Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 2/2014
HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS KOELODA KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA PROVINSI NTT Masriadi Idrus*, Getrudis** *Bagian Epidemiologi STIK Tamalatea Makassar **Puskesmas Koeloda Kabupaten Ngada Provinsi NTT Abstract Malaria is infectious disease caused by parasite of plasmodium genus which is infected through the bites of female anopheles mosquitoes. Malaria is considered a disease related of environment sanitation and behavior causing someone to be ill. The aim of the research is to findout the relationship between the use of repellent, mosquito net, knowledge, mosquito brood sites, home distance from mosquito brood, and cattel cultivation and the occurrence of malaria. The research is a cross sectional study. The sampel were 128 patients consisting of 43 patients suffering from malaria and 83 patients not suffering from malaria. The results of chi-square analysis indicate that the use repellent (X2 arithmetic (20,115), p=0,000), the use of mosquito net (X2 arithmetic (20,908), p=0,000), knowledge (X2 arithmetic (33,885), p=0,000), mosquito brood sites (X2 arithmetic (10,928), p=0,001), home distance from mosquito brood (X2 arith2 metic (34,872 ), p=0,000), and cattle cultivation (X arithmetic (11,488), p=0,001) have a significant relationship with the occurrence of malaria. Thus, it is suggested to maintain einvironmental sanitation and prevent the behavior of having contact with mosquito. Keywords
: individual and home environment, malaria Moch, 2010). World Health Organization
PENDAHULUAN
M
alaria adalah penyakit yang
(2011) menyatakan malaria masih menjadi
disebabkan oleh parasit dari
masalah kesehatan utama di 106 negara.
genus
yang
Malaria menyerang sedikitnya 350 – 500
melalui
juta setiap tahun dan menyebabkan ke-
perantraan tusukan (gigitan) serangga nya-
matian sekitar 1 juta pertahun. Di-
muk Anopheles spp. Malaria dianggap se-
perkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang
bagai penyakit yang berhubungan dengan
hidup di daerah endemis malaria. Malaria
udara buruk, yang menyebabkan penderita
juga mempengaruhi secara ekonomis ter-
menggigil. Penderita umumnya tinggal di
hadap kehilangan 12% pendapatan nasion-
daerah rawa – rawa yang mengeluarkan
al negara yang endemis malaria. Depkes
gas berbau busuk, sehingga sebagian
RI (2012) memperkirakan ada sekitar lebih
masyarakat menduga atau percaya bahwa
dari 250 ribu kasus malaria di Indonesia.
udara busuk di sekitar rawa menjadi
Kejadian
malaria
pada
penyebab malaria (Munif, Amrul, Imron
sebanyak
1.69
%
termasuk
golongan
Plasmodium, protozoa
386
tahun
2012
per
1000
Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan ...
Masriadi Idrus, Getrudis penduduk. Sekitar 80% kabupaten/kota di
nyebabkan kematian bagi ibu hamil, balita
Indonesia adalah daerah endemis malaria
dan lanjut usia. Puskesmas Koeloda (2013)
dan sekitar 45 % penduduk Indonesia
melaporkan jumlah kasus malaria positif
masih tinggal di daerah endemis malaria.
pada tahun 2011 malaria positif sebanyak
Kasus malaria tertinggi di Indonesia adalah
358 kasus, tahun 2012 malaria positif
Provinsi NTT, Papua, Papua Barat, Malu-
sebanyak 224 kasus, tahun 2013 malaria
ku dan Maluku Utara. Dinkes Provinsi
positif sebanyak 227 kasus dan tahun 2014
Nusa Tenggara Timur melaporkan bahwa
(Januari, Februari dan Maret) malaria posi-
pada tahun 2011, malaria endemis di
tif sebanyak 102 kasus. Penelitian ini ber-
semua kabupaten/kota di Nusa Tenggara
tujuan untuk mengetahui
Timur. Menurut konfirmasi laboratorium,
Faktor Individu dan Lingkungan Rumah
pada tahun 2011 malaria menjadi kasus
Dengan Kejadian Malaria di Puskesmas
tertinggi dengan jumlah kasus sebanyak
Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten
120.615 orang di NTT, jika total penduduk
Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur Ta-
NTT sebanyak 4,6 juta jiwa maka selama
hun 2014” meliputi pemakaian repellent,
tahun 2011 ada 27 orang diantara 1000
pemakaian kelambu, pengetahuan, tempat
penduduk yang positif malaria. Malaria
perindukan nyamuk, jarak rumah dengan
menjadi masalah kesehatan dikalangan ibu
tempat perindukan nyamuk dan pemeli-
hamil dan bayi, dengan angka kesakitan
haraan ternak.
