HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Kependidikan Islam
Oleh: DEWI ISTIANA (073311029)
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Dewi Istiana
NIM
: 073311029
Jurusan
: Kependidikan Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 22 Desember 2011 Saya yang menyatakan,
Dewi Istiana NIM. 073311029
ii
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 5 Desember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG Nama : Dewi Istiana NIM : 073311029 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Fatkurroji, M.Pd NIP: 19771130 200701 1 032
iv
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 5 Desember 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU DI SDIT CAHAYA BANGSA MIJEN SEMARANG Nama : Dewi Istiana NIM : 073311029 Jurusan : Kependidikan Islam Program Studi : Kependidikan Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Drs. Wahyudi, M.Pd
v
ABSTRAK
Judul : Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang Penulis : Dewi Istiana Nim : 073311029
Skripsi ini membahas hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesional mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Kajiannnya dilatar belakangi oleh begitu pentingnya keberadaan guru dan kepala sekolah dalam proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dan bagaimana cara kepala sekolah dalam berinteraksi dengan bawahan sangat mempengaruhi akan berhasil atau tidaknya sekolah yang dipimpinnya, serta turut mempengaruhi profesionalitas mengajar guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Ada atau tidaknya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru, 2) Seberapa besar hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Penelitian ini menggunakan metode angket, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian sebanyak 21 responden, menggunakan teknik populasi. Pengumpulan instrumen untuk menjaring data x dan y. Dapat penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik data statistik. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis product moment. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: Terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen, ditunjukkan oleh koefisien korelasi r xy = 0,468, kemudian dikonsultasikan dengan harga rtabel pada taraf signifikan 5% = 0,433. artinya rhitung lebih besar dari pada rtabel menunjukkan korelasi antara x dan y signifikan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang dengan tingkat kontribusi sebesar 21,9%. Hasil penelitin ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, seluruh lembaga pendidikan, guru dan kepala sekolah khususnya.
vi
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyiroh:6)
vii
PERSEMBAHAN Seiring berjalannya waktu, telah jauh langkah yang kutempuh, rasa syukur yang dalam tercurah kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan kebahagiaan kepada hamba-Nya, telah banyak do’a, harapan, kasih sayang dan dorongan. Yang mengenang dikalbu, dengan segenap rasa dan asa, kupersembahkan skripsi ini yang tidak mungkin usai tanpa mereka yang telah mendorong penulis untuk segera menyelesaikannya. Bagi penulis, mereka adalah “mentari” yang terus memberi cahaya dan semangat dalam hidup, dan untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan salam silaturahmi untuk mereka semua. Skripsi ini penulis persembahkan untuk mereka... 1. Ayah dan Bundaku tercinta (Bp. Sodri & Ibu Partini), yang selalu mengisi relung hati dan derai darahku dengan cinta dan kasih sayang, yang telah mengajariku tentang arti kehidupan, mereka yang tak akan pernah dapat tergantikan dengan apapun, atas segala pengorbanan harta, jiwa dan dorongan semangatnya. Terimakasih atas doa dan pengorbanan yang tak terhingga selama ini, semoga karya ini menjadi wujud baktiku kepadanya. 2. Kakakku tersayang (Sulis), yang selama ini telah memberikan semangat serta dukungan moril maupun real hingga akhir studiku. 3. Adikku tersayang (Lukman), dia adalah alasanku untuk dewasa 4. Mon Amour (Nizar Rizky), yang selalu memotivasi dan membuat penulis terpacu untuk menyelesaikan naskah ini, dia yang telah mendewasakanku untuk lebih bisa memaknai arti kehidupan, pengorbanan, kasih sayang dan keikhlasan. Terimakasih telah mewarnai jalanku dalam proses pembuatan skripsi ini. 5. Sahabat-sahabat KI-07, persahabatan yang kalian berikan telah mengajariku arti kebersamaan dan pertolongan. Terimakasih untuk semuanya. Semoga Allah senantiasa meneguhkan ukhuwah di antara kita. 6. Rekan seperjuangan fakultas tarbiyah angkatan 2007. 7. Almamaterku tercinta, IAIN Walisongo Semarang.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Profesionalitas Mengajar Guru Di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang pada Program Sarjana 1 Jurusan Kependidikan Islam IAIN Walisongo Semarang. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umat dari alam kegelapan menuju alam yang penuh dengan nur Islam. Penulis yakin bahwa skripsi tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa rahmat Allah Swt., serta bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara material maupun spiritual. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada: 1. Bapak Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Dr. Mustofa Rahman, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Kependidikan Islam 3. Bapak Fatkurroji, M.Pd sebagai pembimbing I (Bidang Materi) dan Bapak Drs. Wahyudi, M.Pd sebagai pembimbing II (Bidang Metodologi). 4. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 5. Bapak Kepala sekolah dan Ibu Ari selaku waka sekolah bagian kepegawaian di SDIT Cahaya Bangsa. 6. Semua pihak dan seluruh rekan seperjuangan KI 2007 dan teman-teman Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo angkatan 2007, atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang secara tidak langsung turut membantu penyusunan skripsi ini.
ix
Kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah khairan katsiran“. Semoga amal baiknya di terima dan di lipat gandakan oleh Allah SWT. Jauh dari pada itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini kurang mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangsih dari pembaca berupa kritik dan saran yang membangun guna bisa tercapainya penyusunan karya lain di kemudian hari. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amin
Semarang,22 Desember 2011 Penulis,
Dewi Istiana
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................
ii
PENGESAHAN ......................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ...........................................................................
iv
ABSTRAK .............................................................................................
vi
MOTTO ..................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ....................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .............................................................................
ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang
.................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ................................................................
5
BAB II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ......................................................................
6
B. Kerangka Teoritik .................................................................
7
1. Profesionalitas Mengajar Guru ........................................
7
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ......................................
17
C. Rumusan Hipotesis ............................................................... BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ....................................................................
36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
36
C. Populasi dan Sampel ...........................................................
36
D. Variabel dan Indikator Penelitian .........................................
37
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
38
F. Teknik Analisis Data ...........................................................
41
xi
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SDIT Cahaya Bangsa ..............................
44
B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ..........................................
45
C. Deskriptif Data Hasil Penelitian ............................................
48
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................
60
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
62
B. Saran-Saran .........................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan.1 Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.2 Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.3 Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala 1
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, hlm.293
2
E, Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. hlm. 4. 3
E, Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm. 25.
1
sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah harus mempunyai kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta ketrampilan-ketrampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.4 Dalam Al- Qur’an surat As-Syu’ara ayat 215 Allah berfirman5:
∩⊄⊇∈∪ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$# zÏΒ y7yèt7¨?$# ÇyϑÏ9 y7yn$uΖy_ ôÙÏ÷z$#uρ “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tipe kepala sekolah yang baik adalah kepala sekolah yang mempunyai sifat dan perilaku kepemimpinan yang baik sehingga mampu menciptakan iklim sekolah yang baik dan memberikan kepuasan kerja yang tinggi bagi para guru atau bawahannya. Kepala Sekolah dalam perannya sebagai seorang pemimpin harus mampu mengarahkan orang lain untuk melakukan tug as-tugas yang diinginkannya dan menciptakan profesionalitas para guru dalam bekerja. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya
4
Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan, course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html 5
http://amore-
Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Semarang: CV Al-Waah, 1995) hlm 377.
2
sebagai tenaga professional.6 Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam arti guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan dan menjalankan tugasnya di dalam kelas dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran.7 Guru dalam pandangan masyarakat modern, dipandang sebagai sosok yang memiliki kecakapan keilmuan yang terlatih atau ahli dan dapat melakukan transfer keilmuan kepada orang lain. Guru tak ubahnya sebagai penjual jasa yang dibayar oleh negara atau satuan pendidikan tempat guru mengabdikan diri. Asumsi yang menempatkan guru sebagai tenaga pengajar, melakukan transfer keilmuan belaka. Sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.8 Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik, karena itu tenaga pendidik yang profesional akan melaksanakan tugasnya secara profesional sehingga menghasilkan siswa yang lebih bermutu. Untuk meningkatkan profesionalitas mengajar guru, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan orang yang berperan penting dalam mengatur aktivitas proses belajar mengajar dan kepala sekolah juga bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan segala jenis dan bentuk peraturan atau tata tertib yang harus dilaksanakan baik oleh guru maupun siswa. SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang adalah termasuk SD yang terbilang 6
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 125 7
A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalammengajar.html 8
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 125.
3
baru, karena SD tersebut baru berdiri 6 tahun, meskipun SD tersebut terbilang baru, akreditasi yang diraih pun baik, Oleh karena itu bagaimana cara kepala sekolah dalam berinteraksi dengan bawahan sangat mempengaruhi akan berhasil atau tidaknya sekolah yang dipimpinnya, serta turut mempengaruhi profesionalitas mengajar guru dalam proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga memegang peranan penting karena kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Untuk keperluan tersebut, penulis melakukan penelitian mengenai: “Hubungan Kepemimpinan kepala sekolah dengan Profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang”.
B. Rumusan Masalah Dari judul penelitian yang penulis kemukakan diatas, terdapat permasalahan yang penulis rumuskan yaitu: 1. Adakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa? 2. Seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa 2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa
4
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang dan seberapa besar hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan deskripsi atau gambaran tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menjelaskan isi skripsi dengan menyampaikan beberapa kajian pustaka yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini. Skripsi karya Aliyati Janah 3105111, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2009 dengan judul Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan Tahun 2009/2010,9 dengan hasil studinya memaparkan bagaimana persepsi guru tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan bagaimana pengaruhnya terhadap profesionalisme guru MA Salafiyah. Dalam skripsi Aliyati Janah ini menyinggung arti pentingnya persepsi guru dalam tugas supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru, maka tidak ada kesamaan dengan pembahasan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Skripsi karya Aini Maghfiroh 3105269 yang berjudul Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu guru PAI di SMP Nasima Semarang.10 Skripsi tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan problematika yang dialami oleh kepala sekolah sebagai supervisor untuk meningkatkan mutu guru. Dalam skripsi ini hanya menunjukkan peran kepala sekolah sebagai supervisor yang memegang kunci bagi perbaikan dan kualitas guru. Akan tetapi dalam pembahasannya tidak ditemukan tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Skripsi Nur Hidayah 3102021, IAIN Walisongo Semarang tahun 2007, dengan skripsinya yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam
9
Aliyati Janah, Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan Tahun 2009/2010, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009) 10
Aini Maghfiroh, Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu guru PAI di SMP Nasima Semarang. (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
6
Mencapai Visi dan Misi Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang.11 Telah memberikan pandangan yang positif bagi para kepala sekolah secara umum untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara utuh. Dalam skripsi ini memang dijelaskan tentang kepemimpinan, akan tetapi dalam skripsi ini tidak ada kesamaan dengan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Dari beberapa referensi yang telah disebutkan dan dijelaskan diatas, Skripsi karya Aliyati Janah mementingkan persepsi guru dalam tugas supervisi kepala sekolah terhadap profesionalisme guru. Dan skripsi karya Aini Maghfiroh fokus pada peran kepala sekolah sedangkan pada skripsi karya Nur Hidayah memang dijelaskan tentang kepemimpinan akan tetapi yang menjadi fokus penelitiannya adalah kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan visi dan misi sekolah. Dari penjelasan tersebut jelas terlihat adanya perbedaan antara karya-karya ilmiah tersebut dengan tema penelitian yang hendak penulis bahas, selain itu penulis belum menemukan pembahasan khusus tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SD IT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. B. Kerangka Teoritik Untuk memudahkan pemahaman judul skripsi ini terlebih dahulu akan penulis uraikan mengenai istilah-istilah dan pengertian dari judul yang dimaksud. Hal ini penulis lakukan agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkan apa yang tertera pada judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan antara lain sebagai berikut: 1. Profesionalitas Mengajar Guru a.
Pengertian Profesionalitas Mengajar Guru Profesi menurut bahasa adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb). Sedangkan profesionalitas
11
Nur Hidayah, Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam Mencapai Visi dan Misi Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)
7
yang berarti kemampuan untuk bertindak secara professional.12 Membicarakan profesionalitas maka cakupannya ada dua, yakni cakap dalam melakukan pekerjaan dan jujur dalam menjalaninya.13 Hal penting yang harus diperhatikan dalam profesionalisme staf pengajar (guru) adalah diusahakan agar guru bangga akan profesinya sebagai pengajar. Walaupun
kadang-kadang
pekerjaan
ini
tidak
mendapat
penghargaan
sebagaimana mestinya. Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa mengajar itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Anggapan ini bisa saja benar, akan tetapi mengajar yang bagaimana yang guru lakukan, sejauh mana guru mengindahkan kompetensi yang ingin dicapai, bagaimana guru mendorong siswanya untuk belajar atau sekadar berdiri di depan kelas dan membicarakan sesuatu. Berbagai hal seperti tersebut yang sebaiknya dipahami oleh pengajar, sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tujuan institusi. Sedangkan pengertian mengajar adalah : 1) Mengajar adalah menyuruh anak menghafal. 2) Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan. 3) Mengajar adalah menggunakan satu metode mengajar tertentu.14 Pengertian mengajar dalam arti luas yaitu : 1) Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Pada definisi ini tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh anak. Anak dianggap pasif. Pengajaran bersifat teacher centered, karena gurulah yang memegang peranan utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan seharihari. Pengajaran serupa ini disebut intelektualitas sebab menekankan dari segi pengetahuan. 12
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). hlm. 897. 13
Bagus H, Guru Bermoral Profesional, (Yogyakarta: Kreasi Wacana Offiset, 2006). hlm.52.
