FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 125-129
125
Hubungan Demografi, Anggota Keluarga dan Situasi dalam Pengambilan Keputusan Pendanaan Pembelian Rumah Tinggal Surabaya Chyntia Iswantoro dan Njo Anastasia Program Studi Manajemen, Program Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] ;
[email protected] Abstrak - Rumah merupakan kebutuhan primer dari masyarakat, seperti yang terlihat pada tahun 2012 pertumbuhan properti residensial mencapai 20%. Proses pengambilan keputusan dalam pembelian rumah mempertimbangkan faktor demografi, keluarga dan situasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan latar belakang demografi, karakter keluarga, dan karakter situasi dalam pemilihan pendanaan saat membeli rumah tinggal. Metode analisa data yang digunakan adalah tabulasi silang dan chi-square. Perolehan data dengan membagikan kuesioner kepada keluarga yang sedang atau sudah pernah melakukan pinjaman untuk pembelian rumah tinggal di Surabaya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada beberapa variabel dari faktor demografi, keluarga dan situasi yang mempunyai hubungan dengan pendanaan. Kata Kunci - Anggota Keluarga, Demografi, Pendanaan, Situasi Abstract— Housing is a primary need of society. On 2012, the growth of the residential property raised up to 20%. The process of decision-making in buying house is considered by demographic factor, family and situation. This research was intended to determine the relationship of demographic background, family character, and character of the situation in the election of funding options when buying a house. The analysis data method that used for this research was Crosstab Analysis and Chi- Square method. Data obtained from questionnaires that have been distributed to families who are currently or have ever been doing loans in buying a house. As the result of the research was obtained that demographic factors, family and a situation have connection with funding.
Keywords— Demography, Family Members, Funding, Situation
1. PENDAHULUAN Rumah merupakan suatu kebutuhan primer, sehingga masyarakat mempunyai minat tinggi terhadap properti. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan properti residensial sebesar 20% pada tahun 2012. Peningkatan kebutuhan rumah tinggal dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya kebutuhan pendanaan untuk membeli rumah (Khoirudin, 2010). Pilihan pendanaan yang tersedia yaitu pendanaan dengan tunai atau KPR. Pendanaan tunai digunakan jika mempunyai dana yang cukup (Siregar, 2009). Adanya KPR didorong oleh pendanaan yang mempunyai hubungan erat dengan keputusan pembelian rumah, sehingga membuat pihak bank perbankan serius untuk mengelola penyaluran dana KPR (Peter, 2008). KPR adalah alternatif pertama dalam pendanaan pembelian rumah jika dana yang
dimiliki terbatas. Proses pengambilan keputusan pembelian dilakukan dengan mempertimbangkan faktorfaktor internal maupun eksternal termasuk keputusan dalam pemilihan rumah. Faktor eksternal meliputi keluarga, kelas sosial, kebudayaan dan kelompok refrensi, sumber informasi, sedangkan faktor internal meliputi faktor pribadi yaitu usia, pendapatan, pekerjaan, gender adapula faktor motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar (Saputra, 2012). Selain itu faktor situasi berpengaruh kepada pengambilan keputusan. Faktor tekanan waktu mempunyai pengaruh terhadap keputusan keluarga. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Shiffman dan Kanuk (2010) yang menyatakan bahwa tekanan waktu menunjukan pengaruh terhadap keputusan pembelian, semakin konsumen mempunyai tekanan waktu semakin cepat konsumen tersebut membuat keputusan dan semakin individual konsumen tersebut membuat keputusan. Pilihan pendanaan merupakan pilihan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, tetapi penelitian ini hanya terbatas pada hubungan antara latar belakang demografi individu, karakter keluarga dan karakter situasi dalam pengambilan keputusan pilihan jenis pendanaan saat membeli rumah tinggal di wilayah Surabaya. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Demografi Individu Latar belakang demografi individu erat kaitannya dengan karakteristik individu tersebut. Pertama adalah usia, usia adalah batasan atau tingkat ukuran hidup yang mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Selera dalam mengkonsumsi barang tergantung dari umur seseorang (Kotler & Keller, 2009). Contohnya dalam sebuah keluarga, anak-anak akan mendengarkan musik yang memiliki rasa berbeda dengan orang tuanya bahkan nenek dan kakeknya. Membaca buku dengan topik berbeda dan menikmati acara TV yang berbeda pula (Schiffman & Kanuk, 2010). Selanjutnya pendapatan individu yang mempunyai makna hasil yang mempunyai definisi sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan oleh usaha (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Adapula pekerjaan yang dapat diartikan profesi yang disandang seseorang dalam melakukan aktifitas yang memberikan hasil baik berupa pengalaman atau materi yang dapat menunjang kehidupannya (Cahyadi, 2010). Kotler dan Keller (2009) menjelaskan bahwa pekerjaan berpengaruh bagi pola konsumsi masyarakat. Pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi akan mengakibatkan pola konsumsi yang tinggi pula begitu pula sebaliknya dan yang terakhir adalah pendidikan. Pendidikan adalah tingkat penguasaan
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 125-129 ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang bagaimana kemampuannya dalam memahami sesuatu hal dengan baik. 2.2 Karakteristik Keluarga Karakteristik keluarga terdiri dari siklus hidup keluarga (Family Life Cycle), kelas sosial, kebudayaan dalam keluarga dan orientasi peran (Sex-role Orientation). 2.3 Karakteristik Situasi Karakteristik situasi terdiri dari perceived risk. konsumen sering memperhitungkan berapa “derajat resiko” dalam membuat keputusan pembelian. Resiko didefinisikan sebagai “The uncertainty that customer face when they cannot foresee the consequence of their purchase decision” (Schiffman & Kanuk, 2010). Ketidakpastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak bisa meramalkan konsekuensi dari keputusan pembelian mereka. Saat mengevaluasi sebuah tempat tinggal yang akan dibeli, konsumen akan mencoba memperkirakan apa saja keuntungan yang didapat dengan membeli rumah tersebut,semakin sulit mengevaluasi maka semakin besar resiko dari barang tersebut karena konsumen tidak dapat memperkirakan resiko yang diterima (Hawkins & Mothersbaugh, 2010). Selanjutnya time pressure yang diartikan sebagai ketersediaan waktu. Merupakan karakteristik situasi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan pembelian tempat tinggal pada suatu keluarga.
Gambar 1. Konsep dalam Keluarga (Schiffman & Kanuk, 2010)
Pada awalnya suami dan istri adalah individu yang berbeda baik latar belakang demografi dan motivasi. Suami dan istri memiliki peran tersendiri sebagai individu sesuai dengan latar belakang demografi dan motivasi yang dimiliki. Setelah menikah maka latar belakang demografi dan motivasi dari setiap individu melebur menjadi satu menjadi latar belakang demografi keluarga dan motivasi keluarga sekarang. Didalam keluarga terdapat konflik, beban dan tekanan waktu yang dimiliki oleh masing-masing individu. Hal itu membentuk demografi dan motivasi keluarga yang baru. 2.4 Pengambilan Keputusann Dalam Keluarga
126 Menurut Assael (1987) tahapan dalam proses pengambilan keputusan keluarga selalu tidak terlepas dari aturan pengambilan keputusan (dalam Levy & Lee, 2004). Aturan ini termasuk initiator yang merupakan seseorang yang mengidentifikasi adanya masalah kebutuhan, influencer seseorang yang memberikan opini. Information gatherer seseorang yang bertugas mengumpulkan informasi, gatekeeper individu yang mengendalikan arus informasi kepada anggota keluarga lainnya. Decision-maker merupakan individu yang mengambil keputusan utama dan Purchaser seseorang yang bertindak untuk menyelesaian proses pembelian. Setelah keluarga mengambil keputusan akan membeli rumah atau tidak maka secara tidak langsung keluarga juga akan memikirkan pendanaan yang akan dipilih dalam pembelian rumah terkait apakah akan melakukan pinjaman atau dengan pendanaan tunai. 