HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN AKTIVITAS DASAR LANSIA DI PUSKESMAS KEDUNGJATI KABUPATEN GROBOGAN
Manuscript
Oleh : AYU MARTIKA SARI NIM : G2A008022
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2012
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Manuscript dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan Aktivitas Dasar Lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Semarang, September 2012 Pembimbing I
Heryanto Adi Nugroho, Ns. S.Kp. M.Kep. SP.Kom
Pembimbing II
Ali Rosidi, SKM, M.Si
Hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan Ayu Martika Sari Abstrak Penurunan Activity of Daily Living (ADL) disebabkan oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi yang lambat, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, keadaan yang tidak stabil bila berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. Pada saat lansia mengalami permasalahan tersebut maka peran dukungan keluarga sangat berarti bagi lansia untuk mendukung aktivitas kesehariannya. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan aktifitas dasar lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Jenis penelitian adalah studi korelasi dengan pendekatan belah lintang (cross sectional). Populasi penelitian adalah semua lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebanyak 375 orang. Pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 79 orang. Analisis data menggunakan uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dukungan keluarga lansia sebagian besar baik yakni sebanyak 45,6%. Kemampuan ADL sebagian besar baik yakni sebanyak 64,6%. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Masyarakat terutama yang memiliki anggota keluarga lanjut usia diharapkan dapat memberikan dukungan yang baik dengan cara memberikan fasilitas yang mendukung untuk aktivitas sehari-hari lanjut usia seperti pembuatan kamar mandi yang memiliki tempat berpegangan bagi lansia, tidak membuat lanti menjadi licin dan sebagainya. Kata Kunci
: Aktivitas dasar lansia, dukungan keluarga
Abstract Decrease in Activity of Daily Living (ADL) caused by joint stiffness, limited movement, a slow reaction time, poor body balance, circulatory disorders, the situation was unstable when walking, impaired vision and hearing loss. At the time of the problems the elderly experience the role of family support ws very meaningful for the elderly to support their daily activities. The purpose of this study was to determine the correlations of family support with the ability of the basic activities of elderly in the working area of Puskesmas Kedungjati Grobogan. This type of research was the study of correlation with latitude divisive approach (cross sectional). The study population was all the elderly in the working area of Puskesmas Kedungjati Grobogan as much as 375 people. The selection of samples was using simple random sampling technique as many as 79 people. Analysis of data was used spearman rank correlation test. Results showed that family support of elderly as much as 45.6% was most good. Most of ADL ability was good that as much as 64.6%. There was a significant correalation between family support with the ability of the basic activities of elderly people in Puskesmas Kedungjati Grobogan District. Community especially those with elderly family members were expected to provide good support by providing facilities that support for everyday activities such as making old bathrooms that have a holding place for the elderly, did not make elderly become slippery and so on. Keywords: elderly basic activity, family support
PENDAHULUAN Jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat. Saat ini di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertumbuhan populasi/penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak abad ke-20. Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi
pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun, saat ini negara berkembang pun mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah konsekuensi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan degeneratif (Nugroho, 2008).
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia akan mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan yaitu perubahan penampilan dan perubahan bagian dalam tubuh seperti misalnya sistem syaraf otak, perubahan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, dan perubahan motorik. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari (Suhartini dalam Sari, 2009). Lanjut usia merupakan usia yang penuh kemandirian baik dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari. Dengan menjaga kesehatan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial, seseorang dapat memilih masa tua yang lebih membahagiakan, terhindar dari masalah kesehatan (Sari, 2009). Suhartini dalam Sari (2009) menambahkan dengan kondisi yang sehat mereka dapat melakukan aktivitas apa saja tanpa meminta bantuan orang lain, atau sesedikit mungkin tergantung kepada orang lain.
