HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK MEREK LOKAL PADA KONSUMEN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
AHADIEN SUNU TRIAWAN 106070002188
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, September 2010 Sidang Munaqasyah
Ketua,
Sekretaris,
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota:
Ikhwan Luthfi, M.Psi NIP. 150 368 809
Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi NIP. 0315054701
Desi Yustari Muchtar, M.Psi NIP. 198212142008012006
MOTTO
Mengalir seperti air dengan tujuan dari hulu ke hilir,
Bersikap fleksibel terhadap rintangan dan masalah yang selalu datang bergilir,
Sehingga hidup terus dapat bergulir.
ABSTRAK A. B. C. D.
Fakultas Psikologi September 2010 Ahadien Sunu Triawan Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen E. xiii + 83 Halaman + 13 Lampiran F. Era perdagangan bebas telah dimulai, Indonesia menjadi salah satu Negara yang termasuk di dalamnya. Hal tersebut menjadikan pasar di Indonesia ramai akan produk yang datang baik dari dalam negeri ataupun mancanegara. Produk yang ditawarkan ke konsumen tentu memiliki merek, dimana berfungsi untuk menjadi identitas produk tersebut, pembeda dari produk lainnya, dan sebagai daya tarik untuk konsumen. Berbagai produk yang ada di pasar akhirnya dipenuhi oleh merek, yang secara umum merek dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu merek lokal dan merek asing. Konsumen yang dihadapkan kepada berbagai macam merek maka diharuskan untuk memilih merek mana yang akan digunakan dan dibelinya. Di sini sikap dari konsumen selayaknya menjadi penentu dari keputusan membeli yang dilakukan dirinya. Hal ini yang menjadi alasan peneliti mengangkat tema tersebut untuk dijadikan sebuah penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen. Dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori keputusan membeli dari Schiffman dan Kanuk (2007, h. 508) dan teori sikap dari Myers (dalam Walgito, 2002, h. 110-111). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Sedangkan pentumpulan data dilakukan berdasarkan teknik cluster random sampling. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, hal ini diketahui dengan hasil dari nilai r hitung sebesar 0.475. Selain itu juga diketahui bahwa nilai dari sikap itu sendiri adalah bernilai positif, yang berarti semakin positif sikap terhadap merek lokal maka semakin tinggi pula keputusan untuk membeli produk dengan merek lokal tersebut. Dari hasil penelitian ini maka diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terkait. Serta diharapkan pula ada penelitian-penelitan lainnya yang dapat mengkaji lebih dalam mengenai sikap dengan keputusan membeli konsumen. G. Bahan Bacaan: 20 buku + 14 artikel internet
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya maka sebuah karya dari penulis dapat tersaji di hadapan pembaca sekarang ini.
Sebuah karya berbentuk skripsi dengan judul Hubungan antara dengan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen ini berisikan mengenai penelitian yang penulis lakukan. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mencari hungan antara sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli konsumen. Di dalam skripsi ini diulas secara lengkap mulai dari proses awal penelitian dilakukan, sampai hasil dari olah data yang penulis lakukan. Selain dari itu, fenomena yang ada pada masyarakat dan teori-teori dari tokoh psikologi juga diuraikan dan dijelaskan secara lengkap, sehingga pembaca dapat jelas dalam memahami inti dari skripsi ini.
Terselesaikannya karya ini juga tak luput dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, karya ini penulis tujukan kepada seluruh masyarakat pada umumnya dan seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada khususnya. Serta izinkanlah penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada: 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2. Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi selaku dosen pembimbing 1 skripsi, dan Ibu Desi Yustari, M.Psi selaku dosen pembimbing 2 skripsi. 3. Bapak Ihkwan Luthfi, M.Psi selaku dosen penguji skripsi. 4. Ibu Sitti Evangeline Imelda Suaidy, M.Psi. Psi selaku pembimbing akademik.
vii
5. Ibu Kapti Mulyani yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di PT. ANTAM, Tbk. 6. Seluruh penulis buku dan artikel yang tertera dalam daftar pustaka. Beliaubeliau merupakan penulis yang profesional dan sangat membantu penulis dalam pembuatan karya ini. 7. Kedua orangtua dan seluruh keluarga dari penulis, dimana yang telah memberikan bantuan semangat dan doa serta hal-hal lainnya baik yang materiil maupun yang non materiil sehingga karya ini dapat terselesaikan. 8. Sahabat-sahabat penulis, Nurmameta Ganesya, S.Si; Brian Pratistha, SE; Novan Widyatmoko; Korrina Djamil, S.Psi; Ayu Anggraini; Sarah Rahmadian; serta rekan-rekan penulis lainnya yang sangat membantu dalam menyumbangkan ide, komentar dan saran-sarannya, sehingga menjadikan karya ini sebuah karya yang lebih objektif dan akurat dalam pembahasannya. 9. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam terselesaikannya karya ini. Penulis mohon maaf karena tidak dapat menyebutkannya satu-persatu.
Akhir kata penulis mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan pada karya ini, karenanya penulis mengaharapkan saran yang membangun dari pembaca karya ini. Serta apa yang telah tersusun di dalam karya ini semoga dapat bermanfaat, baik bagi penulis ataupun bagi seluruh pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, September 2010
Ahadien Sunu Triawan
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ahadien Sunu Triawan NIM : 106070002188
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen adalah benar merupakan saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penysusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undangundang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, September 2010
Ahadien Sunu Triawan NIM. 106070002188
[email protected] [email protected]
DAFTAR ISI
Cover Pengesahan Oleh Panitia Ujian
i
Lembar Pengesahan Pembimbing
ii
Motto
iii
Abstrak
iv
Kata Pengantar
vi
Pernyataan Bukan Plagiat
viii
Daftar Isi
ix
Daftar Tabel
xii
Daftar Bagan
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
12
1.3
Perumusan dan Pembatasan Masalah
13
1.4
Tujuan Penelitian
15
1.5
Manfaat Penelitian
15
1.5.1 Manfaat Teoritis
15
1.5.2
16
1.6
BAB 2
Manfaat Praktis
Sistematika Penelitian
KERANGKA TEORI 2.1
16
18
Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen
18
2.1.1
Definisi Keputusan Membeli
18
2.1.2
Tahapan dan Komponen Pembentuk Keputusan Membeli
20
2.1.3
Pendekatan dalam Keputusan Membeli
27
2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
x
2.2
2.3
BAB 3
Keputusan Membeli
30
Sikap terhadap Merek Lokal
37
2.2.1
Definisi Sikap
37
2.2.2
Komponen-komponen Pembentuk Sikap
39
Merek Lokal
41
2.3.1 Definisi Merek
41
2.3.2
Atribut Merek
42
2.3.3
Nilai dan Ekuitas Merek
43
2.3.4
Fungsi Merek
45
2.3.5 Manfaat Merek
46
2.4
Kerangka Berpikir
47
2.5
Hipotesis
51
METODE PENELITIAN
52
3.1
Pendekatan dan Jenis Penelitian
52
3.1.1
52
3.2
3.3
Pendekatan Penelitian
3.1.2 Jenis Penelitian
53
Variabel dan Definisi Operasional
53
3.2.1 Variabel Penelitian
53
3.2.2
54
Definisi Operasional
Populasi dan Sampel
55
3.3.1 Populasi
55
3.3.2
Sampel
56
3.4
Instrumen Data
57
3.5
Teknik Pengambilan Data
59
3.6
Teknik Analisis Data
61
3.7
Uji Instrumen Penelitian
62
3.7.1
Uji Validitas
63
3.7.2
Uji Reliabilitas
64
3.8
Metode Analisis Data
65
3.9
Prosedur Penelitian
65
BAB 4
xi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
67
4.1
67
Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
67
4.1.2
Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
68
4.1.3
Gambaran Subjek Berdasarkan Pendapatan 68
4.1.4
Gambaran Subjek Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dimiliki
4.1.5
Gambaran Subjek Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dibeli
4.2
70
4.2.1
70
Uji Hipotesis
71
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
74
5.1
Kesimpulan
74
5.2
Diskusi
75
5.3
Saran
78
5.3.1 Saran Teoritis
78
5.3.2
79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
69
Deskripsi Statistik
4.2.2 Uji Regresi
BAB 5
69
Saran Praktis
80
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Data Produk yang Menggunakan Merek dengan Istilah Asing
10
Tabel 3.1
Distribusi Skor Skala Sikap
58
Tabel 3.2
Distribusi Skor Skala Keputusan Membeli
58
Tabel 3.3
Blue Print Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal
60
Tabel 3.4
Penyebaran Item Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal
61
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
67
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
68
Tabel 4.3
Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan
68
Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dimiliki
Tabel 4.5
69
Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dibeli
69
Tabel 4.6
Correlations
70
Tabel 4.7
Model Summary(b)
72
Tabel 4.8
ANOVA(b)
72
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Model Perilaku Konsumen
Bagan 2.2
Model Sederhana mengenai Pengambilan Keputusan
22
Konsumen
23
Bagan 2.3
A Basic Model of Complex Decision Making
27
Bagan 2.4
Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor Pengaruhnya
Bagan 2.5
31
Hubungan antara Sikap terhadap Merek Lokal dan Keputusan Membeli pada Konsumen
51
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pasar di Indonesia sedang ramai memperbincangkan era perdagangan bebas yang telah dimulai pada waktu sekarang ini. Dengan dimulainya perdagangan bebas di Indonesia maka barang-barang hasil produksi dari berbagai negara banyak masuk ke pasar dalam negeri, hal ini menjadikan pasar di Indonesia ramai dengan berbagai macam produk yang menggunakan merek asing ataupun lokal.
Masuknya berbagai produk dengan merek asing di pasar Indonesia membuat produsen-produsen merek lokal menjadi lebih kreatif dan giat dalam menciptakan produk baru, sehingga merek-merek lokal pun semakin pesat perkembangannya dalam upaya untuk mampu bersaing dengan merek-merek asing yang telah ada.
Dengan semakin banyaknya aneka ragam merek, baik itu asing ataupun lokal maka telah menjadi fenomena tersendiri dalam pasar Indonesia. Sehingga konsumen dalam mengkonsumsi kebutuhannya menjadi dihadapkan pada dua pilihan alternatif, yaitu pemilihan merek lokal atau merek asing.
2
Bila dapat dikelompokan maka beragamnya merek dapat terbagi ke dalam dua bagian, yaitu merek asing dan merek lokal. Dengan adanya dua kelompok tersebut mengharuskan konsumen untuk memilih salah satunya. Dimana merek lokal dan asing memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi modal sebagai daya tarik bagi konsumen untuk memilihnya. Sedangkan pihak konsumen juga memiliki sikap tersendiri untuk menentukan merek mana yang akan dipilihnya.
Dalam upaya menentukan merek mana yang akan dipilihnya, maka konsumen dihadapkan dengan dua pilihan yang harus dipilihnya, sehingga terciptalah suatu keputusan membeli. Pada umumnya terdapat tiga cara atau model dalam menganalisis keputusan membeli pada konsumen, yaitu seperti yang diterangkan dalam artikel Buyer decision processes (http://en.wikipedia.org): 1. Economic models, dalam model ini konsumen lebih mengedepankan kebutuhan mereka semaksimal mungkin. Hal ini berdasarkan asumsi pada rasionalitas dan pengetahuan. 2. Psychological models, pada model ini konsumen lebih berkonsentrasi pada proses psikologis dan kognitif, seperti motivasi dan rekognisi. Dalam model ini konsumen juga mendapat pengaruh lain yang bersumber dari budaya atau keluarga. 3. Consumer behavior models, merupakan model campuran dari kedua model sebelumnya.
3
Ketiga hal tersebut merupakan cara atau hal yang sekiranya dilalui oleh konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Ketiga hal tersebut merupakan gambaran umum dalam keputusan membeli konsumen yang nantinya akan menentukan merek mana yang akan dipilihnya.
Pada akhirnya dapat diketahui bahwa keputusan untuk memilih antara merek lokal dan merek asing menjadi kunci dalam diri konsumen untuk menentukan merek mana yang akan dipilihnya. Menurut Setiadi (2003) ada beberapa hal yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan, yaitu: pengaruh dari lingkungan, kognitif dari konsumen, dan afektif yang diaktifkan selama proses pengambilan keputusan.
Selanjutnya menurut Setiadi (2003) faktor lingkungan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dengan menyela atau mengganggu aliran proses pemecahan masalah yang sedang berjalan. Dimana ada beberapa kejadian yang dapat mempengaruhinya, yaitu: 1. Unexpected information, yaitu munculnya informasi yang tidak diharapkan atau tidak konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Misalnya seperti suatu merek yang sebelumnya ditolak, sekarang ternyata memiliki ciri yang baru. Hal seperti itu akan menjadikan konsumen melakukan kontrol dalam pemecahan masalah dan menentukan rencana keputusan yang baru.
4
2. Prominent environmental stimuli, yaitu sebuah rangsangan dari luar yang mencolok. Hal ini dapat berupa promosi suatu produk seperti diskon atau iklan produk baru yang diberikan oleh produsen. 3. Affective state and Psychososial, yang mencakup suasana hati atau pengaruh psikososial yang mempengaruhi kondisi dari konsumen. Misalnya adalah rasa bosan terhadap suatu merek tertentu atau pengaruh sosial yang menjadikan konsumen menginginkan suatu produk dari merek tertentu. 4. Conflicts, yaitu suatu konflik yang muncul disaat proses pengambilan keputusan. Konflik sering terjadi dalam proses pengambilan keputusan, yaitu pada saat konsumen dihadapkan pada dua alternatif yang harus dipillihnya. Misalnya ketika konsumen dihadapkan untuk memilih antara merek lokal dengan merek asing.