2.5 Pendanaan dalam Pembelian Rumah Pilihan pembiayaan dalam pembelian rumah disediakan pilihan dengan tunai atau pinjaman. Pembayaran tunai adalah pembayaran yang dilakukan langsung dan tidak bertahap. Sedangkan pembayaran KPR fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Di Indonesia ada 2 jenis KPR yaitu KPR subsidi dan KPR non subsidi (Bank Indonesia, 2012). Perhitungan bunga KPR secara umum dikenal 3 metode : Perhitungan bunga flat, bunga efektif dan bunga anuitas tahunan dan bulanan. Dalam prakteknya metode yang digunakan adalah suku bunga effektif atau anuitas (Bank Indonesia, 2012). 2.6 Proses Pengambilan Keputusan
Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian (Kottler & Keller, 2009)
Kotler dan Keller (2009) mengemukakan ada 5 langkah proses pengambilan keputusan konsumen yaitu mengenali kebutuhan agar konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan, pencarian informasi konsumen mulai mencari informasi mengenai kebutuhannya, selanjutnya konsumen mengevaluasi alternatif yang ada. Setelah melakukan evaluasi maka konsumen memtuskan pembelian lalu konsumen mengevaluasi kembali apakah alternatif pilihan yang diambil dapat menyelesaikan masalah kebutuhan.
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 125-129 2.7 Hubungan Antar Konsep dan Kerangka Pemikiran Berdasarkan Shiffman dan Kanuk (2010) usia menentukan bagaimana seseorang berperilaku dalam mengambil keputusan pembelian rumah. Pendidikan akan menentukan pekerjaan dan pendapatan yang diterima. Menurut Sa-Aadu & Sirmans, 1995; dan Sa-Aadu & Megbolugbe, 1995 menyatakan bahwa pendidikan yang rendah akan menghambat proses pendanaan karena informasi yang diperoleh tentang proses kredit pembelian rumah tinggal tidak cukup mengakibatkan kurangnya kesempatan pinjaman disetujui (dalam Iwarere & Williams, 2003). Watcher (1996) mengamati bahwa pendidikan konsumen memberikan dampak positif terhadap kinerja pasar hipotik (dalam Iwarere & Williams, 2003). Penelitian lain mengenai pengaruh pendapatan, ras dan institutional faktor di dalalam perilaku peminjaman yang dilakukan oleh Iwarere and Williams (2003) ras berpengaruh signifikan terhadap pilihan pendanaan, sedangkan sumber informasi yang didapat terdapat pengaruh signifikan dengan jumlah sumber daya konsultasi sebelum melakukan kredit. Kekuatan fundamental dari sebuah lembaga peminjam mempunyai hubungan dengan pendapatan dalam penentuan kredit pembelian rumah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Levy dan Lee (2004) melalui interview di dalam sebuah keluarga setiap anggota keluarga berperan dalam pengambilan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembelian tempat tinggal. Interview menunjukan bahwa wanita biasanya lebih dominan menjadi initiator terutama pada kasus bahwa keluarga tersebut mempunyai anak yang masih kecil dimana ibu mengakui perubahan kebutuhan dari keluarga. Didalam kasus lain pasangan yang tidak mempunyai anak membeli rumah pertama dengan mengabungan pengaruh 2 partisipasi. Menurut Filiatrault and Richie (1980) ini disebabkan karena pasangan belum mengambil peran individu (dalam Levy & Lee, 2004). Alasan lain karena hal ini mencerminkan resiko yang tinggi membeli rumah pertama, terutama pasangan yang tidak memiliki pengalaman. Hasil ini mengindikasikan tahap siklus kehidupan keluarga merupakan faktor penting dalam menentukan siapa yang mempengaruhi dan bagaimana mereka mempengaruhi keputusan. Penelitian lain membahas mengenai proses pengambilan keputusan dalam keluarga dan peran yang diambil anggota keluarga dalam setiap karakteristik. Contohnya pada karakteristik perceived risk, Semakin besar perceived risk maka semakin besar kesalahan keputusan yang diambil oleh keluarga tersebut. Semakin besar anggota yang terlibat dalam pengambilan keputusan bersama maka perceived risk juga akan semakin besar. Hasil ini dikarenakan konsekuensi permusuhan mempengaruhi seluruh anggota keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung dan adanya kecenderungan tiap-tiap anggota keluarga mencari dukungan dan bimbingan satu dengan yang lain (Sheth, 1974).
