HUBUNGAN KOMUNIKASI SBAR DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG PAVILIUN RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : Oni Sri Warjini NIM. ST142049
PROGRAM STUDI S S-1 1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016
HUBUNGAN KOMUNIKASI SBAR DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG PAVILIUNPANDAN ARANG BOYOLALI Oni Sri Warjini1), Yeti Nurhayati2), Erlina Windyastuti2) 1)
Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)
ABSTRAK Pelayanan keperawatan seharusnya memberikan pelayanan keperawatan profesional yang memiliki mutu, kualitas, bersifat efektif dan efisien sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pasien. Hasil observasi yang dilakukan peneliti, di ruang Paviliun RSUD Pandan Arang Boyolali didapatkan data penggunaan SBAR sudah berjalan 100% pada pasien baru maupun pasien lama di ruang Paviliun sejak bulan November 2015. Penelitian ini bertujuan untuk hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan pasien di Ruang Paviliun RSUD Pandan Arang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif rancangan descriptif corelational, populasi dalam penelitian ini adalah 395 pasien dan 68 perawat di ruang Paviliun RSUD Pandan Arang Boyolali.Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu 68 pasien dan 68 perawat yang memenuhi kriteria inklusi. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis RankSpearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan pasien di ruang Paviliun RSUD Pandan Arang Boyolali dengan p value 0,000 dengan kekuatan korelasi sedang (0,598). Berdasarkan hasil penelitian ini perawat dapat lebih meningkatkan kemampuan SBAR untuk meningkatkan kepuasan pasien. Kata Kunci Daftar Pustaka
: Komunikasi SBAR, Kepuasan Pasien : 21 (2006-2016)
ABSTRACT A nursing service should be a professional one with quality, efficient and effective so that it satisfies the needs and requests beyond the patients’ expectation. The result of researcher’s observation at Paviliun Ward of Pandan Arang Local General Hospital of Boyolali Regency shows that SBAR use has reached 100% on new and long-term patients since November 2015. The objective of this research is to investigate the correlation between the SBAR communication and the patients’ satisfaction at Paviliun Ward of Pandan Arang Local General Hospital of Boyolali Regency. This research used the quantitative research method with the descriptive correlation design. Its population was 395 patients and 68 nurses in the Pavilion ward of Pandan Arang Local General Hospital of Boyolali Regency. The samples of research were 68 patients and 68 nurses who meet the inclusion criteria and were determined through the purposive sampling technique. The data of research were analyzed by using the Spearman’s Rank analysis. There was a correlation between the SBAR communication and the patients’ satisfaction at Paviliun Ward of Pandan Arang Local General Hospital of Boyolali
1
Regency as indicated by the p-value = 0.000 with the moderate correlation strength (0.598). Thus, the nurses should improve their SBAR skills to improve the patients’ satisfaction. Keywords References
: SBAR communication, patient’s satisfaction : 21 (2006-2016)
PENDAHULUAN Patient safety atau keselamatan
mempelajari
berbagai
masalah
keselamatan
pasien.
Dengan
pasien menjadi spirit dalam pelayanan
diterbitkannya Nine Life Saving Patient
rumah sakit di seluruh dunia, tidak hanya
Safety
rumah sakit di negara maju yang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-
menerapkan keselamatan pasien untuk
RS) mendorong rumah sakit di Indonesia
menjamin mutu pelayanan yang baik,
untuk
tetapi juga rumah sakit di negara
“Life-Saving”
berkembang
seperti
Indonesia.
