FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 40-45
40
Hubungan Faktor Demografi dengan Perencanaan Keuangan Masyarakat Toraja Perantauan Di Kota Surabaya Cindy Marcha Pongtuluran dan Nanik Linawati Program Manajemen, Program Studi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] ;
[email protected] Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan yang berhubungan dengan perencanaan dana upacara adat, dana pendidikan, dan dana pensiun. Responden yang dijadikan sampel berjumlah 110 orang dengan kriteria masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya, pada usia 25 tahun - 60 tahun, dengan latar pendidikan minimal SMA. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa ChiSquare dan korespondensi analisis. Berdasarkan hasil penelitian faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, dan pekerjaan berhubungan signifikan terhadap perencanaan dana upacara adat, dana pendidikan, dan dana pensiun. Kata Kunci – Faktor Demografi, Perencanaan Keuangan, Dana Upacara Adat, Dana Pendidikan, Dana Pensiun Abstract—The aim of this research is to find out whether the demographic factors: age, gender, jobs, education and income wich are related to the financial planning of the traditional ceremony plan, the education plan, and the retirement plan. The total respondents were taken as samples were 110 persons. The sample criteria were The people of Toraja who living in Surabaya, age of 25 to 60 years old, had minimum educational background on Senior High School. The statitistical analysis was used to analyze the data were the chi-square analysis and correspondence analysis. Based on the research, the demographic factors such as age, sex, and type of job significantly correlated to the traditional ceremony plan, the education plan, and the retirement plan. Keywords – Demographic factors, Financial Plan, Traditional Ceremony Plan, Education Plan, Retirement Plan
1. PENDAHULUAN Perencanaan keuangan yang baik dapat membantu seseorang maupun sebuah keluarga untuk dapat menyesuaikan perubahan hidup dengan mudah dan memberikan rasa aman akan pemenuhan tujuan-tujuan finansial di masa mendatang (Prayitno, 2009). Begitu pula bagi masyarakat Toraja tentu memiliki berbagai tujuan hidup dan membutuhkan adanya sebuah perencanaan keuangan yang baik, diantaranya dana upacara adat, dana pendidikan, dan dana pensiun. Upacara adat merupakan bagian terpenting yang harus dilakukan bagi masyarakat Toraja. Bagi masyarakat yang berdomisili di Toraja, besarnya penyelenggaraan upacara adat tergantung pada kemampuan finansial sebuah keluarga. Hal ini mendorong masyarakat Toraja untuk mengalokasikan sejumlah dana dari penghasilannya secara periodik untuk mempersiapkan dana upacara adat sebagai antisipasi jika suatu hari ada keluarga atau kerabat yang meninggal (Sangka’, 2014).
Adapun faktor-faktor demografi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau atribut dapat dipengaruhi oleh tingkat usia seseorang. Hal tersebut juga berlaku bagi masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya. Seseorang dengan usia diatas 30 tahun dan sebagian besar sudah menikah, sudah memiliki cukup pengalaman kerja dan sudah cukup mapan secara finansial. Pribadi dengan karakteristik seperti ini tentu telah menyadari akan pentingnya sebuah perencanaan keuangan. Seperti merencanakan dana upacara adat, dana pendidikan anak, dan dana pensiun. Pria dan wanita mempunyai sikap yang berbeda terhadap perencanaan keuangan. Sama halnya dengan masyarakat Toraja perantauan tentang pemahaman perencanaan keuangan. Sebagian besar keluarga masyarakat Toraja, pria yang bekerja dan berperan sebagai tulang punggung keluarga dibandingkan wanita, namun ada sebagian kecil dari wanita yang ikut bekerja. Pria cenderung lebih memahami tentang perencanaan keuangan, karena pria yang mencari nafkah dan yang dapat memperkirakan tentang seberapa besar kebutuhan rumah tangganya, seperti biaya pendidikan anak, membiayai keperluan di rumah, kebutuhan di masa tua, dan khususnya pada saat melaksanakan upacara adat yang lebih berperan tentu pria, sehingga penting bagi pria untuk mengatur keuangan sebaik mungkin agar berbagai macam kebutuhan dapat tercukupi (Pala'langan, 2014). Sikap seseorang yang berbeda terhadap suatu obyek atau atribut dapat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan. Setiap pekerjaan memberikan pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan tempat kerja yang cenderung berbeda. Hal tersebut juga berlaku bagi masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya. Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai swasta adalah jenis pekerjaan yang menjadi pilihan masyarakat Toraja sebagai tempat bekerja. Awal memulai karir, sebagian besar memilih untuk menjadi pegawai swasta sebagai pengalaman kerja dan untuk membiayai hidup di kota Surabaya. Masyarakat Toraja perantuan yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil berharap kelak di masa tua ada jaminan dana pensiun dari pemerintah. Selain itu, pendidikan yang berhasil diselesaikan seseorang biasanya menentukan pendapatan dan kelas sosial seseorang. Selain itu pendidikan juga berkontribusi pada pemahaman perencanaan keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin banyak ilmu yang sudah didapatkan dan semakin menyadari pentingnya perencanaan keuangan itu.
FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 40-45 Pendapatan menjadi faktor penting dalam kehidupan masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya. Kebutuhan hidup yang terus meningkat, biaya hidup semakin tinggi, dan tuntutan dalam keluarga untuk mendanai upacara adat, memacu masyarakat Toraja perantauan untuk bekerja keras dan mencari pekerjaan dengan pendapatan yang lebih tinggi. Dengan pendapatan diatas Rp. 5.000.000/bulan, maka seseorang mulai mampu melakukan perencanaan upacara adat, dana pendidikan, serta dana pensiun. (Sangka, 2014). Menurut Connolly (2005) mengemukakan bahwa ada hubungan antara pendapatan yang dimiliki seseorang dengan perencanaan keuangan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hira (2006) menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan cara seseorang merencanakan keuangannya. Demikian pula berkaitan dengan perencanaan keuangan, umur dan pendidikan seseorang berhubungan dengan perencanaan keuangan (Linawati, 2014). Dengan demikian, terdapat hubungan antara faktor demografi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan dengan pemahaman perencanaan keuangan, perencanaan dana upacara adat, dana pendidikan, dan dana pensiun. 2. TEORI PENUNJANG Kebutuhan hidup semakin hari semakin meningkat, sehingga diperlukan perencanaan keuangan yang baik untuk dapat mencukupi semua kebutuhan pribadi maupun keluarga, baik itu kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang (Senduk, 2008). Perencanaan keuangan menurut Financial Planning Standards Board (FPSB) adalah proses pencapaian tujuan hidup seseorang melalui manajemen keuangan secara terencana. Tujuan keuangan seseorang antara lain membeli rumah, menyediakan dana pendidikan anak, atau menyediakan dana pensiun (Fundamental of financial planning, 2007, p. 9). Beberapa alasan seseorang memerlukan sebuah perencanaan keuangan, yaitu : 1. Adanya tujuan keuangan yang perlu dicapai. 2. Tingginya biaya hidup saat ini. 3. Naiknya biaya hidup dari tahun ke tahun. 4. Keadaan perekonomian tidak akan selalu baik. 5. Fisik manusia tidak akan selalu sehat. 6. Banyak alternatif produk keuangan (Senduk, 2008, p. 4). Masyarakat Toraja perantauan mulai memiliki pola pikir yang berbeda dengan masyarakat Toraja yang berdomisili di Toraja. Seiring dengan penyesuaian diri di lingkungan tempat perantauan, masyarakat Toraja perantauan menganggap upacara adat penting namun tidak harus dilakukan secara besar-besaran dan berlebihan (Sangka, 2014). Tetapi, masih ada juga masyarakat Toraja perantauan yang menganggap pelaksanaan upacara adat sebagai hal yang sangat penting sehingga harus dilaksanakan secara besar-besaran, karena tujuan merantau yaitu untuk mencapai kesuksesan, membuktikan kesuksesan tersebut dengan cara pulang ke kampung halaman kemudian melaksanakan upacara adat secara besar-besaran dan kesempatan untuk menunjukkan keberhasilannnya selama merantau (Kompas, 2012). Faktor demografi meliputi usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan,
41 pendidikan, agama, ras generasi, kebangsaan, dan kelas sosial memiliki (Kotler & Keller, 2009). Menurut Tsai (2006), dalam penelitiannya menyatakan bahwa masyarakat Taiwan dengan usia 65 tahun harus pensiun karena sudah tidak efektif lagi dalam bekerja. Berdasarkan hasil statistik yang diterbitkan Departemen Dalam Negeri, menyatakan bahwa lebih dari 1.756.000 jiwa masyarakat Taiwan yang berusia tua atau 80% dari populasi telah menerima subsidi dari pemerintah. Sehingga masyarakat usia tua semakin memiliki kesadaran untuk merencanakan dana pensiun. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Manulife Financial (2014) di Indonesia 70% investor yakin dapat memiliki masa pensiun yang diinginkan. Namun kenyataannya lebih dari setengah investor belum memulai untuk merencanakan masa pensiun, namun hanya bergantung pada tabungan masa pensiun selama 16 tahun, dengan perkiraan pensiun di usia 61 tahun dan harapan hidup hingga usia 77 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa persiapan masa pensiun belum menjadi prioritas keuangan yang paling utama bagi masyarakat Indonesia. Jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor dalam merencanakan keuangan untuk kebutuhan masa depan seperti yang ditunjukkan dalam sebuah penelitian di Amerika (Hira, 2006). Wanita biasanya menunjukkan pengetahuan keuangan yang lebih rendah, memiliki masalah keuangan yang lebih, dan kurang percaya diri tentang situasi keuangan pribadi. Sama halnya menurut penelitian Volpe (2002), dari hasil survey yang dilakukan di kalangan mahasiswa berdasarkan faktor-faktor seperti jurusan, prestasi, pengalaman kerja, dan usia menyatakan bahwa pada umumnya wanita lebih sedikit yang memiliki kemauan untuk belajar tentang topik keuangan pribadi, serta memiliki kepercayaan diri yang rendah sehingga literasi keuangan mahasiswa pria lebih tinggi. Menurut penelitian Kosloski, Ekerdt, dan Deviney (2000), menyatakan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan perencanaan pensiun. Semakin tinggi posisi seseorang dalam suatu pekerjaan, semakin meningkat pula dalam merencanakan dana pensiun. Sehingga pekerjaan berguna untuk mengembangkan program perencanaan pensiun, khususnya membantu pengusaha untuk bertahan bekerja dalam waktu yang lama. Faktor pendidikan memiliki hubungan dengan pemahaman keuangan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pengetahuan terhadap pemahaman keuangan, menurut penelitian yang dilakukan Cole dan Sasthy (2009). Penelitian yang dilakukan Connolly (2005) mengemukakan bahwa adanya hubungan antara pendapatan yang dimiliki seseorang dengan pengelolaan atau perencanaan keuangan. Faktor Demografi : 1. Gender 2. Usia 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Pendapatan
Perencanaan Keuangan : 1. Dana Pendidikan 2. Dana Adat 3. Dana Pensiun
Gambar 1 Kerangka Berpikir
FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 40-45 Hipotesa penelitian ini, yaitu terdapat hubungan antara faktor demografi dengan perencanaan dana upacara adat, dana pendidikan dan dana pensiun masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya. 3. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi yang digunakan adalah masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya, memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, umur 25-60 tahun, dan pendidikan minimal S1. Metode pengambilan sampel menggunakan nonprobability sample. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah analisa crosstab, chi-square, dan analisa korespondensi. Kriteria pengujian chi-square dengan melihat taraf signifikansi (α), yaitu : jika p ≤ 0.05 maka Ho ditolak, dan jika p ≥ 0.05, maka Ho diterima.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN a. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
Gambar.1 Frekuensi responden berdasarkan umur
42
Berdasarkan gambar menunjukkan bahwa responden terbanyak bekerja sebagai pegawai negeri 45%, responden terbanyak kedua bekerja sebagai pegawai swasta 35%, serta masing-masing sejumlah 6% yang bekerja sebagai wiraswasta, profesional, dan lainnya. d. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Gambar.4 Frekuensi responden Berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan gambar menunjukkan responden terbanyak memiliki pendidikan terakhir S1 berjumlah 68%, di urutan kedua S2 berjumlah 20%, di urutan ketiga ditempati oleh responden memiliki pendidikan terakhir Diploma dengan persentase sejumlah 8%, dan pendidikan terakhir SMA dengan persentase sejumlah 5%. Dengan melihat frekuensi dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya sebagian besar berlatar belakang pendidikan S1. e. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan.