Selain dari faktor lingkungan, gaya hidup dari konsumen juga dapat mempengaruhi dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hal ini sama seperti apa yang telah dijelaskan oleh Setiadi (2003), bahwa sikap tertentu yang dimiliki oleh konsumen terhadap suatu objek tertentu (misalnya merek produk) bisa mencerminkan gaya hidupnya. Jadi dapat diketahui bahwa ada hubungan diantara sikap, gaya hidup dan keputusan untuk memilih merek dalam diri konsumen.
5
Untuk memperkuat penelitian, maka peneliti telah melakukan survey pendahuluan sebelum dilaksanakan penelitian ini. Dimana peneliti melakukan interview dengan beberapa konsumen yang telah bekerja atau telah memiliki penghasilan sendiri secara tetap. Survey pendahuluan ini dilakukan untuk menambah kajian dan tentunya memperkuat hipotesa peneliti, sedangkan responden diambil secara acak dan kriteria yang diambil agar konsumen dapat memilih merek mana yang ia pilih dengan objektif.
Survey pendahuluan ini peneliti lakukan pada tanggal 28 Maret 2010, bertempat di salah satu pusat perbelanjaan di wilayah Jakarta Selatan. Di sini peneliti melakukan interview ke konsumen, dan hasilnya seperti BP misalnya, seorang pengajar di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta menyatakan bahwa ia sangat senang dengan semakin berkembangnya merek-merek lokal dan tentu sangat tertarik untuk mengkonsumsinya. Tapi sampai sekarang dirinya masih sering mengkonsumsi produk-produk seperti jaket, tas ataupun sepatu yang bermerek asing.
Sedangkan DT seorang public relations pada sebuah kantor di Jakarta merasa bahwa merek-merek lokal memiliki variasi yang tidak kalah saing dengan merek asing, walau demikian kualitas dari merek lokal belum sepenuhnya sama rata dan itu yang membuat beda dari merek asing. Selama ini DT sering menggunakan merek-merek asing walaupun tidak jarang mengkonsumsi merek lokal, asalkan dengan syarat produknya bagus, berkualitas dan murah.
6
Responden lainnya, yaitu NW pegawai di bagian marketing pada sebuah kantor asuransi terkemuka ini memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi maraknya merek-merek lokal. Ia beranggapan bahwa merek lokal mantap, variasinya banya dan tidak kalah saing dengan merek asing. Walau demikian ia lebih sering menggunakan yang merek asing terutama yang limited edition, karena terlihat lebih keren dan gaya. Tapi ia juga tetap membeli barang yang berek lokal, walau hanya untuk keperluan sehari-hari yang kurang penting
Dari hasil inteview pada survey pendahuluan tersebut maka dapat diketahui bahwa konsumen pada dasarnya menyikapi positif maraknya merek-merek lokal, walau demikian mereka lebih mengutamakan merek asing dalam pengkonsumsiannya. Sehingga terlihat ada keraguan pada konsumen dalam mengkonsumsi merek lokal. Bahkan tidak hanya ragu, melainkan merek lokal seperti dinomor duakan oleh konsumen di negerinya sendiri.
Dari hasil interview juga dapat diketahui bahwa konsumen berterus terang mereka lebih memilih merek asing, hal ini tentu membuat persaingan antara merek lokal dan asing semakin ketat. Konsumen dalam hal ini tahu benar mengenai merek lokal, baik secara kualitas ataupun harganya. Tapi ada hal-hal lain yang membuat mereka lebih memilih mengkonsumsi merek-merek asing.
7
Jika ditinjau lebih dalam lagi maka terdapat beberapa hal yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen, yang mana diketahui bahwa di dalamnya terdapat komponen-komponen dari sikap. Komponen sikap yang dimaksud sesuai dengan yang terdapat dalam Setiadi (2003), yaitu: 1. Komponen kognitif yang mencakup kepercayaan terhadap merek. 2. Komponen afektif yang mencakup evaluasi merek. 3. Komponen konatif yang mencakup maksud untuk membeli.
Masih dalam sumber yang sama, Setiadi lebih lanjut menjelaskan bahwa hubungan diantara ketiga komponen tersebut mengilustrasikan hierarki pengaruh keterlibatan tinggi, yaitu kepercayaan merek mempengaruhi evaluasi merek dan evaluasi merek mempengaruhi maksud untuk membeli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap merek tertentu akan mempengaruhi apakah konsumen jadi membeli atau tidak.
Dengan demikian maka diketahui bahwa sikap konsumen yang positif terhadap merek lokal akan menjadikan konsumen memutuskan untuk membeli produkproduk dengan merek lokal. Namun kondisi berbeda terjadi dalam pasar Indonesia, dimana konsumen dengan sadar menyikapi positif kepada merek lokal, tapi mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi merek asing. Bahkan banyak dari konsumen yang lebih memilih produk lokal yang diberi merek asing. Hal seperti inilah yang menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh produsen merek lokal dan tentunya pemerintah Indonesia.
8
Keputusan untuk mengkonsumsi merek asing ini sebenarnya disadari penuh oleh pemerintah Indonesia sejak jauh-jauh hari, seperti halnya yang diutarakan oleh Wakil Presiden Indonesia periode 2005-2009, Jusuf Kalla (dalam www.kompas.com, 18 Maret 2009), dimana beliau berpendapat bahwa masyarakat Indonesia ini masih ragu-ragu dalam memakai produk dengan merek lokal. Bahkan mereka lebih menyukai produk lokal tapi dengan merek asing.
Senada dengan Jusuf Kalla, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu (dalam http://www.antara.co.id, 11 Mei 2009) menyimpulkan hasil pembicaraannya dengan pelaku ritel, bahwa konsumen di Indonesia masih import minded. Hal ini menyebabkan banyak produsen yang memilih memberi produknya dengan merek berbahasa asing.
Apa yang dikatakan oleh Jusuf Kalla dan Mari Elka Pangestu itu memang benar, hal ini dibuktikan oleh pengakuan dari seorang pengrajin sepatu dan sandal asal Sidoarjo, Madchan (dalam www.kompas.com, 22 Desember 2008) “Kami tidak pede jika memasang merek 'Made in Indonesia' pada sepatu dan sandal yang kami jual. Biar laku dengan harga tinggi, kami pasang merek 'Made in Singapore' atau 'Made in Japan'”. Dari pemaparan pengrajin sepatu dan sandal tersebut maka dapat diketahui, bahwa masyarakat Indonesia lebih menyukai merek-merek asing.
9
Rasa tidak percaya diri yang ada pada produsen lokal dan masih tingginya konsumsi terhadap merek asing membuat Menteri Perindustrian periode 20052009 Fahmi Idris mengomentarinya. Dalam www.depkominfo.go.id (5 Mei 2009), beliau menghimbau agar produsen tidak malu dalam memakai merek lokal.
Dilain kesempatan dalam zakyalhamzah.blogspot.com (13 Mei 2009) beliau juga menanggapi perihal keraguan masyarakat dalam memilih merek lokal, beliau berpendapat bahwa masyarakat Indonesia ini sebenarnya masih cinta dan bangga terhadap merek dalam negeri, tapi masih butuh pelopor atau keteladanan dari pemimpin negara maupun pemuka masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam mengkonsumsi merek lokal.
Walau himbauan dari pemerintah telah ada, akan tetapi masih ada saja produsen yang memberi merek asing pada produk buatannya. Cara lain dalam memikat konsumen adalah tetap memberikan label ‘made in Indonesia’ pada produk, tapi mereknya menyerupai atau menggunakan bahasa asing. Data yang diperoleh dari www.kompas.com (14 Mei 2009), ada beberapa merek yang menggunakan cara itu, seperti The Executive, Hammer dan Nail. Ketiga merek tersebut adalah produk lokal yang cukup dikenal di Indonesia yang menggunakan merek dengan istilah bahasa asing.
10
Tidak hanya di produk pakaian saja, rata-rata di industri garmen produsennya lebih menyukai memberi merek produknya dengan bahasa asing. Seperti data yang peneliti ambil dari tulisan Harmanto Edi Djatmiko (dalam http://swa.co.id, 29 April 2010), dimana ada beberapa produsen yang menamai produknya dengan bahasa asing, seperti pada industri sepatu: Spotec, New Era dan Edward Forrer. Sedangkan pada industri tas tercatat beberapa merek, seperti: Exsport, Bodypack, Eiger dan Elizabeth. Hal ini terjadi karena konsumen masih ragu terhadap merek lokal sehingga lebih memilih merek asing, tetapi merek asing yang konsumen pilih itu ternyata produksi lokal pula.
Dari data-data yang peneliti dapat maka dapat diklasifikasikan mengenai produk lokal yang menggunakan merek dengan istilah asing sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Produk yang Menggunakan Merek dengan Istilah Asing Sumber: www.kompas.com, 14 Mei 2009 dan http://swa.co.id, 29 April 2010 Produk
Merek Lokal dengan Istilah Asing
Pakaian (atasan atau bawahan)
The Executive, Hammer, Nail
Tas
Exsport, Bodypack, Eiger, Elizabeth
Sepatu dan sandal
Spotec, New Era, Edward Forrer
11
Masalah yang terjadi mulai terlihat dengan jelas, yaitu mengenai sikap konsumen Indonesia terhadap merek lokal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Chairman Frontier Consulting Group (dalam www.infoanda.com), menyatakan: “Salah satu tren yang menyedihkan dalam dunia pemasaran di Indonesia adalah semakin melemahnya kekuatan merek-merek lokal. Berdasarkan hasil survei Frontier di enam kota besar Indonesia, saya perkirakan hanya 3% yang dikuasai oleh merek asli daerah tersebut. Sisanya, sebanyak 97%, dikuasai merek-merek nasional atau merek global yang diproduksi oleh perusahaan multinasional”.
Jika dicermati maka benar bahwa ada suatu hambatan dalam hubungan sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli pada konsumen. Sikap sendiri menurut Myers (dalam Walgito, 2002) memiliki tiga komponen, yaitu: komponen koginitif, afektif dan konatif. Dengan adanya fenomena merek pada konsumen, maka seharusnya sikap memiliki kontribusi terhadap keputusan membeli konsumen. Jika konsumen menyikapi positif suatu merek maka keputusan membelinya juga akan positif, begitu pula sebaliknya.
Fenomena-fenomena yang berhasil terungkap seperti yang telah diuraikan tersebut sangatlah penting untuk dikaji lebih dalam. Hal ini menjadi penting karena diakhir penelitian akan terjawab ada tidaknya hubungan dan kontribusi yang signifikan antara keduanya, dan jawaban dari penelitian ini tentu akan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, baik itu produsen, konsumen ataupun peneliti-peneliti lainnya. Maka penelitian dengan judul “Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen” layak untuk dilakukan.
12
Selain dari mencari ada atau tidak adanya hubungan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen, penelitian ini juga mencari apakah ada kontribusi dari sikap terhadap merek lokal kepada keputusan membeli pada konsumen. Dengan demikian pada akhirnya penelitian ini akan menjawab apakah ada atau tidak adanya hubungan dan kontribusi yang signifikan diantara kedua variabel tersebut, yaitu sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari faktor lingkungan terhadap keputusan membeli pada konsumen? 2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan keputusan membeli pada konsumen? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen? 4. Apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen?
13
1.3
Perumusan dan Pembatasan Masalah
Dari pemaparan yang ada pada latar belakang masalah dan juga identifikasi masalah, maka peneliti merumuskan masalah menjadi apakah ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen? Selain dari itu penelitian ini juga akan meneliti apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen?
Dari perumusan masalah tersebut maka dibutuhkan pembatasan masalah agar apa yang hendak diteliti tidak melebar dari jalurnya. Masalah penelitian yang dibatasi hanya mencakup dua variabel, yaitu tentang hubungan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen. Adapun pembatasan dari teori yang dipakai dalam menjelaskan variabel serta konsep-konsep lainnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen mencakup dua komponen. Kedua komponen tersebut adalah seperti yang dijelaskan dalam Schiffman dan Kanuk (2007), yaitu: a) Melakukan pembelian. b) Tidak melakukan pembelian. 2. Sikap terhadap merek lokal, yaitu bagaimana perasaan, pola pikir dan perilaku dari konsumen dalam hal menyikapi merek lokal. Sikap menurut Myers (dalam Walgito, 2002) mencakup tiga komponen, yaitu:
14
a) Komponen kognitif atau komponen perseptual. b) Komponen afektif atau komponen emosional. c) Komponen konatif atau komponen perilaku. 3. Merek lokal, menurut Blackett (seperti dikutip dalam Kotler dan Pfoertsch, 2006) brand merupakan jaminan kualitas, asal usul, dan performa, yang dengan demikian meningkatkan nilai yang dirasakan customer dan mengurangi resiko dan kompleksitas dalam keputusan membeli. Lebih lanjut merek lokal adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari kesemuanya yang menunjukkan identitas atau produksi lokal (Indonesia) dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mendiferensifikasi dari produk lainnya. Dalam penelitian ini peneliti membatasi merek lokal yang digunakan adalah yang berupa pakaian (atasan dan bawahan), tas dan sepatu atau sandal, pembatasan terhadap tiga produk dari merek lokal ini dikarenakan ketiga industri tersebutlah yang sedang berkembang di pasar Indonesia dan mulai bersaing memperebutkan konsumen dengan merek asing. 4. Subjek penelitian, yaitu pegawai baik itu pria atau wanita yang telah bekerja atau memiliki pendapatan tetap tiap bulannya. Hal ini dimaksudkan agar subjek penelitian memiliki kemampuan secara finansial untuk mengkonsumsi baik itu merek lokal maupun merek asing.
15
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab apa yang telah terumuskan dalam perumusan masalah, yaitu apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, dan apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.
1.5
Manfaat Penelititan 1.5.1
Manfaat Teoritis
Manfaat dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pada akhirnya dapat diketahui jawaban dari pertanyaan yang timbul, yaitu mengenai terdapat atau tidaknya hubungan yang signifikan sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, serta ada atau tidak adanya kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi.