Rumah Sakit, langsung atau bertahap
Kementrian
Kesehatan
Republik
sesuai dengan kemampuan dan kondisi
Indonesia telah mengeluarkan Peraturan
RS masing-masing. Salah satu dari
Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang
sembilan
keselamatan
menerapkan komunikasi secara efektif.
pasien
rumah
sakit.
oleh
WHO,
menerapkan
Sembilan
Keselamatan
solusi
Komunikasi
Peraturan ini menjadi tonggak utama
maka
yang bagi
Solusi Pasien
adalah
efektif
operasionalisasi keselamatan pasien di
merupakan
rumah sakit seluruh Indonesia. Rumah
mencapai
sakit di Indonesia berupaya membangun
berdasarkan standar keselamatan pasien
dan mengembangkan keselamatan pasien
di rumah sakit. Komunikasi harus tepat
berdasarkan
manajemen
pada waktunya, akurat, lengkap tidak
terhadap keselamatan pasien (KemenKes
rancu dan dapat dipahami oleh penerima
RI, 2013).
(JCI, 2007). Komunikasi yang tepat
pemahaman
kunci
tersebut
Komite
staf
keselamatan
untuk pasien
WHO Collaborating Center for
dengan read back telah menjadi salah
Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007
satu sasaran dari program patient safety
resmi menerbitkan “Nine Life Saving
yaitu
Patient Safety Solution”. Panduan ini
efektif. Salah satu metode komunikasi
mulai disusun oleh sejak tahun 2005 oleh
yang efektif adalah komunikasi SBAR
pakar keselamatan pasien dan lebih 100
yang
negara
komunikasi
2
dengan
mengidentifikasi
dan
peningkatan
merupakan yang
komunikasi
suatu
yang
metode
menggunakan
alat
terstruktur
SBAR
Backgroud,Assesment,
(Situation, Recomendation)
yang
akhirnya
dapat
mempengaruhi
perubahan dalam meningkatkan mutu
untuk mencapai ketrampilan berfikir
operan
jaga
dan
meningkatkan
kritis dan menghemat waktu. Proses
keselamatan
komunikasi SBAR terbukti telah menjadi
dampak positif dan terlihat ada perbaikan
alat komunikasi yang efektif dalam
pada
pengaturan
pasien.
pasien,
pelaporan
sehingga
insiden
keselamatan
perawatan
akut
untuk
komunikasi
yang
urgen,
komunikasi SBAR adalah penelitian yang
terutama antara dokter dan perawat,
dilakukan oleh Fitria (2013) tentang
namun masih sedikit yang diketahui dari
pelatihan
efektifitas dalam pengaturan tentang hal
Meningkatkan Motivasi dan Psikomotor
ini (Sukesih &Istanti, 2015).
perawat
tingkatan
The (2007)
Joint
telah
komunikasi
Penelitian
ada
lain
Komunikasi
dengan
tentang
SBAR
hasilnya
dalam
bahwa
Commision
World
komunikasi SBAR dapat meningkatkan
menyampaikan
bahwa
budaya kerja perawat dalam melakukan
selalu
asuhan
SBAR
harus
keperawatan
sehingga
disosialisasikan kepada staf diseluruh
meningkatkan
ruang perawatan. Tenaga keperawatan
Pelayanan
profesional yang menjalankan pekerjaan
memberikan
berdasarkan ilmu sangat berperan dalam
profesional yang memiliki mutu, kualitas,
penanggulangi komplikasi penyakit dan
bersifat efektif dan efisien sehingga
terjadinya
serta
memberikan kepuasan pada kebutuhan
memperpendek hari perawatan pasien
dan keinginan lebih dari yang diharapkan
(Sukesih&Istanti, 2015).
pasien.