Berdasarkan gambar menunjukkan responden terbanyak sejumlah 35% berumur 41-50 tahun, responden terbanyak kedua dengan umur 51-60 tahun diwakili sebanyak 33%, sebesar 24 % pada umur 31-40 tahun dan sebanyak 9% pada umur 25-30 tahun. b. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar.2 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa sebagian besar responden 60% adalah berjenis kelamin laki-laki dan 40% responden berjenis kelamin perempuan. c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Gambar.3 Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
Gambar.2 Frekuensi responden berdasarkan pendapatan Berdasarkan gambar menunjukkan responden terbanyak sejumlah 56% berpenghasilan Rp5.000.001 – Rp10.000.000, responden terbanyak kedua memiliki pendapatan Rp3.000.001 – Rp5.000.000 diwakili sejumlah 27%, diikuti oleh responden yang berpendapatan ≥ Rp10.000.000 sebanyak 18%, dan sebanyak 10% responden memiliki pendapatan ≤ Rp3.000.000. Dengan melihat frekuensi dari gambar 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya memiliki pendapatan yang tergolong cukup tinggi.
FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 40-45
43
0,837
0,330
0,991
0,859
0,406
0,624
0,472
0,608
0,384
Umur
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan analisa Chi-Square diperoleh hasil signifikan (= 0,015) dan (= 0,004) lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman perencanaan keuangan dengan pernyataan dari tahun ke tahun nilai uang terus menurun, dan pernyataan kebutuhan dimasa depan tidak dapat dipastikan dari sekarang.
3
5
6
7
8
Dana Upacara Adat
4
Pendapatan
2
Upacara adat Rambu Solok mutlak harus dilakukan Upacara adat Rambu Tuka mutlak harus dilakukan Upacara adat Mangrara Banua mutlak harus dilakukan Upacara adat harus dilakukan berapapun biayanya Upacara adat memerlukan dana yang besar Saya akan meminjam uang, jika dana untuk upacara adat tidak mencukupi Besarnya dana upacara adat selayaknya disesuaikan dengan kemampuan keuangan setiap keluarga Penyelenggaraan upacara adat bersifat mengikat dan wajib dilakukan secara turun temurun
Pendidikan
1
Pekerjaan
Variabel
Jenis Kelamin
No
Umur
Tabel.2 Hubungan antara Perencanaan Perencanaan Dana Upacara Adat dengan Faktor Demografi
0,131
0,346
0,538
0,887
0,100
0,127
0,313
0,246
0,596
0,118
0,550
0,486
0,852
0,563
0,216
Dana Upacara Adat
10
11
0,161
0,315
0,859
Variabel
1
0,002
0,885
0,936
0,762
0,607
0,700
0,033
0,552
0,656
2
3
0,389
0,262
0,596
0,554
0,885
4
0,661
0,048
0,596
0,718
0,120
0,851
0,245
0,338
0,258
0,691
0,828
0,061
0.884
0,813
0,000
0,794
0,134
Tabel 3 Hubungan antara Perencanaan Dana Pendidikan dengan Faktor Demografi
0,737
0,885
0,488
Berdasarkan tabel.2 dapat dijelaskan analisa Chi-Square diperoleh hasil signifikan (= 0,002) dan (= 0,000) lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara perencanaan dana upacara adat dengan jenis kelamin. Respondenlaki-laki cenderung lebih menyadari upacara adat memerlukan dana yang besar, dan responden yang bekerja sebagai negeri sipil cenderung lebih menyadari pemberian dalam bentuk kerbau/ babi/uang selayaknya bersifat sukarela tanpa adanya harapan untuk mengembalikan dalam jumlah yang sama kepada keluarga pemberi.