14
A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
8
2) Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. Menyampaikan kebudayaan pada anak berarti mengenalkan kebudayaan bangsanya dan kebudayaan dunia. Bukan saja hanya mengenalkan akan tetapi ada pula yang mengharapkan agar anak-anak tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi agar mereka juga turut membantu memperkaya kebudayaan itu dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu. 3) Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Dalam hal ini mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suatu suasana yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar, yang belajar adalah anak itu sendiri berkat kegiatannya sendiri, guru hanya dapat membimbing anak. Oleh karena itu dimanfaatkannya segala faktor dalam lingkungan, termasuk dirinya, bukubuku, alat peraga lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Dalam hal ini pengajaran lebih bersifat pupil centered, guru berperan sebagai .manager of learning. 15 Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tahapan sebelum memulai tugas pengajaran. Adapun tahapan tersebut terdiri dari 3 tahap yaitu : 1) Tahap persiapan atau perencanaan. Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa komponen yang penting dalam penyusunan program pengajaran adalah sebagai berikut : a) Penguasaan materi pelajaran b) Analisis materi pelajaran c) Program satuan pelajaran d) Rencana pengajaran16
15
A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html 16
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2010). Cet.9 .hlm.50.
9
Guru diharapkan mampu membuat persiapan mengajar secara teratur dan tertulis di samping penguasaan bahan yang di perlukan, dan persiapan yang telah dibuat sebaiknya dikaji kembali sebelum dilaksanakan di depan kelas, jika ada hal-hal yang perlu direvisi atau disempurnakan. 2) Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini berlangsung pada saat guru memimpin kegiatan belajar mengajar. Pada tahap ini guru harus senantiasa mengupayakan dan menjaga agar siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Agar kegiatan proses belajar mengajar berjalan dengan baik maka guru harus menguasai bahan pengajaran yang akan diberikan, memilih metode yang tepat, menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang menunjang, mengetahui sistematika bahan yang akan diberikan serta mengatur tugas siswa. 3) Tahap penilaian atau evaluasi Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap kegiatan belajar mengajar yang baru saja berlangsung. Penilaian tersebut ada yang berkaitan dengan materi dan juga proses bagaimana murid memperoleh materi tersebut. Untuk mengetahui apakah materi yang diberikan dipahami atau tidak, dapat dilakukan dengan jalan membuat rangkuman inti pelajaran yang dilakukan murid. Sedangkan untuk menilai terhadap proses bagaimana murid memahami bahan pelajaran yang diberikan, dapat dilakukan dengan jalan memberikan soal-soal yang berkaitan dengan pelajaran yang telah berlangsung. Berdasarkan definisi mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitarnya sehingga siswa dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar mengajar. Serta adanya proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan belajar mengajar.
10
Secara umum, mengajar yang baik itu memerlukan keterampilan dasar untuk mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Menurut Office of Educational Research and Improvement (1991), untuk mendapatkan status profesional memerlukan ilmu sebagai ukuran atau standar. Pelaksanaan kegiatan itulah yang akan dipakai sebagai ukuran untuk menilai cara mengajar seseorang yang selanjutnya akan diukur dan dijadikan tolok ukur atau standar dalam penilaian profesi mengajar. Rumusan dari tolok ukur ini akan diperlukan untuk menilai bagaimana pengajar itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk menilai bagaimana pengajar itu memenuhi pemahaman ilmu dasar dan untuk pemberian sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar tersebut. The National Board for professional Teaching Standards (1998) mengidentifikasi dan menemukan bahwa pengajar yang efektif akan mendorong siswanya untuk belajar dan memperlihatkan sebagai seorang individu yang memahami ilmu pengetahuan tentang mengajar yang mendalam, terampil, berkemampuan, dan menjalankan semua tugasnya sebagai pengajar dengan baik diperlihatkan dalam lima usulan, sebagai berikut: a) Guru yang berhasil adalah guru yang dapat menyampaikan keahliannya untuk semua siswanya. Guru akan memperlakukan siswanya sama, namun mengetahui perbedaan siswanya satu dengan yang lain, sehingga dapat memperlakukan siswanya sama berdasarkan perbedaan yang telah diketahuinya. Guru akan menyesuaikan kegiatannya berdasarkan observasi serta tentang pengetahuannya akan minat, kecakapan, kemampuan, keterampilan, ilmu pengetahuan, lingkungan keluarga serta hubungan satu sama lainnya di antara sesama siswa. Guru yang berhasil akan memahami bagaimana siswanya berkembang dan belajar. Dia akan mempergunakan
teori
kognisi
dan
intelegensi
dalam
kegiatan
pembelajarannya. Guru sadar bahwa siswanya akan berperilaku sesuai dengan konteks yang dipengaruhi budaya. Guru akan mengembangkan kemampuan kognitif dan menghormati cara siswanya belajar. Salah satu
11
hal yang sangat penting adalah mendorong self-esteem, motivasi, karakteristik, bertanggung jawab terhadap masyarakat, respek terhadap perbedaan individu, budaya, kepercayaan, dan ras dari siswanya. b) Guru yang berhasil sangat memahami bidang ilmu keahlian yang akan diajarkannya dan menghargai bagaimana pengetahuan tersebut diciptakan, diorganisasikan, dihubungkan dengan ilmu pengetahuan lainnya serta diterapkan dalam dunia nyata. Dengan tidak melupakan kebijaksanaan dari budaya dan disiplin ilmu, serta mengembangkan kemampuan dari siswanya. Guru yang berhasil akan mengetahui bagaimana cara menyampaikan ilmu keahliannya kepada siswa, guru akan tahu mana yang sulit diterima oleh siswa sehingga akan menyampaikannya dengan cara yang dapat diterima. cara guru mengajar akan memungkinkan bahan ajar diterima siswa dengan baik karena mempunyai strategi mengajar yang telah dikembangkannya sesuai kebutuhan siswa yang bervariasi untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan kemampuan siswa. c) Guru yang berhasil akan menciptakan, memperkaya, memelihara, dan menyesuaikan cara mengajarnya untuk menarik dan memelihara minat siswa dalam mempergunakan waktu mengajar, sehingga mengajarnya efektif. Guru juga memberikan pertolongan dalam proses belajar dan mengajar kepada siswa dan teman sejawatnya. Guru yang profesional akan tahu cara mana yang tepat yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Guru juga akan tahu bagaimana mengatur siswa agar dapat mencapai kompetensi yang diinginkan serta mampu mengarahkan siswa untuk sampai pada lingkungan belajar yang menyenangkan. Guru yang profesional harus memahami bagaimana memotivasi siswa termasuk tahu bagaimana cara mengatasi apabila siswa mengalami kegagalan. Guru juga harus mampu memahami kemajuan siswa dalam belajar baik perorangan ataupun kelompok dalam kelasnya, memahami berbagai cara evaluasi untuk
mengetahui
perkembangan
siswa
serta
bagaimana
mengkomunikasikan keberhasilan atau kegagalan siswa.
12
d) Guru adalah model dari hasil pendidikan yang akan dijadikan contoh oleh siswanya, baik keberhasilan dari ilmu pengetahuannya ataupun cara mengajarnya. Seperti, keingintahuannya, kejujurannya, keramahannya, keterbukaannya, mau berkorban dalam mengembangkan siswa. Guru juga harus mampu memanfaatkan ilmu tentang perkembangan individu, keahlian dalam bidang ilmu dan mengajarnya. Untuk keberhasilan proses mengajar,
guru
mengembangkan
yang
profesional
keberhasilan
akan
cara
selalu
memikirkan
mengajarnya
serta
dan selalu
menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan teori, ide, atau pun realita. e) Guru yang profesional akan mengkontribusikan serta bekerja sama dengan teman sejawatnya tentang seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses
belajar
mengajar,
seperti:
pengembangan
kurikulum,
pengembangan staf lainnya selain pengajar ataupun kebijakan lainnya dari seluruh institusi pendidikan. Guru yang baik selalu mendapatkan cara yang terbaik dalam berhubungan dengan teman sejawatnya untuk meningkatkan produktivitas hasil pendidikan secara menyeluruh. Dari kelima aspek tersebut kemudian dikembangkan untuk dirumuskan tentang sesuatu yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru yang dapat dikategorikan profesional untuk kemudian disusun sebuah tolok ukur (standar), yakni kemampuan
intelektual
yang
diperoleh
melalui
pendidikan,
memiliki
pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable, memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-organization, mementingkan kepentingan orang lain (altruism), memiliki kode etik, memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas, mempunyai sistem upah, dan budaya professional.17
17
A.M Effendi, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smart-feel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar. html
13
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang guru dan dosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran18. Sehubungan fungsinya sebagai “pengajar, pendidik, dan pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams dan Decey dalam Uzer Usman peranan guru antara lain; guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Yang akan dikemukakan disini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut19: 1) Guru Sebagai Demonstrator Guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan. Sehingga guru akan dapat memainkan perannya sebagai pengajar yang baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilanketrampilan mengajar. 2) Guru Sebagai Pengelola Kelas Dalam perannya guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. 18
Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. pasal 20 tentang Guru dan Dosen
19
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. hlm,. 10-11
14
Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 3) Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan positif dengan para siswa. Sedangkan guru sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian
tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara
sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. 4) Guru Sebagai Evaluator Dalam kegiatan proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Jadi, jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena, dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar mengajar. Melalui evaluasi ini ada umpan balik terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya sehingga mencapai hasil yang optimal.
15
b. Tugas Guru Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apa pun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan masyarakat (homoludens, homopuber, dan homosapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh
ilmu
pengetahuan.
Ini
berarti
bahwa
guru
berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang
16
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri. 20
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah a.
Definisi Kepemimpinan Kepala Sekolah Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pemimpin suatu organisasi memainkan peranan yang amat penting, dan sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Seorang pemimpin baik individu maupun sebagai suatu kelompok tidak mungkin dapat bekerja dengan sendiri. Pimpinan membutuhkan kelompok orang lain yang disebut bawahan yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi. Pengabdian tersebut dapat direalisasikan dengan cara bekerja yang efisien, efektif, dan produktif. Menurut Kamus Bahasa Inggris kepemimpinan diambil dari kata lead yang berarti memimpin, sedangkan leader adalah seorang pemimpin dan leadership adalah kepemimpinan.21 Ngalim Poerwanto mengutip beberapa definisi kepemimpinan dari Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut : 1) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan
keinginan
pada
kelompok
orang-orang
untuk
20
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. Hlm 6-8
21
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia), h.351.
17
mencontohkannya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga
membuat
sekelompok
orang
mau
melakukan
apa
yang
dikehendakinya. 2) Kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya atau bahkan berkorban untuknya. 3) Kepemimpinan dapat dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui .human relation. dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan organisasi.22 Hoy dan Miskel mengutip beberapa definisi dari beberapa sumber: 1) Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat/watak seseorang yang memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif. 2) Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi. 3) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapai tujuan.23 Menurut Isjoni, kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang terjadi diantara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orangorang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut (followers). Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
22
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003), Cet.XII, h. 25-26. 23
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.. 26-27.
