Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN TINGKAT KOGNITIF PADA PRA LANSIA DI PADUKUHAN DENOKAN MAGUWOHARJO, DEPOK, SLEMAN, DI YOGYAKARTA Thomas Aquino Erjinuare Amigo INTISARI Latar belakang: Masalah kesehatan yang terjadi pada pra lansia seperti penyakit DM dapat menyebabkan penurunan kognitif, dan penurunan kognitif juga dapat dipengaruhi oleh salah satunya adalah gula darah, gula darah yang tinggi dapat meningkatkan progresifitas penurunan kognitif ringan menjadi berat, sehingga perlu dilakukan upaya promotif dan preventif pada masa pra lansia agar kualitas hidup semakin baik di masa lanjut usia. Tujuan: Mengetahui hubungan kadar gula darah dengan tingkat kognitif pada pra lansia di Padukuhan Denokan Maguwoharjo, Depok, Sleman, DI Yogyakarta. Metode penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan survei analitik, menggunakan rancangan Cross Sectional yang dilaksanakan di Padukuhan Denokan. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling dengan jumlah sampel 78 responden, dianalisis menggunakan uji statistik korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian: Sebagian besar pra lansia memiliki kadar gula darah normal dengan persentase sebesar 69.2 %, sedangkan yang paling sedikit pra lansia yang memiliki kadar gula darah tinggi dan juga menderita penyakit diabetes mellitus dengan persentase 11.5 %, dan sebagian besar pra lansia juga menunjukan tingkat kognitif normal persentase 62.8 %, sedangkan yang mengalami gangguan kognitif ringan persentase 35.9 % dan 7 diantaranya menderita penyakit DM, dan paling sedikit pra lansia yang mengalami gangguan kognitif berat dengan persentase 1.3%. Analisa hubungan kadar gula darah dengan tingkat kognitif (p-value 0.015 < 0.05), dan analisis keeratan hubungan (r berada diantara 0.2- < 0.4 yaitu 0.275). Kesimpulan: Ada hubungan antara kadar gula darah dengan tingkat kognitif pada pra lansia, dengan keeratan hubungan lemah. Kata kunci: Kadar gula darah, tingkat kognitif, pra lansia.
1
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
CORRELATION BETWEEN BLOOD GLUCOSE LEVEL AND COGNITIVE LEVEL OF THE PRE ELDERLY AT DENOKAN MAGUWOHARJO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA SPECIAL TERRITORY Thomas Aquino Erjinuare Amigo ABSTRACT Bacground: Common health problem in the pre elderly such as diabetes mellitus can cause degradation in cognitive function. High blood glucose level may lead to progressive cognitive degradation from minor to severe so that both promotive and preventive efforts in the pre elderly should be made to maintain better quality of life in the pre elderly. Objective: To identify correlation between blood glucose level and cognitive level in the elderly at Denokan Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Special Territory. Method: The study was quantitative with analytic survey approach and Cross Sectional design carried out at Denokan. There were 78 respondents determined through total sampling technique. Data analysis used Spearman Rank correlation test Result: The majority of the pre elderly (69.2%) had normal blood glucose level. Those with high blood glucose level that suffered from diabetes mellitus consisted of 11.5 %. The majority had normal cognitive function (62.8 %), and those with minor cognitive disorder comprised 35.9 % of which seven people had diabetes mellitus. Only 1.3% of the elderly had severe cognitive disorder. Score of correlation between blood glucose level and cognitive function was p-value 0.015 < 0.05, whereby level of correlation was (r) 0.2- < 0.4, i.e. 0.275). Conclusion: There was correlation between blood glucose level and cognitive level in the pre elderly, and degree of correlation was weak. Keywords: blood glucose, cognitive function, pre elderly
2
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
dewasa dibagi menjadi tiga masa yaitu: masa
PENDAHULUAN pembangunan,
dewasa dini (18-40 tahun), masa dewasa
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
madya (40-60 tahun), dan masa dewasa lanjut
membawa perbaikan dalam berbagai aspek
atau usia lanjut(>60 tahun)(10). Masa dewasa
kehidupan sehingga kualitas hidup manusia
madya disebut juga pra lansia sesuai dengan
semakin baik(23). Kualitas hidup semakin baik
pengelompokan
memberi dampak yang luas, salah satunya
prasenilis (pra usia lanjut) umur 45-59
yaitu peningkatan kondisi kesehatan bagi
tahun(4).
masyarakat Indonesia yang membuat jumlah
mengalami perubahan fisik.
Keberhasilan
penduduk
Masa
pra
dari
lansia
Depkes,
juga
sudah
penduduk Indonesia mengalami peningkatan.
Perubahan fisik terjadi pada pra
Menurut Alimoeso (2013) bahwa dari hasil
lansia yang ditandai dengan berat badan
sensus
bertambah,
penduduk
pada
tahun
2010,
berkurangnya
rambut
dan
diperkirakan tahun 2013 penduduk Indonesia
beruban, perubahan pada kulit, tubuh menjadi
akan
gemuk, perubahan otot, masalah persendian,
mencapai
250 juta
jiwa
dengan
pertumbuhan penduduk 1,49%. Pertumbuhan
perubahan
dalam
kemampuan
penduduk bukan hanya berdasarkan faktor
perubahan
pada
jumlah tapi juga struktur dan persebaran.
perubahan pada kesehatan(10). Masa pra lansia
Struktur tersebut dipengaruhi oleh triple
merupakan masa seseorang juga sudah
burden, yaitu jumlah usia sekolah dan balita
mengalami penuaan dan mengalami berbagai
sebesar 28,87%, angkatan kerja atau usia
penyakit karena proses menua sudah mulai
dewasa 63,54%, dan lansia (lanjut usia)
berlangsung sejak seseorang mencapai usia
mencapai 7,59% (32).