16
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang terkait, baik itu produsen yang memproduksi barang-barang atau jasa dengan merek lokal, konsumen dan pemerintah Indonesia. Sehingga kesemuanya yang saling berkaitan itu dapat bahu-membahu dalam upaya melestarikan merek-merek lokal yang diproduksi dan dipasarkan di Indonesia.
1.6
Sistematika Penelititan
Sistematika penelitian yang ada dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu meliputi:
Bab 1 :
Pendahuluan Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab 2 :
Kerangka Teori Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori keputusan membeli, teoriteori sikap, konsep dari merek lokal, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
Bab 3 :
Metode Penelitian Pada bab ini dibahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian,
17
variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, instrumen data, teknik pengambilan data, teknik analisis data, uji instrumen penelitian, metode analisis data, dan prosedur penelitian. Bab 4 :
Hasil Penelitian Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum subjek penelitian, deskripsi statistik yang mencakup hasil uji korelasi dan regresi.
Bab 5 :
Penutup Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, diskusi, dan saran dari penelitian yang telah dilaksanakan.
BAB 2 KERANGKA TEORI
2.1
Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen 2.1.1
Definisi Keputusan Membeli
Keputusan membeli pada konsumen berdasar pada pengambilan keputusan atau ada pula yang menyebutnya dengan pembuatan keputusan, didefinisikan dalam Suharnan (2005) sebagai ”proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti”. Jika seorang individu berada dalam suatu situasi dimana ia harus memilih atau memutuskan sesuatu hal, maka individu tersebut harus melalui proses memilih dan menentukan dari beberapa alternatif yang ada. Serta individu juga dihadapkan dengan berbagai alternatif kemungkinan yang akan terjadi bila memilih alternatif-alternatif yang ada.
Dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007) dijelaskan bahwa “keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih”. Hal ini menandakan bahwa dalam pengambilan keputusan individu dihadapkan oleh berbagai alternatif pilihan dan dirinya diharuskan untuk memilih salah satu dari alternatif tersebut. Sehingga keputusan membeli pada konsumen mencakup dua hal atau komponen, yaitu jadi membeli atau tidak jadi membeli.
19
Penjelasan yang tertera dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007) tersebut mengacu pada teori pilihan Hobson. Dalam http://en.wikipedia.org dan http://www.reference.com dijelaskan mengenai teori pilihan Hobson. Teori pilihan Hobson menjelaskan bahwa individu atau konsumen hanya dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu melakukan pembelian atau tidak melakukan pembelian.
Sedangkan definisi lainnya mengenai pengambilan keputusan adalah menurut Morgan (1986), “decision making is a kind of problem solving in which we are presented with several alternative, among which we must choose”, yaitu pengambilan keputusan adalah beberapa masalah yang harus dipecahkan, yang mana kita diberikan alternatif diantara mana yang haru kita pilih.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli adalah suatu proses memilih, menyeleksi atau menentukan satu pilihan dari berbagai alternatif dengan cara yang rasional. Dimana konsumen melakukan proses tersebut dengan maksud untuk membeli suatu produk atau memilih suatu merek.
20
2.1.2 Tahapan dan Komponen Pembentuk Keputusan Membeli
Kotler dan Keller (2007), telah menyusun model keputusan pembelian, dimana dijelaskan sebagai berikut ini: 1. Pengenalan masalah. Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenali masalahnya atau kebutuhannya. Dimana kebutuhan tersebut dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun eksternal. Yang tercakup dalam rangsangan internal adalah yang berhubungan dengan kebutuhan umum seseorang. Sedangkan rangsangan eksternal mencakup sesuatu yang mempengaruhi atau memicu pemikiran dari individu, seperti individu yang menginginkan sesuatu karena mendapat rangsangan atau stimulus dari luar atau pihak lain. 2. Pencarian informasi. Terjadi ketika konsumen telah terangsang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada pencarian informasi ini konsumen dapat mencarinya ke beberapa sumber, yaitu: sumber pribadi, komersial, publik dan pengalaman. 3. Evaluasi alternatif. Yang dimaksud dengan evaluasi alternatif disini dimana konsumen melakukan evaluasi dari beragai alternatif pilihan yang ada. Terdapat tiga konsep dalam evaluasi alternatif, yaitu: konsumen berusaha memenuhi kebutuhannya; konsumen mencari manfaat dari produk atau merek yang akan dipilihnya; dan konsumen membandingkan berbagai kelebihan atau kekurangan diantara produk atau merek yang ada.
21
4. Keputusan pembelian. Pada dasarnya terdapat dua model pada keputusan pembelian ini, yaitu model kompensasi dan non-kompensasi. Model kompensasi dimana konsumen memilih merek atau produk dari hasil evaluasi alternatif, sedangkan model non-kompensasi konsumen memilih alternatif lain atau pengganti dari yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Perilaku pasca pembelian. Dimana setelah membeli produk dari suatu merek maka konsumen dapat merasa puas atau tidak. Dari pengalamannya tersebut maka akan menjadi informasi untuk terus mengkonsumsi merek tersebut atau tidak.
Lebih lanjut dalam Kotler dan Keller (1997) dijelaskan mengenai komponen dari keputusan pembelian, dimana mencakup enam aspek, yaitu: pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, jumlah pembelian, saat yang tepat melakukan pembelian, dan metode pembayaran.
Keenam aspek tersebut muncul sebagai komponen dari keputusan pembelian dikarenakan penjelasan dari Kotler mengenai faktor penentu keputusan pembelian oleh konsumen. Dimana faktor tersebut menjadi sebuah rangsangan dalam pemasaran, yang mencakup: produk dan jasa, harga, distribusi, komunikator (promosi). Beberapa faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen adalah: keadaan ekonomi; perkembangan teknologi; politik; dan budaya.
22
Dari serangkaian tahapan dan komponen yang dijelaskan dalam Kotler (1997) maka dapat pula diperjelas urutannya sesuai dengan bagan di bawah ini:
Bagan 2.1 Model Perilaku Konsumen Sumber: Kotler dan Keller (1997) Psikologi Rangsangan Pemasaran: Produk & jasa Harga Distribusi
Konsumen
Proses
Keputusan
Motivasi
Keputusan
Pembelian
Persepsi
Pembelian
Pembelajaran Memori
Komunikator
Pengenalan masalah Pencarian informasi
Rangsangan Lain: Ekonomi Teknologi Politik Budaya
Karakteristik Konsumen Budaya Sosial
Penilaian alternatif Keputusan pembelian Perilaku pasca pembelian
Pilihan produk Pilihan merek Pilihan dealer Jumlah pembelian Saat yang tepat melakukan pembelian Metode pembayaran
Personal
Sedangkan berdasarkan penjelasan dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007), dimana model pengambilan keputusan mencakup tiga tahapan utama, yaitu: masukan (mencakup pengaruh eksternal), proses (mencakup pengambilan keputusan konsumen), keluaran (mencakup perilaku yang dilakukan oleh konsumen setelah melakukan pengambilan keputusan)
23
Di dalam ketiga tahapan utama tersebut terdapat komponen-komponen lanjutan yang mengarah pada proses pengambilan keputusan. Lebih jelasnya digambarkan seperti pada bagan dibawah ini: Bagan 2.2 Model Sederhana mengenai Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber: Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007) Pengaruh eksternal
Masukan
Usaha pemasaran perusahaan 1. produk 2. promosi 3. harga 4. saluran distribusi
Lingkungan sosiobudaya 1. keluarga 2. sumber informal 3. sumber non komersial lain 4. kelas sosial 5. subbudaya dan budaya
Pengambilan keputusan konsumen Pengenalan kebutuhan
Penelitian sebelum pembelian
Proses
Evaluasi alternatif
Perilaku setelah keputusan Pembelian 1. percobaan 2. pembelian ulang Keluaran
Evaluasi setelah pembelian
Bidang psikologi 1. motivasi 2. persepsi 3. pembelajaran 4. kepribadian 5. sikap Pengalaman
24
Pada penelitian yang dilakukan oleh Abubakar (2005) dalam jurnal mengenai pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada jamu di Banda Aceh, didapatkan hasil yang berupa pengaruh positif. Dalam penelitian tersebut, Abubakar menggunakan teori dari Kotler sebagai indikator penelitiannya. Dimana indikator untuk variabel keputusan membelinya adalah product, price, place and promotion. Indikator tersebut sesuai dengan yang telah dijelaskan dalam Kotler dan Keller (1997).
Berbeda dengan Abubakar, Haryani (2006) dalam penelitian untuk skripsinya Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian Deterjen Daia Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Gebang kabupaten Purworejo, menggunakan teori dari Kotler yang berupa pilihan produk, merek, dealer, jumlah pembelian, saat yang tepat dalam melakukan pembelian dan metode pembayaran sebagai indikator dari variabel keputusan membeli dalam penelitiannya. Hasil penelitannya juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara harga, produk dan promosi terhadap keputusan pembelian deterjen Daia konsumen ibu rumah tangga di Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo.
25
Hampir menyerupai dengan apa yang diutarakan Kotler dan Keller, maka Engel, Blackweel dan Winiard (1994) menjelaskan mengenai tahapan pembentuk keputusan membeli. Dimana di dalamnya tercakup lima hal berikut: 1. Pengenalan kebutuhan, dimana pada pengenalan masalah ini konsumen mempersepsikan perbedaan diantara keadaan yang mereka inginkan dengan kondisi aktual atau yang sebenarnya. Dengan demikian akan membangkitkan serta mengaktifkan proses keputusan. 2. Pencarian informasi, disini konsumen mencari informasi terhadap suatu merek yang menjadi pilihannya. Informasi yang dapat berasal dari ingatan atau pengalaman masa lalunya (pencarian internal), dan juga berasal dari lingkungan (pencarian eksternal). 3. Evaluasi alternatif, pada tahapan ini konsumen melakukan evaluasi terhadap pilihan atau alternatif yang ada, sehingga alternatif pilihan tersebut menjadi menyempit. 4. Pembelian, disini konsumen memilih suatu merek berdasarkan alternatif yang telah menjadi pilihannya. 5. Hasil, pada tahapan terakhir ini konsumen melakukan evaluasi terhadap pilihannya, apakah telah tepat dalam memenuhi kebutuhan serta harapannya atau belum.
26
Tokoh lain yang menjelaskan tahapan dalam pengambilan keputusan adalah Assael. Dalam bukunya, Assael (1998) menjelaskan terdapat lima tahapan dalam keputusan pembelian, yaitu: 1. Need Arousal. Pada bagian ini konsumen malakukan pengenalan atau mengingat kembali akan kebutuhan yang ditimbul atau yang harus dipenuhinya. Ketika konsumen telah mengetahuinya, maka kebutuhankebutuhan tersebut harus dipenuhinya. 2. Consumer Information Processing. Pemrosesan informasi disini bertujuan untuk mencari dan memproses informasi yang relevan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. 3. Brand Evaluation. Setelah mengetahui kebutuhan dan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya itu, konsumen akan melakukan evaluasi merek. Dimana evaluasi merek dilakukan konsumen untuk mengetahui apakah pilihannya tersebut akan membawa keuntungan bagi dirinya. Konsumen tentu berkecenderungan untuk memilih merek yang dapat memberinya sebuah keuntungan. 4. Purchase. Ketika semuanya menjadi semakin jelas, maka konsumen tinggal menentukan, apakah akan membeli produk bermerek tersebut atau tidak. Pemilihan yang dilakukan konsumen tentunya berdasar pada pengolahan informasi dan juga evaluasi merek yang telah dilakukannya. 5. Postpurchase Evaluation. Setelah konsumen menggunakan produk atau merek tertentu yang dipilihnya, maka mereka akan mengevaluasinya.
27
Hasil evaluasi tersebut yang nantinya akan menentukan apakah ia akan terus menggunakan produk atau merek tersebut atau tidak.
Assael (1998) juga menggambarkan penjelasan tersebut kedalam sebuah bagan, yaitu seperti berikut: Bagan 2.3 A Basic Model of Complex Decision Making Sumber: Assael (1998)
Need Arousal
Consumer Information Processing
Postpurchase
Brand Purchase
Evaluation
2.1.3
Evaluation
Pendekatan dalam Keputusan Membeli
Dalam pengambilan keputusan terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan normatif dan deskriptif. Menurut Glass dan Holyoak (1986) dan Hastjarjo (1991) (seperti dikutip dalam Suharnan, 2005), yang dimaksud dengan pendekatan normatif ialah menitikberatkan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh pembuat keputusan sehingga diperoleh suatu keputusan yang rasional,
28
sedangkan pendekatan deskriptif menekankan pada apa saja yang telah dilakukan orang yang membuat keputusan tanpa melihat apakah keputusan yang dihasilkan itu rasional atau tidak rasional.
Jika dalam pengambilan keputusan menggunakan pendekatan normatif maka harus memperhatikan lima prinsip yang diterangkan menurut Plous (1993) dan Hastjarjo (1991), (seperti dikutip dalam Suharnan, 2005), yaitu: 1. Memperbandingkan diantara pilihan, yaitu untuk membuat keputusan yang rasional maka harus memperbandingkan diantara dua pilihan atau lebih. Setelah itu baru menentukan satu pilihan yang terbaik, atau malah tidak sama sekali. 2. Transitisitas, yaitu memilih sesuatu yang paling disukai dari beberapa alternatif pilihan yang ada. 3. Mengabaikan faktor umum, yaitu mengabaikan faktor yang sama pada alternatif yang berbeda. Dimana seharusnya dalam menentukan pilihan diantara dua alternatif atau lebih hanya tergantung pada konsekuensi atau hasil yang berbeda bukan sesuatu yang sama. 4. Dominan, yaitu memilih suatu alternatif yang memiliki sifat atau hal yang paling menonjol dari alternatif lainnya. 5. Invarian, yaitu dalam menentukan suatu pilihan seharusnya tidak ditentukan dengan suatu cara penyajian atau penyampaian (contohnya iklan).
