Hubungan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dengan Mutu Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: AEP SAEPUDIN NIM : 106018200731
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
i
ABSTRAKSI
AEP SAEPUDIN (106018200731). “Hubungan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dengan Mutu Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi”. Skripsi dibawah bimbingan Drs. H. Muarif SAM, M.Pd. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Kata kunci: Kompetensi, Manajerial, Mutu Guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pangaruh kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru. Penelitian ini dilaksanakan di MA Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode kuantitatif. Metode ini dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Subyek penelitian seluruh guru dan staff/karyawan MA Nurul Huda. Pengambilan sampel penelitian dengan cara mengambil seluruh sampel dari banyaknya jumlah tenaga pendidik sebanyak 22 orang. Instrumen untuk mengumpulkan data penelitian berupa angket dengan jumlah 17 butir soal untuk mengukur tingkat kompetensi manajerial dan 20 butir soal untuk mengukur tingkat mutu guru. Analisis data proses kedua variabel tersebut menggunakan uji t-test. Temuan penelitian diperoleh hasil nilai r Hitung 0,631 dan nilai R square (R2) sebesar 0,398 atau 39,8%.Nilai t hitung variabel kompetensi manajerial sebesar 3,636 > nilai t table 1,725 (n-k = 22-2 = 20) dengan nilai signifikansinya adalah 0,002 < α = 0,05.Karena nilai t hitung variabel kompetensi manajerialnya adalah 3,636 > nilai t table 1,725 dengan nilai signifikansinya adalah 0,002 < α = 0,05, maka H ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel kompetensi manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel mutu guru. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara kompetensi manajerial dengan mutu guru dapat diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan. Dengan demikian, kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh positif terhadap mutu guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda.
ii
ABSTRACT
AEP SAEPUDIN (106018200731). "Managerial Competence relationship with the Principal Teacher Quality in Madrasah Aliyah Nurul Huda Bekasi District of Setu". Thesis under the guidance of Drs. H. Muarif SAM, M.Pd. Program Management Studies Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching Science. Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta in 2014. Keywords: Competence, Managerial, Teacher Quality. This study aims to determine the impacts of managerial competence principals with teacher quality. The research was conducted in the District Setu MA Nurul Huda Bekasi. The research method used is a quantitative method. This method can be interpreted as a research method that is based on the philosophy of positivism, used to examine the population or a particular sample, data collection using research instruments, quantitative data analysis / statistics, with the aim to test the hypothesis that has been set. Research subject all teachers and staff / employees MA Nurul Huda. Research sampling by taking the entire sample of the large number of educators by 22 people. Instruments to collect research data questionnaire with 17 items to measure the level of managerial competency and 20 items to measure teacher quality. Data analysis process these two variables using t-test. The findings of the research results and the value of r 0.631 Calculate the value of R square (R2) of 0.398 or 39.8% The value of managerial competence variable t for 3,636> 1,725 t table value (nk = 22-2 = 20) with a significance value is 0.002 <α = 0,05.Karena t value managerial competence variable is 3.636> t table value of 1.725 with significance value is 0.002 <α = 0.05, then H rejected and H1 is accepted. This means that the managerial competence variables significantly affect teacher quality variables. So it can be concluded that the hypothesis that there is a relationship between managerial competencies with teacher quality is acceptable. This means that there is a significant relationship. Thus, the managerial competence of the principal positive effect on the quality of the teacher in Madrasah Aliyah Nurul Huda.
iii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
rahmat, taufik, hidayah, nikmat
dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
KOMPETENSI
MANAJERIAL
KEPALA
SEKOLAH
DENGAN MUTU GURU DI MADRASAH ALIYAH NURUL HUDA KECAMATAN SETU KABUPATEN BEKASI” ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya hingg akhir zaman. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’i MA.,PhD., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari , M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, atas ilmu yang diberikan, nasehat, arahan, motivasi, bimbingan selama menjalani proses perkuliahan di Program Studi Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. 3. Drs. H. Muarif SAM, M. Pd., sebagaiDosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, dengan penuh keikhlasan dan kesabaran dalam meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan, bimbingan,
nasehat,
arahan,
motivasi,
pengetahuan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
dan
iv
4. Bapak/Ibu Dosen serta staffProgram Studi Manajemen Pendidikan atas pelayanan, bimbingan, pengetahuan, pengalaman, motivasi yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan di Program Studi Manajemen Pendidikan. 5. Pimpinan dan segenap karyawan yang bertugas di Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta atas fasilitas dan layanan yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi. 6. H. Dawam Sartoni, S.IP, (Kepala Yayasan PPM Nurul Huda Kabupaten Bekasi), H. Atok Romli Musthofa, M.Si, (Ketua Yayasan Bidang Pendidikan), Abdul Malik, S.S, (Kepala Madrasah Aliyah Nurul Huda), Bapak/Ibu dan Staff yang telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi. 7. Ayahanda Ustad Syafe’i dan Ibunda tercinta Nurhayati beserta Ayah mertua Endin dan Ibu mertua Enjuh dan Istriku tercinta Mia Amalia eL Addien atas doa, dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil yang selalu mereka berikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Juga adik-adikku tercinta Nunung Nurdianah, Suryani taher, adik-adik iparku Mista, Asep Suryana dan cucuku terimut Naufa Sabita yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat senasib dan seperjuangan di kosan yang selalu berbagi dalam suka maupun duka, kepada Abdul Jalaludin, S.Pd, Faridun Nidhom, Encef Muamaedi, Hasan Aryanto, Saifullah, M. Sholeh, Fikri, Devo, Agus yang senantiasa memberikan kenyamanan selama penulisan skripsi ini. Semoga persahabatan kita tetap terjaga. 9.
Teman-TemanProdi-MP A Angkatan 2006, Alam, Muiz S.Pd, Agus S.Pd, Alwani S.Pd, Jalal S.Pd, Aldyan S.Pd, Adel, Ana, Diana, Andika S.Pd, Diki, Budi, Encep, Kamilah, Dewi, Fahad, Fahri, Idun, Midis, Rifa’i, Angga, Khalidatunnur S.Pd, Diyah, Fatimah, Dina, Affah, Eka Agustini S.Pd, Astri S.Pd, Indah S.Pd, Ina S.Pd, Candra S.Pd, Hamna S.Pd, Aulia, Eka Setiawati,
v
Anik, Yuyu S.Pd, Shifroh S.Pd dan semuanya, sekaligus kawan-kawan KIMPBatas bantuan, dukungan, motivasi, arahan, nasihat dan ilmu yang diberikan kepada penulis khusunya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga persahabatan kita tidak akan lekang oleh waktu dan selalu solid sampai akhir hayat ini. 10. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan skripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis berdo’a semoga pihak-pihak yang telah memberikan support kepada penulis, menjadi amal ibadah dengan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Tentunya skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis akan karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca, Amin.
Jakarta, 05Februari2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR...........................................................................................
ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………
viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...
ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………….
1
B. Identifikasi Masalah.…………………………………………………….
8
C. Pembatasan Masalah……………………………………………………
8
D. Rumusan Masalah……………………………………………………….
9
E. Tujuan Masalah………………………………………………………….
9
F. Manfaat Penelitian………………………………………………………
9
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ……………………………………………………………..
11
1. Mutu Guru ……………………………………………………………
11
a. Pengertian Mutu Guru ……………………………………………
11
b. Indikator Guru Bermutu …………………………………………..
13
2. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ……………………………..
16
a. Pengertian Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah ………………
16
b. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Mengelola Tenaga Pendidik……………………………………………………………..
22
c. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Guru…………
29
B. Kerangka Berfikir…………………………………………………………
37
C. Hipotesis Penelitian……………………………………………………….
38
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
39
B. Metode Penelitian ………………………………………………………
39
C. Populasi dan Sampel …………………………………………………… 40 D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………..
41
E. Instrumen Pengumpulan Data ………………………………………….. 41 1. Variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah..............................
42
a. Definisi Konseptual.......................................................................
42
b. Definisi Operasional......................................................................
42
c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian........................................................
42
2. Variabel Mutu Guru............................................................................
43
a. Definisi Konseptual........................................................................
43
b. Definisi Operasional......................................................................
43
c. Kisi-kisi Instrumen Penelitian.......................................................
43
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………………………
44
BAB IV HASIL PENELITIAN, PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MA Nurul Huda ……………………………………
46
1. Latar Belakang………………………………………………………
46
2. Dasar Pemikiran, Visi dan Misi Madrasah ....................
48
3. Program dan Kurikulum...................................................................
50
4. Kurikulum Madrasah ……………………………………………….
52
5. Pengembangan Kurikulum...............................................................
52
6. Waktu Belajar...................................................................................
53
7. Pedoman Tata Laksana Belajar dan Tata Tertib...............................
54
8. Administrasi dan Keuangan..............................................................
63
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis........................................................
68
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kompetensi Manajerial (Variabel X)
68
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Guru (Variabel Y)……………
70
3. Uji Frekuensi ………………………………………………………..
72
viii
C. Analisa dan InterpretasiData Penelitian……………………………….
77
1. Uji Korelasi Variabel X dan Y……………………………………… 77 2. Uji F-test…………………………………………………………….. 78 3. Uji t-test……………………………………………………………... 79 4. Uji Hipotesis………………………………………………………… 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………….
84
B. Saran …………………………………………………………………...
85
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..
xi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kompetensi Manajerial...……….....44 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Mutu Guru………………………..45 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Manajerial..…………….72 Tabel 4.2 Reliabillity Statistic………………………………………………..73 Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Mutu Guru…………………………..74 Tabel 4.4 Reliabillity Statistic………………………………………………..76 Tabel 4.5 Hasil Uji Frekuensi Variabel X…………………………………....77 Tabel 4.6 Hasil Uji Frekuensi Variabel Y…………………………………....78 Tabel 4.7 Model Summary……………………………………………………81 Tabel 4.8 Annova……………………………………………………………..82 Tabel 4.9 Coefficients………………………………………………………...83
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MA Nurul Huda……………………………...51 Gambar 4.2 Grafik hasil Uji Hipotesis………………………………………….84
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Tes Kompetensi Manajerial ( Variabel X)…………………..86 Lampiran 2 Hasil Olah Data Tes Kompetensi Manajerial (Variabel X)……….87 Lampiran 3 Hasil Tes Mutu Guru (Variabel Y)…..…………………………….88 Lampiran 4 Hasil Olah Data Tes Mutu Guru (Variabel Y)….………………….89 Lampiran 5 Data Regresi …...………………………………………………….90 Lampiran 6 Data Reliabilitas X (Kompetensi Manajerial) .…………………….91 Lampiran 7 Data Reliabilitas Y (Mutu Guru) .………………………………….92 Lampiran 8 Data Validitas Variabel X .…………………………………………93 Lampiran 9 Data Validitas Variabel Y .…………………………………………94 Lampiran 10 Tabel Hasil Regresi dan Korelasi…………………………………95 Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X .…………………………………96 Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y .…………………………………98 Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Variabel X……………………………………101 Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Variabel Y……………………………………107
xii
DAFTAR PUSTAKA
Artikel, Dede M.Riva. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru. (Online). Diakses pada 2 Januari 2013 dari http://beta.pikiran.rakyat.com. Artikel, Sudarwan Danim. Peran Guru dalam Proses Pendidikan. (online). Diakses pada 13 Maret 2013 dari http://www.kampus-info.com. Bafadal, Ibrahim, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta : Bumi Aksara,Cet. I, 2003. Buku Pedoman Tata Laksana Belajar MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2008. _________, Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. XII, 2009. _________, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. X, 2009. Kamus Online Diakses dari http://id.shvoong.com. Pada 29 Oktober 2013 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru
xiii
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Ed. III ,2007. S. Arcaro, Jerome, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan,,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2005. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. VIII, 2012. S.P. Hasibuan, Malayu, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,Cet. IX, 2011. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, Ed. I, Cet.19,2011. Saydam, Gouzali, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro, Jakarta: Djambatan, Cet. II, 2000. Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. IV, 2011. Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi,, Bandung : CV Alfabeta, Cet. I, 2013. ________,
Metode
Penelitian
Pendidikan:
Pendekatan
Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D,Bandung: CV Alfabeta, Cet. XV, 2012. Suhardiman, Budi, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. I, 2012. Sukmana, Ude, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru, Http: //edekusuma. Wordpress.com.
xiv
Tim
Dosen
Jurusan
Administrasi
Pendidikan,
Pengelolaan
Pendidikan,Bandung : Penerbit Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010. Usman , Moh. Uzer, Menjadi Guru Professional,Bandung : PT Rosdakarya, Cet. XVII, 2005. Usman, Uzer dan Ibrahim Bafadal, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. W.J.S. Poerwadarminta, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet. VIII, 1985.
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menghadapi era global yang diperkirakan ketat dengan persaingan di segala bidang kehidupan, khususnya dunia kerja yang semakin kompetitif, tidak ada alternatif lain selain berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya peningkatan mutu pendidikan di setiap jenjang pendidikan. Hal ini lebih dikenal dengan Millenium Development Goals yang maksudnya adalah era pasar bebas atau era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal tersebut mutlak diperlukan, karena akan menjadi penopang utama pembangunan nasional yang mandiri dan berkeadilan, good governance and clean governance, serta menjadi jalan keluar bagi bangsa Indonesia dari multidimensi krisis, kemiskinan, dan kesenjangan ekonomi.1 Guna tercapainya tujuan dimaksud harus didukung dengan pembangunan pendidikan dengan pengembangan
1
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) cet. Ke-5, h. 2
2
program dan kurikulum serta berbagai macam model penyelenggaraan pembelajaran, dengan perlu didukung oleh perubahan peningkatan mutu atau kualitas guru yang profesional menjadi pilar utama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, mengemban tugas untuk mencapai tujuan institusional yang berimplikasi kepada tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu dibangun dan dikelola secara profesional, sehingga terwujud institusi pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang mampu mengkoordinir dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap kompetensi kepala sekolah khususnya kompetensi manajerial. Hal ini karena dalam struktur organisasi sekolah, kepala sekolah adalah manajer sekaligus pemimpin yang membawahi komponen kependidikan yang ada di dalamnya. Secara piramida, kepala sekolah adalah puncak yang membawa pengaruh bagi badan dan akar bangunan di bawahnya. Melihat posisinya tersebut, kepala sekolah efektif akan menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan pada unit tingkat sekolah. Peran kepemimpinan kepala sekolah menjadi sangat penting terutama dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang dapat mendorong sekolah mewujudkan visi, misi dan tujuan dalam berbagai program yang dilaksanakan secara terencana. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang baik, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya, yang akhirnya dapat terwujud suatu pendidikan yang berkualitas sesuai dengan arah dan tujuan Sistem Pendidikan Nasional. “Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah
dalam
mengembangkan
berbagai
potensinya
memerlukan
peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban
3
sekolahnya”.2 Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pencapaian tujuan lembaga pendidikan sangat tergantung pada kualitas kepala sekolah dan kerjasama yang diciptakannya dengan para guru dan staf. Dalam
menciptakan
hubungan
kerjasama
dengan
guru,
bisa
direalisasikan dengan kepala sekolah berperan sebagai pendidik. Kepala sekolah diharapkan mampu memberikan contoh keteladanan yang baik kepada guru dan pengalaman yang mendukung, agar terbentuknya pemahaman guru terhadap pelaksanaan tugasnya. “Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya”.3 Peran kepala sekolah dalam konteks pendidik, dipandang sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam membentuk jiwa profesional guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya bisa terwujudnya tujuan pendidikan. Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas lembaga pendidikan, karena kualitas sekolah tergantung dari kualitas kepala sekolahnya. Kualitas kepala sekolah tercermin dari kepemimpinannya yang optimal dalam mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah. Mengelola sekolah agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal bukan pekerjaan yang mudah, tapi diperlukan suatu keahlian manajerial sekaligus kepemimpinan yang maksimal dari kepala sekolah. Secara umum hampir semua kepala sekolah berasal dari guru sebagai tenaga teknis pendidikan. Sebagai seorang guru, kemampuan yang ada selama ini biasanya terbatas pada teori-teori kependidikan, bagaimana mengajar dan mendidik agar siswa mencapai indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan penguasaan ilmu tentang manajemen masih kurang, seperti perencanaan, pengorganisasian, 2
pengarahan
(motivasi,
kepemimpinan,
pengambilan
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. IV, h. 24 – 25 3 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,…h. 100
4
keputusan, koordinasi dan komunikasi) dan evaluasi. “Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh faktor kepala sekolah yang kurang membaca, majalah dan jurnal; kurang mengikuti perkembangan; jarang melakukan diskusi ilmiah; dan jarang mengikuti seminar yang berhubungan dengan pendidikan dan profesinya “.4 Berkaitan dengan hal tersebut, Menurut Adler, sebagaimana dikutip oleh Dede M. Riva, guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah.5 Dalam
latar pembelajaran di sekolah pernyataan
tersebut sangat tergantung kepada tingkat profesionalisme guru. Jadi, diantara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran di sekolah ada sebuah komponen yang paling esensial dan paling menentukan kualitas pembelajaran yaitu guru. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya bilamana dihipotesiskan bahwa peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah tidak mungkin ada tanpa peningkatan profesionalisme para gurunya. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua 4
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,…h. 73 – 74 Dede M.Riva. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru. (Online). Diakses pada 2 Januari 2013 dari http://beta.pikiran.rakyat.com. 5
5
maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaharuan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus mampu melakukan penelitian guna mendukung efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung. Banyak alasan yang mendasari mengapa profesionalisme guru itu perlu ditingkatkan, karena ini berhubungan langsung dengan upaya peningkatan mutu pendidikan. Apabila diinginkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas maka semua komponen yang terkait dengan pendidikan tersebut juga harus ditingkatkan salah satunya yaitu guru. Pentingnya peningkatan kemampuan profesional guru dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, baik dari tinjauan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja, maupun peningkatan profesionalisme guru sangat dipentingkan dalam rangka manajemen
peningkatan
mutu
berbasis
sekolah.