dewasa,
fungsi
misalnya
indera,
fisiologis
dengan
dan
terjadinya
Berdasarkan triple burden dapat
kehilangan jaringan pada otot, susunan
dilihat bahwa penduduk usia dewasa sangat
syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
dominan. Menurut Data Statistik Indonesia
“mati” sedikit demi sedikit(16). Perubahan
(2010) menunjukan penduduk usia dewasa
fisik yang terjadi
atau pra lansia tahun 2000 sebanyak 17,47%,
memberikan
tahun 2005 sebanyak 19,9 %, tahun 2010
kesehatan pra lansia.
dampak
Kondisi
sebanyak 21,28%, sedangkan di tingkat
pada proses menua terhadap
kesehatan
kondisi
pra
lansia
Daerah
memiliki masalah seperti diabetes mellitus,
Istimewa Yogyakarta (DIY) penduduk usia
hipertensi, artritis reumathoid, penyakit paru
dewasa atau pra lansia tahun 2000 sebanyak
obstruktif menahun, atau multipel sklerosis
20,70%, tahun 2005 sebanyak 22,69%, tahun
yang
provinsi
2010
khususnya
sebanyak
Provinsi
25,05%
(Data
dapat
mempengaruhi
tanggung jawab pra lansia
Statistik
peran
dan
(20)
. Penyakit-
Indonesia, 2013). Data tersebut menunjukkan
penyakit yang dialami oleh pra lansia,
adanya
penyakit diabetes mellitus yang diidentifikasi
peningkatan
jumlah
penduduk
dengan kenaikan kadar gula darah merupakan
khususnya usia dewasa. Orang dewasa adalah individu yang
penyakit yang berada dalam urutan sepuluh
telah menyelesaikan pertumbuhannya dan
besar sebagai penyakit berbahaya, yang
siap menerima kedudukan dalam masyarakat
dibuktikan Hasil Riset Kesehatan Dasar
bersama dengan orang dewasa lainnya. Masa
(Rikesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat penyakit 3
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54
penurunan kognitif(18). Penurunan kognitif
tahun
menduduki
dapat terjadi bukan semata-mata karena
rangking kedua yaitu 14,7%, dan daerah
proses penuaan atau terjadi pada saat
pedesaan menduduki rangking keenam yaitu
seseorang
5,8% (12).
penurunan kognitif juga dapat terjadi jika
di
daerah
Diabetes
perkotaan
mellitus
merupakan
seseorang
berada
pada
mengalami
masa
lansia,
gangguan
suatu
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
penyakit fisik seperti DM atau kelainan
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah
psikososial(33).
(gula darah)(27). Diabetes mellitus yang sering
Peningkatan jumlah pra lansia dari
terjadi pada pra lansia adalah DM tipe II
periode ke periode dan perubahan-perubahan
(non-independent insulin) yaitu kadar gula
fisik dan penuaan yang terjadi pada pra lansia
darah meningkat karena sel-sel kehilangan
berdampak
kemampuan untuk menggunakan insulin
kesehatan. Masalah kesehatan yang terjadi
(18)
yang dihasilkan oleh tubuh
. Glukosa atau
pada
timbulnya
masalah
pada pra lansia seperti penyakit dapat
gula darah adalah bahan bakar karbohidrat
menyebabkan
utama yang ditemukan dalam darah dan bagi
penurunan kognitif juga dapat dipengaruhi
banyak organ tubuh termasuk otak, glukosa
oleh salah satunya adalah gula darah,
merupakan bahan bakar primer Hasil
penelitian
(7)
penurunan
kognitif,
dan
sehingga perlu dilakukan upaya promotif dan
yang
dilakukan
preventif pada masa pra lansia agar kualitas
dengan studi kohort selama empat tahun
hidup semakin baik di masa lanjut usia.
terhadap 61 subjek berusia 65 tahun yang
Hasil
studi
pendahuluan
yang
memiliki penurunan kemampuan kognitif
dilakukan di Padukuhan Denokan yaitu salah
ringan,
berlanjut
satu padukuhan yang terletak di Desa
menjadi demensia yaitu keadaan penurunan
Maguwoharjo, yang terdiri dari tiga RW dan
kognitif yang berat dan sudah mempengaruhi
enam RT ditemukan beberapa pra lansia
aktivitas
diantaranya
mengalami penyakit DM dengan kadar gula
tersebut
darah yang tinggi dan mengatakan terkadang
dapat
sering lupa. Berdasarkan latar belakang maka
penurunan
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
kognitif ringan menjadi berat, kadar gula
kadar gula darah dengan tingkat kognitif
darah yang tinggi pada penderita diabetes
pada pra lansia di Padukuhan Denokan.
didapatkan
19
sehari-hari,
menderita
diabetes
menunjukan meningkatkan
orang
tujuh
(34)
.
Hasil
bahwa
selain
progresifitas
juga dapat meningkatkan resiko demensia. Dampak dari penurunan kognitif meliputi beberapa persepsi memori
penurunan motorik,
pada
ketrampilan,
pembentukan
kompleks
dan
A. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum
konsep,
Tujuan umum penelitian yang dilakukan
pengambilan
adalah untuk mengetahui hubungan
keputusan yang cepat(9).
kadar gula darah dengan tingkat kognitif
Perkembangan kognitif yang dialami
pada pra lansia di Padukuhan Denokan.
masa pra lansia dengan berbagai karakteristik
2. Tujuan khusus
orang dari hasil penelitian longitudinal
a. Diketahui kadar gula darah pra lansia
berada dalam kondisi baik dan kebanyakan
di Padukuhan Denokan
subjek penelitian menunjukan tidak ada 4
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
b. Diketahui tingkat kognitif pra lansia
ISSN : 2088 - 8872
Kabupaten
di Padukuhan Denokan c. Diketahui keeratan hubungan antara
Sleman,
Provinsi
Istimewa
Yogyakarta,
wilayah
sebelah sebelah
Daerah
dengan
batas
Barat
Padukuhan
Timur
Padukuhan
kadar gula darah dengan tingkat
Pamahan,
kognitif pada pra lansia di Padukuhan
Tapan Rejo, sebelah Utara Wedomartani,
Denokan
sebelah Selatan Padukuhan Sopalan. Luas wilayah Padukuhan Denokan 736,525 Ha. Jumlah penduduk Padukuhan Denokan
METODE PENELITIAN
668 jiwa dengan jumlah Laki-laki 323
Jenis penelitian kuantitatif dengan
jiwa dan perempuan 345 jiwa.
pendekatan survei analitik, menggunakan Tempat
Padukuhan Denokan terdiri dari 3
penelitian di Padukuhan Denokan. Penelitian
RW dan 6 RT. Rumah-rumah warga
ini dilaksanakan pada tanggal 11 sampai 18
saling
April 2014 dengan responden pra lansia (45-
memudahkan untuk melakukan interaksi
49 tahun).
dengan
rancangan
Cross
Sectional.
berdekatan
orang
sehingga
sekitar
dan
akan
bertukar
yang
informasi. Setiap RT maupun RW juga
dilakukan adalah pra lansia (45-59 tahun) di
mempunyai jadwal pertemuan ibu-ibu dan
Padukuhan Denokan dengan jumlah 120
bapak-bapak pada minggu ke-2 setiap
orang. Teknik pengambilan sampel yaitu
bulan. Di Padukuhan Denokan belum
total sampling dengan jumlah sampel 78
terdapat
responden yang masuk dalam kriteria inklusi
fasilitas kesehatan juga cukup dekat.
dan ekslusi. Instrumen penelitian yang
Kegiatan-kegiatan yang sering di lakukan
digunakan adalah alat ukur gula darah atau
oleh warga Padukuhan Denokan antara
glukometer yang sudah dikalibrasi dan Mini
lain adanya aktivitas senam setiap hari
Mental State Examination (MMSE) yang
selasa di rumah pak dukuh.
Populasi
dalam
penelitian
posyandu lansia, jarak dan
2. Analisis univariat
sudah baku. Dianalisis menggunakan uji
a. Gambaran karakteristik responden
statistik korelasi Spearman Rank peneliti menggunakan bantuan komputer dengan
Responden
pada
penelitian
yang
program SPSS versi 16.00.
dilakukan adalah pra lansia (45-59 tahun) yang berjumlah 78 orang yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
bertempat
tinggal
HASIL
Denokan.
Karakteristik
1. Gambaran umum lokasi penelitian
meliputi jenis kelamin, pekerjaan, dan
Padukuhan Denokan merupakan salah
pendidikan.
satu padukuhan yang terletak di Desa
univariat
Maguwoharjo,
Kecamatan
Berikut
di
responden
hasil
karakteristik
Depok,
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Di Padukuhan Denokan Tahun 2014 (n=78) 5
Padukuhan
analisis
responden:
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
No 1.
2.
3.
Karakteristik responden Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Pekerjaan - Bekerja - Tidak bekerja Pendidikan - SD - SMP - SMA - Sarjana Total
ISSN : 2088 - 8872
(f)
(%)
27 51
34,6 65,4
47 31
60,3 39,7
35 18 10 15
44,9 23,1 12,8 19,2
78
100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
banyak adalah tamatan SD dengan
karakteristik responden berdasarkan
persentase 44,9% (35 orang), dan
jenis kelamin responden mayoritas
paling sedikit adalah tamatan SMA
perempuan dengan persentase 65,4%
dengan persentase 12,8 % (10 orang).
(51 orang). Karakteristik responden berdasarkan mayoritas
pekerjaan masih
persentase
bekerja
60,3%
sedangkan
pra
(47
karakteristik
b. Variabel kadar gula darah
lansia
Data mengenai kadar gula darah dalam
dengan
penelitian yang dilakukan diperoleh
orang),
melalui pemeriksaan kadar gula darah
responden
sewaktu
pada
responden
dengan
berdasarkan tingkat pendidikan pra
menggunakan alat pemeriksaan gula
lansia menunjukan bahwa yang paling
darah.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Kadar Gula Darah Pra Lansia Di Padukuhan Denokan Tahun 2014 (n=78) No 1. 2. 3.
kadar
Kadar gula darah Rendah Normal Tinggi Total
(f) 15 54 9 78
(%) 19,2 69,2 11,5 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa
diabetes mellitus dengan persentase
gula
11,5% (9 orang).
darah
pra
lansia
di
Padukuhan Denokan sebagian besar memiliki
kadar
gula
darah
c. Variabel tingkat kognitif
yang
Data mengenai tingkat kognitif dalam
normal dengan persentase 69,2% (54
penelitian yang dilakukan diperoleh
orang), dan yang paling sedikit pra
melalui wawancara yang dilakukan
lansia yang memiliki kadar gula darah
oleh peneliti menggunakan keusioner
tinggi dan juga menderita penyakit
MMSE dengan melihat hasil skor MMSEresponden.
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Kognitif Pra Lansia Di Padukuhan Denokan Tahun 2014 (n=78). No 1. 2. 3.
Tingkat kognitif Normal Gangguan kognitif ringan Gangguan kognitif berat Total
(f) 49 28 1 78
Tabel 4.3 distribusi responden menurut
tingkat
(%) 62,8 35,9 1,3 100
memperlihatkan bahwa sebagian besar
kognitif
pra
6
lansia
menunjukkan
tingkat
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
kognitif normal dengan persentase
dengan persentase 35,9% (28 orang)
62,8 % (49 orang), sedangkan yang
dan
mengalami gangguan kognitif ringan
DM.
diantaranya menderita penyakit
Rank, dengan tingkat kepercayaan 95 %.
3. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk
Pengujian
hipotesis
untuk
melihat
melihat hubungan dan keeratan hubungan
hubungan antar variabel berdasarkan p-
antara variabel penelitian yaitu kadar gula
value
darah dengan tingkat kognitif. Analisis
hubungan berdasarkan nilai r dan arah
bivariat yang digunakan adalah Spearman
korelasinya.
(<0.05)
dan
melihat
keeratan
Tabel 4.4 Hubungan Antara Kadar Gula Darah Dengan Tingkat Kognitif Pada Pra Lansia Di Padukuhan Denokan Tahun 2014 (n=78). Kadar gula darah Normal Rendah Tinggi Total
normal f % 38 48,71 9 11,53 2 2,57 49
62,81
Tingkat kognitif ringan f % 16 20,51 5 6,41 7 8,98 28
35,9
Berat f 0 1 0
% 0 1,29 0
f 54 15 9
1
1,29
78
7
Total % 69,22 19,23 11,55 100
pvalue
Rho (r)
0.015
0.275
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji Spearman Rank
ISSN : 2088 - 8872
gula darah yang normal dalam keadaan
untuk melihat
fisiologis dipengaruhi oleh kerja insulin
hubungan dan keeratan hubungan
dan glukagon secara bersama-sama yang
antara kadar gula darah dengan tingkat
mempertahankan
kognitif pada pra lansia di Padukuhan
konstan dalam darah yang menstimulasi
Denokan diperoleh p-value < 0.05
pelepasan gula dari hati. Hati akan
yaitu 0.015, dan nilai r berada diantara
menghasilkan gula melalui pemecahan
0.2- < 0.4 yaitu 0.275 dengan arah
glikogen (glikogenolisis), setelah 8-12
korelasi positif, yang artinya ada
jam
hubungan yang signifikan antara kadar
membentuk gula dari pemecahan zat-zat
gula darah dengan tingkat kognitif pra
selain
lansia dengan keeratan hubungan yang
asam-asam
lemah. Arah korelasi positif artinya
glukoneogenesis(27).
semakin
baik
kadar
gula
tanpa
kadar
gula
makanan,
karbohidrat
hati
yang
Kadar
(normal) semakin baik pula tingkat
(hipoglikemi)
kognitif (normal) pra lansia.
keadaan
gula
lapar
fisiologis
akan
mencakup
amino
darah
yang
atau
darah
rendah
dapat
terjadi
pada
atau
selama
stres
misalnya
olahraga(24).
PEMBAHASAN
Penyebab hipoglikemi pada penderita
1. Kadar gula darah pra lansia di
DM karena obat hipoglikemi, selain itu
Padukuhan Denokan Hasil
makan yang kurang, berat badan turun,
penelitian
kadar
gula
sesudah olahraga, sesudah melahirkan,
darah pra lansia di Padukuhan Denokan
dan
paling banyak (69%) memiliki kadar
pemberian insulin yang tidak (1)
tepat .
gula darah yang normal, ada pra lansia
Kadar
gula
darah
tinggi
yang memiliki kadar gula darah rendah
disebabkan oleh jumlah hormon insulin
(19,2%),
sedikit
yang kurang atau jumlah insulin cukup
(11,5%) pra lansia yang memiliki kadar
tetapi kurang efektif (resistensi insulin)
gula darah tinggi dan juga menderita
sehingga kadar gula darah yang tinggi
penyakit diabetes mellitus.
dalam tubuh tidak dapat diserap semua
dan
yang
paling
Glukosa atau gula darah adalah
dan tidak dapat dipergunakan sebagai
bahan bakar karbohidrat utama yang ada
bahan energi/tenaga dalam sel tubuh
dalam darah, dan bagi banyak organ
terutama sel otot. Akibatnya seseorang
tubuh, glukosa merupakan bahan bakar
akan kekurangan energi sehingga mudah
primer(7). Kadar gula darah sewaktu
lelah, banyak makan tetapi berat badan
pada pemeriksaan darah kapiler adalah:
terus menurun, sering buang air kecil
Rendah (< 90 mg/dl), normal (90-199
dan banyak minum(36).
mg/dl), tinggi ( 200 mg/dl)
(14)
. Kadar 8
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Berdasarkan teori yang telah
Aktivitas
fisik
berpengaruh
diuraikan bahwa kadar gula darah
dalam
mempertahankan
merupakan kebutuhan dasar manusia
darah
yang
yang sangat penting dalam menjalankan
melakukan aktivitas fisik, otot-otot akan
fungsi fisiologis tubuh. Pra lansia di
memakai lebih banyak gula daripada
Padukuhan Denokan sebanyak 69%
waktu tidak melakukan aktivitas fisik,
yang memiliki kadar gula darah yang
dengan demikian konsentrasi gula darah
normal yaitu dalam rentang
90-199
akan turun. Melalui aktivitas fisik,
mg/dl, menggambarkan fungsi fisiologis
insulin akan bekerja lebih baik sehingga
kerja insulin dan glukagon dalam
gula dapat masuk ke dalam sel untuk
mempertahankan
darah
dibakar menjadi tenaga(28). Hal tersebut
normal pada pra lansia itu sendiri masih
sesuai dengan karakteristik responden
normal, sehingga kadar gula darah
yang sebagian besar bekerja yaitu
masih terkontrol dalam rentang normal.
sebanyak 60,3% (47 orang), dan juga
Pra lansia yang memiliki kadar gula
kegiatan
darah rendah yaitu <90 mg/dl sebanyak
beberapa pra lansia yang merupakan
19,2% dapat disimpulkan bahwa terjadi
aktivitas rutin yang ada di Padukuhan
karena pra lansia dalam keadaan lapar,
Denokan.
kadar
gula
normal.
