perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN KADAR NETROFIL DALAM DARAH DENGAN DERAJAT BERAT KELUMPUHAN PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
NURSANTI SETIANADEWI G 0008231
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta
commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Nursanti Setianadewi, NIM : G0008231, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Kamis, Tanggal 1 Desember 2011
Pembimbing Utama Diah Kurnia M., dr., Sp.S NIP. 19680707 200312 2 001
(...................................)
Pembimbing Pendamping FX. Soetedjo, dr., Sp.S (K) NIP. 19500303 197609 1 001
(..................................)
Penguji Utama Risono, dr., Sp.S (K) NIP. 1941111 197619 1 001
(..................................)
Anggota Penguji Ruben Dharmawan, dr., Ir., Sp.ParK., Ph.D NIP. 19511120 198601 1 001
(..................................)
Surakarta, 6 Desember 2011
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes NIP. 19660702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM
commit to user NIP. 19510101 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 21 November 2011
Nursanti Setianadewi NIM. G0008231
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nursanti Setianadewi, G0008231, 2011 Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode Penelitian: Penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional. Populasi sasaran adalah pasien stroke iskemik di Unit Rawat Inap Bagian Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Populasi sumber adalah pasien stroke iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel dipilih dengan teknik “simple random sampling”. Variabel terikat adalah derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. Variabel bebas adalah kadar netrofil dalam darah. Data dianalisis dengan model analisis Chi Square, menggunakan program statistik SPSS versi 17. Hasil Penelitian: Uji statistik menggunakan Chi Square dengan X2 hitung = 6.607, sedangkan X2 tabel = 3.841 menunjukkan bahwa hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima dengan taraf signifikansi a = 0.05. Hasil analisis data menggunakan program SPSS versi 17 p = 0.000 berarti ada hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. Hasil perhitungan OR @ 8.75. Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan kuat antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.
Kata kunci : kadar netrofil, derajat berat kelumpuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nursanti Setianadewi, G0008231, 2011. The Relation of Neutrophil Blood Level with Impairment Severity Outcome of Ischemic Stroke Patient in Dr. Moewardi Hospital Surakarta. Objectives: This research is aims to know the relation between neutrophil blood level with impairment severity outcome of ischemic stroke patient at Dr. Moewardi Hospital Surakarta. Methods: This study was analytic by using cross-sectional design. The target population was ischemic stroke patient of hospitalization care of Dr. Moewardi Hospital Surakarta . The source population was ischemic stroke patient of Dr. Moewardi Hospital Surakarta. The sample was chosen by “simple random sampling” technique. The dependent variable was impairment severity outcome. The independent variable was neutrophil blood level. The data was analyzed by using chi square model, run on SPSS version 17. …………………………………………. Results : From the data analysis, we got X2 = 6.607 and X2 table = 3.841. So, the conclusion was H1 accepted and H0 rejected with a = 0,05. From the data analysis with SPSS version 17 got p = 0.000, it showed a significant mean relation between neutrophil blood level with impairment severity outcome of ischemic stroke patient. Value of OR @ 8.75. Conclusion: There was strong relation between neutrophil blood level with impairment severity outcome of ischemic stroke patient. Key words : neutrophil level, impairment severity outcome.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul “Hubungan antara Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Diah Kurnia M., dr., Sp.S selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat. 5. FX. Soetedjo, dr., Sp.S (K) selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat. 6. Risono, dr., Sp.S (K) selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat. 7. Ruben Dharmawan, dr., Ir., Sp.ParK., Ph.D selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat. 8. Kedua orang tua, kakak serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 9. Shaumy, Abiseka, Ayu, Ira serta teman-teman kelompok A9 yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu, saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Surakarta, 21 November 2011
Nursanti Setianadewi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................
vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL.................................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Perumusan Masalah ............................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
4
BAB II. LANDASAN TEORI ..............................................................................
5
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................
5
1. Stroke Iskemik ................................................................................
5
2. Netrofil ............................................................................................ 13 3. Suhu Tubuh...................................................................................... 14 4. Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik ...............................................
17
5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah terhadap Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik ............................................. 19 B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 20 C. Hipotesis ............................................................................................. 20 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 21 A. Jenis Penelitian............................................................................... 21 B. Lokasi Penelitian............................................................................ 21 C. Subjek Penelitian .......................................................................... 21 D. Teknik Sampling ........................................................................... 22 E.
Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... 23
F.
Definisi Operasional Variabel Penelitian...................................... 23
G. Alur Penelitian .............................................................................. 25 H. Instrumen Penelitian ..................................................................... 25 I.