29
Pendekatan lain dalam keputusan membeli pada konsumen adalah berdasarkan kebutuhan dari konsumen itu sendiri. Dalam bukunya, Assael (1998) menuliskan bahwa keputusan membeli pada konsumen berdasarkan pada hierarki kebutuhan Maslow yang sesuai dengan kondisi konsumen saat itu. Sarwono (2002) menuliskan bahwa teori kebutuhan Maslow menerangkan mengenai lima macam kebutuhan manusia yang berjenjang ke atas, dimana kebutuhan yang lebih tinggi akan muncul ketika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi.
Berdasarkan teori tersebut maka Assael (1998) menjelaskan mengenai keputusan membeli konsumen berdasarkan hierarki kebutuhan Maslow, yaitu: 1. Physiological needs. 2. Safety needs. 3. Social needs. 4. Ego needs. 5. Self-actualization needs. Berdasarkan lima tahap atau pendekatan tersebutlah Assael menjelaskan bahwa konsumen akan menentukan dalam keputusan membelinya sesuai dengan kebutuhannya pada saat itu.
30
2.1.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli
Engel, Blackweel dan Winiard (1994) menjelaskan tiga faktor yang dapat mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Faktor lingkungan. Di dalam faktor lingkungan ini terdapat tiga hal yang mempengaruhinya, yaitu budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi atau kondisi pada saat itu. 2. Faktor perbedaan dan pengaruh individual. Pada faktor ini merupakan faktor internal dari diri konsumen, dimana di dalamnya mencakup lima hal yang dapat mempengaruhinya, yaitu: sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap dan kepribadian, gaya hidup serta demografi. 3. Faktor psikologis. Sedangkan dalam faktor psikologis ini terdapat tiga hal yang dapat mempengaruhi keputusan membeli konsumen, yaitu: pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.
Bila digambarkan dalam suatu bagan, maka ketiga faktor yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
31
Bagan 2.4 Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor Pengaruhnya Sumber: Engel, Blackweel dan Winiard (1994) Faktor Lingkungan Faktor Perbedaan dan
Keputusan Membeli
Pengaruh Individual
pada Konsumen
Faktor Psikologis
Faktor lain dijelaskan dalam Kotler dan Keller (2007), dimana secara terperinci mengenai faktor-faktor dalam keputusan membeli konsumen. Dimana terdapat empat faktor, yaitu: faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Dari keempat faktor tersebut, maka Kotler dan Keller kembali merincinya sehingga dapat diketahui lebih jelas seperti berikut ini: 1. Faktor budaya, dimana memiliki pengaruh paling luas dan paling dalam dibandingkan dengan ke tiga faktor lainnya. Pada faktor budaya ini tercakup tiga aspek, yaitu budaya, sub-budaya dan kelas sosial, dimana ketiganya sangat penting bagi keputusan membeli pada konsumen. Dalam hal ini budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar, dimana pada masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sedangkan keloas sosial sendiri masih terjadi dalam masyarakan di era modern ini, dimana tingkatan kelas sosial dalam masyarakat kiranya dapat
32
dilihat dari tujuh tingkatan berikut: (1) masyarakat kelas bawah, (2) masyarakat kelas menengah kebawah, (3) kelas pekerja, (4) masyarakat kelas menengah, (5) masyarakat kelas menengah atas, (6) masyarakat kelas atas, (7) masyarakat kelas paling atas. Dari pemaparan tersebut maka jelas bahwa faktor budaya memiliki keterlibatan yang erat dengan keputusan membeli konsumen. 2. Faktor sosial, memiliki isi seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Yang dimaksud dengan kelompok acuan disini adalah terdiri dari kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang (konsumen). Keluarga sendiri merupakan gabungan dari kelompok acuan yang paling berpengaruh dalam suatu pembelian atau penggunaan dari suatu produk atau merek, sehingga keluarga menjadi organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Sedangkan peran dan status sosial dari seorang konsumen berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya, seperti keluarga, klub atau organisasi. Peran juga meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang, dan masingmasing peran tersebut akan menghasilkan status. 3. Faktor pribadi, juga mempengaruhi keputusan membeli. Dimana faktor pribadi ini meliputi: usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan dan keadaan ekonomi; kepribadian dan konsep diri; serta nilai dan gaya hidup konsumen. Usia dari seseorang menentukan barang-barang yang dikonsumsinya, sesuai juga dengan siklus hidupnya. Selera orang
33
terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup dari konsumen itu sendiri. Pekerjaan dan keadaan ekonomi juga menjadi penentu konsumen dalam memilih merek atau produk mana yang akan digunakannya. Dapat dipahami perbedaan merek yang dipilih oleh pekerja “kerah biru” dengan pekerja “kerah putih”, selain itu keadaan ekonomi dari keduanya juga mempengaruhi kemampuan dalam memilih produk yang dikonsumsinya. Sedangkan kepribadian dan konsep diri dari konsumen juga merupakan bagian dari faktor pribadi yang mempengaruhi keputusan membeli, karena masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Yang terakhir dari faktor pribadi adalah gaya hidup dan nilai, dimana gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat dan opininya. Lebih dari itu, nilai inti jauh lebih dalam daripada perilaku atau sikap, dan pada dasarnya menentukan pilihan dan keinginan orang dalam jangka panjang. 4. Faktor psikologis, memiliki empat bagian terpenting, yaitu: motivasi, persepsi, pembelajaran dan memori. Keempat bagian tersebut memiliki pengaruh dalam hal keputusan membeli pada konsumen. Pada bagian motivasi terkenal dengan hierarki kebutuhan Maslow, dimana ada lima kebutuhan yang harus dipenuhi individu, yaitu: kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Dalam hal persepsi, konsumen akan menanggapi hal yang dipersepsikannya sehingga
34
berdampak pada keputusan untuk membeli atau memilih barang yang akan dikonsumsinya. Pembelajaran sendiri meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Dengan demikian, pengalaman yang baik dalam menggunakan suatu produk atau merek oleh konsumen dapat berdampak penggunaan yang berlanjut di masa berikutnya. Hal mengenai pengalaman juga berkaitan dengan memori, dimana informasi atau pengalaman yang didapat oleh konsumen akan tersimpan dalam memorinya. Dengan tersimpannya sebuah memori suatu merek maka hal tersebut dapat di recall pada saat konsumen hendak mengambil sebuah keputusan membeli.
Serupa dengan penjelasan dari Kotler dan Keller, Setiadi (2003) menjelaskan empat faktor yang dapat mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen, yaitu faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan yang terakhir adalah faktor psikologis. Dalam keempat faktor tersebut memiliki cakupan yang lebih terperinci lagi, dimana penjabaran dari keempat faktor tersebut dijelaskan oleh Setiadi sebagai berikut: 1. Faktor kebudayaan mencakup kebudayaan, sub-budaya dan kelas sosial. 2. Faktor sosial mencakup kelompok referensi, keluarga, peran dan status. 3. Faktor pribadi mencakup umur, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. 4. Faktor psikologis mencakup motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.
35
Sedangkan dalam Suharnan (2005) terdapat tiga faktor penyebab dimana individu harus membuat suatu keputusan, ketiga situasi penyebab individu mengambil suatu keputusan adalah: 1. Membuat prediksi kedepan. 2. Memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih. 3. Membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas.
Faktor lainnya yang terlibat dalam keputusan membeli adalah tipe konsumen dalam melakukan keputusan membeli. Untuk melihat tipe konsumen dalam keputusan membelinya maka dapat dilihat dari dua dimensi pembentuk tipe konsumen dalam keputusan membeli yang diterangkan dalam Assael (1998) berikut ini: 1. Tingkat pengambilan keputusan, merupakan sebuah rangkaian dari keputusan membeli dan yang telah menjadi suatu kebiasaan. Dimana mencakup aspek: a) Keputusan yang ada berdasar pada proses kognitif dari perncarian informasi dan alternatif merek. b) Konsumen telah merasa puas dengan merek atau produk tertentu dan telah mengkonsumsinya secara konsisten, atau telah menjadi suatu kebiasaan dalam mengkonsumsi atau mememilih suatu merek.
36
2. Tingkat keterlibatan dalam pembelian, menggambarkan kontinum dari tinggi ke rendah mengenai keterlibatan dalam pembelian. Dimana mencakup aspek: a) Keterlibatan yang tinggi dalam pembelian. Hal ini merupakan sesuatu yang penting bagi konsumen, dimana terkait dengan ego dan citra diri yang beresiko terhadap keuangan, sosial dan psikologis dari konsumen. Dalam hal ini diperlukan waktu untuk mempertimbangkan alternatif yang ada. b) Keterlibatan yang rendah dalam pembelian. Ini merupakan sesuatu yang dianggap tidak penting bagi konsumen. Resiko terhadap keuangan, sosial atau psikologis tidak berdampak besar. Serta waktu atau usaha untuk mencari informasi dalam mempertimbangkan alternatif tidak terlalu penting atau bernilai bagi konsumen.
Dari penjelasan yang diuraikan oleh Assael (1998) tersebut, maka dapat diketahui bahwa keputusan membeli pada konsumen juga dipengaruhi berdasarkan tipe konsumen dalam keputusan membeli. Dimana tipe konsumen terbagi kedalam dua dimensi, yaitu tingkat pengambilan keputusan dan tingkat keterlibatan dalam pembelian.
37
2.2
Sikap terhadap Merek Lokal 2.2.1
Definisi Sikap
Pada awalnya definisi sikap dijelaskan oleh Thurstone (seperti dikutip dalam Setiadi, 2003), dimana ia melihat sikap sebagai jumlah pengaruh yang dimiliki seseorang atas atau menentang suatu objek.
Myers (seperti dikutip dalam Walgito, 2002) berpendapat bahwa sikap itu merupakan: a predisposition towards some object; includes one’s beliefs, feelings, and behavior tendencies concerning the object. Dari pendapat Myers tersebut maka diketahui bahwa dalam sikap meliputi tiga komponen, yaitu: 1. Komponen kognitif. 2. Komponen afektif. 3. Komponen konatif.
Tidak jauh berbeda dengan Myers, Hawkins (seperti dikutip dalam Ferrinadewi, 2008) mendefinisikan sikap sebagai proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi dan koginitif dengan sifatnya yang berjangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan disekitarnya.
38
Dalam Davidoff (terj. Mari Juniati, 1991) dituliskan, “attitude/sikap mental biasanya didefinisikan sebagai konsep evaluatif yang telah dipelajarai dan dikaitkan dengan pola pikiran, perasaan, dan perilaku kita”. Lebih lanjut juga dituliskan “pikiran seseorang tentang objek dari sikap mereka biasanya terpengaruh oleh pengalaman dan informasi”. Apa yang tercantum dalam Davidoff (1991) ini sejalan dengan konsep yang dijelaskan oleh Myers, dimana dalam sikap terdapat tiga komponen yang berkaitan, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif.
Dalam Engel, Blackweel dan Winiard (terj. F.X. Budiyanto, 1994) dijelaskan bahwa “sikap biasanya memainkan peran utama dalam membentuk perilaku”. Maka jelas bahwa pada dasarnya terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku pengambilan keputusan pada konsumen.
Sedangkan Allport (seperti dikutip dalam Setiadi, 2003) mendefinisikan sikap sebaagai suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan atau dinamis terhadap perilaku.
Dari berbagai definisi mengenai sikap tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sikap terhadap merek lokal adalah suatu kecenderungan yang di dalamnya tergabung komponen kognitif, afektif dan konatif yang menuju atau mengarah pada merek lokal dengan relatif stabil.
39
2.2.2
Komponen-komponen Pembentuk Sikap
Dalam Engel, Blackweel dan Winiard (terj. F.X. Budiyanto, 1994) dijelaskan bahwa ”sikap bervariasi dalam intensitas (yaitu, kekuatan) dan dukungan (favorability)”. Jadi dalam menyikapi suatu objek, setiap individu memiliki intensitas dan dukungan yang berbeda, dimana terkait kuat atau tidaknya dan mendukung atau tidak mendukungnya terhadap objek tersebut.
Morgan (1986) menerangkan mengenai balance theory, dimana mencakup hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap. Elemen yang ketiga adalah hubungan antara sikap yang baik (bagus, suka, atau positif) dengan sikap yang tidak baik (buruk, tidak suka, atau negatif). Dengan demikian adanya hubungan antara individu dengan objek sikapnya, dimana individu dapat menyikapi dengan sikap positif atau negatif terhadap objek sikapnya tersebut.
Dimensi sikap lainnya adalah menurut Myers (seperti dikutip dalam Walgito, 2002), dimana Myers berpendapat bahwa sikap itu merupakan: a predisposition towards some object; includes one’s beliefs, feelings, and behavior tendencies concerning the object. Sehingga dimensi sikap berdasarkan penuturan dari Myers ada tiga, yaitu: komponen kognitif, afektif dan konatif.
Adapun yang dimaksudkan dengan ketiga komponen pembentuk sikap oleh Myers (seperti dikutip dalam Walgito, 2002) tersebut adalah sebagai berikut:
40
1. Komponen kognitif atau komponen perseptual, merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan. Yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap. 2. Komponen afektif atau komponen emosional, merupakan komponen yang menunjukkan arah sikap (positif dan negatif), yaitu rasa senang yang merupakan hal positif dan rasa tidak senang yang merupakan hal negatif. 3. Komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilakunya individu terhadap objek sikap.
Sama seperti Myers, Solomon (seperti dikutip dalam Arnould, Price dan Zinkhan, 2002) juga menjelaskan tiga komponen pembentuk sikap, yaitu: “Attitudes have three components: cognition, affect and behavior. In this model, cognition refers to the beliefs a consumer has about an attitude object. Affect refers to the way a consumer feels about an attitude object. Behavior involves the person’s intentions to do something with regard to an attitude object.”