“Hubungan
30 per 1000 untuk ibu hamil dan 46 per METODE PENELITIAN
1000 dikalangan bayi, tidak mengherankan jika angka kematian bayi dan ibu hamil di
Metode penelitian yang digunakan
NTT tertinggi di Indonesia. Dinkes Kab.
adalah observasional dengan pendekatan
Ngada (2012) melaporkan Case Fatality
cross-sectional study. Penelitian ini dil-
Rate (CFR) penyakit malaria sebesar 1 per
aksanakan pada 1 Januari
10.000 penderita malaria, artinya setiap
Maret 2014 dengan teknik pengambilan
10.000 penderita penyakit malaria terdapat
sampel accidental sampling dan diperoleh
1 kematian akibat penyakit tersebut. Pen-
128 sampel yang terdiri dari 43 yang men-
yakit Malaria merupakan salah satu penya-
derita malaria dan 85 yang tidak menderita
kit yang menjadi masalah kesehatan teruta-
malaria. Data dianalisis secara univariat
ma di Kabupaten Ngada yang merupakan
dan bivariat.
daerah endemik malaria, dimana penyakit ini selalu masuk dalam 10 pola penyakit terbanyak tiap tahunnya, dan dapat me387
sampai 29
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 2/2014
Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Total
Frekuensi 65 63 128
Persentase 50,8 49,2 100
Tabel 2. Distribusi Kelompok Umur Pasien di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Kelompok Umur 4 – 12 thn 13 – 21 thn 22 – 30 thn 31 – 39 thn 40 – 48 thn 49 – 57 thn 58 – 66 thn 67 – 75 thn Total
Frekuensi
Persentase
33 23 34 30 4 1 2 1 128
25,8 18,0 27,6 23,4 3,1 0,8 1,6 0,8 100
Tabel 3. Distribusi Tingkat Pendidikan Pasien di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 Total
Frekuensi 51 29 17 19 12 128
Persentase 39,8 22,7 13,3 14,8 9,4 100
Tabel 4. Distribusi Kejadian Malaria Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Malaria Menderita Tidak Menderita Total
Frekuensi 43 85 128
Persentase 33,6 66,4 100
Tabel 5. Distribusi Pemakaian Repellent Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Pemakaian Repellent Tidak Memakai Memakai Total
Frekuensi 75 53 128 388
Persentase 58,6 41,4 100
Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan ...
Masriadi Idrus, Getrudis
Tabel 6. Distribusi Pemakaian Kelambu Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Pemakaian Kelambu
Frekuensi
Persentase
59 69
46,1 53,9
128
100
Tidak Memakai Memakai Total
Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Pengetahuan Kurang Cukup Total
Frekuensi 70 58 128
Persentase 54,7 45,3 100
Tabel 8. Distribusi Tempat Perindukan Nyamuk Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Tempat Perindukan Nyamuk Tidak Ada Ada Total
Frekuensi 62 66 128
Persentase 48,4 51,6 100
Tabel 9. Distribusi Jarak Rumah Dengan Tempat Perindukan Nyamuk Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT, 2014 Jarak Rumah dengan Perindukan Nyamuk Jauh Dekat Total
Frekuensi
Persentase
81 47 128
63,3 36,7 100
Tabel 10. Distribusi Pemeliharaan Ternak Pasien Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Pemeliharaan Ternak
Frekuensi 77 51 128
Ada Tidak Ada Total
Persentase 60,2 39,8 100
Tabel 11. Analisis Hubungan Pemakaian Repellent Dengan Kejadian Malaria Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT 2014 Pemakaian Repellent Tidak Memakai Memakai Total
Kejadian Malaria Tidak Menderita Menderita Frek 37 6 43
Persentase 49,3 11,3 33,6 389
Frek
Persentase
38 47 85
50,7 88,7 66,4
Total
X2 (p)
75 53 128
20,115 (0,000)
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 2/2014
Tabel 12. Analisis Hubungan Pemakaian Kelambu Dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT 2014 Kejadian Malaria Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase 27 45,8 32 54,2 58 84,1 11 15,9 43 33,6 85 66,4
Pemakaian Kelambu Tidak Memakai Memakai Total
X2 (p)
Total 59 69
20,908 (0,000)
128
Tabel 13. Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT 2014 Kejadian Malaria Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase 39 55,7 31 44,3 4 6,9 54 93,1 43 33,6 85 66,4
Pengetahuan Kurang Cukup Total
Total
X2 (p)
70 58 128
33,885 (0,000)
Tabel 14. Analisis Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk Dengan Kejadian Malaria Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Tempat Perindukan Nyamuk
Kejadian Malaria Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase
Tidak Ada Ada Total
12 31
19,4 47,0
43
33,6
50 35 85
80,6 53,0 66,4
Total
X2 (p)
62 66 128
10,928 (0,001)
Tabel 15 Analisis Hubungan Jarak Rumah dengan Perindukan Nyamuk Dengan Kejadian Malaria Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi NTT Tahun 2014 Jarak Rumah dengan Perindukan Nyamuk Jauh Dekat Total
Kejadian Malaria Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase 12 14,8 69 85,2 31 66,0 16 34,0 85 66,4 43 33,6
Total
X2 (p)
81 47 128
34,872 (0,000)
Tabel 11. Hasil analisis statistik di-
Tabel 12. Hasil analisis statistik di-
peroleh nilai X2hitung (20,115) > X2tabel
peroleh nilai X2hitung (20,908) > X2tabel
(3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti
(3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti
ada hubungan antara pemakaian repellent
ada hubungan antara pemakaian kelambu
dengan kejadian malaria.