127
Gambar 3. Kerangka Berpikir Iwarere & Williams (2003); Levy & Lee (2004)
3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode korelasi yang mengubungan antara 2 atau lebih variabel tanpa mencoba untuk mengubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel tersebut (Kountur, 2007). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga yang bertempat tinggal di Surabaya. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang sudah pernah atau sedang melakukan pinjaman dalam hal membeli rumah. Metode sample yang digunakan adalah metode purposive sampling. Suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008), dengan jumlah sampel 100 keluarga. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang berupa kuesioner dan data sekunder yang didapat dari internet, buku, Badan Pusat Statistik. Untuk mengukur variabel demografi digunakan indikator empirik jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Mengukur variabel keluarga menggunakan indikator empirik peran dalam keluarga, jumlah anggota yang ditanggung, jumlah anak dibawah 17 tahun, jenis rumah yang dibeli, luas rumah, jenis apartemen, harga rumah, sumber informasi, berapa lama menempati rumah saat ini, tempat tinggal saat ini, tujuan membeli rumah, partner berunding dan pengambil keputusan utama. Variabel situasi menggunakan indikator empirik waktu yang dibutuhkan untuk membuat keputusan pembelian dan perhitungan resiko gagal bayar. Terakhir variabel pendanaan menggunakan indikator empirik pendanaan yang dipilih, alasan memilih pendanaan, tanggal mulai dan tanggal terakhir pinjaman, pertama kali melakukan pinjaman, bank yang dipilih, suku bunga yang dikenakan, besar prosentase pinjaman dan jangka waktu peminjaman. Uji statistik dalam penelitian ini memakai uji Chi-Square yang merupakan analisa ini digunakan untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel (baris dan kolom) dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya (Mason & Douglass, 1999).
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 125-129
128
4. PEMBAHASAN
mayoritas responden adalah perempuan dan pendapatan yang dimiliki terbanyak ada di pendapatan suami sehingga pendapatan responden sendiri tidak berhubungan langsung dengan jenis pendanaan yang dipilih. Pada indikator jenis kelamin yang tidak berhubungan dengan jenis pendanaan yang diambil dikarenakan sampel yang diambil lebih banyak pada responden perempuan dan keputusan utama mayoritas tidak diambil oleh responden sendiri sehingga jenis kelamin responden tidak berhubungan dengan pilihan jenis pendanaan. Usia tidak mempunyai hubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih. Hal ini dikarenakan usia tidak menentukan pekerjaan dan pendapatan responden sehingga juga tidak menentukan pendapatan yang dipilih responden. Sedangkan dalam variabel situasi perceived risk tidak mempunyai hubungan dengan pemilihan jenis pendanaan karena dalam jenis pendanaan apapun responden tetap memikirkan resiko jangka panjang. Hal ini dapt dibuktikan dengan 89% responden memikirkan resiko gagal bayar tanpa melihat jenis pendanaan yang dipilih. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Levy & Lee (2010) yang menunjukan bahwa wanita biasanya cenderung menjadi pelopor dalam mengambil keputusan. Hal ini tidak sejalan dengan hasil statistik yang menunjukan tidak adanya hubungan antara peran dengan pengambilan keputusan pendanaan, karena dalam sampel keluarga yang diambil dalam penelitian ini secara mayoritas keputusan diambil dengan pendapat 2 pihak yaitu suami dan istri. Di lain hal, dalam penelitian ini dikemukakan bahwa jumlah anak dibawah 17 tahun mempunyai hubungan dengan pengambilan keputusan. Pernyataan ini sejalan dengan hasil statistik yang menunjukan bahwa adanya hubungan jumlah anak dibawah 17 tahun dengan pendanaan yang dipilih karena mayoritas responden tidak memiliki anak dibawah usia 17 tahun sehinga keputusan mayoritas juga berada di tangan suami dan istri. Jumlah anggota keluarga yang ditanggung menunjukan tidak ada hubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih karena sebenarnya yang menanggung kebutuhan keluarga bukan hanya responden yang mayoritas perempuan tetapi juga ada pendapatan dari pasangan. Indikator partner berunding dan pengambil keputusan utama tidak mempunyai hubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih. Partner berunding tidak mempunyai hubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih dikarenakan orang yang diajak berunding belum tentu menjadi pengambil keputusan utama dan pengambil keputusan utama tidak mempunyai hubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih juga mempertimbangkan pendapat dari orang yang diajak berunding.