Seiring
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru dalam pembelajaran telah berhasil dikembangkan. Demikian pula halnya dengan pengembangan materi dalam rangka pencapaian target kurikulum harus seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua itu harus dikuasai oleh guru dan kepala sekolah, sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa anak didik menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Dalam rangka itu, peningkatan profesional guru perlu dilakukan secara kontinu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Suatu
6
contoh, disaat ini banyak guru yang menggunakan media LCD dalam kegiatan belajar mengajar, apabila guru tersebut tidak menguasai teknologi maka ia akan tertinggal oleh guru-guru yang memang menguasai IPTEK, ia hanya menulis di papan kemudian para siswa mencatat. Selain itu, di era seperti ini banyak informasi-informasi yang disajikan lewat internet. Apabila guru gagap teknologi maka ia akan ketinggalan informasi yang seharusnya wajib ia ketahui. Ditinjau dari kepuasan dan moral kerja. Sebenarnya peningkatan kemampuan profesional guru merupakan hak setiap guru. Artinya, setiap pegawai berhak mendapat pembinaan secara kontinu, apakah dalam bentuk supervisi, studi banding, tugas belajar, maupun dalam bentuk lainnya. Pemenuhan hak tersebut, bilamana dilakukan dengan sebaik-baiknya, guru tidak hanya semakin mampu dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, melainkan juga semakin puas, memiliki moral atau semangat kerja yang tinggi, dan disiplin. Ditinjau dari keselamatan kerja. Banyak aktivitas pembelajaran di sekolah yang bilamana tidak dirancang dan dilakukan secara hati-hati oleh guru mengandung risiko yang tidak kecil. Aktivitas pembelajaran yang mengandung risiko tersebut banyak ditemukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya pada pokok-pokok bahasan yang dalam proses pembelajarannya menuntut keaktifan siswa dan atau guru untuk melkukan praktek dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bilamana pembelajarannya tidak dirancang dan dilaksanakan secara profesional, tidak menutup kemungkinan
terjadi
adanya
kecelakaan-kecelakaan
tertentu,
seperti
peledakan bahan kimia, tersentuh jaringan listrik, dan sebagainya. Dalam rangka
mengurangi
terjadinya
berbagai
kecelakaan
atau
menjamin
keselamatan kerja, pembinaan terhadap guru perlu dilakukan secara kontinu. Selain itu, jika ditinjau dari aspek peningkatan kemampuan profesional guru sangat dipentingkan dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Sebagaimana ditegaskan bahwa salah satu ciri implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah adalah kemandirian dari
7
seluruh stakeholder sekolah, salah satunya dari guru. Kemandirian guru akan tumbuh bilamana ada peningkatan kemampuan profesional kepada dirinya. Jadi, dari uraian di atas sudah jelas bahwa peningkatan profesionalisme guru memang sangat penting, baik ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Berdasarkan pengamatan di lapangan selama ini di Madrasah Aliyah Nurul Huda Desa Cikarageman Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi mutu pendidikannya masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa yang masih rendah, masih terdapat guru yang belum mengoptimalkan rencana program pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, kurangnya evaluasi guru terkait pembelajaran yang telah disampaikan, penempatan dan pembagian tugas guru yang tidak sesuai dengan bidangnya, disamping itu pula kurangnya pengawasan dari kepala sekolah sebagai manajer terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Untuk menjadikan lembaga pendidikan yang berkualitas diperlukan sumber daya manusia yang bermutu pula, dalam hal ini yaitu tenaga pendidik yang bermutu dan berkompetensi tinggi sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Disamping itu pula pada proses kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang kurang mengotimalkan alat-lat peraga dalam pembelajaran, ini terbukti dengan masih ada guru yang menyampaikan pembelajarannya dengan metode ceramah, kurang mengoptimalkan LCD proyektor, belum terdapatnya alat-alat peraga lainnya, seperti peta, globe peta arah perputaran angin dan lain sebagainya. Oleh karena itu, apabila penulis perhatikan terkait dengan latar belakang permasalahan tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
terkait permasalahan tersebut dengan judul
“Hubungan Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dengan Mutu Guru di Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi”.
8
Dipilihnya MA Nurul Huda sebagai objek penelitian, karena didasarkan pada kenyataan bahwa : 1. Madrasah Aliyah Nurul Huda memiliki peran yang sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan
di lingkungan Kecamatan Setu
Kabupaten Bekasi. 2. Madrasah Aliyah Nurul Huda merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan
mampu
meningkatkan
kepercayaan
dan
kepuasan
masyarakat tehadap lembaga pendidikan tersebut. 3. Madrasah Aliyah Nurul Huda diharapkan menjadi barometer sentral bagi sekolah-sekolah lain yang berada di sekitar kecamatan Setu pada khususnya dan sekolah-sekolah seluruh Indonesia pada umumnya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat di identifikasi berbagai masalah/variabel terkait dengan mutu guru, yaitu: 1. Kurangnya pemahaman guru terkait dengan pembuatan perencanaan
pembelajaran yang akan disampaikan sebelum kegiatan belajar mengajar. 2. Kurang optimalnya penyediaan pelatihan dan pembinaan yang bersifat
komprehenshif, terpadu dan berkelanjutan yang dapat meningkatkan mutu guru. 3. Kurang efektifnya strategi dan pelaksanaannya pada pembinaan, pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan mutu guru yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak lembaga Madrasah Aliyah Nurul Huda untuk mencapai target yang baik. 4. Hasil dan dampak yang kurang mencapai target sasaran dalam meningkatkan mutu guru. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diketahui banyak variabel yang diduga kuat mempengaruhi mutu guru. Mengingat keterbatasan peneliti dalam hal biaya, tenaga, waktu dan kemampuan akademik, maka penelitian ini dibatasi pada kompetensi manajerial kepala sekolah dalam kaitannya dengan mutu guru.
9
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang dijadikan hal pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana mutu guru di MA Nurul Huda? 2. Bagaimana kompetensi manajerial kepala MA Nurul Huda? 3. Apakah terdapat hubungan antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru di MA Nurul Huda? E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini secara umum adalah: Untuk mengetahui tingkat kompetensi manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru. Sedangkan secara khusus, yaitu: 1. Untuk mengetahui tingkat mutu guru MA Nurul Huda. 2. Untuk mengetahui tingkat kompetensi manajerial Kepala sekolah MA Nurul Huda. 3. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antara kompetensi manajerial Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu guru di MA Nurul Huda. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi nilai manfaat baik secara praktis maupun akademis. 1. Secara akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca umumnya dan bagi peneliti khususnya tentang kompetensi manajerial kepala sekolah dan peningkatan mutu guru. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi praktisi pendidikan, khususnya elemen-elemen terkait yang ada di MA Nurul Huda dalam upaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
10
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Mutu Guru a. Pengertian Mutu Guru Dalam Standar Nasional Pendidikan PP. RI. No. 19 tahun 2005, pasal 1 ayat 1,2 dan 3 mengenai penjaminan mutu dan tujuannya yang berbunyi : “ setiap satuan pendidikan pada jalur formal maupun non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi dan melampaui standar nasional yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas”.6 Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan sekarang ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu adalah ukuran baik dan buruk suatu benda, keadaan, taraf, atau derajad, kualitas”.7 Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk 6
PP RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. III, h. 708 7
11
bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis, dan akademik sekarang dan masa depan.8 Menurut Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.9 Adapun menurut Sardiman, A.M, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan pembangunan.
sumber
daya
manusia
yang
potensial
di
bidang
10
Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I ayat 6 yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai
dengan
kekhususannya,
serta
berpartisipasi
dalam
11
menyelenggarakan pendidikan.
Mutu guru dan kompetensi guru pengertiannya hampir sama, secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang merujuk kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Guru yang bernutu adalah guru yang memiliki kemampuan untuk tampil dalam unjuk kerja secara professional. Guru yang bermutu secara profesional memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat terhadap kemajuan pendidikan. Tugas dan peran guru tidak terlepas dari kompetensi dasar yang dimilikinya, karena tidak mungkin guru dapat melaksanakan tugas tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidangnya, jadi seorang guru itu harus memiliki kompetensi dalam menjalankan profesinya. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru itu sendiri adalah kemampuan seorang guru dalam 8
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I, h.77 9 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : PT Rosdakarya, 2005) Cet. Ke-17, h.5 10 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. I, cet.19, h.125 11 Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung : Penerbit Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010) h.222
12
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.12 Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.13 Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.14 Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai innovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Kemudian tingkat yang ketiga adalah guru sebagai developer. Selain menghayati
kualifikasi
yang pertama
dan kedua, dalam
tingkatannya sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang
12
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, h.14 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, h.125 14 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), cet. 4, h. 42 13
13
mantap dan luas perspektifnya.15 Intinya, Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. b. Indikator Guru Bermutu Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang guru yaitu : Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.16 Berdasarkan penjabaran diatas indikator guru yang bermutu itu harus memiliki kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari beberapa aspek tersebut hal yang paling fundamental terkait tentang guru yang bermutu itu adalah aspek kompetensi, disamping dari pada aspek-aspek yang lainya. Sebagaimana dijelaskan pula pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang guru Pasal 3 ayat 1, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.17 Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat holistik. Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
15
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. I, cet.19, h.135 16 PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru 17 PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru
14
a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b. pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum atau silabus; d. perancangan pembelajaran; e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f. pemanfaatan teknologi pembelajaran; g. evaluasi hasil belajar; dan h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurangkurangnya mencakup kepribadian yang: A. beriman dan bertakwa; B. berakhlak mulia; C. arif dan bijaksana; D. demokratis; E. mantap; F. berwibawa; G. stabil; H. dewasa; I. jujur; J. sportif; K. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; L. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan M. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurangkurangnya meliputi kompetensi untuk: a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun; b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;
15
c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik; d. bergaul
secara
santun
dengan
masyarakat
sekitar
dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan
Guru
dalam
menguasai
pengetahuan
bidang
ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikannya. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi: 1) Menguasai bahan 2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas 4) Menggunakan media/sumber 5) Menguasai landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar 7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran 8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan
16
9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10) Memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.18 Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan mutu guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 2. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah A.
Pengertian Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan kepala sekolah untuk merencanakan dan mengelola sumber daya potensial yang ada di sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki kewenangan dan memikul tanggung jawab mengelola program sekolah untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan. Maju atau mundurnya suatu sekolah sangat dipengaruhi oleh kualitas kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.19 Dengan perkembangan pendidikan yang semakin pesat pada level sekolah, sudah jelas bahwa kepala sekolah yang sedang mengelola sekolah dituntut agar dapat memperluas, memperbaharui dan memperdalam pengetahuan serta kompetensi kepala sekolah dalam memimpin sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik. Dalam praktik di sekolah, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi menduduki jabatan itu. Belum pernah ada orang yang bukan guru diangkat menjadi kepala sekolah. Biasanya guru yang dipandang baik dan cakap sebagai guru diangkat menjadi kepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak
18
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, h.164 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), cet.10, h.24 19
17
yang tadinya berkinerja sangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul setelah menjadi kepala sekolah. Seperti diungkapkan Supriadi dalam E. Mulyasa bahwa “Erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Dalam pada itu, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro , yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”. 20 Oleh karenanya kepala sekolah harus mempunyai kompetensi untuk bisa mengelola potensi sumber daya yang ada disekolah. Karena pada hakikatnya kepala sekolah lah yang akan bertanggung jawab atas mundur dan majunya sekolah. Dengan alasan itulah kepala sekolah harus mempunyai komitmen dan berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu: ْعٍَْ ابٍِْ عًَُرَ رَضِيَ انهَّوُ عَنْيًَُب أٌََّ رَسٌُلَ انهَّوِ صَهَّى انهَّوُ عَهَيْوِ ًَسَهَّىَ يَقٌُلُ كُهُّكُىْ رَاعٍ ًَكُهُّكُى ٍَْيَسْئٌُلٌ عٍَْ رَعِيَّتِوِ انْإِيَبوُ رَاعٍ ًَيَسْئٌُلٌ عٍَْ رَعِيَّتِوِ ًَانرَّجُمُ رَاعٍ فِي أَىْهِوِ ًَىٌَُ يَسْئٌُلٌ ع ِرَعِيَّتِوِ ًَانًَْرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زًَْجِيَب ًَيَسْئٌُنَةٌ عٍَْ رَعِيَّتِيَب ًَانْخَبدِوُ رَاعٍ فِي يَبلِ سَيِّذِه ًَيَسْئٌُلٌ عٍَْ رَعِيَّتِوِ ًَكُهُّكُىْ رَاعٍ ًَيَسْئٌُلٌ عٍَْ رَعِيَّتِو Artinya : Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah
pemimpin,
dan
akan
dimintai
pertanggungjawaban
atas
kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan
20
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…, h. 25
18
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya,
dan
akan
dimintai
pertanggungjawaban
tentang
kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“ Dengan demikian tanggung jawab kepala sekolah sebegitu besarnya untuk semua lingkup sekolah yang mencakup guru, staf dan tenaga kependidikan lainnya. Sehingga kepala sekolah yang dilantik menjadi kepala sekolah harus benar-benar memiliki kompetensi yang maksimal dalam mengelola sekolah. Oleh karena itu akan dibahas pengertian kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) dalam Moch. Uzer Usman, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan. Istilah
kompetensi
sebenarnya
memiliki
banyak
makna
sebagaimana yang dikemukakan berikut. Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be entirely meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. Competency as a rational ferformance wich satisfactorily meets the objective for a desired condition (Charles E. Jhonson, 1974). Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.21 Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa orang yang mempunyai kompetensi adalah orang yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang 21
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet.25, h.14
19
dimilikinya. Oleh karena itu agar kompetensi tersebut bisa dimiliki, cara memilikinya bisa melalui pendidikan dan pelatihan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan dengan standar dan kualitas tertentu sesuai dengan tugas yang akan dilaksanakan. Disamping itu pula, Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), yang telah lebih popular dalam dunia bisnis dan industry dengan istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), member perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness).22 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan
dalam
mengambil
keputusan
tentang
penyediaan,
pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Selain sebagai pemimpin (leader), kepala sekolah berperan sebagai manajer, yang kegiatannya disebut manajemen. Manajemen merupakan kegiatan yang lebih luas dari kepemimpinan (leadership), karena dalam kegiatan manajemen ini meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan. Suatu sekolah sangat 22
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, h.26
20
bergantung pada fungsi kepala sekolah sebagai pengelola dan perencana juga pengendali kegiatan yang dilaksanakan oleh orang-orang yang ada di dalam suatu sekolah. Kemajuan suatu sekolah tidak terlepas dari kompetensi manajerial yang dimainkan dan dimiliki oleh kepala sekolah. Semegah apapun dan secanggih apapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah kalau tidak dikelola dan ditangani oleh kepala sekolah beserta dengan aparat birokrasi sekolah yang bersangkutan, maka itu akan sia-sia. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Karena pada hakikatnya manajemen merupakan proses manajerial atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah selaku manajer pendidikan. Oleh karena itu kepala sekolah diharuskan memiliki kemampuan manajerial yang baik dalam memimpin sekolah. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasaarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.23 Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and control the activities other people24.(Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mangadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian). Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni yang terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan 23
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet. 9, h. 1 24 Ibid, h.3
dan
21
pengendalian yang bekerjasama dengan orang lain agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam dunia pendidikan, manajemen dikenal dengan sebutan manajemen pendidikan, Menurut Engkoswara mengemukakan bahwa, manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.25 Manajemen pendidikan juga merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan pendidikan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan.26 Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi manajerial adalah kemampuan dan pemahaman kepala sekolah dalam hal pengelolaan sekolah.27 Sedangkan kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.28 Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi manajerial kepala sekolah adalah kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai manajer pendidikan profesional berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) untuk melakukan suatu pekerjaan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
25
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,.., h.8 Ibid., h. 8 27 Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), cet. 1, h.42 28 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional…., h. 37 26
22
bertindak secara profesional serta bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. B. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Mengelola Tenaga Pendidik Pihak sekolah dalam menggapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya.
Meskipun
pengangkatan
kepala
sekolah
tidak
dilakukan secara sembarangan, bahkan diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah menjadi profesional dalam melakukan tugas. Berbagai kasus menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang terpaku dengan urusan-urusan administrasi, yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada tenaga administrasi. Dalam pelaksanaannya, pekerjaan kepala sekolah merupaka pekerjaan berat, yang menuntut kemampuan ekstra. Dinas Pendidikan (dulu: Depdikbud) telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai educator; manajer; administrator; dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigm baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM). 29 a) Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik) Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan 29
Ibid, h. 98
23
model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi (accerelation) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut. Pertama, mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-panataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran. b) Kepala Sekolah sebagai Manajer Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.
24
Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati. Ketiga,
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan,
dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (Partisipatif). c) Kepala Sekolah sebagai Administrator Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola
administrasi
kearsipan
dan
mengelola
administrasi
keuangan. Dalam melaksanakan tugas-tugas di atas, kepala sekolah sebagai administrator, khususnya dalam meningkatkan kinerja dan produktifitas sekolah, dapat dianalisis berdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku, maupun pendekatan situasional. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu bertindak situasional, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun demikian, pada hakekatnya kepala sekolah harus lebih mengutamakan tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan kepada setiap tenaga kependidikan bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Di samping berorientasi terhadap tugas, kepala sekolah juga harus menjaga hubungan kemanusiaan dengan para stafnya, agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, tetapi mereka tetap merasa senang dalam melakukan tugasnya. d) Kepala Sekolah sebagai Supervisor Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah
25
sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan bahwa “Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skill to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community”. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervise merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Kepala
sekolah
kemampuan
sebagai
menyusun,
supervisor dan
harus
melaksanakan
diwujudkan program
dalam
supervise
pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatihan prinsip-prinsip: (1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hierarkis, (2) dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru), (5) merupakan bantuan professional. e) Kepala Sekolah sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasika tugas. Wahjosumijo (1999:110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman
dan
pengetahuan
profesional,
serta
pengetahuan
administrasi dan pengawasan. Kemampuan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
26
sekolah,
kemampuan
mengambil
keputusan,
dan
kemampuan
berkomunikasi. f) Kepala Sekolah sebagai Innovator Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengitegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai innovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah mengubah stategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat-alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam suatu laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar. g) Kepala Sekolah sebagai Motivator Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi itu dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB). Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun 2007 kepala sekolah dituntut memiliki sekurang-kurangnya lima kompetensi.
Kelima
kompetensi
itu
adalah:
(1)
Kompetensi
27
kepribadian, (2) manajerial, (3) kewirausahaan, (4) supervisi, dan (5) sosial.30 1 Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan hal mendasar dan pokok yang harus dimiliki oleh setiap kepala sekolah. Disebut mendasar dan pokok karena akan menentukan atau mendukung terhadap kompetensi-kompetensi lainnya. 2 Kompetensi Manajerial Kompetensi manajerial yatitu kemampuan dan pemahaman kepala sekolah dalam hal pengelolaan sekolah. Kepala sekolah harus memahami sekolah sebagai sebuah system, sehingga semua komponen atau sumber daya yang terlibat di dalamnya dikelola dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3 Kompetensi Kewirausahaan Kompetensi kewirausahaan yaitu kemampuan kepala sekolah dalam hal menerapkan jiwa-jiwa kewirausahaan untuk memajukan sekolah yang dipimpinnya. 4 Kompetensi Suvervisi Kompetensi supervisi terkait dengan kemampuan kepala sekolah dalam menilai kinerja guru. Kompetensi ini sangat strategis dalam upaya meningkatkan kinerja guru dan tenaga kependidikan lainnya. 5 Kompetensi Sosial Kepala sekolah sebagai manusia biasa tentu saja akan melakukan interaksi social dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut bisa di masyarakat bisa juga di sekolah yang dia pimpin. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi social akan mudah melakukan interaksi dengan siapa saja dan di mana saja. Kemampuan dalam berinteraksi sosial itu harus menunjang pada upaya memajukan sekolah yang dipimpinnya. 30
Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi…, h.40
28
Apabila penulis memahami penjelasan tesebut, mungkin terlalu banyak untuk menjelaskan semua kompetensi kepala sekolah tersebut, oleh karenanya supaya sesuai dengan pembahasan yang dikaji oleh penulis maka penulis hanya tertuju pada kompetensi manajerial kepala sekolahnya saja.