Apabila ketergantungan pada lansia tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan beberapa akibat seperti gangguan sistem tubuh, timbulnya penyakit, menurunnya Activity of Daily Living (ADL). Penurunan Activity of Daily Living (ADL) disebabkan oleh persendian yang kaku, pergerakan yang terbatas, waktu bereaksi yang lambat, keseimbangan tubuh yang jelek, gangguan peredaran darah, keadaan yang tidak stabil bila berjalan, gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran (Asthana, 2009). Pada saat lansia mengalami permasalahan tersebut maka peran dukungan keluarga sangat berarti bagi lansia untuk mendukung aktivitas kesehariannya.
Menurut Bondan (2006) bahwa dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang diberikan oleh keluarga kepada pasien berupa perhatian (perasaan suka, cinta dan empati), bantuan instrumental (barang, jasa), informasi dan penilaian (informasi yang berhubungan dengan self evaluation). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat diterima mereka. Keluarga juga dapat memberi dukungan dan membuat
keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit (Niven, 2002). Dukungan keluarga terhadap lansia yang menderita stroke diharapkan akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapat dukungan akan merasa diperhatikan, disayangi, merasa berharga dapat berbagi beban, percaya diri dan menumbuhkan harapan sehingga mampu menangkal atau mengurangi stres yang pada akhirnya akan mengurangi depresi. Dukungan keluarga terhadap terhadap lansia yang menderita stroke diharapkan lebih tahan terhadap pengaruh psikologis dari stresor lingkungan daripada individu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2008) tentang perubahan fungsi fisik dan dukungan keluarga dengan respon psikososial pada lansia di Kelurahan Kembangarum Semarang di temukan hasil bahwa hubungan dukungan keluarga dengan respon psikososial lansia didapatkan hubungan yang signifikan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rinajumita (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia di wilayah kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2011 di temukan bukti empiris bahwa faktor dukungan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan kemadirian lansia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan aktifitas dasar lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan.
METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan belah lintang (cross sectional). Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebanyak 375 orang dengan sampel sebanyak 79 orang menggunakan teknik simple random sampling.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar baik yakni sebanyak 45,6%. Kemampuan ADL di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar mandiri penuh yakni sebanyak 64,6%. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2012 Dukungan Keluarga Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi 36 26 17 21
Persentase 45,6 32,9 21,5 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar baik yakni sebanyak 36 orang (45,6%), cukup sebanyak 26 orag (32,9%), dan kurang sebanyak 17 orang (21,5%). Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan ADL di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2012 Kemampuan ADL Mandiri Penuh Bantuan sebagian Bantuan Penuh Jumlah
Frekuensi 51 25 3 21
Persentase 64,6 31,6 3,8 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kemampuan ADL di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar mandiri penuh yakni sebanyak 51 orang (64,6%), bantuan sebagian sebanyak 25 orang (31,6%), dan bantuan penuh sebanyak 3 orang (3,8%).
r = 0,348, p value = 0,002
Gambar 1 Diagram tebar hubungan dukungan keluarga dengan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2012
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa hasil uji korelasi rank spearman didapatkan nilai r sebesar 0,348 dengan nilai p = 0,002 (< 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Nilai korelasi sebesar 0,348 menunjukkan hubungan yang lemah antara dukungan keluarga dengan kemampuan ADL (Dahlan, 2011).