Pengujian statistik ini melibatkan 100 koresponden dengan 45 koresponden laki-laki dan 55 koresponden perempuan. Profil responden secara umum, usia mayoritas responden berkisar antara usia 26-35 tahun dan mempunyai pendidikan Strata 1. Pekerjaaan responden secara umum mempunyai pekerjaan wiraswasta dan berpendapatan mayoritas 50,1 juta – 250 juta. 95% responden berperan sebagai suami/istri dalam keluarga yang secara umum responden menanggung 2 orang, serta tidak mempunyai tanggungan anak dibawah 17 tahun dalam keluarga. Pada pinjaman tempat tinggal, 79% responden memilih jenis rumah tinggal dengan luas tanah berkisar antara 100 meter150 meter. Sedangkan responden yang memilih apartemen lebih memilih apartemen dengan 2 kamar tidur. Kisaran harga rumah yang dipilih oleh responden berkisar antara 500 juta-999 juta. Sumber informasi yang paling banyak didapat dari pameran. Saat ini responden mayoritas bertempat tinggal di rumah sendiri dengan lama tinggal lebih dari 8 tahun dan tujuan dari responden membeli tempat tinggal adalah untuk mempunyai tempat tinggal lainnya. Suami, istri dan anak merupakan pilihan utama responden dalam memilih orang yang diajak berunding, tetapi dalam mengambil keputusan utama suami dan istri tetap berperan penting. Sebanyak 62% koresponden baru melakukan pinjaman untuk yang pertama kali dan memilih pendanaan KPR, alasan responden memilih pendanaan tersebut karena dana yang tersedia dialokasikan untuk keperluan lainnya. Responden sebanyak 25% memilih Bank Panin dengan 61% responden dikenakan bunga variabel. Responden mayoritas mempunyai 61-70% prosentase pinjaman dengan jangka waktu kredit 5-10 tahun. Mayoritas responden membutuhkan waktu 6 bulan untuk mengambil keputusan dan responden sebagian besar memikirkan resiko gagal bayar. Pengujian statistik menunjukan bahwa ada sebagian faktor demografi yang mempunyai hubungan dengan pendanaan. Faktor tingkat pendidikan yang mempunyai hubungan dengan pendanaan karena tingkat pendidikan individu berhubungan dengan informasi yang diterima individu dan dengan pendidikan individu lebih bisa memperhitungkan jenis pilihan pendanaan yang lebih menguntungkan. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sa-Aadu & Sirmans (1995); dan Sa-Aadu & Megbolugbe (1995) yang membahas masalah pendidikan berkaitan dengan informasi yang diperoleh responden sehingga menentukan pendanaan yang akan diambil, sehingga selain pendidikan sumber informasi yang didapat oleh responden berhubungan juga dengan pendanaan. Demikian pula dengan penelitian yang dikemukakan oleh Watcher (1996) yang menunjukan pendidikan mempunyai dampak positif terhadap kinerja hipotik. (dalam Iwarere & Williams, 2003). Pekerjaan responden mempunyai hubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih karena pekerjaan responden mayoritas adalah pekerja wiraswata dan berhubungan dengan tingkat hidupnya dan pendapatannya sehingga responden paling banyak menggunakan pendanaan KPR. Hal ini didukung dengan penelitian Iwarere & Williams (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan mempunyai hubungan dengan lembaga peminjam dalam penentuan kredit. Di sisi lain pendapatan sendiri tidak berhubungan dengan jenis pendanaan yang dipilih karena dalam penelitian ini
