HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR ANAK USIA DINI (Penelitian Korelasional pada Siswa Kelompok B di TK se-Kecamatan Cibiru) ARTIKEL diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
oleh
SUCIA RAHMAYUNI SYAHWENTY 1204385
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016
1 | Antologi Upi Volume ... Nomor ... Juni 2016
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HASIL BELAJAR ANAK USIA DINI Sucia Rahmayuni Syahwenty1, Nenden Ineu Herawati2, Titing Rohayati3 Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
Abstrak: Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Anak Usia Dini. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh anak usia dini yang belum terkembangkan kecerdasan emosionalnya, baik itu dalam hal mengekspresikan dan mengelola emosi diri sendiri maupun dalam berhubungan dengan orang lain. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar anak usia dini. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan dan mengelola emosi, baik emosi diri sendiri maupun orang lain . Sedangkan hasil belajar anak usia dini merupakan capaian perkembangan yang telah dicapai anak sesuai dengan usianya. Penelitian ini dilakukan pada siswa Taman Kanak-kanak kelompok B yang berada di Kecamatan Cibiru Kota Bandung. Jumlah sampel penelitian ini yaitu 88 anak dari 7 Taman Kanak-kanak dengan teknik sampling yang digunakan yaitu cluster sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui lembar angket dan lembar observasi. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kecerdasan emosional anak pada umumnya sudah cukup baik dan hasil belajar yang diperoleh pun sudah berkembang sesuai harapan. Hasil dari analisis yang dilakukan menggunakan rumus Spearman diperoleh rs=0,684 pada taraf signifikansi 0,05 (0,210). Koefisien determinan yang diperoleh yaitu 46,78% yang berarti bahwa kecerdasan emosional berkonstribusi 46,78% terhadap hasil belajar anak usia dini. Berdasarkan hasil rs yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa adanya keterkaitan yang kuat antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar anak usia dini. Dengan rs ≥ 0,05, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar anak usia dini. Maka dari itu direkomendasikan khususnya pada pendidik untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak secara maksimal karena akan berpengaruh pada hasil belajar anak nantinya.
Kata Kunci: anak usia dini, hasil belajar, kecerdasan emosional
1
penulis penulis penanggung jawab 3 penulis penanggung jawab 2
Sucia Rahmayuni Syahwenty, Nenden Ineu Herawati, Titing Rohayati Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Anak Usia Dini | 2
EMOTIONAL INTELLIGENCE RELATIONSHIP WITH LEARNING OUTCOMES EARLY CHILDHOOD Sucia Rahmayuni Syahwenty1, Nenden Ineu Herawati2, Titing Rohayati3 Program Study Teacher Education for Early Childhood Education Campus Cibiru
Indonesia University of Education
[email protected]
Abstract: This research is motivated because early childhood who have not developed emotional intelligence, be it in terms of expressing emotions and managing emotions themselves as well as in dealing with others. The purpose of this study is to determine the magnitude of the relationship between emotional intelligence early childhood learning outcomes. Emotional intelligence is the ability to recognize, express and manage emotions, good emotions themselves or others. While the
results of early childhood learning is the achievement of progress has been achieved in accordance with the child's age. Research was conducted on students Kindergarten group B which are in Sub Cibiru Bandung. Number of samples of this study are 88 children from 7 kindergartens with sampling technique used is cluster sampling. This research is quantitative with correlational design. The collection of data used in this study through questionnaires and observation sheets. Based on the data obtained that the emotional intelligence of children in general is quite good, and learning outcomes obtained was already developing as expected. The results of the analysis conducted using the formula obtained Spearman rs = 0,684 at significance level of 0,05 (0,210). Determinant coefficient obtained is 46,78% which means 46,78% of emotional intelligence contribute to the learning outcomes of early childhood. Based on the results obtained rs it can be seen that there is a strong link between emotional intelligence early childhood learning outcomes. With rs ≥ 0,05, it can be concluded that there is a significant positive relationship between emotional intelligence early childhood learning outcomes. Therefore it is recommended, especially on educators to develop children's emotional intelligence to the fullest because it will affect the child's future learning outcomes.