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan dukungan keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar baik yakni sebanyak 36 orang (45,6%), cukup sebanyak 26 orang (32,9%), dan kurang sebanyak 17 orang (21,5%). Dukungan keluarga pada lansia yang kurang khususnya dalam hal keluarga tidak menyediakan makan dan minum yakni sebesar 34,2% dan keluarga tidak menganjurkan untuk terbuka jika merasakan keluhan kesehatan dan dilarang berpikir terlalu berat sebesar 34,2%, hal ini disebabkan karena sebagian besar lansia memiliki kemampuan aktivitas yang mandiri sehingga mampu untuk mengambil makanan dan minumannya sendiri tanpa harus disediakan secara khusus oleh keluarga dan
keluarga kurang memiliki kedekatan psikologis terhadap lansia sehingga kurang terjadi komunikasi yang baik antara lansia dan keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa kemampuan ADL di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar mandiri penuh yakni sebanyak 51 orang (64,6%), bantuan sebagian sebanyak 25 orang (31,6%), dan bantuan penuh sebanyak 3 orang (3,8%). Kemampuan ADL dengan bantuan penuh khususnya pada aktivitas lansia berjalan ke tujuan yang ingin dicapai yakni sebesar 12,7% dan menyiapkan makanan sendiri sebesar 8,9%, sedangkan kemampuan ADL mandiri penuh khususnya pada aktivitas dapat merawat rambut sebesar 30,3% dan dapat mengatur keuangan sendiri sebesar 22,8%. Sebagian lansia yang memiliki aktivitas bantuan penuh dikarenakan faktor usia sehingga memiliki kondisi fisik yang lemah dan status kesehatan yang kurang baik karena terkena penyakit Diabetes Mellitus (DM), penyakit tersebut memiliki implikasi yang luas bagi lansia maupun keluarganya, terutama munculnya keluhan yang menyertai, penurunan kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas keseharian, dan menurunnya partisipasi sosial lansia karena separuh dari populasi lanjut usia tidak tahu bahwa mereka terkena DM. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil uji korelasi rank spearman didapatkan nilai korelasi sebesar 0,348 dengan nilai p = 0,002 (< 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh lansia. Adanya dukungan dari keluarga dapat membantu lansia menghadapi masalahnya. Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan inter personal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock, 1998). Menurut friedman (1998), ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika lansia menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang yang paling dekat hubunganya dengan lansia. Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera. Orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik.
PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar baik yakni sebanyak 45,6%. Kemampuan
ADL di wilayah kerja Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan sebagian besar mandiri penuh yakni sebanyak 64,6%. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemampuan aktivitas dasar lansia di Puskesmas Kedungjati Kabupaten Grobogan. Masyarakat terutama yang memiliki anggota keluarga lanjut usia diharapkan dapat memberikan dukungan yang baik kepada lansia khususnya dukungan emosional dalam bentuk pemberian rasa nyaman, yakin, kepedulian, afeksi, kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan serta merasa dicintai oleh keluarga sehingga lansia dapat menghadapi permasalahan kesehatannya dengan lebih baik dengan cara keluarga menjalin hubungan yang lebih dekat tidak hanya secara fisik dalam pemenuhan kebutuhan saja namun secara psikologis dengan cara memahami perasaan dan menjalin hubungan komunikasi yang terbuka.
1.
2.
3.
Ayu Martika Sari : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Heryanto Adi Nugroho, Ns, S.Kp, M.Kep, SP.Kom : Dosen Kelompok Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Ali Rosidi, SKM, M.Si : Staf Dosen Jurusan Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Kelima, Jakarta : Rineka Cipta Bandiyah Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika Hadiwinoto dan Setiabudi .1999. Panduan gerontologi tinjauan dari berbagai aspek. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Jakarta Utama Keliat. (1995). Penatalaksanaan Stres. Jakarta : EGC Martono & Darmojo. (2006). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : FKUI Marzuki. (2002). Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE-UII Notoadmojo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nugroho, W. (2008). Kepeawatan gerontik & Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Jakarta : Salemba medika.
metodologi penelitian
ilmu Keperawatan.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Keperawatan Dasar: Konsep, Proses dan Praktik. (terjemahan). Edisi 4. Jakarta: EGC. Sari Mustika, I. (2009). Hubungan antara Karakteristik Personal dengan Kemandirian dalam Activity Of Daily Living (ADL) pada Lansia di Panti Wredha Darma Bhakti Pajang Surakarta. Skripsi FIK UMS. Tidak dipublikasikan Stanley, M. dan Patricia G. Beare, (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sugiyono. (2007). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sumirta, I. N. (2008). Hubungan antara aktivitas fisik dengan depresi pada lansia di Panti Pelayanan Lanjut Usia “Wana Seraya” Denpasar. Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol. 2. No 1. Juni 2009. Yosep Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama