HUBUNGAN EFISIENSI PASAR MODAL DI INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015
Oleh : R. Erwin Hendarwin1
Abstrak
Menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA 2015) antar Negara yang tergabung dalam ASEAN untuk merebut peluang dalam internasionalisasi keuangan maupun perdagangan, maka setiap negara tidak saja harus membenahi pasar uang tetapi juga pasar modal. Indonesia dalam RAPBN membutuhkan dana investasi sekitar Rp. 915 triliun untuk mendanai pembangunan nasional, dimana sebesar 79.7% diantaranya diharapkan berasal dari masyarakat, termasuk swasta asing. Pasar modal, tidak bisa tidak, harus didorong untuk berperan lebih giat dalam memobilisasi dana investasi dimaksud. Namun, semua negara juga menghadapi tantangan global yang sama dan karena itu negara-negara tersebut dituntut untuk terus melakukan pembenahan di bidang pasar modal. Dalam kondisi persaingan seperti ini, salah satu kekuatan yang dapat meningkatkan bargaining position adalah efisiensi. Artikel ini menganalisis sejauhmana perkembangan efisiensi pasar modal di Indonesia
Pendahuluan Apa itu Masyarakat Ekonomi Asean? Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Perlu diketahui bahwa pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 1
Dosen pada STIE PGRI Sukabumi dan aktivis kesehatan di Kota Sukabumi
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
1
bukanlah sebuah proyek ”mercusuar” tanpa roadmap yang jelas. MEA 2015 adalah proyek yang telah lama disiapkan seluruh anggota ASEAN dengan visi yang kuat. MEA 2015 hanyalah salah satu pilar dari 10 visi mewujudkan ASEAN Community. Kesepuluh pilar visi ASEAN Community tersebut adalah outward looking, economic integration, harmonious environment, prosperity, caring societies, common regional identity, living in peace, stability, democratic, dan shared cultural heritage (Kementerian Luar Negeri, 2014). Dengan kata lain, keliru bila ada anggapan bahwa MEA 2015 adalah ambisi Indonesia dari pemerintah yang tidak jelas arahnya. Sejak dulu Indonesia memang sangat aktif memperjuangkan ASEAN sebagai masyarakat yang ”satu”. Ini antara lain dapat diidentifikasi dari pidato Presiden Soeharto pada pembukaan Sidang Umum MPR, 16 Agustus 1966 yang mengatakan, ”Indonesia perlu memperluas kerja sama Maphilindo untuk menciptakan Asia Tenggara menjadi kawasan yang memiliki kerja sama multisektor seperti ekonomi, teknologi, dan budaya. Dengan terintegrasinya kawasan Asia Tenggara, kawasan ini akan mampu menghadapi tantangan dan intervensi dari luar, baik secara ekonomi maupun militer,” CPF Luhulima, Jakarta Post, 7 Februari 2013. Dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah inisiator dari terbentuk integrasi kawasan ASEAN. Hanya, perjalanan setiap negara dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi ASEAN yang terintegrasi ini berbeda- beda. Ada negara yang dengan cepat bisa mempersiapkan diri, namun ada juga negara yang terlambat. Karakteristik, ukuran ekonomi, dan permasalahan yang dihadapi setiap negara yang berbeda juga turut memengaruhi kecepatan setiap negara dalam mempersiapkan diri menghadap MEA 2015. Singapura adalah negara ASEAN yang dapat dikatakan paling siap menghadapi MEA 2015. Meski tidak yang paling tertinggal, Indonesia masih perlu kerja ekstra untuk menghadapi MEA 2015 ini.Ini mengingat dalam beberapa hal strategis, Indonesia relatif tertinggal. Bukan bermaksud untuk mencari alasan di balik ketertinggalan tersebut, ukuran ekonomi Indonesia yang besar bisa jadi memang salah satu penyebabnya.Indonesia negara terbesar di ASEAN, baik dari segi kewilayahan, jumlah penduduk, maupun ukuran ekonominya. Sayangnya, dalam kualitas, terutama daya saing, Indonesia tertinggal cukup jauh dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand. Beberapa studi mengonfirmasikan terkait ketertinggalan Indonesia ini. Berbeda dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand, sebagian besar ekspornya
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
2
didominasi oleh produk-produk yang telah disentuh teknologi (medium and high tech product). Kondisi infrastruktur kita juga relatif tertinggal. Infrastruktur logistik kita misalnya berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) 2012 yang dikeluarkan Bank Dunia, Indonesia hanya menduduki peringkat ke-59 atau jauh di bawah Singapura yang berada di puncak di antara 155 negara yang disurvei. Posisi dan daya saing industri Indonesia bahkan kalah dibanding Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina dan hanya unggul terhadap Myanmar dan Kamboja. Indonesia pasar ekonomi yang besar. Kelas menengah Indonesia semakin bertambah.PDB per kapita Indonesia sudah mendekati USD5.000, yang berarti daya beli masyarakat kita yang cukup tinggi. Tingginya daya beli ini akan menjadi bumerang bagi ”neraca ekonomi” kita bila daya saing dan kesiapan infrastruktur kita tidak segera dibenahi dalam menghadapi MEA 2015 ini. Sepertinya Indonesia harus memiliki kebijakan yang agak revolusioner untuk mengubah kondisi yang akut ini. Kebijakan fiskal kita harus berubah, dari yang terlalu costly ke operasional agar dialihkan ke anggaran investasi, infrastruktur, dan penguatan industri manufaktur. Tanpa langkah-langkah seperti ini, rasanya sulit kita bisa mengejar ketertinggalan daya saing kita. Di sisi lain, kebijakan sektoral juga harus memperlihatkan kesungguhannya untuk memperkuat daya saing industri nasional kita. MEA 2015 tinggal sebentar lagi. Sebenarnya sudah terlambat cukup jauh untuk mengatasi ketertinggalan dalam menghadapi MEA 2015. Namun, lebih baik terlambat dibanding kita melakukan perubahan. Mudah-mudahan, pemerintahan yang baru sekarang ini serius dalam mengejar ketertinggalan tersebut. Bagi Indonesia menghadapi persaingan global Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), merupakan suatu "pekerjaan rumah" yang cukup berat, karena berhadapan dengan kompetisi yang ketat dari negara-negara yang relatif sudah lebih maju, baik dalam skala regional maupun internasional, dimana dalam beberapa hal Indonesia memiliki bargaining position yang lemah (Misalnya penguasaan teknologi, kinerja SDM, penguasaan saluran pemasaran internasional, dan infrastruktur yang tersedia).
Kondisi Pasar Modal Indonesia Negara Malaysia misalnya, memiliki suatu visi ekonomi kedepan yang cukup strategis, yang tertuang dalam The Malaysian 2020. The Malaysian 2020 ini adalah visi
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
3
Malaysia abad ini yang dipelopori Perdana Menteri, Mahathir Muhammad, Pada tahun 2020 nanti diperkirakan pertumbuhan ekonomi Malaysia akan lebih cepat dua
kali
2
dibanding dengan pertumbuhan ekonomi Singapura . Apa yang terjadi, visi ini membuat para usahawan di negeri itu harus mengambil manfaat dari ekspansi anggaran pembangunan, karena sudah pasti investasi akan dipacu secara meyakinkan dalam 25 tahunkedepan. Tingkat persaingan antar dunia usaha yang semakin ketat yang mendorong ekonomi negara ini digiring kepada suatu kondisi yang lebih efisien lagi, dan tentunya alur dana (flows of fund) dan arus modal (flows of capital) akan mengalir deras ke negeri ini. Malaysia Stock Exchange sebagai suatu bursa di ASEAN yang memiliki prestasi jauh lebih baik dibanding dengan Jakarta Stock Exchange misalnya akan didorong ke arah yang lebih efisien, karena bagaimanapun bursa efek akan menjadi sumber pemupukan dana yang sangat diandalkan oleh setiap negara yang ingin memasuki tahap pertumbuhan ekonomi yang pesat. Disisi lain, Singapura yang merasa posisinya mendapat ancaman pasar tentunya akan melakukan strategi yang lebih taktis untuk mempertahankan posisinya dalam kancah perdagangan internasional, terutama sebagai negara transit jasa perdagangan di wilayah ASEAN. Hal ini akan mendorong unit-unit ekonomi di negara yang wilayahnya seluas Bogor termasuk Singapore Stock Exchange-nya untuk meningkatkan peranannya. Persaingan antar negara ini membuat setiap negara akan menjadikan kata "efisiensi" sebagai "faktor utama" (key factor) bagi kemajuan ekonomi masa depan. Bagaimana dengan Indonesia? Melihat visi Malaysia, Indonesia nampaknya bukan merupakan ancaman (treath) bagi Malaysia dalam pergolakan ekonomi. Artinya, bagi Indonesia, bukan lagi Singapura atau negara-negara New Industrial Countries (NICs) lainnya yang menjadi pesaing Indonesia, akan tetapi indikatornya mungkin yang relevan adalah Malaysia, karena Malaysia adalah sama-sama "emerging market" dan sudah berada beberapa langkah di atas Indonesia. Jika mengambil angka market capitalization3 BEJ misalnya, baru mencapai US$ 93 miliar (Juni 2014), bahkan dibanding dengan Gross Domestic Product (GDP) baru sekitar 47%, padahal Malaysia sudah mencapai 315%, Singapura (230%), Hongkong (220%), Filipina (90%) dan Selandia Baru (60%).4 2
Mahathir mengambil posisi"mengancam" dengan membuat banding dengan Singapura yang sebenarnya sudah masuk NICs, bersama Taiwan, Korea Selatan dan Hongkong 3 Menggambarkan likuiditas suatu bursa. Lihat misalnya : Mardjana IK, dan Ika Syahrir, (2012), "Pasar Modal Indonesia Dalam Arus Globalisasi, Suatu Analisis Keterkaitan Kebijakan Investasi, Liberalisasi Sektor Publik dan Pengembangan Pasar Modal". 4 Lihat: Riphat, Singgih (2012), "Deregulasi dan Kecenderungan Ekonomi Global, Suatu Analisis Kinerja Pasar Modal di Indonesia", Makalah Seminar Kerjasama Jurnal Ekonomi dan Keuangan dengan Lembaga Informasi Investasi Indonesia", pada tanggal 25 Juli 2012 di Jakarta, 2012, p: 12.
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
4
Apabila risiko investasi di pasar modal Indonesia atau efisiensi Bursa Efek Jakarta (BEJ) dilihat dari indikator rank of emerging market--yang biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional--maka data International Financial Corporation (IFC)5 misalnya menunjukkan bahwa kinerja BEJ dengan lingkup makro-ekonominya Indonesia, menempatkan rank of emerging market Indonesia berada pada urutan ke-9 pada tahun 2012, walaupun sedikit lebih baik dibanding tahun 2011 yang masih di urutan ke-13. Indikator lain, misalnya price earning ratio (PER)6 di BEJ (Juni 2012) mencapai 27,227 sementara tahun 2013 mencapai 19,41. PER BEJ ini jauh di atas Thailand (12,0), Hongkong (11,0) dan Korea, (14,4). Kondisi ini menyebabkan posisi Indonesia relatif kecil dan lemah, dan karena itu, jika Indonesia ingin tampil untuk menjadikan bursa efeknya terbesar di ASEAN, atau meminjam pemikiran Marzuki Usman8, menjadikan Melayu Stock Exchange berpusat di Jakarta, maka syaratnya hanya dua, yakni transparansi dan efisiensi dari pada bursa itu sendiri. Persoalannya adalah para praktisi, dan pemerintah, masih harus mencari runiusan terbaik bagaimana agar membuat pasar modal di Indonesia menjadi lebih efisien,pertanyaan inilah yang akan dikaji penulis dalam artikel ini.