18
Dengan demikian, baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal responbility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut. 24 Ada banyak definisi tentang kepemimpinan. Tetapi pada dasarnya kepemimpinan berarti mempengaruhi orang lain. Sebagian besar perspektif leadership memandang pemimpin sebagai sumber pengaruh. Pemimpin dalam memimpin pada dasarnya mempengaruhi dan para pengikut mengikuti sebagai pihak yang dipengaruhi. Pada dasarnya pula kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakkan sekelompok orang menuju ke suatu yang telah ditetapkan/disepakati bersama dengan mendorong atau memotivasi mereka untuk bertindak dengan cara yang tidak memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka panjang dan benar-benar merupakan upaya memenuhi kepentingan mereka yang terbaik juga. Selain itu kepemimpinan juga merupakan suatu kemampuan untuk menjalankan pekerjaan melalui orang lain dengan mendapatkan kepercayaan dan kerja sama. Hampir semua aspek pekerjaan dipengaruhi dan tergantung pada kepemimpinan. Dari beberapa teori yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sifat-sifat kepribadian seseorang termasuk didalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat serta tidak merasa terpaksa. Suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan serta mengelola baik individu maupun kelompok dengan segala ilmu yang ada agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya suatu tujuan bersama. Sedangkan kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang direkrut sekolah untuk mengelola segala kegiatan di sekolah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan. Secara teoritis istilah “kepala” mempunyai 24
Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2007 ), hlm 20
19
pengertian yang tidak sama dengan “pemimpin”, namun dalam prakteknya keduanya dipahami dalam makna yang identik. Sebagaimana kita ketahui bahwa kepala lebih menonjol faktor kekuasaannya, sedangkan pemimpin lebih menonjol kewibawaanya. b. Karakteristik Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Kepala sekolah merupakan profil sentral sebagai pemimpin dalam dunia pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya sekedar sebagai kepala sekolah yang selalu berhak menonjolkan kekuasaannya saja, akan tetapi lebih diutamakan fungsinya sebagai pemimpin. Lembaga pendidikan senantiasa mendambakan profil pemimpin yang ideal dan dapat dijadikan contoh bagi kelompok yang dipimpinnya, dikarenakan dunia yang dipimpin adalah pendidikan. Maka kepala sekolah harus mampu menjadi contoh bagi para tenaga kependidikan yang ada di sekolahnya. Disamping itu, kepala sekolah juga berperan penting dalam meningkatkan prestasi siswa. Berkenaan dengan hal ini kepala sekolah harus mampu menjadi pemimpin yang dapat memberi contoh dalam memotivasi peserta didik untuk meningkatkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dapat dijelaskan karakteristik kepala sekolah profesional, antara lain adalah sebagai berikut: 1) Sabar dan penuh pengertian. 2) Mampu menjadi tauladan. 3) Mampu menjadi pendorong/motivator. 4) Menguasai visi. 5) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kualitas. 6) Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas. 7) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan lembaga/sekolah. 8) Meyakinkan terhadap para pelanggan (peserta didik, orang tua, dan masyarakat), bahwa terdapat “channel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya. 9) Pemimpin mendukung pengembangan tenaga kependidikan.
20
10) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat. 11) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah 12) Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas. 13) Mengembangkan
komitmen
untuk
mencoba
menghilangkan
setiap
penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya. 14) Membangun tim kerja yang efektif. 15) Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi. 25 c. Kepala Sekolah sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi stabil dan mampu menjadi teladan. 26 Kepala sekolah sebagai leader harus mempunyai visi, karena visi merupakan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah wawasan ke depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinannya yakni demokratis, otokratik, dan laissez faire. Ketiga sifat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang leader, sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secara situasional. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai leader mungkin bersifat demokratis dan laissez faire.
25
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah.hlm. 86.
26
E, Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah. hlm 87.
21
Berikut ini akan dikemukakan satu persatu gaya-gaya kepemimpinan tersebut di atas: 1) Gaya Kepemimpinan Otokratis Secara etimologis, otoriter berarti berkuasa sendiri, sewenangwenang. Sedangkan secara terminologis kepemimpinan otoriter adalah .menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada seorang yang ber kuasa. 27 Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota kelompoknya. Baginya pemimpin adalah menggerakkan dan memaksa seseorang. Kekuasaan pemimpin yang otokrasi hanya dibatasi oleh undangundang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh membantah ataupun mengajukan saran.28 Pemimpin yang otokrasi tidak menghendaki rapat-rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat berarti untuk menyampaikan instruksiinstruksi. Setiap perbedaan pendapat di antara anggota-anggota kelompok diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya.29 Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat di ganggu gugat. Kekuasaan yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik, sikap asal bapak senang atau sikap sumuhan dawuh terhadap pemimpin dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Dominasi yang berlebihan ini akan menimbulkan sifat apatis, sifat agresif pada anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
27
Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekola Dalam Pendidikan, course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html 28
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 48.
29
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.48-49.
http://amore-
22
Beberapa pemimpin otoriter dinilai sebagai benevolent autocrats (pseudo democratic). Meskipun mereka nampaknya mendengarkan saransaran/pendapat-pendapat para anggota kelompok sebelum keputusan dicapai, toh pada akhirnya keputusan yang diambil adalah atas dasar pendapat mereka
sendiri.
Mereka
barangkali
mempunyai
keinginan
untuk
mendengarkan dan mempertimbangkan ide-ide bawahan, namun manakala suatu keputusan dibuat, mungkin lebih otoriter dari pada sebelumnya.30 Seorang pemimpin yang otoriter bersifat ingin berkuasa, sehingga suasana di sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu persoalan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Kepala sekolah bebas membuat suatu peraturan sendiri dan peraturan tersebut harus ditaati dan diikuti oleh anggota. Salah satu contoh, kepala sekolah yang kurang mau mendengarkan atau mengindahkan pendapat-pendapat, ide-ide dan saran-saran yang kreatif dari guru-guru atau staf sekolah yang dipimpinnya. Dalam rapat-rapat sekolah maka kepala sekolah tersebut hanya memajukan dan melaksanakan ide-ide dan keinginannya sendiri saja untuk diterima dan dijadikan rapat. Kepemimpinan
otoriter
menimbulkan
suasana
kaku,
tegang,
mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidakpuasan. Kepemimpinan otoriter juga memberikan keuntungan antara lain: disiplin dapat dikontrol dengan baik, semua pekerjaan dapat berlangsung secara tertib dan teratur, cepat serta tegas dalam membuat keputusan dan tindakan sehingga untuk sementara produktifitas dapat naik. Adapun ciri seorang pemimpin yang otokratis adalah : a) Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi b) Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi c) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
30
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm.100.
23
d) Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik e) Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya f) Cara menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari kesalahan/menghukum.31 2) Kepemimpinan Laissez Faire Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan tipe kepemimpinan otoriter. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing. Semua kebijaksanaan, metode dan sebagainya menjadi hak sepenuhnya dari orang yang dipimpin, seluruh kegiatan tersebut berlangsung tanpa dorongan, bimbingan dan pengaruh dari pimpinan. Pimpinan dalam gaya situasi ini berpendapat bahwa tugasnya adalah menjaga dan menjamin kebebasan tersebut serta menyediakan segala kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan organisasi. Dalam kepemimpinan seperti ini setiap terjadi kekeliruan atau kesalahan maka pimpinan selalu berlepas tangan karena merasa tidak ikut serta menetapkan keputusan dalam setiap kegiatan. Suasana kerja seperti ini akan menimbulkan berbagai hal negatif, antara lain: menimbulkan kekacauan dalam pelaksanaan tugas, karena pejabat bekerja secara masing-masing, anggota kelompok tidak merasakan ada kepemimpinan dalam kelompoknya, apabila muncul masalah maka tidak pernah terpecahkan sampai tuntas dan memuaskan, banyak program atau pekerjaan tertunda.32 Dalam
tipe
kepemimpinan
ini
sebenarnya
pemimpin
tidak
memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggotanya. Pembagian
31 32
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 50-51.
Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan, course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
http://amore-
24
tugas dan kerja sama diserahkan kepada anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran dari pimpinan. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya seperti ini semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi dari beberapa anggota kelompok bukan karena pengaruh dari pemimpinnya. Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan. Pemimpin demikian biasanya mempunyai ketergantungan yang besar pada anggota kelompok untuk menetapkan tujuan-tujuan dan alat-alat/cara mencapainya. Pemimpin pada gaya ini menganggap bahwa peranan mereka sebenarnya sebagai orang yang berusaha memberikan kemudahan kerja para pengikut, umpama dengan jalan menyampaikan informasi kepada orangorang yang dipimpinnya, serta sebagai penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok. Dari uraian tersebut dapat diketahui ciri-ciri dari kepemimpinan Laissez –Faire sebagai berikut : a) Tidak yakin pada kemampuan sendiri b) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok c) Tidak berani menanggung resiko d) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa inti dari kepemimpinan laissez faire bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya. Kendatipun demikian, kepemimpinan laissez faire juga memberikan keuntungan antara lain para anggota (guru) atau bawahan akan dapat mengembangkan kemampuan dirinya. 3) Kepemimpinan Demokratis Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin demokratis sering mengajak pengikutnya dalam mengambil keputusan, konsensus dan pemberdayaan. Hubungan
25
dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan terhadap buruhnya melainkan sebagai saudara tua diantara saudara-saudara teman sekerjanya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan kesanggupan dan kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya ia mau menerima dan mengharapkan saran dan kritik dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota yang diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.33 Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan pula pada anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia senantiasa berusaha
membangun
semangat
anggota-anggota
kelompok
dalam
menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Disamping itu, ia juga memberi kesempatan bagi timbulnya kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.34 Pemimpin gaya demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan/dikehendaki oleh pimpinan, serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan itu. Tipe kepemimpinan ini dipandang berada pada sebuah bentuk spektrum yang diurutkan mulai dari orang yang bertindak atas persetujuan dengan bawahan sampai kepada yang membuat keputusankeputusan namun sudah berkonsultasi sebelumnya dengan para anggota
33
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 50.
34
Ngalim Poerwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 50.
26
kelompoknya.35 Dalam
tipe
mengikutsertakan
kepemimpinan
seluruh
anggota
ini
seorang
kelompoknya
pemimpin dalam
selalu
mengambil
keputusan, kepala sekolah yang demikian akan selalu menghargai pendapat atau kreasi anggotanya/guru-gurunya yang ada di bawahnya dalam rangka membina sekolahnya. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis, saling bantu membantu di dalam melaksanakan tugas sehari-hari sudah barang tentu dengan terciptanya suasana kerja yang sehat ini baik guru, tata usaha dan kepala sekolah bekerja dengan kegembiraan dan kesenangan hati untuk memajukan rencana pendidikan di sekolah. Kalau di sekolah dilaksanakan kepemimpinan pendidikan yang bersifat demokratis, maka ini merupakan hasil interaksi kelompok, dimana setiap orang dipandang memiliki potensi dapat memberikan sumbangan prosedur kooperatif, yang dimanfaatkan secara luas. Pemimpin-pemimpin yang mengusahakan perbaikan dalam pengajaran akan selalu mencari jalan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan yang terdapat pada orang lain. Dalam kepemimpinan demokratis kepala sekolah harus sadar bahwa kurikulum yang ada perlu dipahami benar-benar oleh guru-guru, sehingga mereka dapat menjabarkannya secara luas dan dapat mengembangkan secara kreatif. Dalam hal ini kepala sekolah bersama-sama dengan guru memahami masalah proses belajar mengajar yang efektif, menyusun program-program kurikulum dan kegiatan-kegiatan tambahannya, termasuk dalam hal ini program tahunan. Selain itu kepala sekolah ikut menentukan tinggi rendahnya moral guru. Untuk itu kepala sekolah harus dapat menciptakan situasi belajar dan mengajar yang baik untuk mempertinggi moral guru-guru, sehingga mereka 35
Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
Pendidikan,http://amore-
27
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan dengan rasa tanggung jawab. Karena moral atau tata cara akhlak/sikap yang tercermin lewat tingkah laku guru-guru tersebut, sangatlah penting artinya dan menentukan juga terhadap jalannya proses belajar mengajar. Adapun ciri seorang pemimpin yang demokratis adalah sebagai berikut : a) Senang menerima saran, pendapat dan kritikan dari bawahan b) Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan c) Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok d) Menjelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada kelompok e) Feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang berharga 36 d. Kepala Sekolah sebagai Manager Pendidikan Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manager, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif. Memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Manajemen pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 1) Perencanaan (Planning) Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan yang teratur dari setiap usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam setiap usaha atau pekerjaan, lebih-lebih
yang melibatkan orang banyak, perencanaan
merupakan tahapan permulaan yang sangat penting. Banyak tujuan yang tidak tercapai karena tidak adanya perencanaan yang baik, sehingga perencanaan tidak hanya dilakukan pada awal melakukan pekerjaan melainkan terus menerus dilakukan selam proses kerja berlangsung. 36
Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
Pendidikan,http://amore-
28
2) Pengorganisasian (Organizing) Setelah perencanaan dilakukan maka perlu ditetapkan pembagian tugas diantara orang yang terlibat agar masing-masing tahu apa yang harus dikerjakan.
Inilah
yang
disebut
dengan
pengorganisasian.
Jadi
pengorganisasian maksudnya adalah proses pembagian tugas-tugas dan tanggung jawab serta wewenang sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Penggerakan (Actuating) Menurut George R. Terry actuating adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. 37 Usaha penggerakan ini berkaitan erat dengan usaha memberi motivasi kepada anggota organisasi, jadi agar pemimpin atau kepala sekolah mampu melaksanakan fungsi ini dengan baik maka dituntut untuk mampu berkomunikasi, memiliki daya kreasi serta inisiatif yang tinggi dan mampu mendorong semangat stafnya. 4) Pengawasan (Controlling) Kegiatan pengawasan dapat berbentuk pemeriksaan, pengecekan, serta usaha pencegahan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga bila terjadi penyimpangan dapat ditempuh usaha-usaha perbaikan e. Tugas-Tugas Kepemimpinan Berdasarkan
pengertian
bahwa
kepemimpinan
adalah
proses
mempengaruhi tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas penting seorang pemimpin yaitu: 38
37
Nizar Rizky, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam course.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html
Pendidikan,http://amore-
38
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjau Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 40.