Adapun
kompetensi
manajerial
kepala
sekolah
menurut
Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional) Nomor 13 Tahun 2007, meliputi: 1) Menyusun
perencanaan
sekolah
pada
berbagai
tingkatan
perencanaan 2) Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan 3) Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal 4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang efektif 5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik 6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan SDM secara optimal 7) Mengelola
sarana
dan
prasarana
sekolah
dalam
rangka
pendayagunaan secara optimal 8) Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah 9) Mengelola peserta didik dalam penerimaan peserta didik dan penempatan serta pengembangan kapasitas peserta didik 10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional 11) Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan dan efisien 12) Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah
29
13) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah 14) Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan 15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah 16) Melakukan monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah serta merencanakan tindak lanjut.31 C. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Guru Pelaksanaan strategi peningkatan tenaga pendidik (sumber daya manusia) sedikitnya mencakup dua kegiatan utama, yaitu: a. Pembinaan Tenaga Pendidik b. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Pendidik Secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pembinaan Pembinaan
tenaga pendidik dan kependidikan khususnya guru
sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas dalam mengelola proses pembelajaran pada lembaga pendidikan dengan
performa
kompetensi yang dimilikinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Gouzali Saydam mengemukakan pembinaan berasal dari kata dasar “bina”, yang berasal dari bahasa arab, yaitu “bangun”. Pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna. 32 Menurut Johar Permana terdapat beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga pendidik yaitu: 1) Pembinaan tenaga pendidik patut dilakukan untuk semua jenis tenaga pendidik baik untuk tenaga struktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelenggara pendidikan. 31
Bambang Sudibyo, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. h. 4-7. 32 Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro, (Jakarta: Djambatan, 2000), Cet. II, h. 1
30
2) Pembinaan tenaga pendidik berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-masing. 3) Pembinaan
tenaga
pendidik
dilaksanakan
untuk
mendorong
meningkatkan kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan atau sistem sekolah, dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan kesejahteraan dan insentif sebagai imbalannya guna menjamin terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomi maupun kebutuhan sosial-psikologis 4) Pembinaan tenaga pendidik dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan/posisi,
baik
karena
kebutuhan-kebutuhan
yang
berorientasikan terhadap lowongan jabatan/posisi dimasa yang akan datang. 5) Pembinaan tenaga pendidik sebenarnya dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan. 6) Khusus menyangkut dan jenjang karir tenaga pendidik disesuaikan dengan kategori masing-masing tenaga pendidik itu sendiri. Meskipun
demikian,
perjalanan
karir
seseorang
menempuh
penugasan yang silih berganti antara struktural dan fungsional hingga ke puncak karirnya.33 b. Pelatihan dan Pengembangan Kegiatan pengembangan sumber daya tenaga pendidik berkaitan pula dengan kegiatan latihan. Latihan dan pengembangan merupakan kenyataan yang harus dilakukan, karena merupakan kebutuhan dalam suatu organisasi/lembaga dengan memberikan bimbingan kepada tenaga pendidik dalam memahami setiap kegiatan kerja yang dilaksanakan. Hal 33
Ude Sukmana, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru, Http: //edekusuma. Wordpress.com, 26/04/2007, h. 1
31
ini bertujuan untuk membuat tenaga pendidik menjadi lebih menaruh minat dan terlatih terhadap bidang kerjanya, serta berfungsi sebagai jembatan untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, pengalaman dan kemajuan kariernya. Pelatihan dan pengembangan mempunyai pengertian yang berbeda. Latihan
dimaksudkan
untuk
memperbaiki
penguasaan
berbagai
keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Latihan menyiapkan para guru untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan dimaksudkan untuk menyiapkan para guru untuk memegang tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan datang. Istilah pelatihan berasal dari kata “latih” atau belajar, kemudian menjadi kata latih atau pelatihan. Latihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah belajar untuk memperoleh sesuatu kecakapan.34 Berarti latihan lebih menitikberatkan pada mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan (dilakukan selama menduduki jabatan atau pekerjaan tertentu). Menurut Malayu S.P Hasibuan Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual kepala sekolah sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.35 Pendidikan dan pelatihan merupakan langkah mengembangkan SDM terutama dalam lembaga formal (sekolah), oleh sebab itu dalam meningkatkan organisasi tersebut perlu dikembangkan suatu skill dan kemampuan-kemampuan dalam bidang pekerjaannya, sehingga para personil
edukatif
maupun
non
edukatif,
khususnya
guru
harus
dikembangkan sehingga mampu memberikan dan melakukan suatu kemampuan
yang
berkualitas
dalam
meningkatkan
kompetensi
manajerialnya untuk memimpin lembaga pendidikan dengan baik. 34
W.J.S. Poerwadarminta, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), Cet. VIII, h. 570 35 H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber,…h. 68
32
Menurut Gouzali Saydam, pengembangan adalah “kegiatan yang harus
dilaksanakan
oleh
organisasi/lembaga,
agar
pengetahuan
(knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan”.36 Menurut Andrew F. Sikula yang dikutip Anwar Prabumangkunegara, mengemukakan pengembangan adalah suatu proses pendidikan jangka panjang yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisasi
yang
pegawai
mananajerialnya
mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk mencapai tujuan umum. Adapun pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan yang terbatas.37 Berdasarkan penjelasan tentang Pendidikan dan Pelatihan maupun pengembangan, maka penulis menyimpulkan pendidikan dan pelatihan adalah proses memberikan bantuan bagi para guru ataupun tenaga kependidikan untuk menguasai keterampilan/keahlian khusus atau memperbaiki
kekurangannya
dalam
melaksanakan
pekerjaan
dan
dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Sedangkan Pelatihan lebih kepada menyiapkan para guru untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Dengan kata lain, pelatihan adalah suatu bentuk investasi jangka pendek. Sedangkan pengembangan merupakan hal yang direncanakan dan diharapkan akan memberi manfaat kepada organisasi/lembaga berupa peningkatan produktivitas, peningkatan moral, efisiensi biaya dan fleksibilitas organisasi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi eksternal yang berubah-ubah atau sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang digunakan oleh organisasi/lembaga. 36 37
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya,…h. 36 H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen,…h. 69
33
Pengembangan memiliki ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian. Pengembangan adalah proses edukasional yang berjangka waktu lama, berupa uraian-uraian yang sistematis dan bertujuan pada penguasaan pemahaman abstrak dan konsep-konsep teoritis. Pengembangan berlangsung dalam jangka waktu antara tiga sampai dua belas bulan. Pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik merupakan hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja tenaga pendidik. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training.38 Dengan penjelasan sebagai berikut : 1) Metode pelatihan on the job training menurut Gouzali Saydam adalah “pelatihan dilakukan di tempat bekerja para karyawan sendiri, yang diberikan oleh instruktur khusus yang sudah berpengalaman”.39 Metode utama di dalam tempat kerja (on the job training) antara lain adalah demo atau praktek menyelesaikan sesuatu untuk meningkatkan keahlian kepala sekolah atau tenaga pendidik, melatih lebih mengarah pada praktek manajerial dan profesional, melatih dengan cara mengerjakan sendiri rotasi kerja. 2) Metode Penataran (in-service training) Metode yang dilaksanakan bagi pegawai yang sedang bertugas atau berdinas dalam lembaga/organisasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan. Yang termasuk kategori pelatihan ini adalah: a) Metode studi kasus Metode pengembangan di mana pimpinan diberikan deskripsi tertulis tentang masalah lembaga untuk diteliti dan dipecahkan. Aspek-aspek lembaga yang terpilih diuraikan pada lembar khusus. staff yang terlibat dalam pelatihan ini diminta 38 39
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,…h. 43 Gouzali Saydam, Manajemen,…h. 76
34
untuk mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa situasi dan merumuskan
penyelesaian-penyelesaian
metode
pendidik
ini
diharapkan
alternatif.
dapat
Dengan
mengembangkan
keterampilan pengambilan keputusan. b) Permainan Peran (Role Playing) Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para peserta pelatihan untuk memainkan berbagai peran yang berbeda. Peserta ditugaskan untuk memerankan individu tertentu yang digambarkan dalam suatu episode dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang memiliki peran yang berbeda dengan dirinya. c) Business Games Business
(manajemen)
game
adalah
suatu
simulasi
pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan situasi kehidupan bisnis nyata. Para peserta memainkan “game” dengan memutuskan harga produk yang akan dipasarkan, berapa besar anggaran pengiklanan, siapa yang akan ditarik, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk melatih para peserta dalam pengambilan keputusan dan cara mengelola operasi-operasi lembaga/organisasi. d) Vestibule Training Bentuk latihan ini dilaksanakan bukan oleh penyelia, tetapi oleh pelatih-pelatih khusus. Area-area terpisah dibangun dengan berbagai jenis peralatan sama seperti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya. e) Latihan Laboratorium (Laboratorium Training) Teknik ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang terutama
digunakan
untuk
mengembangkan
keterampilan-
keterampilan antar pribadi. Salah satu bentuk latihan ini adalah latihan senstivitas, di mana peserta belajar menjadi lebih sensitif (peka) terhadap perasaan orang lain dan lingkungan.
35
f)
Behavior Modelling Adalah salah satu cara untuk mempelajari atau meniru pelaku dengan mengobservasi dan meniru model-model dan biasanya model pelaku diproyeksikan dalam bentuk video tape.
g) Conference Dengan metode ini diharapkan peserta menjadi terlatih untuk menerima dan mempersepsikan pendapat orang lain serta dapat mengambil kesimpulan atau keputusan dari problem yang dihadapinya.40 Pengembangan sumber daya manusia, sebagaimana yang telah dijelaskan, baik pengembangan secara on the job training maupun in-service training merupakan suatu proses atau cara yang didalamnya menggunakan suatu strategi untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan manajerial kepala sekolah dalam rangka mewujudkan suatu tujuan pendidikan. 3. Upaya Meningkatkan Kemampuan Profesionalisme Guru Ibrahim Bafadal mengemukakan bahwa peningkatan kemampuan professional guru dapat diartikan sebagai upaya membantu guru agar mampu mengelola sendiri, memenuhi kualifikasi, oleh karena itu peningkatan kemampuan profesionalisme guru dapat diartikan sebagai upaya membantu guru.41 Beberapa pembinaan untuk peningkatan tenaga pendidik yang professional meliputi : 1. Pembinaan tenaga pendidik melalui supervisi pendidikan, meliputi : a. Kunjungan kelas, dapat dilakukan oleh kepala sekolah untuk melihat guru sedang melakukan proses pembelajaran b. Percakapan pribadi antara kepala sekolah dengan guru c. Kunjungan antar kelas yaitu antar guru saling mengunjungi
40 41
Gouzali Saydam, Manajemen,…h. 75-79 Ibrahim Bafadal, Op Cit,. h.44
36
d. Penilaian sendiri (self evaluation), guru melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri.42 2. Pembinaan komitmen, motivasi, dan moral kerja guru Pemberian
dorongan
(motivasi)
bertujuan
untuk
memberikan
pengarahan pada para bawahan agar mereka mau bekerja dan semangat dalam menjalankannya. Adapun tujuan dari pembinaan moral kerja guru adalah sebagai usaha untuk membina dan meningkatkan semangat dan kegairahan kerja guru-guru agar mereka lebih berprestasi dalam melaksanakan tugasnya. Ibarahim Bafadal mengemukakan bahwa seorang guru memiliki moral kerja yang tinggi akan bekerja dengan penuh antusias, bergairah, penuh inisiatif, bergembira, tenang, teliti, suka bekerja sama dengan orang lain, ulet, disiplin waktu, sebaliknya orang yang memiliki moral kerja rendah akan tampak kurang bergairahdalam melaksanakan tugasnya, malas, sering membuat kesalahan dalam melaksanakan tugasnya dan tidak disiplin.43 Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa dalam pembinaan tenaga pendidik itu tidak hanya dilakukan melalui penataran saja,akan tetapi dapat dilakukan dengan cara supervisi, pembinaan komitmen, motivasi dan moral kerja guru serta penguasaan terhadap kurikulum. Disamping itu pula masih banyak yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mengembangkan kemampuan guru tersebut, misalnya : pendidikan dan pelatihan (Diklat), studi kasus, rotasi jabatan, pendidikan formal, rapat kerja, penataran, lokakarya, seminar dan diskusi yang itu semua kaitannya dengan pendidikan. Meskipun banyak teknik yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah, itu harus dipertimbangkan dengan baik dalam pengaplikasiannya.
42 43
Ibid,. h.49 Ibrahim Bafadal., h.92
37
B. Kerangka Berfikir Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah keberhasilan dalam pembangunan pendidikan. Guru memiliki peran yang sangat penting sebagai ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut, karena seorang guru lah calon-calon tenaga pembangunan yang terampil dan berkualitas akan bermunculan. Oleh karena tugas dan peran guru yang sangat penting itulah, guru di tuntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas. Dengan demikian guru harus profesional dalam melaksankan tugasnya. Peningkatan mutu dan kualitas guru tidak terlepas dari peran kepala
sekolah
sebagai
perencana
dan
pengorganisasi.
Dengan
perencanaan dan pengorganisasian yang efektif pula guru akan lebih bersemangat dan memiliki dedikasi yang tinggi. Semakin tinggi tingkat efektivitas perencanaan dan pengorganisasian yang telah direncanakan oleh kepala sekolah maka semakin tinggi pula semangat kerja guru dalam melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru yang berkualitas akan menghasilkan suatu out put yang bermutu dan berprestasi pula. Dengan demikian itu semua dapat dikatakan berhasil apabila di dorong oleh peran kepala sekolah yang telah memotivasi guru untuk mampu meningkatkan mutu kerjanya, sebaliknya apabila peran dari kepala sekolah tidak berjalan dengan efektif, maka semangat kerja guru akan menurun dan kualitas kerjanya pun akan menjadi rendah.
38
C. Hipotesis penelitian Berdasarkan kerangka teori, kerangka berfikir dan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut : Ha : Terdapat hubungan yang positif antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif antara kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru Madrasah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Huda yang beralamat Jl. Setu Kojengkang Desa Cikarageman Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi Kode Pos 17320 Provinsi Jawa Barat. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada 8 s/d 10 Juli 2013 (untuk studi pendahuluan) dan 5 s/d 10 November 2013 peneliti melakukan observasi lapangan. B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang telah dirumuskan adalah dengan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.44 Dengan demikian penelitian kuantitatif
lebih menekankan
pada
indeks-indeks
dan
pengukuran empiris. Peneliti kuantitatif merasa “mengetahui apa yang 44
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Bandung : CV Alfabeta, 2013), cet. I, h. 23
40
tidak diketahui” sehingga desain yang dikembangkannya selalu merupakan rencana kegiatan yang bersifat apriori dan definitif.45 Dalam penelitian ini penulis bermaksud mendeskripsikan keadaan atau fenomena sebenarnya tentang intensitas supervisi kepala sekolah dengan mutu guru Madrasah Aliyah Nurul Huda Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi dengan mengadakan observasi atau pengamatan lapangan untuk memperoleh data dan informasi selengkap mungkin yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal tersebut akan dilakukan dengan teknik-teknik yang telah ditentukan dalam metode penelitian kuantitatif. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek.subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 46 Menurut S. Margono, Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu
yang kita
tentukan. 47Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Kepala Sekolah, seluruh tenaga pendidik yang berjumlah 22 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana,
tenaga
dan
waktu,
maka
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
peneliti
dapat
48
Mengingat keterbatasan jumlah populasi, maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.
45
S. Margono, Meetodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), cet. 8, h.35 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi…., h. 62 47 S. Margono, Meetodologi Penelitian Pendidikan…, h. 118 48 Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi…, h. 63 46
41
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa instrumen atau alat pengumpulan data berupa: angket (kuesioner), wawancara, dan dokumentasi. 1. Angket (Kuesioner) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 49 Yang menjadi objek dalam pemberian angket ini adalah seluruh guru MA Nurul Huda yang berjumlah 22 orang. Adapun keperluan dari penyebaran angket ini yaitu untuk memperoleh data yang akurat mengenai kompetensi manajerial kepala sekolah MA Nurul Huda. 2. Wawancara (Interview) Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya. Objek yang diwawancarai adalah Kepala Sekolah MA Nurul Huda untuk dijadikan objek penelitian sebagai responden oleh peneliti. Sedangkan tujuan dari mewawancarai kepala sekolah tersebut adalah untuk memperoleh data yang akuran dan valid berkaitan dengan pelaksanaan kompetensi manajerial di sekolah yang dipimpinnya. 3. Dokumentasi Metode
Dokumentasi
yaitu
metode
yang
digunakan
untuk
memperoleh data dengan jalan mencari literatur-literatur yang sesuai dengan penulisan skripsi ini, dengan cara melihat data-data yang berupa transkip atau arsip dan catatan lainnya yang ada di kantor MA Nurul Huda. E. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa angket dan wawancara terbuka. Untuk memberi 49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: CV Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 199
42
batasan yang jelas dalam penyusunan instumen, berikut ini dikemukakan definisi konseptual dan definisi operasional. 1 Variabel Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah a. Definisi Konseptual Kompetensi manajerial kepala sekolah adalah kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai manajer
pendidikan
profesional berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) untuk melakukan suatu pekerjaan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara profesional serta bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. b. Definisi Operasional Secara operasional yang dimaksud dengan kompetensi manajerial kepala sekolah adalah skor yang diperoleh dari responden setelah mengisi angket yang berkaitan dengan kemampuan manajerial kepala sekolah. c. Kisi-kisi instrumen penelitian Tabel 3.1 No
Variabel
Indikator Memahami visi, misi dan
Jumlah butir 1
tujuan sekolah
Kompetensi 1
Manajerial Kepala Sekolah
Melakukan perencanaan
10
Melakukan
2
pengorganisasian Menggerakkan
seluruh
3
Melakukan pengawasan
1
warga sekolah
melekat
43
2
Variabel Mutu Guru a. Definisi konseptual Mutu guru dan kompetensi guru pengertiannya hampir sama, secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang merujuk kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Guru yang bernutu adalah guru yang memiliki kemampuan untuk tampil dalam unjuk kerja secara profesional. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan mutu guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. b. Definisi Operasional Secara operasional yang dimaksud dengan mutu guru adalah skor yang diperoleh dari responden setelah mengisi angket yang berkaitan dengan mutu guru. c. Kisi-kisi intrumen penelitian Tabel 3.2 No
Variabel
Aspek
Indikator rencana
Jumlah butir 1
interaksi
2
Penilaian prestasi belajar
3
Menyusun pembelajaran Melaksanakan Mutu dalam mengelola 2
Mutu
pembelajaran
guru
belajar mengajar
siswa Melaksanakan
tindak
3
lanjut hasil penelitian
Mutu dalam
Bimbingan belajar siswa
1
Pengembangan diri
1
Pengembangan Pengembangan profesi
profesional
3
44
Mutu dalam
Memahami
wawasan
3
Menguasai
kependidikan
kemampuan
Menguasai bahan kajian
3
akademik
akademik
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis dengan mendeskripsikan data terlebih dahulu. Kegiatan pengolahan data terdiri atas beberapa tahapan berikut, yaitu: 1) Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka ragam jawaban itu ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat kategori itu penyusunannya harus memenuhi bahwa setiap perangkat kategori dibuat dengan mendasarkan kriterium yang tunggal, bahwa setiap perangkat kategori harus dibuat lengkap, sehingga tidak ada satupun jawaban responden yang tidak mendapat tempat, dan kategori yang satu dengan yang lain harus terpisah secara jelas tidak saling tumpang tindih. 2) Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. Bila analisis kuantitatif kode yang diberikan adalah angka. Bila angka itu berlaku sebagai skala pengukuran maka disebut skor. 3) Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang. 50 Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh, peneliti akan menarik kesimpulan untuk menjawab problematika atau hipotesis atau tujuan penelitian yang diajukan. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan korelasi product moment Pearson dengan rumus sebagai berikut:
50
S. Margono, Meetodologi Penelitian Pendidikan…, h. 191-192
45
r=
∑
√
∑
∑
–(∑
)
∑ ∑
∑
keterangan: r
= koefisien korelasi jumlah skor dalam sebaran X jumlah skor dalam sebaran Y jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y = banyaknya subjek skor X dan skor Y yang berpasangan.