Pasar modal di negara-negara berkembang Negara-negara berkembang mulai mengaktifkan pasar modal ketika terancam dengan krisis hutang (debt crisis) pada awal tahun 1982. Tahun 1980-an ditandai dengan resesi ekonomi sebagai akibat dari turunnya harga minyak di pasar dunia dari US$34,5 per barel menjadi US$10 pada bulan Agustus 1986 yang kemudian mengancam neraca pembayaran dan anggaran belanja dari negara-negara berkembang9. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi dan krisis utang ini mendorong negara-negara berkembang untuk melakukan penjadwalan kembali hutang-hutang mereka. Pendanaan melalui sistem perbankan dirasakan semakin sulit karena dibebani dengan cost of capital yang tinggi. Akibatnya untuk sebagian negara yang tetap mengandalkan kredit bank sebagai sumber pembiayaan semakin sulit berkembang karena tidak dapat menawarkan
. 6
PER menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk kembalinya modal yang diinvestasikan. Semakin kecil PER berarti semakin sedikit waktu yang dibutuhkan atau semakin efisieninvestasi tersebut, karena diperkirakan pertumbuhan labanya akan semakin cepat. PER juga digunakan untuk menilai kewajaran harga saham.Saham yang mempunyai PER yang tinggi mungkin dicurigai terlalu tinggi harganya. Lihat: Husnan, Suad 2012, "Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas", UPP-AMP YKPN,halaman242
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
5
barang dan jasa di pasar internasional dengan harga yang lebih rendah. Kondisi ini yang kemudian memberatkan neraca pembayaran negara-negara berkembang. Pentingnya pasar modal bagi suatu negara adalah dalam rangka meningkatkan tabungan (saving) melalui sistem keuangan (financial system) yang pada gilirannya mendorong mobilisasi dan alokasi sumber-sumber daya ekonomi secara lebih efisien (efficiency of resource mobilization and allocation) berdasarkan perkiraan atas risiko (risk) dan keuntungan (returns). Penanaman modal (investasi) yang berorientasi di dalam negeri mungkin tidak efisien dibanding dengan jika dilakukan diluar negeri.Begitu juga penanaman modal di negara maju bisa menjadi kurang efisien jika dibanding dengan kalau dilakukan di negara-negara berkembang.Kondisi ini mendorong para investor melakukan investasi lintas negara, baik dalam bentuk penanaman modal langsung (foreingn direct investment) maupun penanaman modal tidak langsung (portfolio investment). Kinerja pasar modal ini menunjukkan bahwa dunia usaha telah menempatkan produk pasar modal seperti saham (equity), obligasi(bonds) dan beberapa produk derivatif seperti right sertificate, warrant dan sebagainya sebagai sumber pembiayaan dunia usaha jangka panjang yang sangat potensial dan bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dalam alokasi sumber-sumber produksi. Bagi investor (demand side), ada dua kepentingan dalam pasar modal, yakni bagaimana meraih gain dan deviden atas setiap unit saham obligasi yang diportofoliokan. Sedangkan dunia usaha (supply side) berkepentingan dalam pemupukan dana murah untuk membiayai produksi dan mungkin untuk melunasi hutang jangka panjang, yang relatif lebih murah dibanding pembiayaan dari sektor perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Semakin maju industri di suatu negara, pembiayaan melalui pasar modal cenderung lebih dominan dibanding dengan pembiayaan melalui perbankan. Kecenderungan ini akan diikuti oleh Indonesia mengingat arah pembangunan Indonesia adalah meningkatkan industri dengan ditunjang oleh sektor pertanian yang tangguh10. Kecenderungan ini hanya dapat terwujud jika Bursa Efek Indonesia baik BEJ maupun BES menjadi semakin efisien dan transparan sehingga dapat menarik minat investor. Menjadikan suatu bursa yang efisien tidak sekadar merupakan akibat dari mekanisme pasar tetapi juga intervensi pemerintah dalam batas-batas tertentu untuk membuat regulasi dan/atau deregulasi yang memberi peluang bagi setiap pelaku pasar modal untuk bekerja secara lebih efisien. Campur tangan pemerintah yang berlebihan misalnya di bidang perpajakan (taxation), atau
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
6
prosedur administrasi yang berlebihan (biro kratif) hanya akan menciptakan hambatan (barrier) bagi pengembangan pasar modal itu sendiri. Hampir semua negara berkembang telah menyadari hal ini, dan mulai melakukan reformasi kebijakan untuk menghilangkan hambatan-hambatan tersebut. Swastanisasi BUMN misalnya yang dilakukan di beberapa negara seperti di Malaysia, Filipina, dan Thailand serta juga Indonesia adalah salah satu bentuk pengurangan campur tangan pemerintah dalam ekonomi. Sasaran akhir tetap bermuara pada penciptaan efisiensi.