29
1) Mendefinisikan visi dan peranan organisasi Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah organisasi. 2) Pemimpin merupakan pengejawatan tujuan organisasi Dalam tugas ini pemimpin harus mengambil kebijaksanaan kedalam tatanan atau keputusan terhadap sasaran untuk mencapai tujuan yang direncanakan. 3) Mempertahankan tujuan organisasi Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan. Mengendalikan konflik internal yang terjadi dalam organisasi Pemimpin
organisasi
mempunyai
kekuasaan
tertentu
yang
dilimpahkan kepadanya. Kekuasaan tersebut merupakan alat dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Oleh karena itu, agar tugas kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik maka digunakan strategi. Strategi yang dapat digunakan agar dapat menjalankan kepemimpinannya, adalah: a) Pemimpin harus menggunakan strategi yang fleksibel b) Pemimpin harus menjaga keseimbangan dalam menentukan kebutuhan jangka panjang dan jangka pendek c) Pemilihan strategi harus yang memberikan layanan terhadap lembaga d) Kegiatan yang sama dapat digunakan untuk beberapa aksi dalam strategi.39 f. Kepemimpinan yang Efektif Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum kepala sekolah harus memiliki kemampuan mengelola 39
Ara Hidayat dan Imam Machlmi, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung: PT. Pustaka Educa, 2010), hlm 94-95.
30
sumber daya sekolah. Terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan sekolah. Disamping
itu
diperlukan
pemimpin
sekolah
yang
mempunyai
kemampuan berfikir yang strategis, berwawasan luas, fleksibel, atau mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dan mampu memosisikan diri dengan baik dalam teamwork untuk berkembang dan mengarahkan ke arah tercapainya tujuan lembaga pendidikan. Indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sebagai berikut. 1) Menerapkan pendekatan kepemimpinan partisipatif terutama dalam proses pengambilan keputusan 2) Memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis, lugas, dan terbuka. 3) Menyiapkan waktu untuk berkomunikasi secara terbuka dengan para guru, peserta didik, dan warga sekolah lainnya. 4) Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi normanorma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi. 5) Memantau kemajuan belajar peserta didik melalui guru sesering mungkin berdasarkan data prestasi belajar. 6) Menyelenggarakan pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan dengan komite sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya mengenai topik-topik yang memerlukan perhatian. 7) Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-masalah kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara proporsional dan profesional. 40 Menurut Tracy dan William dalam Wahjosumidjo, menyatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dasar yang mencakup:41
40
Mulyasa, Menejemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011),
hlm 20. 41
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjau Teoritik dan Permasalahannya, hlm.
386.
31
1) Technical Skills Berupa kecakapan tentang proses, prosedur, atau teknik-teknik atau merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal yang khusus dan penggunaan fasilitas, peralatan, serta teknik-teknik pengetahuan yang spesifik. 2) Human Skills Kecakapan pemimpin untuk bekerja secara efektif dengan kelompok dan untuk menciptakan kerjasama di lingkungan yang dipimpinnya. Human Skills menunjukkan ketrampilan yang berkaitan dengan orang atau manusia yang diantaranya: a) Mampu mempengaruhi orang lain. b) Mampu melihat dirinya sendiri atau sikapnya. c) Mampu menciptakan lingkungan dimana pemimpin dan pegawainya merasa yakin, suasana menunjukkan kerjasama secara harmonis dan produktif. d) Mampu menjadi komunikator dan pemimpin yang efektif. e) Mampu berhubungan dengan orang lain dan menciptakan lingkungan yang terpercaya, keterbukaan dan rasa hormat bagi individu 3) Conceptual Skills Kemampuan untuk memahami kompleksitas organisasi dan bertindak sesuai dengan tujuan menyeluruh dari lembaga. Conceptual Skills yang dimaksud antara lain: a) Kemampuan
seorang
pemimpin
melihat
lembaga
sebagai
satu
keseluruhan. b) Mengetahui bagaimana lembaga saling bergantung satu sama lain dan bagaimana pertumbuhan yang terjadi pada satu bagian tertentu akan berpengaruh terhadap bagian lain. c) Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh aktivitas, kepentingan dan perspektif dari individu maupun kelompok satu lembaga sebagai totalitas.
32
Pemimpin yang efektif digerakkan oleh tujuan-tujuan jangka panjang dan ia memiliki cita-cita yang tinggi jika dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya. Nabi Muhammad merupakan contoh paling nyata dalam hal ini. Disamping tujuan ukhrawi, beliau senantiasa menyatakan bahwa kemenangan Islam akan segera datang dan jazirah Arab akan dipenuhi dengan keamanan dan kemakmuran. Bahkan beliau juga meletakkan visi yang membimbing bagi umat Islam sepanjang masa, intinya bahwa masa depan ada di tangan Islam. Kepemimpinan ini dirasa cocok apabila diterapkan pada saat ini, terutama sekali di lembaga pendidikan Islam karena di dalam terkandung banyak efek positif untuk kemajuan sebuah lembaga pendidikan. Nilai-nilai humanisme, otokratis, serba optimisme menjadi nilai-nilai lebih untuk kepemimpinan disebabkan tipe ini mempunyai anggapan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Seorang pemimpin ditentukan untuk bisa menjadi uswah, yang menjadi figur panutan. Ini memberikan perspektif bahwa terdapat kepemimpinan menurut Islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Vietzal Rivai, kepemimpinan menurut Islam harus mempunyai prinsip: musyawarah, adil dan kebebasan berfikir. 42 a) Musyawarah Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik.
öΝßγ≈uΖø%y—u‘ $£ϑÏΒuρ öΝæηuΖ÷t/ 3“u‘θä© öΝèδãøΒr&uρ nο4θn=¢Á9$# (#θãΒ$s%r&uρ öΝÍκÍh5tÏ9 (#θç/$yftGó™$# tÏ%©!$#uρ ∩⊂∇∪ tβθà)ÏΖム“Dan (bagi) orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka (Assyura:38).
42
http://karyailmiah.blogspot.com/2011/07/kepemimpinan-yang-efektif.html
33
Melalui musyawarah memungkinkan komunitas Islam akan turut serta berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan sementara itu pada saat yang sama musyawarah dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula. Jadi selain sebagai kontrol sosial, juga tempat sharing ide serta tukar pendapat yang sangat bermanfaat bagi lembaga pendidikan. b) Adil Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak, lepas dari suku bangsa, warna kulit, keturunan,
golongan
strata
di
masyarakat
ataupun
agama.
Alqur’an
memerintahkan setiap muslim dapat berlaku adil bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para penentang mereka. Keadilan sebagai pilar utama dalam penetapan hukum, adalah keadaan penting untuk pengambilan kebijakan serta sistem kerja yang dilakukan pemimpin. Seorang pemimpin diharuskan untuk tidak membeda-bedakan bawahannya. c) Kebebasan berfikir Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu menggunakan kritiknya secara konstruktif mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas setiap masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berfikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan menasehati satu sama lain, sehingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan bersama. Ketiga prinsip tersebut di atas saling bersinergi satu sama lain. Apabila salah satunya tidak dilaksanakan akan menjadi kurang optimal kepemimpinan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama (team work) diantara berbagai pihak yang terkait yang solid untuk mewujudkannya.43
43
http://karyailmiah.blogspot.com/2011/07/kepemimpinan-yang-efektif.html
34
C. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.44 Demikian pula dikatakan Sumadi Suryasubrata bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.45 Sehubungan dengan pendapat tersebut, maka hipotesis yang penulis ajukan adalah sebagai berikut: ada hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Mengingat bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, maka penulis akan melakukan pengkajian lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak sesuai data yang terkumpul secara empiris.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm: 96
45
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet..XIV, hlm.21.
35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.46
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat melakukan penelitian di SDIT Cahaya Bangsa yang berlokasi di Jl. Mijen Permai RT 01/RW 01 Kecamatan Mijen-Kota Semarang. Penelitian dilaksanakan pada tangal 10 Nopember sampai dengan 10 Desember 2011. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek.47 Sampel adalah himpunan dari bagian suatu populasi sebagai bagian dari populasi sampai memberikan gambaran yang benar tentang populasi.48 Dalam hal ini peneliti melibatkan seluruh populasi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru baik yang berstatus swasta ataupun yang negri yang seluruhnya berjumlah 21 guru. Untuk lebih jelas sampel penelitian diperjelas di dalam tabel berikut: 46
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 14
47
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm. 11
48
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm. 57
36
D. Variabel dan Indikator Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai arti nihil. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.49 Variabel juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.50 Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (X) Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah profesionalitas kepala sekolah, dengan indikator: Tabel 3.1 Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah No. Variabel Sub Variabel Indikator 1. Kepemimpinan 1. Akademik Kepemimpinan 1.1 Perencanaan kepala sekolah Kepala Sekolah 1.2 Pengorganisasian
2. Penerapan gaya Kepemimpinan
1.3 Penggerakan 1.4 Pengawasan 2.1 Kepemimpinan otoriter 2.2 Kepemimpinan laissez faire 2.3 Kepemimpinan demokratis
2. Variabel Terikat (Y) Adapun yang menjadi variabel terikat dalam penilaian ini adalah efektivitas mengajar guru, dengan indikator. Tabel 3.2 Indikator Profesionalitas Mengajar Guru No.
Variabel
1.
Profesionalitas mengajar guru
Sub Variabel 1. Perumusan tujuan pengajaran
Indikator 1.1 Merumuskan tujuan pembelajaran 1.2 Menentukan alokasi waktu
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) hlm. 96 50
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 72
37
1.2 Merencanakan materi bahan ajar 1.3 Merencanakan metode pengajaran 2. Pelaksanaan Pengajaran
2.1 Menyajikan materi sesuai alokasi waktu 2.2 mengguanakan metode yang telah direncanakan 3.1 Mampu menindak lanjuti evaluasi belajar
3. Penilaian Pengajaran dan Evaluasi E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diharapkan, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturanperaturan, laporan kegiatan, data yang relevan penelitian51. Metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang visi misi sekolah, dan daftar guru dan situasi umum SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. b. Metode Kuesioner (Angket) Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.52 Metode ini penulis gunakan untuk mencari informasi
persepsi
guru
mengenai
kepemimpinan
kepala
sekolah
dan
hubungannya dengan profesionalitas mengajar. c. Metode Observasi Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan-pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki, penulis menggunakan teknik ini 51 52
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, (Bandung: alfabeta, 2008), hlm: 58 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm.199
38
merupakan teknik Bantu yang digunakan untuk membantu memperoleh data kenyataan langsung mengenai objek yang diteliti.53 Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data didapat secara langsung dengan apa yang dilihat pada lokasi penelitian.
2. Instrumen Penelitan Untuk keperluan pengukuran variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah digunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah. Kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang kepemimpinan kepala sekolah. Dari variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Instrumen ini menggunakan skala likert yang terdiri dari empat pilihan. Untuk setiap butir pernyataan disediakan empat alternatif jawaban A,B,C dan D. Pemberian skor jawaban dari yang paling tinggi yaitu 4,3,2,1 dengan urutan yang telah ditentukan dengan kriteria nilai sebagai berikut: Tabel 3.3 Penilaian Alternatif Jawaban Responden No.
Alternatif Jawaban
Pemberian Skor
Kriteria Nilai
1.
A
4
Selalu
2.
B
3
Sering
3.
C
2
Kadang-kadang
4.
D
1
Tidak pernah
Kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas mengajar guru dapat diketahui dengan nilai rata-rata perhitungan skoring. a. Prosedur Pengembangan Instrumen Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen pokok penelitian, maka kuesioner ini merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penelitian. Untuk itu langkah dan tahap penyusunan kuesioner haruslah melalui prosedur dan
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 124
39
standar agar perangkat penelitian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur pengembangan kuesioner dilakukan sebagai berikut: 1) Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, sub variabel, dan indikator. 2) Penulisan item kuesioner dan penyusunan skala. 3) Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman pengerjaan dan lain-lain lain yang diperlukan. 4) Uji coba 5) Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban dan peninjauan saran saransaran. b. Uji Instrumen Pada kuesioner kepemimpinan kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas mengajar guru dilakukan uji instrumen yaitu validitas dan reliabilitas. a) Validitas Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.54 Validitas empiris dapat diketahui dengan uji coba perangkat tes. Nilai hasil uji coba tes dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment,, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan: = koefisien korelasi tiap item = banyaknya subyek uji coba ∑X = jumlah skor item ∑Y = jumlah skor total ∑
= jumlah kuadrat skor item
∑
= jumlah kuadrat skor total
∑XY XY = jumlah perkalian skor item dan skor total
54
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Praktik, hlm. 168.
40
Setelah diperoleh nilai rxy, selanjutnya dibandingkan dengan hasil r pada tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Butir soal dikatakan .55
valid jika b) Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subjek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Analisis reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.56
1
∑
Keterangan: = reliabilitas instrument ∑ = jumlah varian skor tiap-tiap tiap item
= varians skor total
= bayak item soal Nilai
yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga r product
moment pada table dengan taraf signifikan 5%. Jika
maka item
tes yang diujicobakan reliable. F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini sering kali digunakan data statistik. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis product moment. Teknik ini digunakan untuk mengetahui mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru. Setelah penulis mengumpulkan data maka langkah berikutnya adalah menganalisis data tersebut. Dalam menganalisa data statistik ada tiga (3) tahap yang digunakan yaitu: 55
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar dasar Evaluasi Pendidikan Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), edisi revisi, hlm. 72. 56
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Praktik, hlm. 196.
41
1. Analisis lisis pendahuluan Dalam analisis ini data dari masing-masing masing masing variabel akan ditentukan, adapun caranya antara lain : a. Penskoran Pada bagian ini penulis akan menganalisa data yang telah terkumpul melalui angket yang telah disebar kepada responden, dengan ketentuan: - Alternatif jawaban A mendapat nilai 4 - Alternatif jawaban B mendapat nilai 3 - Alternatif jawaban C mendapat nilai 2 - Alternatif ernatif jawaban D mendapat nilai 157 b. Menentukan kualifikasi dan interval nilai 58
Dimana: R= H-L+1 L+1 dan K= 1+ (3,3) Log N Keterangan: R= Range /rentang H= Nilai tertinggi L= Nilai terendah K= Jumlah interval N= Jumlah responden c. Menentukan tabel frekuensi d. Mencari rata-rata rata (Mean) dari variable X dan Y59
X =
∑ fx ∑f
e. Mencari standar deviasi SD =
∑ f (x − x ) ∑f
2
1
57
Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, hlm. 39.
58
Sudjana, Metode Statistika,, (Jakarta: Tarsito, 1996), cet. 6., hlm 47
59
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 1,, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005, hlm. 118
42
2. Analisis Uji Hipotesis Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Dalam analisis uji hipotesis, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari antar prediktor dan kriterium melalui teknik korelasi moment tangkar dari Pearson dengan rumus:60 rxy =
∑ xy (∑ x )(∑ y 2
2
)
Diketahui bahwa: 1.∑ xy = ∑ XY −
(∑ X )(∑ Y ) N
2.∑ x = ∑ X − 2
2
3.∑ y = ∑ Y − 2
(∑ X ) 2 N
(∑ Y ) 2 N
b. Uji koefisien korelasi determinasi61 KD= r2 x 100% 3. Analisis lanjutan Analisis ini akan menguji signifikansi untuk membandingkan r_hitung yang telah diketahui r_tabel= (rt 5% atau rt 1%) dengan kemungkinan: a. Jika r_hitung > rt 5% atau 1%, maka hasilnya signifikan atau hipotesis yang diajukan diterima (ada hubugan) b. Jika r_hitung < rt 5% atau 1% maka hasilnya non signifikan atau hipotesis yang diajukan ditolak (tidak ada hubungan).
60
Sutrisno Hadi, Statistik jilid 2, (Yogyakarta:Andi, 2000), hlm. 241
61
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, hlm. 228
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SDIT Cahaya Bangsa 1. Sejarah Singkat Berdirinya SDIT Cahaya Bangsa Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Cahaya Bangsa merupakan satu unit pendidikan di lingkungan Yayasan Cahaya Mutiara Bangsa Semarang dengan akta notaris Ida Widiyanti, SH. Nomor 03 tanggal 5 April 2007 serta SK Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No C-2318.HT.01.02.TH.2007. Kehadiran SDIT Cahaya Bangsa di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan pendidikan yang komprehensif dan menyeluruh kepada putra putri bangsa ini. Keterpaduan pengembangan (optimalisasi) dan kualitas fikriyah (kognitif), jasadiyah (fisik/psikomotorik) dan ruhaniyah (afektif) menjadi konsentrasi pendidikan di lembaga ini. Sistem pendidikan yang integral, sumber daya yang berkualitas dan kurikulum yang sistematis menjadi ciri-ciri pendidikan ini. Harapannya adalah agar dapat melahirkan generasi rabbani yang cerdas, berketrampilan dan mandiri serta berakhlak mulia. Dengan semangat untuk beribadah, mencari ridha Allah dan sebagai rasa kepedulian dan tanggung jawab terhadap generasi bangsa ini, SDIT Cahaya Bangsa hadir untuk melayani kebutuhan sesama dalam bidang pendidikan.
2. Visi Misi dan Tujuan SDIT Cahaya Bangsa a. Visi Terwujudnya pendidikan dasar Islam yang kompetitif dan mampu melahirkan generasi muslim terbaik menuju kejayaan bangsa. b. Misi Menyelenggarakan pendidikan dasar yang berorientasi pada kekuatan imtaq dan pengembangan iptek sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
44
c. Tujuan SDIT Cahaya Bangsa bertujuan untuk membentuk pribadi yang memiliki sifatsifat mulia. Pribadi yang memiliki akidah yang bersih, benar dalam beribadah, mulia akhlaknya, cerdas dan luas ilmunya serta memiliki amal-amal yang mulia.
3. Keadaan Guru dan Siswa SDIT Cahaya Bangsa a.
Guru Guru merupakan salah faktor penentu dalam proses belajar mengajar. Maka ketersediaan tenaga pendidik dalam suatu lembaga pendidikan yang berkualitas dan mempunyai dedikasi yang tinggi sangat penting adanya. Di SDIT Cahaya Bangsa, memiliki tenaga pendidik dan karyawan sebanyak 25 orang.
b.
Siswa Berkenaan dengan kondisi siswa di SDIT Cahaya Bangsa semarang sangat variatif, ada yang pintar secara akademis, ada yang mempunyai kelebihan yang lain seperti kemampuan menjalin hubungan sosial, ada yang aktif ada yang pendiam, dan masih banyak karakter siswa yang tidak bisa teridentifikasi secara lengkap, sebab butuh waktu yang lebih panjang untuk mempelajari mereka. Keragaman tersebut ada karena mereka berasal dari latar belakang atau background keluarga yang tidak sama.
B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Sebelum instrumen disebarkan kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal pada angket tersebut sudah memenuhi kualitas instrumen yang baik atau belum. Adapun alat yang digunakan dalam pengujian analisis uji coba instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. 1) Uji Validitas
Data uji validitas ini disebarkan kepada 21 guru di sekolah lain. Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir
angket
tersebut. Data uji validitas dapat dilihat pada lampiran.
45
Butir angket yang tidak valid akan di drop (dibuang) dan tidak digunakan. Sedangkan butir angket yang valid digunakan sebagai alat untuk memperolah data. Dari item soal variable X ada 18 item soal valid dan 12 item soal tidak valid Hasil analisis perhitungan validitas butir soal ( rhitung ) dikonsultasikan dengan harga kritik r product momen, dengan taraf signifikan 5 %. Bila harga rhitung > rtabel maka butir soal tersebut dikatakan valid. Sebaliknya bila harga rhitung < rtabel maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas butir soal pada lampiran diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Kepemimpinan Kepala Sekolah No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Validitas rhitung
rtabel
0,118 1,366 0,437 0,284 1,386 0,631 0,423 0,607 0,522 0,484 0,727 3,842 0,390 0,418 0,542 0,611 0,878 1,556 0,587 0,318 0,712 0,548
0,433
Keterangan Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
46
23 24 25 26 27 28 29 30
0,388 1,921 0,219 0,289 0,410 0,442 0,805 0,003
Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid
Dari item soal variable Y ada 10 item soal valid dan 5 item soal tidak valid Tabel 4.2 Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Profesionalitas Mengajar Guru No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Validitas rhitung
rtabel
0,431 0,447 0,562 0,668 0,795 0,846 0,162 0,426 0,589 0,496 0,562 0,273 0,021 0,655 0,498
0,433
Keterangan Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid
2) Uji Reliabilitas Setelah uji validitas
selesai dilakukan, selanjutnya adalah uji
reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban tetap atau konsisten untuk diujikan kapan saja instrumen tersebut disajikan. Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga rtabel product moment dengan taraf signifikan 5 %. Soal dikatakan reliabilitas jika harga r11 >
rtabel .
47
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat (di lampiran), koefisien reliabilitas butir soal untuk pelaksanaan moving class dengan prestasi belajar diperoleh r11 = 0,852, sedang rtabel
product moment yaitu (N)= 21-1=20
dengan taraf signifikan 5 % dan n= 20 diperoleh rtabel = 0,444. Karena r11 >
rtabel artinya koefisien reliabilitas butir soal uji coba memiliki kriteria pengujian yang tinggi reliabel.
C. Deskriptif Data Hasil Penelitian 1.
Analisis Pendahuluan Pada analisis pendahuluan ini mencakup analisis kepemimpinan kepala
sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Adapun analisis tersebut terdiri dari dua materi yaitu analisis data angket tentang kepemimpinan kepala sekolah dan analisis data
angket
tentang
profesionalitas mengajar guru. a.
Analisis Data Mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) Untuk mendapatkan data tersebut di SDIT Cahaya Bangsa Mijen, peneliti menggunakan angket yang telah disebarkan kepada para guru (responden) yang berjumlah 21 guru. Angket ini terdiri dari 18 item pernyataan, masing-masing butir pernyataan terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu: A; B; C; dan D, dengan scoring 4; 3; 2; dan 1. Tabel 4.3 Data Hasil Kepemimpinan Kepala Sekolah SDIT Cahaya Bangsa No Res R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7
Jawaban
Nilai
A
B
C
D
4
3
2
1
3 6 9 4 6 2 7
13 6 8 9 8 11 10
1 4 0 5 3 5 1
1 2 1 0 1 0 0
12 24 36 16 24 8 28
39 18 24 27 24 33 30
2 8 0 10 6 10 2
1 2 1 0 1 0 0
SKOR 54 52 61 53 55 51 60
48
R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21 N
5 0 12 17 7 0 1 0 0 9 1 0 13 8 110
10 4 5 0 10 14 11 16 7 6 15 3 3 8 177
3 11 0 0 0 3 5 1 11 1 2 15 0 1 72
0 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 17
20 0 48 68 28 0 4 0 0 36 4 0 52 32 440
30 12 15 0 30 42 33 48 21 24 45 9 9 24 537
6 22 0 0 0 6 10 2 22 2 4 30 0 2 144
0 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 2 1 17
56 37 64 69 59 49 48 51 43 62 53 39 63 59 1138
Dari hasil nilai tersebut, kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi skor kepemimpinan kepala sekolah dan skor rata rata-rata (Mean). Adapun langkahlangkah untuk membuat distribusi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Mencari nilai interval Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Mencari Range R= H - L = 69 – 37 = 32 Mencari jumlah interval K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 21 = 1 + 3,3 (1,322) = 1 + 4,363 = 5,363 dibulatkan menjadi 6
Menentukan interval kelas i
=
49
Keterangan : i R K i
= interval kelas = Rentang nilai (nilai tertinggi-nilai terendah) = jumlah kelas =
= = 6,4 dibulatkan menjadi 6 2) Mencari rata-rata hubungan kepala sekolah Dari hasil tersebut dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.4 Mencari rata-rata (Mean) xi − x ( x i − x ) 2 f ( xi − x ) Interval 37-42 43-48 49-54 55-60 61-66 67-82 Jumlah
fi 2 2 7 5 4 1 21
xi
f i xi
39,5 45,5 51,5 57,5 63,5 74,5
Mean
79 91 360,5 287,5 254 74,5 1146,5
-15,10 -9,10 -3,10 2,90 8,90 19,90
227,87 82,72 9,58 8,44 79,29 396,20
455,7324 165,4467 67,06349 42,18821 317,1791 396,1995 1443,81
x=
frekuensi
tersebut
diketahui
mean
∑fx ∑f i
i
i
=
1146,5 = 54,60 21
3) Kualitas Variabel Dari
kedua
dari
variabel
kepemimpinan kepala sekolah sebesar 54,60 untuk mengetahui kualitas varibel tersebut maka dikonsultasikan dalam tabel kualitas, namun sebelumnya dicari standar deviasinya dengan rumus:
∑ f (x i
Sd =
i
− x) 2
n −1
1443,81 21 − 1 1443,81 = 20 = 72,1905 = 8,496 =
50
Mengubah skor mentah kedalam skala standar (tiga)3 sebagai : M + 1 SD = 54,60 + 1.8,496 = 63,096 63 keatas M – 1 SD = 54,60 – 1.8,496= 28,475 28-62 27 kebawah Jadi tabel kualitasnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Mean
54,60
Interval
Kriteria
63 ke atas
Baik
28-62
Cukup
27 kebawah
Kurang
Kesimpulan
Cukup
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki kategori cukup . Hal ini dapat dilihat dari besarnya mean variabel tersebut 54,60. Setelah data distribusi frekuensi, kemudian di ubah ke bentuk nilai distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Interval 37-42 43-48 49-54 55-60 61-66 67-82
Frekuensi 2 2 7 5 4 1 21
