengan pembelian impulsif (impulsive buying) produk pakaian pada mahasiswa uin malang. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malik (UIN). Maria. (2011). Hubungan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Skripsi. Solo: Universitas Negeri Surakarta. Marcelline, E. (1997). Perbedaan konsep diri antara siswa berinteligensi tinggi dengan siswa berinteligensi rendah. Jakarta: Fakultas Psikologi. UNIKA Atmajaya. Masmuadi, A. & Mira. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada remaja. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Mischel, W., Shoda, Y., & Smith, R. E. (2004). Introduction to personality: toward an integration (7th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc. Muruganantham, G & Shankar R. B. (2013). A review of impulse buying behavior. International Journal of Marketing Studies, 5, 149-160. Papalia, Olds & Feldman. (2007). Human Development, Tenth Edition. New York: McGraw Hill. Phau, I. & Lo, C. (2004). Profiling fashion innovators: a study of self-concept, impulse buying and internet purchase intent. Journal of Fashion Marketing and Management, 8(4), 399-411. Retrieved from http://www.emeraldinsight.com Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rook, D. W. (1987). The buying impulse. The Journal of Consumer Research, 14, 189-199. Santrock, J. W. (2002). Psikologi perkembangan jilid 2. Jakarta: Erlangga. Schiffman, L.G & Lieslie L. K. (2004). Consumer Behavior. USA: Prentice Hall. Sarah, Dira D. (2014). Peranan kontrol diri terhadap pembelian impulsif pada remaja berdasarkan perbedaan jenis kelamin di samarinda. eJournal Psikologi, 1(3): 313323. Sintiche Ariesny P. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif remaja putri dalam pembelian kosmetik melalui katalog di sma negeri 1 semarang. Skripsi. Fakultas Psikologi UNDIP Semarang. Suelin C. (2010). Understandig consumer purchase behavior in the japanese personal grooming sector. Journal of yasar University, 17(5), 2821-2831.
22 Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supratiknya, A. (1993). Teori-teori holistik: organismik-fenomenologis. Yogyakarta: Kanisius. Soegito. (1996). Konsumerisme Penyebab Inflasi. Retrieved from Stern, H. (1962). The significance of impulse buying today. Journal of Marketing, 59. Utami, Fika A. & Sumaryono. (2008). Pembelian impulsif ditinjau dari kontrol diri dan jenis kelamin pada remaja. Jurnal Psikologi Proyeksi, 3(1), 46-57. Verplanken, B. & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying tendency: feeling and no thinking. European Journal of Personality, 15, S71 -S83. Wahyu, Yoan P. (2011). Faktor psikologis konsumen yang memengaruhi perilaku pembelian impulsif (impulse buying tendency) produk fashion di malang town square (matos). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Widawati, L. (2011). Analisis perilaku “impulse buying” dan “locus of control” pada konsumen di carrefour bandung. Jurnal MIMBAR Psikologi XXVII, 2, 125-132. Wood, M. (1998). Socioeconomic status, delay of gratification, and impulse buying. Journal of Economic Psychology, 19(3), 295-320. Henrietta P. D. A. D. S. (2009). Impulsive buying pada dewasa awal di yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. (August, 2015). Retrieved from 25285/4/Chapter%20II.pdf.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
(August, 2015). Retrieved from http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2015/05/Jurnal-Rangga-Alam-Purnama-190110090085.pdf. (August, 2015) Retrieved 6280/3/0230161_Chapter1.pdf.
from
http://repository.maranatha.edu/
(August, 2015). Retrieved from http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sip. (August, 2015). Retrieved from http://kbbi.web.id/beli (January, 2016). Retrieved from http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_manajemen_pemasaran/bab5 _perilaku_pembeli.pdf