Konsepsi dasar efisiensi pasar modal Salah satu persyaratan penting bagi perkembangan pasar modal adalah efisiensi. Konsep mengenai efisiensi pasar ini dapat dijumpai dalam beberapa literatur dan penggunaannya tergantung pada konteks atau obyek permasalahan yang dibahas. Konsep pasar modal yang efisien ini menurut Husnan (2012) merupakan tema yang dominan pada tahun 1960-an terutama di kalangan akademisi. Konsep ini meskipun secara umum dipercaya oleh kalangan akademisi, akan tetapi tidak semua masyarakat mempercayainya, bahkan istilah pasar modal yang efisien ini sering digunakan dengan arti atau maksud yang berbeda-beda11. Pasar modal yang efisien dapat diartikan sebagai pasar yang bisa menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para pemodal dengan biaya yang minimal12. Dalam pengertian yang lain, West (2013)13 misalnya membedakan istilah efisiensi pasar modal ini dengan dua pendekatan, yakni external efficiency dan internal efficiency. Menurut West, external efficiency menunjukkan bahwa pasar berada dalam keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia tidak bisa memberikan keuntungan di atas tingkatkeuntungan keseimbangan. Sedangkan internal efficiency, lanjut West, menunjukkan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya memberikan harga yang benar tetapi juga memberikan berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual dengan biaya serendah mungkin. Efsiensi eksternal (external efficiency) ini sesuai dengan pengertian mikro pasar modal, yaitu suatu kondisi seberapa jauh pasar modal informationally efficient, yang berkaitan dengan apakah harga sekuritas di pasar modal tersebut mencerminkan informasi
12
Pengertian ini banyak digunakan oleh para pelaku di bursa efek seperti pialang, pengelola bursa dan sebagainya
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
7
yang relevan. Konsep ini berbeda dengan konsep makro pasar modal. Menurut Erruanza (2011),14 efisiensi eksternal ini berhubungan dengan seberapa jauh pasar modal bisa memobilisasi dana dari masyarakat. Untuk menyajikan pemahaman yang baik mengenai konsep efisiensi pasar modal ini, sebaiknya perlu diperhatikan tiga bentuk teori pasar modal yang efisien15.Pertama, Weak form efficiency; kedua, Semi strongform efficiency, dan ketiga, Strong form efficiency. Ketiga bentuk kategori pasar modal yang efisien tersebut oleh Robert (2012) diuraikan sebagai berikut: "Weak form hypotheses, that current stock price already reflects all information that can be gleaned from past price changes". "Semi strong form hypotheses, that current stock price reflect not only the imformation implied by historical price changes but olso information implied by all publicly available information relevant to a company’s securities". "Strong form hypotheses, that current stock price reflecs all relevant information available only to company insider or other frivilegedgroups". Dengan demikian, pada weak formefficiency, pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan di atas normal dengan menggunakan trading rules berdasarkan informasi harga pada masa atau waktu sebelumnya. Banyak pasar modal di dunia mengambil bentuk seperti ini16. Berbeda dengan weak form, pada semi strong form efficiency, harga-harga saham yang ada saat ini (current) bukan saja dicerminkan pada kondisi harga pada waktu yang lalu tetapi juga mencakup semua informasi yang dipublikasikan. Artinya, para pemodal tidak dapat memperoleh tingkat keuntungan di atas normal dengan memanfaatkan informasi publik17. Sementara bentuk ketiga, srtongformefficiency, harga bukan saja mencerminkan informasi yang dipublikasikan, tetapiinformasi dari analisis fundamental tentang perusahaan dan perekonomian.Dalam kondisi seperti ini, harga selalu wajar dan tidak ada investor yang mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham.Suatu studi yang pernah dilakukan oleh Husnan (2012), menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan efisiensi pasar modal bentuk lemah (weak form), dan tidak dalam bentuk
16
Lihat HusnanS., (2012) Ibid halaman219 Para peneliti telah menguji keadaan/bentuk ini dengan melihat peristiwa-peristiwa terntu seperti penerbitan saham baru, pengumuman laba dan dividen, perkiraan laba perusahaan, perubahan praktek-praktek akuntansi, merger dan pemecahan saham (split stock) 17
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
8
setengah kuat (semi strong).Studi tersebut ternyata parallel dengan studi Dawson (2010) di Hongkong18. Dalam studi tersebut Husnan melakukan uji korelasi perubahan harga saham untuk time lag tertentu dengan menggunakan formula autokorelasi sebagai berikut: Pt-Pt-l = a+b (Pt-T -Pt-2-T) + et dimana parameter a menunjukkan harga yang berkorelasi dengan perubahan di waktu lalu. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa sebagian besar saham mempunyai tingkat keuntungan yang positif, sehingga a seharusnya positif. Sedangkan parameter b menunjukkan hubungan antara perubahan harga di waktu yang yang lalu dengan perubahan harga di waktu yang akan datang. Asumsinya apabila T=0, menunjukkan ada hubugan antara harga yang akan datang dengan harga yang sekarang. Jika T=l ada hubungan antara harga yang akan datang dengan harga pada periode sebelumnya. Sedangkan variabel e merupakan angka random tidak berkorelasi dengan perubahan harga yang lalu. Pengujian dilakukan atas 24 saham di BEJ selama tahun 2011 dimana rata-rata absolut koefisien otokorelasi, baik untuk lag 1 maupun lag 2 tidak lebih besar dari 2 standar error, yakni masing-masing 0,1612 dan 0,1059. Angka 2 standar error tersebut menunjukkan harga saham tidak bersifat acak. Artinya perubahan harga saham pada minggu-minggu yang lalu hanya menjelaskan 2,6% perubahan harga saham minggu ini, dan perubahan harga dua minggu yang lalu hanya menjelaskan 1,12% perubahan harga minggu ini.
Efisiensi Pasar Modal di Indonesia Berbagai definisi mengenai pasar modal yang efisien menyulitkan para analisis atau pelaku pasar modal untuk menentukan efisiensi dari suatu pasar modal.Namun jika menggunakan konsep makro yang disederhanakan, maka sebenarnya beberapa indikator dapat dipakai untuk memprediksi efisiensi suatu pasar modal. Jika menggunakan kriteria West (2013), maka untuk mengukur efisiensi pasar modal dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni internal efficiency dan external efficiency.Indikator mengenai internal efficiency adalah bahwa pasar modal bukan hanya memberikan harga yang benar, tetapi juga memberikan berbagai jasayang diperlukan oleh para pembeli dan penjual dengan biaya yang serendah mungkin.Masalahnya adalah
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
9
bagaimana definisi yang tepat mengenai "harga yang benar"? Perdefinisi, harga yang benar dipahami sebagai harga sekuritas yang mencerminkan semua informasi yang relevan.Lalu bagaimana informasi yang relevan itu? Husnan (2012), mendefinisikan bahwa ketika harga-harga tersebut akan dipengaruhi oleh adanya informasi baru, sehingga akan sangat sulit bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Karena itu efisiensi jenis ini sering disebut efisiensi informasional. Akantetapi jika mengikuti hasil penelitian Husnan yang membuktikan bahwa harga saham pada waktu yang lalu hanya dapat menjelaskan harga saham pada minggu ini sebesar 2,6%, dan harga saham dua minggu lalu hanya menjelaskan harga saham minggu ini sebesar 1,12% merupakan salah satu indikator bahwa bahwa bentuk efisiensi pasar modal di Indonesia mengambil bentuk lemah (weak form). Dan ini bukan saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di hampir semua bursa di dunia.Maka persoalannya adalah pembuktian efisiensi internal ini harus dilakukan secara rutin dan koefisien determinasinya dapat diperbandingkan antar waktu dan antar bursa, katakan dengan sesama bursa di Asia Tenggara, yang merupakan target kompetitifnya BEJ dan BES. Dari sisi makro, dapat diukur dengan membandingkan dana yang dihimpun sektor pasar modal dengan yang dihimpun sektor perbankan. Berdasarkan data dari beberapa sumber, rasio dana yang dihimpun pasar modal dibanding dengan perbankan. Tabel di bawah menunjukkan bahwa rasio antara dana yang dihimpun BEJ dengan dana yang dihimpun seluruh perbankan ternyata mengalami peningkatan. Tahun 2008 dan 2011 bahkan mencapai diatas 70% walaupun kemudian menurun lagi pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 1995 yang mencapai 55,81%. Kenaikan dan penurunan porsi pemupukan dana oleh pasar modal ini berkaitan dengan perkembangan jumlah uang beredar dalam arti luas M2 (broad money). Tingkat bunga deposito berjangka mengalami penurunan yang cukup berarti pada tahun 1992 hingga tahun 1993.
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
10
Laju
Tahun
Rasio (%)
1995
0,11
24,10
1996
0,53
34,90
1997
0,60
52,40
1998
0,58
25,80
1999
1,09
20,60
2000
0,10
20,90
2001
0,85
30,00
2002
0,65
21,50
2003
0,56
18,10
2004
0,45
22,80
2005
0,29
n.a.
2006
19,38
n.a.
2007
26,66
16,69
2008
73,20
20,09
2009
73,20
21,96
2010
61,50
20,19
2011
60,03
27,57
2012
55,82
25,97
Pertumbuhan M2
Sumber : Diolah dari data BEJ(2012), Bank Indonesia (2012), dan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Maret 2012)
Akan tetapi tingkat bunga kemudian naik lagi secara perlahan-lahan dari tahun 2011 hingga 2012 (berkisar antara 15 hingga 17%). Suku bunga pasar uang antar bank (call money) juga mengalami peningkatan dari 7,6% pada tahun 2012/2013 menjadi sekitar 13,14% pada tahun 2012/2013. Kondisi ini pada gilirannya menurunkan pertumbuhan M2. Dengan meningkatnya tingkat bunga memang berdampak pada pemupukan dana melalui pasar modal, ada sedikit penurunan, sehingga tingkat efisiensi makro pasar modal yang tadinya sedikit meningkat kemudian mengalami penurunan. Walaupun demikian, besarnya porsi pemupukan dana melalui pasar, modal dibanding dengan melalui perbankan tersebut menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia mempunyai daya tarik yang cukup berarti, atau dengan kata lain tingkat risiko investasi pada pasar modal sedikit mengalami
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
11
penurunan, sehingga ada kepastian yang relatif besar dari para pemodal untuk memperoleh rate of return yang tinggi. Apakah ini menjadi bukti bahwa pasar modal Indonesia sudah efisien? Jawabannya belum efisien, karena membaiknya peranan penghimpunan dana ternyata mengalami tingkat perbaikan yang semakin berkurang (deminishing).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan pasar modal Pada dasarnya pasar modal merupakan pertemuan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) terhadap dana jangka panjang yang dapat dipertukarkan (transferable). Oleh karena itu keberhasilan suatu pasar modal tentunya dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran sekuritas tersebut. Dari sisi penawaran (supply side), masalahnya adalah apakah perusahaanperusahaan membutuhkan dana? Secara umum perusahaan-perusahaan membutuhkan dana antara lain karena ada permintaan akan barang yang akan atau sedang diproduksi. Masalahnya apakah ada pasar yang kuat terhadap suatu barang dan atau jasa sehingga menuntut perusahaan-perusahaan tersebut melakukan pengembangan usaha yang pada gilirannya mereka membutuhkan modal (dana)? Selain itu, kalau asumsi bahwa ada pasar dan mempunyai rencana untuk perluasan usaha, apakah pendanaan dari lembaga keuangan selain pasar modal tidak mudah diperoleh dan mahal? Disamping itu, bagi calon emiten adalah apakah mereka bersedia memenuhi ketentuan full disclosure? Dalam arti mengungkapkan