Berdasarkan penjelasan dari Myers dan Solomon maka dapat diketahui bahwa sikap memiliki tiga komponen utama dalam pembentukannya, yaitu kognitif, afektif dan konatif. Dimana dengan ketiga komponen tersebutlah sikap dapat diketahui dan diukur.
41
2.3
Merek Lokal 2.3.1
Definisi Merek
Merek menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (dalam Kotler dan Keller, terj. Benyamin Molan, 2007) didefinisikan sebagai berikut: “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing”.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa merek adalah segala hal yang terdapat dalam suatu produk. Sehingga dengan adanya merek, suatu produk dapat teridentifikasi dengan baik oleh konsumen dan juga dapat dibedakan dengan produk lainnya.
Definisi mengenai merek lokal didapat dari http://pusatbahasa.diknas.go.id, yang mana merek didefinisikan sebagai tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dsb) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal.
Masih dalam http://pusatbahasa.diknas.go.id, merek juga diartikan menjadi: “nama, simbol, gambar, huruf, kata, atau tanda lainnya yang digunakan oleh industri dan perusahaan dagang untuk member nama pada barangbarangnya dan membedakan dari yang lain, biasanya dilindungi oleh hukum”.
42
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah lokal sendiri adalah yang menunjukkan suatu tempat dimana produk tersebut diproduksi (pembuatan, produksi, tumbuh, hidup, dsb).
Sehingga yang dimaksud dengan merek lokal adalah simbol, gambar, huruf, kata, atau tanda lainnya yang digunakan oleh industri atau perusahaan pada barang hasil produksinya dengan tujuan untuk memberi nama dan membedakan produknya dengan yang lainnya. Karena merek lokal, maka merek yang digunakan berupa unsur-unsur yang mengandung nilai-nilai lokal. Yang dimaksudkan dengan lokal sendiri adalah penggambaran suatu tempat atau asal produksi dari suatu barang, yaitu berasal dari Indonesia.
2.3.2
Atribut Merek
Mengenai atribut dari merek maka dalam Kotler dan Keller (2007) dituliskan bahwa merek-merek terkuat dunia memiliki sepuluh atribut yang sama, yaitu: 1. Merek itu unggul dalam menyerahkan manfaat yang benar-benar diinginkan konsumen 2. Merek itu selalu relevan 3. Strategi penerapan harga didasarkan pada persepsi konsumen tentang nilai 4. Merek itu diposisikan secara tepat 5. Merek itu konsisten 6. Hierarki dan portofolio merek itu masuk akal
43
7. Merek itu memanfaatkan dan mengoordinasikan daftar lengkap kegiatankegiatan pemasaran untuk membangun ekuitas 8. Manajer merek memahami arti merek bagi konsumen 9. Merek itu mendapat dukungan yang kuat dan memadai 10. Perusahaan memantau sumber ekuitas merek.
Sedangkan menurut Nicolino (seperti dikutip dalam Simamora, 2003), menjelaskan bahwa terdapat tiga atribut dari merek, yaitu: 1. Dapat mengidentifikasi. 2. Memiliki entitas atau mewakili sesuatu yang ada. 3. Janji akan nilai tertentu.
2.3.3
Nilai dan Ekuitas Merek
Merek pada suatu produk juga memiliki nilai tersendiri, Aaker (seperti dikutip dalam Simamora, 2003) menyebutkan bahwa merek memiliki tiga nilai, yaitu: 1. Nilai fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan fungsional kepada konsumen. 2. Nilai emosional, yaitu pemberian sebuah perasaan atau emosi positif kepada konsumen terhadap suatu merek.
44
3. Nilai ekspresi diri, nilai yang satu ini hampir mirip dengan nilai emosional. Yang membedakan adalah bagaigama membuat konsumen mengekspresikan dirinya dengan menggunakan produk dengan merek tertentu.
Sedangkan untuk menetapkan merek terkenal maka dikenal istilah ekuitas merek. Dimana Kotler dan Keller (terj. Benyamin Molan, 2007) mendefinisikan ekuitas merek sebagai berikut: “nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan aset tak berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi perusahaan”.
Sebuah agen periklanan, yaitu Young and Rubican (Y&R) mengembangkan satu model ekuitas merek yang disebut Brand Asset Valuator (BAV) (dalam Kotler, 2007). Dimana hasilnya ada empat komponen kunci atau pilar ekuitas merek, menurut BAV, yaitu: 1. Diferensiasi, mengukur sejauh mana sebuah merek dilihat berbeda dari merek lain 2. Relevansi, mengukur keluasan daya tarik merek 3. Penghargaan, mengukur baiknya anggapan dan penghargaan terhadap merek 4. Pengetahuan, mengukur seberapa akrab dan intimnya konsumen terhadap merek itu.
45
Sedangkan menurut Piramida Resonansi Merek (dalam Kotler dan Keller, 2007), menyatakan bahwa penciptaan ekuitas merek terjadi bila keenam hal ini telah tercapai: 1. Penonjolan merek 2. Kinerja merek 3. Citra merek 4. Penilaian merek 5. Perasaan merek 6. Resonansi merek.
2.3.4 Fungsi Merek
Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Leonard L. Berry (dalam Lovelock dan Wirtz, 2004) disimpulkan “strong brands increase customers’ trust of invisible products while helping them to better understand and visualize what they are buying”. Dari penelitian ini maka diketahui bahwa salah satu fungsi merek adalah untuk membantu konsumen memahami produk yang ditawarkan oleh produsen, dan juga membantu konsumen dalam menggambarkan jenis produk tersebut. Sehingga merek dapat benar-benar menerangkan suatu produk dan memudahkan konsumen untuk membelinya.
46
Selain berfungsi untuk pemberi nama pada produk dan membedakan dengan produk lainnya, merek menurut Caspar, Hecker dan Sabel (seperti dikutip dalam Kotler dan Pfoertsch, 2006) memiliki fungsi terpenting sebagai: 1. Meningkatkan efisiensi informasi. 2. Mengurangi resiko. 3. Menciptakan nilai tambah atau manfaat citra. Jadi jelas bahwa merek berkaitan dengan sikap konsumen yang mempengaruhi kognisi, afeksi dan konasi dari konsumen, sehingga berhubungan juga dengan keputusan membeli dalam memilih suatu merek.
2.3.5
Manfaat Merek
Manfaat dari merek dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang konsumen dan produsen. Simamora (200) menuliskan mengenai manfaat merek dari dua sudut pandang tersebut. Dimana Simamora menjelaskan bagi konsumen merek bermanfaat dalam tiga hal, yaitu: 1. Pemberian merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten. 2. Meningkatkan efisiensi pembeli karena merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan tempat membelinya. 3. Meningkatkan inovasi-inovasi produk baru, karena produsen terdorong menciptakan keunikan-keunikan baru guna mencegah peniruan dari pesaing.
47
Sedangkan dari sudut pandang yang kedua, yaitu sudut pandang produsen. Masih dalam Simamora (2003) dijelaskan mengenai empat hal manfaat dari merek bagi produsen, yaitu: 1. Memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah-masalah yang timbul. 2. Memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk. 3. Memungkinkan untuk menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan. 4. Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.
2.4
Kerangka Berpikir
Konsumen merupakan individu-individu yang berperan aktif dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan oleh produsen. Dalam mengkonsumsi suatu produk maka konsumen akan dihadapkan oleh berbagai pilihan yang ditawarkan produsen. Sedangkan seperti yang telah kita ketahui, bahwa pasar di Indonesia ini memiliki banyak produsen, sehingga produk yang ditawarkan menjadi beragam.
48
Upaya produsen dalam menamai dan membedakan produknya dengan produk lainnya yaitu dengan menggunakan merek pada produknya. Merek sendiri memiliki makna yang beragam, selain untuk membedakan diantara produk-produk lainnya, maka merek yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang mereka beli tersebut.
Merek dalam pasar di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu merek lokal dan merek asing. Dengan adanya kedua pilihan tersebut maka konsumen juga menjadi dihadapkan dalam dua pilihan dalam memilih merek mana yang akan dipilihnya. Dalam upaya memutuskan merek mana yang akan dipilihnya, maka konsumen memiliki beragam hal yang mempengaruhi keputusannya tersebut.
Merek lokal yang ada di pasar Indonesia juga telah banyak, tapi yang lebih berkembang adalah merek lokal pada industri garmen dan fashion. Industri garmen sendiri terbagi pada tiga produksi, yaitu pakaian (atasan dan bawahan), tas, sepatu dan sandal.
Hal tersebut sesuai dengan artikel yang ditulis oleh Harmanto Edi Djatmiko (http://swa.co.id, 29 April 2010), yang pada intinya dituliskan “khususnya di industri garmen dan fashion ini, Indonesia memang sedang bertransisi dari ekonomi maklun ke ekonomi merek”.Dari penjelasan tersebut maka semakin jelas
49
bahwa merek lokal yang sedang berkembang dan ramai dipasaran adalah pada industri garmen atau fashion.
Bagi konsumen sendiri dalam menentukan merek mana yang akan dipilihnya tentu yang harus membawa dampak positif atau menguntungkan untuk dirinya. Maka dari itu dalam proses pengambilan keputusan, konsumen akan menentukan sikapnya terhadap suatu merek.
Dalam hal ini sikap yang didalamnya mencakup tiga komponen, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif selayaknya memiliki hubungan yang signifikan dengan keputusan membeli pada konsumen. Hal ini dikarenakan dengan terjadinya pengolahan data-data atau pengetahuan tentang suatu merek yang telah konsumen miliki sebelumnya.
Dari kesemuanya itu akhirnya menjadi sebuah pengalaman, baik yang dialami sendiri atau berdasarkan informasi yang didapatnya, sehingga menimbulkan sikap positif atau negatif pada sebuah merek. Timbulnya sikap, baik itu positif atau negatif akan mempengaruhi keputusan membeli konsumen terhadap merek tersebut.
50
Sikap positif konsumen terhadap suatu merek maka akan menjadikan konsumen memilih merek tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika suatu merek telah disikapi negatif oleh konsumen maka merek tersebut tidak akan menjadi pilihan konsumen. Merek yang dalam penelitian ini tercakup dalam merek lokal dan asing memiliki ciri masing-masing yang dapat membawa keunggulan dalam bersaing memperebutkan pilihan konsumen.
Merek baik pada merek lokal ataupun merek asing sangat beragamnya macamnya, tapi bila dilihat dalam pasar di Indonesia maka persaingan antara merek lokal dan asing menjadi mengkerucut. Oleh karena itu pada penelitian ini merek lokal yang dimaksud adalah sebatas pakaian (atasan dan bawahan), tas, sepatu dan sandal.
Hal tersebut dikarenakan pada merek-merek lokal di sektor tersebutlah yang sekarang ini sedang ramai diproduksi dipasaran untuk memasok kebutuhan konsumen. Sehingga berdasarkan teori sikap dari Myers (dalam Walgito, 2002) dan teori keputusan membeli Schiffman dan Kanuk (2007) dapat lebih menjelaskan penelitian mengenai hubungan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen ini.
Agar lebih jelas alur dari penelitian ini maka dapat dilihat seperti yang tercakup dalam bagan penelitian di bawah ini:
51
Bagan 2.5 Hubungan antara Sikap dan Keputusan Membeli Produk Merek Lokal pada Konsumen
Positif Sikap terhadap
Membeli
Merek Lokal: Pakaian (atasan&bawahan)
Keputusan
Tas
Membeli
Sepatu dan sandal
pada Konsumen
1. Kognitif 2. Afektif Tidak
3. Konatif
Membeli Negatif
2.5
H0 :
Hipotesis
tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.
H1 :
ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.1.1
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif merupakan salah satu cara dalam penelitian yang data-datanya diolah dengan teknik statistik. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang ada.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena ingin mencari hubungan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen. Dengan menggunakan teknik statistik maka data yang didapat akan diolah, sehingga diketahui hubungan dari kedua variabel yang ada. Dengan diketahuinya apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak terhadap dua variabel tersebut, maka dapat ditentukan pula hipotesis mana yang diterima pada penelitian ini.
53
3.1.2
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian korelasional. Dimana jenis penelitian korelasional menurut Nisa (2008) adalah untuk mengetahui apakah dua atau lebih variabel yang dapat dikuantifikasi memiliki hubungan tertentu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuannya adalah menggunakan hubungan yang ada untuk membuat prediksi
Seperti apa yang telah dijelaskan dalam Nisa (2008), karena penelitian ini bertujuan untuk mencari suatu hubungan dari dua variabel yang ada maka digunakanlah jenis penelitian korelasional.
3.2
Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1
Variabel Penelitian
Dalam Kerlinger (2006) dijelaskan bahwa variabel merupakan simbol atau lambang yang padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Terdapat dua variabel pada penelitan kali ini, dimana kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Keputusan membeli pada konsumen. 2. Sikap terhadap merek lokal.
54
3.2.2
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel, yaitu variabel keputusan membeli dan sikap terhadap merek lokal adalah sebagai berikut: 1. Keputusan membeli produk merek lokal adalah terukurnya suatu keputusan membeli sebuah produk dengan dilihat dari indikator yang diterangkan dalam Schiffman dan Kanuk (2007), yaitu: a) Melakukan pembelian. b) Tidak melakukan pembelian. 2. Sikap terhadap merek lokal adalah terukurnya suatu sikap dari konsumen pada merek lokal dilihat dari indikator yang diterangkan menurut Myers (dalam Walgito, 2002), yaitu: a) Komponen kognitif atau komponen perseptual, merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan. Yaitu halhal yang berhubungan dengan bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap. b) Komponen afektif atau komponen emosional, merupakan komponen yang menunjukkan arah sikap (positif dan negatif), yaitu rasa senang yang merupakan hal positif dan rasa tidak senang yang merupakan hal negatif. c) Komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
55
Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilakunya individu terhadap objek sikap.