5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 100 responden untuk mengetahui hubungan antara demografi, anggota keluarga dan situasi terhadap pendanaan yang dipilih responden dalam melakukan pembelian rumah, maka didapat kesimpulan pada variabel demografi ditemukan hasil signifikan pada indikator usia, usia pasangan, pendidikan, pendidikan pasangan, pekerjaan, pekerjaan pasangan, pendapatan dan pendapatan pasangan. Variabel keluarga ditemukan indikator yang mempunyai hubungan yaitu jumlah anggota keluarga yang ditanggung, harga rumah/apartemen, tempat tinggal saat ini, tujuan membeli
FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 125-129 rumah, jumlah anak dibawah 17 tahun, luas rumah/apartemen, sumber informasi, partner berunding dan pengambil keputusan utama. Sedangkan indikator variabel situasi yang mempunyai hubungan dengan pendanaan adalah waktu pengambilan keputusan dan perhitungan resiko gagal bayar. Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang seharusnya secara logika mempunyai hubungan, tetapi setelah di analisa mempunyai hasil yang tidak signifikan seperti pada variabel jangka waktu pinjaman dihubungan dengan pendapatan. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih lanjut hal-hal tersebut. Dalam menjalani penelitian ini dapat dengan mudah menemukan responden yang sudah pernah atau sedang melakukan pinjaman. Peneliti selanjutnya juga melakukan pengambilan sample lain wilayah atau ditentukan faktor-faktor yang lain. Pada hasil statistik pengaruh gender terhadap pilihan pendanaan menunjukan hasil yang tidak signifikan kemungkinan karena peneliti memiliki responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan mempunyai responden dengan jumlah yang sama agar bisa menunjukan hasil yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. (2012). Miliki Rumah Sendiri dengan KPR. Retrieved februari 2013, from http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/48E94639BE6B-4AE5-87BD-6E796F847705/1479/ MemilikiRumahSendiridenganKPR.pdf Cahyadi, S. M. (2010). Pengaruh Faktor Demografi TerhadapPerilaku Investor dan Jenis Investasi. Hawkins, & Mothersbaugh. (2010). Consumer Behavior (11th Revised edition ed.). McGraw-Hill. Iwarere, L. J., & Williams, J. E. (2003). The Effect of Income, Ethicity/Race and Institusionel Factors on Mortgage Borrower Behavior, Vol. 25(4). Khoirudin, M. (2010). Trik membeli rumah dan apartemen untuk hunian dan investasi. Gramedia pustaka utama. Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. In Marketing Management, Thirteenth Edition. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kountur, R. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Percetakan Buana Printing. Levy, D., & Lee, C. (2004). The influence of family members on housing purchase decision. Journal of Property Investment & Finance, 22(4), 320-338. Mason, R., & Douglass, A. (1999). Teknik Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
129 Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Peter. (2008, Mei). Perbandingan Perhitungan Angsuran KPR Konvensional dengan KPR Syariah. Jurnal Manajemen, 7(2). Saputra, A. (2012, November 4). Faktor Kepribadian dalam Perilaku Konsumen. Retrieved Maret 2013, from http://angga.blog.esaunggul.ac.id/2012/11/04/faktorkepribadian-dalam-perilaku-konsumen/ Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (2010). Consumer Behavior (Vol. 10). Pearson Prentice Hall. Sheth, J. N. (1974). A Theory of Family Buying Decision. Siregar, A. N. (2009). Analisis Perbedaan Pembiyaan KPR Bank Konvensional dan Pembiyaan KPRS Bank Syariah di Medan.