46
BAB IV HASIL PENELITIAN, PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MA Nurul Huda 1. Latar Belakang Madrasah adalah Lembaga Pendidikan Islam yang menerapkan nilai/ ajaran sebagai basisnya. Ia tumbuh dan berkembang dari dan ditengah-tengah tradisi yang terus berupaya menanamkan pemahaman
ilmu dan pengahayatan serta
pengamalan ajaran islam. Pendidikan Islam tercatat sebagai satu satunya lembaga pendidikan islam di indonesia sebagai kubu pertahanan yang memiliki peranan penting bagi perjuangan bangsa. Madarasah selalu menyamai semangat perlawanan terhadap penjajahan. Sehingga tidak dapat dipungkiri Madrasah di Indonesia mempunyai investai yang sangat besar bagi kemerdekaan Republik Indonesia ini. Dengan demikian Pendidikan Islam di Indonesia sudah seharusnya mendapat perhatian secara khusus dari pemerintah dengan diperhatikan,dibela, dan dibantu demi memajukan dan mengembangkan Lembaga Pendidikan Islam itu sendiri.
47
Saat ini Pendidikan Islam terus diperhatikan dan bahkan terus menerus dikembangkan agar memiliki kontribusi yang lebih besar dalam proses pembelajaran dan pendidikan anak bangsa. Dengan metode pengembangan yang mengacu pada “ pemeliharaan peninggalan lama yang baik dan melakukan inovasi yang lebih baik” maka pendidkan Islam senantiasa memelihara tradisi dan nilainilai dasarnya, Dalam sejarah kita, pendidikan islam telah berhasil memunculkan tokoh-tokoh nasional yang banyak berperan dalam proses mencerdaskan bangsa. Para alumninya banyak tersebar diberbagai sektor kehidupan, ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat, dengan bekal mental yang diperoleh dari pendidikan pendidikan islam, banyak siswa yang menjadi orang sukses baik didaerah maupun dipusat. Selain itu, banyak pula alumni pendidikan islam khususnya Madrasah dengan niat” bertafaqquh fiddin” memberantas kebodohan di daerahnya, sehingga kini tersebar diseluruh pelosok tanah air. Seiring dengan berkembangnya zaman dan derasnya aliran pendidikan pemikiran dan budaya yang selalu mempengaruhi pendidikan kehidupan anak bangsa seluruh lapisan masyarakat, dengan demikian hendaknya sitem pendidikan islam harus tetap dibina dan dikembangkan serta tidak terpengaruh dengan derasnya aliran pemikiran-pemikiran islam radikal dan sesat. Sehingga pendidikan islam tetap konsisten dalam menanamkan nila-nilai pendididkan dan agama pada santrinya, yang pada akhirnya para lumnus yang dihsilkan juga dapat dengan konsisiten memegang teguh nilai-nilai agama dan pedididkan yang telah dipelajarinya bahkan tetapmengamalkan dan menyebarkan disetiap tempat ia berpijak. Dari uraian singkat diatas, betapa semakin mudahnya pengaruh luar baik berupa, etika dan pemikiran yang masuk kedalam kehidupan masyarakat hingga menggoyahkan sendi-sendi moral dan etika kehidupan di masyarakat pada umumnya dan dibidang pendidikan secara khusus, maka Madrasah merupakan salah satu wadah di bidang pendidikan sekaligus tempat pembentukan pribadi, moral dan budaya masyarakat. Madrasah Aliyah Nurul Huda saat ingin sedang melakukan ikhtiar keras untuk dapat mengembangkan pendidikan Islam sebagai
48
basis penguatan nilai-nilai dan moral, intelektual dengan penyelenggaraan pendidikan formal. Untuk itu perlu usaha-usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan islam dalam berbagai aspeknya. maka dari itu madrasah aliyah nurul huda yang telah berdiri sejak tahun 2007 bertekad untuk terus mengembangkan diri menuju terwujudnya madrasah yang berkualitas dan berdaya saing secara global.51 2.
Dasar Pemikiran, Visi dan Misi Madrasah 1. Madrasah adalah sebuah sistem pendidikan yang mutlak untuk dipertahankan karena ada Tri pusat Pendidikan pengembangan spiritual manusia secara konseptual. 2. Background masyarakat yang plural dapat menjadikan madrasah sebagai pusat pembentukan mental dan karakter bangsa. 3. Besarnya pengaruh pemikiran, etika dan moral serta budaya pada kehidupan seluruh lapisan masyarakat, sehingga diperlukan perhatian yang optimal dalam meningkatkan mutu madrasah
Visi : “Menjadi Madrasah dan Lulusan yang unggul berkualitas dan berakhlak mulia” Misi : 1. Menghadirkan lembaga pendidikan islam yang secara khusus sebagai pusat islamic character building. 2. Memfasilitasi seluruh lapisan masyarakat untuk dapat mengenyam pendidikan islam yang berkarakter dan terjangkau.
51
Buku pedoman tata laksana belajar MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014, h. 1-3
49
Gambar 4.1 STRUKTUR ORGANISASI Yayasan Pendidikan Islam Nurul Huda
Kepala MA Nurul Huda
Kabag. Adm & Keuangan
Wakabid . Kurikulum
Wakabid. Operasional
Wakabid. Kesiswaan
Wakabid. SDM&Humas
K3 IPA
K3 IPS Staff Pengajar
Siswa
Komando Koordinat
……...
50
3.
Program Dan Kurikulum
a. Tingkat X Siswa disemua program keahlian memulai kegiatannya dengan 1. Masa Orientasi Sekolah ( awal tahun, + 5 hari ). Materi : a. Penerapan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah b. Penerapan nilai-nilai Moral dan Etika c. Penerapan budaya disiplin diberbagai bidang d. Pelaksanaan program 5 S e. Pengembangan Minat,Bakat dll. 2. Masa Pembentukan Ruhiyah (Keimanan), Fikriyah (Kecerdasan) dan jasadiyah (Fisik) melalui kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) dengan mengarahkan dan mengembangkan potensi Taruna serta melatih kedisiplinan dalam proses pembinaan disekolah ( + 20 hari ). Materi : a. Pembinaan IQ,EQ,dan SQ b. Penamaan pogram pendidikan berbasis karakter c . Arahan Program keahlian dan alur proses pembelajaran d. Pengembangan minat dan bakat e. Pelatihan Fisik dan disiplin f. Games,simulasi dan Out bond 3.
Masa Belajar sesuai dengan kalender akademik dan kurikulum tingkat satuan pendidikan di sekolah.
4. Masa ujian tengah semester dan Ujian Akhir Semester 5. Masa Remedial, waktu perbaikan materi kompetensi yang belum tuntas berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 6. Bimbingan konseling dan konsultasi perkembangan siswa. 7. Masa liburan semester dan akhir tahun 8. Pengembangan diri dengan program Intra dan Ektra kurikuler siswa sesuai minat dan bakat 9. Kunjungan ke Dunia Usaha dan Dunia Industri (disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada) 10. Pengembangan bahasa asing secara intensif
51
11. Laporan hasil belajar ke orang tua setiap akhir semester b. Tingkat XI Siswa disemua Program keahlian memulai kegiatannya dengan : 1. Kegiatan Belajar sesuai kalender akademis dan Program kurikulum tingkat satuan pendidkan 2. Masa persiapan dan pelaksanaan Prakerin magang dan lainnya di Industri pasangan / dunia usaha dan dunia Industri (sesuai jadwal Industri dan sekolah minimal 1044 jam atau setara dengan 2 Bulan belajar efektif di sekolah. Dilanjutkan dengan pembuatan laporan prakerin yang akan membantu siswa dalam proses penilaian bidang produktif. 3. Masa ujian tengah semester dan Ujian akhir semester 4. Masa Renedial, waktu perbaikan materi kompetensi yang belum tuntas berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 5. Bimbingan konseling dan konsultasi perkembangan siswa 6. Masa liburan semester dan akhir tahun 7. Pengembangan diri dengan Program Intra dan Ekstra kurikuler sesuai minat dan bakat 8. Laporan hasil belajar ke orang tua setiap akhir semester 9. Pengembangan fasilitas dan sarana belajar dengan Internet c. Tingkat XII Siswa disemua program keahlian memulai kegiatannya dengan : 1. Kegiatan belajar efektif sesuai kalender akademis dan program kurikulum tingkat satuan pendidikan 2. Masa persiapan menghadapi ujian : a) Produktip sesuai program keahlian b) Ujian sekolah berdasarkan kompetensi yang berlaku di KTSP c) Ujian Nasionalyang diselenggarakan sekolah d) Ujian sertifikasi asri industri atau
lembaga yang berminat
merekrut tenaga kerja e) Masa libur semester sesuai dengan kalender akademis
52
3. Bimbingan konseling oleh Tim BP dan Psikologi 4. Pelaksanaan ujian sesuai kalender akademis 5. Kelulusan dan perangkatnya 6. Pelatihan psikotest dan wawancara kerja 7. Pelatihan motivasi bisnis dan wirausaha 8. Pendataan kelulusan oleh Tim bursa kerja khusus sekolah sekaligus bimbingan karir dan bimbingan wirausaha 9. konsultasi pendidikan bagi lulusan yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi 10. Wisuda 4. Kurikulum Acuan yang digunakan dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah : 1. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Standar Mutu dan Standar Proses. 4. Standar Kompetensi Lulusan. 5. Pengembangan Kurikulum Untuk mampu menghadapi dunia kerja dan dunia usaha yang semakin kompleks permasalahannya yang nantinya , maka MA Nurul Huda melakukan pengembangan muatan materi kurikulum yang distandarkan oleh pemerintah, diantaranya : 1. Pengembangan materi Sains dan matematika untuk bersaing di dunia Internasional. 2. Pengembanga materi linguistik. 3. Pengembangan materi produktif dengan prinsip Link and Match. Sehingga materi produktif yang dipelajari di sekolah sesuai dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri 4. Pengembangan materi berbasis Teknologi Informasi.
53
5. Pengembangan materi Sosial dan Budaya. 6. Pengembangan diri dan Extra kurikuler untuk mewujudkan generasi muda yang utuh sesuai harkat dan martabatnya. MA Nurul Huda melaksanakan Program pengembangan diri maupun kegiatan Ekstra kurikuler berupa : 1) Pengembangan diri. a. Kepemimpinan b. Enter preneur c. Life Skill d. Physikotest e. Konseling 2) Ekstra kurikuler. a. Pramuka b. Paskibra c. Rohis d. Olah raga,Futsal,Bsket,Sepak Bola, Bulu tangkis,Tenis Meja, Senam Atletis. 6. Waktu Belajar 1. Waktu belajar pagi hari mulai senin sampai hari sabtu pukul 07.00 WIB sampai 12.15 WIB. 2. Waktu belajar siang hari mulai senin sampai hari sabtu mulai pukul 13.00 WIB sampai 17.20 WIB. 3. Waktu istirahat Demi berlakunya aturan dan lancarnya proses pembinaan, jam istirahat Taruna diatur sebagai berikut. 1.Istirahat Pagi
Pukul 10.00-10.20
2.Istirahat Siang Pukul 12.15-13.00 3. Istirahat Sore Pukul 15.40-16.00
54
7. Pedoman Tatalaksana Belajar dan Tata Tertib a) Pandangan dan Sikap Siswa yang Diinginkan Sesuai
dengan
tujuan
Pendidian
Nasional,maka
MA
Nurul
Huda
mengharapkan setiap pribadi siswa berpandangan bersikap sebagai berikut: 1.
Siswa sebagai manusia ciptaan Allah SWT hendaknya menyadari bahwa manusia diciptakan pada hakeketnya
untuk mengabdi dan beribadah
hanya kepada-Nya, oleh sebab itu hendaknya Siswaa selalu menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dimanapun ia berada. 2.
Siswa sebagai manusia Indonesia menyadari bahwa Indonesia memiliki landasan kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu hendaknya Siswa selalu bersungguh-sungguh dalam mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, cinta tanah air dan nilai-nilai baik yang terkandung dalam budaya bangsa Indonesia
3.
Potensi sikap hidup yang harus dimiliki oleh Siswa A. Mempunyai pemikiran dan motivasi yang bersih serta menjauhkan diri dari pemikiran dan sifat-sifat tidak baik. B. Berkemaun keras dan mempunyai semangat pantang menyerah, tabah dan sabar dalam menghadapi kesulitan guna memperjuangkan tercapainya cita-cita bersama maupun pribadi. C. Berinisiatif, selalu menggunakan akal dan fikiran dalam mengerjakan sesuatu dan selalu terbuka hati dan fikirannya untuk menerima kebenaran demi kemajuan. D. Bersikap moderat penuh percaya diri, tidak rendah diri dan tidak pula merasa superior, sehingga ada keseimbangan antara emosi, perasaan , akal dan fikiran yang merupakan ciri kematangan diri. E. Selalu optimis dalam menghadapi masa depan guna memotivasi diri untuk lebih yakin, rajin dan tekun belajar serta bekerja keras untuk meraih apa yang dicita-citakan.
55
F. Berani menyatakan dan mempertahankan hal benar dan berani pula mengakui kesalahan diri sendiri G. Mempunyai disiplin tinggi, mampu mengendalikan diri dan mampu mentaati peraturan-peratuarn yang ada guna mencapai kebaikan dan kemajuan. H. Selalu menjaga waktu, tenaga, dan fikiran untuk sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain sehingga mampu menjauhkan diri dari sikap membuang-buang waktu, tenaga, dan fikiran untuk sesuatu yang tidak berguna, apalagi membahayakan diri sendiri dan orang lain. I.
Selalu bertanggung jawab atas segala ucapan danperbuatan dan berani menanggung segala akibat dari ucapan dan perbuatannya serta tidak melemparkan kesalahan pribadi kepada orang lain.
J.
Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun mental serta menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat.
K. Berakhlak mulia dan mampu menyelaraskan antara hati, fikiran, perkataan dan perbuatannya untuk selalu berada dalam kebaikan. L. Menjaga 5 K, yaitu: Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan dan Kekeluargaan. M. Berbudaya 5 R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, dan Rajin). 4.
Pandangan dan sikap dalam pergaulan Setiap siswa hendaknya menyadari bahwa manusia adalah mahkluk sosial dan ia adalah bagian dari masyaraka,jadi tidak ada manusia yang mampuhidup sendiri tanpa bantuan dan berhubungan denganmanusia lainnya. Oleh karena itu perlu ditumbuhkan sikap-sikap dalam pergaulan sebagai berikut: A. Selalu menjaga diri dalam pergaulan dan pandai memilih teman, sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik dan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
56
B. Bersikap ramah terhadap sesama manusia terutama kepada kedua orang tua, staff pengajar , serta terhadap teman baik dilingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. C. Menjalin hubungan dan kerja sama yang baik dalam melakukan pekerjaan dan membiasakan diri untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. D. Mambatasi pergaulan antara pria dan wanita, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dengan batasan yang sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. E. Bersikap sportif, berani mengakui kesalahan dan kelemahan diri serta berusaha untuk terus memperbaikinya. F. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. 5.
Pandangan dan sikap siswa terhadap lingkungan dan alam sekitar A. Selalu menyadari bahwa alam semesta dan segala isinya adalah anugerah dari Allah SWT untuk dimanfaatkan dan dijaga oleh manusia. B. Selau menyayangi makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan, serta tidak merusak kelestarian dan keasrian alam dan lingkungan. C. Selalu membiasakan diri untuk membuang smpah pada tempatnya kapanpun dan dimanapun ia berada
6.
Pandangan dan sikap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi A. Mencintai ilmu dan berusaha untuk memanfaatkan ilmu yag dimilikinya untuk kebaikan B. Mengikuti perkembangan kemajuan ilmu dan teknologi yang ditunjukkan dengan sikap rajin membaca buku, majalah, internet maupun sunber-sumber yang lainnya dan selalu mengambil yang baik dan meninggalkan pengaruh yang buruk dari kemajuan ilmu dan teknologi itu.
57
C. Mencintai
pekerjaan-pekerjaan
yang
bersifat
meningkatkan
keterampilan dan kompetensi, dan selalu berusaha untuk bekerja secara profesional, serta mengingat bahwa keselamatan kerja adalah yang utama. D. Membiasakan bekerja dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah diperoleh dan dikuasai. E. Selalu berusaha menjadi pribadi yang dinamis, berfikir positif dan berjiwa besar serta terbuka untuk kebaikan dan kemajuan. b) Tatalaksana penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar di MA Nurul Huda 1. Bila karena suatu hal staff pengajar belum berada di kelas sesuai jadwalnya, maka ketua kelas wajib melampor ke piket dan apabila masih ada di ruang staff pengajar, maka ketua kelas meminta izin untuk menghadap staff pengajar tersebut. 2. Selama proses Kegiatan Belajar mengajar, siswa dilarang keras: 1) Membuat gaduh 2) Menghidupkan Handphone 3) Melakukan kegiatan yang dapat mengganggu proses Kegiatan Belajar Mengajar 4) Meninggalkan ruangan keras tanpa izin staff pengajar 3. Apabila ada staff prngajar yang berhalangan mengajar, maka petugas guru piket akan mengisi jam pelajaran tersebut dengan: 1) Melanjutkan atau mengulang kembali materi yang diajarkan oleh guru piket itu sendiri. 2) Mengajar atau mencatatkan pengetahuan umum atau pengetahuan lain yang masih relevan dengan teknik . 3) Memberikan materi pembentukan akhlak karakter atau motivasi. 4. Apabila ada 2 (dua) atau lebih staff pengajar yang tidak dapat mengajar pada jam yang sama, maka piket dapat meminta bantuan kepada wali kelas yang bersangkutan atau staff pengajar yang lain untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada taruna.
58
5. Setiap hari senin dan hari-hari besar tertentu dilakukan upacara bendera yang wajib diikuti oleh seluruh staff pengajar, karyawan dan siswa. Dan petugas upacara bendera untuk hari senin dilakukan perkelas secara bergilir. c) Perihal keterlambatan absensi dan izin meninggalkan lingkungan sekolah a.
Setiap siswa harus hadir tepat waktu di sekolah dan mengikuti seluruh pelajaran sampai selesai sesuai dengan jadwal Kegiatan Belajar Mengajar
b.
Siswa yang terlambat harus melapor kepada guru piket, untuk menerima sanksi dan kemudian mendapatkan Surat Ijin Masuk. Sanksi yang diberikan dapat berupa latihan fisik (Push Up, Skott Jump, Lari, Jalan Jongkok,dll) dan nonfisik (Membersihkan bagian area lingkungan sekolah, area lingkungan luar sekolah dan kegiatan yang bermanfaat lainnya) setelah selesai pelajaran terakhir.
c.