Teknik Analisis Data..................................................................... 26
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 27 A. Karakteristik Sampel ........................................................................ 27 B. Uji Statistik ...................................................................................... 29 BAB V. PEMBAHASAN ..................................................................................... 31 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 35 A. Simpulan .......................................................................................... 35 B. Saran ................................................................................................ 35 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Sampel Menurut Usia ....................................................... 27 Tabel 2. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin ....................................... 28 Tabel 3. Karakteristik Sampel Menurut Kadar Netrofil dalam Darah ................. 28 Tabel 4. Karakteristik Sampel Menurut Derajat Kelumpuhan............................. 28 Tabel 5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat Kelumpuhan ................................................................................. 29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 20 Gambar 3.1 Alur Penelitian ................................................................................. 25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari FK UNS Lampiran 2. Bukti Penelitian Lampiran 3. Data Hasil Penelitian Lampiran 4. Hasil Analisis Chi Square
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling lazim di Amerika Serikat setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker di mana setiap tahunnya terdapat hampir 500.000 penderita stroke baru, sekitar 200.000 berakibat fatal (Bonita dan Beaglehole, 1993; Garison dan Rolak, 1993; Roth dan Harvey, 1996). Di Amerika Serikat, 29,6 % dari keseluruhan penderita stroke terdapat pada orang-orang yang berumur kurang dari 65 tahun, 25,9 % menimpa orang-orang yang berumur antara 45 - 65 tahun. Sebagaimana diketahui bahwa kelompok orang-orang usia ini adalah masa-masa puncak dalam kehidupannya, dalam meniti karrier, dengan tanggung jawab yang aktif dan masyarakat (Black-Schaaffer dan Osberg, 1990). Insiden stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung koroner dan penyakit kanker. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan duapertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara berkembang. Secara global sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke, terdapat sekitar 10 juta korban stroke baru setiap tahun, di mana sekitar 5 juta di antaranya meninggal dalam 12 bulan setelah stroke, sepertiga lainnya mengalami cacat permanen dengan berbagai tingkatan dan sepertiga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperoleh kembali kemandiriannya. Risiko kematian stroke sekitar 20 % untuk stroke iskemik, 40 – 70 % untuk stroke perdarahan (Feigin, 2006). Di Indonesia, menurut SKRT tahun 1995, stroke termasuk penyebab kematian utama dengan 3 per 1000 penduduk menderita penyakit stroke dan jantung iskemik. Secara umum, 85 % kejadian stroke adalah stroke oklusif dan 15 % adalah stroke hemoragik (Ikawati, 2009). Pada tahun 2010, di bagian Rawat Jalan Poli Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta, stroke merupakan urutan pertama sebanyak 2.194 orang (25 %) dari total pasien yang dirawat (10.121 orang). Sepertiga penderita stroke meninggal saat serangan stroke (fase akut), sepertiga lagi mengalami stroke berulang dan dari 50 persen yang selamat akan mengalami kecacatan (Rudiyono, 2004) sehingga mengganggu kualitas hidup. Secara umum hal ini akan mempengaruhi tenaga kerja, dan memerlukan biaya perawatan yang sangat tinggi. Penanganan penderita stroke iskemik beberapa hari pertama serangan stroke adalah sangat penting karena ada kemungkinan masih merupakan suatu stroke yang sedang berkembang (stroke in evolution). Keadaan tersebut merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan karena masih ada kemungkinan bagi jaringan otak yang iskemik di daerah penumbra (daerah di sekeliling di luar daerah core/pusat infark yang secara fungsional terganggu, tetapi secara struktural masih intak, sehingga masih reversible) untuk kembali berfungsi normal, sehingga perluasan infark dapat dicegah (Lees, 1998 dan Fisher, 1999). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Beberapa peneliti melaporkan berbagai penemuan yang berhubungan dengan terjadinya mekanisme kerusakan serebral setelah terjadi iskemia jaringan. Respon inflamatorik pada stroke iskemik merupakan suatu proses penting yang mempengaruhi perjalanan stroke pada fase akut. Unsur inflamasi berupa unsur seluler, salah satunya seperti netrofil. Beberapa peneliti juga menyebutkan bahwa pada penderita stroke iskemik akut terdapat aktivasi netrofil yang memperberat kerusakan jaringan otak. Netrofil membawa
superoksidan
yang
termasuk
radikal
bebas
dan
dapat
mempengaruhi oksigenasi mitokondria. Lisosim dan superoksidan ini akan menyebabkan
kerusakan sel neuron yang menetap yang kemudian akan
menimbulkan infark serebri dan menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak ekstremitas atas ataupun bawah penderita (Fuerstein, 1997; Yamasaki, 1997; Fisher, 1999). Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.