3.3
Populasi dan Sampel 3.3.1
Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari jumlah sampel yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai baik pria maupun wanita yang masih dalam masa bekerja pada sebuah perusahaan, dan dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Pegawai baik pria maupun wanita yang bekerja dalam perusahaan dengan gaji yang tetap, atau memiliki pendapatan tetap tiap bulannya. 2. Populasi yang ada dalam perusahaan tersebut terdiri dari 5 direktorat, yaitu: a) Direktorat operasi 28 pegawai. b) Direktorat keuangan 40 pegawai. c) Direktorat sumber daya manusia 45 pegawai. d) Direktorat pengembangan 60 pegawai. e) Direktorat umum 27 pegawai. Sehingga jumlah keseluruhannya adalah berjumlah 200 pegawai.
56
Dalam penelitian yang dijadikan populasi adalah PT. ANTAM, Tbk. Dimana pegawai pada perusahaan tersebut peneliti anggap telah memasuki kualifikasi yang dibutuhkan pada penelitian ini.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian kecil yang diambil dari populasi. Pada penelitian ini menggunakan teknik sampling probability sampling dengan jenis cluster random sampling. Dalam Nazir (2005), cluster random sampling merupakan salah satu jenis dari teknik probability sampling yang membagi populasi kedalam kelompok berdasarkan area atau cluster. Untuk memilih sampelnya maka dilakukan randomisasi diantara cluster-cluster yang ada.
Peneliti menggunakan teknik ini karena penelitian kali ini akan mengukur hubungan antara sikap terhadap merek lokal dengan keputusan membeli pada konsumen. Sedangkan yang dijadikan sampel adalah pegawai baik pria maupun wanita yang bekerja dalam sebuah perusahaan.
Penggunaan teknik cluster ini dilakukan dengan merandom beberapa direktorat yang ada dalam sebuah perusahaan. Karena dalam perusahaan terdapat lima direktorat, maka ke lima nama direktorat tersebut peneliti tulis dalam beberapa kertas yang kemudian dikocok untuk proses penentuannya atau disebut randominasi. Akhirnya akan terpilih satu direktorat yang akan dijadikan sampel
57
dalam penelitian ini. Dengan proses dan teknik seperti ini berarti tidak ada pegawai yang dibeda-bedakan, karena semua pegawai yang terdapat pada direktorat yang terpilih akan menjadi sampel dalam penelitian ini.
Dalam perusahaan tersebut memiliki lima direktorat sebagai berikut: 1. Direktorat operasi dengan jumlah 28 pegawai. 2. Direktorat keuangan dengan jumlah 40 pegawai. 3. Direktorat sumber daya manusia dengan jumlah 45 pegawai. 4. Direktorat pengembangan dengan jumlah 60 pegawai. 5. Direktorat umum dengan jumlah 27 pegawai. Sedangkan untuk pegawai yang dijadikan sampel penelitian adalah yang tergabung dalam direktorat pengembangan dengan jumlah 60 pegawai.
3.4
Instrumen Data
Pada penelitian kali ini instrumen data yang digunakan berupa metode kuesioner dengan skala model Likert yang dibuat untuk mengukur sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen.
Skala Likert ini memiliki karakteristik berupa pertanyaan tertutup dan pilihan jawaban yang telah disediakan. Pada skala ini, baik untuk variabel sikap pada merek lokal maupun keputusan membeli pada konsumen dipergunakan empat kategori pilihan jawaban. Adapun keempat pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:
58
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan untuk variabel keputusan membeli diberi dua pilihan jawaban, yaitu membeli dan tidak membeli. Dari pilihan jawaban tersebut maka akan dilakukan skoring dengan cara penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Skor Skala Sikap No.
Jawaban
Favorable
Unfavorable
1.
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
4
2.
Tidak Setuju (TS)
2
3
3.
Setuju (S)
3
2
4.
Sangat Setuju (SS)
4
1
Tabel 3.2 Distribusi Skor Skala Keputusan Membeli No.
Jawaban
Skoring
1.
Membeli Produk dengan Merek Lokal
1
2.
Tidak Membeli Produk dengan Merek Lokal
0
59
Sedangkan instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini mencakup dua skala, yaitu: 1. Skala keputusan membeli, dimana berlandaskan teori dari Schiffman dan Kanuk (2007) 2. Skala sikap terhadap merek lokal, dimana berlandaskan teori dari Myers (dalam Walgito, 2002).
3.5
Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang mencakup dua buah skala model Likert dengan fungsi untuk mengukur keputusan membeli pada konsumen dan sikap terhadap merek lokal, kepada subjek yang menjadi sampel penelitian.
Subjek sendiri akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Bagian pengantar, yang berisi nama peneliti, tujuan penelitian, kerahasiaan data subjek serta data yang diberikannya dan ucapan terimakasih. 2. Bagian data kontrol, berisi tentang data diri subjek, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan dan kesediannya menjadi subjek penelitian. 3. Bagian inti, dimana berisi dua alat ukur mengenai keputusan membeli dan sikap pada merek lokal.
60
Ketiga bagian tersebut, bagian pengantar, bagian data kontrol dan bagian inti akan digabung menjadi satu kesatuan. Dan subjek yang menjadi sampel penelitian akan diminta mengisi secara bertahap, serta tidak melewati tahapan ataupun nomor yang ada.
Pada bagian inti mengenai alat ukur sikap dapat dilihat lebih jelas dengan blue print yang ada di bawah ini:
Tabel 3.3 Blue Print Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal Sikap
Jenis Produk Merek Lokal
Jumlah
Pakaian (atasan atau bawahan)
Kognitif
Afektif
Konatif
Sepatu atau Tas
Sandal
Favorable
53,54,56,57,59
5
Unfavorable
41,42,45*,47,49
5
Favorable
33,34,35,36,39
5
Unfavorable
51,52,55,58,60
5
Favorable
43,44,46,48,50
5
31*,32*,37,38*,40
5
30
30
Unfavorable Total
Ket: (*) = item yang tidak valid
Setelah dilakukan uji validitas maka diketahui beberapa item yang tidak valid. Item-item yang tidak valid tersebut kemudian disisihkan, dan sisa item yang valid akan digunakan untuk pelaksanaan penelitian atau field study. Sehingga item yang
61
digunakan dalam field study, baik pada alat ukur keputusan membeli dan sikap terhadap merek lokal adalah menjadi sebagai berikut:
Tabel 3.4 Penyebaran Item Alat Ukur Sikap terhadap Merek Lokal Sikap
Jenis Produk Merek Lokal
Jumlah
Pakaian (atasan atau bawahan)
Afektif
Konatif
Sandal 5
28,29,33,35
4
Favorable
21,22,23,24,26
5
Unfavorable
37,38,41,44,46
5
Favorable
30,31,32,34,36
5
25,27
2
26
26
Unfavorable
Unfavorable Total
3.6
Tas 39,40,42,43,45
Favorable Kognitif
Sepatu atau
Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dari penelitian kali ini. Analisis data akan dilakukan dengan metode statistik, tepatnya dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui signifikansi hubungan sikap dengan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.
Setelah itu juga dilakukan uji analisis regresi, sehingga akan diketahui apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen. Jadi akan ada dua uji hipotesis dalam pengolahan data yang
62
berfungsi untuk menjawab hipotesis yang ada. Pengolahan data yang akan dilakukan mencakup: 1. Uji validitas, yaitu untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. 2. Uji reliabilitas, yaitu untuk mengetahui ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam skala. 3. Uji hipotesis, yaitu untuk menjawab pertanyaan utama dari penelitian ini, apakah terdapat hubungan yang signifikan sikap dengan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen, dan apakah ada kontribusi yang signifikan dari sikap terhadap keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen. Dalam uji hipotesis ini menggunakan metode korelasi pearson product moment dan uji analisis regresi.
3.7
Uji Instrumen Penelitian
Sebelum penelitian atau field study dilaksanakan, maka peneliti melakukan uji instrumen dengan menggunakan enam puluh item dari dua skala yang ada, yaitu tiga puluh item pada skala keputusan membeli produk merek lokal dan tiga puluh item pada skala sikap terhadap merek lokal. Uji instrumen ini dilaksanakan pada pegawai di PT. ANTAM, Tbk sebanyak 32 pegawai yang berada pada unit kerja yang sama. Uji instrumen ini dilakukan dengan maksud:
63
1. Mengetahui tingkat validitas per item dari dua skala yang ada. Dengan demikian item yang memiliki tingkat validitas rendah akan disisihkan ketika dilakukan field study. 2. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen atau skala yang digunakan dalam penelitian ini.
3.7.1
Uji Validitas
Dalam Kerlinger (2006) diterangkan bahwa validitas adalah pokok soal yang kompleks, kontroversial dan penting dalam penelitian behavioral. Dengan demikian, validitas merupakan kesungguhan dalam mengukur apa yang sebenarnya ingin kita ukur. Jadi dalam hal ini ditekankan mengenai apa yang sedang diukur.
Anastasi dan Urbina (terj. Robertus Hariono S. Imam, 2007) juga menjelaskan bahwa validitas tes menyangkut apa yang diukur dalam tes tersebut, dan seberapa baik tes tersebut dapat mengkur apa yang hendak peneliti ukur. Selain dari itu, validitas tes juga dapat memberi tahu kita tentang apa yang bisa kita simpulkan dari skor-skor tes tersebut.
Dari uji isntrumen yang telah peneliti lakukan untuk skala sikap terhadap merek lokal, dapat diketahui dari data yang ada pada tabel 3.3 dan tabel 3.4 dapat diketahui terdapat duapuluh enam item yang valid. Keduapuluh enam item yang
64
valid tersebut tersebar dalam indikator kognitif sebanyak sembilan item; afektif sebanyak sepuluh item; dan konatif sebanyak tujuh item.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Kerlinger (2006) menjelaskan bahwa reliabilitas dapat pula disebut dengan keandalan adalah kemantapan, konsistensi, prediktabilitas/keteramalan, dan kejituan/ketepatan alias akurasi. Lebih lanjut Kerlinger juga mendefinisikan reliabilitas dengan cara menjelaskan dari hal-hal berikut ini: 1. Jika kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrumen yang sama atau mirip, akankah kita mendapat hasil yang sama atau serupa pula. Hal ini menyiratkan pada suatu definisi reliabilitas dalam kaitannya dengan stabilitas atau kemantapan, keterpercayaan (dependability) dan keteramalan (predictability). 2. Apakah ukuran-ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukur adalah ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur itu. Definisi ini berkaitan dengan ketepatan alias kejituan atau akurasi.
Sedangkan dalam Anastasi dan Urbina (terj. Robertus Hariono S. Imam, 2007) diterangkan bahwa reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang berbeda, atau dalam kondisi pengujian yang berbeda.
65
Dari hasil uji instrumen penelitian yang peneliti lakukan, maka dapat dilihat reliabilitas dari kedua skala yang ada. Berdasarkan pada uji reliabilitas menggunakan SPPS versi 11.5 maka pada skala sikap terhadap merek lokal memiliki tingkat reliabilitas sebesar 0.9213. Berdasarkan tingkatan reliabilitas kedua skala tersebut maka dapat dinyatakan skala yang ada tergolong reliabel.
3.8
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang berguna untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara keputusan membeli dengan sikap terhadap merek lokal. Sehingga data yang ada akan diolah dengan menggunakan analisis korelasi dan analisis regresi.
3.9
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahap prosedur penelitian. Sekiranya terdapat lima tahap prosedur penelitian yang dilakukan peneliti, sehingga penelitian ini menjadi lengkap dari awal sampai akhir. Kelima tahap prosedur penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap perisiapan. Pada tahap ini peneliti melakukan survey ke tempat dimana penelitian akan dilaksanakan, dalam hal ini peneliti mengecek apakah subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian memang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
66
2. Tahap uji coba. Dalam tahap ini dilakukan try out atau uji coba penelitian, dimana uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian atau field study nantinya. 3. Tahap field study. Di dalam tahap inilah penelitian yang sebenarnya dilakukan. Item-item yang tidak valid pada tahap uji coba telah disisihkan, sehingga item pada skala atau kuesioner yang diberikan pada responden merupakan item pilihan yang memiliki tingkat validitasi di atas rata-rata. 4. Tahap pengolahan data. Setelah responden mengisi semua data atau kuesioner yang dibagikan, maka data-data yang ada diolah dan menjadi data mentah atau raw score. Untuk mengetahui hasil dari penelitian ini atau untuk menjawab hipotesis dalam penelitian ini. 5. Tahap penutup. Pada tahap ini hasil dari field study telah diketahui, dan dari hasil tersebut akan diketahui kelebihan atau kekurangan yang ada dari penelitian ini. Dengan adanya hasil tersebut maka juga dapat dibuat kesimpulannya, serta diskusi dan saran untuk penelitian-penelitian berikutnya.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada pegawai di PT. ANTAM, Tbk. Pegawai yang dijadikan sampel dalam penelitian ini tergabung dalam divisi atau satuan kerja yang sama, sehingga di dalamnya tercampur antara pegawai pria maupun wanita dan juga dari berbagai rentang umur yang berbeda.
4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa responden yang mengikuti penelitian ini berjumlah enam puluh orang, dengan rincian empat puluh enam laki-laki dan empat belas perempuan. Tabel 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
46
Perempuan
14
Total
60
68
4.1.2
Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Bila dilihat dari faktor usia maka ke enampuluh responden tersebut dapat diketahui gambarannya dengan pembagian sebagai berikut: Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia
4.1.3
Rentangan Usia
Jumlah
21-30 tahun
5
31-40 tahun
11
41-50 tahun
28
51-60 tahun
16
Total
60
Gambaran Subjek Berdasarkan Pendapatan
Gambaran subjek penelitian bila diklasifikasikan berdasarkan pendapatannya per bulan adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Pendapatan per Bulan
Jumlah
Rp. 1.000.000,- s.d. Rp. 3.000.000,-
20
Rp. 3.000.100,- s.d. Rp. 5.000.000,-
27
≥ Rp. 5.000.100,-
13
Total
60
69
4.1.4
Gambaran Subjek Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dimiliki
Bila subjek diklasifikasikan berdasarkan presentase banyaknya produk (pakaian, tas, sepatu atau sandal) bermerek lokal yang mereka miliki, maka gambaran yang ada adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dimiliki Presentase Produk yang Dimiliki
Jumlah
0-50%
29
51-100%
31
Total
60
4.1.5
Gambaran Subjek Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dibeli
Sedangkan jika subjek diklasifikasikan berdasarkan presentase banyaknya produk (pakaian, tas, sepatu atau sandal) bermerek lokal yang mereka beli dalam kisaran waktu enam bulan, maka gambaran yang ada adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Produk Merek Lokal yang Dibeli Presentase Produk yang Dimiliki
Jumlah
0-50%
27
51-100%
33
Total
60
70
4.2
Deskripsi Statistik 4.2.1
Uji Hipotesis
Berdasarkan data yang didapat maka peneliti melakukan uji hipotesis yang berupa uji korelasi. Dimana uji hipotesis ini menggunakan SPSS versi 11.5. Dari hasil uji hipotesis ini didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6 Correlations Hasil Uji Hipotesis SPSS Versi 11.5
KEPMEM
KEPME M 1 .
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Sum of Squares and 84.983 Cross-products Covariance 1.440 N 60 SIKAP Pearson Correlation .475(**) Sig. (1-tailed) .000 Sum of Squares and 305.450 Cross-products Covariance 5.177 N 60 ** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
SIKAP .475(**) .000 305.450 5.177 60 1 . 4868.850 82.523 60
71
Dari hasil uji hipotesis ataur korelasi dengan menggunakan SPSS versi 11.5, maka dapat diketahui bahwa hasil signifikansinya adalah sebesar 0.00. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara dua variabel dalam penelitian ini, karena nilai signifikasinya (0.00) lebih kecil dibanding dengan 0.05. Selain dari itu angka korelasi (r hitung) sebesar 0.475, yang berarti lebih besar dibandingkan r tabel, yaitu 0.254. Karena r hitung (0.475) lebih besar daripada r tabel (0.254) maka hasil dari penelitian ini dinyatakan memiliki hubungan yang signifikan.
Dengan demikian hasil dari penelitian ini telah menjawab dari hipotesis yang ada, yaitu ditolaknya H0. Sehingga hal tersebut menyebabkan H1 diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen.
4.2.2
Uji Regresi
Uji statistik berikutnya adalah uji regresi. Dimana uji regresi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar sikap terhadap merek lokal mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen. Dalam uji regresi ini peneliti menggunakan SPSS versi 11.5, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
72
Tabel 4.7 Model Summary(b) Sumber: Hasil Uji Hipotesis SPSS Versi 11.5
Mode l
R
Std. Error of R Adjuste the Squa dR Estimat re Square e
Durbin Watson
Change Statistics R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
.253
19.607
1
58
.000
1
.503( .253 .240 1.066 a) a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa besaran R Square sebesar 25.3% yang berarti sikap terhadap merek lokal mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen sebesar 25.3%.
Tabel 4.8 ANOVA(b) Sumber: Hasil Uji Hipotesis SPSS Versi 11.5 Model 1
Sum of Squares
Regressi 19.163 on Residual 65.821 Total 84.983 a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM
Mean Square
df 1
19.163
58 59
1.135
F 16.886
Sig. .000(a)
2.334
73
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka signifikansi sebesar 0.00, dimana lebih kecil daripada 0.05. Hal tersebut menjadikan H0 ditolak, dengan ditolaknya H0 maka sebaliknya, yaitu H1 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen diterima
Sedangkan untuk mengetahui nilai dari sikap konsumen terhadap merek lokal, apakah bernilai positif atau negatif maka hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji korelasi. Dimana hasilnya telah ditunjukkan sebelumnya pada tabel 4.6, yang mana angka korelasi menunjukkan nilai 0.475. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai dari sikap itu sendiri adalah bernilai positif, yang berarti semakin positif sikap terhadap merek lokal, maka semakin tinggi pula keputusan untuk membeli produk merek lokal tersebut.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan dari analisis data dan pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS versi 11.5, maka diketahui bahwa besaran angka korelasi (r hitung) dengan menggunakan jumlah responden (N) sebanyak 60 responden adalah sebesar 0.475. Dengan demikian besaran r hitung (0.475) menunjukkan angka yang lebih besar dari r tabel (0.254), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara dua variabel.
Karena r hitung (0.475) lebih besar daripada r tabel (0.254) maka hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa H0 ditolak, dan H1 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen diterima.
Selanjutnya, dari hasil uji regresi dapat diketahui bahwa besaran R Square adalah 25.3%, yang berarti sikap terhadap merek lokal mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen sebesar 25.3%.
75
5.2
Diskusi
Hasil dari penelitian ini telah menjawab dari hipotesis yang ada, dimana ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap dari konsumen terhadap merek lokal memiliki hubungan serta memiliki suatu pengaruh terhadap suatu bentuk perilaku keputusan membeli dari konsumen itu sendiri.
Adanya hubungan yang signifikan pada hasil dalam penelitian ini pada akhirnya memperkuat beberapa teori yang telah ada, seperti yang diterangkan dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007), dimana sikap sebagai salah satu penentu dalam keputusan membeli. Selain dari sikap juga ada aspek lain yang menjadi penentu keputusan membeli konsumen, yaitu persepsi, pengalaman atau kepribadian dari konsumen itu sendiri.
Selain dari itu, Engel, Blackweel dan Winiard (1994) juga menjelaskan tiga faktor yang dapat mempengaruhi keputusan membeli, yaitu: 1. Faktor lingkungan, yang di dalamnya mencakup budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga atau situasi pada saat itu. 2. Faktor perbedaan dan pengaruh individual, mencakup lima hal yang dapat mempengaruhinya, yaitu: sumber daya konsumen, motivasi dan
76
keterlibatan, pengetahuan, sikap dan kepribadian, gaya hidup serta demografi. 3. Faktor psikologis, yang mencakup pengolahan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.
Bila pembahasan tersebut dikaji lebih dalam, maka dapat diketahui bahwa keterlibatan sikap dalam keputusan membeli terletak didua faktor, yaitu faktor perbedaan dan pengaruh individual serta faktor psikologis. Hal ini menandakan bahwa dari para ahli tersebut menyatakan bahwa memang ada hubungan dan pengaruh dari sikap terhadap keputusan membeli konsumen. Sehingga jelas dan benar bahwa H1 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap dan keputusan membeli produk merek lokal pada konsumen diterima.
Walau hasil dari penelitian ini menyatakan ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap merek lokal dan keputusan membeli pada konsumen, tapi bila dilihat dari survey pendahuluan maka terlihat sedikit berbeda. Dalam survey pendahuluan terlihat konsumen memang bersikap positif terhadap merek lokal, tetapi mereka tidak memiliki produk dengan merek lokal untuk dibelinya.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh hal tertentu, seperti lokasi dilakukannya penelitian. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lokasi survey pendahuluan adalah di pusat perbelanjaan. Sehingga rasionalitas dari konsumen
77
yang berada di pusat perbelanjaan akan lebih mudah terganggu, karena langsung dihadapkan dengan stimulus-stimulus yang diberikan oleh produsen.
Selanjutnya bila dilihat dari hasil uji regresi, maka diketahui bahwa sikap terhadap merek lokal mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen sebesar 25.3%. Dengan demikian berarti terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen sebesar 74.7%.
Beberapa hal lain yang sekiranya memiliki hubungan dan pengaruh dengan keputusan membeli bisa saja seperti aspek-aspek yang diterangkan dalam Schiffman dan Kanuk (terj. Zoelkifli Kasip, 2007), yaitu persepsi, pengalaman atau kepribadian dari konsumen; atau faktor-faktor yang diterangkan dalam Engel, Blackweel dan Winiard (1994), yaitu faktor lingkungan, perbedaan dan pengaruh individual, serta psikologis.
Selain dari itu pendapat dari Menteri Perindustrian periode 2005-2009 Fahmi Idris dalam zakyalhamzah.blogspot.com (13 Mei 2009), juga memungkinkan termasuk dalam 74.7% hal lain yang mempengaruhi keputusan membeli pada konsumen. Dimana beliau mengutarakan bahwa masyarakat Indonesia ini sebenarnya masih cinta dan bangga terhadap merek dalam negeri, tapi masih butuh pelopor atau keteladanan dari pemimpin negara maupun pemuka masyarakat untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam memilih merek lokal.
78
Jadi walau hasil dari penelitian yang menggunakan teori dari Schiffman dan Kanuk (2007, h. 508), dan Myers (dalam Walgito, 2002) menunjukkan hasil yang signifikan, tetapi masih sangat memungkinkan untuk dilakukan penelitian lanjutan. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan dan kekurangan yang ada dari penelitian ini. Peneliti berharap hasil dari penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
5.3
Saran 5.3.1
Saran Teoritis
Dalam penelitian ini memang masih terdapat kekurangan, maka dari itu peneliti menyarankan kepada pihak-pihak lain yang hendak meneliti dengan tema yang sama atau serupa, sebaiknya memperhatikan saran-saran yang peneliti berikan.
Ada baiknya untuk mengkaji lebih dalam mengenai hal-hal yang mempengaruhi keputusan membeli, karena dari hasil penelitian ini terdapat 25.3% dari keputusan membeli yg dipengaruhi oleh sikap. Jadi ada hal-hal lain yang sekiranya mempengaruhi keputusan membeli yang dapat diteliti.
Selanjutnya, kondisi dari subjek penelitian juga penting untuk diperhatikan. Bila dilihat dari bagian diskusi maka diketahui dengan jelas bahwa tempat yang berbeda juga dapat mempengaruhi sikap dan keputusan membeli dari konsumen
79
itu sendiri. Jadi dengan semakin lengkapnya hasil yang ada maka diharapkan penelitian ini juga dapat semakin bermanfaat.
5.3.2 Saran Praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Sehingga peneliti menyarankan agar pihak-pihak yang terkait dapat menggunakannya dengan baik, seperti: 1. Untuk produsen dan pemerintah Republik Indonesia, diharapkan dapat lebih memberikan daya minat konsumen mengenai merek lokal. Hal ini dikarenakan faktor sikap dari konsumen hanya mempengaruhi keputusan membeli sebesar 25.3%, jadi masih ada faktor-faktor lain yang dapat dimanfaatkan produsen dan pemerintah agar konsumen memilih merek lokal. Serta pemberdayaan kepada konsumen oleh produsen atau pemerintah juga penting untuk dilakukan, sehingga konsumen tidak terjebak dengan merek saja, tapi juga mengetahui kualitas dari suatu produk. 2. Untuk konsumen, sekiranya tidak menilai suatu produk dari mereknya saja. Selama ini konsumen sering mengeneralisasikan bahwa semua merek lokal lebih buruk dibanding merek asing, semoga hasil dari penelitian ini dapat meluruskan anggapan-anggapan yang ada pada konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, R. (2005). Pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran terhadap proses keputusan pembelian konsumen pada jamu di Banda Aceh. Jurnal Sistem Teknik Industri, Volume 6, No. 3, 55&60. Diambil tanggal 28 Juni 2010 dari repository.usu.ac.id Anastasi, A., & Urbina, S. (2007). Tes psikologi (psychological testing) (edisi ke-7). (terj. Drs. Robertus Hariono S. Imam, M.A.). Jakarta: PT. Indeks. Arnould., Price., & Zinkhan. (2002). Consumers. New York: McGraw-Hill. Assael, H. (1998). Consumer behavior and marketing action (6th editon). Ohio: South-Western College Publishing. Buyer decision processes (2007). Diambil tanggal 21 April 2010 dari http://en.wikipedia.org Davidoff, L.L. (1991). Psikologi suatu pengantar (edisi ke-2), (terj. Dra. Mari Juniati). Jakarta: Erlangga. Engel, J.F., Blackweel, R.D., & Winiard, P.W. (1994). Perilaku konsumen (jilid 1, edisi ke-6). (terj. Drs. F.X. Budiyanto). Jakarta: Binarupa Aksara. Ferrinadewi, N. (2008). Merek & psikologi konsumen (implikasi pada strategi pemasaran). Yogyakarta: Graha Ilmu. Haryani. (2006). Pengaruh Harga, Produk, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian Deterjen Daia Konsumen Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Gebang kabupaten Purworejo. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
81
Negeri Semarang, 48&82. Diambil tanggal 28 Juni 2010 dari digilib.unnes.ac.id Hobson’s Choice (-). Diambil tanggal 16 Agustus 2010 dari http://en.wikipedia.org. Hobson’s Choice (-). Diambil tanggal 16 Agustus 2010 dari http://www.reference.com. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Diambil tanggal 29 Maret 2010 dari http://pusatbahasa.diknas.go.id. Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral. (edisi terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kita suka produk lokal ditempel merek Italia (2009). Diambil tanggal 1 November 2009 dari www.kompas.com Kotler, P., & Keller, K.L. (2007). Manajemen pemasaran (jilid 1, edisi ke-12). (terj. Benyamin Molan). Jakarta: PT Indeks. Kotler, P., & Pfoertsch, W. (2006). B2B brand management (dengan branding membangun keunggulan dan memenangi kompetisi). (terj. Natalia Ruth Sihandrini). Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Lovelock, C., & Wirtz, J. (2004). Services marketing people, Technology, Strategy (5th ed.). USA: Pearson Prentice Hall. Memaknai sebuah kebanggaan (2010). Diambil tanggal 19 Mei 2010 dari http://swa.co.id
82
Membangkitkan kebanggaan pada produk lokal (2009). Diambil tanggal 30 Oktober 2009 dari zakyalhamzah.blogspot.com Membangun merek Indonesia (2009). Diambil tanggal 19 Mei 2010 dari http://www.antara.co.id Merek Indonesia (2009). Diambil tanggal 1 November 2009 dari www.kompas.com Merek lokal di ambang kehancuran? (-). Diambil tanggal 1 November 2009 dari www.infoanda.com Morgan, C.T. (1986). Introduction to psychology (7th ed.). Singapore: McGrawHill Book Company. Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Nisa, Y.F. (2008). Handout metodologi penelitian 1. h. 19-20. Pengusaha lokal diminta gunakan merk lokal (2009). Diambil tanggal 1 November 2009 dari www.depkominfo.go.id Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Schiffman, l., & Kanuk, L.L. (2007). Consumer Behavior (9th edition). New Jersey: Pearson Education. Inc. Schiffman, L., & Kanuk, L.L. (2007). Perilaku konsumen (edisi ke-7). (terj. Zoelkifli Kasip). Jakarta: PT Indeks. Setiadi, N.J. (2003). Perilaku konsumen (konsep dan implikasi untuk strategi dan penelitian pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
83
Simamora, B. (2003). Aura merek (7 langkah membangun merek yang kuat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Suharnan. (2005). Psikologi kognitif. Surabaya: Srikandi. Tidak "pede" dengan merek "made in Indonesia" (2008). Diambil tanggal 1 November 2009 dari www.kompas.com Walgito, B. (2002). Psikologi sosial (suatu pengantar). Yogyakarta: ANDI OFFSET.