dengan kejadian malaria.
390
Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan ...
Masriadi Idrus, Getrudis Tabel 13. Hasil analisis statistik di-
Tabel 15. Hasil analisis statistik di-
peroleh nilai X2hitung (33,885) > X2tabel
peroleh nilai X2hitung (34,872) > X2tabel
(3,841) dan p (0,000) < α (0,05), berarti
(3,841)
ada hubungan antara pengetahuan dengan
(0,000)
kejadian malaria.
hubungan antara jarak rumah dengan temp
Tabel 14. Hasil analisis statistik di-
at
peroleh nilai X2hitung (10,928) > X2tabel
dan <
α
perindukan
(0,05),
p berarti
nyamuk
ada
dengan
kejadian malaria.
(3,841) dan p (0,001) < α (0,05), berarti
Tabel 16. Hasil analisis statistik di-
ada hubungan antara tempat perindukn
peroleh nilai X2hitung (11,488) > X2tabel
nyamuk dengan kejadian malaria.
(3,841) dan p α (0,001) < (0,05), berarti ada hubungan antara pemeliharaan ternak dengan kejadian malaria.
Tabel 16 Analisis Hubungan Pemeliharaan Ternak Dengan Kejadian Malaria Di Puskesmas Koeloda Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2014 Pemeliharaan Ternak Ada Tidak Ada Total
Kejadian Malaria Menderita Tidak Menderita Frek Persentase Frek Persentase 60 77,9 17 22,1 25 49,0 26 51,0 85 66,4 43 33,6
Total
X2 (p)
77 51 128
11,488( 0,001)
PEMBAHASAN
(kulit) dari gigitan nyamuk dan lebih
Pemakaian Repellent
mengenalnya sebagai lotion anti nyamuk.
Hasil analisis statistik diperoleh
Produk repellent tidak hanya berbentuk
nilai X2hitung (20,115) > X2tabel (3,841) dan p
lotion, ada juga yang berbentuk spray
(0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan
(semprot), sehingga cara penggunaannya
antara
adalah
pemakaian
repellent
dengan
dengan
mengoleskan
atau
kejadian malaria di Puskesmas Koeloda
menyemprotkan bahan tersebut ke kulit.
Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
Repellent
Pasien yang telah memakai repellent,
paling banyak dan sering digunakan di
mereka masih bisa digigit nyamuk pada
Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan
saat melakukan aktivitas di luar rumah
dengan penelitian yang dilakukan Husin
pada malam hari. Repellent merupakan
Hasan (2011), yang menyebutkan bahwa
salah satu jenis pestisida rumah tangga
orang yang tidak memakai repellent waktu
yang digunakan untuk melindungi tubuh
tidur mempunyai risiko terjadinya malaria 391
merupakan bahan aktif yang
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 2/2014
3,43 kali lebih besar dibandingkan dengan
malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan
orang
Golewa
yang
menggunakan
obat
anti
Kabupaten
Ngada.
Perilaku
nyamuk.
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan.