B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Untuk mengetahui hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis: Sebagai sumbangan teori untuk menjelaskan adanya hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. 2. Manfaat aplikatif: Sebagai masukan untuk dapat memberikan penatalaksanaan yang cepat dan tepat pada penderita stroke iskemik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Stroke Iskemik a. Batasan Stroke Definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler (Harsono, 2005). Sedangkan menurut Roth dan Harvey (1996), definisi stroke adalah defisit neurologis yang mendadak dengan cirri-ciri adanya hilangnya kontrol motorik, perubahan sensasi, gangguan bahasa atau kognitif, dan disequilibrium atau koma karena cedera otak nontraumatik akibat dari oklusi atau rusaknya pembuluh darah serebral. b. Etiologi Stroke Iskemik Berdasarkan etiologinya, stroke iskemik dapat dibedakan menjadi stroke embolik dan stroke trombotik. Pada stroke trombotik terdapat oklusi di bagian arteri serebral yang mengalami trombosis. Pada stroke embolik penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang dapat bersumber dari arteri serebral, karotis interna, vertebro commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
basiler, arcus aorta ascenden, ataupun katup serta endokardium jantung yang mengalami trombosis (Sidharta dan Maedjono, 2000). c. Klasifikasi Stroke Iskemik Menurut Rachma (2000) perjalanan klinis stroke iskemik dapat dikelompokkkan menjadi: 1) Transient Ischemic Attack (TIA) Merupakan suatu gangguan akut fungsi fokal serebral yang gejalanya dapatberlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli. Di sini gejala neurologis yang timbul akan cepat menghilang, berlangsung dalambeberapa menit saja tetapi juga dapat berlangsung sampai satu hari penuh. 2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) Di sini gejala neurologis akan menghilang dalam waktu yang lebih lama dari TIA,yaitu lebih dari 24 jam, bahkan bisa sampai 21 hari. 3) Progressing stroke atau yang dikenal dengan stroke in evolution Pada bentuk ini kelainan atau defisit neurologik yang timbul berlangsung bertahapdari yang bersifat ringan sampai berat. 4) Completed stroke Kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap dan tidak berkembang lagi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Faktor Risiko Stroke Iskemik Menurut Suharti (2006) ada beberapa faktor yang memudahkan timbulnya stroke. Secara garis besardikelompokkan menjadi: 1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: a. Usia b. Jenis kelamin c. Herediter d. Ras/etnik 2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: a. Hipertensi b. Hiperkolesterol c. Penyakit jantung d. Diabetes melitus e. Merokok f. Transient ischemic attack g. Pengguna kontrasepsi oral h. Obesitas i. Riwayat stroke j. Peninggian kadar fibrinogen e. Patogenesis stroke iskemik Secara garis besar iskemia otak bisa disebabkan oleh tiga kelompok penyebabutama, yaitu permasalahan pada pembuluh darah (vaskuler), jantung dan komponen daridarah sendiri. Salah satu faktor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyebab yang penting dalam gangguanhemostasis vaskuler adalah aterosklerosis (Misbach, 1999). Iskemia otak terjadi akibat gangguan aliran darah otak sehingga menyebabkan neurondan sel-sel lain menderita akibat kekurangan glukosa dan oksigen. Bila aliran darah tidaksegera dikoreksidengan adekuat maka dapat menyebabkan kematian sel. Pola kematiansel tergantung pada berat ringannya proses iskemia yang terjadi (Misbach, 1999). f. Gejala dan Manifestasi Klinis Stroke Iskemik Gejala utama daripada stroke ialah timbulnya gangguan neurologi secara mendadak. Dan gangguan ini berasal dari jejas (lesi) di otak (Lumbantobing, 2007). Usaha mengenali tanda-tanda atau gejala stroke sangat penting untuk memastikan penderita mendapat perawatan lebih cepat dan tepat, sekaligus menghindari kefatalan (Wiryanto, 2004). Berikut ini beberapa gejala stroke: 1) Stroke Sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam). a) Tiba-tiba sakit kepala b) Pusing dan bingung. c) Penglihatan kabur atau kehilangan ketajaman, terjadi pada satu atau dua mata. d) Kehilangan keseimbangan, lemah. e) Rasa tebal atau kesemutan pada satu sisi tubuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Stroke Ringan (sembuh dalam beberapa minggu). a) Beberapa atau semua gejala di atas. b) Kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki. c) Bicara tidak jelas. 3) Stroke Berat (sembuh dalam beberapa bulan atau tahun, tidak bisa sembuh total). a) Semua atau beberapa gejala stroke sementara dan ringan. b) Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran). c) Kelemahan atau kelumpuhan tangan atau kaki. d) Bicara tidak jelas atau kehilangan kemampuan berbicara. e) Sukar menelan. f) Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan feses. g) Kehilangan daya ingat dan konsentrasi, perubahan perilaku. Harsono (2007) mengatakan bahwa penderita stroke, manifestasi kliniknya tidak hanya terbatas pada masalah neurologik saja, tetapi juga berkaitan dengan masalah organ tubuh yang lain, yaitu: 1) Perubahan fungsi neurologik akibat lesi serebral dan perluasan serta edema otak. 2) Gangguan fungsi berbahasa berupa afasia, disatria, disfasia, dan disleksia. 3) Gangguan perseptif karena hemianopsia, gangguan persepsi ruangan, gangguan mengidentifikasi benda, dan tidak mampu melakukan gerakan tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Gangguan kardiovaskular berupa penyakit jantung, pembekuan thrombus, akibat sampingan terapi medikamentosa. 5) Gangguan respirasi akibat obstruksi jalan nafas, lender atau sekresi yang sulit keluar, aspirasi, hambatan pertukaran gas atau udara atau kerusakan pada pusat pengatur respirasi, pneumonia atau atelektasis aspirasi atau immobilitas. 6) Perubahan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit
karena
ketidakmampuan makan dan minum, penurunan kesadaran, sedangkan penurunan kemampuan membuka mulut serta turunnya refleks menelan akan menimbulkan kesulitan mengunyah dan menelan. 7) Integritas kulit dan mukosa terganggu oleh berbagai keadaan antara lain: immobilitas, gangguan sensorik, hygiene mulut dan gigi yang buruk. 8) Gangguan
fungsi
usus
dan
vesica
urinaria
karena