infeksi
nosokomial
keselamatan
dapat
keperawatan pelayanan
pasien. seharusnya
keperawatan
Penelitian yang dilakukan oleh
Hasil observasi yang dilakukan
Wahyuni (2014) menunjukan pelatihan
peneliti, di ruang Paviliun RSUD Pandan
komunikasi
Arang
SBAR
efektif
dalam
Boyolali
didapatkan
data
meningkatkan mutu operan jaga di
penggunaan SBAR sudah berjalan 100%
bangsal
PKU
pada pasien baru maupun pasien lama di
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II, hal
ruang Paviliun sejak bulan November
ini menunjukan bahwa komunikasi SBAR
2015. Hasil survey kepuasan pasien
efekif
kesehatan,
tahun 2012 didapatkan nilai kepuasan
disesuaikan
pasien di Paviliun (semeru, merbabu,
pasien
Wardah
melibatkan dan
RS
tenaga
keluarga
dalam
sindoro, arjuna) tingkat kepuasan pasien
komunikasi, baik individu dengan tim
76,10 atau mutu B. Komunikasi SBAR
kondisinya
dapat
membantu
3
yang dilakukan oleh Sukesih dkk (2015)
dilakukan skoring 1-8 penggunaan SBAR
sudah
terbukti
dapat
kurang, 9-16 cukup dan 17-24 baik
Patient
Safety
namun
meningkatkan belum
ada
(Sudresti, 2015).
penelitian yang menilai keberhasilan
Kuesioner kepuasan pasien dibuat
komunikasi SBARdalam hal kepuasan
oleh peneliti berpedoman pada indikator
pasien sehingga peneliti tertarik untuk
survey kepuasan pasien di RSUD Pandan
melakukan
Arang Boyolali yaitu kelengkapan dan
penelitian
dengan
judul
“Hubungan Komunikasi SBAR dengan
ketepatan
informasi,
penurunan
Kepuasan Pasien di Ruang Paviliun
kecemasan, perawat trampil profesional,
RSUD Pandan Arang Boyolali”.
pasien merasa nyaman, terhindar dari bahaya, perawat ramah dan empati. Kuesioner kepuasan pasien terdiri dari 21
METODOLOGI Jenis penelitian
penelitian kuantitatif
ini dengan
adalah
item pertanyaan dengan kategori skor 21-
desain
41 dinyatakan kurang puas, 42-62 cukup
deskriptif korelasional. Populasi pada
puas dan 63-84 puas.
penelitian ini adalah semua perawat Di
Analisis
data
univariat
Ruang Paviliun RSUD Pandan Arang
penelitianmeliputi, jenis kelamin, usia,
Boyolali yang berjumlah 68 perawat dan
pendidikan, komunikasi SBAR, kepuasan
395
Desember
pasien yang disajikan dalam bentuk
sampel
proporsi presentase, analisis bivariat yang
menggunakan total sampling.Penelitian
dilakukan untuk mengetahui hubungan
menggunakan jumlah sampel 68 dengan
antara
alasan jumlah pasien yang menjalani
kepuasan
rawat inap sesuai dengan kriteria inklusi
RankSpearman.
dalam 1 bulan berjumlah 68 pasien.
merupakan uji non parametris digunakan
Pelaksanaan penelitian pada bulan Juni
apabila ingin mengetahui kesesuaian
2016 di ruang Bougenvil RSUD Pandan
antara 2 objek dimana skala datanya
Arang Boyolali.
adalah
pasien
pada
2015.Teknik
bulan
pengambilan
Alat penelitan yang digunakan meliputikuesioner
komunikasi
SBAR
komunikasi pasien
ordinal
Uji
SBAR
dilakukan
dengan
tingkat
kepercayaan 95% atau α=5%. (Sugiyono, 2013).
menjadi 3 skala likert yaitu tidak sesuai
HASIL DAN PEMBAHASAN
(1), kurang sesuai (2), dan sesuai (3).
1. Karakteristik Responden
4
uji
RankSpearman
terdiri dari 8 item pertanyaan dibagi
Selanjutnya jumlah nilai setiap responden
terhadap
Hasil penelitian yang telah
hubungan
antara
umur,
jenis
karakteristik
kelamin,
pekerjaan,
pendapatan
responden yang jenis kelamin, usia,
maupun
pendidikan
responden
pendidikan,komunikasi
terhadap kepuasan pasien.
dilakukan
didapatkan
SBAR,
kepuasan pasiendalam bentuk tabel serta deskripsi. Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien(n=68) Jenis Kelamin F % Laki-Laki 39 57 Perempuan 29 43 N=68 68 100 Diketahui
Tabel
Diketahui
dari
Tabel
2
distribusi frekuensi jenis kelamin 1
paling banyak yaitu perempuan
distribusi frekuensi jenis kelamin
sebesar 57 responden (83,3%). Jenis
paling banyak yaitu laki-laki sebesar
kelamin
39
responden (16,2%).
responden
dari
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perawat(n=68) Jenis Kelamin F % Laki-Laki 11 16 Perempuan 57 84 N=68 68 100
(57,4%).
Jenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 29 responden (42,6%). Dolinsky
(2007)
mengemukakan bahwa persepsi dan reaksi
terhadap
dipengaruhi
gangguan
oleh
seks,
sakit ras,
pendidikan, kelas ekonomi dan latar belakang budaya. Dari pernyataan tersebut antara pria dan wanita akan relatif
sama
dalam
merasakan
laki-laki
sebanyak
11
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien(n=68) Pendidikan F % Tidak Sekolah 3 4 SD 10 15 SMP 16 23 SMA 33 48 DIII 4 6 S-1 2 3 N=68 68 100 Diketahui distribusi
dari
frekuensi
Tabel
3
tingkat
kepuasan (Supardi dalam Aulia
pendidikan paling banyak yaitu
(2013)).
berpendidikan SMA sebesar 33 Peneliti
karakteristik
berasumsi responden
tidak
responden pendidikan
(48,5%). SMP
Tingkat
sebanyak
16
berpengaruh dalam kepuasan pasien
responden (23,5%), SD sebanyak 10
hal ini didukung oleh penelitian
responden (14,7%), DIII sebanyak 4
yang dilakukan oleh Hidayati dkk
responden (5,9%), Tidak sekolah 3
(2014),
bahwa
tidak
adanya
5
responden (4,4%) dan S-1 sebanyak
responden (5,9%) dan Profesi Ners
2 reponden (2,9%).
sebanyak 2 responden (2,9%).
Hasil
penelitian
Abdilah
(2007) menunjukkan hal yang sama
Tabel 5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan UsiaPasien (n=68)
dimana pada tingkat pendidikan SMA hampir 50% menunjukkan kepuasan
terhadap
pelayanan,
sementara pada kelompok lulusan PT semuanya menyatakan tidak puas. Ada teori yang menyatakan
Usia 12-16 tahun 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun N=68
F 2 4 16 23 14 9 68
% 3 6 23 34 21 13 100
seseorang dengan tingkat pendidikan Diketahui
yang lebih tinggi cenderung banyak
pelayanan yang diterimanya jika
banyak yaitu 36-45 tahun sebesar 23
memang menurutnya kurang puas.
responden (33,8%).
Beberapa dengan seseorang dengan
tahun
tingkat pendidikan yang rendah, ia
(23,5%), 46-55 tahun sebanyak 14
cenderung lebih banyak menerima
responden (20,6%), 56-65 tahun
karena
yang
sebanyak 9 responden (13,2%), 17-
dibutuhkannya, asal sembuh saja itu
25 tahun sebanyak 4 responden
sudah cukup baginya (Lumenta,
(5,9%)
2009).
responden (2,9%).
tahu
apa
Diketahui distribusi
dari
frekuensi
Tabel
sebesar
62
Pendidikan
DIII
S-1
16
12-16
26-35
responden
sebanyak 2
adanya
hubungan
dimungkinkan karena pada dasarnya setiap
pasien
dari
yang
muda
maupun yang tua menginginkan perhatian dan kasih sayang, setiap 4
tingkat
(91,2%).