Siswa yang terlambat lebih dari 3 (tiga) kali dalam satu bulan akan mendapatkan teguran dan membuat surat perjanjian pada formulir yang tersedia.
d.
Siswa yang berhalangan hadir karena sakit atau keperluan lain wajib memberitahukan ke wali kelas atau guru piket dengan menyerahkan surat izin yang ditandatangani oleh orang tua/ wali siswa yang dibubuhi stempel Pengurus RT setempat atau surat keterangan dari dokter. Dan apabila sakit lebih dari 2 (dua) hari berturut-turut wajib melampirkan surat keterangan dokter.
e.
Siswa yang karena suatu hal harus meninggalkan pelajaran dan keluar dari lingkungan sekolah, harus memohon izin kepada piket dan staff pengajar yang saat itu, kemudian mengisi dan membawa surat izin meninggalkan lingkungan sekolah yang tersedia di meja piket. Setelah kembali lagi ke sekolah taruna menyerahkan surat izin tersebut kepada guru piket hari itu.
f.
Siswa yang karena suatu hal harus pulang lebih awal, harus memohon izin kepada piket dan staff pengajar yang saat itu, kemudian mengisi dan
59
membawa surat izin pulang yang tersedia di meja piket. Sesampainya di rumah taruna memberitahukan kepada orang tua/ wali perihal kepulangannya, dan orang tua/ wali menandatangani surat izin pulang untuk diserahkan kembali kepada guru piket pada saat ia masuk sekolah. g.
Meninggalkan
pelajaran
dengan
sesuatu
alasan
apapun
dapat
mempengaruhi penilaian taruna.. h.
Siswa yang meninggalkan lingkungan sekolah tanpa izin dan pulang lebih awal tanpa izin akan menerima konsekuensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i.
Siswa yang melakukan pemalsuan tanda tangan orang tua/ wali atau surat sah lainnya akan menerima konsekuensi sesuai dengan pelanggarannya.
j.
Siswa wajib mengikuti pelajaran minimal 95 % (sembilan puluh lima persen) dari jumlah pertemuan efektif dari program diklat yang bersangkutan pada setiap semester. Apabila kurang dari itu, staff pengajar yang bersangkutan dapat memberikan tugas tambahan sebagai pengganti, pengurangan nilai, dan apabila diperlukan dapat dilakukan pelarangan mengikuti ujian EPN dan atau Ujian Semester untuk mata pelajaran tersebut,
k.
Siswa yang tidak hadir tanpa keterangan yang sah selama 3 (tiga) hari dalam seminggu atau sebanyak 5 (lima) hari dalam sebulan akan diberikan surat perjanjian pertama (SP-1), apabila masih mengulangi akan diberikan surat perjanjian kedua (SP-2), dan apabila masih mengulangi akan diberikan surat perjanjian terakhir (SP-3). Dan apabila ternyata masih mengulangi maka akan dikeluarkan dari sekolah.
d) Tata Tertib Mengikuti Pelajaran 1. Pada saat pelajaran berlangsung setiap taruna harus selalu siap dengan segala kelengkapan belajar sesuai dengan mata pelajaran pada hari itu. 2. Taruna harus duduk di kursi dengan sopan dan tertib dan tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu kegiatan belajar. 3. Taruna dilarang membawa benda-benda yang tidak berhubungan dengan kegiatan belajar. Apabila ditemukan taruna membawa benda-benda yang
60
dilarang, maka benda tersebut akan disita oleh pihak sekolah dan taruna diberikan konsekuensi yang sesuai. 4. Taruna yang akan keluar dari ruangan teori harus terlebih dahulu meminta izin kepada staff pengajar yang mengajar saat itu dan kepada guru piket. e) Pedoman Penilaian Penilaian hasil belajar siswa didasarkan pada prinsip-prinsip : 1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencermintakan kemampuan yang diukur. 2. Objekif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak di pengaruhi subjektifitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkanatau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat,status sosial ekonomi dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriterian penilaian, dan dasara pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berartipenilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian
yang
sesuai,
untuk
memantau
perkembangan
kemampuan peserta didik. 7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara sistematis dengan mengikuti langkah-langkah yang baku 8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan 9. Akuntabel , berarti penilaian dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
61
Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui sejauh mana telah terjadi kemajuan hasil belajar pada diri taruna sebagai bahan pertimbangan belajar selanjutnya 2. Mengetahui sejauh mana keberhasilan taruna sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan apakah yang bersangkutan berhasil (Lulus / Kompeten) atau belum berhasil (Belum Lulus/ Belum Kompeten) dalam menempuh suatu program pembelajaran. 3. Menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi suatu keahlian tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan. Keterangan nilai hasil belajar siswa Nilai
Predikat
Keterangan*)
90-100
Amat Baik
Lulus/Kompeten
75-89
Baik
Lulus/Kompeten
60-74
Cukup
Lulus/Kompeten
0-59
Kurang
Belum Lulus/ BelumKompeten
*) Lulus atau belum lulus yang diperoleh siswa didasarkan atas standar KKM (Kriteria Kelulusan Maksimal) yang ditentukan oleh staff pengajar pada setiap mata pelajaran. Kriteria Kelulusan Untuk menentukan kelulusan seorang taruna didasarkan atas: 1. Nilai Ulangan Harian 2. Nilai Evaluasi Pendataan Nilai (EPN) atau nilai Ujian Tengah Semester 3. Nilai Ujian Semester dan Ujian Kenaikan Kelas 4. Nilai Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional 5. Ketentuan-ketentuan yang berlaku pada kurikulum 6. Ketentuan dan petunjuk teknis dari
pemerintah (Dinas Pendidikan
Kabupaten Bekasi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI)
62
f) Penampilan Diri a. Ketentuan rambut, pakaian dan penampilan 1) Setiap hari belajar para siswa wajib mengenakan seragam sekolah secara lengkap yang dipakai saat, berangkat kesekolah, disekolah dan pulang dari sekolah dengan ketentuan sebagai berikut: a) Berpakaian seragam taruna lengkap dengan atribut yang sudah ditentukan. b) Memakai dasi dengan rapih dan benar, dimana ujung dasi berada 5 cm dibawah garis sabuk (ikat pinggang). Simpul dasi dan lingkar dasi terikat rapih didalam krach baju dan kancing atas dipasang dengan baik 2) Pada waktu istirahat atau diluar kelas, siswa wajib memakai baret atau topi dan pada saat didalam kelas teori baret diletakan di baju sebelah kiri sedangkan topi diletakan diatas meja sebelah kanan. 3) Siswa dilarang menggunakan topi/baret selain yang ditentukan pada saat memakai seragam MA Nurul Huda. 4) Pada saat pelajaran praktik, setiap taruna wajib memakai pakaian praktik dan memakai kaos oblong putih polos sebagai lapisan dalam 5) Pada saat pelajaran olahraga setiap siswaa wajib memakai dengan rapih pakaian
seragam olah raga dengan kaos dimasukan ke dalam celana
training sepatu yang dipakai adalah sepatu olah raga 6) Tidak diperbolehkan ada coretan/gambar pada pakian seragam dan atribut sekolah, baik pakian seragam taruna, seragam olahraga, pakaian praktik maupun , tas sekolah 7) Siswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih dengan ketentuan: 1. Tidak menutup daun telinga dan krach baju dengan model seperti tentara 2. Siswa yang melanggar ketentuan tentang rambut akan ditindak langsung oleh piket atau staff pengajar baik dengan peringatan maupun tanpa peringatan terlebih dahulu 8) Siswa perempuan jilbab dengan rapih, warna jilbab harus disesuaikan dengan warna seragam
63
9) Siswa wajib memakai sepatu yang telah ditentukan 10) Siswa tidak diperkenankan memakai perhiasan atau barang yang tidak patutdipakai seorang taruna, seperti kalung, gelang dan barang lain yang tidak sesuai dengan ketentuan 11) Siswa harus membawa tas sebagai tempat buku dan peralatan belajar sesuai dengan ketntuan 12) Siswa dilarang memakai tato, tindik dan semacamnya g) Sikap dan akhlak siswa a. Siswa wajib menjunjung tinggi dan mengamalkan jati diri siswa b. Siswa wajib melihara kesehatan jasmani dan rohani selama mengikuti pendidikan di Madrasah dan setelah lulus dari Madrasah. Oleh karena itu siswa dilarang: a) Membawa, menyimpan, mejual, membeli dan atau mengkonsumsi rokok b) Membawa, menyimpan, menjual, membeli dan atau mengkonsumsi minuman keras dan sejenisnya c) Membawa, nenyimpan, menjual , membeli dan atau mengkonsumsi Narkotika dan Obat-obatan terlarang d) Membawa, menyimpan, menjual, membeli membaca melihat, dan atau mentonton buku/majalah/film/video/tontonan mengandung unsur pornografi dan pornoaksi. c. Siswa dilarang membawa senjata api senjata tajam, atau alat apapun yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan sekolah. d. Siswa dilarang nikah/kawin selama mengikuti pendidikan di Madrasah bagi yang melanggar kententuan ini akan dikeluarkan dari sekolah 8. Administrasi dan Keuangan A. Surat Menyurat 1.
Semua surat apapun yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan serta mengatasnamakan sekolah harus diketahui dan disetujuui oleh Kepala Sekolah dan Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan.
64
2.
Setiap surat edaran, undangan, pengumuman dan pemberitahuan yang ditujukan kepada orang tua/ wali dapat dikirim melalui siswa dan wajib disampaikan.
3.
Setiap surat edaran, undangan, pengumuman dan pemberitahuan berstempel asli, bagi yang memalsukan surat edaran diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.
Semua pelayanan administrasi dilayani pada tempat yang tersedia
5.
Surat keterangan izin dan pemberitahuan dari orang tua/ wali taruna untuk sekolah wajib ditandatangani oleh orang tua/ wali taruna itu sendiri. Bagi yang memalsukan tanda tangan akan diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
B. File peserta didik dan pencatatan data-data pribadi 1.
Setiap siswa memiliki map folder khusus untuk menyimpan data dan catatan mengenai pribadinya, baik yang berupa biodata, prestai maupun pelanggaran-pelanggaran selama menjadi siswa berisikan antara lain: a. Surat-surat dari orang tua/ wali siswa b. Fomulir pelanggaran siswa c. Surat perjanjian dan pernyataan d. Surat pemanggilan orang tua/ wali e. Hasil konsultasi siswa dan orang tua dengan pihak sekolah f. Rekapitulasi nilai dan kehadiran g. Lain-lain yang menyangkut pribadi siswa
2.
File taruna sewaktu-waktu dapat dilihat oleh taruna yang bersangkutan, orang tua/wali, atau wali kelas melalui bagian Administrasi dan Keuangan. File taruna tidak diperkenankan untuk dibawa pulang, orang tua/ wali dapat meminta salinan file tersebut setelah ada persetujuan dari Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan.
65
C. Keuangan 1. Semua pembayaran keuangan apapun hanya dilakukan melalui bagian keuangan MA Nurul Huda. 2. Untuk setiap pembayaran pada bagian keuangan akan diberikan tanda bukti yang sah berupa kuitansi yang telah ditandatangani dan dibubuhi stempel asli. 3. Setiap siswa wajib meminta tanda bukti pembayaran tersebut. 4. Tanda bukti pembayaran harus disimpan dengan baik dan harus dapat diperlihatkan bila sewaktu-waktu diperlukan oleh sekolah. Jika kuitansi hilang tidak dapat dilakukan penggantian. 5. Untuk pembayaran uang SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) bulanan mengikuti prosedur sebagai berikut: a. Pembayaran SPP bulanan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua/ wali taruna. b. Pembayaran SPP bulanan harap dibayarkan paling lambat tanggal 10 pada setiap bulannya. c. Pembayaran SPP bulanan tidak dapat diangsur. d. Bagi orang tua/ wali siswa yang belum dapat melunasi pembayaran SPP sampai batas waktu yang telah ditentukan, harap memberikan laporan kepada Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan. e. Permohonan
dispensasi
untuk
melakukan
pengunduran
waktu
pembayaran SPP maupun pembayaran keuangan yang lain, hanya dapat dilakukan oleh orang tua/ wali taruna dengan cara mengisi formulir yang tersedia dan diajukan kepada Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan untuk membuat kesepakatan mengenai waktu pembayaran. f. Apabila sampai dengan batas waktu dispensi yang telah disepakati oleh orang tua/ wali kepada Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan, maka taruna yang bersangkutan dapat dikenakan skorsing yaitu dicabut hak belajar sementara. g. Apabila sampai batas skorsing yang telah ditentukan belum juga dilakukan pembayaran dan tidak ada komunikasi dari pihak orang tua/
66
wali kepada Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan, maka taruna yang bersangkutan dianggap mengundurkan diri dari Madarasah dan selanjutnya akan dikembalikan kepada orsng tua/ walinya. 6. Kesempatan mengikuti evaluasi Pendataan Nilai / Ujian Tengah Semester, Ujian Semester, Ujian Kenaikan Kelas, Ujian Akhir Sekolah, Ujian Nasional (UN), Praktik kerja Industri (Prakerin), dan kegiatan Extra Kurikuler, maupun penyerahan Kartu Hasil Studi (KHS), Raport, Surat Keterangan Kelulusan,Surat Keterangan Hasil UN, dan ijazah akan dikaitkan dengan kewajiban pembayaran pada waktu dilaksanakannya kegiatan tersebut. 10. Sanksi-sanksi Setiap siswa yang melanggar Pedoman Tatalaksana belajar dan Tata Tertib Sekolah ini, baik di sengaja maupun tidak sengaja akan diberikan konsekuensi/ sanksi yang bersifat mendidik sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggarannya, antara lain: a.
Mendapat teguran, nasehat, dan peringatan (SP1, SP2, dan SP3) dengan mengisi formulir yang tersedia dan dicatat dalam data pelanggaran.
b.
Melakukan latihan fisik berupa lari, push up, jalan jongkok ataupun jenis latihan fisik lainnya.
c.
Melakukan latihan non fisik berupa menghafal ayat Al Qur’an, menulis ulang buku motivasi, menulis kata-kata motivasi, atau kerja bakti dengan membersihkan area sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
d.
Dicabut sementara hak belajarnya sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan.
e.
Dipanggil orang tua/ wali besrta taruna yang bersangkutan untuk diberikan nasehat dan disertai dengan pejanjian tertulis yang diketahui oleh orang tua/ wali dan Wali Kelas, Wakil Kepala Sekolah, Bidang Kesiswaan dan Kepala Sekolah.
67
f.
Taruna yang telah mendapat SP3 dan masih melakukan pelanggaran akan langsung dikeluarkan dari Madrasah.
g.
Taruna dikeluarkan dari sekolah dan selanjutnya dikembalikan kepada orang tua/ wal.i taruna yang bersangkutan.
h.
Hukuman-hukuman lain yang dimaksudkan untuk menyadarkan taruna sehingga tidak melakukan pelanggarn kembali.
Tadabbur Al Qur’an Surat Al Mulk (67) ayat 1-2: i.
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segal sesuatu.
ii.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Penganmpun.
68
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kompetensi Manajerial (Variabel X) a.
Uji Validitas Variabel X Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel, didapat dari jumlah kasus – 2, atau 22 – 2 = 20, tingkat signifikansi 5%, maka didapat r tabel 0.444. setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Manajerial Pertanyaan
Nilai r hitung
Nilai r tabel
Kriteria
P1
0,562
0.444
Valid
P2
0,633
0.444
Valid
P3
0,539
0.444
Valid
P4
0,093
0.444
Tidak Valid
P5
0,584
0.444
Valid
P6
0,606
0.444
Valid
P7
0,540
0.444
Valid
P8
0,598
0.444
Valid
P9
0,626
0.444
Valid
P10
0,586
0.444
Valid
P11
0,623
0.444
Valid
P12
0,544
0.444
Valid
P13
0,168
0.444
Tidak Valid
69
P14
0,616
0.444
Valid
P15
0,609
0.444
Valid
P16
0,624
0.444
Valid
P17
0,629
0.444
Valid
Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari 17 item butir pertanyaan pada uji coba 22 responden variable kompetensi manajerial menunjukkan bahwa terdapat 15 butir item pertanyaan adalah valid. Hal ini karena nilai semua rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5% dan hanya 2 butir item pertanyaan yang tidak valid, dikarenakan rhitung < rtabel. b.
Uji Reliabilitas Variabel X Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah sebuah instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 16. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliable jika nilai alpha lebih besar dari 0.60. Tabel 4.2 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.871
15
70
Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha variabel kompetensi manajerial, adalah 0.871.
Karena nilai variabel kompetensi
manajerial memiliki nilai cronbach alpha lebih dari 0.60, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel intensitas supervisi adalah reliable. 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Mutu Guru (Variabel Y) a.
Uji Validitas Item Variabel Y Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel, didapat dari jumlah kasus – 2, atau 22 – 2 = 20, tingkat signifikansi 5%, maka didapat r tabel 0.444. setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel. Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Mutu Guru Pertanyaan
Nilai r hitung
Nilai r tabel
Kriteria
P1
0,544
0.444
Valid
P2
0,544
0.444
Valid
P3
0,540
0.444
Valid
P4
0,543
0.444
Valid
P5
-0,010
0.444
Tidak Valid
P6
0,549
0.444
Valid
P7
0,543
0.444
Valid
P8
0,536
0.444
Valid
P9
0,537
0.444
Valid
P10
0,545
0.444
Valid
P11
0,544
0.444
Valid
71
P12
0,009
0.444
Tidak Valid
P13
0,567
0.444
Valid
P14
0,578
0.444
Valid
P15
0,535
0.444
Valid
P16
0,561
0.444
Valid
P17
0,535
0.444
Valid
P18
0,556
0.444
Valid
P19
0,589
0.444
Valid
P20
0,588
0.444
Valid
Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari 20 item butir pertanyaan pada uji coba 22 responden variable mutu guru menunjukkan terdapat 18 butir item pertanyaan adalah valid. Hal ini dikarenakan nilai rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5%. Dan hanya 2 butir item pertanyaan tidak valid, hal ini dikarenakan nilai rhitung < rtabel pada taraf signifikan 5%. b.
Uji Reliabilitas Variabel Y Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 16. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliable jika nilai alpha lebih besar dari 0.60.
72
Tabel 4.4 Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.867
18
Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha variabel mutu guru, adalah 0.867. Karena nilai variabel mutu guru
memiliki nilai cronbach
alpha lebih dari 0.60, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel mutu guru adalah reliable. 3.
Uji Frekuensi Uji frekuensi digunakan untuk melihat besarnya frekuensi jawaban dari masing-masing indicator dari seluruh responden. a. Kompetensi Manajerial (Variabel X) Berdasarkan pada hasil pengolahan data uji frekuensi jawaban seluruh responden tentang masing-masing indikator
kompetensi
manajerial menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.5 Uji Frekuensi Variabel X
No.
Pertanyaan
Nilai
Keterangan
1.
Kepala sekolah menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan guru
71
Efektif
2.
Kepala sekolah menunjukkan hal-hal yang dapat menarik minat kerja guru
64
Efektif
3.
Kepala sekolah mengajak stakeholder bersamasama merumuskan tujuan sekolah
63
Efektif
5.