No
0.288
Pendapatan
0,777
0,587
5
Saya menganggap pendidikan tinggi bagi anak merupakan hal penting Saya wajib mengirimkan anak ke perguruan tinggi Saya mempersiapkan dana pendidikan anak dalam jumlah yang cukup Saya mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini Saya mendanai kuliah anak dengan tabungan yang sudah dipersiapkan
Pendapatan
0,278
Pendidikan
0,308
0,430
Pendidikan
0,004
Pekerjaan
0,399
9
Jika saya tidak mengadakan upacara adat, sesuatu yang buruk akan terjadi pada saya dan keluarga Pemberian dalam bentuk kerbau/ babi/ uang terkandung harapan kelak keluarga pemberi dapatmenerima dalam jumlah yang sama (ma'pa'indan) Pemberian dalam bentuk kerbau/ babi/uang selayaknya bersifat sukarela tanpa adanya harapan untuk mengembalikan dalam jumlah yang sama kepada keluarga pemberi
Pekerjaan
0,787
Jenis Kelamin
0,346
Variabel
Jenis Kelamin
0,565
Umur
0,015
Jenis Kelamin 0,640
No
Umur
4
Dari tahun ke tahun nilai uang terus menurun Kebutuhan di masa depan tidak dapat dipastikan dari sekarang Kebutuhan di masa depan semakin meningkat Kebutuhan di masa depan seharusnya membutuhkan perencanaan keuangan
Tabel.2 Hubungan antara Perencanaan Perencanaan Dana Upacara Adat dengan Faktor Demografi (lanjutan)
Dana Pendidikan
3
Pendapatan
2
Pendidikan
1
0,129
Pernyataan
Pemahaman Perencanaan Keuangan
No
Pekerjaan
Tabel.1 Hubungan antara Pemahaman Perencanaan Keuangan dengan Faktor Demografi
0,357
0,418
0,330
0,998
0,939
0,340
0,209
0,315
0,954
0,726
0,979
0,612
0,224
0,998
0,638
0,010
0,581
0,348
0,837
0,458
0,057
0,233
0,293
0,757
0,216
FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 40-45
44
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui berdasarkan analisa Chi-Square diperoleh hasil signifikan (=0,010) lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara perencanaan dana pendidikan dengan variabel umur. Responden pada umur dewasa cenderung lebih mempersiapkan dana pendidikan anak sejak dini.
2
3
Dana Pensiun
Saya mempersiapkan dana pensiun sejak dini Saya harus menabung dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan saya di masa tua
Pendapatan
1
Pendidikan
Saya memerlukan biaya dalam jumlah yang besar di masa tua
Pekerjaan
Variabel
Jenis Kelamin
No
Umur
Tabel.4 Hubungan antara Perencanaan Dana Pensiun dengan Faktor Demografi
0,122
0,25
0,199
0,861
0,331
kelompok responden yang bekerja sebagai pegawai negeri dan pegawai swasta cenderung lebih menyadari tentang perencanaan dana upacara adat, karena kedua kelompok pekerjaan tersebut yang cenderung lebih menghargai pentingnya status sosial dalam masyarakat. Sehingga kelompok responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil dan pegawai swasta lebih cenderung menilai bahwa upacara adat merupakan hal yang penting. Perencanaan keuangan masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya, yaitu perencanaan dana pensiun tidak memiliki hubungan signifikan dengan seluruh variabel demografi yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Hal ini disebabkan, masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya cenderung lebih mengutamakan upacara adat dibandingkan perencanaan dana yang lain. Selain itu, responden dengan pekerjaan pegawai negeri sipil cenderung mengandal dana pensiun yang akan didapat dari pemerintah.