inkontinensia dan retensi urine serta infeksi traktus urinarius. 9) Fungsi neuromuskular dapat terganggu karena terbatasnya gerakan sendi secara aktif dan pasif, deformitas kontraktur, kelemahan anggota gerak yang terkena kelumpuhan maupun yang tidak terkena.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Diagnosis Stroke Iskemik Diagnosis stroke berdasar atas: 1) Anamnesis: a) Terutama terjadinya keluhan atau gejala neurologik yang mendadak. b) Adanya faktor risiko Gangguan Peredaran Darah Otak. c) Tanpa trauma kepala. 2) Pemeriksaan Internus: a) Nadi, tensi. b) Pemeriksaan organ dalam. c) Ditemukan faktor risiko. d) Adanya defisit neurologis fokal. 3) Pemeriksaan Neuroradiologik: a) Dimulai dari kepala, leher, dan kaku kuduk. b) Saraf otak, sistem sensorik, sistem motorik. c) Reflek fisiologis dan patologis. d) Scan tomografi, membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut. e)
Angiografi
serebral
(karotis
atau
vertebral)
untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu atau bila scan tidak jelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f)
Pemeriksaan
liquor
serebrospinalis,
dapat
membantu
membedakan infark, perdarahan otak, baik Perdarahan Intra Serebral (PIS) maupun Perdarahan Sub Araknoidal (PSA). 4) Pemeriksaan Tambahan: a) Pemeriksaan laboratorium. b) Pungsi lumbal bila dicurigai perdarahan intraserebral. c) Komponen kimia darah, gas, elektrolit. d) Angiografi, EKG, CT-Scan. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan setelah 24 jam serangan, karena iskemik atau infark baru terlihat CT-Scan setelah 24 jam, juga pada stroke perdarahan. CT-Scan ini merupakan Gold Standard dalam penentuan jenis stroke. h. Prognosis Outcome yang mengikuti stroke dipengaruhi oleh beberapa faktor. Usia pasien, penyebab stroke, dan kelainan yang lain berkaitan dengan akibat dari stroke juga mempengaruhi prognosisnya. Tidak kurang dari 80 % pasien stroke bertahan paling tidak satu bulan. Dan survival rate 10 tahun di masyarakat tercatat 35 %. Pada pasien yang selamat setelah serangan akut sekitar 1/2 sampai dengan 2/3 memperoleh kembali fungsi normal (berdiri sendiri) dan sekitar 15 % memerlukan perawatan lebih lanjut. Pasien yang selamat setelah mendapat serangan akut memerlukan pengawasan dalam pengobatan, pengendalian berbagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
faktor risiko dan perawatan pada waktu selanjutnya baik oleh keluarga pasien sendiri maupun pengobatnya supaya tidak terjadi serangan stroke ulang yang berakibat fatal. Penanganan penderita stroke iskemik beberapa hari pertama serangan stroke adalah sangat penting karena ada kemungkinan masih merupakan suatu stroke yang sedang berkembang (stroke in evolution). Keadaan tersebut merupakan kesempatan yang harus dimanfaatkan karena masih ada kemungkinan bagi jaringan otak yang iskemik di daerah penumbra (daerah di sekeliling di luar daerah core/pusat infark yang secara fungsional terganggu, tetapi secara struktural masih intak, sehingga masih reversible) untuk kembali berfungsi normal, sehingga perluasan infark dapat dicegah (Lees, 1998; Fisher, 1999). 2. Netrofil Netrofil adalah lekosit granuler yang memiliki nukleus tiga sampai lima lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin dan sitoplasma yang mengandung granula yang sangat halus (Dorland, 2009). Netrofil terdiri sekitar 50 – 70 % dari jumlah sel darah putih (lekosit). Netrofil memegang peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika patogen (mikroorganisme penyebab penyakit) memasuki tubuh, netrofil adalah fagosit pertama yang menyerang patogen tersebut. Netrofil juga melepaskan superoksida yang juga berperan dalam membunuh mikroba. Netrofil diproduksi di sumsum tulang. Netrofil yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sudah matang biasanya ditemukan dalam aliran darah. Namun, selama peradangan, netrofil bergerak menuju daerah yang terinfeksi dalam waktu satu jam dengan proses yang dikenal sebagai kemotaksis(Niki, 2003; J. Clin, 2007). 3. Suhu Tubuh Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama sirkulasi. Mengenai batasan “normal”, terdapat beberapa pendapat yaitu, hipertermia: bila suhu badan > 37,2° C; normotermia: bila suhu badan > 36,1° C sampai ≤ 37,2° C; hipotermia: bila suhu badan < 36,1° C (Lotisna, et al., 2000). Umumnya berkisar antara 36,1° C atau lebih rendah pada dini hari sampai 37,4° C pada sore hari (Lukmanto, 1990). Atau 36,5 ± 0,7° C (Bennet, et al., 1996; Gelfand, et al., 1998). Lebih lanjut dijelaskan, suhu tubuh rata-rata orang sehat 36,8 ± 0,4° C, dengan titik terendah pada jam 06.00 pagi dan tertinggi pada jam 16.00. Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,2° C dan suhu normal maksimum pada jam 16.00 adalah 37,7° C. Dengan demikian, suhu tubuh > 37,2° C pada pagi hari dan > 37,7° C pada sore hari disebut demam (Gelfand, et al., 1998; Andreoli, et al., 1993; Lardo, 1999). Sebaliknya Bennet dan Plum (1996) mengatakan, demam (hipertermia) bila suhu > 37,2° C. Walaupun tidak ada batasan yang tegas, namun dikatakan bahwa apabila terdapat variasi suhu tubuh harian yang lebih 11,5° C adalah abnormal. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
aksila, dengan perbedaan kurang lebih 0,5 – 0,6° C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi (Andreoli, et al., 1993; Gelfand, et al., 1998). Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan yang disebut hypothalamus thermal set point (Lukmanto, 1990; Gelfand dan Dinarello, 1998). Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk hipertermi dan demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas melebihi pengeluaran panas. Sebaliknya, pada demam, hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru. Tingginya peningkatan suhu tubuh tidak dapat dipakai untuk membedakan hipertermi dengan demam. Perbedaan antara demam dan hipertermi lebih dari perbedaan teoritis belaka (Lukmanto, 1990). Pada proses iskemik, ada 3 daerah yang berbeda yaitu hemodinamik dan fungsi metabolik, yaitu 1) Daerah pusat iskemik, yang kemudian menjadi infark 2) Daerah perbatasan, di mana aliran darah dan metabolisme
berfluktuasi
antara
kondisi
buruk
dan
baik
untuk
kelangsungan hidup jaringan otak daerah ini dikenal sebagai penumbra iskemik 3) Daerah kolateral, di mana kelangsungan hidup jaringan otak dipertahankan (Welch dan Barkley, 1986). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di daerah pusat iskemik, aliran darahnya minimal atau nol, biasanya di bawah 10 ml/100 gr otak/menit.Pada daerah ini terjadi influks sodium dan air secara massive ke dalam sel, tidak ada oksigen yang dapat dipergunakan, dan pH yang sangat rendah oleh karena penimbunan asam laktat (Welch dan Barkley, 1986). Sedangkan di daerah perbatasan (penumbra iskemik), aliran darah berfluktuasi antara 15 ml/100 gr otak/menit, di mana terjadi gangguan elektrolit otak dan 10 ml/100 gr otak/menit, yaitu batas kritis terjadinya infark. Perfusi residual pada area ini mensuplai kebutuhan oksigen untuk mempertahankan konsentrasi ATP jaringan mendekati normal, tetapi oksigen tersebut tidak cukup untuk mempertahankan supaya konsentrasi kreatinin fosfat tetap tinggi dan laktat menjadi rendah.Keadaan hemodinamik dan metabolik penumbra iskemik ini tergantung pada gradien aliran darah dan lamanya iskemik, serta interaksi dengan hal-hal yang terjadi selama perkembangan aliran kolateral atau resirkulasi (Welch dan Barkley, 1986). Dengan demikian, daerah penumbra iskemik merupakan daerah hipoperfusi yang secara fungsional terganggu, tetapi potensial untuk kembali (Wang et al., 2000). Ada kemungkinan bahwa suhu tubuh punya peran yang bermakna pada daerah penumbra ini. Hipotermi menurunkan cerebral metabolisme rate sehingga mengurangi iskemik yang dipicu oleh timbunan laktat, sedangkan hipertermi meningkatkan metabolisme sehingga terjadi laktat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
asidosis yang mempercepat kematian neuron (neuronal injury) dan menambah adanya edema serebral (Wang et al., 2000). 4. Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik Lumpuh (paralisis) adalah kehilangan suatu gangguan fungsi motorik pada suatu bagian akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot juga secara analogi merupakan gangguan fungsi sensorik (Dorland, 2009). Kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) umumnya melanda sebelah tubuh sehingga dinamakan hemiparesis, hemiplegia atau hemiparalisis. Istilah paralisis atau plegia merujuk pada kehilangan total kontraktilitas otot. Sedangkan kehilangan kontraktilitas yang tidak total disebut paresis. Hemiplegia adalah kelumpuhan pada salah satu lengan dan kaki pada sisi yang sama. Di batang otak, daerah susunan piramidal dilintasi oleh akar saraf otak ke-3, ke-6, ke-7, dan ke-12, sehingga lesi yang merusak kawasan piramidal batang otak sesisi mengakibatkan hemiplegia yang melibatkan saraf otak secara khas dan dinamakan hemiplegia alternans. Sebagai contoh pada pupil yang melebar unilateral dan tidak bereaksi, menunjukkan adanya tekanan pada saraf ke-3. Lesi pada satu sisi atau hemilesi yang sering terjadi di otak jarang dijumpai pada medula spinalis, sehingga kelumpuhan UMN akibat lesi di medula spinalis umumnya berupa tetraplegia atau paraplegia. Kelumpuhan UMN dapat dibagi dalam: a. Hemiplegia akibat hemilesi di korteks motorik primer. b. Hemiplegia akibat hemilesi di kapsula interna. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Hemiplegia alternans akibat hemilesi di batang otak, yang dapat dikategorikan dalam: 1) Sindrom hemiplegia alternans di mesensefalon 2) Sindrom hemiplegia alternans di pons 3) Sindrom hemiplegia alternans di medula spinalis d. Tetraplegia/kuadriplegia dan paraplegia akibat lesi di medula spinalis di atas tingkat konus. Pemeriksaan untuk menilai kekuatan otot ada dua cara, yaitu: 1) Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan ini. 2) Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan pasien disuruh menahan. Cara menilai kekuatan otot : Dengan menggunakan angka dari 0 - 5. 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total. 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut. 2 : Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi). 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat. 4 : Di samping dapat melawan gaya berat juga dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan. 5 : Tidak ada kelumpuhan (normal) (Lumbantobing, 2000). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah terhadap Kelumpuhan Pasien Stroke Iskemik Pada stroke iskemik, terjadi kekurangan suplai darah ke suatu area di jaringan otak. Iskemia adalah keadaan di mana vaskularisasi ke suatu organ atau jaringan menjadi berkurang atau tidak ada. Keadaan ini dapat disebabkan karena bekuan darah, plak aterosklerosis, atau vasokonstriksi (Outlines, 1997). Aktivasi sel inflamasi seperti netrofil dan makrofag pada daerah iskemik menyebabkan kerusakan pasca iskemik lebih lanjut (Kohutnicka et al., 1998). Pada stadium awal dari proses iskemia, angiogenesis endogen terlihat menggantikan aliran darah ke area yang iskemik dengan pembentukan pembuluh darah kolateral. Pertumbuhan pembuluh darah kolateral hamper selalu dapat terlihat pada iskemia serebral. Pertumbuhan ini menyebabkan ukuran serta beratnya fokus iskemik yang mengancam, berkembang dengan bertambahnya waktu. Pada umumnya, daerah perifer dari fokus yang iskemik tampak menerima aliran darah yang cukup pada stadium awal dari iskemia. Sedangkan gangguan sirkulasi yang menetap di pusat fokus menyebabkan maturasi yang cepat dari infark (Suroto, 2001). Respon inflamatorik yang menyusul segera setelah terjadinya iskemia jaringan otak tadi akan sangat berpengaruh buruk terhadap berkembangnya infark jaringan otak. Efek dari netrofil dalam patogenesis kerusakan iskemik serebral akan menambah jumlah neuron yang mati (Fuerstein, et al., 1997; Yamasaki, et al., 1997; Fisher, 1999) dan akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
memperluas
digilib.uns.ac.id
infark
serebri
yang
terjadi
sehingga
menyebabkan
kelumpuhan pada anggota gerak ekstremitas atas ataupun bawah penderita.