sebanyak
Usia
paling
antara usia dengan tingkat kepuasan
Keperawatan
responden
dan
Tidak
pendidikan paling banyak yaitu berpendidikan
sebanyak
usia
5
distribusi
tidak
frekuensi
Tabel
menuntut atau mengkritik terhadap
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Perawat(n=68) Pendidikan F % DIII Kep 62 91 S-1 4 6 Ners 2 3 N=68 68 100
6
dari
4
keluhannya ingin didengar oleh tenaga kesehatan khususnya dokter dan perawat. Selain itu Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan manusia juga menjelaskan bahwa setiap manusia membutuhkan ingin
memiliki dan dimiliki, cinta dan
petani/buruh 13 responden (19,1%),
kasih
tidak bekerja sebanyak 11 responden
sayang
serta
harga
diri,
sehingga antara yang muda dan yang
(16,2%)
tua
responden (10,3%).
menginginkan
hubungan
dan
PNS
Menurut
interpersonal yang baik (Supardi
sebanyak 7
Mar’at
(2007)
2006 dalam Hidayati, 2013).
perasaan puas pada setiap individu
Tabel 6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan UsiaPasien (n=68) Usia F % 17-25 tahun 7 10 26-35 tahun 30 44 36-45 tahun 25 37 46-55 tahun 5 7 56-65 tahun 1 1 N=68 68 100
tidaklah sama, akan tetapi ungkapan
Diketahui distribusi
dari
frekuensi
Tabel
usia
puas pada sekelompok individu dapat terjadi hampir sama karena adanya pengaruh lingkungan dan masyarakat
tahun
sebanyak
Usia
25
oleh Azwar (2010) bahwa sama 6
paling
36-45
responden
(36,8%), 17-25 tahun sebanyak 7
halnya dengan mutu pelayanan, dimensi kepuasan pasien sangatlah bervariasi.
sebanyak 5 responden (7,4%) dan 56-65 tahun sebanyak 1 responden
aspek lainnya. Menurut pekerjaan
Tabel
peneliti
seseorang
jenis tidak
mempengaruhi kepuasan seseorang mendapatkan
pelayanan.
Kepuasan seseorang dapat dinilai
Tabel 7Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PekerjaanPasien (n=68) Pekerjaan F % Tidak Bekerja 11 16 Petani/Buruh 13 19 Swasta 37 54 PNS 7 10 N=68 68 100 dari
kepuasan
pendidikan seseorang tetapi pada
dalam
(1,5%).
Sehingga
pasien tidak hanya dipengaruhi oleh
responden (10,3%), 46-55 tahun
Diketahui
tertentu.
Seperti halnya yang dikemukaan
banyak yaitu 26-35 tahun sebesar 30 responden (44,1%).
golongan
secara subyektif tentang tanggapan mengenai jasa atau pelayanan yang diberikan
sehingga
seseorang
mampu memberikan penilaian puas dan tidak puas. 2. Kepuasan Pasien di Ruang Pavilliun 7
distribusi frekuensi pekerjaan paling banyak yaitu swasta sebesar 37 responden (54,4%). Bekerja sebagai
RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 8Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan KepuasanPasien (n=68) Kepuasan Pasien F %
7
Cukup Puas N=68
32 36 68
dan memberi lebih pada harapan
47 53 100
pasien, berfokus pada pemuasan komunikasi,
Diketahui dari Tabel 4.8
dan
penyelesaian untuk permasalahan
distribusi frekuensi kepuasan pasien
yang
paling banyak yaitu puas sebesar 36
(Supriyanto, 2010).
responden pasien
(52,9%). cukup
Kepuasan
sebanyak
32
responden (47,1%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati dkk (2014), bahwa 67% responden menyatakan puas
menyediakan
dihadapi
oleh
pasien
3. Komunikasi SBAR di Ruang Pavilliun RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 9Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komunikasi SBAR Perawat (n=68) SBAR F % Kurang Sesuai 24 35 Sesuai 44 65 N=68 68 100
dan 33% responden menyatakan Diketahui
tidak puas pada pelayanan rawat jalan
di
RSI
Sultan
Agung
Kepuasan pasien merupakan hal
yang
penting
bagi
penyedia layanan kesehatan karena kepuasan pasien dapat merupakan
sebesar
pasien mempunyai persepsi yang (Asep,
2007).