Fr (persen) 9,52 9,52 33,33 23,81 19,05 4,76 100
Agar lebih mudah dan lebih jelas dipahami, maka dibawah ini digambarkan grafik mengenai kepemimpinan kepala sekolah di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
51
Grafik tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 37-42
43-48
49-54
55-60
61-66
67-82
Grafik. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Grafik di atas menunjukkan bahwa dari responden sejumlah 21 orang yang menjawab dengan skor pada interval 37 37- 42 sejumlah 2 responden dan berada pada prosentase 9,52%; skor pada interval 43 43-48 sejumlah 2 respoenden berada pada prosentase 9,52%; skor pada interva interval 49-54 sejumlah 7 responden berada pada prosentase 33,33%; skor pada interval 55 55-60 sejumlah 5 responden berada pada prosentase 23,81%, skor pada interval 61 61-66 sejumlah 4 responden berada pada prosentase 19,05%, dan skor pada interval 67 67-82 sejumlah 1 responden sponden berada pada prosentase 4,76%. b. Analisis Data Mengenai Profesionalitas Mengajar Guru (Y) Dari hasil tes tentang profesionalitas mengajar guru telah diketahui data skor masing-masing masing masing responden yaitu sebagaimana dalam pemaparan tabel berikut:
No Res R_1 R_2
A 9 1
Tabel 4.7 Data Hasil Profesionalitas Mengajar Guru Jawaban Nilai B C D 4 3 2 1 1 0 0 36 3 0 0 6 3 0 4 18 6 0
Jumlah 39 28
52
10 0 0 R_3 3 5 2 R_4 5 4 1 R_5 5 5 0 R_6 10 0 0 R_7 7 3 0 R_8 10 0 0 R_9 9 1 0 R_10 10 0 0 R_11 0 6 4 R_12 3 7 0 R_13 7 3 0 R_14 4 5 1 R_15 0 6 4 R_16 6 4 0 R_17 7 2 1 R_18 0 5 5 R_19 9 1 0 R_20 8 2 0 R_21 123 66 21 N 1) Mencari nilai interval
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 12 20 20 40 28 40 36 40 0 12 28 16 0 24 28 0 36 32 492
0 15 12 15 0 9 0 3 0 18 21 9 15 18 12 6 15 3 6 198
0 4 2 0 0 0 0 0 0 8 0 0 2 8 0 2 10 0 0 42
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 31 34 35 40 37 40 39 40 26 33 37 33 26 36 36 25 39 38 732
Untuk mencari kualifikasi dan interval dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Mencari Range R=H–L = 40 – 25 = 15 Mencari jumlah interval K
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 21 = 1 + 3,3 (1,322) = 1 + 4,363 = 5,363 dibulatkan menjadi 6
Menentukan interval kelas i
=
keterangan : i
= interval kelas
53
R
= Rentang nilai (nilai tertinggi-nilai terendah)
K
= jumlah kelas
i
= =
= 2,5 dibulatkan menjadi 3
2) Mencari rata-rata profesionalitas Mengajar Guru Dari hasil tersebut dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4.8 Mencari Rata-rata (Mean) xi − x ( x i − x ) 2 f ( xi − x ) Interval 25-27 28-30 31-33 34-36 37-39 40-42 Jumla h
fi
xi
f i xi
3 1 3 4 6 4
26 29 32 35 38 41
78 29 96 140 228 164
-9 -6 -3 0 3 6
81 36 9 0 9 36
243 36 27 0 54 144
735
-9
171
504
21
Mean
x=
∑fx ∑f i
i
i
=
735 = 35 21
3) Kualitas Variabel Dari kedua frekuensi tersebut diketahui mean dari variabel kinerja guru sebesar 35 untuk mengetahui kualitas varibel tersebut maka dikonsultasikan dalam tabel kualitas, namun sebelumnya dicari standar deviasinya dengan rumus:
∑ f (x i
Sd =
i
− x) 2
n −1
=
504 21 − 1
54
=
504 20
= 25,2
= 5,019
Mengubah skor mentah kedalam skala standar (tiga)3 sebagai : M + 1 SD = 35+ 1.5,019= 40,019 40 ke atas M – 1 SD = 35- 1.5,019= 29,981 29-39 28 kebawah Jadi tabel kualitasnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Profesionalitas Mengajar guru Mean
35
Interval
Kriteria
40 ke atas
Baik
29-39
Cukup
28 kebawah
Kurang
Kesimpulan
Cukup
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa profesionalitas mengajar guru memiliki kategori cukup . Hal ini dapat dilihat dari besarnya mean variabel tersebut 35 Setelah data distribusi frekuensi, kemudian di ubah ke bentuk nilai distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Interval 25-27 28-30 31-33 34-36 37-39 40-42 Total
Frekuensi 3 1 3 4 6 4 21
Fr (persen) 14,29 4,76 14,29 19,05 28,57 19,05 100
55
Agar lebih mudah dan lebih jelas dipahami, maka dibawah ini digambarkan grafik mengenai kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
Histogram tentang Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.
35 30 25 20 15 10 5 0 25-27
28-30
31-33
34-36
37-39
40-42
Grafik. Profesionalitas Mengajar Guru
Grafik di atas menunjukkan bahwa dari responden sejumlah 21 orang yang menjawab dengan skor pada interval 25 25- 27 sejumlah 3 responden berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 28 28-30 sejumlah 1 respoenden berada pada prosentase 4,76%; skor pada interval 331-33 sejumlah 3 responden berada pada prosentase 14,29%; skor pada interval 34 34-36 sejumlah 4 responden berada pada prosentase 19,05%, skor pada interval 37 3739 sejumlah 6 responden berada pada prosentase 28,57%, dan skor pada interval 40-42 40 sejumlah 4 responden nden berada pada prosentase 19,05%. 2. Analisis Uji Hipotesis Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesa yang digunakan maka terlebih dahulu mencari nilai koefisien antara variabel kepemimpinan kepala sekolah (X)
56
dengan profesionalitas mengajar guru (Y) dengan menggunakan rumus product moment.
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Jumlah
Tabel 4.11 Koefisien Korelasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) Terhadap profesionalitas mengajar Guru (Y) Perhitungan antara X dan Y X Y X² Y² XY 54 52 61 53 55 51 60 56 37 64 69 59 49 48 51 43 62 53 39 63 59 1138
39 28 40 31 34 35 40 37 40 39 40 26 33 37 33 26 36 36 25 39 38 732
Mean X ( X ) =
∑X N
1138 21 = 54,19
=
2916 2704 3721 2809 3025 2601 3600 3136 1369 4096 4761 3481 2401 2304 2601 1849 3844 2809 1521 3969 3481 62998
1521 784 1600 961 1156 1225 1600 1369 1600 1521 1600 676 1089 1369 1089 676 1296 1296 625 1521 1444 26018 Mean Y ( Y ) =
2106 1456 2440 1643 1870 1785 2400 2072 1480 2496 2760 1534 1617 1776 1683 1118 2232 1908 975 2457 2242 40050
∑Y N
732 21 = 34,85
=
Dari tabel di atas diperoleh: N
= 21
∑x ∑y
= 1138 = 732
57
∑ xy ∑x ∑y
= 40050
2
= 62998
2
= 26018 Selanjutnya untuk membuktikan hipotesa di atas, dalam penelitian ini
dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis statistik product moment satu prediktor. Adapun langkah-langkah dalam pengelolaan data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mencari korelasi antara prediktor (x) dengan kriterium (y) dengan menggunakan teknik korelasi momen tangkar dari pearson, dengan rumus sebagai berikut:
∑ xy (∑ x )(∑ y )
rxy =
2
2
Sebelum mencari rxy harus mencari nilai x2, y2, dan xy dengan rumus sebagai berikut:
(∑ X ) −
2
∑x
2
=∑X
2
N
(∑ Y ) ∑ y = ∑Y − N
2
2
2
∑ xy = ∑ XY −
(∑ X )(∑ Y ) N
Hasil dari masing-masing rumus di atas adalah sebagai berikut:
(∑ X ) −
2
a.
∑x
2
=∑X
2
= 62998 = 62998 -
N
(1138 )2 21 1295044 21
= 62998 – 61668,8 = 1329,24
58
(∑ Y ) ∑ y = ∑Y − N
2
b.
2
2
(732 )2
= 26018 = 26018 -
21 535824 21
= 26018 – 25515,43 = 502,571
c.
(∑ X )(∑ Y )
∑ xy = ∑ XY − = 40050 = 40050 -
N
(1138)(732 ) 21 833016 21
= 40050 – 39667,43 = 382,571 d. rxy
=
=
=
=
∑ xy (∑ x )(∑ y ) 2
2
382,571
(1329,24)(502,571) 382,571 668037 382,571 817,335
= 0,468 Dari hasil perhitungan rumus korelasi diatas, rhitung = 0,468, rt(21;5%)=0,433, rt(21;1%)=0,549. Berarti rhitung > rtabel untuk 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan korelasi tersebut SIGNIFIKAN pada taraf 5%, sedangkan untuk taraf 1% korelasi tersebut tidak signifikan, karena rhitung < rtabel, dan menunjukkan bahwa
59
hubungan tersebut masuk pada kriteria SEDANG, karena 0,400 < r 0,700, serta arah korelasinya positif.
3. Analisis lanjut Setelah r (koefisien korelasi) dari variabel X dan variabel Y diketahui, selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r product moment untuk diketahui signifikasinya dan untuk mengetahui apakah hipotesa yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hal ini disebabkan apabila r observasi yang kita peroleh sama dengan atau lebih besar dari pada r tabel, maka nilai r yang telah kita peroleh itu signifikan. Adapun untuk mengetahui apakah nilai r observasi tersebut signifikan atau tidak adalah dengan cara menunjukkan atau menguji taraf signifikan 5% dan 1% dengan operasional sebagai berikut : 1. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa pada taraf signifikan 5% dengan N= 21. Diperoleh ro = 0,468 dan rt = 0,433, maka ro > rt berarti signifikan. Dengan demikian ro (observasi) lebih besar daripada rt (r dalam tabel), ini berarti hasilnya adalah signifikan dan ada korelasi (ada hubungan yang positif) antara kedua variabel tersebut. 2. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa pada taraf signifikan 1% dengan N= 21. Diperoleh ro = 0,468 dan rt = 0,549, maka ro < rt berarti tidak signifikan. Dengan demikian ro (observasi) lebih kecil daripada rt (r dalam tabel), ini berarti hasilnya adalah non signifikan dan tidak ada korelasi (tidak ada hubungan yang positif) antara kedua variabel tersebut. Dari kedua pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5% dan 1% maka hasil yang diperoleh adalah r observasi (hasil penelitian) lebih besar hasilnya pada taraf 5% dan lebih kecil pada taraf 1%. Jadi hipotesis yang telah diajukan dalam bab satu hasilnya adalah hipotesis diterima kebenarannya pada taraf signifikan 5% dan ditolak kebenarannya pada taraf signifikan 1%. Berdasarkan penafsiran akan besarnya koefisien korelasi yang umum
60
digunakan interpretasi berikut : Tabel 4.12 Kriteria Penafsiran Besarnya “r” Product Moment 0,00 – 0,20
0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00
Interpretasi Antara variabel X dan variabel Y memang ada korelasi tetapi sangat lemah (dianggap korelasi) Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau tinggi
Oleh karena besarnya nilai “r” Product Moment adalah 0,468 maka berada pada interval (0,40 – 0,70), sehingga dapat diinterpretasikan bahwa: antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang SEDANG atau CUKUP. Selanjutnya untuk mencari nilai koefisien determinasi (variabel penentu) antara variabel X dan variabel Y, maka digunakan rumus sebagai berikut : Koefisien determinasi : r2 x 100%
= (0,468) 2 x 100% = 0,219 x 100% = 21,9%
Maka dapat diinterpretasikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah tersebut tergolong sedang (dengan kontribusi sebesar 21,9%) terhadap profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Dari hasil hipotesis yang diperoleh adalah signifikan, artinya semakin baik pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah maka semakin tinggi tingkat profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. Namun sebaliknya, semakin buruk pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah maka semakin rendah pula tingkat profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya
61
Bangsa Mijen Semarang. Karena dari perhitungan rumus korelasi, N=21 hasilnya rhitung = 0,468, rt(21;5%)=0,433, rt(21;1%)=0,549. Berarti rhitung > rtabel untuk taraf 5%, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. “(Ha) dapat diterima, sedangkan Ho yang berbunyi “Tidak ada hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang.” (Ho) ditolak. Hal ini berarti kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang. 2. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang adalah SIGNIFIKAN, dan menunjukkan bahwa hubungan tersebut masuk pada kriteria SEDANG, karena 0,468 berada pada taraf interpretasi 0,400-0,700, dengan tingkat kontribusi sebesar 21,9%.