B. Kerangka Pemikiran Gangguan vaskuler
Iskemia serebral regional
Respon inflamasi
Peningkatan jumlah Netrofil dalam Darah
Pembentukan Lisosim Peroksida (toksik)
Kematian neuron
Memperberat Infark serebri
Paresis Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Kadar netrofil dalam darah yang tinggi akan memperberat kelumpuhan pasien stroke iskemik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan studi cross sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat Inap Bagian Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta, selama bulan April-Mei 2011.
C. Subjek Penelitian Pasien yang datang di Unit Rawat Inap Bagian Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakartayang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Pasien stroke iskemik fase akut. 2. Pasien yang tidak pernah mengalami stroke sebelumnya. 3. Pasien yang suhu badannya tidak panas (febris yaitu >37.2°C). 4. Pasien yang tidak mengalami penurunan kesadaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Teknik Sampling Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan dilakukan secara Simple Random Sampling. Pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqqurahman, 2004). Penghitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut (Taufiqqurahman, 2004):
뎸
Keterangan: n
: besar sampel
p
: perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti (prevalensi stroke di Indonesia 8,3 per 1000 penduduk (Hasnawati, et al., 2009))
q
: 1-p (0,17)
Zα
: nilai statistic Zα pada kurve normal standar pada tingkat kemaknaan (1,96)
d
: presisi absolute yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi (0,05) Dengan menggunakan rumus di atas, maka sampel yang digunakan
adalah sebesar:
Namun,
뎸
1,96
0,83 0,05
perhitungan
0,17
besar
216,82
sampel
pada
217
penelitian
ini
commitanalisis to user bivariat, yaitu analisis yang menggunakan rumus untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melibatkan sebuah variabel dependen dan sebuah variabel independen dengan menggunakan patokan umum Rule of Thumb, yaitu digunakan ukuran sampel sebanyak minimal 30 pasien setelah dilakukan restriksi dengan kriteria yang telah ditentukan (Murti, 2006).
E. Identifikasi Variabel 1. Variabel indipenden : kadar netrofil dalam darah 2. Variabel dependen : derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik
F. Definisi Operasional Variabel 1. Kadar netrofil dalam darah Netrofil adalah lekosit granuler yang memiliki nukleus tiga sampai lima lobus yang dihubungkan oleh benang kromatin dan sitoplasma yang mengandung granula yang sangat halus (Dorland, 2009). Netrofil terdiri sekitar 50 – 70 % dari jumlah sel darah putih(lekosit). Kadar Netrofil dalam Darah Tinggi
: 70 % x 10.000 = > 7.000
Kadar Netrofil dalam Darah Tidak Tinggi
: < 7.000
Pengukuran kadar netrofil dalam darah dilakukan oleh tenaga ahli laboratorium klinik RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skala pengukuran untuk variabel kadar netrofil dalam darah adalah ordinal sehingga sampel dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu kadar netrofil dalam darah tinggi dan kadar netrofil dalam darah tidak tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik Lumpuh (paralisis) adalah kehilangan suatu gangguan fungsi motorik pada suatu bagian akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot juga secara
analogi
merupakan
gangguan
fungsi
sensorik
(Dorland,
2009).Kekuatan otot yang dinilai adalah otot pada lengan atas dan tungkai atas pasien stroke iskemik. Lumpuh Berat
: skala penilaian kekuatan otot = 0,1,2
Lumpuh Ringan
: skala penilaian kekuatan otot = 3,4,5-
Penentuan diagnosis derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik dilakukan oleh dokter spesialis saraf yang merawat. Skala pengukuran untuk variabel beratnya kelumpuhan pasien stroke iskemik adalah ordinal sehingga sampel dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu lumpuh berat dan lumpuh ringan. 3. Diagnosis Stroke Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis yang meliputi pemeriksaan klinis umum dan pemeriksaan klinis khusus (neurologis). CT-Scan tanpa kontras dilakukan untuk melihat lesi iskemik berdasarkan ukuran, letak lesi dan onset. Lesi hipoden yang terlihat pada pemeriksaan CT-Scan merupakan gambaran stroke iskemik, sedangkan lesi hiperden sebagai penanda stroke perdarahan. Pada sepertiga penderita stroke iskemik CT-Scan terlihat negatif, akan tetapi keadaan negatif tersebut tidak mengurangi makna CT-Scan sebagai alat diagnostik baku emas penderita stroke (Sjahrir, 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Alur Penelitian Pasien Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pasien stroke iskemik
Kadar Netrofil dalam Darah Tinggi
Lumpuh Berat
Kadar Netrofil dalam Darah Tidak Tinggi
Lumpuh Ringan
Lumpuh Berat
Lumpuh Ringan
Uji Statistik
Gambar 3.1 Alur Penelitian
H. Instrumen Penelitian Catatan rekam medik (Medical Record) pasien stroke iskemik fase akut yang dirawat di Unit Rawat Inap Bagian Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Maret - April 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini diuji dengan metode statistik Uji Chi Square (X2) untuk melihat ada tidaknya asosiasi antarvariabel (Taufiqurrahman, 2004). Sedangkan untuk menguji kekuatan hubungan antara kadar netrofil dalam
darah
dengan
beratnya
kelumpuhan
menggunakan Ods Ratio (OR) (Murti, 2006).