Menurut
Mubarak (2009), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan ekspektasi pelanggan adalah sebagai
kebutuhan dan
keinginan, pengalaman masa lalu dan dari teman, komunikasi dan pemasaran persepsi
juga
sesuai
komunikasi
pelanggan.
Berikut
kepuasan pasien, yaitu memenuhi
44
responden
(64,7%).
sebanyak
24
resaponden
(35,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ira
dkk
(2014),
komunikasi SBAR efektif
bahwa
mampu dan
dalam
komunikasi
melakukan
untuk
meningkatkan
mutu operan jaga di bangsal Wardah RS
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II. Pelayanan
memengaruhi
beberapa hal untuk mempertahankan
8
9
Komunikasi SBAR perawat kurang
rantai informasi promosi sehingga
baik
frekuensi
Tabel
SBAR paling banyak yaitu sesuai
Semarang.
suatu
distribusi
dari
pasien
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memenuhi
kebutuhan,
keinginan dan harapan pasien. Jika
pelayanan yang diterima telah sesuai
Penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan harapan pasien hal tersebut
penggunaan alat komunikasi SBAR
berarti
pelayanan
memuaskan.
yang disesuaikan kondisinya dapat
Untuk
memahami
bagaimana
membantu dalam komunikasi, baik
memuaskan pasien adalah dengan
individu dengan tim yang akhirnya
mengidentifikasi
mengenai
dapat
kebutuhan dan keinginan pasien.
dalam
Keinginan, kebutuhan dan harapan
keselamatan
pasien dapat diidentifikasi dengan
sehingga ada dampak positif dan
melihat karakteristik dari masing-
terlihat
masing pasien (Hidayati, 2014).
pelaporan insiden keselamatan.
Jurnal (2008)
Penelitian
tentang
Komunikasi
Efektifitas SBAR
pengaturan
perawatan
rehabilitas
mengatakan
perubahan
meningkatkan pasien
ada
budaya dari
tim,
perbaikan
pada
Velji
4. Hubungan komunikasi SBAR dengan
Alat
kepuasan pasien di ruang Paviliun
dalam di
mempengaruhi
ruang bahwa
komunikasi yang efektif dan kerja
RSUD Pandan Arang Boyolali Tabel 10 Analisis Rank Spearman Spearman's rho SBAR Kepuasan Pasien
Sig. 0,000
r 0,598
sama tim telah diidentifikasikan dalam
literature
sebagai
kunci
Hasil
analisa
bivariat
pendukung dari keselamatan pasien.
menggunakan uji Rank Spearman
Proses komunikasi SBAR terbukti
didapatkan nilai p value = 0,000
telah menjadi alat komunikasi yang
maka p value< 0,05 sehingga H0
efektif dalam pengaturan perawatan
ditolak dan H1 diterima yang artinya
akut untuk tingkatan komunikasi yang urgen, terutama antara dokter dan perawat, namun masih sedikit yang diketahui dari efektifitas dalam pengaturan tentang hal yang lain. Penelitian
ini
efektivitas
alat
mengevaluasi
ada hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan pasien di ruang Paviliun
RSUD
Pandan
Arang
Boyolali. Hasil koefisien korelasi didapatkan
0,598
mempunyai
yang
kekuatan
artinya korelasi
yang
sedang hubungan komunikasi SBAR
digunakan dalam situasi mendesak
dengan kepuasan pasien di ruang
dan
Paviliun
tidak
SBAR
mendesak
di
ruang
rehabilitasi yang melibatkan staf, klinis,
pasien
dan
RSUD
Pandan
Arang
Boyolali.
keluarga.
9
Komunikasi SBAR adalah suatu teknik yang menyediakan
gis
kerangka kerja untuk komunikasi
(kepuasan),
antara
anggota
(papan,
tentang
kondisi
tim
kesehatan
pasien.