Keywords: early childhood, learning outcomes, emotional intelligence
1
penulis penulis penanggung jawab 3 penulis penanggung jawab 2
PENDAHULUAN Masa emas atau masa golden age terjadi pada anak usia dini. Pada masa ini anak dapat menyimpan informasi yang dia dapat dengan cepat. Apabila anak diberikan pembelajaran pada saat ini maka pembelajaran itu akan tersimpan di memorinya dalam jangka panjang. Pada masa ini pula anak mengalami perkembangan yang sangat pesat terhadap aspek perkembangannya. Aspek perkembangan yang dikembangkan pada anak usia dini ada 6 yaitu nilai agama dan moral, fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosialemosional, dan seni. Aspek-aspek di atas saling berkaitan satu sama lain sehingga terdapat hubungan yang kompleks antar aspek. Keenam aspek ini dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yang dilakukannya di rumah maupun di sekolah. Aspek perkembangan di atas juga harus terkembangkan secara optimal agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terpenuhi dengan baik dan tidak mengalami masalah saat dewasa nanti. Mengembangan aspek tersebut secara optimal dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyediaan lingkungan yang kondusif, memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, bergerak, dan mengamati lingkungan yang ada di sekitarnya. Selain itu, orangtua juga harus melakukan stimulasi terhadap perkembangan anak dan membimbing anak dalam setiap aspek perkembangannya. Pemberian kesempatan dan bimbingan yang dilakukan akan memberikan banyak pengalaman pada anak sehingga kecerdasannya dapat berkembang dengan baik. Seluruh kecerdasan anak akan berkembang dengan baik termasuk juga kecerdasan emosionalnya. Kecerdasan emosional memiliki peran yang sama pentingnya dengan kecerdasan inelektual karena kecerdasan emosional akan
menjadi pendorong untuk melakukan sesuatu. Goleman menyatakan bahwa ‘kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain’ (Efendi, 2005, hlm. 171). Pernyataan di atas dapat diartikan pentingnya kecerdasan emosional dimiliki oleh setiap individu termasuk anak usia dini. Kecerdasan emosional yang dimiliki akan mempengaruhi kehidupan individu itu sendiri. Kecerdesan emosional juga tidak hanya berkaitan dengan kehidupan dirinya sendiri namun juga berkaitan dengan kehidupan bersama orang lain. Goleman juga menyatakan bahwa, ‘kecerdasan emosional jauh lebih berperan daripada kecerdasan intelektual dalam menentukan keberhasilan seseorang’ (Wiyani, 2014, hal. 110). Maka tidak heran jika banyak orang yang memliki tingkat kecerdasan intelektual tinggi namun tidak dapat mewujudkan keberhasilan dalam hidupnya. Sehingga terlihat bahwa kecerdasan emosional sangat penting untuk dikembangkan. Kecerdasan emosional pun memberikan perannya dalam pembelajaran yang dilakukan. Kecerdasan emosional akan menjadi alat yang mendorong anak untuk melakukana pembelajaran. Namun saat ini anak-anak mengalami kesulitan emosi yang akan berdampak pada pembelajarannya. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Goleman, menunjukan bahwa ‘ada kecenderungan di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya’ (Mashar, 2011, hlm. 4). “Mereka lebih kesepian dan pemurung, lebih beringas dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup
Sucia Rahmayuni Syahwenty, Nenden Ineu Herawati, Titing Rohayati Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Anak Usia Dini | 4
dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif” (Nur & Ekasari, 2008, hal. 17) Tindakan yang dilakukan anak yang mengaami gangguan emosi akan berpengaruh pada aspek perkembangan dan hasil belajarnya. pembelajaran yang diberikan di sekolah akan memperlihatkan pada hasil dari pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil belajar, maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan anak dalam pembelajaran yang dilakukan. Pentinganya kecerdasan emosional dalam menunjang keberhasilan anak, maka mengharuskan kita untuk menyiapkan anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi. Pada masa prasekolah, dimana rentang usia antara 26 tahun, mulailah melatih kecerdasan emosional anak. Kecerdasan emosional tidak berkembang secara alamiah berdasarkan usia biologis anak, namun kecerdasan emosional tergantung pada proses pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. Peran orang dewasa yang berada di sekitar anak sangat penting untuk memupuk kecerdasan emosional anak. Pelatihan ini dapat dilakukan melalui pembelajaran, baik itu pemberian pengetahuan baru maupun keterampilan yang ditanamkan pada anak yang akan memberikan hasil yang baik terhadap perkembangannya. Garner mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari dua jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal (Mashar, 2011, hlm. 62). Menurut Amstrong (Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 61), ‘kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk berfikir secara reflektif, yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri’, sedangkan ‘kecerdasan interpersonal merupakan cara manusia memahami perasaan, suasana hati, keinginan, serta temperamen orang lain’ (Widayati & Widijati, 2008, hlm. 187).