0,479
0,89
0,256
0,408
0,551
DAFTAR PUSTAKA
0,229
0,64
0,924
0,975
0,424
Berdasarkan tabel. 4 dapat diketahui bahwa berdasarkan Chi- Square, semua nilai signifikan lebih besar dari (α = 0,05), sehingga perencanaan dana pensiun tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan semua faktor demografi yaitu umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hipotesa yang menyatakan terdapat hubungan antara faktor demografi dengan perencanaan dana upacara adat dan dana pendidikan pada masyarakat Toraja perantauan, secara signifikan diterima : Pemahaman perencanaan keuangan memiliki hubungan yang signifikan dengan faktor demografi yaitu pekerjaan. Kelompok responden dengan pekerjaan pegawai negeri sipil cenderung lebih memahami tentang pemahaman perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya, yaitu perencanaan dana pendidikan berhubungan signifikan terhadap faktor demografi yaitu umur. Bagi kelompok responden umur dewasa dengan status sudah menikah dan memiliki anak, tentu memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga cenderung lebih menyadari pentingnya perencanaan dana pendidikan anak, serta wajib membiayai pendidikan anaknya sampai jenjang S1. Perencanaan keuangan masyarakat Toraja perantauan di kota Surabaya, yaitu perencanaan dana upacara adat berhubungan signifikan terhadap faktor demografi yaitu jenis kelamin dan pekerjaan. Dari sisi jenis kelamin, kelompok responden laki-laki sebagai kepala keluarga, yang bekerja mencari nafkah dan membiayai kebutuhan hidup keluarga cenderung lebih menyadari bahwa upacara adat sangat penting, sehingga membutuhkan sebuah perencanaan dana upacara adat. Dari sisi pekerjaan,
Akbar, A. (2007). Cara Kaya dengan Investasi. Jakarta: Rabka Publisher. A.Hirt, S. B. (2002). Manfaat Perencanaan Keuangan. Jakarta: Gramedia, Pengembang/API. Anggraini. (2010). Analisis Korespondensi Hubungan Antara Kondisi Sekolah, Tenaga Pengajar dan Sarana Belajar Terhadap Prestasi Sekolah. Board Financial Planning Standards. (2007). Fundamental of financial planning. Jakarta: CFP. Bokko', J. (2013, Oktober 21). Cara Masyarakat Toraja Menyimpan Aset. (C. M. Pongtuluran, Interviewer). Connolly, J. (2005, sep 5). Building An Income Plan Requires The Right Financial Tools. Hira, T. K. (2006). A workplace and gender-related perspective on financial. Kompas, (2012, Desember 30). Desember, Pesta dan Cinta. http://travel.kompas.com/read/2012/12/30/02325849/Dese mber.Pesta.dan.Cinta. Kompas, (2014, September 21). Nilai Tambah dari Seorang Perantau. http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/09/21/nilaitambah-dari-seorang-perantau-488737.html Kotler & Keller (2009). Hubungan Faktor Demografis dengan Karakteristik Keuangan Dalam Diri Seseorang. Linawati, N. (2014). Perilaku Simpan Pinjam Masyarakat Ambon. Madjid, A. A. (2011, April 27). http://blog.tempointeraktif.com/ekonomi-bisnis/pensiundini-why-not/. Retrieved September 18, 2013.
FINESTA Vol. 2, No. 2, (2014) 40-45
Mantong, J. (2014, Januari 6). Tradisi saling membantu dalam pelaksanaan upacara adat dianggap sebagai hutang. (C. M. Pongtuluran, Interviewer). Pala'langan, R. W. (2014, April 10). Karakteristik Masyarakat Toraja. (C. M. Pongtuluran, Interviewer) Prayitno, W. (2009, September 26). http://www.asuransi cerdas.com/2009/09/26/mengenal-lebih-dekat-denganperencanaan-keuangan/. Retrieved Agustus 10, 2013. Pramesti, W. (2002). Analisis Korespondensi untuk Mengetahui Keterkaitan Tidak Pidana denga Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, dan Alasan Tindak Pidana. Sangka', A. (2014, Januari 14). Motivasi Orang Toraja yang Merantau. (C. M. Pongtuluran, Interviewer). Sangka', A. (2014, April 14). Perencanaan Dana Upacara Adat. (C. M. Pongtuluran, Interviewer). Sangka', A. (2014, Mei 14). Penyebaran Kota Tempat Masyarakat Toraja Merantau. (C. M. Pongtuluran, Interviewer). Sarira, Y. (1996). Rambu Solo dan persepsi orang kristen tentang rambu Solo cet.1. Rantepao, Toraja: Pusbang Gereja Toraja. Senduk, S. (1999). Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI. Senduk, S. (2008). Mengatur Pengeluaran secara bijak. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia. Senduk, S. (2000). Mengelola Keuangan Keluarga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sumbung, D. S. (2013, Juli 28). Masyarakat Toraja menjunjung tinggi nilai kekeluargaan"Misa' kada dipotuo, pantan kada dipomate". (C. M. Pongtuluran, Interviewer). Tsai, Y. T. (2006). Study of the Financial Planning Behaviors of Chinese Senior Citizens. Journal of American Academy of Business, Cambridge , 271-277.
45