SBAR
(kesehatan),
aspekpsikologis
aspeksosio-ekonomi sandang,
pangan,
danafiliasisosial), sertaaspekbudaya
adalah mekanisme komunikasi yang
(Supriyanto,
kuat, mudah diingat berguna untuk
Kepuasanpasienmunculapabila
membingkai
pelayanan
terutama
setiap yang
membutuhkan
percakapan, kritis,
perhatian
yang segera
2010).
yang
diberikansesuaidengankeinginan, kebutuhan,
terhadap klinis dan tindakan. Hal ini
danharapannya.Demikian
memungkinkan cara yang mudah
sebaliknya,
dan terfokus untuk menetapkan
ketidakpuasanpasienakanmunculapa
harapan tentang apa yang akan
bilapelayanan
dikomunikasikan
diberikantidaksesuaidenganharapann
dan
bagaimana
komunikasi antara anggota tim, yang sangat
penting
mengembangkan
kerja
dan
yang
ya.
untuk tim
pula
MenurutBustami
(2011),
adalima
meningkatkan budaya keselamatan
dimensiuntukmengukurkepuasanpas
pasien
(Permanente,
2013).
ien
Kerangka
SBAR
efektif
quality (Servqual). Dimensi pertama
digunakan
untuk
sangat
melaporkan
yang
yaitu
dikenalsebagaiservice
reliabilitas(reliability),
kondisi dan situasi pasien secara
dimensiinimenekankansejauhmanap
singkat pada saat pergantian shift,
enyediajasapelayananmampumembe
sebelum prosedur tindakan atau
rikanapa
kapan
dalam
telahdijanjikankepadapelanggannya.
melaporkan perkembangan kondisi
Dimensi kedua yaitu dayatanggap
pasien (Haig et al, 2006 dalam
(responsiveness),
Kesten, 2011).
dimensiinimenekankanpadasikappen
saja
diperlukan
Pasienadalahmakhluk
10
danharapandipandangdariaspekbiolo
bio-
yediajasa
yang
yang
penuhperhatian,
psiko-sosio-ekonomi-budaya, yang
cepat,
berartibahwaseorangpasienmemerlu
dantepatdalammenghadapipertanyaa
kanterpenuhinyakebutuhan,
n,
keinginan,
danmasalahdaripelanggan. Dimensi
keluhan,
ketiga yaitu jaminan (assurance),
SIMPULAN
dimensiinimerefleksikankompetensi
1. Karakteristik responden dari pasien
perusahaan,
menurut
keramahankepadapelanggan,
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-
dankeamananoperasinya.
laki sebesar 39 responden (57,4%),
Kompetensiiniberkaitandenganpeng
tingkat pendidikan yaitu SMA 33
etahuandanketrampilandalammembe
responden (48,5%), umur 36-45 tahun
rikanjasa. Dimensi keempat yaitu
23 responden (33,8%), pekerjaan
empati
swasta
(emphaty),
frekuensi
sebesar
paling banyak
37
(54,4%).
dimensiinimenunjukkanderajatperha
Sedangkan responden dari perawat
tian
menurut
yang
frekuensi
diberikanpadasetiappelanggandanme
berdasarkan
refleksikankemampuankaryawanunt
perempuan sebesar 57 responden
ukmenyelamiperasaanpelanggan.
(83,3%), tingkat
Dimensi
Buktifisik/
Keperawatan sebesar 62 responden
(tangible),
(91,2%), umur 26-35 tahun sebesar 30
kelima
buktilangsung
dapatberupaketersediaansaranadanpr asaranatermasukalat
yang
jenis
paling banyak kelamin
yaitu
pendidikan DIII
responden (44,1%). 2. Komunikasi SBAR paling banyak
siappakaisertapenampilankaryawan
yaitu sesuai sebesar 44 responden
yang menyenangkan.