senam
yang
kadar Pada
gula waktu
diikuti
oleh
sehabis olah raga, karena pada saat
Umur pra lansia yaitu 45 tahun
penelitian peneliti mendapatkan bahwa
sampai 59 tahun yang termasuk dalam
beberapa pra lansia yang memiliki kadar
kelompok umur yang beresiko terhadap
gula darah rendah belum makan siang
kejadian diabetes mellitus dan faktor
dan baru pulang kerja. Di Padukuhan
penuaan
Denokan juga ditemukan pra lansia
mempengaruhi kadar gula darah yang
yang mengalami kadar gula darah yang
tinggi dan kejadian diabetes mellitus
tinggi yaitu >200 mg/dl dan juga
seperti
menderita penyakit Diabetes Mellitus
pengaruh penuaan terhadap kejadian
sebanyak 11,5%. Peningkatan kadar
diabetes melitus tipe 2 terjadi karena
gula darah yang tinggi pada pra lansia di
adanya
Padukuhan Denokan menggambarkan
pankreas yang menyebabkan perubahan
terganggunya proses fisiologis tubuh pra
sekresi insulin karena berhubungan
lansia
jumlah
dengan perubahan metabolisme gula
insulin berkurang atau jumlah insulin
pada usia tua(21). Jenis kelamin juga
cukup tetapi kurang efektif sehingga
dapat berpengaruh terhadap kejadian
kadar gula darah menjadi tinggi dalam
diabetes mellitus. Wanita lebih berisiko
darah.
mengidap diabetes karena secara fisik
yang
menyebabkan
yang
yang
terjadi
juga
dikatakan
perubahan
pada
dapat
Rohmah
sel
beta
wanita memiliki peluang peningkatan 9
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
indeks masa tubuh yang lebih besar.
Hasil penelitian tingkat kognitif
Sindroma siklus bulanan (premenstrual
pra lansia di Padukuhan Denokan
syndrome),
yang
sebagian besar pra lansia menunjukkan
tubuh
tingkat kognitif normal (62,8%), yang
pasca-menopouse
membuat
distribusi
lemak
menjadi mudah terakumulasi akibat
memiliki
proses
hormonal
tersebut
sehingga
sebanyak 35,9% dan paling sedikit
wanita
berisiko
menderita
diabetes
memiliki gangguan kognitif berat yaitu
melitus tipe 2(3). Berdasarkan hasil
gangguan
kognitif
ringan
1,3%.
penelitian analisis data sekunder yang
Kognitif
adalah
proses
dilakukan tentang faktor determinan
penerimaan,
kejadian DM pada orang dewasa di
mendapatkan
kembali
serta
Indonesia, menemukan hubungan yang
menggunakan
informasi(9).
Kognitif
signifikan kejadian diabetes melitus
meliputi
dengan jenis kelamin dengan OR 1,35,
memproses,
artinya perempuan lebih mudah untuk
menggunakan informasi. Kemampuan
menderita diabetes melitus 1,35 kali
kognitif mencakup pemikiran, penilaian,
laki-laki(8).
dibanding
Hal
tersebut
penyimpanan,
kemampuan
otak
untuk
mempertahankan,
dan
persepsi, perhatian, pemahaman, dan
sesuai dengan karakteristik responden
memori(35).
yang paling banyak berjenis kelamin
tersebut berasal dari beberapa bagian
perempuan yaitu sebanyak 65,4% (51
otak. Sebanyak 75% dari bagian otak
orang).
besar merupakan area kognitf(22). Atensi Penelitian
sejalan
dengan
yang
dilakukan
penelitian
Masing-masing
fungsi
dan konsentrasi berasal dari saraf yang
yang
ada pada sistem korteks
bersama
mengatakan bahwa hasil pemeriksaan
dengan jalur penghubung dari sistem
kadar
retikular
gula
darah
masyarakat
Dusun
Kabupaten
Badung,
sewaktu
dan
ganglia
basalis.
Mambal
Kemampuan berbicara dan berbahasa
banyak
terletak pada domain batang otak,
memiliki kadar gula darah yang normal
cerebellum, serta fungsi saraf cranialis
yaitu sebanyak 83,42 %, yang memiliki
serta melibatkan fungsi korteks otak.
kadar gula darah rendah sebanyak
Memori melibatkan sistem bilateral
7,76%, dan paling sedikit memiliki
hipokampus, lobus temporal medial,
kadar
serta
gula
darah
Samu
pada
paling
tinggi
sebanyak
2,91%(5). 2. Tingkat
hubungan
pendukung
dengan
korteks dan sistem limbik. Fungsi kognitif
pra
lansia
eksekutif melibatkan lobus frontal, dan
di
fungsi visuospasial dan visuokonstruksi
Padukuhan Denokan
didukung oleh saraf yang melibatkan lobus parietal, temporal dan oksipital(25). 10
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Mobilitas dan aktivitas fisik
Otak akan kehilangan berat 150-200
memberi dampak pada fungsi kognitif
gram dibandingkan berat otak pada usia
karena aktivitas fisik menjaga dan
muda. Penurunan berat ini terjadi
mengatur vaskularisasi ke otak dengan
sampai usia 50 tahun kemudian turun
menurunkan
darah,
secara cepat. Sesudah usia 50 tahun,
tekanan
meningkatkan
kadar
lipoprotein,
volume otak akan berkurang karena
meningkatkan
produksi
endothelial
berkurangnya masa alba. Hal tersebut
nitric oxide dan menjamin perfusi
juga terjadi pada korteks asosiasi dan
jaringan
otak
langsung
yang
terhadap
memelihara
struktur
adekuat.