Pemakaian Kelambu
Pengetahuan
Hasil analisis statistik diperoleh
disebabkan
yang
kurang
kurangnya
dapat
pelaksanaanya,
nilai X2hitung (20,908) > X2tabel (3,841) dan p
komunikasi,
(0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan
masyarakat tentang penyebab, gejala, cara
antara
penularan,
pemakaian
kelambu
dengan
informasi cara
terhadap
pencegahan,
cara
kejadian malaria di Puskesmas Koeloda
pengobatan dan cara penanggulangan serta
Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
bahaya
Hasil penelitian ini juga ditemukan pasien
Masyarakat hanya sekedar tahu dan paham
yang memakai kelambu namun menderita
mengenai malaria, tapi mereka belum
malaria, ini karena pasien tidak selalu atau
dapat
kadang – kadang memakai kelambu pada
memang merupakan faktor yang penting
malam hari. Pasien yang tidak memakai
namun tidak mendasari pada perubahan
kelambu memiliki alasan antara lain
perilaku kesehatan, walaupun masyarakat
dikarenakan pembagian kelambu yang
tahu tentang malaria belum tentu mereka
berinsektisida
mau
(impregnated
net)
oleh
akibat
terserang
mengaplikasikanya.
melaksanakannya
malaria.
Pengetahuan
dalam
bentuk
Puskesmas diutamakan kepada rumah yang
upaya pencegahan dan pemberantasan
punya anak balita, terasa panas dan gerah,
(Notoatmodjo, 2013). Hasil penelitian ini
dan sudah memakai obat nyamuk pada
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
waktu tidurHasil penelitian ini sejalan
Afrisal (2011) yang menyebutkan bahwa
dengan penelitian yang dilakukan Palupi
terdapat hubungan yang bermakna antara
Niken (2012), yang menyebutkan bahwa
tingkat
responden yang tidak memakai kelambu
malaria di
saat tidur malam hari berisiko sebesar
Tarusan.
2,047
malaria
rendah mempunyai risiko 9,636 kali lebih
menggunakan
besar untuk menderita malaria dibanding
kali
dibandingkan
untuk yang
terkena
pengetahuan wilayah
Orang
dengan
kejadian
kerja Puskesmas
dengan
pengetahuan
kelambu.
dengan orang pengetahuan tinggi.
Pengetahuan
Tempat Perindukan Nyamuk
Hasil analisis statistik diperoleh
Hasil analisis statistik diperoleh
nilai X2hitung (33,885) > X2tabel (3,841) dan p
nilai X2hitung (10,928) > X2tabel (3,841) dan
(0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan
p (0,001) < α (0,05), berarti ada hubungan
antara
antara tempat perindukan nyamuk dengan
pengetahuan
dengan
kejadian 392
Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan ...
Masriadi Idrus, Getrudis kejadian malaria di Puskesmas Koeloda
di
sekitarnya
Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
nyamuk.
Hasil penelitian ditemukan banyak tempat
Jarak Rumah dengan Tempat Perin-
perindukan nyamuk berupa sawah, parit
dukan Nyamuk
dan semak, karena sebagian besar lahan
tidak
ada
perindukan
Hasil analisis statistik diperoleh
persawahan
dan
nilai X2hitung (34,872) > X2tabel (3,841) dan
perkebuanan. Keberadaan semak
yang
p (0,000) < α (0,05), berarti ada hubungan
digunakan
untuk
rimbun akan mengurangi sinar matahari
antara
masuk atau menembus permukaan tanah,
perindukan
sehingga
akan
malaria di Puskesmas Koeloda Kecamatan
menjadi teduh dan lembab. Banyaknya
Golewa Kabupaten Ngada. Lingkungan
tempat
tempat
lingkungan
sekitarnya
perindukan
nyamuk
yang
jarak
rumah
dengan
nyamuk
tinggal
dengan
sangat
tempat kejadian
mempengaruhi
ditemukan di lokasi penelitian, disebabkan
peningkatan kasus dan penularan suatu
tingginya curah hujan pada saat penelitian.
penyakit
khususnya
malaria.
Pengaruh curah hujan dalam penyebaran
penelitian
ditemukan
banyak
malaria
perindukan nyamuk berupa sawah, parit
tempat places)
adalah
dengan
perindukan dan
terbentuknya
nyamuk
sekaligus
(breeding
dan
semak,
karena
Hasil tempat
mayoritas
mata
meningkatkan
pencaharian pasien adalah petani. Secara
yang memperbaiki
teori dikatakan bahwa jarak breeding place
kelembaban
relatif
kemampuan
bertahan
bagi
kehidupan
dari rumah berhubungan dengan kejadian
nyamuk. Jentik akan berkumpul pada
malaria
tempat yang tertutup oleh tanaman, dan
ditemukan
pada lumut yang mendapat sinar matahari.