(64,7%). 3. Kepuasan pasien paling banyak yaitu
Peneliti berasumsi bahwa penerapan SBAR yang baik akan mempengaruhi
dimensi-dimensi
yang ada pada kepuasan pasien, hal ini dibuktikan bahwa penggunaan komunikasi standar
SBAR
yang
mempengaruhi
sesuai
puas sebesar 36 responden (52,9%). 4. Ada hubungan komunikasi SBAR dengan kepuasan pasien di ruang Paviliun
Pandan
Arang
Boyolali dengan p value 0,000 dengan kekuatan korelasi sedang (0,598).
kepuasan
pasien di ruang Paviliun RSUD Pandan Arang Boyolali dengan arah
SARAN 1. Rumah Sakit
korelasi yang positif sebagian besar pasien menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan.
RSUD
Rumah mengoptimalkan
sakit dengan
dapat cara
sosialisasi penerapan komunikasi SBAR
yang
benar
untuk
11
meningkatkan
pelayanan
kepada
Medikal Bedah RS PKU Muhammadiyah Surakarta.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
pasien. 2. Institusi Pendidikan Menjadi
pembelajaran
tentang komunikasi SBAR dalam meningkatkan kepuasan pasien. 3. Perawat Perawat
dapat
meningkatkan
lebih
kemampuan
komunikasi
SBAR
untuk
meningkatkan kepuasan pasien. 4. Peneliti lain Penelitian
ini
dapat
dijadikan sumber referensi untuk memperkaya pengembangan
sumber
data
penelitian
DAFTAR PUSTAKA Abdilah dan Muhamad. (2007). hubungan karakteristik pasien dengan kepuasan pasien rawat jalan di Puskesmas Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Kesehatan Kartika. STIKes Ahmad Yani. Azwar, Azrul (2010). Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Yayasan Penerbit IDI. Bustami. (2011). Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga.
12
Ira
Wahyuni. (2014). Efektifitas pelatihan komunikasi S-BAR dalammeningkatkan mutu operan jaga (hand over) di bangsalWardah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II. Naskah Publikasi S-2. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
dan
selanjutnya.
Fitria.
Hidayati, dkk. (2014). Analisis hubungan karakteristik pasien dengan kepuasan pelayanan rawat jalan Semarang Eye Center (SEC) RSI Sultan Agung Semarang. EJournal Kesehatan Masyarakat. Volume 2, no. 1 FKM UNDIP.
(2013). Efektifitas Pelatihan Komunikasi SBAR dalam Meningkatkan Motivasi dan Psikomotor Perawat di Ruang
Joint Commissin Accreditation of Health Organization. (2012). National patient safety goals. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan RSUP Dr. Sardjito. (2013). Buku Saku Keselamatan Pasien. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Kesten, K.S. (2011). Role-Play Using SBAR Technique to Improve Observed Communication Skills in Senior Nursing Students. Journal of Nursing Education, 50(2): 7987. Mar’at (2007). Psikologi Yogyakarta: Liberti.
Industri.
Notoatmodjo. (2012). Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Permanente, K. 2013. SBAR Technique for Communication: A Situational Briefing Model. Evergen, Clorado. USA diakses 29 Januari 2016 dari http://www.ihi.org. Sudresti Ni Nyoman. (2015). Hubungan penggunaan metode komunikasi SBAR dengan Kualitas Pelaksanaan Bedside Handover di Ruang Ratna RSUP Sanglah Denpasar. Skripsi S-1 Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta. Sukesih&Istanti, Yuni Permatasari. (2015).Peningkatan Patient Safety Dengan Komunikasi SBAR. The 2nd University Research Coloquium 2015. ISSN 2407-9189 Tim
Survey RSU Pandan Arang Boyolali. (2015). Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Keperawatan. RSU Pandan Arang Boyolai.
Velji, et al. (2008). Efektivitas sebuah Alat Komunikasi SBAR diadaptasi untuk pengaturan rehabilitasi. Healthcare Quarterly. 11(Sp) 2008: 72-79. Diakses 25 Juli 2016 dari http://www.longwoods.com/conten t/19653. Wahyuni. (2014). Efektifitas Pelatihan Komunikasi S-Bar Dalam Meningkatkan Mutu Operan Jaga Di Bangsal Wardah Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
13