Bedasarkan hal tersebut maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran tentang kecerdasan emosional anak usia dini? 2. Bagaiman gambaran tentang hasil belajar anak usia dini? 3. Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar anak usia dini? Sejalan dengan itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan yang terdapat anatara kecerdasan emosional dengan hasil belajar anak usia dini METODE Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan desain korelasional. Penelitian ini dilakukan pada siswa Taman Kanak-kanak kelompok B di Kecamatan Cibiru. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 88 sampel yang diambil secara cluster sampling. Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosional (variabel bebas) dan hasil belajar (variabel terikat). Variabel-variabel yang digunakan ini akan dikaitkan untuk mengetahui hubungan antar keduanya. Data dari setiap variabel diperoleh dari instrumen yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar angket dan lembar observasi. Data yang diperoleh dari lembar angket dan lembar observasi akan diolah melalui beberpa uji statistika. Uji statistika yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji korelasi, dan uji koefisien determinan. Uji nomalitas dilakukan untuk mengetahui samapel berada pada populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji korelasi untuk menjawab rumusan masalah sehingga diketahui hubungan antara dua variabel tersebut. Sednagkan uji koefisien determinan digunakan untuk mengetahui besarnya konstribusi yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
TEMUAN PENELITIAN Penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar anak usia dini yang dilaksanakan terhadap siswa kelompok B Taman Kanak-kanak di Kecamatan Cibiru dipeoleh data melalui lembar angket dan lembar observasi. Lembar angket digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional anak usia dini, sedangkan lembar observasi digunakan untuk memperoleh data hasil belajar anak usia dini. Hasil data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel tingkatan kecerdasan emosional, tingkatan hasil belajar dan hubungan kecerdasan emosional dan hasil belajar. Tingkatan Kecerdasan emosional Kategori Frekuensi Baik 42 Cukup 44 Kurang 2 Sangat 0 Kurang Jumlah 88 Data kecerdasan emosional yang diperoleh menggambarkan bahwa kecerdasan emosional yang dimiliki anak sudah berada pada kategori yang cukup. Tingkatan Hasil Belajar Kategori Frekuensi BSB 41 BSH 43 MB 4 BB 0 Jumlah 88 Data hasil belajar menggambarkan bahwa hasil belajar diperoleh anak sudah berkembang sesuai harapan.
Hubungan Kecerdasan emosional dan Hasil belajar Kecerdasan Hasil Jumlah Emosional Belajar Baik Berkembang 32 sangat baik Berkembang 10 sesuai harapan Cukup Berkembang 9 sangat baik Berkembang 32 sesuai harapan Mulai 3 berkembang Kurang Berkembang 1 sesuai harapan Mulai 1 berkembang Data yang diperoleh menggambarkan bahwa anak dengan kecerdasan emosional yang baik pada umumnya memiliki hasil belajar yang sangat baik, sedangkan anak dengan kecerdasan emosional yang cukup memiliki hasil belajar berkembang sesuai harapan, begitu pula sebaliknya. Data penelitian ini selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan hasil sebagai berikut. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig. Kecerdasan Emosional Hasil Belajar
,128
88 ,001
,093
88 ,058
Uji normalitas menggambarkan bahwa kecerdasan emosional berada pada populasi yang tidak berdistribusi normal, sednagkan hasil belajar berada pada populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang dilakukan berguna untuk melanjutkan uji statistik.
Sucia Rahmayuni Syahwenty, Nenden Ineu Herawati, Titing Rohayati Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Anak Usia Dini | 6
Uji statistika selanjutnya yang dilakukan yaitu uji Spearman dengan r = 0,684. Nilai r menggambarkan tingkat hubungan antar dua varibel yang dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar. sedangkan konstribusi kecerdasan emosional terhaap hasil belajar yang diperoleh dari uji koefisien determinan sebesar 46,78%. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dua orang anak yang memiliki kecerdasan emosional kurang yaitu anak pertama baru dapat mengungkapkan emosi senang, emosi takut, dapat menyelesaikan tugas yang diberikan, dan mampu berteman dengan orang lain. Anak kedua baru dapat mengekspesikan emosi marah dan takut, sabar dalam menunggu giliran, dapat mengerjakan tugas dengan baik, dan mampu berkomunikasi dengan orang lain. Untuk indikator yang lainnya kedua anak tersebut masih membutuhkan bimbingan dalam pengembangan kecerdasan emosinya. Goleman menyatakan bahwa individu yang memiliki kadar kecerdasan emosional yang tinggi adalah anak yang dapat mengatur emosi, mengenal ekspresi emosi diri sendiri maupun orang lain, memotivasi diri, dan dapat membina hubungan baik dengan orang lain (Efendi, 2005, hlm. 171). Hein juga mengungkapkan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan tinggi yaitu dapat mengekspresikan emosi dengan jelas, tidak didominasi oleh perasan negatif, dapat memahami dan komunikasi nonvebal, optimis dalam menyelesaikan masalah, dan peduli dengan perasaan orang lain (Nurdin, 2009, hlm. 104). Kecerdasan emosional yang dimiliki dapat ditunjukkan dengan kapasitasnya untuk berempati dengan orang lain, memahami petunjuk-petunjuk, menunjukkan kegigihan dan ambisi