Efek
sistem limbik. Sistem limbik merupakan
otak
yaitu
pusat pengaturan proses belajar, memori
dan
dan emosi. Hipokampus kehilangan sel
saraf
meningkatkan perluasan serabut saraf, sinap-sinap
dan
kapilaris(37).
neuron
Efek
dengan
berkurang
menurunkan
hipotalamus
penyakit kardiovaskular dan efek secara
Hubungan interpersonal
yang
menimbulkan
usia
terutama
dibagian
. kelamin
dan
tingkat
pendidikan juga dapat mempengaruhi
(39)
penurunan tingkat kognitif. Penurunan
aktivitas
hormon estrogen pada wanita menopuse
.
kurang
stres.
mulai
(31)
Jenis
langsung juga pada saraf, sehingga berdampak pada fungsi kognitif
5%
pertengahan, sel neuron akan sedikit
aktivitas fisik termasuk mobilitas ada hubungannya
sebanyak
dapat
meningkatkan
resiko
penyakit
Mekanisme
neurodegenaratif, karena hormon ini
fisiologis stres mempengaruhi proses
diketahui memegang peranan penting
neurodegeneratif
dalam
khususnya
di
memelihara
fungsi
otak(2).
hipokampus dan memegang peranan
Menopause atau masa klimakterium
penting dalam proses memori di otak.
dalam hidup seorang wanita yang terjadi
Hipokampus mengatur respon stress dan
kira-kira pada umur 45-50 tahun, tetapi
bekerja menghambat respon dari HPA
juga
(Hipotalamus-Pituitary-Adrenal)
kemudian(19).
aksis
stres. Frekuensi kontak sosial dan tingginya
integrasi
sosial
bisa
lebih
awal
atau
lebih
Penurunan skor terjadi seiring
dan
bertambahnya
usia
dan
tingkat
(17)
keterikatan sosial dapat mengurangi atau
pendidikan rendah
memperberat
tinggal dalam periode waktu lama di
efek
stres
pada
hipotalamus dan sistem saraf pusat.
daerah
Hubungan sosial ini dapat mengurangi
berpendidikan rata-rata rendah akan
(41)
kerusakan otak dan efek penuaan
.
dengan
. Usia lanjut yang
masyaraktnya
mengalami penurunan tingkat kognitif
Pada usia lanjut berat otak akan
lebih cepat dibandingkan usia lanjut
mengalami penurunan secara perlahan. 11
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
yang
tinggal
di
daerah
ISSN : 2088 - 8872
yang
menurunnya
fungsi
(38)
kemampuan
kognitif,
kurangnya
karena
karakteristik
masyarakatnya berpendidikan tinggi
.
Berdasarkan uraian di atas dapat
aktivitas
fisik
otak
dan
disimpulkan bahwa tingkat kognitif
responden ada yang tidak bekerja
yang normal pada sebagian besar pra
sebanyak
lansia yaitu 62,8%
aktivitas
menggambarkan
39,7%
dan
interpersonal
kurangnya atau
kurang
fungsi kognitif pra lansia yang meliputi
berinteraksi dengan
kemampuan otak untuk memproses,
lingkungannya
mempertahankan,
menggunakan
menimbulkan stress bagi pra lansia itu
informasi yang mencakup pemikiran,
sendiri yang berdampak pada penurunan
penilaian,
perhatian,
fungsi kognitif. Karakteristik responden
pemahaman, dan memori masih normal
yang juga menunjukan paling banyak
atau
proses
berjenis kelamin perempuan sebanyak
penurunan fungsi otak. Hal tersebut juga
65,4% dan pendidikan responden yang
bisa dipengaruhi oleh aktivitas fisik
paling banyak berpendidikan tamatan
karena sebagian besar pra lansia bekerja
SD
sebanyak
berpengaruh
dan
persepsi,
belum
mengalami
60,3%
dan
melakukan
kegiatan di padukuhan salah satunya
sehingga
sebanyak
44,9%.
dapat
yang
terhadap
juga
penurunan
kognitif.
senam dan aktivitas interpersonal karena
Hasil penelitian yang dilakukan
bisa bersosialisasi dengan orang lain.
sejalan
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan
dilakukan
yang
Surakarta
mengatakan
orang disekitar
perkembangan
dengan
penelitian
yang
di RSUD Dr. Moewardi pada
penderita
diabetes
kognitif yang dialami masa pra lansia
mellitus dengan hasil 89,3% memiliki
dengan berbagai karakteristik orang dari
tingkat kognitif normal, 10,7% memiliki
hasil penelitian longitudinal berada
gangguan kognitif ringan(40)
dalam kondisi baik dan kebanyakan
3. Hubungan antara kadar gula darah
subjek penelitian menunjukan tidak ada
dengan tingkat kognitif pada pra
penurunan kognitif(18).
lansia.
Selain pra lansia yang memiliki
Hasil penelitian hubungan dan
tingkat kognitif yang normal, ada juga
keeratan hubungan antara kadar gula
pra lansia yang mengalami penurunan
darah dengan tingkat kognitif pada pra
tingkat kognitif yaitu gangguan kognitif
lansia
ringan sebanyak 35,9% dan gangguan
berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan
kognitif berat sebanyak 1,3%. Hal
bahwa
tersebut bisa disebabkan karena pra
bermakna antara kadar gula darah
lansia yang sudah mengalami proses
dengan tingkat kognitif pada pra lansia
penuaan
di Padukuhan Denokan (p-value 0,015),
yang
berdampak
pada 12
di
Padukuhan
terdapat
Denokan
hubungan
yang
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
dan memiliki keeratan hubungan yang
transport
lemah (r = 0,275) dengan arah korelasi
meningkatkan jumlah glutamat yang
yang positif.
bersifat neurotoksik(13). Hiperglikemia
Fungsi otak sangat bergantung
kronik
nutrisi
pada
ke
otak
diabetes
serta
mellitus
pada tersedianya oksigen dan gula
berhubungan dengan kerusakan jangka
darah. Meskipun hanya seberat 2% dari
panjang,
berat
beberapa organ tubuh, terutama mata,
badan
orang
dewasa,
otak
atau
kegagalan
ginjal, saraf, dan pembuluh darah(6).
menerima 20% dari curah jantung, sebagian besar, yakni 80% dari glukosa
Berdasarkan
dan oksigen tersebut dikonsumsi oleh substansi kelabu
disfungsi
teori
dapat
disimpulkan bahwa tidak hanya oksigen
(26)
. Gangguan pasokan
tetapi
gula
darah
juga
sangat
glukosa yang berlangsung lebih dari
bepengaruh dalam menjaga fungsi otak.