Kepala sekolah berupaya mengembangkan suasana bersahabat
59
Efektif
6.
Kepala sekolah bekerja sama dengan para guru
68
Efektif
73
untuk menyusun tugasnya masing-masing 7.
Kepala sekolah menetapkan hubungan kerja yang jelas antara satu orang dengan orang yang lain
70
Efektif
8.
Kepala sekolah memberi kesempatan kepada para guru untuk menyampaikan perasaan dan perhatiannya
66
Efektif
9.
Kepala sekolah menggunakan partisipasi dari guru untuk melancarkan komunikasi di sekolah
67
Efektif
10.
Kepala sekolah melakukan intsruksi yang jelas kepada para guru dan pegawai
64
Efektif
11.
Kepala sekolah lebih memperhatikan kerja klompok dari pada kompetisi individual
67
Efektif
12.
Kepala sekolah mengatakan kepada para guru dan pegawai bagaimana caranya mendapatkan penghargaan
68
Efektif
14.
Kepala sekolah memberi hadiah kepada para guru agar mereka selalu bersemangat kerja
69
Efektif
15.
Kepala sekolah membangun hubungan antar pribadi kepada para guru dan pegawai
63
Efektif
16.
Kepala sekolah menjelaskan target yang akan dicapai oleh sekolah
63
Efektif
17.
Kepala sekolah menggali sumber daya yang ada disekitar lingkungan sekolah untuk mencapai tujuan sekolah
63
Efektif
Total
985
Nilai Rata-rata
65,67
Efektif
74
Perhitungan : Interval :
15 x 4 = 60 15 x 1 = 15
Panjang Kelas (i) =
60 = 4 15 60 – 15 = 45 = 11,25 4
4
Maka : 15 - 26
= Sangat Tidak Efektif
27 - 38 = Tidak Efektif 39 - 50 = Efektif 51 - 62 = Sangat Efektif Berdasarkan nilai perhitungan variable kompetensi manajerial diperoleh nilai rata-rata indikator dari seluruh responden adalah 65,67. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai jawaban responden berada pada rentang 51 – 62 atau sangat efektif artinya seluruh responden memberikan tanggapan bahwa kompetensi manajerial selalu. b. Mutu Guru (Variabel Y) Berdasarkan pada hasil pengolahan data uji frekuensi jawaban seluruh responden tentang masing-masing indikator menunjukkan hasil sebagai berikut :
Mutu Guru
75
Tabel 4.6 Uji Frekuensi Variabel Y
No.
Pertanyaan
Nilai
Keterangan
1.
Saya membuat rencana pembelajaran setiap pertemuan
69
Baik
2.
Saya memulai pelajaran dengan menjajaki kemampuan siswa terlebih dahulu
63
Baik
3.
Saya mengaitkan materi pelajaran dengan situasi sehari-hari atau permasalahan yang relevan
69
Baik
4.
Saya menjabarkan kurikulum menjadi program yang lebih rinci
67
Baik
6.
Saya melaksanakan berbagai strategi dan cara pengelolaan kelas
64
Baik
7.
Saya memotivasi siswa dalam melakukan berbagai kegiatan pembelajaran yang bersifat interaktif
68
Baik
8.
Saya menumbuhkan dinamika kelompok dalam pembelajaran
68
Baik
9.
Saya menjaga motivasi siswa dalam kelas agar tetap tinggi selama berlangsung nya proses belajar mengajar
71
Sangat baik
10.
Saya mengevaluasi rencana dan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan
71
Sangat baik
11.
Saya mendokumentasikan data kesulitan belajar siswa
75
Sangat baik
13.
Saya melaksanakan tugas di kelas dengan penuh semangat
70
Baik
14.
Saya menyediakan aktivitas yang
66
Baik
76
menyenangkan tetapi realistik dan dapat dicapai seluruh siswa 15.
Saya memfasilitasi dan mendorong siswa menemukan dan merumuskan sendiri pengetahuan
66
Baik
16.
Saya mengajukan pertanyaan untuk mendorong siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran
71
Sangat baik
17.
Saya memberi penguatan (reinforcement) kepada siswa dalam pembelajaran
72
Sangat baik
18.
Saya melaksanakan evaluasi hasil belajar secara berkesinambungan
67
Baik
19.
Saya melakukan evaluasi belajar secara koprehensif (meliputi evaluasi konteks, input, proses, dan produk)
63
Baik
20.
Saya melakukan penilaian terhadap berbagai aspek seperti tugas terstruktur, aktivitas siswa di kelas, portofolio yan menggambarkan kualitas siswa
58
Baik
Total
1218
Nilai Rata-rata
67,67
Perhitungan : Interval :
18 x 4 = 72 18 x 1 = 18
Panjang Kelas (i) =
72 = 4 18 72 – 18 = 54 = 13,5 4
4
Baik
77
Maka : 18
- 31 = Sangat tidak baik
32
- 45 = Tidak baik
46
- 59 = Baik
60
- 73 = Sangat baik Berdasarkan nilai perhitungan variable mutu guru diperoleh nilai
rata-rata indikator dari seluruh responden adalah 67,67. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai jawaban responden berada pada rentang 60 – 73 atau sangat baik artinya seluruh responden memberikan tanggapan tentang mutu guru adalah baik. C. Analisa dan Interpretasi Data Penelitian 1. Uji Korelasi Antara Variabel Kompetensi Manajerial Terhadap Mutu Guru Untuk melihat besarnya koefisien korelasi dan kontribusi variabel kompetensi manajerial terhadap mutu guru adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Model Summary
Std. Error of the Model
1
R
R Square
a
.631
Adjusted R Square
.398
.368
Estimate
6.229
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Manajerial
Berdasarkan tabel Model Summary di atas dapat disimpulkan bahwa: a.
Nilai koefisien korelasi antara variabel kompetensi manajerial terhadap mutu guru adalah sebesar 0,631. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel kompetensi manajerial terhadap mutu guru adalah kuat.
78
b. Nilai determinasi atau nilai R square (R 2) antara variabel kompetensi manajerial terhadap mutu guru adalah sebesar 0,398 atau 39,8%. Hal ini berarti bahwa variabel mutu guru dapat dijelaskan oleh variabel kompetensi manajerial sebesar 39,8% selebihnya 60.2% (100%39,8%= 60,2%) berasal dari variabel lain atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model ini. 2. Uji F-test
Tabel 4.8 b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
512.998
1
512.998
Residual
776.093
20
38.805
1289.091
21
Total
F
13.220
Sig.
a
.002
a. Predictors: (Constant), Kompetensi Manajerial
b. Dependent Variable: Mutu Guru
Uji F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersamaan antara variabel independen terhadap variabel dependen yaitu dengan melihat nilai Fhitung pada tabel Anova dibandingkan dengan niali F-tabel. Nilai Ftabel dihitung dengan cara df1=k-1, df2=n-k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen. Berdasarkan tabel Anova di atas menunjukkan bahwa nilai F-hitung adalah sebesar 13,220 > F-tabel adalah 4,35 (df1 = 2-1 = 1, df2 = 20-2 = 20) dan nilai signifikan 0,002 < α= 0,05 . Karena F-hitung 13,220 > F-tabel 4,35 dan nilai signifikan 0,002 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, Hal ini berarti bahwa variabel kompetensi manajerial secara signifikan berpengaruh terhadap variabel mutu guru.
79
3. Uji t-test Tabel 4.9 a
Coefficients
Unstandardized Coefficients
Model
B
1 (Constant)
Kompetensi Manajerial
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
26.209
8.128
.651
.179
t
.631
Sig.
3.225
.004
3.636
.002
a. Dependent Variable: Mutu Guru
Uji t-test pada regresi linier sederhana bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara individual variabel independen terhadap variabel dependen. Dimana t-tabel dihitung dengan rumus df = n-k, k adalah jumlah variable independen. Berdasarkan tabel Coefficients dan asumsi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : Nilai T-hitung
variabel kompetensi
manajerial adalah sebesar 3,636 > nilai T tabel 1,725 (n-k =22-2=20) dan nilai signifikan adalah 0,002< α = 0,05. Karena nilai T-hitung variabel kompetensi manajerial 3,636 > nilai t tabel = 1,725 dan nilai signifikan 0,002 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel kompetensi manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel mutu guru. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi diatas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ=a+bX Ŷ = 26,209 + 0,651X
80
Dimana : a = konstanta b = koefisien regresi X = kompetensi manajerial Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana di atas dapat diperoleh nilai konstanta sebesar 26,209. Hal ini dapat dinyatakan bahwa apabila tidak ada peningkatan dari kompetensi manajerial (X), maka mutu guru (Y) adalah sebesar 65,955. Sedangkan untuk nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,651 artinya bahwa setiap peningkatan kompetensi manajerial satu point, maka akan meningkatkan mutu guru sebesar 0,651. 4. Uji Hipotesis Berdasarkan perhitungan pada tabel koefisien di atas menunjukan bahwa diperoleh t hitung sebesar 3,636 sedangkan t tabel sebesar 1,725 dengan nilai signifikan sebesar 0,002 < nilai α = 0,05. Karena nilai t hitung 3,636 > 1,725 dan nilai signifikan 0,002 < nilai α = 0,05, maka Ho ditolak
dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
kompetensi manajerial (X) berpengaruh positif terhadap mutu guru (Y). Hal ini dapat dilihat pada gambar uji t dibawah ini : Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Hipotesis
Ho ditolak (daerah penerimaan)
H1 diterima (daerah penerimaan)
0
1,725 3,636 thitung ttabel
81
Berdasarkan grafik pada gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa t hitung berada pada
daerah penolakan Ho, maka dapat dinyatakan
hipotesis nol (Ho) yang berarti terdapat pengaruh positif antara kompetensi manajerial terhadap mutu guru. D. Pelaksanaan Pembinaan, Pelatihan dan Pengembangan dalam Meningkatkan Mutu Guru oleh Kepala sekolah Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi, sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan pemerintah, kiranya untuk menjadi kepala sekolah yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi
tenaga pendidik
diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehenshif. Dapat dipaparkan
bahwa
ada
berbagai
strategi
Kepala
Sekolah
dalam
meningkatkan mutu guru di sekolah ini, baik melalui pelatihan, pembinaan tenaga pendidik dan membimbing tenaga pendidik agar lebih berkompeten dalam mewujudkan visi dan misi lembaga pendidikan ini. Untuk
menjelaskan
point-point
yang
terdapat
pada
strategi
peningkatan mutu tenaga pendidik, akan dijelaskan dari tahap awal perencanaan, pelaksanaan, sampai pada akhir monitoring dan evaluasi pada strategi peningkatan tersebut. Oleh karena itu penulis memperoleh hasil penelitian dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan skala prioritas ruang lingkup strategi peningkatan mutu guru. Hasil wawancara dan dokumentasi akan dijelaskan sebagai berikut: a. Penilaian Kinerja Guru Kepala sekolah yang memiliki profesionalitas yang tinggi akan memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar dalam pembaharuan sistem pendidikan di sekolah, diantaranya kemampuan manajerial kepala sekolah yang tinggi dalam memimpin lembaga
82
pendidikan di lingkungan kerjanya masing-masing. Kegagalan dan keberhasilan sekolah ditentukan oleh kepala sekolah itu sendiri, karena kepala sekolah merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh oleh sekolah menuju keberhasilan serta menciptakan sekolah yang unggul. Oleh karena itu, Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu guru yaitu dengan melakukan penilaian dan pembinaan terhadap kinerja guru. Sebagaimana pernyataan Kepala MA Nurul Huda, yaitu: ”...Kinerja guru mendapat perhatian dari sekolah dan pihak yayasan, hal ini ada kegiatannya di bagian penelitian dan pengembangan (Litbang) berupa penilaian kinerja guru MA Nurul Huda setiap semesternya harus dilaporkan, hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja atau karir mereka, apakah mereka layak untuk dipertahankan atau tidak, biasanya penilaiannya berupa huruf A, B maupun C, kalau A biasanya direkomendasikan untuk diteruskan jabatannya ke jenjang yang lebih bagus untuk peningkatan karir, kalau penilaiannya kinerja guru nilainya C biasanya direkomendasikan untuk diganti atau diberhentikan. Kemudian penilaian kinerja guru ini direkomendasi oleh kepala Litbang. Indikatonya yaitu penilaian kinerja guru yang dilakukan oleh bagian Litbang setiap semesternya...”52 Dari wawancara tersebut dapat dipahami, Kepala Sekolah melakukan penilaian terhadap kinerja guru, melihat sejauhmana produktivitas guru terhadap kinerjanya dan juga sebagai peningkatan kinerjanya. Wawancara ini juga diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh bapak Abdul Malik, S.S selaku Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang), yaitu: ”...Penilaian kinerja guru ini dilakukan oleh Bagian Litbang setiap semester dan Litbang pun melakukan penilaian seksama untuk peningkatan karir mereka sebagai guru setiap 4 tahun sekali terhadap kompetensi profesional atau kinerja guru. Aspek yang dinilai adalah E-Maslim yaitu dalam hal Edukator, Manajerial, Administrator, Supervisor, Leadershif, Inovator, Motivator...”53
52
Hasil wawancara dengan kepala MA Nurul Huda, hari Senin, 03 Maret 2014, Pukul 13:55 s/d 15:18 53 Hasil wawancara dengan Kepala Bagian LITBANG, hari Rabu, 05 Maret 2014, Pukul 14:35 s/d 15:15
83
Setelah mengamati hasil wawancara tersebut, dapat dianalisa bahwa penilaian kinerja guru merupakan bagian dari strategi peningkatan kompetensi profesionalisme guru. Oleh karena itu perencanaan untuk merumuskan penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah dan kepala bagian litbang. Dengan aspek-aspek tersebut yang dinilai pada penilaian kinerja guru diharapkan menjadi pemicu untuk guru dalam melakukan peningkatan kemampuannya melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang membawahinya dan peningkatan yang dilakukan oleh guru itu sendiri. Pada aspek peningkatan mutu guru melalui penilaian ini sudah cukup baik, hanya pada manajemen sumber daya yang ada di sekolah kurang diperhatikan, indikatornya yaitu penilaian harus dilakukan pada semua aspek yang dilaksanakan pada program kerja sekolah. Sehingga dalam waktu satu tahun sekali, penilaian ini hanya difokuskan pada aspek kompetensi guru yang dilakukan kepala sekolah dalam pengembangan karir.
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap kompetensi manajerial kepala sekolah dengan mutu guru tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Nilai perhitungan variabel mutu guru diperoleh nilai rata-rata indikator dari seluruh responden adalah 67,67. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai mutu guru berada pada rentang 51-62 atau baik, artinya seluruh responden memberikan tanggapan tentang mutu guru adalah baik.
2.
Apabila peneliti perhatikan berdasarkan nilai perhitungan kompetensi manajerial kepala sekolah diperoleh nilai rata-rata indikator dari seluruh responden adalah 65,67. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nilai jawaban responden berada pada rentang 61-72 atau efektif, artinya seluruh responden memberikan tanggapan bahwa kompetensi manajerial itu selalu dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru.
3.
Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi manajerial (X) berpengaruh positif terhadap mutu guru (Y), hal ini dapat disimpulkan
85
berdasarkan perhitungan keofisien diperoleh t hitung sebesar 3,636 sedangkan t tabel sebesar 1,725 dengan nilai signifikan sebesar 0,002< nilai
= 0,05. Karena nilai t hitung 3,636 > 1,725, dan nilai signifikan
0,002 < nilai
0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. ini berarti
terdapat pengaruh positif antara kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap mutu guru di MA Nurul Huda. B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, ada beberapa saran dan masukan yang penulis pandang sebagai hal yang positif. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kepala sekolah sebagai orang yang bertanggung jawab penuh dalam kesuksesan lembaga pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya, hendaknya selalu berusaha menggali ilmu dan menambah wawasan agar dapat memimpin lembaga pendidikan dengan baik dan tidak lupa pula agar selalu memberikan pembekalan terhadap para guru nya, karena hal itulah akan sangat berpengaruh sekali terhadap guru dalam melaksanakan tugasnya, dengan asumsi supaya program pendidikan di sekolah MA Nurul Huda bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan out put nya pun lebih cepat dan mudah di serap oleh masyarakat, terlebih lagi dapat diperhitungkan kualitasnya dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang ada disekitarnya. 2. Bagi Sekolah dalam meningkatkan mutu gurunya ini dapat didukung dari peran sentral kepala sekolah yang bertugas membina, membimbing, dan juga sebagai fasilitator dan motivator kepada guru dan staf terkait dalam
memimpin lembaga pendidikan dengan baik. Karena maju
mundurnya pendidikan di sekolah salah satunya ditentukan oleh kualitas kepala sekolah dan guru nya. 3. Bagi guru sebagai ujung tombak dari proses pendidikan yang ada disekolah ini sebaiknya harus lebih rajin dan terampil lagi dalam melakukan kegiatan pembelajarannya, kegiatan pembelajaran ini pun harus ada relevansinya dengan Rencana program pembelajaran yang
86
telah dibuat sebelumnya. Disamping itu pula guru masa sekarang itu harus lebih melek lagi terhadap perkembangan informasi dan teknologi terkini, dengan kata lain guru sekarang itu tidak lagi gagap teknologi.