pribadi (Wiyani, 2014, hlm. 96). Sedangkan kecerdasan emosional yang rendah memiliki ciri-ciri yang bertolak belakang dengan kecerdasan emosional tinggi seperti senang menyalahkan orang lain, tidak sensitif terhadap perasaan orang lain, tidak memiliki rasa empati, bereaksi berlebihan terhadap kejadian yang sederhana sekalipun, dan pesimistik (Hein dalam Nurdin, 2009, hlm. 105). Hasil belajar anak usia dini di taman kanak-kanak kecamatan cibiru secara umum sudah berkembang sesuai harapan, dimana hasil belajar sudah berkembang sesuai dengan pencapaian perkembangannya. Hanya 4 anak yang masih membutuhkan bantuan dalam pembelajaran. Hasil belajar yang dikatakan baik di TK adalah hasil belajar anak yang telah mencapai indikator pembelajaran yang dibuat guru berdasarkan seluruh aspek pencapaian perkembangan anak. Sesuai dengan Kurikulum 2013 yang mengungkapkan bahwa standar pencapaian perkembangan anak usia dini merupakan kriteria tentang kemampuan yang dicapai pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosialemosional serta seni. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar. Besarnya koefisien korelasi yang dihasilkan adalah 0,684. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan melalui rumus Spearman dan perhitungan rhitung yang lebih besar dari rtabel, sehingga antara dua variabel terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa tingginya kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang, maka tinggi pula hasil belajar yang diraihnya, begitu pula sebaliknya. Hal ini juga didukung oleh koefisien determinan yang diperoleh yaitu sebesar
46,78%, yang dapat diartikan bahwa kecerdasan emosional memilki konstribusi sebesar 46,78% terhadap hasil belajar, sedangkan 53,22% nya hasil belajar dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi bagian dalam penelitian ini. DePorter, Reardon, & Singer-Nourie menyatakan bahwa, “dengan membangun ikatan emosional, yaitu menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan ancaman dalam suasana belajar, akan meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar” (Mashar, 2011, 71). Kecerdasan emosional yang baik dan didominasi oleh emosi positif akan menyebabkan seseorang lebih kreatif, lebih berperasaan, dan terbukti sebagai akar dari dimensi kepribadian yang ekstraversif. Harlan & Rivkin mengungkapkan pula bahwa “emosi positif yang dialami anak selama belajar dapat memotivasi anak untuk lebih melakukan eksplorasi dan memenuhi rasa ingin tahunya” (Mashar, 2011, 73). Emosi positif juga dapat menyebabkan seseorang lebih kreatif, lebih berperasaan, dan terbukti sebagai akar dari dimensi kepribadian yang ekstraversif. Tugade & Fredrickson, membuktikan bahwa “individu yang mampu mengembangkan emosi positif dalam diri terbukti lebih berhasil mengatasi permasalahan hidup sehingga dapat menjadi individu yang lebih resilient, berprestasi dan bahagia” (Mashar, 2011, 73). Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang kuat untuk anak dalam pencapaian perkembanganya. Dari itu, kecerdasan emosional memang perlu untuk dikembangkan bahkan pada anak usia dini sekalipun.
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan data yang diperoleh dan pengolahan data yang dilakukan terdapat keterkaitan yang kuat dengan koefisien korelasi sebesar 0,684. Kecerdasan emosional memberikan konstribusi sebesar 46,78% terhadap hasil belajar dan sisanya 53,22% dipengaruhi oleh faktor lain. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan terhadap kecerdasan emosional dengan hasil belajar dan kecerdasan emosional memiliki konstribusi yang cukup besar dalam mempengaruhi hasil belajar anak. Adapun rekomendasi yang diberikan dalam penelitian yaitu sekolah dapat mengadakan program pelatihan kepada guru mengenai metode dan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak, selain itu sekolah juga dapat melakukan kegiatan parenting yang berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan orang tua dalam memberikan pengasuh pada anakanaknya. DAFTAR PUSTAKA Efendi, A. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta Mashar, R. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nur, I. F & Ekasari, A. (2008). Hubungan konsep diri dengan kecerdasan emosional pada remaja. Jurnal Soul, 1 (2), hlm. 15-31. Nurdin. (2009). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial siswa di sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan, 9 (1), hlm. 86-108.
Sucia Rahmayuni Syahwenty, Nenden Ineu Herawati, Titing Rohayati Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Anak Usia Dini | 8
Sujiono, Y.N. & Sujiono, B. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks. Widayati, S. & Widijati, U. (2008). Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan Majemuk Anak. Yogyakarta: Luna Publisher. Wiyani, N. A. (2014). Mengelola & Mengembangkan Kecerdasan Sosial & Emosi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-ruzz Media