beberapa menit dapat menimbulkan
Gula darah sangat diperlukan oleh otak
disfungsi sistem saraf pusat, koma, dan
yaitu 80% gula darah di konsumsi oleh
gangguan kognitif. Penyakit DM juga
substansi kelabu. Pada Tabel 4.4 juga
memiliki
dapat dilihat pra lansia yang memiliki
peran
penting
dalam
penurunan tingkat kognitif(30). Kondisi
tingkat kognitif normal memiliki kadar dapat
gula darah yang normal, dan bukan
mempengaruhi viabilitas saraf dengan
hanya terjadi pada lansia saja tetapi juga
beberapa
diantaranya
pada pra lansia sudah terjadi penurunan
meningkatkan kemungkinan terjadinya
tingkat kognitif. Dari hasil penelitian
stres oksidatif, mengubah fungsi dan
juga didapatkan hasil bahwa pra lansia
struktur
sehingga
yang mengalami gangguan kognitif
mengganggu
ringan juga memiliki kadar gula darah
secara
hiperglikemia
cara,
pembuluh tidak
fungsi
darah
langsung
normal
saraf.
yang tinggi dan mengalami penyakit
Hiperglikemi juga dapat menyebabkan
DM. Kondisi kadar gula darah yang
hiperosmolaritas
tinggi yang dialami oleh pra lansia
vasopresin
sistem
yang
yang
menyebabkan
meningkatkan
secara
bertahap
degenerasi
neuron
memberi dampak pada terganggunya fungsi
normal
hipotalamus, selain itu terdapat efek
mengakibatkan
langsung
kognitif.
dari
keseimbangan
hiperglikemia kalsium
di
pada neuron
Penelitian
saraf
penurunan
yang
yang fungsi
dilakukan
hipokampus yang dapat menyebabkan
sejalan
degenerasi
pada
dilakukan di wilayah kecamatan Tebet
kognitif. Terdapat pula peningkatan
Jakarta Selatan pada usia 60-75 tahun
resiko hipoglikemia
penderita
mengatakan ada hubungan antara kadar
mengganggu
gula darah sewaktu dengan fungsi
diabetes
dan
yang
berdampak
pada
dapat
13
dengan
sistem
penelitian
yang
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
kognitif pada lanjut usia(11). Hasil
gula darah semakin baik pula tingkat
penelitian juga mengatakan bahwa kadar
kognitif pra lansia. Hal tersebut dapat
gula darah yang tinggi sebagai faktor
dilihat pada tabel 4.4 tingkat kognitif
resiko kesehatan otak, fungsi kognitif
yang normal paling banyak memiliki
dan demensia(15).
kadar gula darah yang normal pula.
Hasil penelitian yang dilakukan juga
ditemukan
keeratan
hubungan
KESIMPULAN
lemah antara kadar gula darah dan
Berdasarkan
tingkat kognitif. Keeratan hubungan
dilakukan di Padukuhan Denokan untuk
yang
melihat hubungan kadar gula darah dengan
lemah
memberi
arti
bahwa
penelitian
yang
telah
penurunan tingkat kognitif yang terjadi
tingkat
pada pra lansia tidak hanya dipengaruhi
Padukuhan Denokan, dapat disimpulkan
oleh kadar gula darah. Hal tersebut
sebagai berikut:
kognitif
pada
pra
lansia
di
dapat dilihat pada tabel 4.4 gangguan
1. Kadar gula darah pra lansia sebagian
kognitif yang ringan paling banyak
besar memiliki kadar gula darah yang
memiliki kadar gula darah yang normal.
normal.
Seperti yang sudah dibahas pada analisis univariat
bahwa
kognitif
yang
penurunan dialami
2. Tingkat kognitif pra lansia sebagian
tingkat
pra
besar
lansia
memiliki
tingkat
kognitif
normal.
dipengaruhi juga oleh aktivitas fisik,
3. Ada hubungan antara kadar gula
hubungan interpersonal, jenis kelamin
darah dengan tingkat kognitif pada
dan tingkat pendidikan. Faktor-faktor
pra lansia.
yang
mempengaruhi
individu
4. Keeratan hubungan antara kadar gula
mengalami gangguan kognitif selain
darah dengan tingkat kognitif pada
kadar gula darah yaitu gangguan suplai
pra lansia lemah.
oksigen dan zat gizi dasar yang penting lainnya
ke
otak,
berhubungan
degenarasi
dengan
pengumpulan
zat
SARAN
yang
1. Bagi ilmu keperawatan
penuaan,
beracun
Hasil penelitian yang telah dilakukan
dalam
dapat
digunakan
untuk
jaringan otak, penyakit alzheimer, HIV,
pengembangan ilmu pada bidang
penyakit hati kronik, penyakit ginjal
keperawatan
kronik, devisiensi vitamin, malnutrisi,
keperawatan gerontik.
abnormalitas
genetik,
penyakit
dan
Hasil penelitian yang telah dilakukan
(29)
Arah
bedah
2. Bagi peneliti berikut
parkinson, multiple sklerosis, dan tumor intrakranial
medikal
.