dengan perindukan nyamuk dekat dan
Kondisi tersebut merupakan tempat yang
tidak menderita malaria, karena saat
baik untuk untuk beristirahat bagi nyamuk
penelitian peneliti hanya melihat tempat
dan juga tempat perindukan nyamuk yang
perindukan
di bawah semak tersebut terdapat air yang
disekitar
tergenang. Hasil penelitian ini sejalan
memperhatikan apakah terdapat vektor
dengan penelitian yang dilakukan Ernawati
atau tidak sehingga kemungkinan pada
Kholis dkk, 2012 menyebutkan bahwa
tempat perindukan nyamuk tersebut tidak
rumah tangga yang disekitarnya ada tempat
terdapat nyamuk Anopheles sehingga tidak
perindukan nyamuk, memiliki proporsi
menyebabkan terjadinya malaria. Hasil
kejadian
besar
penelitian ini sejalan dengan penelitian
dibandingkan dengan rumah tangga yang
yang dilakukan Jemri, R (2011), yang
infeksi
malaria
lebih
393
tetapi pasien
pada yang
nyamuk rumah
penelitian jarak
yang responden
ini
rumah
terdapat tanpa
Jurnal Kesehatan
Volume VII No. 2/2014
menyebutkan bahwa orang yang memiliki
didapat di luar rumah dari pada di dalam
rumah
rumah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
dekat
dengan
tempat
perkembangbiakan nyamuk dan tempat
penelitian
yang
dilakukan
Ernawati
peristirahatan nyamuk akan meningkatkan
Kholis, 2012 yang menyebutkan bahwa
risiko terkena malaria sebesar 5,41 kali
pemeliharaan ternak 1, 10 kali berisiko
lebih besar dibandingkan dengan orang
untuk terinfeksi malaria dibandingkan
yang memilki rumah jauh dengan tempat
individu yang tinggal di rumah tangga
perkembangbiakan nyamuk dan tempat
yang memiliki peternakan yang tidak
peristirahatan nyamuk.
berisiko.
Pemeliharaan Ternak Hasil analisis statistik diperoleh
PENUTUP
nilai X2hitung (11,488) > X2tabel (3,841) dan p
Kesimpulan
α (0,001) < (0,05), berarti ada hubungan antara
pemeliharaan
dengan
repellent, pemakaian kelambu, penge-
kejadian malaria di Puskesmas Koeloda
tahuan, tempat perindukan nyamuk, jarak
Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
rumah dan pemeliharaan ternak dengan
Kandang
tempat perindukan naymuk
ternak
yang
ternak
Ada hubungan antara pemakaian
dekat
dengan
dengan ke-
perindukan nyamuk akan mempengaruhi
jadian malaria di Puskesmas Koeloda
kejadian malaria karena kandang tersebut
Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada.
akan menjadi barier terhadap penularan
Saran
malaria. Pemeliharaan hewan ternak di
Puskesmas
perlu
melaksanakan
sekitar rumah, terutama hewan ternak
secara rutin survei nyamuk anopheles un-
besar seperti kerbau, kambing di dekat
tuk mengetahui angka kepadatan nyamuk,
rumah berfungsi sebagai Cattle Barrier
dan tempat perkembangbiakan nyamuk,
atau dapat mencegah kontak nyamuk
serta melakukan identifikasi nyamuk terse-
dengan manusia. Hal ini berhubungan
but untuk diketahui species anopheles
dengan
yang dominan sebagai vektor.
jenis
peilaku
nyamuk
yang
berkaitan dengan objek yang digigit. Nyamuk
dengan
sifat Arthrofilik lebih
DAFTAR PUSTAKA
sering menggigit manusia, dan Zoofilik
Afrisal. 2011. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Padang Efrinurdin, 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di
lebih suka menghisap darah hewan. Hasil penelitian dan observasi dilapangan yang dilakukan
Palupi
(2012)
di
Bangka
menjelaskan bahwa, nyamuk lebih banyak 394
Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan ...
Masriadi Idrus, Getrudis Wilayah Tambang Emas Kabupaten Sijunjung. J. Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Ernawati, K. 2012. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Malaria Di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, Jakarta. Husin, H. 2011. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu. J Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.Semarang. Iranto, K. 2013. Parasitologi : Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia, Bandung : CV. Yrama Widya. Jemri, R. 2011. Studi Tentang Pengetahuan Masyarakat dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Kelurahan Oesao tentang Penyakit Malaria, NTT.
Mahdiana, R. 2012. Mengenal, Mencegah dan Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi, Yogyakarta : Citra Pustaka. Munif, Amrul, Imron Moch. 2010. Panduan Pengamatan Nyamuk Vektor Malaria, Jakarta : CV Sagung Seto. Notoatmodjo, S. 2013. .Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Palupi, N. 2010. Hubungan Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk dengan Kejadian Malaria. J. Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia, 2012. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, 2012.
395