PENGANTAR KUESIONER Assalamu’alaikum Wr.Wb. Salam bahagia untuk Bapak/Ibu/Saudara/i yang saya hormati. Saya selaku mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya, dengan itu saya membutuhkan bantuan dari Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i sangat berarti untuk penelitian ini. Sebelum mengisi kuesioner, diharapakan terlebih dahulu untuk mengisi lembar pernyataan persetujuan yang tertera sebelum lembar kuesioner. Setelah lembar pernyataan persetujuan diisi dengan lengkap maka bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian kuesioner, sehingga jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan sesuai dengan apa yang diminta. Jawaban dari Bapak/Ibu/Saudara/i tidak akan dinilai secara benar atau salahnya, serta kerahasiannya juga akan terjamin. Oleh karena itu silakan mengisi dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Anda. Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini, semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan semua pihak yang terlibat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta, Agustus 2010 Ahadien Sunu Triawan Peneliti
PERNYATAAN PERSETUJUAN Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam pengisian kuesioner yang dilakukan untuk penelitian mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Saya dipilih menjadi responden dalam penelitian ini karena saya sesuai dan memenuhi karakteristik yang diperlukan dalam penelitan ini. Pada saat pelaksanaan saya akan mengisi semua item kuesioner dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan pada diri saya. Serta semua jawaban yang saya berikan akan dijamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Dengan mengikuti penelitian ini maka saya telah ikut serta dalam penelitian ini, dan juga berjasa dalam perkembangan ilmu pengetahuan psikologi. Maka saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Jakarta, Agustus 2010
Responden
DATA RESPONDEN Untuk kelengkapan data dalam pelaksanaan penelitian ini, maka silakan isi data responden di bawah ini dengan lengkap. Silakan isi dengan sebenar-benarnya, karena data yang anda cantumkan akan dijamin kerahasiaannya. 1. Nama (Inisial)
:
2. Usia
:
3. Jenis Kelamin
:
4. Status Pernikahan
:
5. Pendidikan terakhir
:
6. Unit / Satuan Kerja
:
7. Lama Bekerja
:
8. Penghasilan per Bulan
:
(1 s.d 3 juta)* (3 s.d. 5 juta)* ( ≥ 5 juta)*
9. Presentase (%) banyaknya produk (pakaian, tas, sepatu) bermerek lokal yang anda miliki
:
%
10. Presentase (%) frekuensi membeli produk (pakaian, tas, sepatu) bermerek lokal dalam jangka waktu 6 bulan
(*) Coret yang tidak perlu
:
%
PETUNJUK PENGISIAN Terimakasih Anda telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Sebelum melanjutkan mengisi kuesioner maka akan lebih baik jika Anda membaca terlebih dahulu bagian petunjuk pengisian kuesioner ini. Pada kuesioner ini terdapat beberapa item pernyataan yang mana Anda diminta untuk memilih salah satunya sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Anda. Dalam masing-masing item kuesioner terdapat empat pilihan jawaban, yaitu: a) STS
: Sangat Tidak Setuju
b) TS
: Tidak Setuju
c) S
: Setuju
d) SS
: Sangat Setuju
Dari keempat pilihan jawaban tersebut, Anda diminta untuk memilih satu pilihan jawaban dengan cara memberi tanda cheklist (9) di kolom yang telah disediakan. Contoh menjawab kuesioner: No.
Pernyataan
Jawaban STS
1.
Saya tiba di kantor tepat pada waktunya.
TS
S
SS 9
Jika pada item pernyataan nomor satu Anda menjawab sangat setuju, maka Anda cukup memberi tanda cheklist (9) pada kolom di bawah pilihan sangat setuju (SS). Begitu pula seterusnya sampai semua item pernyataan Anda jawab. Terimakasih dan selamat mengisi.
KUESIONER
No.
Pernyataan
Jawaban STS
1.
Saya merasa nyaman menggunakan kaos yang bermerek lokal.
2.
Saya
merasa
percaya
diri
sewaktu
menggunakan sepatu bermerek lokal. 3.
Saya
senang
menggunakan
sepatu
bermerek lokal. 4.
Saya merasa bangga menggunakan sepatu merek lokal.
5.
Mengunjungi kios atau butik yang menjual tas merek lokal tidak ada gunanya untuk saya.
6.
Saya merasa lebih percaya diri bila mengenakan kemeja merek lokal.
7.
Bagi saya mencari-cari tas bermerek lokal hanya membuang-buang waktu saja.
8.
Saya berpandangan bahwa baju dengan merek asing lebih baik daripada merek lokal.
9.
Menurut saya, orang yang membeli baju dengan merek lokal adalah orang yang tidak tahu mode.
10.
Saya selalu memastikan bahwa tas yang saya beli bermerek lokal.
11.
Saya berusaha untuk mendapatkan tas yang bermerek lokal.
12.
Saya
selalu
mengunjungi
pusat
perbelanjaan yang dipenuhi oleh produk tas merek lokal.
TS
S
SS
No.
Pernyataan
13.
Saya pikir tidak ada pakaian dengan
STS
merek lokal yang bagus. 14.
Saya selalu mencari celana yang bermerek lokal.
15.
Saya tidak yakin produksi kemeja merek lokal dapat menyaingi merek asing.
16.
Saya membeli sepatu yang bermerek lokal.
17.
Saya tidak nyaman ketika mengenakan pakaian merek lokal.
18.
Saya merasa ragu ketika mengenakan sepatu yang bermerek lokal.
19.
Saya yakin jika kemeja dengan merek lokal lebih baik dari merek asing.
20.
Saya pikir tas dengan merek lokal memiliki ketahanan yang sangat baik.
21.
Saya
merasa
tidak
tertarik
untuk
menggunakan sepatu merek lokal. 22.
Saya memiliki pandangan positif terhadap pakaian dengan merek lokal.
23.
Menurut saya menggunakan baju merek lokal lebih keren daripada menggunakan baju merek asing.
24.
Saya malu mengenakan kemeja yang bermerek lokal.
25.
Saya yakin baju dengan merek lokal memiliki kualitas yang baik.
26.
Saya merasa malu untuk menggunakan sepatu merek lokal.
TS
S
SS
No.
Pernyataan
Jawaban Iya Tidak
Ketika memerlukan pakaian (misal: baju, celana, kemeja, dll), maka saya memutuskan untuk membeli
27.
pakaian yang bermerek lokal. Ketika saya memerlukan tas atau dompet baru, maka
28.
saya memutuskan untuk membeli yang bermerek lokal. Ketika saya memerlukan sepatu atau sandal baru, maka saya memutuskan untuk membeli sepatu yang bermerek
29.
lokal.
Terimakasih Anda telah berpartisipasi dalam penelitan ini Pastikan Anda telah menjawab dengan lengkap dan mohon diterima tanda terimakasih dari saya
Validitas dan Reliabilitas Skala Sikap
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y H A)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030
Statistics for SCALE _
Mean 88.6875
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P
Mean
Std Dev
Cases
2.2813 2.1875 3.2188 3.0000 3.0938 3.0625 3.3750 2.3750 2.9063 3.3750 2.9688 3.5000 2.5313 2.7188 2.7813 2.6563 3.2188 2.6250 3.0313 3.0313 3.3438 3.2500 2.4688 2.6875 3.0000 3.2188 2.6250 3.4688 3.1563 3.5313
.7289 .6445 .5527 .6720 .6405 .7156 .5536 .8328 .7344 .6091 .8608 .5080 .6713 .7289 .8322 .7453 .5527 .7513 .6468 .5948 .5453 .6222 .9153 .8206 .6720 .6591 .7931 .6214 .7233 .5070
32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0
Variance 130.5444
Std Dev 11.4256
N of Variables 30
R E L I A B I L I T Y H A)
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
86.4063 86.5000 85.4688 85.6875 85.5938 85.6250 85.3125 86.3125 85.7813 85.3125 85.7188 85.1875 86.1563 85.9688 85.9063 86.0313 85.4688 86.0625 85.6563 85.6563 85.3438 85.4375 86.2188 86.0000 85.6875 85.4688 86.0625 85.2188 85.5313 85.1563
130.2490 132.3226 123.3538 119.5121 120.9587 119.7258 125.3831 128.9960 117.8538 122.2863 116.5312 124.6734 118.5877 119.3216 125.5071 119.4506 123.0312 119.0282 122.1683 121.6522 122.9425 122.2540 123.2087 119.9355 122.4798 121.8700 118.7056 122.6925 120.0635 124.7812
-.0142 -.1479 .5608 .7201 .6512 .6581 .3916 .0452 .7621 .5855 .7142 .4948 .7870 .6714 .2330 .6469 .5879 .6680 .5566 .6507 .6040 .5744 .3198 .5528 .5118 .5662 .6486 .5424 .6282 .4861
.9264 .9272 .9183 .9158 .9169 .9166 .9203 .9266 .9149 .9179 .9153 .9192 .9149 .9163 .9236 .9167 .9180 .9163 .9182 .9171 .9179 .9180 .9227 .9182 .9187 .9180 .9166 .9184 .9170 .9193
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
.9213
32.0
N of Items = 30
Correlations
Descriptive Statistics Mean KEPMEM SIKAP
Std. Deviation
N
1.82
1.200
60
69.95
9.084
60
Correlations KEPMEM KEPMEM
Pearson Correlation Sig. (1-tailed)
SIKAP
1
.475(**)
.
.000
84.983
305.450
1.440
5.177
60
60
.475(**)
1
.000
.
305.450
4868.850
5.177
82.523
60
60
Sum of Squares and Crossproducts Covariance N SIKAP
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) Sum of Squares and Crossproducts Covariance N
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Regression
Descriptive Statistics Mean KEPMEM SIKAP
Std. Deviation
N
1.82
1.200
60
69.95
9.084
60
Correlations KEPMEM Pearson
KEPMEM
Correlation
SIKAP
Sig. (1-tailed)
KEPMEM
1.000
.475
.475
1.000
.
.000
.000
.
KEPMEM
60
60
SIKAP
60
60
SIKAP N
SIKAP
Variables Entered/Removed(b) Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
SIKAP(a)
Method .
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: KEPMEM
Model Summary(b) Adjus
Mod el
1
R
.475(a)
ted R
Std. Error
R
Squa
of the
Square
re
Estimate
.225
.212
a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM
1.065
DurbinChange Statistics R Square
F
Change
Change
.225
16.886
Watson Sig. F
df1
df2 1
58
Change .000
2.326
ANOVA(b) Sum of Model 1
Squares Regressio
df
Mean Square
19.163
1
19.163
Residual
65.821
58
1.135
Total
84.983
59
n
F
Sig.
16.886
.000(a)
a Predictors: (Constant), SIKAP b Dependent Variable: KEPMEM
Coefficients(a) Standa rdized Mo
Unstandardize
Coeffic
del
d Coefficients
ients
t
Sig.
Std. B 1
t)
Lower
Error
(Constan
95% Confidence Interval for B
Beta
Bound
Upper Bound
2.57
1.077
-2.388
.020
-4.727
-.416
4.109
.000
.032
.093
2 SIKAP
.063
.015
.475
a Dependent Variable: KEPMEM
Coefficient Correlations(a) Model
SIKAP
1
Correlatio
SIKAP
1.000
ns Covarian
SIKAP
.000
ces a Dependent Variable: KEPMEM
Residuals Statistics(a) Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
.75
2.82
1.82
.570
60
-2.20
2.06
.00
1.056
60
Std. Predicted Value
-1.866
1.767
.000
1.000
60
Std. Residual
-2.062
1.932
.000
.991
60
Residual
a Dependent Variable: KEPMEM
12
10
8
6
4
2
Std. Dev = .99 Mean = 0.00 N = 60.00
0 -2.00 -1.50 -1.00 -1.75 -1.25
Undefined error #61635 - Cannot open text file "C:\
Undefined error #61625 - Cannot open text file "C:\Pr
Undefined error #61644 - Cannot open text file
-.50
-.75
0.00
-.25
.25
.50
1.00 .75
1.50
1.25
2.00
1.75
1.00
.75
.50
.25
0.00 0.00
.25
.50
.75
1.00
Undefined error #61634 - Cannot open text file "C:\Progra