dapat digunakan sebagai data awal korelasi
yang
positif
dalam melakukan penelitian lebih
memberi arti bahwa semakin baik kadar 14
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
10. Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga 11. Kayo, A.R, Wimala, A.R, Angela N, Rashid, I.A. 2012. Random Blood Glucose Level as Predictor of Cognitive Impairment in Elderly. Vol.31- No.2. Universa Medicana : Trisakti University 12. Kemenkes. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. http://www.depkes.go.id 13. Launer, L.J. 2005. Diabetes and Brain Aging: Epidemiologic Evidence. Curren diabetes Report 2005, 5:59-63 14. Lumenta, N A. 2006. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Gramedia 15. Mortby ME, Janke AL, Anstey KJ, Sachdev PS, Cherbuin N. 2013. High "normal" blood glucose is associated with decreased brain volume and cognitive performance in the 60s: the PATH through life study. Sep 4; 8 (9). Journal PloS One. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov (Accessed 15 November 2013) 16. Nugroho, H.W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC 17. O’Bryant S.E., Humphreys J.D., Smith G.E., Ivnik R.J, Graff-Radford N.R., Petersen R.C. and Lucas J.A. 2008. Detecting Dementia With the Mini-Mental State Examination in Highly Educated Individuals. Arch Neurol. 65(7):963-967 18. Papalia, D.E, Olds, S.W, Feldman, R.D. 2009. Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta : Salemba Humanika 19. Pearce, E, C. 2009. Anatomi Dan Fisiologis Untuk Para Medis. Jakarta: Gramedia pustaka. 20. Potter, P.A, Perri, A.G. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika 21. Rumiyati. 2008. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Lima Wilayah DKI Jakarta Tahun 2006. Tesis. Depok: FKMUI. 22. Saladin, K. 2007. Anatomy and Physiology the unity of form and funtion. New York: McGraw-hill companies 23. Saragih, R.W. 2012. Lanjut Usia Peduli Membangun Harmoni Tiga Generasi. http://www.kemsos.go.id 24. Scanlon, V C, Sanders T. 2006. Buku ajar anatomi & fisiologi. Jakarta: EGC 25. Sciffer, R.B, Rao, S.M, Fagel, B.S. 2003. Neuropsyciatry 2nd edition. USA: Lippincot Williams & Wilkins. 26. Sjamsuhidajat R, Jong W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
lanjut yang berkaitan dengan kadar gula darah dan tingkat kognitif. 3. Bagi
pra
lansia
di
Padukuhan
Denokan khususnya responden Hasil penelitian yang telah dilakukan, hendaknya
pra lansia melakukan
kontrol gula darah secara rutin dan menjaga kadar gula darah dalam rentang normal sebagai salah satu upaya untuk mencegah penurunan kognitif.
DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
ISSN : 2088 - 8872
Boedisantoso, R. 2009. Komplikasi Akut Diabetes Melitus dalam Buku Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter dan Edukator). Edisi ke-2, Cetakan ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Czlonkowska A, Ciesielka A, and Joniec H. 2003. Influence Estrogen on Neurodegenerative Processes. Med Sci Monit, 9 (10): 247-256 Damayanti, Laili. 2010. Diabetes dan Hipertensi Wanita Lebih Berisiko. Diakses 28 juni 2014. http://www.herbalitas.com/diabeteshipertensiwanita lebih-beresiko/. Depkes. 2009. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 20072011. http://www.depkes.go.id Dewi, D A P R. 2008. Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Masyarakat Dusun Samu Mambal Kabupaten Badung. SKRIPSI. Universitas Udayana. http://www.unud.ac.id Gustaviani, R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia1879. Hademenos, Fried. 2006. Biologi.edisi kedua. Jakarta : Erlangga Hermita, B.U. 2006. Faktor Determinan Kejadian Diabetes pada Orang Dewasa di Indonesia (Analisis Data Sekunder SKRT 2004). Tesis. Depok: FKMUI. Hudak, C.M, Gallo, B.M. 2010. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
15
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
27. Smeltzer, S.C, Bare, Brenda G. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Vol.8. Jakarta : EGC 28. Soegondo, S., Sukardji, K. 2008. Hidup Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus, Kencing Manis, Sakit Gula. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 29. Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 30. Sudoyo, A.W, Setyohadi, B, Alwi, I, Simadibrata, M, Setiati, S (editor). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 31. Suwono, W.J. 2003. Demensia Suatu Pendektesian Dini dan Terapinya. Majalah Kedokteran Atmajaya, 2(1): 39-49 32. Syarifah, F. 2013. BKKBN: Tahun Ini Penduduk Indonesia Capai 250 Juta Jiwa. http://health.liputan6.com 33. Tamher S, Noorkasiani. 2012. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 34. Velayudhan L, Poppe M, Archer N, Proitsi P, Brown RG, Loveston S. 2010. Risk Of Developing Dementia in People With Diabetes and Mild Cognitive Impairment. Jan ; 196 (1): 36-40. Journal Psychiatry. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov (Accessed 13 Januari 2014) 35. Videbeck, S I. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC 36. Waspadji, Sarwono. 2007. Dalam Buku Hidup Sehat dengan Diabetes sebagai Panduan Penyandang Diabetes dan Keluargaya serta Petugas Kesehatan Terkait. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM FKUI, Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 37. Weuve, J, Kang, J H, Manson, J E, Ware, J H, and Grodstein, F. 2004. Physical activity, including walking and cognitive function in older women. JAMA, 292 (12): 1454-1461. 38. Wight R, Aneshensel C, Martinez D, Botticello, A, L, Cummings, J R. Karmalangla, A, S, and Seeman, T, E. 2006. Urban Neighborhood Context, Educational Attainment and Cognitive Function Among older adults. American Journal of Epidemiology. 163 (12): 10711078 39. Yaffe, K, Barnes, D,Nevitt, M, Lui Y L, and Covinsky, K. 2001. A Prospective Study of physical activity and cognitive decline in elderly women. Arch Intern Med, 161 (14): 1703-1708.
ISSN : 2088 - 8872
40. Zidny, S.N. 2010. Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan Skor Mini Mental State Examination (MMSE) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Skripsi. Universitas Sebelas Maret 41. Zunzunegui, M V, Alvarado, B E, Del Ser T, and Otero A. 2003. Social Network, Special Integration And Social Engagement Determine Cognitive Decline In Community-Dwelling Spanish Older Adults. The Journal Of Gerontology series, 58:93-100
16