kondisi perusahaan (kinerja finansial) secara benar kepada publik sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan pasar modal. Dari sisi permintaan (demand side), masalahnya adalah apakah investor memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sekuritas beserta berbagai peraturan dan hitungan untung ruginya dibanding dengan alternatif investasi lainya.Apakah jumlah mereka cukup banyak untuk membeli sekuritas yang ditawarkan oleh pasar modal. Bagi investor institusi seperti Dana Pensiun, Asuransi dan Reksadana, apakah tidak ada hambatan yang mengganggu mereka untuk melakukan portofolio investasi pada saham, obligasi dan berbagai produk derivatifnya? Apakah tingkat pendapatan masyarakat cukup tinggi sehingga memungkinkan masyarakat dapat melakukan portofolio inevestasi di pasar modal?Kondisi inilah yang dalam teori investasi dikenal dengan faktor pasar (market) atau supply and demand factors. Faktor kedua yang menentukan perkembangan suatu pasar modal adalah pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
12
mendorong pertumbuhan investasi. Perusahaan-perusahaan akan lebih terdorong untuk melakukan ekspansi usaha, melakukan diversifikasi usaha, mengembangkan potensi bisnis inti dan sebagainya. Semua hal ini tentu mendorong perusahaan untuk menggunakan sejumlahdana yang mungkin saja tidak dapat dipenuhi dengan equity, akan tetapi harus melalui pinjaman (loan). Kebutuhan akan pinjaman dana jangka panjang tentunya akan menuntut perusahaan-perusahaan memanfaatkan dana murah dari pasar modal. Faktor ketiga yang mempengaruhi perkembangan pasar modal di suatu negara adalah risiko politik (political risk).Investor sangat sensitif terhadap masalah-masalah politik di suatu negara karena risiko politik ini berdampak pada risiko ekonomi. Apalagi dana yang ditanam dalam bentuk saham danobligasi adalah untuk kepentingan investasi jangkapanjang. Apabila kondisi politik dalam negeri mengalami kegoncangan, maka para pemodal akan menarik dananya dan memindahkan ke negara lain yang kondisi politiknya lebih aman. Investor domestik juga banyak yang melakukan capital fligh (pelarian modal keluar negeri) kalau kondisi politik dalam negeri terganggu. Kondisi politik itu bisa berupa demonstrasi perburuhan menuntut tingkat upah, perebutan kekuasaan, reformasi politik yang tiba-tiba, atau keadaan kesehatan Presiden atau Perdana Menteri. Misalnya ketika Presiden Soeharto berangkat berobat ke Jerman untuk memeriksakan kesehatan, pasar uang dan pasar modal bereaksi negatif, yaitu indeks harga saham menurun sekitar 16-17 point.Kepekaan pasar modal dari risiko politik ini mencerminkan telah berjalannya mekanisme pasar pada pasar modal Indonesia. Faktor keempat yang mempengaruhi perkembangan suatu pasar modal adalah peran lembaga-lembaga pendukung (institutional environment). Pasar modal tidak bisa berfungsi secara optimal apabila tidak didukung oleh lembaga-lembaga seperti brokers, dealer dan underwriter. Lembaga-lembaga tersebut menjembatani emiten dengan investor, dan konsekuensinya lembaga-lembaga tersebut harus mengetahui peraturan-peraturan pasar modal, memiliki kemampuan mengelola investasi, dan menguasai informasi harga sekuritas. Lembaga-lembaga yang dimaksud di atas meliputi: -
Bursaefek yang berfungsi menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di Indonesia terdapat dua bursa, yakni Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, masing-masing mempunyai persyaratan tersendiri. Pembeli dan penjual sekuritas akan bertemu di bursa ini untuk melakukan transaksi efek;
-
Bapepam, yakni suatu badan setingkat Eselon I di bawah naungan Departemen Keuangan, yang bertugas mendisain peraturan dan perundang-undangan mengenai
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
13
pasar modal dan selanjutnya melakukan pengawasan. Tugas Bapepam ini pada dasarnya menciptakan iklim yang kondusif bagi terciptanya arus masuk investasi di pasar modal dan terjadinya perdagangan yang efisien; -
Akuntan Publik, yang berperan memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Bagi pasar modal Indonesia, sesuai dengan peraturan, perusahaan yang dapat go publik adalah perusahaan yang oleh penilaian Akuntan Publik mendapat predikat wajar tanpa syarat (WTS), artinya laporannya telah disusun sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) tanpa cacat. Biasanya para investor sangat peka terhadap laporan keuangan ini, karena sebagai dasar untuk memperkirakan prospek perusahaan (fundamental analysis). Harga saham kadangkadang ditentukan juga oleh lembaga mana yang memberikan penilaian terhadap laporan keuangan emiten. Semakin bonafit lembaga tersebut, maka akan membantu investor untuk memprediksi tingkat keuntungan dan risiko secara lebih pasti. Di Indonesia, Akuntan Publik masih merupakan masalah terutama pandangan investor asing;
-
Underwriter, yang berfungsi menjamin terjualnya saham emiten. Ada dua bentuk jaminan yang dapat diberikan oleh underwriter, yakni full commitment, dan best effort. Full commitment artinya semua sekuritas dijamin akan terjual semuanya, jika tidak demikian, maka sisa sekuritas yang tidak terjual harus dibeli oleh underwriter. Oleh karena itu, biasanya underwriter melakukan negosiasi dengan emiten agar harga sekuritas jangan terlalu mahal. Sebagai jasa penjamin, menurut hasil penelitian BPEK19 fee untuk underwriter berkisar antara 3-5% dari nilai emisi. Sedangkan best effort artinya underwriter hanya akan berusaha sebaik mungkin untuk menjual sekuritas yang diterbitkan oleh emiten. Apabila pada akhir masa penawaran tidak terjual semua sekuritas, maka sisanya dikembalikan ke emiten. Fee bagi underwriter hanya dihitung dari jumlah sekuritas yang terjual.