LAMPIRAN 5
Data Regresi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
X 46 47 44 47 50 48 46 57 54 40 39 42 38 45 41 34 43 31 33 59 57 44
Y 54 55 57 56 52 58 55 67 66 53 39 61 45 48 46 53 62 61 43 67 65 55
LAMPIRAN 6 Data Reliabilitas Variabel X (Kompetensi Manajerial)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
P1
P2
P3
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P14
P15
P16
P17
3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 4 3 4 2 2 2 4 4 3
3 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 3 1 2 3 2 3 1 2 4 4 3
3 3 4 3 4 1 3 3 4 2 3 2 1 4 2 2 3 3 2 4 4 3
4 3 1 3 4 4 2 4 3 1 3 3 2 2 3 1 2 2 3 3 4 2
3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 1 3 2 2 3 3 2 4 3 3
3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 2 2 4 4 3
3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 2 2 1 3 4 3 3
4 3 2 3 4 4 3 4 4 3 1 1 2 4 3 3 3 3 2 4 4 3
3 3 1 4 2 4 3 4 3 3 2 2 3 4 2 2 4 2 2 4 4 3
3 3 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 1 3 2 2 4 4 3
3 3 4 4 3 3 4 4 4 1 2 3 2 2 4 3 4 3 1 4 4 3
2 3 3 4 3 4 3 4 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
3 3 2 3 4 3 3 4 3 2 2 4 2 1 3 2 3 3 2 4 4 3
3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 2 2 3 3 2 2 2 1 3 4 4 3
3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2 4 3 3
Total skor 46 47 44 47 50 48 46 57 54 40 39 42 38 45 41 34 43 31 33 59 57 44
LAMPIRAN 7
Data Reliabilitas Variabel Y (Mutu Guru)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
P1
P2
P3
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P14
P15
P16
P17
P18
P19 P20
4 3 3 4 2 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4
3 3 3 3 3 3 2 5 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 4 4 3
4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 1 3 3 4 4 3 3 4 4 3
4 1 3 3 2 3 4 3 4 4 1 4 4 1 2 2 4 4 3 4 4 3
3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 1 2 3 3 4 2 3 4 4 3
3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 2 4 2 2 2 3 4 4 3 4 2 3
3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 1 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4
3 3 4 4 2 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 2
3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 2 2 4 2 4 4 3
3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3
4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3
3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3
3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 2
3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 1 4 4 3
2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3
2 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3
2 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2 3 2 2 2 3 3 4 1 4 2 4
2 3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 4 3 3
Total skor
LAMPIRAN 9
Data Validitas Variabel Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13 P14
P15
P16
P17
P18
P19 P20
4 3 3 4 2 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4
3 3 3 3 3 3 2 5 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 4 4 3
4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 1 3 3 4 4 3 3 4 4 3
4 1 3 3 2 3 4 3 4 4 1 4 4 1 2 2 4 4 3 4 4 3
3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 1 2 3 3 4 2 3 4 4 3
3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 2 4 2 2 2 3 4 4 3 4 2 3
3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 1 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4
3 3 4 4 2 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 2
3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 2 2 4 2 4 4 3
3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3
3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 2 1 3 2 4 3 3
4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3
3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 2
3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 1 4 4 3
2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3
2 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3
2 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2 3 2 2 2 3 3 4 1 4 2 4
3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3
2 3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 4 3 3
Total skor 60 61 61 62 58 64 59 69 71 58 45 67 51 55 50 57 66 67 48 74 71 61
LAMPIRAN 8
Data Validitas Variabel X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13 P14
P15
P16
P17
3 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 4 3 4 2 2 2 4 4 3
3 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 3 1 2 3 2 3 1 2 4 4 3
3 3 4 3 4 1 3 3 4 2 3 2 1 4 2 2 3 3 2 4 4 3
3 1 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 2 1 4 3 3 3 3
4 3 1 3 4 4 2 4 3 1 3 3 2 2 3 1 2 2 3 3 4 2
3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 1 3 2 2 3 3 2 4 3 3
3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 2 2 4 4 3
3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 2 2 1 3 4 3 3
4 3 2 3 4 4 3 4 4 3 1 1 2 4 3 3 3 3 2 4 4 3
3 3 1 4 2 4 3 4 3 3 2 2 3 4 2 2 4 2 2 4 4 3
3 3 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 1 3 2 2 4 4 3
3 3 4 4 3 3 4 4 4 1 2 3 2 2 4 3 4 3 1 4 4 3
3 3 2 3 2 1 1 2 1 3 2 2 3 2 3 2 1 2 3 4 3 3
3 3 2 3 4 3 3 4 3 2 2 4 2 1 3 2 3 3 2 4 4 3
3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 2 2 3 3 2 2 2 1 3 4 4 3
3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 2 4 3 3
2 3 3 4 3 4 3 4 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
Total skor 52 51 48 52 54 52 49 62 58 45 44 47 43 51 48 38 45 37 39 66 63 50
LAMPIRAN 10
Tabel Hasil Regresi dan Korelasi
Correlations Kompetensi Manajerial Kompetensi Manajerial
Pearson Correlation
Mutu Guru 1
Sig. (2-tailed) N Mutu Guru
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
.631
.002 22
22
**
1
.631
.002 22
22
Lampiran 11
Hasil Reliabilitas Variabel X
Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
Total
% 22
100.0
0
.0
22
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.871
15
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
p1
3.23
.752
22
p2
2.91
.921
22
p3
2.86
.941
22
p5
2.68
.995
22
p6
3.09
.811
22
p7
3.18
.733
22
p8
3.00
.816
22
p9
3.05
.950
22
p10
2.91
.921
22
p11
3.05
.785
22
p12
3.09
.971
22
p14
3.14
.710
22
p15
2.86
.834
22
p16
2.86
.834
22
p17
2.86
.640
22
Lampiran 11
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Item Deleted
p1
41.55
51.784
.487
.865
p2
41.86
49.457
.564
.861
p3
41.91
50.753
.446
.867
p5
42.09
50.182
.457
.867
p6
41.68
50.323
.576
.861
p7
41.59
51.682
.512
.864
p8
41.77
50.755
.532
.863
p9
41.73
49.541
.536
.863
p10
41.86
50.123
.509
.864
p11
41.73
50.970
.537
.863
p12
41.68
49.942
.490
.865
p14
41.64
51.481
.552
.862
p15
41.91
50.563
.536
.862
p16
41.91
50.468
.545
.862
p17
41.91
51.706
.598
.861
Scale Statistics Mean 44.77
Variance 57.613
Std. Deviation 7.590
N of Items 15
LAMPIRAN 12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 22
100.0
0
.0
22
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .867
18
99 Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
p1
3.14
.710
22
p2
2.86
.889
22
p3
3.14
.774
22
p5
3.05
1.090
22
p6
2.91
.811
22
p7
3.09
.811
22
p8
3.09
.868
22
p9
3.23
.752
22
p10
3.23
.752
22
p11
3.41
.666
22
p12
3.18
.588
22
p14
3.00
.756
22
p15
3.00
.690
22
p16
3.23
.752
22
p17
3.27
.631
22
p18
3.05
.722
22
p19
2.86
.941
22
p20
2.64
.790
22
100
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
p1
52.23
55.708
.488
.860
p2
52.50
54.167
.491
.860
p3
52.23
55.041
.500
.860
p5
52.32
53.180
.441
.864
p6
52.45
55.022
.474
.861
p7
52.27
55.160
.462
.861
p8
52.27
54.494
.479
.861
p9
52.14
55.171
.506
.859
p10
52.14
55.742
.452
.861
p11
51.95
56.236
.471
.861
p12
52.18
56.251
.542
.859
p14
52.36
55.481
.474
.861
p15
52.36
55.766
.499
.860
p16
52.14
55.361
.488
.860
p17
52.09
56.182
.508
.860
p18
52.32
55.751
.474
.861
p19
52.50
53.881
.479
.861
p20
52.73
54.684
.520
.859
Scale Statistics Mean 55.36
Variance 61.385
Std. Deviation 7.835
N of Items 18
Lampiran 13
Tabel Hasil Uji Validitas Variabel X Correlations p1 p1
Pearson Correlation
p2 1
p10
p11
p12
p13
p14
p15
p16
p17
Totalskor
.100
.304
.362
.031
.474
*
.128
.280
.266
.002
.009
.149
.658
.169
.098
.891
.026
.571
.207
.232
.007
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.521
*
.308
.380
.223
.214
.401
.382
.162
.384
.355
.417
.382
.310
.013
.163
.081
.319
.338
.064
.079
.470
.078
.105
.053
.079
.002 22
.079
.787
.463
.593
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.169
1
.425
*
-.166
.227
Sig. (2-tailed)
.453
.049
.459
**
p9 .318
.453
.613
.543
**
.562
**
.633
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.383
.425
*
1
.054
.104
.454
*
.107
.372
.380
.095
.331
.431
*
-.003
.172
.218
.157
.126
Sig. (2-tailed)
.079
.049
.810
.645
.034
.636
.088
.081
.674
.132
.045
.990
.445
.330
.484
.577
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.061
-.166
.054
1
.252
-.019
-.118
-.069
.140
-.044
-.117
-.074
.104
.086
-.006
-.141
-.184
.093
Sig. (2-tailed)
.787
.459
.810
.259
.934
.599
.761
.535
.845
.604
.745
.647
.703
.978
.532
.413
.679
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.165
.227
.104
.252
1
.451
*
.149
.176
.369
.331
.263
.229
.070
.401
**
.117
.303
Sig. (2-tailed)
.463
.310
.645
.259
.035
.509
.434
.091
.133
.237
.306
.757
.064
.002
.603
.171
.004
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.121
.521
.454
*
-.019
.451
*
1
.371
.431
*
.365
.267
.217
.352
-.255
.143
**
.160
.300
Sig. (2-tailed)
.593
.013
.034
.934
.035
.089
.045
.095
.231
.331
.109
.253
.526
.004
.477
.174
.003
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.308
.107
-.118
.149
.371
1
**
.124
.237
.399
.243
-.176
.225
.276
.432
*
.360
N
N p7
p8 **
.121
N
p6
p7
.165
N
p5
p6
.061
N
p4
p5
.383
N
p3
p4
.169
Sig. (2-tailed)
p2
p3
Pearson Correlation
.613
*
.637
.634
.583
**
.539
**
.584
**
.606
**
.540
Sig. (2-tailed)
.002
.163
.636
.599
.509
.089
.001
.581
.288
.066
.275
.433
.315
.213
.044
.100
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.380
.372
-.069
.176
.431
**
1
.184
.190
.446
*
.000
.070
.246
.000
.009
.081
.088
.761
.434
.045
.001
.412
.397
.038
1.000
.758
.269
1.000
.002
.033
.003
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.318
.223
.380
.140
.369
.365
.124
.184
1
**
.189
.356
-.019
.414
.309
.369
.246
Sig. (2-tailed)
.149
.319
.081
.535
.091
.095
.581
.412
.003
.401
.103
.933
.056
.162
.091
.270
.002
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.100
.214
.095
-.044
.331
.267
.237
.190
**
1
.335
.223
.039
.457
*
.231
Sig. (2-tailed)
.658
.338
.674
.845
.133
.231
.288
.397
.003
.127
.320
.862
.033
.301
.009
.009
.004
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.304
.401
.331
-.117
.263
.217
.399
.446
*
.189
.335
1
.119
.338
.159
.374
.519
Sig. (2-tailed)
.169
.064
.132
.604
.237
.331
.066
.038
.401
.127
.597
.123
.479
.087
.013
.005
.002
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.362
.382
.431
*
-.074
.229
.352
.243
.000
.356
.223
.119
1
-.213
.533
**
.075
.251
Sig. (2-tailed)
.098
.079
.045
.745
.306
.109
.275
1.000
.103
.320
.597
.342
.011
.003
.741
.260
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.031
.162
-.003
.104
.070
-.255
-.176
.070
-.019
.039
.338
-.213
1
.004
.065
.269
.085
.169
Sig. (2-tailed)
.891
.470
.990
.647
.757
.253
.433
.758
.933
.862
.123
.342
.987
.774
.225
.708
.453
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
1
.274
.355
.357
.217
.105
.102
.002 22
N p8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
p9
N p10
N p11
N p12
N p13
N p14
*
.637
.604
.604
*
.604
.630
.541
**
**
*
.456
*
**
.544
**
.582
Pearson Correlation
.474
*
.384
.172
.086
.401
.143
.225
.246
.414
.457
*
.159
.533
*
.004
Sig. (2-tailed)
.026
.078
.445
.703
.064
.526
.315
.269
.056
.033
.479
.011
.987
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.128
.355
.218
-.006
**
.276
.000
.309
.231
.374
**
.065
.274
1
.109
.321
Sig. (2-tailed)
.571
.105
.330
.978
.004
.213
1.000
.162
.301
.087
.003
.774
.217
.629
.146
N p15
.543
.634
**
.002
.583
.604
**
.598
**
.626
**
.586
**
.623
**
.544
**
.616
**
.609
.003
N p16
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.280
.417
.157
-.141
.117
.160
.432
Sig. (2-tailed)
.207
.053
.484
.532
.603
.477
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.266
.382
.126
-.184
Sig. (2-tailed)
.232
.079
.577
22
22
N p17
N Totalsk Pearson Correlation or
Sig. (2-tailed) N
**
.562
**
.633
22
22
**
.369
.044
.002
.091
22
22
22
22
.303
.300
.360
.456
*
.246
.413
.171
.174
.100
.033
.270
22
22
22
22
22
22
22
**
.093
.539
.584
**
**
.606
*
**
.540
.630
**
.598
**
.626
22
22
22
22
22
22
22
.519
*
.075
.269
.355
.109
1
.009
.013
.741
.225
.105
.629
22
22
22
22
22
22
**
.251
.085
.357
.321
.009
.005
.260
.708
.102
.146
.004
22
22
22
22
22
22
22
**
.169
.541
.544
.586
**
**
**
.582
.623
**
.544
**
.616
**
.609
22 **
.589
.002
22
22
22
**
1
.589
.624
**
**
.629
.002 22
22
**
1
.629
.002
.010
.679
.004
.003
.009
.003
.002
.004
.002
.009
.453
.002
.003
.002
.002
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**
.624
.004
.007
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
22
22
Correlations p1 Spearman's rho
p1
Correlation Coefficient
p2
p4
p5
p6
.169 .470
*
.020
.150
.190 .616
.
.451
.027
.931
.504
.397
22
22
22
22
22
*
-.142
1.000
Sig. (2-tailed) N p2
p11
p12
.530
*
.399
.128
.409
.002
.011
.066
.570
22
22
22
22
22
.234 .435
*
.340
.309
.254
.252 .426
.469
**
p15
p16
p17
.288 -.021 .451
*
.143
.249
.158
.510
.059
.193
.927
.035
.527
.263
.483
.015
22
22
22
22
22
22
22
22
*
.207
.398
.340
.384
.278
*
p13
p14
Totalskor *
.049
.527
.294
.043
.122
.161
.253
.259
.048
.028
.355
.066
.121
.078
.210
.003
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*
-.066
.216
.268
.200
.180
*
*
*
.597
**
.
Correlation Coefficient
.470
.424 1.000
.065
.128
.393
.178 .472
.463
*
.174
.334 .438
Sig. (2-tailed)
.027
.049
.
.774
.571
.070
.429
.027
.030
.437
.129
.041
.772
.333
.227
.373
.424
.005
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.579
**
Correlation Coefficient
.020 -.142
.065 1.000
.284 -.005 -.069
.022
.237 -.021 -.176 -.079
.071
.127
.087 -.104 -.086
.104
Sig. (2-tailed)
.931
.527
.774
.
.201
.981
.761
.923
.288
.926
.433
.728
.754
.574
.700
.646
.703
.646
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Correlation Coefficient
.150
.234
.128
.284 1.000 .494
*
.186
.164 .494
*
.281
.216
.189
.089 .426 .648
*
**
.115
.289
Sig. (2-tailed)
.504
.294
.571
.201
.
.019
.407
.465
.019
.205
.333
.399
.694
.048
.001
.611
.192
.001
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.462
*
.293
.246
.275 -.268
.194 .640
**
.179
.388
.043
.070
.981
.019
.
.026
.012
.030
.186
.270
.216
.227
.388
.001
.426
.074
.001
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.340
.178 -.069
.186 .474 1.000 .608
**
.226
.270 .429
.237 -.188
.264
.295
.406
.291
.445
.002
.122
.429
.761
.407
.026
.
.003
.311
.225
.046
.289
.403
.235
.182
.061
.189
.038
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Sig. (2-tailed)
.397
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.616
*
*
*
*
**
.527
.190 .435
*
.654
.393 -.005 .494 1.000 .474
Correlation Coefficient
N p7
p10
.451
N p6
p9
Sig. (2-tailed)
N p5
p8
.169 1.000 .424
N p4
p7
Correlation Coefficient
N p3
p3
*
.655
**
*
p8
Correlation Coefficient
.530
.309 .472
*
.022
.164 .527 .608
Sig. (2-tailed)
.011
.161
.027
.923
22
22
22
22
N p9
.391
.038
.027
.205
.043 .567
**
.302
.537
.465
.012
.003
.
.192
.356
.072
.867
.906
.361
.850
.006
.172
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.462
*
.226
.289 1.000 .609
**
.266
.324 -.056 .437
.435
*
.376
.343
*
*
*
.253
.030
.288
.019
.030
.311
.192
.
.003
.231
.141
.804
.042
.043
.085
.118
.000
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Correlation Coefficient
.128
.252
.174 -.021
.281
.293
.270
.207 .609
**
1.000
.336
.281
.055 .484
.275 .572
Sig. (2-tailed)
.570
.259
.437
.926
.205
.186
.225
.356
.003
.
.126
.205
.808
.022
.215
.005
.007
.003
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.334 -.176
.216
.246 .429
*
.391
.266
.336 1.000
.165
.355
.179
.379 .510 .560
*
**
.503
*
*
**
**
.561
.780
**
.066
.596
**
*
Correlation Coefficient
.409 .426
Sig. (2-tailed)
.059
.048
.129
.433
.333
.270
.046
.072
.231
.126
.
.463
.105
.425
.082
.015
.007
.017
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.438
*
-.079
.189
.275
.237
.038
.324
.281
.165 1.000 -.175 .595
**
.189
.295
.527
*
**
.288 .469
Sig. (2-tailed)
.193
.028
.041
.728
.399
.216
.289
.867
.141
.205
.463
.
.437
.003
.005
.400
.182
.012
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.207 -.066
.071
.089 -.268 -.188
.027 -.056
.055
.355 -.175 1.000
.022
.035
.296
.081
.103
.927
.355
.772
.754
.694
.227
.403
.906
.804
.808
.105
.437
.
.924
.878
.182
.720
.647
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*
.194
.264
.205 .437
.484
.179 .595
.022 1.000
.315
.334
.315
Correlation Coefficient
-.021
Correlation Coefficient
.451
*
.398
.216
.127 .426
Sig. (2-tailed)
.035
.066
.333
.574
.048
.388
.235
.361
.042
.022
.425
.003
.924
.
.153
.129
.153
.002
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Correlation Coefficient
.143
.340
.268
.087 .648
**
.295
.043 .435
*
.275
.379 .574
**
.035
.315 1.000
.122
.421
Sig. (2-tailed)
.527
.121
.227
.700
.001
.001
.182
.850
.043
.215
.082
.005
.878
.153
.
.588
.051
.001
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
N
N
**
.640
*
*
**
.574
*
Correlation Coefficient
N
p15
.207
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
p14
.289
.237 .494
N p13
1.000
.254 .463
N p12
**
.399
N p11
*
*
Correlation Coefficient
N p10
*
.613
.635
**
**
p16
Correlation Coefficient
.249
.384
.200 -.104
.115
.179
.406 .567
.376 .572
.510
*
.189
.296
.334
.122 1.000 .495
Sig. (2-tailed)
.263
.078
.373
.646
.611
.426
.061
.006
.085
.005
.015
.400
.182
.129
.588
.
.019
.008
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Correlation Coefficient
.158
.278
.180 -.086
.289
.388
.291
.302
.343 .561
**
.295
.081
.315
.421 .495 1.000
Sig. (2-tailed)
.483
.210
.424
.703
.192
.074
.189
.172
.118
.007
.007
.182
.720
.153
.051
.019
.
.005
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*
**
**
1.000
.015
.003
.005
.646
.001
22
22
22
22
22
N p17
N Total Correlation Coefficient skor
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.510 .597
**
.579
**
.104 .654
**
**
**
.445
.537 .780
*
**
.001
.038
.010
.000
22
22
22
22
.655
*
**
**
.596
.560
*
*
**
.103 .613
*
*
**
.635
**
.548
.579
.548
.579
**
**
.503
.527
.003
.017
.012
.647
.002
.001
.008
.005
.