commit to user
pasien
stroke
iskemik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Sampel Penelitian
yang
dilakukan
selama
bulan
April-Mei
2011
didapatkan 33 sampel dari data rekam medik pasien Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Dari data tersebut, diperoleh karakteristik sampel sebagai berikut : Tabel 1. Karakteristik Sampel Menurut Usia Usia
Jumlah
Persentase
51 - 60 tahun
12
36,36 %
61 - 70 tahun
13
39,39 %
71 - 80 tahun
8
24,24 %
Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel tersebut di atas, sampel yang berusia antara 51 60 tahun berjumlah 12 (36,36 %) orang, 61 - 70 tahun berjumlah 13 (39,39%) orang, dan 71 - 80 tahun berjumlah 8 (24,24 %) orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2. Karakteristik Sampel Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
13
39,39 %
Perempuan
20
60,61 %
Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa sampel jenis kelamin laki-laki berjumlah 13 (39,39 %) orang dan perempuan berjumlah 20 (60,61 %) orang. Tabel 3. Karakteristik Sampel Menurut Kadar Netrofil dalam Darah Kadar netrofil dalam darah
Jumlah
Persentase
Tidak Tinggi
24
72,73 %
Tinggi
9
27,27 %
Sumber : data sekunder, 2011 Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan 24 (72,73 %) orang dengan kadar netrofil dalam darah tidak tinggi dan 9 (27,27 %) orang dengan kadar netrofil dalam darah tinggi. Tabel 4. Karakteristik Sampel Menurut Derajat Berat Kelumpuhan Derajat Berat Kelumpuhan
Jumlah
Persentase
Lumpuh Ringan
25
75,76 %
Lumpuh Berat
8
24,24 %
Sumber : data sekunder, 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4 tersebut, diperoleh 25 (75,76 %) orang mengalami lumpuh ringan dan 8 (24,24 %) orang mengalami lumpuh berat. B. Uji Statistik Data penelitian yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat (analisis Chi-Square) antara variabel dependen (derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik) dengan variabel indipenden (kadar netrofil dalam darah). Dilakukan analisis ini karena data tersebut merupakan data dengan skala pengukuran kategorikal, tidak berpasangan, dan termasuk data non parametrik. Tabel 5. Hubungan Kadar Netrofil dalam Darah dengan Derajat Berat Kelumpuhan. Lumpuh Variabel
Ringan
Berat
Total
OR
X2
p
21
3
24
8.75
6.6
0.01
(87.5 %)
(12.5 %)
(100 %)
4
5
9
(44.4 %)
(55.6 %)
(100 %)
Netrofil Ringan
Berat
Sumber : data sekunder, 2011 Perhitungan menggunakan uji statistik Chi Square dengan p < 0,05 yang berarti signifikan atau bermakna. Hal ini menunjukkan adanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. X2
= N(ad-bc)2 (a+b)(c+d)(a+c)(b+d) = 33 {(21)(5)-(3)(4)}2 (24)(9)(25)(8) = 6,607 Dari hasil perhitungan diperoleh nilai X2 = 6,607. Nilai X2 hitung
lebih besar dari nilai X2 pada tabel Chi Square (3,841) artinya hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian, dapat diartikan ada hubungan yang signifikan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. Selanjutnya, untuk mengetahui besar hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik dihitung dengan rumus Odds Ratio sebagai berikut : OR = ad/bc = (21)(5) / (3)(4) @ 8,75 Dari hasil perhitungan OR tersebut, dapat diketahui bahwa kadar netrofil dalam darah yang tinggi berisiko memperberat kelumpuhan pasien stroke iskemik 8.75 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar netrofil dalam darah yang tidak tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Stroke iskemik akut adalah penyebab utama kematian ketiga di negaranegara industri dan yang paling penting adalah sering menyebabkan kecacatan permanen pada orang dewasa di seluruh dunia. Dua mekanisme patofisiologi penting yang terlibat selama stroke iskemik adalah stres oksidatif dan peradangan. Jaringan otak tidak dilengkapi dengan pertahanan antioksidan, spesies reaktif oksigen, sehingga radikal bebas/oksidan lainnya dilepaskan oleh sel-sel inflamasi yang mengancam kelangsungan hidup jaringan di sekitar pusat iskemik (Shaheen E. Lakhan,et al., 2009). Pada tabel 1, yaitu tabel karakteristik sampel menurut umur didapatkan distribusi sampel terbanyak terdapat pada kelompok umur 61 - 70 tahun. Salah satu ciri khas stroke adalah bahwa insidensinya terlihat berkorelasi positif dengan usia karena semakin tinggi usia seseorang, maka semakin tinggi pula risiko untuk terjadinya stroke. Insidensi gangguan pembuluh darah otak menurut umur bisa mengenai semua umur, tetapi secara keseluruhan mulai usia dekade ke-5 (Aliah A., et al., 1996). Semakin tua seseorang terkena stroke, maka outcome fungsional dan survivalnya semakin buruk (Qodriani, 2010). Menurut Aminoff (2005), kemungkinan untuk menderita stroke akan semakin besar dengan pertambahan usia seseorang. Hal ini dapat diterangkan dengan proses aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah. Proses ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebenarnya terjadi pada usia muda dengan kecepatan yang berbeda-beda pada setiap orang. Sejalan dengan pertambahan umur, maka daerah yang mengalami aterosklerosis semakin luas. Pada tabel 2, yaitu tabel karekteristik sampel menurut jenis kelamin didapatkan sampel dengan jenis kelamin wanita lebih banyak daripada pria. Hal ini sesuai dengan penelitian Lamsudin (1994) yang menunjukkan hasil yang sama yaitu didapatkan wanita lebih banyak dari pria. Akan tetapi, pada penelitian Kiyohara et al. (2003) dan Appelros et al. (2003) mendapatkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki jumlah perbandingan yang sama terhadap risiko kematian pada tahun pertama. Pada tabel 3.yaitu tabel karakteristik sampel menurut kadar netrofil dalam darah diperoleh sampel bahwa kadar netrofil dalam darah yang tidak tinggi lebih banyak daripada yang tinggi. Dalam waktu empat sampai enam jam setelah kejadian iskemik, lekosit beredar ke dinding pembuluh darah dan menuju ke otak dengan melepaskan substansi dari mediator additional pro-inflammatory dan selanjutnya menyebabkan kerusakan di penumbra. Netrofil sendiri juga mensekresi sitokin yang menyebabkan aktivasi lebih lanjut dari sel glia.proses ini semua merupakan hasil dari kematian sel neuron dan meningkatkan kerusakan otak iskemik (Lakhan et al., 2009). Beberapa peneliti menyebutkan bahwa pada penderita stroke iskemik akut ada aktivasi netrofil yang memperberat kerusakan jaringan otak. Netrofil membawa superoksidan yang termasuk radikal bebas dan dapat mempengaruhi oksigenasi mitokondria.
Lisosim peroksida dan superoksidan ini akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyebabkan kerusakan sel neuron yang menetap (Feurstein 1977, Yamasaki 1977, Fisher 1999). Adanya sitokin pro-inflamatorik serta sitokin antiinflamatorik juga berpengaruh terhadap pengeluaran netrofil. Dari berbagai penelitian tersebut, diduga ada pengaruh beberapa sitokin yang mempengaruhi pengeluaran netrofil terhadap perluasan infark serebri pada penderita stroke iskemik akut. Pada tabel 4, yaitu tabel karakteristik sampel menurut derajat berat kelumpuhan diperoleh sampel yang mengalami lumpuh berat lebih sedikit daripada lumpuh ringan. Stroke menyerang pada susunan saraf pusat, maka lesi yang diakibatkan termasuk pada lesi upper motor neuron. Hemiplegi yang diakibatkan lesi pada kortek motor primer bersifat kontralateral, kerusakan yang menyeluruh namun belum meruntuhkan semua neuron kortek piramidal sesisi, menimbulkan kelumpuhan pada belahan tubuh kontraleteral dari yang ringan sampai sedang. Meskipun yang terkena sisi tubuh kanan atau kiri pada umumnya terdapat berbedaan antara lengan dan tungkai, perbedaan tersebut nampak jika kerusakan pada tingkat korteks namun jika kerusakan pada tingkat kapsula interna maka hemiplegi tidak ada perbedaan. Pada tabel 5, yaitu tabel hubungan kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan menunjukkan bahwa pasien stroke iskemik dengan kadar netrofil yang tinggi dalam darah memiliki risiko memperberat kelumpuhan 8.75 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien stroke iskemik dengan kadar netrofil yang tidak tinggi dalam darah. Beberapa peneliti melaporkan berbagai penemuan yang berhubungan dengan terjadinya mekanisme kerusakan serebral commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setelah terjadi iskemia jaringan. Respon inflamatorik pada stroke iskemik merupakan suatu proses penting yang mempengaruhi perjalanan stroke pada fase akut. Unsur inflamasi berupa unsur seluler, salah satunya seperti netrofil.Beberapa peneliti juga menyebutkan bahwa pada penderita stroke iskemik akut terdapat aktivasi netrofil yang memperberat kerusakan jaringan otak.Netrofil membawa superoksidan yang termasuk radikal bebas dan dapat mempengaruhi oksigenasi mitokondria. Lisosim dan superoksidan ini akan menyebabkan kerusakan sel neuron yang menetap (Fuerstein, 1997; Yamasaki, 1997; Fisher, 1999) yang kemudian akan menimbulkan infark serebri dan menyebabkan kelumpuhan pada anggota gerak ekstremitas atas ataupun bawah penderita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan kuat antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik. 2. Pasien stroke iskemik dengan kadar netrofil dalam darah yang tinggi dapat memperberat kelumpuhan sebesar 8,75 kali dibandingan pasien stroke iskemik dengan kadar netrofil dalam darah yang tidak tinggi.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan data primer, metode yang lebih baik seperti studi prospektif, serta jumlah sampel yang lebih banyak. Dengan demikian dapat diperoleh data yang lebih valid mengenai hubungan antara kadar netrofil dalam darah dengan derajat berat kelumpuhan pasien stroke iskemik.
commit to user