-
Wali Amanat (trustee), merupakan terjemahan dari trust agent, yakni pihak yang dipercaya untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sekuritas kredit. Wali Amanat biasanya diperlukan untuk penerbitan obligasi, karena pembeli obligasi adalah kreditor dimana kredit yang diberikan tidak dijamin dengan suatu agunan tertentu. Untuk mencegah kemungkinan macetnya kredit tersebut, maka harus
19
Lihat: Hasil penelitian mengenai "Analisis Kebijakan Investasi, Liberalisasi Sektor Publik dan Pengembangan Pasar
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
14
ada pihak yang mewakili para pembeli obligasi dalam melakukan penilaian terhadap perusahaan yang akan menerbitkan obligasi. Dengan demikian wali amanat berfungsi melakukan penilaian terhadap tingkat keamanan dari obligasi yang dibelioleh investor, bahkan kadang-kadang penerbitan obligasi harus melibatkan penanggung (guarantor) yang akan menanggung apabila kemudian terjadi kemacetan pembayaran kembali obligasi. -
Konsultan Hukum adalah ahli hukum yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum mengenai emisi atauemiten. Konsultan Hukum, fungsinya berbeda dengan Notaris. Kalau Notaris hanya memeriksa keabsahan penyelenggaraan RUPS, maka penasehat hukum meneliti keabsahan dokumen-dokumen perusahaan dan meneliti apakah perusahaan tersebut terlibat dalam persengketaan hukum dengan pihak lain. Penunjukkan lembaga ini dilakukan oleh emiten, dan diharuskan memberikan pendapat mengenai anggaran dasar emiten beserta perubahannya, izin usaha emiten, bukti pemilikan harta kekayaan emiten, perikatan oleh emiten dengan pihak lain, perkara baik perdata maupun pidana yang menyangkut emiten dari pribadi pengurus. Lembaga Kliring, yang bertugas mengatur arus sekuritas, jadi mirip dengan kegiatan Bank Indonesia yang menyelenggarakan kliring uang giral. Hal ini disebabkan karena perdagangan sekuritas tidak mungkin dilakukan dengan perpindahan secara phisik sekuritas-sekuritas yang diperdagangkan. Selain lembaga-lembaga tersebut di atas, masih terdapat lembaga lain yang sangat
menentukan perkembangan pasar modal seperti perusahaan efek dan penasehat investasi. Perantara Pedagang Efek (PPE),adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain20. Jasa yang diberikan PPE dapat berbentuk jasa perantara dengan menjalankan amanat jual maupun beli dan nasabahnya dengan memperoleh imbalan tertentu.Selain itu PPE juga dapat bertindak sebagai pedagangdengan melakukan transaksi efek atas namanya sendiri.Di beberapa negara, terdapat asosiasi perantara/pedagang efek seperti NASDAQ di Amerika Serikat hanya mengadakan etik yang tertulis untuk perdagangan dalampasar "over the counter". Di Indonesia, ada Ikatan Perusahaan Pialang Indonesia dan khusunya di BEJ tercatat 197 perusahaan pialang. Sedangkan Manajer Investasi, adalah pihak yang usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau pengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok 20
Lihat :Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, Bab 1 Pasal 1
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
15
nasabah termasuk pengelola dana dari reksadana. Peranan manajer investasi sangat penting terutama dalam mengelola serta mensponsori tumbuhnya perusahaan Reksadana di pasar modal Indonesia dan merupakan perusahaan efek yang memberikan jasa pengelolaan portofolio efek nasabahnya dengan memperoleh imbalan dihitung berdasarkan persentase tertentu dari nilai dana yang dikelolanya. Pengelolaan yang dikelola oleh manajer investasi didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan nasabahnya.Nasabah manajer investasi tersebut dapat berupa investor individual, investor kolektif, maupun investor lembaga seperti Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perbankan dan Reksadana.Khusus mengenai nasabah institusi seperti Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun dan Perbankan pada dasarnya dapat mengelola dananya sendiri dan tidak ada keharusan untuk dikelola oleh manajer investasi.Sedangkan untuk perusahaan reksadana berdasarkan Undangundang Nomor 8/2012, wajib dikelola oleh manajer investasi. Di BEJ, nama-nama manajer investasi yang tercatat hingga akhir tahun 2012 terdapat sebanyak 64 perusahaan. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa efisiensi suatu pasar modal juga ditentukan oleh seberapa banyak dukungan lembaga-lembaga profesi dan penunjang pasar modal serta peraturan perundang-undangan yang mendasarinya. Selain juga kualitas peran dari lembaga-lembaga tersebut. Dengan demikian mcmbangun pasar modal yang efisien menuntut banyak persyaratan yang harus dibangun secara bersama.
Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1) Menghadapi persaingan global Masyarakat Ekonomi Asean, pasar modal Indonesia harus lebih proaktif untuk menganalisis ulang kebijakan investasi dalam negeri, sehingga dapat mendorong pemodal dalam negeri untuk tetap bertahan di dalam negeri. Kebijakan investasi yang dikombinasi dengan kebijakan moneter senantiasa dapat menjaga kondisi pasar uang dan pasar modal bergerak bersama, dan bukan saling berlawanan arah (trade off). 2) Tidak ada bukti yang cukup untuk menjelaskan bahwa pasar modal di Indonesia sudah efisien, walaupun analisis internal (mikro) menunjukkan adanya kecenderungan ke arah efisien, terutama oleh beberapa sektor industri tertentu. 3) Untuk membuat pasar modal Indonesia lebih efisien, maka kebijaksanaan makroekonomi harus menunjang pengembangan pasar modal, serta diikuti dengan peningkatan profesionalisme para pelaku pasar modal baik pemerintah maupun swasta
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
16
pada saat sebelum maupun sesudah go public. 4) Kinerja industri (terutama yang go publik) harus baik, dalam arti produk yang dipasarkan memiliki keunggulan kompetitif. Namun studi khusus mengenai hal ini belum dilakukan.Oleh karena itu, hal tersebut perlu dilakukan untuk menganalisis seberapa jauh gap antara kebijakan pengembangan industri dengan kinerja industri yang bersangkutan di pasar modal. Jika keadaan menunjukkan bahwa industri tersebut tidak likuid di bursa, maka sesungguhnya penetapan industri unggul menjadi hal yang perlu
direvisi
agar
peranannya
tidak
membuat
pasar
modal
mengalami
penunjang
pasar
modal
hendaknya
deminishingreturn atau menjadi tidak efisien. 5) Peranan
lembaga-lembaga
profesi
dan
diperhatikan, didorong pengembangannya dengan menciptakan iklim yang sehat, wajar dan transparan. Sanksi-sanksi hukum hendaknya ditegakkan kepada lembagalembaga penunjang dan profesi tersebut kalau mereka melakukan pelanggaran atas peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, sehingga kepercayaan investor terhadap lembaga-lembaga tersebut tetap terjaga.
Saran Berdasarkan pembahasan yag telah diuraikan diatas, maka disarankan untuk melakukan hal – hal sebagai berikut : 1.
Indonesia harus meningkatkan posisi dan daya saing dengan cara pembenahan pasar uang maupun pasar modal, hal ini sangat perlu dilakukan supaya Indonesia tidak tertinggal oleh negera – negera tetangga dalam menghadapi MEA ini.
2.
Praktisi dan pemerintah harus mencari rumusan terbaik untuk membuat pasar modal di Indonesia terbesar di ASEAN yakni dengan cara transparansi dan efisiensi pada bursa saham sehingga dapat menarik investor dan tentunya akan memberikan keuntungan baik untuk perkembangan ekonomi maupun untuk pelaku ekonomi itu sendiri. Selain itu Menjadikan suatu bursa yang efisien tidak sekadar merupakan akibat dari mekanisme pasar tetapi juga intervensi pemerintah dalam batas-batas tertentu untuk membuat regulasi dan/atau deregulasi yang memberi peluang bagi setiap pelaku pasar modal untuk bekerja secara lebih efisien. Campur tangan pemerintah yang berlebihan di bidang perpajakan (taxation), atau prosedur administrasi yang berlebihan (biro kratif) hanya akan menciptakan hambatan (barrier) bagi pengembangan pasar modal itu sendiri
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
17
3.
Indonesia harus mempertahankan suasana kondusif terutama di bidang social politik karena investasi sangat dipengaruhi oleh keadaan suatu negara. Untuk itu memberikan jaminan keamanan untuk invenstasi adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk memajukan ekonomi negara itu sendiri.
4.
Peran lembaga-lembaga pendukung (institutional environment) sangat diperlukan. Pasar modal tidak bisa berfungsi secara optimal apabila tidak didukung oleh lembaga-lembaga seperti brokers, dealer dan underwriter. Lembaga-lembaga tersebut menjembatani emiten dengan investor, dan konsekuensinya lembagalembaga tersebut harus mengetahui peraturan-peraturan pasar modal, memiliki kemampuan mengelola investasi, dan menguasai informasi harga sekuritas.
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
18
Daftar Pustaka
Balance of Payment Statistcs Yearbook, (2013), IMF CPF Luhulima, Jakarta Post, 2013 Erruanza, V.R, (2011), "Efficiency and the Programs to Develop Capital Market", Journal of Banking and Finance. Frank, JR; Broiler, JE; and Carleton, WT., (2013), "Corporate Finance: Consept and Applications”. Husnan, S, (2012), "Dasar-dasar TeoriPortofolio dan Analisis Sekuritas", UPP: AMP YKPN, Yogyakarta. -------------, (2012), "Efisiensi Pasar ModalIndonesia", Indonesian Economic Journal, Jakarta, April 2011 International Financial Review, IMF, (2013). Ika Syahrir, dan Hamid D.A., (2011),"Reformasi Struktur Ekonomi Indonesia", Golden Taylor, Jakarta, 2011. Mardjana IK, dan Ika Syahrir, (2011), "Pasar Modal Indonesia Dalam Arus Globalisasi, Suatu Analisis Keterkaitan Kebijakan Investasi, Liberalisasi Sektor Publik dan Pengembangan Pasar Modal", BPEK-BAKM, Departemen Keuangan RI. Riphat, Singgih, (2011), "Deregulasi dan Kecenderungan Ekonomi Global, Suatu Analisis Kinerja Pasar Modal di Indonesia", Jakarta, 2011.
Efisiensi pasar modal di Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
19