22
22
22
22
22
22
22
22
22
LAMPIRAN 14 Hasil Uji Validitas Variabel Y Correlations p1 p1
p2
p3
p4
.408
.398
.361 -.022
.353 -.023
.059
.067
.099
.922
.107
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.408
1
.236
.400 -.177
.312
.216 .449
Sig. (2-tailed)
.059
.291
.065
.431
.157
22
22
22
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N p2
N p3
22
22
22
Pearson Correlation
.398
.236
1
Sig. (2-tailed)
.067
.291
22
22
Pearson Correlation
.361
Sig. (2-tailed)
N p4
N p5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
p6
p6
p7
**
p8
p9
p10
p11
p14
p15
p16
p17
p18
p19
p20
.288 .474
*
.207
.178 -.065 .622
**
.266
.194
.385
.126
.080
.172
.178
.921
.194
.026
.356
.427
.774
.002
.231
.386
.077
.578
.723
.445
.429
.007
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*
.049
.334
.179 -.150
.323
.213
.078
.191
.154
.307
.261 .469
.334
.036
.830
.129
.425
.506
.143
.342
.731
.394
.493
.165
.240
.028
.007
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*
**
.554
**
.554
.407
.178
.271
.408
.329
.157
.319
.025
.107
.541
.752
.339
.029
.060
.427
.222
.060
.135
.484
.148
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.382
.264
.398
.336 .452
.170 -.197
.283
.173 .443
*
.161
.120 -.003
.006
.186
.655
.079
.234
.067
.127
.035
.450
.380
.201
.440
.039
.474
.596
.990
.978
.407
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.101
1
.048
.058 -.145 -.303 -.073 -.071 .602
**
-.281
.114 -.125 -.188 -.324
.033
.017 -.020
-.010
.830
.797
.520
.170
.746
.754
.003
.206
.612
.578
.401
.141
.885
.941
.930
.964
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.641
.274
.008
.203
22
22
22
22
.400
.105
1
.101
.099
.065
.641
22
22
22
-.022 -.177 -.244 .922
.431
.274
.655
22
22
22
22
22
22 1
.312 .551
**
.382
.048
Sig. (2-tailed)
.107
.157
.008
.079
.830
22
22
22
22
22
22
-.023
.216
.283
.264
.058
.303
1 .461
.921
.334
.203
.234
.797
.171
.031
Sig. (2-tailed)
Totskor
*
.353
Pearson Correlation
p13
.071 -.214 .466
.283 .477
*
p12
.353 -.138
.105 -.244 .551
Pearson Correlation
N p7
p5
.303 .689
**
*
.192 -.043 -.016 -.134
.236 .544
**
.170
.114
.330
.089
.045
.169
**
.540
**
.543
**
.549
.171
.000
.393
.851
.944
.552
.291
.009
.449
.615
.134
.695
.841
.452
.008
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.121 -.036
.192 -.087
.063
.155 .425
*
.121
.228 .480 .641
*
**
.351
.593
.391
.779
.490
.048
.593
.307
.024
.001
.109
*
.875
.700
**
.543
.009
N p8
22 *
22 *
22
22
22 **
22
22
22
*
1
.113
.040 -.067 -.219
.246 .435
.617
.860
.766
.327
.270
22
22
22
22
Pearson Correlation
.288 .449
.477
.398 -.145 .689
.461
Sig. (2-tailed)
.194
.036
.025
.067
.520
.000
.031
22
22
22
22
22
22
22
22
22 1
N p9
22
Pearson Correlation
.474
*
.049
.353
.336 -.303
.192
.121
.113
Sig. (2-tailed)
.026
.830
.107
.127
.170
.393
.593
.617
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.073 -.043 -.036
.040
.326
N
*
22
22
**
.326 .566
22
22
**
-.235 .548
22
22
22
22
22
22
22
.318 -.033
.213
.145
.133
.120
.536
.043
.149
.883
.340
.520
.557
.595
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
*
.365
.156
.046
.226
.537
*
22
.168 .551
**
.494
*
*
.139
.006
.292
.008
.456
.008
.019
.095
.490
.839
.312
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.163
.333
.335
.367
.410
.365
.243
.315
.306
.006
.469
.130
.127
.093
.058
.095
.275
.153
.166
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
1
.061
.287
.284
.414 .566
**
.288
.355
.321
.296
.787
.195
.201
.055
.006
.193
.105
.145
.181
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.158 -.260
.083 -.146
.034
.113 -.096
.009
.207
.334 -.138 .452
Sig. (2-tailed)
.356
.129
.541
.035
.746
.851
.875
.860
.139
22
22
22
22
22
22
22
22
22
p11 Pearson Correlation
.178
.179
.071
.170 -.071 -.016
.192 -.067 .566
Sig. (2-tailed)
.427
.425
.752
.450
.754
.944
.391
.766
.006
.006
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.134 -.087 -.219 -.235
.163
.061
1 -.139 .539
.482
.243
.713
.516
.881
.618
.670
.969
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
1
.321
.352
.225
.117
.204
.219
.354
.145
.108
.314
.605
.363
.328
.106
.006
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.251
.299
.000
.134
.080
.008
.259
.176 1.000
.552
.724
.005
22
22
22
22
22
22
22
22
**
1
.367
.219
.000
.147
.000
.535
N
N p12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-.065 -.150 -.214 -.197 .602
**
**
1 .566
**
p10 Pearson Correlation
.566
.774
.506
.339
.380
.003
.552
.700
.327
.292
.469
.787
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.323 .466
.283 -.281
.236
.063
.246 .548
**
.333
.287 -.139
.002
.143
.029
.201
.206
.291
.779
.270
.008
.130
.195
.539
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
p14 Pearson Correlation
.266
.213
.407
.173
.114 .544
.155 .435
*
.168
.335
.284
.158
.321
Sig. (2-tailed)
.231
.342
.060
.440
.612
.009
.490
.043
.456
.127
.201
.482
.145
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.194
.078
*
-.125
**
.367
N p13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N p15 Pearson Correlation
**
.622
*
.178 .443
**
*
.170 .425
.318 .551
.414 -.260
1 .548
.352 .548
.545
**
.544
**
.567
**
.578
*
Sig. (2-tailed)
.386
.731
.427
.039
.578
.449
.048
.149
.008
.093
.055
.243
.108
.008
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
p16 Pearson Correlation
.385
.191
.271
.161 -.188
.114
.121 -.033 .494
.410 .566
**
.083
.225
.251
.367
Sig. (2-tailed)
.077
.394
.222
.474
.401
.615
.593
.883
.019
.058
.006
.713
.314
.259
.093
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
p17 Pearson Correlation
.126
.154
.408
.120 -.324
.330
.228
.213
.365
.365
.288 -.146
.117
.299
.219 .465
Sig. (2-tailed)
.578
.493
.060
.596
.141
.134
.307
.340
.095
.095
.193
.516
.605
.176
.328
.029
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
p18 Pearson Correlation
.080
.307
.329 -.003
.033
.089 .480
*
.145
.156
.243
.355
.034
.204
.000
.000
Sig. (2-tailed)
.723
.165
.135
.990
.885
.695
.024
.520
.490
.275
.105
.881
.363 1.000 1.000
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
p19 Pearson Correlation
.172
.261
.157
.006
.017
.045 .641
**
.133
.046
.315
.321
.113
.219
Sig. (2-tailed)
.445
.240
.484
.978
.941
.841
.001
.557
.839
.153
.145
.618
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.178 .469
*
.319
.186 -.020
.169
.351
.120
.226
.429
.028
.148
.407
.930
.452
.109
.595
22
22
22
22
22
22
22
22
N
N
N
N
N p20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tots Pearson Correlation kor Sig. (2-tailed) N
**
.554
**
.554
**
.540
**
**
-.010 .549
**
.543
.536
*
22
.328 1.000
.515 1.000
22
22
22
1 .465
*
.243
.383
.226
.029
.275
.079
.312
.007
22
22
22
22
22
1 .494
*
.386
.304
.535
.019
.076
.169
.010
22
22
22
22
22 *
22 *
.243 .494
**
1 .710
.275
.019
22
22
22
.134
.147
.383
.386 .710
.328
.552
.515
.079
.076
.000
22
22
22
22
22
22
22
.306
.296 -.096
.354
.080
.000
.226
.304 .698
.312
.166
.181
.670
.106
.724 1.000
.312
.169
.000
.001
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*
**
*
**
*
**
.537 .545
**
.544
**
.009 .567
22 **
.578
.535 .561
22 **
**
.535 .556
.698
**
**
.561
*
**
.556
.000
.007
22
22
22
1 .635
**
**
.589
.001
.004
22
22
22
**
1
.635
**
.589
**
.588
.004 22
22
**
1
.588
.010
.009
.964
.008
.009
.010
.010
.009
.009
.969
.006
.005
.010
.007
.010
.007
.004
.004
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
22
.000
.007
tailed).
.010
22
.007
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-
tailed).
.543
*
.093
22
104 Correlations p1 p1
p2
p3
p4
.408
.398
.361 -.022
.353 -.023
.059
.067
.099
.922
.107
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.408
1
.236
.400 -.177
.312
Sig. (2-tailed)
.059
.291
.065
.431
22
22
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N p2
N p3
22
22
22
Pearson Correlation
.398
.236
1
Sig. (2-tailed)
.067
.291
22
22
Pearson Correlation
.361
Sig. (2-tailed)
N p4
N p5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
p6
p6
p7
p14
p15
p16
p17
p18
p19
p20
.178 -.065 .622
**
.266
.194
.385
.126
.080
.172
.178
.356
.427
.774
.002
.231
.386
.077
.578
.723
.445
.429
.007
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.216 .449
*
.049
.334
.179 -.150
.323
.213
.078
.191
.154
.307
.261 .469
.157
.334
.036
.830
.129
.425
.506
.143
.342
.731
.394
.493
.165
.240
.028
.007
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
*
.407
.178
.271
.408
.329
.157
.319
**
p8
p9
p10
p11
.288 .474
*
.207
.921
.194
.026
22
22
*
Totskor
*
.554
.554
**
**
.071 -.214 .466
.641
.274
.008
.203
.025
.107
.541
.752
.339
.029
.060
.427
.222
.060
.135
.484
.148
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.400
.105
1
.101
.382
.264
.398
.336 .452
.170 -.197
.283
.173 .443
*
.161
.120 -.003
.006
.186
.099
.065
.641
.655
.079
.234
.067
.127
.035
.450
.380
.201
.440
.039
.474
.596
.990
.978
.407
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.022 -.177 -.244
.101
1
.048
.058 -.145 -.303 -.073 -.071 .602
**
-.281
.114 -.125 -.188 -.324
.033
.017 -.020
-.010
.830
.797
.520
.170
.746
.754
.003
.206
.612
.578
.401
.141
.885
.941
.930
.964
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.170
.114
.330
.089
.045
.169
.922
.431
.274
.655
22
22
22
22
22
22 1
**
.382
.048
**
Sig. (2-tailed)
.107
.157
.008
.079
.830
22
22
22
22
22
22
-.023
.216
.283
.264
.058
.303
1 .461
.921
.334
.203
.234
.797
.171
.031
*
.540
**
.353 -.138
.312 .551
Sig. (2-tailed)
p13
.283 .477
.353
Pearson Correlation
p12
.105 -.244 .551
Pearson Correlation
N p7
p5
.543
**
.303 .689
.192 -.043 -.016 -.134
.236 .544
.171
.000
.393
.851
.944
.552
.291
.009
.449
.615
.134
.695
.841
.452
.008
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.121 -.036
.192 -.087
.063
.155 .425
*
.121
.228 .480 .641
*
**
.351
.593
.391
.779
.490
.048
.593
.307
.024
.001
.109
*
.875
.700
.549
**
.543
**
.009
N p8
.477
Sig. (2-tailed)
.194
.036
22
22
22
*
1
.113
.040 -.067 -.219
.617
.860
.766
22
22
.398 -.145 .689
.461
.025
.067
.520
.000
.031
22
22
22
22
22
22
22
22 1
.353
.336 -.303
.192
.121
.113
Sig. (2-tailed)
.026
.830
.107
.127
.170
.393
.593
.617
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.073 -.043 -.036
.040
.326
*
22
22
.326 .566
**
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.246 .435
.318 -.033
.213
.145
.133
.120
.536
.327
.270
.043
.149
.883
.340
.520
.557
.595
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.494
*
.365
.156
.046
.226
.537
*
**
-.235 .548
22
.168 .551
**
*
*
.139
.006
.292
.008
.456
.008
.019
.095
.490
.839
.312
.010
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.163
.333
.335
.367
.410
.365
.243
.315
.306
.006
.469
.130
.127
.093
.058
.095
.275
.153
.166
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**
1
.061
.287
.284
.414 .566
**
.288
.355
.321
.296
.787
.195
.201
.055
.006
.193
.105
.145
.181
.009
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.158 -.260
.083 -.146
.034
.113 -.096
.009
.207
.334 -.138 .452
Sig. (2-tailed)
.356
.129
.541
.035
.746
.851
.875
.860
.139
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.178
.179
.071
.170 -.071 -.016
.192 -.067 .566
Sig. (2-tailed)
.427
.425
.752
.450
.754
.944
.391
.766
.006
.006
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
-.134 -.087 -.219 -.235
.163
.061
1 -.139 .539
.482
.243
.713
.516
.881
.618
.670
.969
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
1
.321
.352
.225
.117
.204
.219
.354
.145
.108
.314
.605
.363
.328
.106
.006
22
22
22
22
22
22
22
22
**
.251
.299
.000
.134
.080
.008
.259
.176 1.000
.552
.724
.005
22
22
22
22
22
22
22
22
**
1
.367
.219
.000
.147
.000
.535
Pearson Correlation
Pearson Correlation
**
-.065 -.150 -.214 -.197 .602
**
1 .566
.566
.774
.506
.339
.380
.003
.552
.700
.327
.292
.469
.787
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.283 -.281
.236
.063
.246 .548
**
.333
.287 -.139
**
.622
.323 .466
*
.002
.143
.029
.201
.206
.291
.779
.270
.008
.130
.195
.539
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.266
.213
.407
.173
.114 .544
.155 .435
*
.168
.335
.284
.158
.321
Sig. (2-tailed)
.231
.342
.060
.440
.612
.009
.490
.043
.456
.127
.201
.482
.145
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
.194
.078
*
-.125
**
.367
N
N Pearson Correlation
.178 .443
**
.170 .425
*
.318 .551
.414 -.260
1 .548
.352 .548
.545
**
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
p15
**
22
.049
N
p14
22
*
Sig. (2-tailed)
p13
22
.474
N p12
*
22
Pearson Correlation
N p11
*
22
.288 .449
N p10
22
Pearson Correlation
N p9
22
.544
.567
.578
**
**
**
*
Sig. (2-tailed)
.386
.731
.427
.039
.578
.449
.048
.149
.008
.093
.055
.243
.108
.008
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.385
.191
.271
.161 -.188
.114
.121 -.033 .494
.410 .566
**
.083
.225
.251
.367
Sig. (2-tailed)
.077
.394
.222
.474
.401
.615
.593
.883
.019
.058
.006
.713
.314
.259
.093
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.126
.154
.408
.120 -.324
.330
.228
.213
.365
.365
.288 -.146
.117
.299
.219 .465
Sig. (2-tailed)
.578
.493
.060
.596
.141
.134
.307
.340
.095
.095
.193
.516
.605
.176
.328
.029
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.080
.307
.329 -.003
.033
.089 .480
*
.145
.156
.243
.355
.034
.204
.000
.000
Sig. (2-tailed)
.723
.165
.135
.990
.885
.695
.024
.520
.490
.275
.105
.881
.363 1.000 1.000
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Pearson Correlation
.172
.261
.157
.006
.017
.045 .641
**
.133
.046
.315
.321
.113
.219
Sig. (2-tailed)
.445
.240
.484
.978
.941
.841
.001
.557
.839
.153
.145
.618
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
N p16
N p17
N p18
N p19
N p20
22
.328 1.000
.515 1.000
22
22
22
1 .465
*
.243
.383
.226
.029
.275
.079
.312
.007
22
22
22
22
22
1 .494
*
.386
.304
.535
.019
.076
.169
.010
22
22
22
22
22 *
22 *
.243 .494
1 .710
.275
.019
22
22
22
.134
.147
.383
.386 .710
.328
.552
.515
.079
.076
.000
22
22
22
22
22
22
22
22 **
1 .635
22
22
**
1
.354
.080
.000
.226
.304 .698
Sig. (2-tailed)
.429
.028
.148
.407
.930
.452
.109
.595
.312
.166
.181
.670
.106
.724 1.000
.312
.169
.000
.001
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
Sig. (2-tailed) N
**
-.010 .549
.543
**
.536
*
.537 .545
*
**
.544
**
**
.009 .567
.578
**
.535 .561
*
**
.535 .556
*
**
.635
.589
**
**
22
22
**
1
.588
.007
.010
.009
.964
.008
.009
.010
.010
.009
.009
.969
.006
.005
.010
.007
.010
.007
.004
.004
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
22
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.588
.004
.007
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**
22
.296 -.096
**
.589
.004
.306
.543
**
.001
.226
**
**
22
.120
.540
.556
22
.351
**
*
22
.169
.554
**
.007
.186 -.020
**
**
.561
.000
.319
.554
.698
22
.000
*
Pearson Correlation
**
**
.178 .469
22
.010
22
Pearson Correlation
N Totskor
*
.093
22
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
P1 4 3 3 4 2 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4
P2 3 3 3 3 3 3 2 5 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 4 4 3
P3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 1 3 3 4 4 3 3 4 4 3
P4 4 1 3 3 2 3 4 3 4 4 1 4 4 1 2 2 4 4 3 4 4 3
P5 3 3 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
P6 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 1 2 3 3 4 2 3 4 4 3
P7 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 2 4 2 2 2 3 4 4 3 4 2 3
P8 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 1 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4
P9 3 3 4 4 2 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 2
P10 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 2 2 4 2 4 4 3
P11 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3
P12 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 2 1 3 2 4 3 3
P13 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3
P14 3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3
P15 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 2
P16 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 1 4 4 3
P17 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3
P18 2 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3
P19 2 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2 3 2 2 2 3 3 4 1 4 2 4
P20 2 3 4 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 4 3 3
Total 60 61 61 62 58 64 59 69 71 58 45 67 51 55 50 57 66 67 48 74 71 61
No. P1 1 4 2 3 3 3 4 4 5 2 6 3 7 2 8 4 9 3 10 3 11 2 12 4 13 3 14 3 15 3 16 3 17 4 18 3 19 2 20 3 21 4 22 4 Total 69 Mean 3,83
P2 3 3 3 3 3 3 2 5 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 4 4 3 63 3,50
P3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 1 3 3 4 4 3 3 4 4 3 69 3,83
P5 4 1 3 3 2 3 4 3 4 4 1 4 4 1 2 2 4 4 3 4 4 3 67 3,72
P6 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 1 2 3 3 4 2 3 4 4 3 64 3,56
P7 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 2 4 2 2 2 3 4 4 3 4 2 3 68 3,78
P8 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 1 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4 68 3,78
P9 3 3 4 4 2 3 4 4 4 3 2 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 2 71 3,94
P11 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 2 3 4 3 3 2 2 4 2 4 4 3 71 3,94
P12 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3 75 4,17
P14 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 70 3,89
P15 3 3 1 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 66 3,67
P16 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 2 66 3,67
P17 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 1 4 4 3 71 3,94
P18 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 4 4 3 72 4,00
P19 2 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 3 67 3,72
P20 2 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2 3 2 2 2 3 3 4 1 4 2 4 63 3,50
P21 Total 2 54 3 55 4 57 3 56 3 52 2 58 2 55 3 67 4 66 3 53 2 39 2 61 2 45 2 48 1 46 3 53 3 62 2 61 2 43 4 67 3 65 3 55 58 1218 3,22 67,67