62
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian skripsi yang telah dilakukan dengan judul “Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Profesionalitas Mengajar Guru di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang“ dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan rumus korelasi diatas, rhitung = 0,468, rt(21;5%)=0,433, rt(21;1%)=0,549. Berarti r_hitung > r_tabel untuk 5%, maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan korelasi tersebut SIGNIFIKAN pada taraf 5%, sedangkan untuk taraf 1% korelasi tersebut tidak signifikan, karena rhitung < rtabel. Berarti rhitung > rtabel. dan menunjukkan bahwa hubungan tersebut masuk pada kriteria SEDANG, karena 0,468 berada pada kriteria penafsiran 0,400 < r 0,700, serta arah korelasinya positif. 2. kepemimpinan kepala sekolah dapat diinterpretasikan sedang, dengan kontribusi sebesar 21,9% terhadap profesionalitas mengajar guru di SDIT Cahaya Bangsa. Sedangkan sisanya yaitu 100% - 21,9% = 78,1% merupakan pengaruh variabel lain yang belum diteliti.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitan, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan untuk perbaikan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dan profesionalitas mengajar guru dikemudian hari: 1. Bagi Kepala Sekolah Penerapan kepemimpinan kepala sekolah di SDIT Cahaya Bangsa sudah cukup baik, hendaknya dipertahankan karena kepemimpinan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting bagi kinerja guru agar guru dapat melaksanakan pengajaran secara profesional sehingga tercapainya tujuan pendidikan nasional.
63
2. Bagi Guru Meskipun pelaksanaan pengajaran di SDIT Cahaya Bangsa sudah baik, maka hendaknya guru mengajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. C. Penutup Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT sebagai rasa syukur yang sangat mendalam sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya, penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga bantuan baik berupa doa, materi maupun tenaga dan pikiran serta dukungan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dan diterima sebagai amal saleh di hadapan Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kelengkapan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Wa Allahu a’lam bi al-shawab.
64
DAFTAR PUSTAKA
Ara Hidayat dan Imam Machlmi, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, Bandung: PT. Pusatka Educa, 2010, Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Echols, John M., dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia. Effendi, A.M, Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Profesionalisme Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2009/2010, http://smartfeel.blogspot.com/2011/01/profesionalisme-guru-dalam-mengajar.html H, Bagus, Guru Bermoral Profesional, Yogyakarta: Kreasi Wacana Offset, 2006 Hadi, Sutrisno, Statistik jilid 2, Yogyakarta: Andi, 2000, Handoko, T. Hani, Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1995 Hasan, M. Iqbal, Pokok-pokok Materi Statistik 1, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005 Nur Hidayah, Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional Dalam Mencapai Visi dan Misi Pendidikan di SDI. Hj. Isriati Semarang, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009) http://karyailmiah.blogspot.com/2011/07/kepemimpinan-yang-efektif.html Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan, Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2007 Janah, Aliyati. Pengaruh persepsi guru tentang supervisi kepala madrasah terhadap profesionalisme guru di MA Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan Tahun 2009/2010, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009) Maghfiroh, Aini. Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu guru PAI di SMP Nasima Semarang. (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009) Mulyasa, E.., Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004.
Mulyasa, Menejemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, Poerwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Riduwan, Dasar-dasar Statistika, Bandung: Alfabeta, 2010 Rizky, Nizar, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan, http://amorecourse.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-kepala-sekolah-dalam.html Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Soenarjo. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV AlWaah, 1995 Sudjana, Metode Statistika, Jakarta: Tarsito, 1996 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, Cet..XIV, Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. pasal 20 tentang Guru dan Dosen Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjau Permasalahannya, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1992.
Teoritik
dan
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah, 37
Tabel 3.2
Indikator Profesionalitas Mengajar Guru, 37
Tabel 3.3
Penilaian Alternatif Jawaban Responden, 39
Tabel 4.1
Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Kepemimpinan Kepala Sekolah, 46
Tabel 4.2
Analisis Perhitungan Validitas Butir Soal Profesionalitas Mengajar Guru, 47
Tabel 4.3
Data Hasil Kepemimpinan Kepala Sekolah SDIT Cahaya Bangsa, 48
Tabel 4.4
Mencari rata-rata (Mean) Kepemimpinan Kepala Sekolah, 50
Tabel 4.5
Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah, 51
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Kepala Sekolah, 51
Tabel 4.7
Data Hasil Profesionalitas Mengajar Guru, 52
Tabel 4.8
Mencari Rata-rata (Mean) Profesionalitas Mengajar Guru, 54
Tabel 4.9
Profesionalitas Mengajar guru, 55
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Profesionalitas Mengajar guru, 55 Tabel 4.11 Koefisien Korelasi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) Terhadap profesionalitas mengajar Guru (Y), 56 Tabel 4.12 Kriteria Penafsiran, 60
Lampiran 1
Daftar Nama Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Tempat Tanggal Lahir Nur Royhana M.A,S.Pd. Ari Yulianingrum,A.Md. Nur Kholis, S. Pd. Zainal Muttaqin,S.Pd.I Siti Aminah, S.E. Eva Nuriatulfajr, S.Pd.I Titi Rohmah, S.Pd.I Rina Marfungah, S.Pd. Lilis Suspriyatin, A.Md. Setya Wartono, S.Pd. Biya Ebi Praheto Sholihati, S.Pd. Khofifah, S.Pd. Agus Nur Fathon Syahrul Mubarok Arin Nur Khomsah, S.Pd. Atika Manggiasih Dian Eryka Dwi P., S.Pd. Diah Farida Hanum Hanik Mutmainnah Sakdullah
L/P L P P L L P P P P P L L L P L L P P L P L
Lampiran 2 PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER UJI COBA BAGIAN I : IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : ……………………………. 2. Unit Kerja : ……………………………. 3. Pangkat/Gol : ……………………………. 4. Masa Kerja : ……………………………. 5. Umur : ……………………………. BAGIAN II : PETUNJUK 1. Bacalah instrumen ini secara seksama 2. Jawaban instrumen ini tidak ada yang benar dan salah dan tidak berpengaruh terhadap konduite Saudara. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang Saudara berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan penelitian ini. 3. Berilah tanda silang pada salah satu pilihan yang paling sesuai dengan apa yang ada pada diri Saudara 4. Pilihlah : A : Selalu B : Sering C : Kadang-kadang D: Tidak pernah Atas kesediaan Saudara untuk mengisi angket ini penulis sampaikan terima kasih. Semarang, 20 Oktober 2011 Peneliti,
Dewi Istiana
BAGIAN III: PERNYATAAN A. VARIABEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH No
Indikator
1. 2.
3.
4.
Perencanaan
5.
6. 7.
8. 9.
10.
11. Pengorganisasian 12. 13. 14. 15.
Pernyataan Kepala Sekolah mampu menyusun perencanaan KBM sekolah dengan baik Kepala sekolah mampu mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan profesionalitas guru Kepala sekolah mampu merumuskan faktor eksternal/internal yang menghambat dan mendorong profesionalitas mengajar guru Kepala sekolah mampu memilih alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut profesionalitas guru Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mendukung profesionalitas mengajar guru Kepala sekolah mampu melaksanakan kegiatan akademik Kepala sekolah mampu menetapkan jangka waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru Kepala sekolah mampu merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh para guru Kepala sekolah mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan profesionalitas guru Kepala sekolah mampu merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan profesionalitas mengajar guru Kepala sekolah mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru Kepala sekolah mampu menciptakan suasana harmonis Kepala sekolah mampu membina kerja sama yang efektif dengan para guru Kepala sekolah mampu berkomunikasi secara efektif kepada para guru Kepala sekolah mampu mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan profesionalitas guru
A A
Pilihan B C B C
D D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
16.
17.
Penggerakan
18.
19. 20. 21. Pengawasan 22. 23.
24. 25.
Kepemimpinan otoriter
26. 27. Kepemimpinan laises faire 28. 29. 30.
Kepemimpinan demokratis
Kepala sekolah mampu mengkoordinir kegiatan secara efektif dan efisien
A
B
C
D
Kepala Sekolah mampu mengarahkan guru untuk memiliki perangakat pengajaran (daftar hadir/buku nilai, silabus, RPP, program semester/tahunan) Kepala sekolah mampu memberikan motivasi kepada para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran Kepala sekolah mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan Kepala sekolah mampu menentukan standar kualitas pekerjaan Kepala sekolah mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai oleh guru Kepala sekolah mampu menentukan dan mengadakan tindakan perbaikan KBM guru Kepala Sekolah mampu memberikan saran dan kritik yang membangun ketika mengadakan pengawasan kepada bawahan Kepala sekolah sering memarahi bawahan Kepala sekolah Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik dari bawahan Kepala sekolah terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya Kepala sekolah memberikan kebebasan penuh kepada bawahan untuk menentukan kebijakan Kepala sekolah tidak berani menetapkan keputusan tanpa persetujuan bawahan Kepala sekolah mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan Kepala sekolah membuat keputusaan bersama dengan menampung aspirasi para guru dalam mengambil keputusan
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A A
B B
C C
D D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
B. VARIABEL PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU No.
Indikator
1. 2.
3.
4. 5. 6.
7. 8. 9.
Merumuskan tujuan pembelajaran
Menentukan alokasi waktu Merencanakan materi bahan ajar Merencanakan metode pengajaran Menyajikan materi secara sistematis Menyajikan materi sesuai alokasi waktu
10. 11
12. 13. 14. 15.
Menggunakan metode yang telah direcanakan Mampu melaksanakan evaluasi belajar Mampu menindaklanjuti evaluasi belajar
Pernyataan Guru membuat kompetensi dasar sesuai dengan standar kompetensi Dalam membuat tujuan pembelajaran, guru telah menjangkau aspek kognitif, efektif dan psikomotorik Sebelum menyampaikan materi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu Guru mampu merumuskan alokasi waktu yang diperlukan untuk pembelajaran Guru merencanakan bahan ajar sesuai dengan materi yang akan diajarkan Guru merencanakan metode pengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan Guru menyampaikan materi secara sistematis Guru mempelajari materi terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada siswa Guru mampu menyampaikan materi secara efektif dan efisien sesuai alokasi waktu yang telah direncanakan Guru menggunakan metode yang bervariasi ketika mengajar Materi yang akan disampaikan menjadi pertimbangan guru dalam menentukan metode mengajar Guru mampu menyusun alat-alat evaluasi hasil belajar berupa tes tertulis dan tes lisan Guru mampu melaksanakan penilaian Guru menindaklanjuti hasil penilaian dengan mengadakan remidial Guru melakukan perbaikan program untuk menindaklanjuti penilaian hasil belajar
A A
Pilihan B C B C
D D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A A
B B
C C
D D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A A
B B
C C
D D
A
B
C
D
Lampiran 3 PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN ROFESIONALITAS MENGAJAR GURU
BAGIAN I : IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin : ……………………………. 2. Unit Kerja : ……………………………. 3. Pangkat/Gol : ……………………………. 4. Masa Kerja : ……………………………. 5. Umur : ……………………………. BAGIAN II : PETUNJUK 5. Bacalah instrumen ini secara seksama 6. Jawaban instrumen ini tidak ada yang benar dan salah dan tidak berpengaruh terhadap konduite Saudara. Jawablah dengan jujur dan apa adanya, agar jawaban yang Saudara berikan dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan tujuan penelitian ini. 7. Berilah tanda silang pada salah satu pilihan yang paling sesuai dengan apa yang ada pada diri Saudara 8. Pilihlah : A : Selalu B : Sering C : Kadang-kadang D: Tidak pernah Atas kesediaan Saudara untuk mengisi angket ini penulis sampaikan terima kasih. Semarang, 20 Oktober 2011 Peneliti,
Dewi Istiana
BAGIAN III: PERNYATAAN C. VARIABEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH No
Indikator
Pernyataan
A A
Pilihan B C B C
D D
1.
Kepala sekolah mampu merumuskan faktor eksternal/internal yang menghambat dan mendorong profesionalitas mengajar guru
2.
Kepala sekolah mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mendukung profesionalitas mengajar guru Kepala sekolah mampu melaksanakan kegiatan akademik Kepala sekolah mampu merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh para guru Kepala sekolah mampu menetapkan alat dan metode untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai tujuan profesionalitas guru Kepala sekolah mampu merumuskan rencana evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan profesionalitas mengajar guru Kepala sekolah mampu membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang guru Kepala sekolah mampu menciptakan suasana harmonis Kepala sekolah mampu mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan profesionalitas guru Kepala sekolah mampu mengkoordinir kegiatan secara efektif dan efisien
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
Kepala Sekolah mampu mengarahkan guru untuk memiliki perangakat pengajaran (daftar hadir/buku nilai, silabus, RPP, program semester/tahunan) Kepala sekolah mampu memberikan motivasi kepada para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran Kepala sekolah mampu bekerja sama dengan guru untuk mencapai tujuan Kepala sekolah mampu menilai dan mengukur program yang dilaksanakan maupun hasil yang telah dicapai oleh guru Kepala sekolah mampu menentukan dan
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
Perencanaan 3. 4. 5.
6.
7. Pengorganisasian 8. 9.
10.
11.
Penggerakan
12.
13. 14. Pengawasan 15.
16. 17. 18.
No.
Kepemimpinan otoriter Kepemimpinan laises faire Kepemimpinan demokratis
3. 4. 5.
6.
Merumuskan tujuan pembelajaran
Menentukan alokasi waktu Merencanakan materi bahan ajar Merencanakan metode pengajaran Menyajikan materi sesuai alokasi waktu
7. 8.
9. 10.
Kepala sekolah tidak berani menetapkan keputusan tanpa persetujuan bawahan Kepala sekolah mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A A
Pilihan B C B C
D D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
A
B
C
D
D. VARIABEL PROFESIONALITAS MENGAJAR GURU Indikator Pernyataan
1.
2.
mengadakan tindakan perbaikan KBM guru Kepala sekolah sering memarahi bawahan
Menggunakan metode yang telah direcanakan Mampu menindaklanjuti evaluasi belajar
Dalam membuat tujuan pembelajaran, guru telah menjangkau aspek kognitif, efektif dan psikomotorik Sebelum menyampaikan materi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu Guru mampu merumuskan alokasi waktu yang diperlukan untuk pembelajaran Guru merencanakan bahan ajar sesuai dengan materi yang akan diajarkan Guru merencanakan metode pengajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan Guru mampu menyampaikan materi secara efektif dan efisien sesuai alokasi waktu yang telah direncanakan Guru menggunakan metode yang bervariasi ketika mengajar Materi yang akan disampaikan menjadi pertimbangan guru dalam menentukan metode mengajar Guru menindaklanjuti hasil penilaian dengan mengadakan remidial Guru melakukan perbaikan program untuk menindaklanjuti penilaian hasil belajar
Lampiran 4
HASIL ANGKET UJI COBA VARIABEL X No. Nama Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N
R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21
Item soal (x)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 1 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 2 1 1 3 2 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 1 1 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 0 3 3 4 1 1 1 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 0 2 3 1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 4 1 2 1 2 1 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 0 2 2 4 2 3 3 1 1 3 2 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 1 1 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 1 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 1 2 1 2 1 3 4 70 68 66 63 65 66 69 69 65 71 69 72 71 71 70 69 68 73 72 67 67 69 70 29 35 41 57 50 69 70
Total skor (y) 91 95 105 93 88 91 102 90 72 102 101 91 79 83 78 84 100 93 93 104 96 1931
HASIL ANGKET UJI COBA VARIABEL Y No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N
Nama Res R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21
Item soal (Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 72 70 66 63 70 71 71 75 73
10 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 73
Total skor (Y) 11 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 76
12 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 68
13 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 1 3 4 2 68
14 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 2 4 4 73
15 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 71
53 46 54 51 52 45 52 53 50 54 56 39 51 42 49 50 52 55 43 59 54 1060
Lampiran 5 Perhitungan Uji Validitas Variabel X
∑ ∑ ∑
. ∑ ∑ . ∑ ∑
1. Soal No. 1 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N = 21
Perhitungan antara X dan Y X Y X² Y² 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 70
91 95 105 93 88 91 102 90 72 102 101 91 79 83 78 84 100 93 93 104 96 1931
16 9 9 16 16 9 9 16 4 9 9 9 9 9 16 16 16 9 9 16 9 240
8281 9025 11025 8649 7744 8281 10404 8100 5184 10404 10201 8281 6241 6889 6084 7056 10000 8649 8649 10816 9216 179179
XY 364 285 315 372 352 273 306 360 144 306 303 273 237 249 312 336 400 279 279 416 288 6449
21 6449 70 1931
21 240 70 2 21 179179 1931 2
135429 135170
5040 4900 3762759 3728761 259
140 33998 259
√4759720
259 2181,678253
0,118
Pada tabel di atas harga kritik dari Products momen dengan % 5% dan N= 21, di peroleh &'()* = 0,433, karena + ,-./0, maka soal no.1 TIDAK VALID.
2.
Soal no. 2 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N = 21
Perhitungan antara X dan Y X Y X² Y² 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 68
91 95 105 93 88 91 102 90 72 102 101 91 79 83 78 84 100 93 93 104 96 1931
16 9 9 16 16 9 9 16 4 16 9 9 9 16 4 9 9 9 9 16 9 228
8281 9025 11025 8649 7744 8281 10404 8100 5184 10404 10201 8281 6241 6889 6084 7056 10000 8649 8649 10816 9216 179179
XY 364 285 315 372 352 273 306 360 144 408 303 273 237 332 156 252 300 279 279 416 288 6294
∑ ∑ ∑
. ∑ ∑ . ∑ ∑
21 6294 68 1931
21 228 68 2 21 179179 1931 2
132174 131308
4788 4624 3762759 3728761 866
164 33998 866
√5575672
866 2361,28609
0,366
Pada tabel di atas harga kritik dari Products momen dengan % 5% dan N= 21, di peroleh &'()* = 0,433, karena + ,-./0, maka soal no.2 TIDAK VALID.
3.
Soal no. 3 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N = 21
Perhitungan antara X dan Y X Y X² Y² 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 66
91 95 105 93 88 91 102 90 72 102 101 91 79 83 78 84 100 93 93 104 96 1931
16 9 9 16 9 16 9 9 4 9 9 9 9 9 4 9 16 9 9 9 16 214
8281 9025 11025 8649 7744 8281 10404 8100 5184 10404 10201 8281 6241 6889 6084 7056 10000 8649 8649 10816 9216 179179
XY 364 285 315 372 264 364 306 270 144 306 303 273 237 249 156 252 400 279 279 312 384 6114
∑ ∑ ∑
. ∑ ∑ . ∑ ∑
21 6114 66 1931
21 214 66 2 21 179179 1931 2
128394 127446
4494 4356 3762759 3728761 948
138 33998 948
√4691724
948 2166,038781
0,437
Pada tabel di atas harga kritik dari Products momen dengan % 5% dan N= 21, di peroleh &'()* = 0,433, karena 1 ,-./0, maka soal no.3 VALID.
PERHITUNGAN UJI REALIBILITAS
No.
Nama Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N
R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21
Item soal (x) 1 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 70
2 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 68
3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 4 66
4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 63
5 3 3 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 65
6 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 66
7 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 69
8 3 4 4 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 69
9 3 3 4 2 4 4 4 3 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 4 65
10 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 71
11 3 3 4 3 4 3 3 3 2 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 4 4 69
12 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 4 4 72
13 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 71
14 4 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 71
15 4 4 4 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 70
16 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 0 3 4 4 4 4 4 69
Total Kuadrat skor (y) total skor 17 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 0 3 4 4 4 4 68
18 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 3 73
19 3 4 4 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 72
20 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 0 3 3 3 4 3 4 3 4 3 67
21 3 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 3 3 2 3 2 3 4 3 4 4 67
22 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 4 69
23 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 70
24 1 2 2 2 1 1 3 2 2 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 2 1 29
25 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 1 0 2 2 1 1 2 2 2 2 35
26 1 2 2 2 2 2 4 1 2 2 1 1 2 2 1 3 3 2 3 2 1 41
27 4 2 3 4 1 4 4 3 2 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 57
28 3 1 4 3 3 3 2 2 2 4 4 3 1 1 1 2 3 3 3 1 1 50
29 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 69
30 3 3 3 2 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 70
17 9 16 16 9 9 9 9 9 4 9 16 16 9 16 9 0 9 16 16 16 16 238
18 9 16 16 9 9 16 16 16 9 16 16 9 9 9 9 4 16 16 16 16 9 261
19 9 16 16 9 4 16 16 9 9 9 16 16 9 9 9 4 16 16 16 16 16 256
20 9 9 16 16 9 9 16 4 9 16 16 0 9 9 9 16 9 16 9 16 9 231
21 9 9 16 16 9 9 9 9 4 16 16 9 9 4 9 4 9 16 9 16 16 223
22 9 9 16 16 9 9 9 9 9 16 16 9 9 4 9 9 16 16 9 9 16 233
23 9 9 16 9 4 9 16 9 9 16 16 16 9 9 16 9 16 16 9 9 9 240
24 1 4 4 4 1 1 9 4 4 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 4 1 49
25 4 4 9 4 4 4 4 1 4 1 1 1 0 4 4 1 1 4 4 4 4 67
26 1 4 4 4 4 4 16 1 4 4 1 1 4 4 1 9 9 4 9 4 1 93
27 16 4 9 16 1 16 16 9 4 16 16 4 9 4 4 4 4 4 4 9 4 173
28 9 1 16 9 9 9 4 4 4 16 16 9 1 1 1 4 9 9 9 1 1 142
29 9 9 16 9 9 9 9 9 9 16 16 16 9 4 9 9 16 16 9 16 9 233
30 9 9 9 4 16 9 16 16 16 9 16 9 9 9 9 16 9 9 9 16 16 240
Kuadrat Item Soal
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 N
Nama Res R_1 R_2 R_3 R_4 R_5 R_6 R_7 R_8 R_9 R_10 R_11 R_12 R_13 R_14 R_15 R_16 R_17 R_18 R_19 R_20 R_21
1 16 9 9 16 16 9 9 16 4 9 9 9 9 9 16 16 16 9 9 16 9 240
2 16 9 9 16 16 9 9 16 4 16 9 9 9 16 4 9 9 9 9 16 9 228
3 16 9 9 16 9 16 9 9 4 9 9 9 9 9 4 9 16 9 9 9 16 214
4 9 9 9 9 9 9 9 9 4 4 9 9 9 9 4 16 16 9 9 9 16 195
5 9 9 9 9 9 4 9 16 4 16 9 9 9 9 9 9 16 9 9 16 9 207
6 9 16 16 9 9 9 16 9 4 9 9 9 9 9 9 9 16 4 9 16 9 214
7 9 16 16 9 16 9 16 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 16 16 9 231
8 9 16 16 9 16 9 16 9 4 16 9 9 9 9 9 9 16 9 16 9 9 233
9 9 9 16 4 16 16 16 9 1 9 9 16 9 4 9 4 9 9 16 9 16 215
10 9 9 16 16 16 16 16 4 4 16 9 16 9 9 9 16 9 9 9 16 16 249
11 9 9 16 9 16 9 9 9 4 16 16 16 4 9 9 9 16 9 9 16 16 235
12 9 16 9 9 9 9 16 16 9 16 16 16 4 9 9 16 16 9 9 16 16 254
13 9 16 9 9 4 9 16 16 9 16 16 16 9 9 9 16 9 9 9 16 16 247
14 16 16 16 9 4 9 9 9 9 16 16 16 9 16 9 9 9 9 9 16 16 247
Item soal (x) 15 16 16 9 16 16 16 9 9 9 4 16 9 9 9 9 16 9 9 4 16 16 16 16 9 16 9 9 9 9 9 0 9 9 16 16 9 16 9 16 16 16 9 16 240 245
91 95 105 93 88 91 102 90 72 102 101 91 79 83 78 84 100 93 93 104 96 1931
8281 9025 11025 8649 7744 8281 10404 8100 5184 10404 10201 8281 6241 6889 6084 7056 10000 8649 8649 10816 9216 179179
Lampiran 7
Langkah 1: Menghitung variansi skor tiap-tiap item dengan rumus: 1
∑ 2
∑ 2
240
702
21 21 240 233,33 1 21 1
1
6,67
21 1 0,317 Perhitungan yang dilakukan seperti pada langkah di atas, agar dapat memperoleh 1 , 2 , 3 dan seterusnya sampai item terakhir. Langkah 2: Menghitung varians total dengan rumus 1 2 3 … … … ∑
0,317+0,371+0,313+0,285+0,276+0,313+0,204+0,299+0,657+ 0,426+0,394+0,340+0,331+0,331+0,317+0,870+0,848+0,344+ 0,435+0,820+0,44+0,299+0,317+0,426+0,412+0,617+0,870+1 ,093+0,299+0,317 ∑ 13,599 Langkah 3: menghitung varians total dengan rumus
∑
1931 179179 21 21 3728761 179179 21 21 ∑
179179 177560,04 21 1618,96 21
77,093
Kemudian di Masukkan Dalam Rumus: %
30 13,599 % %1 % 30 1 77,093
!
∑ "# "$
|1,034||1 0,176| |1,034||0,824| 0,852
0,852 jika di banding dengan '()* dengan (N-1) 15-1=14, pada taraf signifikansi 5% maka di peroleh '()* 0,532. ,-./0 1 '()* , maka hasilnya reliabel.
Lampiran 8
Pembelajaran Sistem A Ba Ta
Lampiran 9 Proses Mengajar guru
Lampiran 10 Rapat kepala sekolah dan dewan guru
KELUARGA BESAR KI-2007
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama Lengkap
: Dewi Istiana
Tempat, Tgl. Lahir
: Semarang, 21 Januari 1990
NIM
: 073311029
Alamat
: Ngadirgo RT 02 RW 02 Mijen-Semarang 50213
No. Handphone
: 0856 8452 250
Email
:
[email protected]
Website
: http://i.dewi.blogspot.com
B. Riwayat Pendidikan Formal : 1. MI Miftahus Shibyan Ngadirgo
Lulus tahun 2001
2. Mts NU 02 Al-Ma’arif Boja
Lulus Tahun 2004
3. MA Negeri Model Kendal
Lulus Tahun 2007
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Jurusan Kependidikan Islam angkatan 2007
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 22 Desember 2011 Penulis,
Dewi Istiana 073311029